You are on page 1of 8

Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 192-199 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 192-199

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SERTA PERILAKU GIZI SEIMBANG
IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN BALITA DI
KABUPATEN BOJONEGORO, JAWA TIMUR
(Clean and Healthy Lifestyle Behavior, and Balance Diet Behavior of Mothers
and it’s Relation to Nutritional and Health Status of Children Under Five Years
in Bojonegoro, East Java)

Linda Dwi Jayanti1, Yekti Hartati Effendi2*, dan Dadang Sukandar2


1
Program Studi Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), IPB
2
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), IPB
* Alamat korespondensi: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor, Bogor 16680. Telp: 0251-8621258; Fax: 0251-8622276; Email: yh.effendi@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine nutritional knowledge, clean and healthy
lifestyle behavior, and balanced diet on maternal behavior, as well as its relationship with
nutritional and health status and children under 5 years health. The cros sectional study was
conducted during March-April 2011. The population in this study consist of all the children
under five living in Campurejo village, Bojonegoro districts East Java Province. The
respondents were mothers of toddlers who were selected as samples. Total samples in this
study were 55 toddlers. The results showed that maternal nutrition knowledge is positively
correlated with clean and healthy lifestyle behavior (p<0.05 and r=0.706), and also correlated
with balanced diet on behavior (p<0.05 and r=0537). Clean and healthy lifestyle behavior is
positively correlated with nutritional status of samples (p<0.05 and r=0.325), but not
correlated with the incidence of illness in the samples. Balanced diet on maternal behavior is
not correlated with the nutritional status of samples and the incidence of illness in the
samples.
Key words: clean and healthy lifestyle, balance diet, health status, children under five.

PENDAHULUAN lima tahun pertama setelah kelahiran. Jika


pertumbuhan dan perkembangan anak pada
Salah satu tujuan pembangunan nasional periode ini optimal, maka akan dapat tumbuh
di Indonesia adalah meningkatkan kualitas menjadi individu yang berkualitas (Khomsan et
sumber daya manusia Indonesia sebagai modal al. 2009).
dasar pembangunan di masa mendatang. Tuju-
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
an pembangunan nasional tersebut kemudian
pada hakikatnya merupakan perilaku pence-
direalisasikan dalam Tujuan Pembangunan Mi-
gahan oleh individu atau keluarga dari ber-
lenium atau Millennium Development Goals
bagai penyakit. Salah satu sasaran penerapan
(MDGs). Adapun target utama MDGs dalam hal
program PHBS adalah pada tatanan rumah
menurunkan angka kematian anak adalah me-
tangga, yang bertujuan untuk meningkatkan
nurunkan angka kematian balita sebesar dua
derajat kesehatan keluarga dan produktivitas
pertiganya antara tahun 1990 hingga tahun
kerja setiap anggota keluarga (Depkes RI
2015 (Stalker 2008).
2006). Cakupan PHBS di Kabupaten Bojonegoro
Menurut Hardinsyah dan Martianto masih tergolong rendah, sebab berdasarkan
(1988), status gizi merupakan salah satu pe- survei pada tahun 2008 terhadap 23947 rumah
tunjuk untuk menilai kualitas sumber daya yang dipantau, jumlah keluarga yang me-
manusia, dan perilaku konsumsi pangan seseo- lakukan PHBS baru mencapai 9425 rumah
rang akan menentukan status gizi orang terse- (39.36%) (Dinkes Kabupaten Bojonegoro 2008).
but. Pada tingkat rumah tangga, status gizi
Masalah kurang gizi pada balita dapat
dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga
juga disebabkan oleh perilaku ibu dalam pemi-
dalam menyediakan makanan yang cukup baik
lihan bahan makanan. Menurut Khomsan
dari segi kualitas dan kuantitasnya, pola asuh
(2009), ibu yang memiliki pengetahuan gizi
anak, pengetahuan gizi, serta faktor sosio bu-
yang baik akan mempraktekkan perilaku gizi
daya lainnya. Periode kritis anak berada pada
yang baik dalam hal memilih makanan yang

192
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 192-199 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 192-199

bergizi, beragam, dan berimbang untuk balita- Jenis dan Cara Pengumpulan Data
nya, dan sebaliknya ibu yang pengetahuan gi-
Data primer meliputi karakteristik con-
zinya kurang akan cenderung memiliki perila-
toh (umur dan jenis kelamin), karakteristik ke-
ku gizi yang kurang baik, termasuk dalam hal
luarga (umur, pendidikan, besar keluarga, pe-
memilih makanan untuk anak sehingga mem-
kerjaan, dan pendapatan orang tua), pengeta-
berikan dampak yang kurang baik pada status
huan gizi, PHBS dalam keluarga, perilaku gizi
gizi balita. Persentase balita dengan status gi-
seimbang ibu, konsumsi pangan balita, status
zi kurang di Kabupaten Bojonegoro masih ter-
gizi, dan kesehatan balita. Data sekunder me-
golong cukup tinggi, yaitu 14.22 persen
liputi gambaran umum lokasi penelitian dan
(Bappeda 2008).
daftar nama pasangan ibu dan balita yang me-
Berdasarkan beberapa hal tersebut di menuhi kriteria penelitian. Pengambilan data
atas, penelitian ini akan mengkaji tentang pe- primer dilakukan dengan wawancara langsung
rilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan pe- menggunakan kuesioner dan recall 2x24 jam,
rilaku gizi seimbang ibu serta kaitannya de- sedangkan data sekunder diperoleh dari pen-
ngan status gizi dan kesehatan balita di Kabu- catatan arsip desa dan data yang tersedia di
paten Bojonegoro. puskesmas dan posyandu.

Pengolahan dan Analisis Data


METODE
Pengolahan data yang dilakukan meli-
puti editing, coding, entry, cleaning dan ana-
Desain dan Lokasi
lisis. Hubungan antar variabel dianalisis meng-
Desain penelitian ini adalah population gunakan uji korelasi Pearson dan Rank
survey dengan teknik wawancara. Penelitian Spearman.
dilaksanakan di Desa Campurejo, Kecamatan
Data karakteristik balita dan karakteris-
Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro. Pemilihan
tik keluarga ditabulasi dan dianalisis secara
lokasi penelitian tersebut berdasarkan pertim-
deskriptif. Data mengenai pengetahuan gizi
bangan ada 1.8 persen balita dengan status gi-
ibu diukur menggunakan 20 pertanyaan ten-
zi buruk dan 10.9 persen balita dengan status
tang definisi dan jenis zat gizi dalam pangan,
gizi kurang, serta cakupan penerapan PHBS ibu
manfaat zat gizi dan akibat kekurangan zat gi-
masih tergolong rendah. Penelitian dilaksana-
zi tertentu, serta periode pemberian ASI
kan pada bulan Maret hingga April 2011.
eksklusif. Berdasarkan 20 pertanyaan terse-
but, jawaban benar diberikan skor 1 dan ja-
Cara Pemilihan Contoh
waban salah diberikan skor 0, sehingga diper-
Contoh dalam penelitian ini adalah bali- oleh total nilai terendah 0 dan skor tertinggi
ta yang tercatat di posyandu Desa Campurejo, 20. Pengetahuan gizi ibu kemudian diklasifika-
Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonego- sikan menjadi tiga kategori berdasarkan total
ro. Adapun populasi pada penelitian ini adalah nilai, yaitu kategori rendah apabila total nilai
seluruh balita yang tinggal di Desa Campurejo, <60 persen, kategori sedang apabila total nilai
Kecamatan Bojonegoro, yaitu sebanyak 242 antara 60-80 persen, dan tinggi apabila total
balita. Responden adalah ibu balita yang nilai >80 persen (Khomsan 2000).
terpilih sebagai contoh. Perkiraan jumlah mi-
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
nimal contoh ditentukan menggunakan rumus
diukur menggunakan 16 pertanyaan indikator
Lemeshow et al. (1997), yaitu 49 contoh yang
PHBS tatanan rumah tangga yang mencakup 9
dipilih dari tiga posyandu di desa terpilih. Kri-
pertanyaan indikator perilaku dan 7 pertanya-
teria pemilihan contoh adalah balita berusia
an indikator lingkungan. Pertanyaan diberikan
13-60 bulan yang tinggal bersama ibunya, ter-
dalam bentuk tertutup dengan pilihan jawab-
catat di posyandu di desa terpilih, dan respon-
an “ya” atau “tidak”. Berdasarkan 16 perta-
den bersedia untuk diwawancarai. Calon con-
nyaan yang diajukan, apabila responden men-
toh diambil dari populasi yang memenuhi kri-
jawab “ya” antara 1-4 pertanyaan, maka ter-
teria, yaitu sebanyak 190 balita, kemudian di-
masuk klasifikasi keluarga sehat 1; apabila
pilih sebagai contoh menggunakan metode
menjawab “ya” antara 5-8 pertanyaan, maka
acak stratifikasi dengan alokasi proporsional
termasuk klasifikasi keluarga sehat 2; apabila
sehingga diperoleh 55 contoh yang memenuhi
menjawab “ya” antara 9-12 pertanyaan, maka
kriteria.
termasuk klasifikasi keluarga sehat 3; dan apa-
bila menjawab “ya” antara 13-16 pertanyaan,

193
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 192-199 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 192-199

maka termasuk klasifikasi keluarga sehat 4 (31-50 tahun), dan dewasa lanjut (>50 tahun)
(Depkes 2008 dalam Effendi dkk 2010). (WKNPG 2004). Lebih dari separuh ayah
(54.5%) tergolong kelompok umur dewasa
Perilaku gizi seimbang ibu diukur de-
madya dengan rata-rata umur 33 tahun, se-
ngan 10 pertanyaan tentang penganekaragam-
dangkan sebanyak 67.3 persen ibu tergolong
an makanan, pola hidup bersih, aktivitas fisik,
kelompok umur dewasa muda dengan rata-
dan pemantauan berat badan balita. Pengu-
rata umur 30 tahun.
kuran perilaku gizi seimbang dilakukan meng-
gunakan pertanyaan tertutup dalam bentuk Rata-rata pendidikan terakhir orang tua
multiple choice, dengan pilihan jawaban: a) contoh, baik ayah maupun ibu adalah tamat
selalu, b) kadang-kadang, dan c) tidak pernah. SMU/sederajat. Keseluruhan orang tua contoh
Berdasarkan 10 pertanyaan yang diajukan, di- memiliki pendidikan minimal 9 tahun atau se-
berikan skor 1 untuk pilihan jawaban yang ter- tingkat tamat SMP. Selain itu, terdapat seki-
masuk kategori rendah, nilai 2 untuk pilihan tar 12.7 persen ayah dan 10.9 persen ibu con-
jawaban yang termasuk kategori sedang, dan toh yang memiliki pendidikan terakhir hingga
nilai 3 untuk pilihan jawaban yang termasuk sarjana.
kategori baik, sehingga diperoleh total nilai
Jenis pekerjaan ayah contoh yang paling
terendah 10 dan total nilai tertinggi 30. Ada-
banyak adalah sebagai pegawai swasta
pun kategori total nilai, yaitu kategori rendah
(41.8%), sedangkan jenis pekerjaan ibu contoh
10-16, kategori sedang 17-23, dan kategori
yang paling banyak adalah sebagai ibu rumah
baik (Slamet 1993).
tangga (76.4%). Selain itu, diketahui pula ter-
Data jumlah konsumsi balita dihitung dapat 12.7 persen ayah dan 7.3 persen ibu
menggunakan metode recall selama 2x24 jam. contoh yang berprofesi sebagai pegawai negeri
Data konsumsi pangan yang diperoleh dikon- (PNS).
versikan ke dalam bentuk energi, protein,
Rata-rata penghasilan perkapita per bu-
vitamin A, vitamin C, dan Fe menggunakan
lan keluarga contoh (72.73%) berada di atas
DKBM dan kemudian dibandingkan dengan ke-
batas garis kemiskinan Provinsi Jawa Timur,
cukupan konsumsi zat gizi berdasarkan tabel
yaitu Rp 219 727 (BPS 2010). Sebanyak 56.36
AKG 2004.
persen keluarga contoh tergolong keluarga
Menurut Depkes (1996), tingkat kecukup sedang (5-7 orang). Sementara itu, 41.82 per-
an energi dan protein dibedakan menjadi lima sen keluarga contoh tergolong keluarga kecil
cut-off points yaitu defisit tingkat berat (<70% (≤4 orang), dan 1.82 persen lainnya meru-
AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), pakan keluarga besar, yaitu ≥ 9 orang.
defisit tingkat ringan (80-89% AKG), normal
(90-119% AKG), serta berlebih ≥( 120% AKG).
Karakteristik Balita
Adapun klasifikasi tingkat kecukupan zat besi
(Fe), vitamin A, dan vitamin C dibagi menjadi Jumlah contoh dengan jenis kelamin
dua kategori menurut Gibson (2005), yaitu laki-laki lebih banyak (54.54%) dibandingkan
defisit apabila <77 persen AKG serta cukup jumlah contoh dengan jenis kelamin perem-
apabila ≥77 persen AKG. puan (45.45%). Hampir separuh contoh beru-
mur antara 25-36 bulan dengan standar deviasi
Status gizi contoh dihitung berdasarkan
7.7 dan hanya 9 persen contoh yang berusia
indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB, menggunakan
antara 13-24 bulan.
software WHO Anthroplus 2007. Status kese-
hatan balita diamati berdasarkan kejadian sa- Lebih dari separuh balita tidak diberikan
kit pada satu bulan terakhir yang meliputi ASI eksklusif oleh ibunya hingga berumur 6
jenis penyakit yang diderita, pernah/tidaknya bulan. Sebagian besar balita hanya diberikan
sakit, frekuensi sakit, serta lama menderita ASI eksklusif hingga umur 3-4 bulan. Balita
sakit. yang tidak mendapatkan ASI eksklusif hingga
umur 6 bulan adalah sebanyak 72.7 persen,
sedangkan balita yang mendapatkan ASI
HASIL DAN PEMBAHASAN eksklusif hingga umur 6 bulan hanya sebanyak
27.3 persen.
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
Pengetahuan Gizi Ibu
Sebaran umur orang tua contoh dike-
lompokkan menjadi empat golongan, yaitu ke- Rata-rata pengetahuan gizi ibu tergo-
lompok remaja (<20 tahun), kelompok dewasa long sedang (61.82%), sedangkan responden
muda (20-30 tahun), kelompok dewasa madya yang pengetahuan gizinya baik sebanyak 38.18

194
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 192-199 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 192-199

persen. Secara keseluruhan, tidak terdapat dalam kategori baik, yakni dengan total nilai
responden yang memiliki pengetahuan gizi rata-rata 25 dan standar deviasi 1.56.
rendah. Seluruh responden yang tingkat pendi-
Menurut Kurniasih dkk (2010), perilaku
dikan terakhirnya SMP/sederajat memiliki
gizi seimbang ibu dibedakan menjadi empat,
tingkat pengetahuan gizi sedang. Sebanyak
yakni dalam hal penganekaragaman makanan,
43.64 persen responden yang tingkat pendidik-
pola hidup bersih keluarga, aktivitas fisik, ser-
an terakhirnya adalah SMU/sederajat memiliki
ta pemantauan berat badan balita. Dalam hal
tingkat pengetahuan gizi sedang, dan seba-
penganekaragaman makanan, tidak terdapat
nyak 20 persen lainnya memiliki tingkat
responden yang perilaku gizi seimbangnya ter-
pengetahuan gizi baik. Responden yang memi-
masuk kategori rendah. Hal ini menunjukkan
liki tingkat pendidikan terakhir diploma atau
bahwa semua responden telah memperhatikan
sarjana, seluruhnya memiliki tingkat pengeta-
pola penganekaragaman jenis makanan untuk
huan gizi baik. Hal ini menunjukkan bahwa
balita dan keluarga. Dalam hal pola hidup ber-
responden yang memiliki tingkat pendidikan
sih keluarga, sebanyak 87.27 persen menja-
lebih tinggi, memiliki tingkat pengetahuan
wab selalu membiasakan balita untuk mencuci
lebih baik dibandingkan dengan responden
tangan dengan air bersih dan sabun setelah
yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
makan dan bermain, serta sebanyak 98.18
persen menjawab selalu melatih anak untuk
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
buang air kecil dan buang air besar di kamar
dalam Keluarga
mandi.
Sebanyak 60 persen responden termasuk
Aktivitas fisik responden dan keluarga
ke dalam kategori keluarga sehat 3, dengan
masih tergolong sangat rendah. Hal ini ditun-
penerapan PHBS kategori sedang. Sementara
jukkan dengan hampir seluruh responden
itu, 40 persen responden lainnya termasuk ke
(92.73%) menjawab melakukan olahraga/ak-
dalam kategori keluarga sehat 4, dengan pe-
tivitas fisik≤1 kali setiap minggunya. Rata-
nerapan PHBS kategori baik. Tidak terdapat
rata responden tidak pernah melakukan olah-
responden yang termasuk ke dalam kategori
raga secara rutin setiap minggunya dengan
keluarga sehat 1 dan keluarga sehat 2, sehing-
alasan tidak memiliki waktu untuk melakukan
ga dapat diketahui bahwa tidak ada responden
aktivitas fisik akibat terlalu sibuk dengan ke-
yang penerapan PHBS dalam keluarganya ter-
perluan rumah tangga. Selain itu, terdapat pu-
golong buruk atau kurang.
la responden yang beralasan tidak pernah atau
Berdasarkan 16 pertanyaan yang diaju- jarang melakukan aktivitas fisik bersama ke-
kan tentang indikator PHBS, dapat diketahui luarga karena malas. Hampir seluruh respon-
bahwa seluruh responden melakukan imunisasi den (94.55%) menjawab selalu memantau be-
lengkap pada bayi dan balitanya, baik di pos- rat badan balitanya ke posyandu atau klinik
yandu, bidan, atau dokter. Selain itu, seluruh setiap bulannya. Selain itu, lebih dari separuh
responden menggunakan air yang masak untuk responden (50.91%) selalu memantau kebia-
keperluan minum keluarga. Semua responden saan jajan anak balitanya. Hal tersebut me-
juga menjawab melakukan perilaku seksual nunjukkan perilaku gizi seimbang ibu dalam
secara sehat, serta tidak pernah menggunakan hal pengontrolan berat badan balita termasuk
narkotika dan obat-obatan terlarang. Hanya ke dalam kategori baik.
9.09 persen responden yang memeriksakan ke-
sehatan secara berkala dengan pap smear, dan Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Energi dan
hanya 10.9 persen yang melakukan SADARI Zat Gizi
(periksa payudara sendiri) secara berkala. Hal
Tingkat kecukupan energi dan zat gizi
ini menunjukkan bahwa kesadaran responden
contoh dihitung dengan cara membandingkan
akan kesehatan organ tubuh dan alat repro-
konsumsi energi dan zat gizi dengan angka
duksi masih sangat kurang.
kecukupannya. Rata-rata tingkat kecukupan
energi contoh masih lebih rendah yaitu hanya
Perilaku Gizi Seimbang Ibu
84.6 persen, serta tergolong defisit tingkat
Hampir semua responden (87.3%) memi- ringan (<90% angka kecukupan energi). Semen-
liki gizi seimbang baik dan hanya 12.7 persen tara itu, tingkat kecukupan protein contoh
yang memiliki perilaku gizi seimbang kategori tergolong berlebih (151%). Kecukupan protein
sedang. Tidak ada responden yang memiliki yang berlebih salah satunya disebabkan karena
perilaku gizi seimbang rendah. Rata-rata peri- rata-rata contoh lebih banyak mengonsumsi
laku gizi seimbang responden termasuk ke makanan sumber protein baik protein hewani
maupun nabati dibandingkan dengan makanan

195
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 192-199 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 192-199

sumber energi. Rata-rata tingkat kecukupan (Tabel 2). Selain itu, batuk disertai dengan flu
vitamin A, vitamin C, dan zat besi contoh ter- juga sering dialami oleh contoh (45.45%).
golong cukup karena >77 persen angka kecu- Rata-rata frekuensi contoh mengalami sakit
kupan, yaitu masing-masing 96.1 persen, 102.9 adalah antara 1-2 kali dalam 1 bulan. Tidak
persen, dan 130.5 persen. terdapat jenis penyakit yang diderita contoh
>2 kali dalam waktu satu bulan, kecuali diare
Status Gizi Balita (1.82%). Rata-rata lama contoh mengalami sa-
kit adalah antara 1-3 hari.
Berdasarkan pengukuran dengan indeks
BB/U, diketahui bahwa rata-rata balita ber-
Tabel 2 Jenis Penyakit yang Pernah Diderita
status gizi normal (83.64%). Meski demikian,
Balita dan Frekuensi Sakit dalam
masih terdapat sebanyak 1.82 persen balita
Satu Bulan Terakhir
dengan status gizi buruk, 10.91 persen dengan
Frekuensi
status gizi kurang, serta 3.64 persen dengan
tidak
status gizi lebih (Tabel 1). Jenis penyakit
pernah
1-2 kali > 2 kali
n % n % n %
Tabel 1 Status Gizi Balita berdasarkan Panas/ demam 29 52.73 26 47.27 - -
Pengukuran Z-Skor dengan Indeks Pilek 35 63.64 20 36.36 - -
Batuk biasa 49 89.09 6 10.91 - -
BB/U, TB/U, dan BB/TB Batuk & flu 30 54.55 25 45.45 - -
Status Gizi dgn indeks BB/U n % Diare 36 65.45 18 32.73 1 1.82
Gizi Buruk (Z ≤ -3 SD) 1 1.82 Sakit kulit 48 87.27 7 12.73 - -
Gizi Kurang (-3 SD < Z < -2 SD) 6 10.91 Lainnya 53 96.36 2 3.64 - -
Gizi Baik (-2 SD < Z < 2 SD) 46 83.64
Gizi Lebih (Z ≥ 2 SD) 2 3.64 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan PHBS
Total 55 100.00 Keluarga dan Perilaku Gizi Seimbang Ibu
Rata-rata ± SD -0.93 ± 1.26
Status Gizi dgn indeks TB/U n % Berdasarkan uji korelasi Spearman, di-
Sangat pendek (Z ≤ -3 SD) 15 27.27 ketahui bahwa terdapat hubungan signifikan
Pendek (-3 SD < Z < -2 SD) 10 18.18
dan positif antara pengetahuan gizi ibu de-
Normal (-2 SD < Z < 2 SD) 30 54.55
Tinggi (Z ≥ 2 SD) 0 0.00 ngan PHBS dalam keluarga (p<0.05 dan
Total 55 100.00 r=0.706) (Tabel 3).
Rata-rata ± SD -2.05 ± 1.50
Status Gizi dgn indeks BB/TB n % Tabel 3 Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu
Kurus (-3 SD < Z < -2 SD) 1 1.82
Normal (-2 SD < Z < 2 SD) 45 81.82
dengan PHBS dan Perilaku Gizi
Gemuk (Z ≥ 2 SD) 9 16.36 Seimbang Ibu
Total 55 100.00 Tingkat Pengetahuan Gizi
PHBS Total
Rata-rata ± SD 0.44 ± 1.88 Sedang Baik
keluarga
n % n % n %
Sedang 29 52.73 4 7.27 33 60.00
Berdasarkan indeks TB/U, sebanyak
Baik 5 9.09 17 30.91 22 40.00
54.55 persen contoh memiliki status gizi nor- Total 34 61.82 21 38.00 55 100.00
mal, sedangkan 45.45 persen lainnya berstatus Tingkat Pengetahuan Gizi
Perilaku Gizi Total
gizi stunting (pendek). Menurut Riyadi (2003), Seimbang Ibu
Sedang Baik
stunting mencerminkan proses kegagalan da- n % n % n %
lam mencapai pertumbuhan linear sebagai aki- Sedang 5 9.09 2 3.64 7 12.73
Baik 29 52.73 19 34.55 48 87.27
bat dari keadaan gizi atau kesehatan yang ab-
Total 34 61.82 21 38.18 55 100.00
normal. Berdasarkan pengukuran dengan in
deks BB/TB, dapat diketahui bahwa sebagian
Terdapat hubungan signifikan antara
besar balita (81.82%) berstatus gizi normal.
tingkat pengetahuan gizi ibu dengan perilaku
Sebanyak 16.36 persen balita berstatus gizi
gizi seimbang ibu (p<0.05 dan r=0.537). Hal ini
gemuk, dan sebanyak 1.82 persen contoh lain-
berarti bahwa responden yang memiliki ting-
nya berstatus gizi kurus (wasting).
kat pendidikan dan pengetahuan gizi lebih
tinggi, maka penerapan PHBS dalam keluarga
Status Kesehatan Balita
serta perilaku gizi seimbangnya semakin baik
Hampir semua balita (96.36%) pernah pula.
mengalami sakit, dan hanya 3.64 persen yang
tidak mengalami sakit dalam satu bulan ter- Hubungan Perilaku Gizi Seimbang dengan
akhir. Jenis penyakit yang paling sering dia- Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
lami adalah demam (47.27%), baik demam
Salah satu penerapan perilaku gizi seim-
yang disertai dengan penyakit lain atau tidak
bang ibu yang ikut mempengaruhi konsumsi

196
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 192-199 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 192-199

serta tingkat kecukupan energi dan zat gizi Tabel 4. Hubungan PHBS dalam keluarga
balita antara lain dalam hal penganekaragam- dengan Status Gizi dan Kejadian
an makanan yang meliputi penyediaan makan- Sakit Balita
an yang beragam serta frekuensi makan yang PHBS Keluarga
teratur setiap hari. Namun, berdasarkan hasil Status Gizi Total
Sedang Baik
uji korelasi Pearson, dapat diketahui bahwa (BB/TB)
n % n % n %
tidak terdapat hubungan yang signifikan an- Kurus 1 1.82 0 0.00 1 1.82
tara perilaku gizi seimbang dengan tingkat ke- Normal 30 54.55 15 27.27 45 81.82
cukupan energi dan zat gizi contoh. Terdapat Gemuk 2 3.64 7 12.73 9 16.36
faktor-faktor lain yang diduga juga mempe- Total 33 60.00 22 40.00 55 100
ngaruhi tingkat kecukupan energi dan zat gizi PHBS Keluarga
contoh, seperti kondisi sakit, kondisi sosial Total
Kejadian sakit Sedang Baik
ekonomi keluarga, kesukaan contoh memakan n % n % n %
jajanan yang hanya tinggi kalori atau protein Pernah sakit 31 56.36 22 40.00 53 96.36
saja, serta ketidaksukaan terhadap sayur atau Tidak pernah sakit 2 3.64 0 0.00 2 3.64
buah-buahan tertentu. Total 33 60.00 22 40.00 55 100

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat


Hubungan Perilaku Gizi Seimbang dengan
Gizi dengan Status Gizi
Status Gizi dan Kejadian Sakit Balita
Menurut Soekirman (2000), faktor gizi
Berdasarkan uji korelasi Spearman, di-
yang secara langsung mempengaruhi status
ketahui bahwa tidak terdapat hubungan signi-
gizi seseorang adalah konsumsi makanan dan
fikan antara perilaku gizi seimbang ibu dengan
keadaan kesehatan. Akan tetapi, berdasarkan
status gizi contoh (Tabel 5), yang berarti bah-
uji statistik menggunakan korelasi Pearson, di-
wa status gizi balita yang baik tidak selalu
ketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang
karena ibu berperilaku gizi seimbang dengan
signifikan antara tingkat kecukupan energi dan
baik, melainkan juga dapat disebabkan oleh
zat gizi dengan status gizi balita.
banyak faktor lain.
Status gizi contoh selain dipengaruhi da-
ri tingkat kecukupan energi dan zat gizi juga Tabel 5. Hubungan Perilaku Gizi Seimbang dengan
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti Status Gizi dan Kejadian Sakit Balita
kondisi kesehatan dan kualitas serta kuantitas Prilaku Gizi Seimbang
Total
makanan yang dikonsumsi. Kondisi sakit atau Status Gizi (BB/TB) Sedang Baik
infeksi akan mempengaruhi nafsu dan selera n % n % n %
makan sehingga kemudian berdampak pada Kurus 1 1.82 0 0 1 1.82
kurangnya asupan energi dan zat gizi dari Normal 6 10.91 39 70.91 45 81.82
makanan. Gemuk 0 0 9 16.36 9 16.36
Total 7 12.73 48 87.27 55 100
Hubungan PHBS keluarga dengan Status Gizi Prilaku Gizi Seimbang
Total
dan Kejadian Sakit Balita Kejadian Sakit Sedang Baik
n % n % N %
Analisis uji korelasi yang dilakukan me-
Pernah sakit 7 12.73 46 83.64 53 96.36
nunjukkan bahwa terdapat hubungan signifi-
Tidak pernah sakit 0 0 2 3.64 2 3.64
kan dan positif antara PHBS dalam lingkungan
Total 7 12.73 48 87.27 55 100
keluarga dengan status gizi contoh (p<0.05
dan r=0.325) (Tabel 4). Hal ini berarti bahwa
semakin baik PHBS di dalam keluarga maka Hasil uji korelasi Spearman juga menun-
status gizi contoh akan semakin baik pula. jukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bah- signifikan antara perilaku gizi seimbang ibu
wa tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian sakit contoh. Hal tersebut
antara PHBS dalam lingkungan keluarga de- berarti bahwa ibu yang berperilaku gizi seim-
ngan kejadian sakit balita (p>0.05 r: -0.170). bang dengan baik belum tentu balitanya tidak
Hal ini berarti bahwa keluarga yang selalu me- pernah sakit.
nerapkan PHBS dengan baik, belum tentu ba-
litanya tidak pernah sakit, sebab kejadian sa-
kit balita juga dipengaruhi oleh faktor lain se- KESIMPULAN
lain PHBS dalam keluarga.
Sebagian besar pengetahuan gizi ibu
tergolong sedang, yakni sebanyak 61.82 per-

197
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 192-199 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 192-199

sen, serta tidak terdapat ibu yang memiliki gizi bagi tubuh serta jenis-jenis pangan sum-
pengetahuan gizi rendah. Lebih dari 50 persen ber zat gizi. Oleh karena itu, sebaiknya perlu
ibu memiliki PHBS dalam lingkungan keluarga adanya sosialisasi di posyandu atau puskesmas
yang tergolong sedang dan termasuk ke dalam dengan intensitas yang cukup sering kepada
kategori keluarga sehat 3. Sementara itu, para ibu agar dapat benar-benar memahami
87.27 persen perilaku gizi seimbang ibu ter- dan mengingat materi yang berkaitan dengan
golong ke dalam kategori baik. pengetahuan gizi tersebut, sehingga dapat
meningkatkan konsumsi pangan, status gizi,
Rata-rata tingkat kecukupan energi con-
serta kesehatan balita.
toh masih tergolong defisit tingkat ringan
sebab hanya mencapai 84.6 persen (< AKE ak- Tidak semua ibu yang memiliki tingkat
tual), sedangkan rata-rata tingkat kecukupan pendidikan dan pengetahuan gizi yang tinggi,
protein contoh tergolong berlebih. Rata-rata melakukan perilaku gizi seimbang dengan ba-
kecukupan vitamin dan mineral contoh tergo- ik. Rata-rata ibu yang bekerja di luar rumah,
long cukup, yakni >77 persen angka kecukupan cenderung memiliki waktu yang kurang untuk
vitamin dan mineral. Sebagian besar status mengontrol pola makan dan pola hidup bersih
gizi contoh tergolong normal, namun meski anak balitanya. Hal ini seharusnya lebih diper-
demikian, pada indeks BB/U masih terdapat hatikan oleh para kader, tenaga kesehatan,
sebanyak 1.82 persen contoh yang termasuk serta para ibu, khususnya yang memiliki ba-
gizi buruk. Hampir semua contoh pernah lita. Sosialisasi mengenai perilaku gizi seim-
mengalami sakit selama satu bulan terakhir, bang dalam keluarga perlu dilakukan untuk
dengan rata-rata frekuensi sakit 1-2 kali dalam meningkatkan kesadaran serta kepedulian ibu
satu bulan, serta dengan lama sakit rata-rata terhadap gizi dan kesehatan anggota keluarga.
1-3 hari.
Pengetahuan gizi berkorelasi positif de-
DAFTAR PUSTAKA
ngan PHBS dalam keluarga (p<0.05 dan
r=0.706), serta berkorelasi dengan perilaku [Bappeda] Badan Pembangunan Daerah. 2008.
gizi seimbang ibu (p<0.05 dan r=0.537). Hal Rencana Strategis Kabupaten Bojonego-
tersebut menunjukkan bahwa semakin baik ro 2007-2012. Badan Pembangunan
pengetahuan gizi ibu maka semakin baik pula Daerah, Bojonegoro.
penerapan PHBS dalam keluarga serta perilaku
gizi seimbangnya. Perilaku gizi seimbang ibu [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa
tidak berhubungan dengan kecukupan energi Timur. 2010. Berita Resmi Statistik:
dan zat gizi contoh. Hal ini diduga karena Profil Kemiskinan di Jawa Timur tahun
adanya faktor-faktor lain yang ikut mempe- 2010.
ngaruhi kecukupan energi dan zat gizi, selain
perilaku gizi seimbang ibu. Kecukupan energi [Depkes RI] Departemen Kesehatan RI. 2006.
dan zat gizi juga tidak berkorelasi terhadap Promosi Kesehatan: Buku Saku Bidan
status gizi contoh (p>0.05). Beberapa faktor Poskesdes. Departemen Kesehatan RI,
lain yang diduga ikut mempengaruhi status gizi Jakarta.
antara lain kondisi sakit atau infeksi tertentu,
serta kualitas dan kuantitas makanan yang [Dinkes] Dinas Kesehatan Kabupaten Bojone-
dikonsumsi. goro. 2008. Profil Kesehatan Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2008.
PHBS dalam lingkungan keluarga berko-
relasi positif dengan status gizi contoh (p<0.05
dan r=0.325), namun PHBS keluarga tidak ber- Effendi YH, Ekayanti I, & Nurdin NM. 2010.
korelasi dengan kejadian sakit pada contoh Bioetika dan Kesehatan Masyarakat. Fa-
(p>0.05). Perilaku gizi seimbang ibu tidak ber- kultas Ekologi Manusia, Institut Perta-
korelasi dengan status gizi contoh (p>0.05) nian Bogor, Bogor.
serta kejadian sakit pada contoh (p>0.05). Hal
tersebut menunjukkan bahwa tidak selalu ibu Hardinsyah & Martianto D. 1988. Menaksir
yang berperilaku gizi seimbang akan memiliki Kecukupan Energi dan Protein serta
balita dengan status gizi yang selalu baik serta Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Wirasari,
tidak pernah sakit. Jakarta.

Saran yang dapat diberikan adalah me- Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Penge-
ngenai pengetahuan gizi ibu yang masih tergo- tahuan Gizi. Fakultas Ekologi Manusia,
long kurang, khususnya tentang fungsi zat-zat Institut Pertanian Bogor, Bogor.

198
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 192-199 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 192-199

Khomsan A, Anwar F, Sukandar D, Riyadi H, & Manusia, Institut Pertanian Bogor,


Mudjajanto ES. 2009. Studi Peningkatan Bogor.
Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyan-
du serta Perbaikan Gizi Balita. Fakultas Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Sosial. Dabara Publisher, Solo.
Bogor, Bogor.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya:
Kurniasih D, Hilmansyah H, Astuti MP, & Imam untuk Keluarga dan Masyarakat. Direk-
S. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi torat Jenderal Pendidikan Tinggi, De-
Seimbang. Gramedia, Jakarta. partemen Pendidikan Nasional.

Lemeshow S, David WH, & Janelle K. 1997. Stalker P. 2008. Millennium development goals
Besar Sampel dalam Penelitian Kesehat- MDGs). www.undp.or.id/pubs/docs/Let
an (Pramoni D, penerjemah). UGM SpeakOutforMDGs.pdf [2 Feb 2011].
Press, Yogyakarta.
[WHO] World Health Organization. 2006. WHO
Riyadi H. 2003. Metode Penilaian Status Gizi Anthro 2005 for personals computers
secara Antropometri. Fakultas Ekologi manual. http:/who.int/childgrowth/soft
ware [11 Feb 2011].

199

You might also like