You are on page 1of 11

Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat

Kerja

PERANAN SERIKAT PEKERJA DALAM PERLINDUNGAN HUKUM


TERHADAP PENCEGAHAN PELECEHAN SEKSUAL
UNTUK PEKERJA PEREMPUAN DI TEMPAT KERJA
Sri Pramudya Wardhani, Adhining Prabawati Rahmahani
Fakultas Hukum, Universitas Esa Unggul, Jakarta
Komplek Harapan Indah, Bekasi
sri.pramudya@esaunggul.ac.id

Abstract
The presence of labor union were meant to fight for employees’ rights and benefits, so that they would
not be treated arbitrarily by the employer. The success of this objective is highly dependent on the
awareness of the employees themselves. The better the organizations, the stronger the awareness of
employees to organize themselves. At work, female worker has two burdens, financial demand and
male domination. With male domination at work, harassments occasionally happened at work place
which are not only physically but also orally. Physical harassment at work are widely known,
however the oral harassment in form of speaking, insult, joke, photo or any uploads in social media
which is sordid, are rarely acknowledged. Those things made the female employee uncomfortable in
doing their daily activities at work. Hence, the role of labor union is desperately needed by employees
in resolving matters that break the existing rules. Evidently, female position in social life are often
considered as not equal with male even though the effort for the gender equality have been and
continue to be done in order to obtain equal rights. Furthermore, this article mainly uses the term
sexual harassment instead of sexual violence. Work place is one of the most potential places for sexual
harassment to happen. In a study case conducted in one of a company in Bekasi (Hilda 2017), it was
found that they had experienced sexual harassment. In the incident of sexual harassment, most of the
victims were females and most certainly the perpetrators were males. This were not meant that there
was no male whom experienced sexual harassment, however the number and proportion were
relatively low. Therefore, the urgency to discuss the role of labor union in providing the legal
protection to female workers with sexual harassment at work place are supported by strong evidence
without having to deny the opposite fact.

Keywords: labor union, legal protection, sexual harassment

Abstrak
Kehadiran organisasi pekerja dimaksudkan untuk memperjuangkan hak dan kepentingan
pekerja, sehingga pekerja tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak pengusaha.
Keberhasilan maksud ini sangat tergantung pada kesadaran dari para pekerja. Kesadaran
para pekerja untuk mengorganisasikan dirinya, semakin baik organisasi itu, maka akan
semakin kuat. Dalam dunia kerja, perempuan mempunyai beban ganda yaitu karena
tuntutan finansial dan banyak didominasi laki-laki. Dengan dominasi peran laki-laki dalam
dunia kerja, terkadang ditempat kerja timbul pelecehan yang tidak hanya bersifat fisik
tetapi ada juga yang bersifat lisan. Pelecehan di tempat kerja yang berupa pelecehan fisik
sudah sering kita mengetahuinya, akan tetapi pelecehan yang bersifat lisan yang berupa
bicara/caci maki/candaan/foto ataupun unggahan dari sosial media yang jorok jarang kita
mengetahuinya. Hal-hal tersebut yang membuat para pekerja perempuan tidak nyaman
dalam melaksanakan aktivitasnya dalam bekerja. Oleh karena itu peranan serikat pekerja
sangat dibutuhkan oleh anggotanya dalam hal ini disebut pekerja dalam menyelesaikan hal-
hal yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ada. Posisi perempuan dalam kehidupan
sosial ternyata sering dianggap belum sejajar dengan laki-laki meskipun upaya ke arah
kesetaraan gender telah lama dan terus dilakukan untuk mendapatkan persamaan hak..
Untuk selanjutnya, dalam tulisan ini lebih banyak menggunakan istilah pelecahan seksual
daripada kekerasan seksual. Tempat kerja merupakan salah satu tempat yang paling
potensial bagi terjadinya pelecehan seksual. Pada studi kasus yang dilakukan di salah satu
perusahaan di Bekasi (Hilda 2017) ditemukan bahwa pernah mengalami pelecehan seksual.
Pada peristiwa pelecehan seksual sebagian besar korban adalah perempuan dan pelakunya
hampir pasti laki-laki. Tidak berarti bahwa tidak ada laki-laki yang mengalami pelecehan

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 56


Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat
Kerja

seksual, namun jumlah dan proporsinya tergolong kecil. Dengan demikian, urgensi
membahas peranan serikat pekerja dalam perlindungan hukum terhadap pelecehan seksual
untuk pekerja perempuan ditempat kerja memang didukung fakta yang kuat tanpa harus
menafikan kenyataan yang sebaliknya.

Kata kunci : serikat pekerja, perlindungan hukum, pelecehan seksual

Pendahuluan yang sama; (3) Setiap orang yang bekerja


Orang memerlukan pekerjaan untuk berhak akan imbalan yang adil dan
kelangsungan hidupnya. Dengan pekerjaan menyenangkan, yang menjamin dirinya
yang dilakukan seseorang dapat memenuhi sendiri, dan keluarga-nya sesuai dengan
kebutuhannya. Dari situlah manusia menda- kemuliaan martabat manusia dan ditambah
patkan penghasilan. Begitu pentingnya bekerja pula bila perlu dengan bantuan-bantuan social
untuk kehidupan manusia sehingga persaingan lainnya; (4) Setiap orang berhak untuk
untuk mendapakan pekerjaan sangatlah ketat. membentuk dan bergabung dengan serikat-
Bahkan tidak sedikit ditempuh dengan cara- serikat pekerja untuk melindungi kepentingan-
cara yang melanggar norma-norma agama kepentingannya. =>deklarasi universal hak-hak
maupun hokum yang berlaku seperti contoh asasi manusia diterima dan diumumkan oleh
untuk mendapatkan pekerjaan seseorang majelis umum pbb pada tanggal 10 desember
menempuh dengan cara menyuap atau jual 1948 melalui resolusi 217 A (III) dalam pasal 23
diri. Hal tersebut terjadi sejak negara ini Menurut Miriam Budiardjo dalam
didirikan, bangsa Indonesia sangat menyadari bukunya Dasar-Dasar ilmu politik (Jakarta,
bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan setiap gramedia, 2008) disebutkan bahwa bekerja
asasi warga negara sebagaimana diamanatkan adalah hak yang dijamin oleh pemerintah dan
dalam pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang masyarakat untuk setiap orang yang siap untuk
menyatakan : Tiap-tiap warga negara berhak atas bekerja. Setiap orang harus bebas untuk
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi memilih pekerjaan yang paling sesuai dan
kemanusiaan. (Andhini, 2017) berguna bagi dirinya dan masyarakat. Bahkan
Hal tersebut sudah menjadikan pada dapat dilihat bahwa tolok ukur keberhasilan
kewajiban negara untuk memberikan kesem- seseorang dari jenis pekerjaannya yang sedang
patan dan fasilitas warga negara supaya dapat dilakukannya. Seiring dengan perkembangan
memperoleh pekerjaan yang layak bagi zaman, bidang ketenagakerjaan menjadi obyek
kemanusiaan. Persoalan pekerjaan itu dapat yang sangat penting di dunia pada umumnya
dikaitkan dengan tanggung jawab pekerja yang dan merupakan salah satu penunjang ekonomi
tidak hanya untuk kepentingan dirinya tetapi bagi kemajuan negara Indonesia pada
juga untuk kepentingan atau kelangsungan khususnya. Setiap pengusaha baik
hidup banya pihak seperti ada anak, istri dan perserorangan maupun badan hukum pasti
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya membutuhkan peran tenaga kerja. Tenaga kerja
dan mengharapkan peran-perannya secara berperan penting dalam membantu
ekonomi. Didalam Deklarasi Universal Hak- meningkatkan prospek perusahaan menjadi
hak Asasi manusia yang diterima dan lebih baik lagi, terutama dalam hal proses
diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada produksi perusahaan dan hal lain yang
tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 menguntungkan bagi para pihak. Apabila
A (III) dalam pasal 23 ayat (1), (2), (3) dan (4) melihat kepada tenaga kerja sebelumnya, masih
disebutkan bahwa : (1) Setiap orang berhak banyak perusahaan yang menggunakan tenaga
untuk memperoleh pekerjaan, bebas memilih kerja laki-laki dan hal tersebut sangat dominan
pekerjaan, syarat-syarat yang adil, dan menye- sekali. Akan tetapi, saat sekarang ini
nangkan dari suatu lingkungan pekerjaan dan perusahaan tidak hanya mempekerjakan tenaga
mendapat perlindungan dari pengangguran; kerja laki-laki saja, tetapi juga mempekerjakan
(2) Setiap orang tanpa dibeda-bedakan berhak tenaga kerja perempuan bahkan anak-anak
memperoleh upah yang sama atas pekerjaan yang masih belum cukup umur untuk dapat

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 57


Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat
Kerja

dipekerjakan. Oleh karena itu tenaga kerja juga Dengan kata lain sebagai check and
harus diberikan perlindungan yang menjadi balances perusahaan. Antara Pengusaha dan
salah satu hak mereka, dan untuk mengetahui Serikat Pekerja mempunyai peranan yang sama
adanya perlindungan maupun batas-batas dalam menjalankan perusahaan supaya
dalam mempekerjakan anak dan wanita, perusahaan berjalan sesuai tujuan dan lancar.
Pemerintah Indonesia membentuk peraturan Pada saat ini masih sering kita jumpai terdapat
yang mengatur mengenai ketenagakerjaan juga pengusaha yang belum rela menerima
yaitu dalam Undang-Undang No. 13 Tahun kehadiran Serikat Pekerja tetapi hanya sebagian
2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenaga- kecil saja, biasanya kita dapati pada para
kerjaan”), terutama yang terdapat dalam Bab X pengusaha kecil. Peranan Serikat Pekerja selain
yang mengatur mengenai Perlindungan, dari memperjuangkan hak dan kepentingan
Pengupahan, dan Kesejahteraan. Seiring pekerja, juga melindungi anggotanya, dalam
dengan hal tersebut kehadiran Serikat Pekerja hal ini pekerja terhadap tindakan asusila yang
pada saat ini sangat dibutuhkan oleh pekerja dilakukan oleh sesama pekerja maupun dengan
dan pengusaha, aktivitas yang dilakukan tidak atasannya.
hanya memperjuangkan kepentingan anggo- Tindakan asusila itu adalah tindakan
tanya untuk peningkatan kesejahteraannya yang menyimpang dari norma-norma keso-
saja, akan tetapi juga membantu meningkatkan panan yang berlaku di masyarakat. Perbuatan
usaha perusahaan. (Indonesia, 2003). ini banyak terjadi ditengah-tengah kehidupan
Dalam Undang-undang No. 13 Tahun masyarakat dimana yang tereksploitasi adalah
2003 menyatakan bahwa serikat pekerja adalah perempuan dan anak-anak. Namun tidak
oraganisasi yang dibentuk dari pekerja baik di menutup kemungkinan laki-laki dapat menga-
perusahaan maupun diluar perusahaan yang lami tindakan asusila karena berdasarkan hal-
bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis hal tertentu. Oleh karena itu alangkah
dan bertanggung jawab guna pentingnya organisasi pekerja tersebut karena
memperjuangkan, membela serta melindungi itulah kaum pekerja di Indonesia harus turut
hak dan kepentingan pekerja serta serta menghimpun dirinya dalam suatu wadah
meningkatkan kesejahteraan pekerja, dan atau organisasi yang disebut organisasi Serikat
keluarganya. Dengan demikian kehadiran Pekerja Indonesia untuk proteksi diri terhadap
Serikat Pekerja di perusahaan bukan hal-hal yang tidak diinginkan. Sebagai imple-
merupakan masalah bagi perusahaan, tetapi mentasi dari amanat ketentuan Pasal 28 UUD
dapat membantu menyelesaikan masalah yang 1945 tentang kebebasan berserikat dan
dihadapi perusahaan, khususnya yang berkumpul, mengeluarkan pikiran dan dengan
berkaitan dengan peningkatan disiplin dan etos lisan maupun tulisan yang ditetapkan dengan
kerja. Peranan serikat pekerja diantaranya undang-undang (Azis, 2019)
adalah mendorong dan meningkatkan produk- Maka pemerintah telah meratifikasi
tivitas perusahaan. Keberlangsungan bisnis konvensi Organisasi Perburuhan Internasional
perusahaan tidak terlepas dari peran No. 98 dengan Undang-Undang No. 18 tahun
pekerjanya tetapai bukan berarti perusahaan 1956 tentang Dasar-Dasar Hak Berorganisasi &
meng-eksploitasi pekerjanya. Jadi antara Berunding Bersama (UU No.18 Tahun 1956,
Perusahaan dengan Serikat Pekerja saling 1956)
membutuhkan adanya. Hal ini sekaligus dapat Masalah ketenagakerjaan mempunyai
menghilangkan pandangan negatif terhadap multi dimensi yang cakupannya luas dan
Serikat Pekerja, tetapi kehadirannya membawa kompleksitas. Jumlah penduduk Indonesia
angin segar yang sangat diperlukan dalam yang begitu besar dan persentase untuk popu-
pertumbuhan usaha. Oleh pengusaha lasi perempuan lebih banyak dibandingkan
dibutuhkan karena sebagai sarana untuk laki-laki akan sangat berpengaruh dalam dunia
mengontrol jalannya perusahaan dalam hal ini kerja. Begitupun juga dengan kondisi per-
khususnya untuk pekerjanya apakah sesuai ekonomian yang kurang menguntungkan,
dengan aturan yang berlaku, dalam hal ini maka akan berpengaruh ke tingkat pendidikan.
Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Dengan tingkat perekonomian yang
Ketenagakerjaan. (Indonesia, 2003) rendah maka untuk memperoleh tingkat

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 58


Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat
Kerja

pendidikan yang layak atau pendidikan tinggi 3. Pelecehan isyarat, bahasa tubuh dan atau
sangat susah untuk dijangkau oleh masyarakat gerakan tubuh yang bernada seksual,
khususnya untuk kaum perempuan, oleh kerlingan yang dilakukan berulang-ulang,
karena itu kebanyakan perempuan isyarat dengan jari, dan menjilat bibir.
dikorbankan untuk dapat bekerja walaupun 4. Pelecehan tertulis atau gambar mengirim
usia sebagai pekerja belum cukup umur. atau memperlihatkan tampilan bahan
Kemiskinan menjadi hal yang berpengaruh pornografi, gambar, screensaver atau
dalam tingkat perekonomian. Pendidikan poster seksual, atau pelecehan lewat e-
angkatan kerja perempuan masih rendah. mail dan moda komunikasi elektronik.
Dengan rendahnya tingkat pendidikan 5. Pelecehan psikologis (emosional),
perempuan tersebut, sebagian pekerja permintaan dan ajakan kencan yang terus
perempuan bekerja di sektor padat karya. menerus dan tidak diinginkan,
Dengan banyaknya tenaga kerja perempuan penghinaan atau celaan yang bersifat
yang bekerja dan rendahnya tingkat seksual. (ILO, 2005)
pendidikan, maka dengan mudah akan ter-
jadinya pelecehan. Padahal kenyamanan Pengakuan prinsip-prinsip kesetaraan
bekerja sangat mempengaruhi dalam kesempatan untuk laki-laki dan perempuan
mewujudkan hubungan industrial yang dalam memperoleh hak untuk hidup tanpa rasa
kondusif. Tindakan-tindakan pelecehan tidak takut dari kekejaman dan pelecehan diatur
hanya sekedar mengganggu tetapi sudah dalam pasal 27 (2) UUD 1945: “Tiap-tiap warga
merupakan masalah yang merugikan bagi negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
pihak yang dilecehkan. Salah satu hal yang layak bagi kemanusiaan” (Andhini, 2017) dan
perlu mendapatkan perhatian dalam pasal 28 (2) UUD 1945 : “Setiap orang berhak
mewujudkan kenyamanan bekerja adalah bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
adanya kondisi kerja yang terbebas dari adanya dasar apapun dan berhak mendapatkan
pelecehan seksual di tempat kerja. Pelecehan perlindungan yang bersifat diskriminatif itu”.
seksual di tempat kerja dapat menimpa siapa (Presiden RI, 2000)
saja dan merugikan semua pihak. Pelecehan Oleh karena itu dengan mengutamakan
seksual adalah segala tindakan seksual yang prinsip-prinsip dan hak mendasar ditempat
tidak diinginkan, per-mintaan untuk kerja (bebas dari kerja paksa, adanya kebebasan
melakukan perbuatan seksual, tindakan lisan berserikat, tidak ada diskriminasi dan bebas
atau fisik atau isyarat yang bersifat seksual, dari pekerja anak), akan memberikan
atau perilaku lain apapun yang bersifat seksual, perlindungan sosial terhadap resiko-resiko
yang membuat seseorang merasa tersinggung, yang timbul dalam melaksanakan tugas,
dipermalukan dan/atau terintimidasi dimana dengan tanpa mengurangi kesempatan bekerja
reaksi seperti itu adalah masuk akal dalam serta memberikan kesempatan untuk adanya
situasi dan kondisi yang ada, dan tindakan dialog sosial. Prinsip non diskriminasi sebagai
tersebut mengganggu kerja, dijadikan hak dasar pekerja di tempat kerja dalam
persyaratan kerja atau menciptakan lingkungan hubungan industrial ditujukan untuk
kerja yang mengintimidasi, bermusuhan atau memberikan kenyamanan bekerja diatur dalam
tidak sopan. Konvensi ILO No. 100 tentang Pengupahan
Adapun jenis pelecehan ditempat kerja yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk
dapat berupa : pekerjaan yang sama nilainya, (Konvensi ILO
1. Pelecehan secara fisik, sentuhan yang No. 100 Th 1951, n.d.) dan Konvensi ILO No.
tidak diinginkan dan mengarah ke 100 tentang Diskriminasi dalam pekerjaan dan
perbuatan seksual, seperti mencium, jabatan. (Konvensi ILO No. 100 Th 1951, n.d.)
menepuk, mencubit, melirik, dan Diskriminasi terhadap gender laki-laki
menatap penuh nafsu. dan perempuan yang sudah jelas diatur dalam
2. Pelecehan secara lisan, ucapan verbal atau Konvensi ILO tersebut, akan tetapi seperti
komentar yang tidak diinginkan tentang perlindungan hukum tehadap pencegahan
kehidupan pribadi atau bagian tubuh pelecehan seksual untuk pekerja perempuan
atau penampilan seseorang. apakah diatur dalam UU No. 13/2003 tentang

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 59


Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat
Kerja

Ketenagakerjaan. Ternyata dalam UU keselamatan dapat diartikan bahwa korban


Ketenaga-kerjaan tersebut telah memberikan pelecehan bisa mendapatkan intimidasi dari
perlin-dungan bagi tenaga kerja yaitu dalam pelaku pelecehan.
Pasal 86 ayat (1) yang isinya adalah : setiap Tempat kerja tidak hanya ruangan
buruh mempunyai hak untuk memperoleh secara fisik sebagai tempat aktivitas kerja
perlindungan atas (a) keselamatan dan kesehatan; selama delapan jam sehari, seperti kantor atau
(b) moral dan kesusilaan; dan (c) perlakuan yang pabrik, namun juga lokasi yang berkaitan
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta dengan pelaksanaan pekerjaan karena adanya
nilai-nilai agama. (Indonesia, 2003) tanggung jawab dalam hubungan kerja, seperti
Unsur penting dari pelecehan seksual acara-acara sosial yang terkait dengan
adalah adanya ketidakinginan atau penolakan pekerjaan, seminar dan pelatihan, perjalanan
pada apapun bentuk-bentuk perhatian yang dinas, makan siang, makan malam bisnis, atau
bersifat seksual. Apabila perbuatan tidak kampanye promosi yang diselenggarankan
dikehendaki oleh si penerima perbuatan untuk menjalin usaha resmi dengan klien dan
tersebut, maka perbuatan itu bisa dikategorikan calon rekanan, maupun percakapan lewat
sebagai pelecehan seksual sebagaimana diatur telepon dan komunikasi lewat media
dalam pasal percabulan. Kitab Undang-Undang elektronik. Sehingga tempat kerja meliputi
Hukum Pidana (KUHP) secara umum (Lex tidak hanya ruang fisik tetapi juga mencakup
Generalis) juga dapat dijadikan landasan semua jam kerja diluar ketentuan yang telah
dengan ancaman hukuman seperti yang diatur diatur dalam UU no. 13/2003 tentang
dalam Pasal pencabulan 289-299. Ketenagakerjaan. (Indonesia, 2003)
Mengenai perbuatan cabul di tempat Dalam KUHP tidak dikenal istilah
kerja, terutama bila dilakukan oleh atasan pelecehan seksual, melainkan hanya mengenal
dapat kita temui ketentuannya dalam Pasal 294 istilah yang disebut dengan perbuatan cabul
ayat 2 angka 1 KUHP yaitu diancam dengan yang diatur dalam pasal 289 – 290 dan juga
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dalam KUHP tidak secara khusus mengatur
pejabat yang melakukan perbuatan cabul tentang hukuman bagi pelaku pelecehan
dengan orang yang karena jabatan adalah seksual, namun undang-undang tersebut
bawahannya, atau dengan orang yang melarang segala tindakan yang tidak pantas
penjagaannya dipercayakan atau diserahkan dan kekerasan atau ancaman untuk melakukan
kepadanya. (Kuhp & Praktik, 2019) hubungan seksual. Aturan ini berlaku sebagai
Untuk memahami lebih lanjut dasar untuk membendung tindak pidana
pelecehan seksual dan pencegahan serta pelecehan seksual di tempat kerja. Korban atau
penanganannya, perlu dipahami terlebih orang yang mengetahui kejadiannya harus
dahulu beberapa pengertian yang berkaitan membuat laporan resmi. KUHP memberikan
dengan pelecehan seksual di tempat kerja. hukuman sampai dengan dua tahun delapan
Pelecehan seringkali dilakukan dengan bulan penjara serta hukuman denda atas
menyalahgunakan kekua-saan sehingga korban tindakan ini. Dalam hal kekerasan yang
akan mengalami kesulitan dalam membela diri. berujung pada hubungan seksual, hukumannya
Pelecehan ditempat kerja adalah segala jenis meningkat sampai dengan 12 tahun
tindakan yang tidak diinginkan, berulang- penjara.(Wardhani & Prabawati, 2020)
ulang, dan tidak masuk akal, yang ditujukan 1. Apa sajakah faktor yang menyebabkan
kepada pekerja/buruh atau sebuah kelompok pekerja perempuan selalu mendapatkan
pekerja yang meng-akibatkan kesulitan dalam pelecehan seksual dari pekerja pria ?
pelaksanaan tugas yang diberikan atau 2. Mengapa para pelaku pelecehan seksual
menyebabkan pekerja merasa dirinya bekerja tidak takut menghadapi ancaman
dalam suasana perusa-haan yang tidak hukuman yang tinggi ?
harmonis sehingga dapat menyebabkan risiko 3. Bagaimanakah peranan Serikat Pekerja
terhadap kesehatan dan keselamatan. Risiko dalam hal perlindungan hukum terhadap
terhadap kesehatan dimaksudkan adalah anggotanya yang terkena pelecehan
bahwa korban pelecehan tersebut mendapatkan seksual ?(Wardhani & Prabawati, 2020)
ancaman secara psikhis, sedangkan risiko

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 60


Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat
Kerja

Metode Penelitian Pelecehan Seksual Untuk Pekerja Perempuan


Dalam penulisan penelitian ini, metode Di Tempat Kerja. Mengingat fungsi dari
yang digunakan adalah jenis metode yuridis - hukum ketenagakerjaan adalah untuk
empiris. Penelitian yuridis empiris adalah mencapai atau melaksanakan keadilan sosial
penelitian hukum mengenai pemberlakuan dalam bidang ketenagakerjaan, dan untuk
atau implementasi ketentuan hukum normatif melindungi pekerja terhadap kekuasaan tidak
secara in action pada setiap peristiwa hukum terbatas dari pengusaha, yang sifatnya
tertentu yang terjadi di masyarakat dalam hal memaksa agar pengusaha tidak bertidak
ini di salah satu perusahaan di Bekasi. sewenang-wenang terhadap para pekerja
(Wardhani & Prabawati, 2020) sebagai pihak yang lemah. Kehadiran Serikat
Pekerja dimaksudkan untuk memperjuangkan
Hasil dan Pembahasan hak dan kepentingan pekerja, sehingga tidak
Pengertian Tenaga Kerja diperlakukan semena-mena oleh pihak
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pengusaha maupun sesama pekerja.
tentang Ketenagakerjaan Bab I pasal 1 ayat 2 Memperjuangkan anggotanya dalam hal ini
disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap disebut sebagai pekerja, Serikat Pekerja tidak
orang yang mampu melakukan pekerjaan hanya memperjuangkan hak pekerja saja akan
guna menghasilkan barang dan atau jasa baik tetapi juga memperjuangkan harkat dan
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun martabat pekerja. Perkembangan Serikat
untuk masyarakat. Sedangkan dalam kamus Pekerja dalam hal tersebut turut serta
besar bahasa Indonesia tenaga kerja adalah membantu untuk mencegah pelecehan seksual
orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu, yang dilakukan oleh sesama pekerja (secara
orang yang mampu melakukan pekerjaan baik horizontal) ataupun antar pekerja dengan
di dalam maupun di luar hubungan kerja. atasannya (secara vertikal) sangat dibutuhkan.
(Indonesia, 2003) Pengertian dari pelecehan seksual adalah
Menurut Alam (2014) tenaga kerja segala tindakan seksual yang tidak diinginkan,
adalah penduduk dengan usia antara 17 tahun permintaan untuk melakukan perbuatan
sampai 60 tahun yang bekerja untuk seksual, tindakan fisik atau lisan atau isyarat
menghasilkan uang sendiri. yang bersifat seksual atau perilaku lain
Menurut Keputusan Menteri Tenaga apapun yang bersifat seksual, yang membuat
kerja dan Transmigrasi Nomor Kep- seseorang merasa tersinggung, dipermalukan
224/Men/2003 yang mengatur undang- dan/atau terintimidasi dimana reaksi seperti
undang ketenagakerjaan, antara lain : itu adalah masuk akal dalam situasi dan
a. Pasal 5 Undang-undang Nomor 13 kondisi yang ada, dan tindakan tersebut
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengganggu kerja, dijadikan persyaratan
memberikan perlindungan bahwa kerja atau menciptakan suatu lingkungan kerja
“Setiap tenaga kerja memiliki yang mengintimidasi, bermusuhan atau tidak
kesempatan yang sama tanpa sopan. Pelecehan seksual dapat
diskriminasi untuk memperoleh mengakibatkan kesulitan dalam melaksanakan
pekerjaan”. tugas yang diberikan atau menyebabkan
b. Pasal 6 Undang-undang Nomor 13 pekerja merasa dirinya bekerja dalam iklim
Tahun 2003 ditentukan bahwa “Setiap perusahaan yang tidak harmonis, yang juga
pekerja/buruh berhak memperoleh dapat menyebabkan resiko terhadap
perlakuan yang sama tanpa kesehatan dan keselamatan kerja. Tindakan
diskriminasi dari pengusaha”. (UU RI, pelecehan seksual dapat terjadi antara
NO.20, 2003, 2003) pekerja/atasan dan seorang pekerja lain
(hubungan vertikal) atau antara pekerja
Peranan Serikat Pekerja (dalam hal dengan pekerja (hubungan horizontal).
Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Perilaku yang tidak diinginkan tersebut tidak
Wanita dari Pelecehan Seksual). harus berulang-ulang atau terus menerus akan
Peranan Serikat Pekerja Dalam tetapi dapat berupa insiden tunggal yang
Perlindungan Hukum Terhadap Pencegahan

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 61


Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat
Kerja

akhirnya akan menjadi sebuah pelecehan tertentu dalam hal ini menghindari pekerjaan
seksual. yang ditugaskan diluar kantor, merasa malu
dan tidak percaya diri dan tentunya ingin
1. Uraian Kasus. mengundurkan diri.
Dalam kasus ini, terdapat kasus Dengan dilaporkannya perbuatan
pelecehan seksual dalam hubungan horizontal pelaku oleh korban, maka baik dari bagian
yaitu yang dilakukan oleh seorang sopir HRD maupun dari induk organisasi pekerja
dalam hal ini disebut pelaku terhadap salah dalam hal ini Serikat Pekerja telah memanggil
satu seorang staff perempuan dalam hal ini korban dan pelakunya untuk dimintai
disebut korban yang merupakan staff keterangan yang benar.
perempuan dari departemen HRD. Dalam UU Induk organisasi pekerja dalam hal ini
No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan telah Serikat Pekerja memanggil pelaku untuk
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dikonfrontir tentang tindakan yang dilakukan
yaitu dalam pasal 86 ayat 1 yang menyatakan oleh pelaku terhadap korban. Hal tersebut
bahwa : “setiap buruh memperoleh hak dalam dimaksudkan untuk mencegah agar jangan
perlindungan atas perlakuan yang tidak sesuai sampai terjadi perbuaatan yang melecehkan
dengan harkat dan martabat manusia serta nilai- terhadap korban.
nilai agama.” Pelecehan yang dilakukan oleh Untuk langkah awal dari pemeriksaan
pelaku berupa pelecehan fisik seperti kasus tersebut dari pihak Serikat Pekerja
memegang badan korban, pelecehan visual berpedoman kepada asas praduga tak bersalah
verbal yang berupa komentar atau ucapan terhadap pelaku. Hal tersebut digunakan
yang tidak diinginkan tentang kehidupan sebagai pedoman Serikat Pekerja karena secara
korban, pelecehan isyarat dan pelecehan sederhananya bahwa asas ini merupakan
psikologis yang berupa ajakan kencan yang prasyarat utama untuk menetapkan bahwa
tidak diharapkan oleh korban. Hal itu dapat suatu proses telah berlangsung jujur, adil dan
terjadi karena korban sering ditugaskan keluar tidak memihak sesuai dengan pasal pasal 8
kantor dengan pelaku tersebut. Intensitas Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman tahun
pertemuan- pertemuan tersebut yang menjadi 2009 dan dalam penjelasan umum KUHAP.
faktor yang secara tidak langsung timbul Dari langkah awal pemeriksaan kasus tersebut
terjadinya pelecehan seksual. Pada awalnya yang dilakukan oleh Serikat Pekerja bahwa
dengan sikap menyimpang yang dilakukan pelaku merasa tidak melakukan hal yang telah
oleh pelaku dianggap sebagai gurauan saja disangkakan. Untuk meyakinkan bahwa
oleh korban. Akan tetapi lama kelamaan hal pelaku tidak melakukan seperti yang
tersebut terjadi secara terus menerus baik disangkakan, maka saksi korban dihadapkan
dilakukan pada saat bekerja atau diluar jam juga. Setelah dikonfrontir oleh Serikat Pekerja,
kerja dengan cara sering menelpon si korban antara pelaku dan korban terdapat beberapa
dengan maksud tertentu dan bujuk rayu yang temuan yaitu :
menjurus kepada pelecehan seksual. Tindakan 1. Pelaku memang dengan sengaja
yang dilakukan oleh korban untuk menghidari melakukan pelecehan seksual dengan
atau melarang hal tersebut adalah berbicara korban baik yang berupa bujuk rayu,
kepada pelaku bahwa tindakan yang candaan mesra, memperlihatkan foto yang
dilakukan oleh pelaku itu membuat tidak tidak senonoh, dan berusaha memegang
nyaman dalam bekerja. Selain daripada itu badan korban.
tindakan dari pelaku tersebut telah dilaporkan 2. Pelaku dari awal mula memang sudah ada
oleh korban kepada atasannya dan juga ketertarikan dengan korban
kepada pengurus Serikat Pekerja sebagai 3. Pelaku sadar akan perbuatan yang
induk organisasi pekerja di kantor tersebut dilakukan dan sering dilakukan berulang
untuk mencegah terjadinya pelecehan yang kali karena pelaku merasa tidak mungkin
terus menerus dilakukan oleh pelaku dan hal tersebut sampai dilaporkan kepada
meminta perlindungan hukum. Bagi korban atasannya ataupun kepada Serikat
dengan dilecehkannya oleh pelaku, maka Pekerja, oleh karena itu pelaku tidak
korban merasa menghindari dari situasi kerja

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 62


Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat
Kerja

mempunyai rasa takut atau jera terhadap dari Serikat Pekerja, pelaku dapat
apa yang telah dilakukan. memperbaiki kela-kuannya sampai batas yang
ditentukan yaitu selama 6 bulan sejak surat
Oleh karena diperusahaan tersebut ada suatu peringatan ke 3 diberikan. Dalam masa
Perjanjian Kerja Bersama yang telah disepakati tersebut, pelaku dapat memperbaiki sikap dan
antara pekerja dalam hal ini diwakili oleh perbuatannya. Karena dalam masa tersebut si
Serikat Pekerja dengan Majikan dalam hal ini pelaku dapat menun-jukkan itikad baiknya,
diwakili oleh Pengusaha, maka untuk berarti surat peringatan ke 3 sudah tidak
perbuatan yang dilakukan oleh pelaku berlaku lagi, hal itu sesuai dengan ketentuan
tersebut termasuk dalam pelanggaran berat yang telah disepakati dalam Pejanjian Kerja
yang sanksinya dapat pemecatan. Kasus Bersama yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut tidak sampai dilaporkan kepada tersebut.Akan tetapi dari pihak korban sudah
pihak kepolisian mengingat bahwa kasus merasa tidak nyaman bekerja di perusahaan
tersebut dapat diselesaikan secara internal tersebut akhirnya si korban mengundurkan
atau bipartit. Lembaga kerjasama bipartit diri untuk tidak bekerja di perusahaan
dalam hal ini merupakan forum komunikasi tersebut secara baik-baik.
dan konsultasi mengenai hal-hal yang Kasus pelecehan seksual ditempat
berkaitan dengan hubungan industrial di satu kerja memang nyata adanya tetapi jarang
perusahaan yang anggotanya terdiri dari terjadi. Di Indonesia, sebagian besar hal
unsur pengusaha dan Serikat Pekerja yang tersebut tidak dilaporkan. Alasan mengapa
sudah tercatat pada instansi yang bertanggung korban pelecehan seksual di kantor atau tempat
jawab dibidang ketenagakerjaan atau dari kerja sering kali memutuskan untuk tidak
unsur pekerja/buruh. Dalam lembaga membuat laporan resmi adalah kurangnya
kerjasama bipartit ini, segala hal yang dukungan dan perlindungan dari para pihak
menyangkut proses produksi dan perusahaan dalam hal ini dari serikat pekerjanya. Para
serta yang berhu-bungan dengan kepentingan korban harus dihadapkan dengan
pekerja/buruh dapat dimusyawarahkan konsuekuensi setelahnya, misalnya hilangnya
sehingga apabila terdapat keresahan yang pekerjaan, kurangnya dukungan dari pimpinan
timbul dapat disele-saikan sedini mungkin tempat kerja atau tidak tidak tertangkapnya
agar tercipta hubungan ketenagakerjaan yang pelaku karena penyelidikan yang tidak
harmonis dan kete-nangan berusaha menyeluruh.. Pada akhirnya para korban lebih
(industrial peace). Kasus yang dilakukan memilih untuk diam, demi melindungi nama
pelaku terhadap korban dalam satu dan dirinya sendiri dari sistem hukum yang
perusahaan dari pihak pengusaha tidak berpihak kepadanya. Kasus pelecehan
memutuskan bahwa si pelaku sudah seksual ditempat kerja memiliki implikasi
sepantasnya diberikan sanksi pemecatan, akan serius bagi korban. Para korban yang menjadi
tetapi dari pihak Serikat Perkerja memohon target tentu akan mengalami berbagai
supaya pelaku diberikan surat peringatan ke 3, konsekuensi yang negatif, termasuk masalah
dengan alasan bahwa si pelaku masih dapat kesehatan fisik dan metal, gangguan karier, dan
dibina dan diperbaiki untuk tidak mengulangi pendapatan yang lebih rendah..Komnas
perbuatannya. Pertimbangan pengusaha Perempuan menemukan bahwa hanya sekitar 3
memberikan surat peringatan ke 3 karena persen perempuan yang berani membuat
melihat dari bobot kesalahan yang dilakukan pengaduan. Kondisi tersebut menunjukkan
oleh pelaku. Dari kasus ini Serikat Pekerja bahwa perempuan yang mengalami pelecehan
telah memberikan perlindungan hukum seksual tidak yakin tempat kerja mereka dapat
kepada pelaku untuk tidak dilakukan mengatasi perma-salahan yang mereka hadapi
pemecatan dalam bekerja, mengingat pelaku dan mungkin saja karena takut akan
sudah berkeluarga dan menjadi tulang kehilangan pekerjaan mereka sehingga
punggung keluarga. Atas kesepakatan dengan membuatnya enggan untuk melapor. Dalam
pihak pengusaha, maka usulan dari Serikat studi kasus ini, pihak korban berani untuk
Pekerja dikabulkan oleh pengusaha. Seiring membuka diri melapor kepada yang
dengan berjalannya waktu dan monitoring berwenang ditempat kerja. Kasus tersebut

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 63


Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat
Kerja

dapat diselesaikan secara internal (bipartit) memberikan sosialisasi. "Semakin mereka


antara pekerja dalam hal ini diwakili oleh dekat dengan kami, semakin mereka berani
Serikat Pekerja dengan Perusahaan dalam hal bersuara," katanya.
ini diwakili oleh Pengusaha. Meski angka Jumisih menyebut kunci pencegahan
pelecehan seksual ditempat kerja terbilang dan penanganan pelecehan seksual ada di
tidak tinggi, Direktur Lembaga Bantuan perusahaan, serikat pekerja, dan pekerjanya
Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk sendiri. Perusahaan membuat peraturan
Keadilan (LBH APIK) Veni Oktarini Siregar mengenai tindak pelecehan seksual, serikat
mengatakan kekerasan pada perempuan pekerja yang mengawasi, dan
belum menjadi isu yang dipandang penting di pekerjanya harus belajar apa saja bentuk
masyarakat. Persoalan politik, upah kerja, dan pelecehan seksual serta bagaimana
korupsi, selalu mendapat prioritas dibanding menghadapinya. Untuk itu, harus ada
dengan isu perempuan. Padahal menurut sosialisasi yang masif dari komite sangat
Veni, ada dampak yang mengekor dari diperlukan.(Rahmi, 2018)
seorang korban pelecehan seksual. Selain Hasil Wawancara yang dilakukan oleh
menanggung malu dan trauma, perempuan Peneliti terhadap beberapa responden didapat
kerap dikucilkan karena dianggap sebagai hasil berikut ini :
penggoda. “Tak ada yang percaya seseorang 1. Sebanyak 1 dari 2 orang perempuan yang
melakukan pelecehan seksual di tempat pernah mengalami pelecehan seksual di
umum,” katanya. Di ranah hukum, kata Veni, tempat kerja memilih untuk diam. Alasan
pembuktian pelecehan seksual juga bukan hal mereka karena merasa itu lebih baik
yang mudah. Umumnya, polisi meminta bukti daripada menceritakannya ke orang lain.
dan saksi yang sering kali tidak ada. Dari 27 2. Sebanyak 1 dari 3orang perempuan yang
laporan yang masuk ke LBH APIK tahun ini, pernah mengalami pelecehan di tempat
baru satu laporan yang selesai diproses di kerja merasa malu jika ada orang lain yang
pengadilan. "Itu pun kasusnya sudah sejak mengetahui bahwa dia telah mengalami
2015," katanya. Urgensi penanganan pelecehan pelecehan seksual.
seksual juga dirasakan anggota Dewan 3. Sebanyak 1 dari 6 orang perempuan yang
Perwakilan Rakyat. Sejak 11 September 2015 pernah mengalami pelecehan seksual di
yang lalu, Komisi VIII menggodok Rancangan tempat kerja mengkhawatirkan karirnya
Undang-Undang tentang Penghapusan akan terancam jika dia melaporkan
Kekerasan Seksual. RUU ini ditargetkan bakal pelecehan yang dialaminya.
rampung paling lama semester satu tahun
depan. "Mudah-mudahan bisa lebih cepat," Berdasarkan pembahasan pada kasus di
kata anggota Komisi VIII Sodik Mudjahid. atas maka Hasil penelitian dengan
(Nugraha, 1945) metode wawancara langsung dilapangan yang
Dalam materi pokok undang-undang dilakukan pada tahun 2018, diperoleh data
penghapusan kekerasan seksual itu antara lain sebagai berikut: (sajian tabel).
penanganan korban dan hak korban serta
keluarganya. Tindakan pencegahan dan
ketentuan pidana juga tak luput dibahas. Series 2
"Undang-undang ini mendorong budaya dan
5
sistem pertahanan diri dan pencegahan
kekerasan seksual di masyarakat," kata dia.
0 Series 2
Menurut ketua FPLP Jumisih menga-
takan bahwa masalah utama perempuan yang
dilecehkan adalah ketidakberanian untuk
bersuara. (Kurnianingsih, 2015)
Harus adanya posko pengaduan di Berdasarkan hasil survei tersebut,
perusahaan adalah salah satu celah melawan ternyata masih banyak perempuan yang
pelecehan seksual di tempat kerja. Selain berpikir lebih baik diam daripada melaporkan
menerima pengaduan, posko idealnya juga pelecehan seksual yang dialaminya. Alasan

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 64


Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat
Kerja

tersebut sangatlah logis, mengingat sebagian Daftar Pustaka


besar orang masih beranggapan bahwa Andhini, N. F. (2017). Journal of Chemical
pelecehan seksual merupakan suatu aib dan Information and Modeling, 53(9), 1689–
sangat memalukan jika ada orang lain yang 1699.
mengetahui. Bahwa faktor yang menyebabkan
pekerja melakukan pelecehan seksual dikare- Azis, M. (2019). HAK BERSERIKAT DAN
nakan adanya rasa ketertarikan dengan sesama BERKUMPUL WARGA NEGARA
pekerja yang lawan jenis. Hal tersebut ASING DALAM PENDIRIAN
dilakukan hanya untuk sekedar iseng atau juga ORGANISASI KEMASYARAKATAN
memang sengaja melakukan pelecehan seksual DI INDONESIA. Jurist-Diction, 1, 627.
tersebut. https://doi.org/10.20473/jd.v1i2.11014
Pada kasus ini berdasarkan penelitian
bahwa pelaku yang melakukan pelecehan ILO. (2005). Pelecehan seksual di tempat kerja dan
seksual ditempat kerja tidak takut dengan cara mengatasinya. 1–4. online:
adanya ancaman pidana yang tinggi, karena www.nakertrans.go.id.
pelaku merasa bahwa yang dilakukan tersebut
berada dalam lingkungan kerja dan tanpa ada Indonesia, R. (2003). Undang-Undang Republik
kekerasan fisik. Indonesia No.13 Tahun 2003 tentang
Peran serta Serikat Pekerja dalam kasus Ketenagakerjaan. Undang-Undang No.13
ini adalah win-win solution dimana perbuatan Tahun 2003, 1, 1–34.
pelaku dapat diselesaikan secara internal tanpa http://www.kemenperin.go.id/kompet
melibatkan pihak lain seperti misalnya ensi/UU_13_2003.pdf
kepolisian. Akan tetapi juga Serikat Pekerja
memberikan informasi apabila terjadi kasus Konvensi ILO no. 100 th 1951. (n.d.). 1–11.
seperti itu lagi maka korban diharapkan untuk
melapor supaya dapat ditindak lanjuti. Kuhp, K. E., & Praktik, D. (2019). Artikel Skripsi.
(Wardhani & Prabawati, 2020) Dosen Pembimbing: Dr. Rodrigo F. Elias,.
VIII(3), 22–27.
Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dari Kurnianingsih, S. (2015). Pelecehan Seksual
pembahasan ini adalah bahwa : Terhadap Perempuan Di Tempat Kerja.
Faktor penyebab perempuan menjadi Buletin Psikologi, 11(2).
korban pelecehan seksual : https://doi.org/10.22146/bpsi.7464
1. Adanya kesempatan untuk Melakukan
tugas Bersama keluar kantor dan Nugraha, J. T. (1945). RUU tentang Penghapusan
dengan adanya akses internet yang Kekerasan Seksual. 105(3), 129–133.
dapat dija-dikan alasan untuk membuka https://webcache.googleusercontent.co
content yang tidak senonoh atau m/search?q=cache:BDsuQOHoCi4J:http
pornografi oleh pelaku untuk s://media.neliti.com/media/publicatio
melakukan pelecehan seksual kepada ns/9138-ID-perlindungan-hukum-
korban. terhadap-anak-dari-konten-berbahaya-
2. Tidak ada keberanian korban untuk dalam-media-cetak-dan-
melakukan perlawanan terhadap pele- ele.pdf+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id
cehan seksual yang dilakukan oleh
pelaku Presiden RI. (2000). Perubahan Kedua Undang-
3. Tindakan tutup mulut atau tidak Undang Dasar Negara Republik Indonesia
melaporkan kasus tersebut kepada Tahun 1945. 3, 1–6.
pihak atasan atau yang berwenang http://www.perpustakaan.depkeu.go.i
(Wardhani & Prabawati, 2020) d/FOLDERDOKUMEN/UUD
1945.pdf%5Cnhttp://www.pta-
makassarkota.go.id/peraturan_perunda
ngan/UUD/UUD AMANDEMEN 2

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 65


Peranan Serikat Pekerja dalam Perlindungan Hukum terhadap Pencegahan Pelecehan Seksual untuk Pekerja Perempuan di Tempat
Kerja

1945.pdf

Rahmi, A. (2018). Urgensi Perlindungan Bagi


Korbankekerasan Seksual Dalam Sistem
Peradilan Pidana Terpadu Berkeadilan
Gender. Jurnal Mercatoria, 11(1), 37.
https://doi.org/10.31289/mercatoria.v1
1i1.1499

UU no.18 tahun 1956. (1956). 18.

UU RI, NO.20, 2003, P. . (2003). Title. 1, 147–173.

Wardhani, S., & Prabawati, A. (2020). peranan


serikat pekerja dalam perlindungan
hukum terhadap pencegahan pelecehan
seksual untuk pekerja perempuan di
tempat kerja. peranan serikat pekerja
dalam perlindungan hukum terhadap
pencegahan pelecehan seksual untuk pekerja
perempuan di tempat kerja, 1(Hilda), 9–15.

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 1, April 2021 66

You might also like