You are on page 1of 21

FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 35

PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA


SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Farmers Aging Phenomenon and Reduction in Young Labor: Its Implication


for Agricultural Development
Sri Hery Susilowati*
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jln. A. Yani 70, Bogor 16161, Jawa Barat, Indonesia
*Korespondensi penulis. E-mail: srihery@yahoo.com

Naskah diterima: 24 Februari 2016 Direvisi: 6 April 2016 Disetujui terbit: 13 Juni 2016

ABSTRACT

Qualified human resources with a good commitment to develop agricultural sector is one of the determining
factors toward sustainable agricultural development. However, agricultural development deals with significant
issue especially reduction in the number of young farmers. This paper aims to review structural changes from
perspective of aging farmer and declined number of young farmers in Indonesia and other countries. Specifically,
this paper identifies various factors causing the changes and describes the policies needed to support young
workers to enter agricultural sector. The method used in this paper is both descriptive analysis and cross
tabulation. The results show that aging farmers and young farmers decline in Indonesia keep increasing. The
phenomena are also found in other countries in Asia, Europe, America and Australia. Various factors causing lack
interest of young workers in agricultural sector, namely less prestigious, high risk, less assurance, unstable
earning. Other factors are small size land holding, limited non-agricultural diversification and agricultural
processing activities in rural areas, slow farm management succession, and lack of incentive for young farmers.
To attract youth to enter agricultural sector, it is necessary to transform youth’s perception that agricultural sector
currently is interesting and promising. The government needs to development agricultural industry in rural areas,
introduces technology innovation, offers special incentives for young farmers, modernizes agriculture, and
conducts training and empowerment of young farmers.
Keywords: aging farmer, structural change, work force, young farmer

ABSTRAK

Sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki komitmen membangun sektor pertanian merupakan
salah satu faktor keberhasilan pembangunan pertanian berkelanjutan. Namun, pembangunan pertanian
menghadapi permasalahan cukup serius, yaitu jumlah petani muda terus mengalami penurunan, baik secara
absolut maupun relatif, sementara petani usia tua semakin meningkat. Tujuan makalah ini adalah melakukan
review tentang perubahan struktural tenaga kerja pertanian dilihat dari fenomena aging farmer dan menurunnya
jumlah tenaga kerja usia muda sektor pertanian di Indonesia dan di berbagai negara lainnya, mengidentifikasi
berbagai faktor penyebab perubahan tersebut, serta kebijakan yang diperlukan untuk mendukung tenaga kerja
muda masuk ke sektor pertanian. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan tabulasi. Hasil
analisis menunjukkan bahwa secara umum fenomena penuaan petani dan berkurangnya petani muda di
Indonesia semakin meningkat. Kondisi seperti ini bukan hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara-negara
lain di Asia, Eropa, dan Amerika. Berbagai faktor penyebab menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor
pertanian, di antaranya citra sektor pertanian yang kurang bergengsi, berisiko tinggi, kurang memberikan jaminan
tingkat, stabilitas, dan kontinyuitas pendapatan; rata-rata penguasaan lahan sempit; diversifikasi usaha
nonpertanian dan industri pertanian di desa kurang/tidak berkembang; suksesi pengelolaan usaha tani rendah;
belum ada kebijakan insentif khusus untuk petani muda/pemula; dan berubahnya cara pandang pemuda di era
postmodern seperti sekarang. Strategi yang perlu dilakukan untuk menarik minat pemuda bekerja di pertanian
antara lain mengubah persepsi generasi muda bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menarik dan
menjanjikan apabila dikelola dengan tekun dan sungguh-sungguh, pengembangan agroindustri, inovasi teknologi,
pemberian insentif khusus kepada petani muda, pengembangan pertanian modern, pelatihan dan pemberdayaan
petani muda, serta memperkenalkan pertanian kepada generasi muda sejak dini.
Kata kunci: penuaan petani, perubahan struktural, petani muda, tenaga kerja pertanian
36 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

PENDAHULUAN nonpertanian juga meningkat dari waktu ke


waktu. Jumlah petani usia tua yang dominan
dan minat generasi muda bekerja di sektor
Sumber daya manusia pertanian mempunyai pertanian yang merosot ternyata juga dialami
peran penting dalam membangun pertanian oleh negara-negara lainnya, bukan hanya
berkelanjutan. Rencana Strategis Kementerian
negara-negara di Asia yang memiliki
Pertanian (Kementerian Pertanian 2015a) keterbatasan lahan, namun juga di negara-
memfokuskan pembangunan pertanian melalui negara Eropa dan Kanada (Murphy 2012;
konsep pembangunan pertanian berkelanjutan.
European Commission 2012; Wang 2014;
Paradigma pembangunan pertanian berke- Uchiyama 2014).
lanjutan pada hakekatnya adalah sistem
pembangunan pertanian melalui pengelolaan Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
secara optimal seluruh potensi sumber daya, di wilayah perdesaan petani umumnya adalah
baik sumber daya alam, sumber daya manusia, orang-orang desa yang berusia di atas 50
kelembagaan, dan teknologi, untuk menjaga tahun, yang saat ini kebingungan memikirkan
agar suatu upaya terus berlangsung dan tidak bagaimana keberlanjutan usaha tani mereka,
mengalami kemerosotan dalam rangka karena nyaris tidak ada anak-anaknya yang
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara mau meneruskan pekerjaan yang sudah mereka
keseluruhan. Oleh karenanya, sumber daya tekuni dan warisi dari generasi ke generasi.
manusia yang berkualitas dan memiliki Ironisnya pula, sebagian besar orang tua di
komitmen membangun sektor pertanian perdesaan juga tidak menginginkan anak-anak
merupakan salah satu faktor keberhasilan mereka bekerja di desa sebagai petani
pembangunan pertanian berkelanjutan. sebagaimana pekerjaan mereka saat ini. Hasil
Peran tenaga kerja pertanian Indonesia kajian BI (2014) menyatakan hasil dari suatu
dalam penyerapan tenaga kerja nasional tidak survei di Cina, dari seluruh contoh survei, tidak
terbantahkan memiliki kontribusi terbesar, ada satu pun orang tua sebagai petani yang
sekitar 35,3% (Kementerian Pertanian 2015b), mengharapkan anaknya menjadi petani seperti
namun sampai saat ini masih terdapat mereka. Ditambahkan pula tenaga kerja yang
permasalahan serius di bidang ketenagakerjaan bermigrasi ke kota sebagian besar adalah
pertanian. Permasalahan utama yaitu pemuda, dan sekitar 84,5% belum pernah terlibat
perubahan struktur demografi yang kurang kegiatan di sektor pertanian, serta sekitar 93,6%
menguntungkan bagi sektor pertanian, yaitu berniat tinggal di kota.
petani berusia tua (lebih dari 55 tahun) Berbagai alasan penyebab menurunnya
jumlahnya semakin meningkat, sementara minat tenaga kerja muda di sektor pertanian
tenaga kerja usia muda semakin berkurang.
terutama adalah citra sektor pertanian yang
Fenomena semakin menuanya petani (aging
kurang bergengsi dan kurang bisa memberikan
farmer) dan semakin menurunnya minat tenaga
imbalan memadai. Hal ini berpangkal dari relatif
kerja muda di sektor pertanian tersebut
sempitnya rata-rata penguasaan lahan usaha
menambah permasalahan klasik ketenaga-
tani. Alasan lain adalah cara pandang dan way
kerjaan pertanian selama ini, yaitu rendahnya
of life tenaga kerja muda telah berubah di era
rata-rata tingkat pendidikan dibandingkan
perkembangan masyarakat postmodern seperti
dengan tenaga kerja di sektor lain.
sekarang. Bagi anak-anak muda di perdesaan,
Berdasarkan hasil analisis terhadap data sektor pertanian makin kehilangan daya tarik.
Sensus Pertanian 2003–2013, dapat disimpul- Bukan sekedar karena secara ekonomi sektor
kan bahwa tenaga kerja pertanian didominasi pertanian makin tidak menjanjikan, tetapi
tenaga kerja usia tua lebih dari 40 tahun, tenaga keengganan anak-anak muda untuk bertani
kerja usia muda jumlahnya tidak banyak dan sesungguhnya juga dipengaruhi oleh subkultur
cenderung merosot dibandingkan 10 tahun baru yang berkembang di era digital seperti
sebelumnya. Demikian pula berdasarkan data sekarang. Krisis petani muda di sektor pertanian
Sensus Pertanian 1993–2003 komposisi pekerja dan dominannya petani tua memiliki
sektor pertanian berdasarkan usia telah konsekuensi terhadap pembangunan sektor
mengalami pergeseran yang menunjukkan pertanian berkelanjutan, khususnya terhadap
semakin berkurangnya tenaga kerja muda di produktivitas pertanian, daya saing pasar,
sektor pertanian. Data tersebut menunjukkan kapasitas ekonomi perdesaan, dan lebih lanjut
bahwa selama dua dekade, secara absolut dan hal itu akan mengancam ketahanan pangan
relatif, jumlah petani muda mengalami serta keberlanjutan sektor pertanian.
penurunan relatif tajam, sementara yang
tergolong usia tua semakin meningkat. Di sisi Berdasarkan latar belakang tersebut,
lain, pemuda yang bekerja di sektor makalah ini menyajikan review dari berbagai
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 37
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

hasil kajian yang terkait dengan topik bahasan. realitas pembangunan di benua tersebut
Makalah bertujuan untuk melakukan review (UNESCO c2016b). Dari uraian tersebut, ada
tentang perubahan struktural tenaga kerja beberapa batasan umur pemuda yang berbeda
pertanian dilihat dari fenomena aging farmer tergantung dari kepentingan dan pertimbangan
dan menurunnya jumlah tenaga kerja usia muda masing-masing negara atau lembaga dalam
sektor pertanian di Indonesia dan berbagai menetapkan batasan umur pemuda.
negara lainnya, mengidentifikasi berbagai faktor
Di Indonesia, batasan pemuda disebutkan
penyebab perubahan struktural tersebut, faktor-
oleh Indonesian Youth Employment Network
faktor keengganan tenaga kerja usia muda
(IYEN). ‘Kaum muda’ adalah mereka yang
masuk ke sektor pertanian, serta kebijakan
berada dalam kelompok usia 15–29 tahun (ILO
yang diperlukan untuk mendukung tenaga kerja
muda masuk ke sektor pertanian. 2007), sedangkan UU Nomor 40 Tahun 2009
pasal 1 ayat (1) tentang Kepemudaan menya-
takan pemuda adalah yang memasuki periode
PERUBAHAN STRUKTUR TENAGA KERJA penting pertumbuhan dan perkembangan,
PERTANIAN BERDASARKAN UMUR berusia 16 sampai 30 tahun. Karakteristik yang
menandai anak-anak muda, secara garis besar,
adalah anak-anak muda berada pada tahap
Batasan Umur Petani Muda perkembangan, yang mana sikap dan nilai-
Definisi dan batasan umur seseorang disebut nilainya sedang pada tahap pembentukan
sebagai pemuda bervariasi menurut beberapa dalam mengambil ideologi-ideologi tertentu. Di
sumber. Pemuda adalah sosok individu yang beberapa negara, batasan umur tenaga kerja
berusia produktif yang bila dilihat secara fisik disebut sebagai tenaga kerja/petani muda
dan psikis sedang mengalami perkembangan. (young farmer) menjadi penting untuk
Pemuda umumnya mempunyai karakter spesifik menentukan seseorang eligible (berhak)
yang dinamis, optimis, dan berpikiran maju. memperoleh insentif dalam melakukan atau
Pemuda merupakan sumber daya manusia memulai bisnis di sektor pertanian. Beberapa
pembangunan baik saat ini maupun masa negara memiliki kebijakan insentif untuk menarik
datang, sebagai calon generasi penerus yang tenaga kerja muda ke sektor pertanian. Kriteria
akan menggantikan generasi sebelumnya. batas seseorang disebut sebagai pemuda pada
Menurut United Nation Educational, Scientific kenyataannya berbeda menurut negara dan
and Cultural Organization (UNESCO), “youth is keperluan. Di Indonesia, batasan umur tenaga
best understood as a period of transition from kerja yang bekerja atau mulai bekerja di sektor
the dependence of childhood to adulthood’s pertanian tidak secara ketat diatur karena tidak
independence and awareness of our mempunyai implikasi apapun yang berkaitan
independence as member of a community” dengan fasilitas atau insentif pemerintah untuk
(UNESCO c2016a). petani muda.
Menurut batasan umur, secara internasional, Dalam konteks keterlibatan tenaga kerja
WHO menyebut young people dengan batas muda di sektor pertanian, beberapa negara
usia 10–24 tahun, sedangkan usia 10–19 tahun menggunakan batasan umur yang bervariasi,
disebut adolescence atau remaja. Namun, dikaitkan dengan insentif yang berhak diterima
belum lama ini WHO telah menetapkan kriteria oleh pemuda tani yang berusaha di pertanian
baru yang membagi kehidupan manusia ke atau pemuda yang akan mengawali bisnis
dalam lima kelompok usia: 0–17 tahun disebut pertanian. Beberapa kajian tentang pemuda tani
sebagai anak-anak di bawah umur; 18–65 tahun menggunakan batasan umur yang berbeda.
sebagai pemuda; 66–79 tahun sebagai Studi oleh Katchova dan Ahearn (2014) tentang
setengah baya; 80–99 tahun sebagai orang tua; implikasi pemilikan dan sewa lahan bagi
dan 100 tahun ke atas adalah orang tua berusia pemuda tani dan petani pemula (beginner
panjang (Erabaru 2015). UNESCO dan farmer) di Amerika Serikat, menggunakan
International Youth Year yang diselenggarakan batasan umur 35 tahun untuk petani muda.
tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia Davis et al. (2013) menggunakan batas umur 35
15–24 tahun sebagai kelompok pemuda. Jika tahun untuk disebut sebagai petani muda.
UNESCO menetapkan usia pemuda adalah 15– Pemerintah Australia mengunakan batasan
24 tahun, the African Youth Charter, umur 40 tahun sebagai pemuda tani yang
mendefinisikan pemuda adalah mereka yang berhak memperoleh skim finansial (financial
berusia antara 15–35 tahun. Batasan ini scheme) (Murphy 2012).
disesuaikan dengan konteks benua Afrika serta
38 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

Fenomena Penuaan Petani Susilowati (2014) terhadap data Sensus


Pertanian 2013, proporsi petani dengan umur
Pada tataran global, isu penuaan petani
lebih 40−54 tahun adalah yang terbesar, yaitu
kurang mendapat perhatian dibandingkan
41% (Gambar 1). Proporsi terbesar kedua
dengan isu-isu lain, misalnya isu penurunan
adalah kelompok usia lebih dari 55 tahun yang
produksi akibat perubahan iklim, padahal
dapat digolongkan sebagai petani tua, yaitu
masalah penuaan petani merupakan tantangan
27%, sedangkan kelompok generasi muda
demografi serius yang perlu mendapat perhatian
dengan usia kurang 35 tahun hanya 11%.
karena menyangkut keberlanjutan sektor
Sensus Pertanian 2003 juga menunjukkan
pertanian. Peningkatan jumlah petani berusia
sebagian besar petani berada pada golongan
tua lebih dari 60 tahun, sebaliknya semakin
umur 25–44 tahun sebesar 44,7%, kemudian
berkurangnya petani muda, terjadi di hampir
menyusul golongan umur 45−60 sebesar 23,2%,
seluruh belahan dunia. Perubahan struktural
proporsi tenaga kerja golongan usia lanjut (>60
demografi ketenagakerjaan sektor pertanian
tahun) sekitar 13,8%, dan terendah adalah
juga terjadi di negara-negara Asia, Eropa,
golongan muda (<24 tahun) hanya 9,2%. Hasil
maupun benua Amerika, Kanada, dan negara-
analisis yang sama juga dinyatakan oleh
negara di bagian benua lainnya. Hal ini
Supriyati (2010).
menunjukkan bahwa menurunnya minat tenaga
kerja pertanian sudah menjadi fenomena umum Sayangnya, dalam penyajian data struktur
yang perlu mendapat perhatian secara serius tenaga kerja menurut umur dari Sensus
dari pengambil kebijakan dalam rangka Pertanian BPS tidak dilakukan pengelompokan
menyelamatkan sektor pertanian. Gambaran petani menurut umur secara konsisten
perubahan struktural demografi tenaga kerja di antarsensus, sehingga perubahannya tidak bisa
sektor pertanian yang diuraikan di bawah diperbandingkan. Namun demikian, perkem-
memperkuat fenomena umum yang mengarah bangan data antarsensus tersebut menunjukkan
pada semakin menuanya petani dan bahwa telah terjadi perubahan struktural
berkurangnya tenaga kerja muda di sektor sepanjang satu dasawarsa sebelumnya, yakni
pertanian. Isu penuaan petani dan keragaannya tenaga kerja muda semakin berkurang,
di beberapa negara perlu dikaji dalam rangka sebaliknya tenaga kerja tua semakin bertambah.
mencari alternatif kebijakan guna mendorong
Hasil analisis Malian et al. (2004) terhadap
tenaga kerja muda masuk ke sektor pertanian,
struktur tenaga kerja pertanian selama dua
terutama pada era perdagangan bebas dewasa
dasawarsa sebelumnya lebih memperkuat
ini. Berikut ulasan fenomena penuaan petani di
kesimpulan bahwa perubahan struktural tenaga
Indonesia dan di beberapa negara lainnya.
kerja pertanian menurut umur telah terjadi sejak
lebih dua dasawarsa sebelumnya. Selama
Indonesia kurun waktu 1983–2003 komposisi pekerja
Sudah menjadi fenomena umum sektor pertanian berdasarkan usia telah
bahwasanya perubahan struktural demografi mengalami pergeseran yang mengarah kepada
ketenagakerjaan sektor pertanian di Indonesia dominasi petani tua dan menurunnya proporsi
mengarah pada fenomena penuaan petani. petani muda di sektor pertanian. Hal yang sama
Perubahan tersebut terjadi dari periode ke dikemukakan oleh Badan Penyuluhan dan
periode secara konsisten. Hasil analisis Pengembangan Sumberdaya Manusia Perta-

Sumber: Susilowati (2014)


Gambar 1. Komposisi petani Indonesia menurut umur, 2003 dan 2013
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 39
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

nian (BPPSDMP 2016a), bahwa jumlah tenaga kerja muda perdesaan untuk mencari
kerja di perdesaan mengalami penurunan. Hal pekerjaan di luar sektor pertanian adalah
ini diduga karena meningkatnya tenaga kerja rasional, mengingat sektor pertanian
yang bermigrasi ke perkotaan. Jumlah tenaga dipandang tidak dapat memenuhi kebutuhan
kerja sektor pertanian kelompok umur 25–54 hidup.
tahun mengalami penurunan dari tahun 2010
Tenaga kerja muda yang baru memulai
sampai dengan tahun 2014, yang meng-
usaha di sektor pertanian memiliki
indikasikan minat generasi muda terhadap
kemampuan finansial yang terbatas untuk
sektor pertanian mengalami penurunan
memiliki lahan luas, kecuali mereka
(Gambar 2). Tenaga kerja sektor pertanian
memperoleh warisan atau mengerjakan milik
didominasi oleh tingkat pendidikan SD ke
orang tua. Dengan luasan penguasaan lahan
bawah, yaitu sebanyak 64%. Hal ini
kurang dari 0,25 ha, sangat tidak menarik bagi
merupakan salah satu penyebab rendahnya
petani muda untuk memulai berbisnis di
produktivitas tenaga kerja pertanian (Gambar
pertanian yang berbasis lahan atau usaha tani
3).
konvensional (misalnya usaha tani tanaman
Berdasarkan hasil analisis data dengan unit pangan). Hasil analisis Lokollo et al. (2007)
observasi rumah tangga di tingkat mikro oleh terhadap data Sensus Pertanian 1983 dan
Sumaryanto et al. (2015), diketahui bahwa 1993 menunjukkan penurunan jumlah petani
fenomena penuaan petani telah terjadi di berusia kurang dari 35 tahun, yang sebagian
semua tipe agroekosistem. Secara keselu- besar penguasaan lahannya hanya sekitar
ruhan lebih dari 70% petani berusia 40 tahun 0,25 ha.
ke atas, bahkan yang usianya di atas 50 tahun
Jika dilakukan disagregasi menurut
lebih dari 40%.
subsektor, akan nampak ke subsektor apa
Perkembangan ketenagakerjaan pertanian minat tenaga kerja muda yang masih terlibat di
seperti diuraikan di atas memperkuat sektor pertanian. Masih dari hasil analisis
fenomena tenaga kerja muda perdesaan Lokollo et al. (2007), tenaga kerja muda yang
cenderung tidak memilih pertanian sebagai berusaha di sektor pertanian dominan berada
pekerjaan mereka. Mereka cenderung pergi di subsektor hortikultura, dan berikutnya
ke kota untuk mencari pekerjaan di sektor lain. adalah subsektor pangan. Relatif tingginya
Keputusan tenaga kerja muda tersebut minat tenaga kerja muda di subsektor
terutama karena adanya faktor pendorong, di hortikultura sangat beralasan mengingat
antaranya lahan pertanian yang semakin komoditas-komoditas subsektor hortikultura
sempit dan tidak ekonomis untuk diusahakan. adalah high value commodities yang dapat
Dari sisi pandang ekonomi, keputusan tenaga menghasilkan nilai pendapatan lebih tinggi

Sumber: BPPSD MP (2016a)

Gambar 2. Perkembangan tenaga kerja pertanian tingkat nasional menurut


kelompok umur, 2010–2014
40 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

Sumber: BPPSD MP (2016a)

Gambar 3. Persentase tenaga kerja pertanian (petani) menurut pendidikan,


Agustus 2014

dengan luasan lahan relatif sempit Pengurangan serapan tenaga kerja


dibandingkan dengan komoditas subsektor pertanian memang merupakan proses yang
tanaman pangan. Dengan mengetahui peta dikehendaki dalam menghadapi perubahan
seperti tersebut, akan berguna dalam struktur ekonomi nasional menuju
membangun program-program pemberdayaan industrialisasi. Dengan pengurangan penye-
tenaga kerja muda ke sektor pertanian, yang rapan tenaga kerja pertanian, maka beban
seyogianya diarahkan pada aktivitas-aktivitas sektor pertanian yang selama ini berperan
yang digemari oleh tenaga kerja muda. sebagai bumper nasional untuk penyerapan
Menurunnya persentase tenaga kerja tenaga kerja juga akan berkurang. Dengan
muda, sebaliknya meningkatnya persentase demikian, diharapkan akan meningkatkan
tenaga kerja usia tua, secara implisit juga produktivitas pertanian. Namun, apa yang
menunjukkan bahwa ada mismatch antara terjadi jika tenaga kerja yang keluar justru
jenis kesempatan kerja yang diinginkan oleh tenaga kerja usia muda berpendidikan tinggi
tenaga kerja muda di perdesaan dengan dan berkualitas, sementara tenaga kerja yang
kesempatan kerja yang tersedia. Ketidak- tersisa di pertanian lebih banyak tenaga kerja
cocokan keterampilan diterjemahkan sebagai tua dengan produktivitas kerja yang mulai
tenaga kerja dengan tingkat pendidikan atau menurun? Padahal, menurut hasil kajian
keterampilan yang terlalu tinggi atau terlalu Hukom (2014), ada hubungan secara nyata
rendah dari apa yang dibutuhkan oleh antara perubahan struktur penyerapan tenaga
pekerjaan tertentu. kerja dengan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan partisipasi angkatan kerja,
Kaitannya dengan kualitas pendidikan khususnya tenaga kerja produktif dan
tenaga kerja muda di sektor pertanian, berkualitas, akan menyebabkan produktivitas
semakin tinggi pendidikan tenaga kerja muda tenaga kerja meningkat dan selanjutnya
di perdesaan, maka mereka akan semakin pendapatan per kapita masyarakat menjadi
selektif dalam memanfaatkan kesempatan meningkat.
kerja di perdesaan. Sepanjang sektor
pertanian belum mampu menumbuhkan image Amerika Serikat
bahwa pekerjaan di sektor pertanian juga
dapat memberikan kebanggaan dan prospek Di Amerika Serikat, berdasarkan data
pendapatan yang baik, maka semakin statistik Sensus Pertanian Amerika Serikat, hasil
membaiknya tingkat pendidikan tenaga kerja analisis Katchova dan Ahearn (2014)
muda tidak akan berpengaruh banyak bagi menyatakan populasi petani di Amerika Serikat
kualitas tenaga kerja pertanian. Sektor mengalami penuaan. Rata-rata umur petani
meningkat rata-rata setahun pada setiap sensus
pertanian akan tetap ditinggalkan oleh tenaga
ke sensus berikutnya, yaitu dari 50,3 tahun di
kerja muda yang berpendidikan tinggi.
tahun 1978 meningkat menjadi 54 tahun pada
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 41
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

tahun 1997, selanjutnya menjadi 55,3 tahun memetakan perkembangan persentase petani
pada tahun 2002, dan meningkat lagi menjadi 25–35 tahun versus petani lebih dari 65 tahun
57,1 tahun pada tahun 2007 (Tabel 1). Distribusi sejak periode 1890 sampai dengan 2007, juga
tenaga kerja menurut umur pada tiga periode menunjukkan gejala penurunan persentase
sensus menunjukkan data menyebar normal dan petani muda dan meningkatnya petani tua
condong ke kanan, puncak grafik berada pada sudah terjadi sejak awal periode tersebut.
selang antara 50 tahun dan 60 tahun, konsisten Jumlah petani secara total menurun secara
dengan rataan umur KK petani 57 tahun. konsisten. Dari sekitar 6 juta petani pada tahun
Sebaran tersebut memperkuat kesimpulan petani 1910, berkurang hingga hanya tinggal sekitar 2
cenderung menua, dan semakin banyak petani juta pada tahun 2007. Perbandingan antara
berumur lebih dari 50 tahun sementara petani petani berusia kurang dari 35 tahun dengan
muda semakin sedikit. Petani yang berumur lebih petani lebih 65 tahun adalah satu berbanding
muda 35 tahun selama tiga periode sensus enam. Tahun 2007 jumlah petani berumur
tersebut mengalami penurunan, yaitu 8% pada kurang dari 36 tahun sebanyak 118.613 orang
Sensus tahun 1997, turun menjadi 5,8% pada atau hanya sekitar 13% dari jumlah petani muda
Sensus 2002 dan turun lagi menjadi 5,3% pada di tahun 1950 sebanyak 956.318 orang. Artinya,
Sensus 2007. Sementara petani pemula, yaitu selama sekitar lima dasawarsa telah terjadi
petani yang baru memulai usaha mereka di pengurangan petani muda 87%. Diperkirakan
pertanian, secara kuantitas cenderung stabil, antara periode saat ini sampai 2030 setengah
namun secara persentase cenderung menurun. juta petani atau seperempat jumlah petani di
Hal ini juga mengisyaratkan bahwa minat petani Amerika Serikat akan pensiun.
masuk ke usaha sektor pertanian menunjukkan
Dalam jangka panjang, menurut Kauffman
kecenderungan menurun, relatif terhadap jumlah
(2013a), ada hubungan antara peningkatan
petani secara keseluruhan. Jika dicermati lebih
umur petani dengan produktivitas pertanian.
lanjut, Katchova dan Ahearn (2014) juga
Pada saat pertanian sejahtera, rata-rata umur
menyatakan bahwa pada Sensus Pertanian 2007
petani relatif tetap dan umur petani muda dan
petani yang berumur kurang dari 35 tahun hanya
pemula meningkat dengan meningkatnya
sekitar 5,3% dibandingkan dengan persentase
keuntungan. Sebagai contoh, pada masa
petani pemula sebesar 32,4%. Artinya, jumlah
produktivitas pertanian di Amerika Serikat
petani pemula yang berusia muda juga relatif
meningkat secara nyata pada tahun 1940-an
sedikit.
sampai dengan 1970-an, proporsi petani muda
Kecenderungan meningkatnya umur petani kurang dari 35 tahun meningkat, namun setelah
sudah dapat dilihat sejak tahun 1940 sampai era tersebut jumlah petani muda cenderung
tahun 2007, di mana rata-rata umur petani di berkurang. Sebaliknya, petani tua dengan umur
Amerika Serikat meningkat dari 48 pada tahun lebih 65 tahun dan 55–64 tahun meningkat
1940 menjadi 57 pada pada tahun 2007 secara nyata. Selama periode 1910 sampai
(Kauffman 2013a). Petani dengan umur 65 dengan 2011 telah terjadi penurunan jumlah
tahun atau lebih memiliki laju peningkatan petani secara nyata. Jumlah petani berada di
jumlah paling besar. Sensus Pertanian 2007 puncaknya pada era 1940 di saat sektor
juga menunjukkan bahwa tenaga kerja yang pertanian mengalami masa booming, namun
bekerja di sektor pertanian rata-rata lebih tua cenderung menurun secara konsisten.
dibandingkan yang bekerja di sektor Penurunan jumlah petani terutama terjadi pada
nonpertanian serta petani yang berumur lebih era the Great Recession sampai dekade
dari 55 tahun sebanyak 56%. Shute (2011) terakhir, pada saat biaya produksi sektor
dengan menggunakan data bersumber dari US pertanian meningkat secara nyata sehingga
Department of Agriculture, National Agricultural kebutuhan modal juga meningkat nyata. Kondisi
Statistics Service (USDA NASS), yaitu Census tersebut secara jelas menunjukkan bahwa
of Agriculture: Farmers by Age (2007), bahkan negara Amerika Serikat yang tergolong negara

Tabel 1. Perubahan struktur tenaga kerja pertanian menurut umur di Amerika Serikat, 1978−2007

Uraian Sensus 1978 Sensus 1997 Sensus 2002


Rata-rata umur kepala RT (tahun) 50,3 54,0 55,3
Petani <35 tahun (%) 8,0 5,8
Jumlah petani pemula (%) 37,6 33,8
Sumber: Katchova dan Ahearn (2014)
42 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

maju, juga mengalami fenomena seperti yang sejak sebelum era tersebut; (2) petani pemilik
terjadi di negara-negara berkembang, yaitu lahan yang berusia muda di bawah 34 tahun
petani cenderung didominasi oleh petani tua. secara jumlah maupun persentase relatif kecil
dan perkembangannya cenderung menurun
Petani muda yang akan masuk dan memulai secara nyata; (3) petani tua pemilik lahan
bisnis di sektor pertanian menghadapi berumur lebih dari 60 tahun secara jumlah
tantangan yang tidak mudah, yaitu terbentur maupun persentase sangat besar, bahkan
masalah permodalan. Perusahaan pertanian petani tua berusia lebih dari 70 tahun jumlahnya
yang dikelola oleh petani muda seringkali paling dominan. Data-data tersebut secara jelas
dicirikan dengan terbatasnya modal sehingga sebagai bukti bahwa keterlibatan tenaga kerja
harus menghadapi pasar kredit dengan muda di sektor pertanian jumlahnya sangat kecil
persyaratan jaminan dan bunga yang lebih dan cenderung semakin berkurang, di sisi lain
tinggi dibandingkan dengan petani yang sudah fenomena aging farmer terjadi secara nyata.
berpengalaman bertani. Hal ini berimplikasi
pada kebijakan pemerintah dalam memberikan
Australia
dukungan terhadap petani pemula (farm bill
policy), hendaknya lebih difokuskan kepada Di Australia, struktur petani menurut umur
petani muda yang diharapkan lebih banyak menunjukkan kondisi yang tidak jauh berbeda
berkontribusi terhadap peningkatan produksi dengan di Amerika, di mana populasi petani
pertanian daripada petani pemula berumur tua didominasi oleh petani berumur lebih 65 tahun.
yang memulai usaha di sektor pertanian lebih Data dari NFF Farm Fact (2012) yang dikutip
untuk tujuan investasi. oleh Murphy (2012) menunjukkan jumlah petani
muda yang berumur kurang dari 30 tahun relatif
Lebih lanjut, menurunnya minat generasi
sedikit dan jumlah populasi petani semakin
muda terhadap sektor pertanian juga
banyak dengan meningkatnya umur petani
diungkapkan oleh FarmLast Project (2010).
menurut kelompok umur. Pada tahun 2012,
Hanya dalam periode sepuluh tahun (1997–
jumlah petani berumur lebih 65 tahun sebanyak
2007) persentase petani muda menurun hampir
lebih dari 30 ribu orang, sementara petani
3%, yaitu dari 8,1% menjadi hanya 5,4%, dan
dewasa ini petani yang berumur lebih 75 tahun muda berumur 30–34 tahun kurang dari 15 ribu.
jumlahnya dua kali lipat dibandingkan petani Rataan umur petani menunjukkan pertambahan
muda kurang dari 35 tahun. Konsekuensinya, dengan bertambahnya waktu. Pada tiga dekade
penguasaan lahan juga terkonsentrasi pada sebelumnya, rataan umur petani berkisar 43–44
petani tua. Data bersumber dari USDA NASS, tahun, dan meningkat menjadi 50–52 tahun
1988 dan USDA NASS, 1999 yang dianalisis pada tahun 2011. Sektor pertanian diharapkan
oleh FarmLast Project (2010) menunjukkan berkembang lebih efisien dan inovatif, namun
bahwa di Amerika Serikat secara keseluruhan, dengan kenyataan semakin menuanya rataan
lebih dari 60% penguasaan lahan oleh petani umur petani sementara jumlah petani muda
tua (lebih dari 60 tahun) dan 40% oleh petani yang akan menjadi generasi penerus relatif
berumur lebih dari 70 tahun pada tahun 2007. sedikit, akan menjadi masalah mengingat aset
yang dikuasai petani tua akan ditransfer ke
Kajian Duffy dan Smith (2004) juga generasi penerus.
menyimpulkan di Iowa tahun 1982 sebanyak
29% pemilik lahan berusia 65 tahun. Dua puluh Jepang
tahun kemudian (2002) pemilik lahan berusia
lebih 65 tahun sebanyak 55%. Artinya, selama Di Jepang, salah satu masalah yang serius
dua dasawarsa jumlah pemilik lahan berusia tua di sektor pertanian juga sama dengan di negara-
lebih dari 65 tahun meningkat hampir dua kali negara lain, yaitu kurangnya jumlah pengusaha
lipat. Kondisi ini tentunya sangat pertanian (Yaganimura 2014). Hal ini
mengkhawatirkan bagi kelangsungan sektor berhubungan dengan menurunnya jumlah
pertanian ke depan. tenaga kerja di sektor pertanian. Menurut
Uchiyama (2014), jumlah rumah tangga petani
Beberapa hasil kajian seperti yang diuraikan menurun 58% sejak tahun 1960 ke 2010, dan
di atas memperjelas telah terjadi perubahan proporsi petani terhadap total populasi juga
struktur ketenagakerjaan berdasarkan umur dan mengalami penurunan dari 36,2% menjadi
hal itu berkaitan dengan penguasaan aset hanya 5,4% (Tabel 2).
lahan, yang dapat disarikan di antaranya
sebagai berikut: (1) keterlibatan tenaga kerja Sumber pendapatan rumah tangga petani
muda di sektor pertanian semakin menurun terutama dari sektor nonpertanian, di mana
selama kurun waktu satu atau dua dasawarsa, rumah tangga yang hanya bersumber
bahkan penurunan keterlibatan sudah terjadi pendapatan dari pertanian semata turun dari
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 43
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

Tabel 2. Perkembangan populasi petani di Jepang, 1960–2010


Uraian 1960 1970 1980 1990 2000 2010
Populasi petani (juta) 34 27 21 17 10 7
Proporsi petani terhadap total populasi (%) 36,2 25,7 17,9 13,7 7,9 5,4
Rumah tangga petani (ribu) 6.057 5.342 4.661 3.835 3.120 2.528
Tenaga kerja pertanian (000) 14.542 10.252 6.973 4.819 3.891 2.606
Luas lahan pertanian ( 000 ha) 6.071 5.796 5.461 5.243 4.830 4.593
Sumber: Uchiyama (2014)

34% menjadi 17%. Hal ini berimplikasi terhadap Dengan semakin banyaknya petani yang
jumlah tenaga kerja pertanian yang juga keluar dari pertanian, maka lahan-lahan
mengalami penurunan dari 14 juta tahun 1960 pertanian di Jepang banyak yang tidak
menjadi hanya 2,6 juta tahun 2010 (Gambar 4). diusahakan (atau disebut sebagai "weed
Menurunnya jumlah tenaga kerja pertanian paradise"). Menurut Japan's Ministry of Land,
semakin memburuk dikaitkan dengan sebaran Infrastructure, Transport and Tourism (JMLIT)
umur tenaga kerja yang cenderung semakin dalam Uchiyama (2014), pada tahun 2007
menua. Fenomena aging farmer berjalan cepat sebanyak 386 ribu hektare lahan pertanian telah
sehingga data tahun 2010 menunjukkan sekitar ditelantarkan dan diramalkan sebanyak 412
61,6% tenaga kerja berumur lebih dari 65 tahun. pemukiman di perdesaan akan musnah dalam
Selama empat dasawarsa proporsi petani tua 10 tahun mendatang serta 2.219 lainnya bisa
lebih dari 65 tahun bertambah menjadi 43,8% jadi akan musnah pula dalam 10 tahun
dari semula 17,8% tahun 1970. berikutnya.
Fenomena aging farmer di Jepang tersebut Dengan latar belakang kondisi tersebut,
ternyata tidak berbeda jauh dengan fenomena jumlah tenaga kerja pertanian di Jepang secara
yang terjadi di Australia dan Amerika Serikat. keseluruhan menurun tajam dan tenaga kerja
Keengganan tenaga kerja muda masuk ke pertanian didominasi oleh petani tua. Petani
sektor pertanian menurut Uchiyama (2014) yang baru memulai atau masuk ke pertanian
terutama karena rata-rata luas lahan pertanian (new entry farm) sebagian besar adalah tenaga
yang relatif kecil dan cenderung menurun dari kerja tua, sangat sedikit tenaga kerja muda (39
waktu ke waktu, meskipun sampai tahun 2010 tahun atau lebih muda). Mereka diistilahkan
rata-rata pemilikan lahan sekitar 2 hektare, jauh sebagai "kembali ke pertanian (back to home
lebih besar dari rata-rata pemilikan lahan farms)" setelah masa muda mereka digunakan
pertanian di Indonesia. untuk bekerja di sektor nonpertanian (industri).

 
Sumber: Uchiyama (2014)

Gambar 4. Perkembangan proporsi tenaga kerja pertanian berumur 65


tahun lebih di Jepang, 1970–2010 
44 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

Uni Eropa penuaan petani secara serius. Lebih dari 97%


petani di Uni Eropa tergolong petani kecil,
Di negara-negara Uni Eropa, fenomena
semisubsisten, dengan tenaga kerja sebagian
aging farmer juga terjadi bahkan persentase
besar berasal dari dalam keluarga.
petani muda 35 tahun atau kurang jauh lebih
sedikit dibandingkan kondisi di Indonesia dan Rendahnya partisipasi tenaga kerja muda di
Amerika serta Australia. Struktur tenaga kerja sektor pertanian di negara-negara yang
pertanian telah bergeser ke dominasi tenaga tergabung dalam Uni Eropa, salah satunya
kerja tua umur lebih dari 55 tahun. Data karena kesamaan bahwa sektor pertanian
bersumber dari European Comission (2012) bukan pendukung utama GDP nasional. GDP
yang dianalisis oleh Wang (2014) menunjukkan sektor pertanian di negara Uni Eropa pada
bahwa persentase petani berusia di bawah 35 tahun 2001 mengalami penurunan bahkan
tahun pada tahun 2007 hanya berada pada sampai negatif dibanding tahun 2000, kecuali
kisaran 2,2% (negara Portugal) sampai 12,2% Denmark yang tumbuh 1,3% dan Jerman
(negara Polandia). Tiga tahun berikutnya, tumbuh 1,1% (Devie 2003).
perkembangan menunjukkan variasi antar-
Mengingat pembaruan generasi merupakan
negara, ada yang meningkat atau menurun.
hal yang sangat penting bagi kelanjutan
Portugal meningkat menjadi 2,6% dan Polandia
pertanian, maka kebijakan struktural harus lebih
juga meningkat menjadi 14,7%. Namun, negara-
banyak mengarah pada upaya "mengurangi
negara lain, seperti Belgia, Denmark, Jerman,
petani tua" dengan cara yang layak. Demikian
Belanda, dan beberapa negara lain mengalami
pula diperlukan kebijakan untuk menarik petani
penurunan, dan persentasenya tetap relatif
muda masuk ke sektor pertanian sehingga
kecil. Jika dilihat secara rata-rata negara Uni
sektor pertanian menjadi kompetitif dan
Eropa secara keseluruhan, persentase petani
produktif dalam jangka panjang.
muda sebesar 6,3% pada tahun 2007 naik
menjadi 7,5% tahun 2010. Petani tua lebih dari
55 tahun secara rataan sebesar 55,5% pada Thailand
tahun 2007, turun menjadi 53,1% pada tahun Di Thailand, jumlah petani menurun secara
2010. Tabel 3 secara lebih rinci membuktikan konsisten selama tiga dasawarsa terakhir. Pada
bahwa negara-negara Uni Eropa juga tahun 1980 jumlah petani sebanyak 65,65% dari
mengalami fenomena aging farmer dan total tenaga kerja, menjadi 44,28% di tahun
keengganan tenaga kerja muda bekerja di 2000. Tahun 1990 sebanyak 19 juta orang
sektor pertanian. petani (63,4% dari total tenaga kerja), namun
Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat tahun 2011 hanya tersisa 16,1 juta orang.
disimpulkan bahwa tantangan utama yang Petani yang keluar dari sektor pertanian pada
umumnya beralih pekerjaan ke sektor jasa dan
dihadapi oleh rumah tangga pertanian dalam
lingkup sempit, dan sektor pertanian pada industri, yang ditunjukkan dengan peningkatan
lingkup yang lebih luas adalah struktur tenaga kerja di sektor jasa dari 22,48% menjadi
35,81%.
demografi rumah tangga petani menghadapi

Tabel 3. Persentase petani menurut umur di beberapa negara-negara Uni Eropa, 2007 dan 2010
2007 (%) 2010 (%) Arah perubahan
No. Negara
Petani <35 Petani >55 Petani <35 Petani >55 Petani <35 Petani >55
1. Belgia 6,1 43,2 4,8 44,4 Turun Naik
2. Denmark 5,9 43,5 4,8 43,4 Turun Naik
3. Jerman 7,7 30,1 7,1 31,8 Turun Naik
4. Belanda 3,9 43,7 3,6 44,4 Turun Naik
5. Austria 11,0 26,0 10,7 26,2 Turun Naik
6. Polandia 12,2 35,1 14,7 28,5 Naik Turun
7. Portugal 2,2 72,1 2,6 71,4 Naik Turun
8. Swedia 6,0 49,9 4,8 54,3 Turun Naik
9. Inggris 3,9 56,1 4,0 56,1 Naik Tetap
10. Rataan UE-27 6,3 55,5 7,5 53,1 Naik Turun
Sumber: Wang (2014)
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 45
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

Hal yang tidak menguntungkan adalah tahun terakhir struktur tenaga kerja menun-
tenaga kerja yang keluar dari sektor pertanian jukkan perubahan ke arah positif, di mana
justru tenaga kerja muda yang masih produktif proporsi maupun persentase tenaga kerja
dan yang tersisa di sektor pertanian adalah pertanian menurun, sebaliknya tenaga kerja di
petani tua. Konsekuensinya, petani muda 15–24 sektor industri dan jasa meningkat.
tahun jumlahnya menurun nyata dari 35,3%
menjadi 12,1% selama periode 1987–2011. Hasil analisis Dang (2014) terhadap data
Jumlah petani berusia 25–39 tahun juga Statistik Tenaga Kerja di Vietnam tahun 1996–
menurun dari 34,7% menjadi 28,7%. 2005 dan 2007 juga menyatakan secara umum
Sebaliknya, petani tua jumlahnya meningkat tenaga kerja mengalami fenomena aging
secara konsisten dari 4,4% menjadi 12,4%. farmer. Proporsi tenaga kerja umur lebih dari 65
Dewasa ini rata-rata umur petani di Thailand tahun meningkat secara konsisten, dari 9,83%
sekitar 51 tahun (Tapanapunnitikul dan tahun 1996 menjadi 10,45% tahun 2007;
Prasunpangsri 2014). kelompok umur 45–64 tahun juga menunjukkan
kecenderungan perubahan yang sama, yaitu
Vietnam meningkat dari 18,49% tahun 1996 menjadi
24,59% tahun 2007. Hal ini berimplikasi
Di Vietnam, penduduk perdesaan memiliki menurunnya proporsi tenaga kerja muda usia
porsi relatif tinggi dari penduduk dan tenaga 15–44 tahun dari 71,68% tahun 1996 menjadi
kerja nasional, yaitu sebesar 59,9 juta atau 64,96% tahun 2007 dan dewasa ini
sekitar 68,3% dari total populasi (Dang 2014). kecenderungan penurunan tersebut bahkan kian
Sebagai ilustrasi pembanding, di Indonesia, meningkat.
populasi perdesaan pada tahun 2015 berjumlah
128,5 juta atau sekitar 50,4% dari total populasi. Meskipun dilihat dari kecenderungan
Tenaga kerja pertanian di Vietnam berasal dari proporsi tenaga kerja muda di Vietnam
dalam keluarga, di mana pertanian merupakan menurun, namun jika dibandingkan proporsi
sumber pendapatan sebagian besar rumah tenaga kerja muda dengan tenaga kerja tua,
tangga. Usaha pertanian merupakan skala dapat dikatakan tenaga kerja muda masih
rumah tangga yang dewasa ini dalam proses dominan dalam struktur ketenagakerjaan.
peralihan dari usaha yang bersifat subsisten ke Artinya kontribusi tenaga kerja muda di sektor
arah usaha tani komersial. pertanian masih relatif tinggi dibandingkan
dengan negara-negara lainnya. Di Thailand
Seperti layaknya negara ASEAN lainnya, misalnya, jumlah tenaga kerja muda di bawah
usaha tani di Vietnam dicirikan dengan 15–24 tahun hanya 12,2%, sementara di AS
keterbatasan infrastruktur karena rendahnya petani di bawah 35 tahun hanya 5,3%. Masih
investasi, tenaga kerja manual, dan relatif tingginya proporsi tenaga kerja muda di
produktivitas rendah (Dang 2014). Dalam sektor pertanian, menurut Dang (2014), karena
bidang ketenagakerjaan, tenaga kerja tenaga kerja tersebut tidak dapat memenuhi
perdesaan (berusia lebih dari 15 tahun) tuntutan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan
jumlahnya relatif tinggi, yaitu mencapai 36,1 juta oleh sektor industri dan jasa. Kualitas tenaga
atau 70,3% dari total tenaga kerja nasional kerja muda pertanian pada umumnya memiliki
tahun 2011, dan jumlah tersebut meningkat tingkat pendidikan dan keterampilan yang
drastis dari jumlah tahun 2008 sebanyak 1,1 juta rendah. Hal ini merupakan hambatan untuk
orang. Perdesaan menjadi penyerap pertum- masuk ke sektor industri dan jasa. Kondisi
buhan tenaga kerja, sementara pertumbuhan demikian “memaksa” mereka untuk tetap tinggal
kesempatan kerja tidak dapat mengimbangi di sektor pertanian. Keterlibatan mereka di
kebutuhan tenaga kerja. Namun, dalam sepuluh sektor pertanian bukan karena keinginan untuk

Tabel 4. Proporsi tenaga kerja pertanian menurut kelompok umur di perdesaan Vietnam, 1996–2007
(%)
Tahun
Kelompok umur
1996 1997 2000 2001 2004 2005 2007
15–44 tahun 71,68 71,34 71,69 71,33 68,4 67,49 64,96
45–64 tahun 18,49 18,83 19,22 19,02 21,54 22,31 24,59
>65 tahun 9,83 9,83 9,09 9,64 10,06 10,20 10,45
Sumber: Dang (2014)
46 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

tetap berusaha di pertanian, namun terdapat dengan produktivitas tenaga kerja sektor
mismatch tenaga kerja muda untuk masuk ke lainnya, pertanian menunjukkan penurunan
sektor industri dan jasa. secara konsisten.

Korea
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
Seperti halnya negara-negara lain, problem
KEENGGANAN GENERASI MUDA BEKERJA
yang sama dihadapi Korea, yaitu penuaan
DI PERTANIAN
tenaga kerja pertanian. Hasil analisis Ma (2014),
proporsi tenaga kerja pertanian berusia lebih 65
sekitar 6,4% pada tahun 1970, meningkat Sektor pertanian sesungguhnya mempunyai
11,2% tahun 1980, dan meningkat lagi menjadi ruang lingkup yang sangat luas. Dalam kaitan
23,7% pada tahun 1990. Tahun 2000 kembali dengan proses pembangunan pertanian,
meningkat menjadi lebih dari 40%. Persentase Mosher (1966) di dalam bukunya Getting
tersebut terus meningkat dan pada tahun 2010 Agriculture Moving, menyatakan bahwa
sebesar 55,9%. Sebaliknya, tenaga kerja muda pembangunan pertanian adalah bagian integral
20–30 tahun yang merupakan generasi penerus dari pembangunan ekonomi dan masyarakat
pertanian di Korea menurun cepat. Pada tahun secara umum. Secara luas pembangunan
1970 tenaga kerja pertanian berusia kurang dari pertanian bukan hanya proses atau kegiatan
40 tahun sebesar 57,6%, namun proporsi menambah produksi pertanian melainkan
tersebut menurun tajam menjadi 22,1% tahun sebuah proses yang menghasilkan perubahan
1990, dan kembali menurun menjadi 6,4% tahun sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga,
2010. Pada tahun 2010 jumlah total tenaga sosial, dan sebagainya demi mencapai
kerja pertanian sekitar 1,57 juta orang. pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
Perkembangan tersebut mengindikasikan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih
bahwa problem penuaan tenaga kerja pertanian baik. Oleh karenanya, sektor pertanian
merupakan permasalahan yang serius. Korea sesungguhnya bukan hanya dalam konteks on
dapat dikatakan sebagai negara dengan farm, melainkan agribisnis secara luas
komposisi petani tua terbanyak dibandingkan mencakup kegiatan pertanian hulu sampai hilir,
dengan negara-negara maju lainnya. Fenomena termasuk jasa penunjangnya.
penuaan petani yang menguasai dan Namun sayangnya, sektor pertanian
menggarap lahan jauh lebih serius dibandingkan seringkali dipersepsikan secara sempit hanya
fenomena penuaan tenaga kerja pertanian. kegiatan on farm, dan kebijakan pemerintah di
Tahun 2013, rata-rata umur petani yang sektor pertanian pun selama ini bias ke arah on
menguasai lahan adalah 65,4 tahun. Proporsi farm. Kaitannya dengan bahasan pada makalah
petani yang menguasai lahan berumur lebih dari ini, keengganan generasi muda bekerja di
60 tahun sebesar 67,3% dan yang berumur pertanian juga dilihat dari sudut pandang
lebih dari 70 tahun adalah 37,7%. Kondisi pertanian sebagai kegiatan produksi on farm.
tersebut sungguh memprihatinkan bagi kelang- Sektor pertanian bagi generasi muda secara
sungan usaha pertanian di Korea. umum seringkali dipersepsikan sebatas
Jika dibuat rasio antara kelompok petani kegiatan on farm yang kurang menarik, pelaku
berumur muda (kurang 35 tahun) terhadap harus bekerja di bawah terik matahari dan kotor
kelompok petani umur tua (lebih 55 tahun), dengan sumber daya lahan terbatas. Publikasi
negara-negara yang memiliki rasio relatif cukup tentang pertanian lebih banyak menampilkan
tinggi adalah Jerman, Denmark, Amerika berita tentang kegagalan pertanian seperti
Serikat, Perancis, dan Uni Eropa, dengan rasio banjir, kekeringan, serangan hama, puso, yang
lebih besar 0,1. Sementara di Korea kondisinya secara tidak langsung menjadi black campaign
lebih buruk lagi, di mana tahun 1990 rasio bagi mahasiswa pertanian. Pandangan tersebut
tersebut masih sebesar 0,186 namun secara perlu diluruskan dan perlu mengubah persepsi
konsisten terus merosot sehingga pada tahun pertanian yang kotor, sulit, dan berisiko tinggi
2013 rasio menjadi hanya 0,004. menjadi pertanian yang berteknologi dan
bergengsi.
Semakin merosotnya rasio petani muda
dengan petani tua berimplikasi pada penurunan Fenomena semakin menurunnya minat
produktivitas tenaga kerja pertanian. Pada tenaga kerja muda bekerja di sektor pertanian
periode tahun 1981–1990 rata-rata pertum- mempunyai konsekuensi bagi keberlanjutan
buhan produktivitas tenaga kerja 6,6% per sektor pertanian ke depan. Di masa depan
tahun, sementara tahun 2001–2012 merosot beban sektor pertanian akan semakin berat
menjadi rata-rata 0,6% per tahun. Dibandingkan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 47
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

meningkatnya permintaan pangan sehingga Faktor lainnya bersifat pull factor atau faktor
peningkatan produksi dan produktivitas menjadi eksternal, seperti insentif bekerja di sektor
faktor kunci. Mahasiswa dan tenaga kerja muda nonpertanian lebih tinggi, dan persepsi tenaga
sebagai generasi penerus petani harus kerja muda sektor nonpertanian di perkotaan
ditumbuhkan minatnya untuk kembali ke sektor lebih bergengsi. Mereka lebih senang merantau
pertanian dan bertanggung jawab dalam ke kota meskipun hanya menjadi kuli bangunan
peningkatan produksi dan produktivitas atau bekerja di pekerjaan nonformal lainnya.
pertanian dan penyediaan pangan nasional. Bagi yang berpendidikan tinggi, mereka bekerja
di pekerjaan formal seperti menjadi pegawai
Analisis data hasil survei dengan unit negeri, atau di sektor industri, jasa, dan lainnya.
observasi desa yang dilakukan oleh Sumaryanto Fenomena ini terjadi merata hampir di seluruh
et al. (2015) memperoleh kesimpulan bahwa agroekosistem (Susilowati et al. 2012). Selain
dalam sepuluh tahun terakhir jumlah tenaga itu, dengan semakin tingginya tingkat pendi-
kerja perdesaan yang bekerja dan mencari dikan maka semakin kritis dan selektif untuk
pekerjaan di kota makin banyak. Sebagian memilih bidang pekerjaan yang dianggap lebih
besar berorientasi pada pekerjaan/usaha di rasional. Bekerja di sektor nonpertanian di kota
sektor nonpertanian, baik di sektor formal menjadi pilihan dibandingkan kembali ke desa
maupun nonformal. Kecenderungan meningkat- dan bekerja di pertanian.
nya minat tenaga kerja perdesaan usia muda
bekerja di sektor nonpertanian di perkotaan Faktor penarik lainnya kaum pemuda lebih
tidak hanya terjadi pada perdesaan yang memilih bekerja di sektor nonpertanian adalah
lokasinya berdekatan dengan perkotaan tetapi pengaruh kota sebagai pusat pembangunan.
terjadi pula pada perdesaan yang lokasinya Tersedianya infrastruktur yang hampir merata di
relatif jauh dari perkotaan, di Jawa maupun luar berbagai provinsi, terutama di Jawa, mendorong
Pulau Jawa. berkembangnya sektor-sektor industri, perda-
gangan, dan jasa. Tumbuhnya sektor-sektor
Berbagai faktor yang menyebabkan sektor nonpertanian telah membuat daya tarik
pertanian semakin ditinggalkan oleh tenaga tersendiri bagi para pemuda dan mendorong
kerja usia muda dan tenaga kerja muda terjadinya urbanisasi. Dengan kondisi tersebut,
berpendidikan, baik yang bersifat push factor sebenarnya tidaklah sepenuhnya tepat jika
(pendorong) atau faktor internal, dan pull factor dikatakan para pemuda enggan atau tidak
(faktor penarik) atau faktor eksternal. Faktor berminat bekerja di sektor pertanian. Keeng-
internal merupakan faktor yang lebih banyak ganan tenaga kerja muda bekerja di pertanian di
disebabkan oleh kondisi internal individu atau perdesaan lebih karena kurangnya kesempatan
sektor pertanian yang kurang memberikan daya kerja di perdesaan. Jika kesempatan kerja di
tarik kepada tenaga kerja muda untuk berusaha pertanian dan perdesaan semakin luas dengan
di pertanian. Faktor-faktor tersebut antara lain insentif ekonomi yang bersaing maka diyakini
(a) rata-rata luas lahan sempit atau bahkan tidak para pemuda akan tertarik bekerja di sektor
memiliki lahan; (b) sektor pertanian dipandang pertanian. Faktor penarik atau eksternal
kurang memberikan prestise sosial, kotor, dan tersebut umumnya didukung oleh konektivitas,
berisiko; (c) mismatch antara kualitas pendi- informasi, dan jejaring kerja ke nonpertanian.
dikan dan kesempatan kerja yang tersedia di Migrasi ke kota atau urbanisasi pada
desa, yang dicerminkan oleh semakin dasarnya mencerminkan upaya tenaga kerja
banyaknya pemuda di desa yang bersekolah ke untuk mencari pekerjaan di sektor nonpertanian
jenjang pendidikan lebih tinggi sehingga makin dengan meninggalkan kegiatan pertanian di
selektif terhadap pekerjaan; (d) anggapan perdesaan atau bahkan sebelumnya belum
pertanian berisiko tinggi, kurang memberikan pernah bekerja di pertanian. Berbagai faktor
jaminan tingkat, stabilitas, dan kontinyuitas yang memengaruhi migrasi pada dasarnya
pendapatan; (e) tingkat upah dan pendapatan di identik dengan faktor yang memengaruhi
pertanian rendah, terutama dengan status kurangnya minat tenaga kerja muda masuk ke
petani gurem; (f) kesempatan kerja di desa sektor pertanian, sehingga mereka melakukan
kurang, diversifikasi usaha nonpertanian dan migrasi ke kota. Hasil empiris kajian Syafaat et
industri pertanian di desa kurang/tidak al. (2000) menyatakan bahwa faktor pendorong
berkembang; (g) suksesi pengelolaan usaha tenaga kerja mencari pekerjaan di kota terutama
tani kepada anak rendah, yaitu kurang dari 40%, adalah faktor ekonomi, antara lain rasio
karena sebagian besar orang tua juga tidak ketergantungan, rasio luas lahan terhadap
menginginkan anak-anak mereka bekerja angkatan kerja, dan rasio pendapatan pertanian
seperti mereka; dan (h) belum ada kebijakan terhadap pendapatan rumah tangga. Makin
insentif khusus untuk petani muda/pemula. tinggi rasio ketergantungan, makin besar beban
48 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

tanggungan, makin kecil luas lahan per kapita, kehancuran warisan kelas pekerja mereka di
serta makin kecil pendapatan yang berasal dari satu sisi, dan daya tarik gaya hidup konsumen
pertanian, maka mendorong rumah tangga kelas menengah di sisi lain. Mazhab lain yang
melakukan migrasi ke kota. Sinuraya dan juga memiliki pandangan berbeda dengan
Saptana (2007) juga menyatakan faktor utama mazhab Chicago adalah mazhab Manchester,
yang memengaruhi anggota rumah tangga yang melihat subkultur anak muda bukan
melakukan migrasi antara lain adalah semata perlawanan, tetapi lebih sebagai
terbatasnya kesempatan kerja di desa, ekspresi dari gaya atau keinginan untuk tampil
banyaknya rumah tangga yang tidak memiliki beda. Mazhab-mazhab tersebut pada intinya
lahan garapan di dalam desa, relatif rendahnya ingin mempelajari latar belakang kenapa terjadi
upah di desa, tidak mencukupinya hasil yang perubahan perilaku kaum muda dibandingkan
diperoleh dari usaha tani, dan tidak sesuai perilaku generasi orang tua mereka.
pendidikan.
Perubahan budaya di Indonesia yang
Persepsi secara umum sektor pertanian memengaruhi keengganan generasi muda
dicirikan dengan 3 D, yaitu dirty, dangerous, and bertani diuraikan sebagai berikut. Bagi anak-
difficult (Wang 2014). Dengan persepsi seperti anak muda di perdesaan, sektor pertanian
itu, tidak akan mudah untuk menarik tenaga makin kehilangan daya tarik, bukan sekedar
kerja muda ke sektor pertanian. Menurut karena secara ekonomi sektor pertanian ini
Tapanapunnitikul dan Prasunpangsri (2014), di makin tidak menjanjikan, tetapi yang tak kalah
Thailand generasi muda yang berasal dari penting keengganan anak-anak muda untuk
keluarga petani sebagian besar tidak ingin bertani sesungguhnya juga dipengaruhi oleh
menjadi petani. Dalam persepsi mereka, bekerja subkultur baru yang berkembang di era digital
di pertanian memerlukan kerja keras, namun seperti sekarang ini. Era baru yang melahirkan
pendapatannya sedikit, sehingga tidak akan mimpi-mimpi baru, cita-cita baru, gaya hidup
menjadi kaya. Kondisi kemiskinan yang mereka baru anak muda di perdesaan, dan berbagai hal
alami tidak membuat mereka tertarik yang dulu tidak pernah dirasakan orang tuanya.
meneruskan karir di pertanian dan pindah ke Di perdesaan, anak-anak muda yang ada di
sektor nonpertanian. Kendala lainnya yang sana, karena perkembangan teknologi informasi
membuat generasi muda enggan bertani adalah dan internet, kini tidak lagi bisa dibedakan dari
biaya produksi yang tinggi sementara tidak ada kehidupan anak-anak muda urban, terutama
jaminan harga yang memadai, terutama karena dari segi gaya hidup, aspirasi sosial dan
pengaruh cuaca yang mengakibatkan kemauan pemikiran mereka. Berbeda dengan
kehilangan hasil cukup tinggi. Faktor lainnya generasi orang tuanya yang sebagian besar
adalah hambatan permodalan. Sebagian besar sejak kecil terbiasa diperkenalkan dengan
tenaga petani muda tidak bankable karena kehidupan bercocok-tanam di desa, anak muda
kepemilikan modal dan aset yang rendah perdesaan kini hidup dan tumbuh dalam
(Wang 2014; Murphy 2012). lingkungan pergaulan yang lebih luas. Mereka
juga mengenal gadget dan pikiran mereka tidak
Dari dimensi sosiologi, Suyanto (2016)
lagi terkungkung oleh batas-batas geografis
menganalisis penyebab keengganan generasi
wilayah. Di era masyarakat postmodern, budaya
muda bekerja di sektor pertanian. Menurut
yang berkembang dan dikembangkan anak-
Suyanto, generasi muda enggan bertani erat
anak muda di perdesaan memiliki kaitan dengan
kaitannya dengan pergeseran subkultur yang
kehadiran berbagai produk budaya global,
menjadi identitas mereka. Perspektif cultural
seperti film, musik mancanegara, selera makan
studies adalah sebuah cara pandang dalam
(fast food, starbuck, dll.), dan budaya global
perkembangan terbaru teori sosial yang
lain.
memahami bagaimana perilaku, gaya hidup,
dan berbagai hal yang dilakukan anak muda Kehadiran berbagai produk budaya populer
dewasa ini secara langsung maupun tidak yang mengglobal telah memicu perkembangan
langsung berkaitan dengan subkultur yang budaya anak muda, dan mengubah pema-
menjadi identitas kultural mereka. Suyanto haman mereka bahwa anak muda menjadi
mengambil referensi melalui perbedaan antara bagian dari industri budaya yang lebih
mazhab Chicago yang melihat subkultur anak mengglobal. Di era perkembangan masyarakat
muda sebagai bagian dari perilaku efek dari postmodern seperti sekarang ini, anak-anak
kemajuan kota yang terlalu cepat, dengan muda di perdesaan sesungguhnya memang
perspektif mazhab Birmingham yang memahami telah berubah. Keengganan mereka untuk
subkultur anak muda sebagai bentuk perla- bekerja sebagai petani, bukan semata karena
wanan terhadap kemapanan dan hegemoni. sektor pertanian memang sudah tidak menarik
Kaum muda terpecah antara ancaman lagi dari sisi ekonomi, melainkan lebih
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 49
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

disebabkan cara pandang dan way of life kondisi lingkungan yang tidak menarik, tidak
mereka memang telah berubah jauh melampaui bergengsi, dan tidak memberikan penghasilan
batas-batas geografis dan warisan kultural yang memadai harus diubah menjadi persepsi
orang tua mereka (Suyanto 2016). positif. Citra sektor pertanian selama ini bagi
tenaga kerja muda dipandang kurang menarik
karena adanya pandangan bahwa petani
KEBIJAKAN UNTUK MENARIK TENAGA sebagai pekerjaan kelas dua dan sempitnya
KERJA MUDA KE SEKTOR PERTANIAN kesadaran dan pemahaman akan potensi
pertanian. Citra tersebut perlu diperbaiki dengan
memberikan dukungan dan pemahaman bahwa
Generasi muda pada umumnya dicirikan industri pertanian dapat menjadi inklusif serta
dengan pola pikir dan aktivitas yang dinamis bekerja sebagai petani juga merupakan suatu
dan memiliki ketertarikan tinggi terhadap inovasi karir dan akan diperoleh reward yang memadai.
teknologi. Untuk memperkuat ketertarikan Sektor pertanian merupakan sektor yang
generasi muda pada pertanian dan agar tidak menarik dan menjanjikan apabila dikelola
meninggalkan perdesaan, maka diperlukan dengan tekun dan sungguh-sungguh.
media untuk mengembangkan kreativitas
mereka. Kebijakan yang dilakukan haruslah Era perkembangan revolusi informasi yang
secara komprehensif dipandang dari sisi didukung perkembangan teknologi informasi,
demand dan supply. Sisi permintaan adalah dari seperti twitter, facebook, email, dan lain-lain
sisi sektor pertanian secara umum dan memberikan keleluasaan bagi anak-anak muda
perdesaan secara khusus. Pertanian dan yang berada di perdesaan untuk memperoleh
perdesaan memerlukan tenaga kerja muda berbagai informasi melalui dunia maya.
untuk merevitalisasi pertanian dan perdesaan. Berselancar di dunia maya adalah salah satu
Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai cara anak-anak muda di perdesaan untuk
kebijakan terkait dengan pertanian secara mengikuti perkembangan dunia dan melakukan
umum dan perdesaan secara khusus agar eksplorasi hal-hal baru. Anak-anak muda di
tercipta kecocokan prasyarat dan kondisi sesuai perdesaan kini merupakan suatu konstruk sosial
yang diinginkan oleh generasi muda untuk yang tengah berubah gaya, citra, dan identitas
berkarya di pertanian. (Suyanto 2016). Informasi perkembangan dunia
dan perkotaan yang demikian mudah dan cepat
Ada tiga faktor utama yang perlu diperoleh, secara psikologis dan sosial bisa jadi
dipertimbangkan untuk menarik generasi muda menimbulkan persepsi bahwa perdesaan jauh
ke pertanian, yaitu produktivitas dan dari hal-hal yang menarik di kota. Hal ini sedikit
profitabilitas usaha pertanian, kesempatan kerja banyak menjadikan anak-anak muda merasa
yang tersedia, serta kenyamanan dan kepuasan minder dan ketinggalan gaya, sehingga menjadi
kerja. Di sisi lain, generasi muda sebagai salah satu alasan untuk meninggalkan desa.
pemasok tenaga kerja juga memerlukan Oleh karenanya, dengan menunjukkan bahwa
perbaikan dan peningkatan pendidikan dan hidup di perdesaan bisa dibuat lebih menarik,
keterampilan agar sesuai dengan kebutuhan bergaya, mengikuti perkembangan dunia, dan
pertanian. menimbulkan gengsi, maka minat untuk
Beberapa kebijakan yang diperlukan untuk meninggalkan desa dapat dikurangi. Pemba-
menarik generasi muda bekerja di sektor ngunan perdesaan perlu dilengkapi dengan
pertanian, antara lain (a) mengubah persepsi fasilitas-fasilitas yang menarik bagi pemuda
generasi muda bahwa sektor pertanian layaknya di kota yang menimbulkan
merupakan sektor yang menarik dan kebanggaan.
menjanjikan apabila dikelola dengan tekun dan Dari perspektif ekonomi, jika usaha pertanian
sungguh-sungguh; (b) pengembangan agro- di perdesaan memberikan insentif ekonomi yang
industri; (c) inovasi teknologi; (d) insentif; (e) bersaing maka para pemuda akan tertarik dan
pengembangan pertanian modern; (f) pelatihan siap untuk bekerja di perdesaan sehingga
dan pemberdayaan petani muda; dan (g) urbanisasi dapat berkurang. Untuk itu,
memperkenalkan pertanian kepada generasi pemerintah perlu meningkatkan akses dan
muda sejak dini. investasi di sektor pertanian, lebih spesifik lagi
di sektor agribisnis perdesaan.
Mengubah Persepsi Generasi Muda terhadap
Pertanian Pengembangan Agroindustri
Persepsi negatif generasi muda ke pertanian Pengembangan agroindustri melalui
bahwa kegiatan pertanian identik dengan penggunaan teknologi industri yang mampu
50 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

menciptakan nilai tambah, menunjukkan bahwa berhasil menerbitkan semangat pemuda untuk
pertanian tidak semata-mata kegiatan on farm berpartisipasi meskipun tidak memahami benar
untuk memproduksi bahan-bahan mentah/ teknologi itu sendiri. Pemuda yang terlibat dapat
bahan baku produksi. Selama ini pertanian menyebar benih, menyiram, berpose di lahan
Indonesia cenderung terperangkap pada sistem yang sudah dibuat berlarik-larik dan ditanami
pertanian on farm (budi daya), namun belum sebagian, atau di depan wall garden. Aksi
menuju ke pertanian off farm (pascapanen). tersebut mampu menarik minat pemuda untuk
Oleh karenanya, pengembangan agroindustri bertani/berkebun di lahan-lahan perkotaan.
akan merubah pandangan generasi muda
tentang stigma pertanian on farm yang hanya
menghasilkan raw material semata, melainkan Insentif
juga menghasilkan final product dengan Insentif perlu diberikan khususnya kepada
menciptakan nilai tambah yang tinggi di sektor petani muda atau petani pemula yang berusaha
hilir. untuk menarik minat mereka berusaha di sektor
pertanian. Berbagai program insentif di bidang
Kaitannya dengan teknologi industri,
Daryanto (2009) mengemukakan, branding yang fiskal melalui kebijakan subsidi input dan
merupakan bagian dari aktivitas teknologi subsidi suku bunga kredit selama ini memang
telah diberikan oleh Pemerintah Indonesia,
industri, merupakan ekonomi kreatif yang
biasanya disukai oleh generasi muda. Dalam namun tidak secara khusus ditujukan untuk
branding termasuk di dalamnya adalah packing pemuda atau petani pemula agar tertarik
bekerja di sektor pertanian. Belajar dari
dan processing. Industri tersebut dapat
menyerap tenaga kerja lebih banyak. Citra pengalaman di negara-negara lain di mana
pertanian melalui agroindustri akan dapat pemerintahnya memberikan berbagai insentif
diperbaiki di mata pemuda karena mereka tidak khusus untuk pemuda (Murphy 2012),
harus berkutat di lahan pertanian on farm. Pada pemerintah Indonesia juga perlu mengadakan
skema insentif khusus untuk pemuda terutama
saat yang sama teknologi mekanisasi pertanian
perlu ditingkatkan sehingga selain mening- insentif untuk membantu permodalan. Insentif di
katkan produktivitas tenaga kerja dan pertanian bidang moneter perlu diberikan kepada petani
muda dan pemula khususnya mempermudah
juga meningkatkan gengsi pemuda untuk
bekerja di pertanian on farm. persyaratan untuk akses ke sektor perbankan
untuk memperoleh kredit. Hal ini sangat perlu,
mengingat perbankan selalu mensyaratkan
Inovasi Teknologi agunan bagi debitur untuk mengantisipasi risiko,
sementara petani muda dan pemula pada
Inovasi teknologi sangat terkait dengan
umumnya belum memiliki aset memadai
generasi muda, yakni menggugah ketertarikan
sebagai agunan. Menjembatani debitur petani
pemuda di sektor pertanian. Karakteristik kaum
muda dan pemula dengan perbankan melalui
muda adalah pada kekuatannya, rasa ingin
pihak ketiga sebagai avalis diharapkan akan
tahunya, kesediaan untuk mengambil risiko dan
memperlancar proses permodalan bagi petani
mencoba-coba peluang baru. Salah satu contoh
muda yang memerlukan permodalan melalui
untuk meningkatkan citra pertanian di mata
bank.
pemuda adalah melalui inovasi urban farming.
Berdasarkan karakteristik khas perkotaan yang Selain itu, insentif lain yang diperlukan
memiliki luasan lahan yang sempit hingga adalah di bidang perizinan, yaitu kemudahan
sangat sempit, maka pengembangan budi daya dan penyederhanaan perizinan yang diperlukan
tanaman di perkotaan dapat dilakukan melalui untuk mendorong petani muda dan pemula
inovasi budi daya model taman dinding (wall dalam berwiraswasta di sektor agroindustri hulu
gardening), budi daya dalam pot, budi daya maupun hilir. Jaminan harga pasar juga
sistem vertikal, hidroponik, dan aquaponik merupakan faktor penting untuk menarik mereka
(Albayani dan Prabatmodjo 2015). masuk berbisnis di sektor pertanian.
Model-model budi daya urban farming Kauffman (2013b) menyatakan bahwa petani
tersebut memadukan antara keterampilan dan muda dan pemula di Amerika Serikat memiliki
seni yang umumnya digemari oleh anak muda. risiko tinggi sebagai debitur di bank untuk
Demikian pula inovasi informasi pada media mengambil kredit perbankan untuk membeli
sosial sangat akrab bagi pemuda. Model inovasi lahan usaha tani karena tidak memiliki agunan.
urban farming yang disebarkan melalui media Hal ini merupakan hambatan untuk mulai
sosial (internet, twitter, facebook), memiliki efek berusaha tani di lahan sendiri apalagi dengan
viral yang luar biasa dalam menyebarkan semakin meningkatnya harga lahan. Meskipun
inovasi urban farming. Efek media sosial saat ini pemerintah Amerika Serikat
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 51
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

menerapkan kebijakan fiskal melalui pemberian penciptaan lapangan kerja bagi kaum muda di
subsidi suku bunga dan Federal Reserve pertanian harus dilakukan melalui kebijakan
memberikan perpanjangan waktu pelunasan komprehensif dengan mempertimbangkan faktor
kepada petani muda dan petani pemula untuk permintaan dan pasokan tenaga kerja. Secara
membeli lahan pertanian, namun pemerintah umum kebijakan pemerintah tentang lapangan
perlu mengambil alternatif kebijakan dengan kerja kaum muda terutama tercermin dalam
memberikan insentif berbagai kemudahan yang kebijakan-kebijakan yang didukung oleh
diarahkan bukan untuk pembelian lahan namun Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia.
untuk menyewa lahan. Hal ini belajar dari Tanggung jawab untuk penciptaan lapangan
kenyataan bahwa sekitar 80% perusahaan- kerja bagi kaum muda terletak pada Direktorat
perusahan di AS menggunakan perlengkapan Jenderal Penciptaan Lapangan Kerja dan
kantor dengan cara menyewa. Penempatan Dalam Negeri, sementara
kebijakan tentang pengembangan sumber daya
manusia melalui kegiatan-kegiatan pelatihan
Pertanian Modern merupakan tanggung jawab dari Direktorat
Salah satu alasan tenaga kerja muda tidak Jenderal Pelatihan dan Produktivitas.
suka bekerja di pertanian adalah persepsi Pelaksanakan pelatihan bagi pencari kerja
bahwa pertanian merupakan kegiatan on farm dilakukan melalui pusat-pusat pelatihan
dengan teknologi sederhana, jauh dari kesan kejuruan. Selain itu, dalam menjalankan
prestise. Persepsi inilah yang akan diubah program magang untuk membantu para pencari
melalui kebijakan pengembangan pertanian kerja juga dilakukan bekerja sama dengan
modern, yaitu melalui penggunaan mekanisasi sektor swasta (ILO 2007).
pertanian secara penuh. Program modernisasi Pada dasarnya kebijakan pemerintah untuk
pertanian akan mengubah pertanian lapangan kerja dimaksudkan untuk menciptakan
konvensional yang menggunakan peralatan lapangan kerja dan mengembangkan kete-
manual menjadi pertanian mekanisasi. Dengan rampilan. Penciptaan lapangan kerja dan
menggunakan mekanisasi pertanian, kegiatan pengembangan keterampilan sangat berhu-
on farm tidak lagi dipandang sebagai kegiatan bungan dengan lapangan kerja kaum muda.
yang kumuh dan kurang membanggakan, yang Program-program yang melibatkan kelompok-
dengan demikian diharapkan akan menarik kelompok kaum muda pencari kerja di daerah
minat tenaga kerja muda bekerja di pertanian on perdesaan dan perkotaan dirancang untuk tidak
farm. hanya mengurangi pengangguran, namun juga
Melalui inovasi teknologi dan kelembagaan, untuk menciptakan pekerjaan permanen.
pertanian modern dicirikan oleh tiga indikator, Program-program untuk lapangan kerja kaum
yaitu peningkatan efisiensi, peningkatan muda antara lain Pengembangan Tenaga Kerja
produktivitas, dan perluasan areal. Melalui Pemuda Mandiri Profesional (TKPMP) bagi
modernisasi pertanian diharapkan penggunaan lulusan perguruan tinggi dengan mengikut-
biaya tenaga kerja dan biaya produksi menurun, sertakan universitas lokal, Program Pengem-
kehilangan hasil menurun, produktivitas bangan Swausaha yang Terdidik melalui
meningkat, yang pada akhirnya keuntungan keikutsertaan LSM untuk lulusan sekolah
juga meningkat. Hasil analisis dari pemanfaatan menengah umum dan program-program
berbagai jenis alsintan meliputi traktor roda dua, penciptaan lapangan kerja umum lainnya antara
alat tanam (transplanter), power thresher, dan lain program menerapkan teknologi tepat guna
alat panen (mini combine harvester) di tingkat untuk kelompok komunitas yang kurang mampu.
usaha tani secara finansial menguntungkan Di perdesaan program tersebut diwujudkan
yang ditunjukkan oleh nilai R/C (return cost melalui kelompok kegiatan usaha produktif
ratio) dari penggunaan masing-masing alat untuk komunitas perdesaan (ILO 2007).
tersebut yang lebih besar dari satu (Saliem et al. Menyadari peran penting dan strategisnya
2016). generasi muda, secara khusus untuk sektor
Pertanian, Kementerian Pertanian melalui
Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP 2016b)
Masalah umum ketenagakerjaan yang juga melakukan pembinaan terhadap generasi
dialami Indonesia adalah ketidakmampuan muda, melalui berbagai program dan kegiatan
untuk memberikan cukup banyak lapangan kerja yang diarahkan untuk menyiapkan petani muda
bagi para kaum muda siap kerja dan rendahnya wirausaha maupun dalam rangka membangun
mutu tenaga kerja. Hal yang sama juga untuk kecintaan dan penghargaan terhadap dunia
tenaga kerja pertanian. Oleh karenanya, pertanian pada generasi muda umumnya.
52 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

Sasaran pembinaan generasi muda dapat Kementerian Dalam Negeri. Program ini
digolongkan tiga kelompok, yaitu (1) generasi didukung dengan pembiayaan yang berasal dari
muda yang berusia antara 15–22 tahun, alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
mencintai pertanian, dan berminat bekerja di Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan
bidang pertanian, disebut Taruna Bumi; (2) dan Belanja Daerah (APBD), dana
generasi muda yang berusia antara 16–22 pinjaman/hibah luar negeri dari sejumlah
tahun, anak petani, turut serta membantu lembaga pemberi bantuan di bawah koordinasi
kegiatan usaha tani keluarga/orang tua, dan Bank Dunia. Namun, seperti halnya program-
belum menentukan bidang pertanian sebagai program pemerintah di sektor pertanian, PNPM
mata pencaharian, disebut Taruna Tani; dan (3) Mandiri Perdesaan ini tidak secara khusus
generasi muda yang berusia 20–35 tahun, yang menyasar generasi muda namun masyarakat
mandiri, berusaha tani sendiri, telah secara umum di perdesaan,
menentukan bidang pertanian sebagai sumber Contoh program pemberdayaan generasi
mata pencaharian dan memiliki semangat muda di perdesaan untuk kegiatan pertanian
wirausaha, disebut Petani Muda Wirausaha. dilakukan oleh Yayasan Al Ashar dengan
Agricultural Training Camp (ATC) adalah salah program yang disebut sebagai #Al Ashar Peduli
satu bentuk diklat pertanian yang diperuntukkan Ummat. Yayasan ini melakukan pemberdayaan
bagi anak usia sekolah untuk memberi masyarakat perdesaan, termasuk generasi
pengetahuan dan keterampilan di bidang muda perdesaan di kegiatan pertanian melalui
pertanian sehingga tumbuh dan berkembang berbagai program. Salah satu program tersebut
apresiasi (minat dan kecintaan) terhadap adalah Program Pemberdayaan Ekonomi
pertanian. Pelaksanaan ATC dilakukan melalui Pesantren dengan peserta para santri di
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan pesantren. Tujuan program adalah menum-
Pertanian sebagai salah satu lembaga yang buhkan jiwa bertani dan peningkatan keahlian
bertanggung jawab menyiapkan sumber daya bertani bagi para santri pondok pesantren
manusia pertanian dan generasi muda pertanian dengan mengoptimalkan potensi sumber daya
baik melalui diklat maupun pemagangan alam lokal. Salah satu bentuk kegiatan yang
(BPPSDMP 2016b). dilakukan adalah memfasilitasi pengelolaan
Dengan mengaktifkan peran institusi dan (budi daya dan pemasaran hasil) kebun kentang
program seperti diuraikan di atas, maka tenaga dan usaha tani jamur. Program lainnya adalah
kerja muda di perdesaan tidak perlu harus Program Pemberdayaan Masyarakat Desa yang
meninggalkan desanya untuk mencari kerja di bekerja sama dengan generasi muda setempat
kota. Cakupan luas dari sektor pertanian yang difungsikan sebagai pendamping dalam
memungkinkan tenaga kerja muda yang telah mendorong masyarakat untuk memanfaatkan
terampil selain dapat bekerja di pertanian on lahan pekarangan rumah untuk tanaman sayur
farm, terutama bagi yang memiliki sumber daya mayur sebagai upaya menekan angka belanja
pertanian memadai, juga dapat bekerja di keluarga di desa-desa gemilang di sebelas
kegiatan industri pertanian, dan jasa pendukung provinsi. Kegiatan lainnya adalah mengubah
pertanian lainnya dari hulu sampai hilir. lahan tidur menjadi lahan produktif dengan
tanaman hortikultura. Para kader muda dan
kelompok tani juga diajak melakukan studi
Pemberdayaan Petani Muda lapang dan praktik uji tanah sawah yang
Program pemberdayaan petani sudah dibimbing langsung oleh para pakar dan peneliti
banyak dilakukan baik oleh Kementerian dan di Balai Besar Tanaman Padi, Badan Litbang
lembaga-lembaga swasta baik dalam negeri Pertanian, di Subang Jawa Barat (Yayasan Al
maupun internasional serta LSM. Salah satu Ashar 2014).
contoh program pemberdayaan adalah Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat atau yang Memperkenalkan Pertanian kepada Generasi
lebih dikenal dengan program PNPM Mandiri. Muda Sejak Dini
PNPM Mandiri memiliki banyak program
pendukung, di antaranya adalah PNPM Mandiri Langkah operasional Kementerian Pertanian
Perdesaan, yang memfasilitasi pemberdayaan dalam penumbuhan minat generasi muda
masyarakat, kelembagaan lokal, pendampingan terhadap sektor pertanian adalah melalui
masyarakat, pelatihan masyarakat, serta dana program kewirausahaan mahasiswa pertanian.
Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM). Program ini bekerja sama dengan Perguruan
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada Tinggi dan bertujuan untuk mengembangkan
di bawah binaan Direktorat Jenderal jiwa kewirausahaan mahasiswa di bidang
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), pertanian (agripreneur), meningkatkan peluang
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 53
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

bisnis bagi lulusan sehingga mampu menjadi job Yogyakarta untuk memasukkan pelajaran
creator di sektor pertanian, mendorong pertanian pangan lokal, tidak hanya sebagai
pertumbuhan dan perkembangan kapasitas kegiatan ekstrakurikuler, namun sebagai
Institusi Pendidikan Tinggi Pertanian sebagai muatan lokal.
center of agripreneur development berbasiskan
Tidak mudah awalnya untuk meyakinkan
inovasi agribisnis (BPPSDMP 2016b). Langkah pentingnya materi tersebut sebagai salah satu
akhir dari program tersebut sasarannya adalah muatan lokal. Melalui perjuangan yang gigih dan
menciptakan mahasiswa pertanian menjadi panjang, pelajaran pertanian pangan lokal
agripreneur (petani pengusaha). sebagai muatan lokal ini pada akhirnya dapat
Upaya pengenalan pertanian kepada diterima oleh dua SD di Kabupaten Bantul dan
generasi muda juga dilakukan oleh Badan mendapat dukungan dari para orang tua murid
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. dan petani setempat. Hal ini ditunjukkan dari
Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) beberapa kesediaan mereka menjadikan kebun, sawah,
Perguruan Tinggi di Jawa dan luar Jawa dan pekarangannya untuk dijadikan “tempat
diundang untuk menghadiri berbagai kegiatan praktik” bagi murid-murid. Murid-murid SD sibuk
ekspose atau gelar teknologi pada beberapa mencangkul, menanam pohon, memanen umbi-
acara nasional, seperti Pekan Nasional Petani umbian, bahkan berdiskusi sesama teman
dan Nelayan (Penas), Hari Pangan Sedunia membicarakan berbagai tanaman dan hewan
(HPS) dan Dialog Nasional Pembangunan yang mereka temukan di sekitar rumah dan
Pertanian. Tujuan mengundang BEM pada sekolah (Syahwanto 2004).
acara-acara tersebut adalah untuk membang-
kitkan kepedulian dan peran generasi muda
kepada sektor pertanian. Dengan memper- PENUTUP
kenalkan berbagai inovasi teknologi pertanian
yang telah dihasilkan oleh Balitbangtan diha-
Sektor pertanian sampai saat ini tetap
rapkan akan tumbuh minat para mahasiswa
memiliki peran strategis sebagai pemasok
tersebut untuk nantinya bekerja dan
bahan baku pangan untuk memenuhi kebutuhan
mengembangkan sektor pertanian.
pangan yang terus meningkat seiring dengan
Upaya menumbuhkan minat dan ketertarikan peningkatan jumlah populasi. Peran pemuda
generasi muda ke sektor pertanian juga dapat sangat penting sebagai generasi penerus untuk
dilakukan sejak pendidikan dasar. Salah satu keberlanjutan sektor pertanian. Namun,
success story yang pernah ada dalam fenomena yang terjadi petani muda enggan
menumbuhkan dan menanamkan kecintaan bekerja di pertanian sehingga jumlah petani
murid-murid kepada dunia pertanian dilakukan muda semakin menurun, sebaliknya jumlah
oleh salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat petani tua meningkat. Penurunan jumlah petani
(LSM) yang bernama Kelompok Langkah Bocah muda erat kaitannya dengan sempitnya luas
(LB) dengan anggota para anak muda, di penguasaan lahan pertanian dan persepsi
antaranya alumnus dari Universitas Gadjah umum terhadap sektor pertanian yang kurang
Mada, Universitas Pembangunan Nasional, dan bergengsi dan kurang memberikan pendapatan
Universitas Brawijaya. yang baik. Menyikapi perubahan struktural
Kelompok LB adalah sebuah LSM yang ketenagakerjaan tersebut, strategi yang perlu
secara formal berdiri pada tahun 1998, yang dilakukan untuk menarik minat pemuda bekerja
didukung oleh beberapa LSM dan kelompok tani di pertanian di antaranya adalah dimulai dengan
yang berlokasi di Yogyakarta, yang peduli upaya mengubah persepsi generasi muda
dengan pangan lokal dan menaruh perhatian bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang
besar kepada pendidikan anak-anak dan menarik dan menjanjikan apabila dikelola
pertanian. Visi LSM tersebut adalah masyarakat dengan tekun dan sungguh-sungguh. Sejalan
yang mandiri, mampu melakukan kegiatan- dengan upaya tersebut juga diperlukan
kegiatan yang berkenaan dengan kepedulian pengembangan agroindustri, inovasi teknologi,
terhadap anak dan kelestarian alam. pemberian insentif khusus kepada petani muda,
pengembangan pertanian modern, pelatihan
Konsep pertanian berkelanjutan yang
dan pemberdayaan petani muda, serta
berperspektif lingkungan sudah seharusnya
memperkenalkan pengembangan industri
berawal dari anak-anak. Anak-anak berhak
pertanian dan inovasi pertanian kepada
mendapatkan informasi dan pengetahuan yang
generasi muda sejak dini.
berkenaan dengan pertanian. Oleh karena itu,
LSM tersebut melakukan pendekatan kepada Belajar dari pengalaman negara-negara lain
beberapa sekolah dasar di Kabupaten Bantul, untuk menarik minat pemuda ke sektor
54 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 No. 1, Juli 2016: 35-55

pertanian, pemerintah Indonesia, dalam hal ini Davis J, Caskie P, Wallace M. 2013. How effective
Kementerian Pertanian Indonesia, perlu are new entrant schemes for farmers? Euro
meningkatkan keberpihakan kepada petani Choices. 12(3):32-37.
muda dengan memprioritaskan program insentif Daryanto A. 2009. Dinamika daya saing industri
khusus untuk pemuda, selain insentif lainnya peternakan. Bogor (ID): IPB Press.
yang telah ada selama ini untuk petani secara Devie D. 2003. Mengkaji peluang pasar internasional
umum. Selain itu, diperlukan dukungan melalui kinerja ekonomi negara-negara Uni Eropa.
komponen pertanian lainnya yang dapat J Manaj Kewirausahaan. 5(1):1-16.
mempermudah berusaha di sektor pertanian
Duffy M, Smith D. 2004. Farmland ownership and
baik on farm maupun off farm, jaminan pasar tenure in Iowa 1982–2002: a twenty-year
serta membangun institusi pertanian dari hulu perspective. Iowa (US): Iowa State University.
sampai hilir. Program-program pemberdayaan
Erabaru. 2015 Agu 19. WHO mengeluarkan kriteria
dan pelatihan petani muda juga diperlukan
baru kelompok usia [Internet]. [diunduh 2016 Mar
dalam rangka meningkatkan kapasitas dan 12]. Tersedia dari: http://erabaru.net/2015/08/19/
kualitas tenaga kerja muda pertanian. who-mengeluarkan-kriteria-baru-kelompok-usia/.
European Comission. 2012. Rural development in
the European Union: statistical and economic
UCAPAN TERIMA KASIH information report 2012. Brussel (BG): The
European Directorate-General for Agriculture and
Development. Also available from: https://ec.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada europa.eu/agriculture/sites/agriculture/files/statisti
Dewan Redaksi dan Mitra Bestari Forum cs/rural-development/2012/full-text_en.pdf.
Penelitian Agro Ekonomi atas peran sertanya
FarmLast Project. 2010. Farm land access,
dalam telaah, koreksi, dan perbaikan naskah
succession, tenure and stewardship. Washington,
sampai siap diterbitkan. DC (US): US Department of Agriculture, The
National Institute of Food and Agriculture.
Hukom A. 2014. Hubungan ketenagakerjaan dan
DAFTAR PUSTAKA
perubahan struktur ekonomi terhadap
kesejahteraan masyarakat. J Ekon Kuantitatif
Albayani M, Prabatmodjo H. 2015. Keberlanjutan Terap. 7(2):120-129.
pertanian perkotaan di kawasan metropolitan [ILO] International Labour Organization. 2007.
Jakarta. J Perenc Wil Kota. 4(2):265-275. Juga Country review on youth employment in
tersedia dari: http://sappk.itb.ac.id/jpwk1/wp- Indonesia. Geneva (SZ): International Labour
content/uploads/2015/12/V4N2_265-275.pdf. Organization
[BPPSDMP] Badan Penyuluhan dan Pengembangan Katchova AL, Ahearn M. 2014. Farm land ownership
Sumberdaya Manusia Pertanian. 2016a. Tinjauan and leasing: implication for young and beginning
tenaga kerja pertanian saat ini dan strategi ke farmers. Agricultural Economics Staff Paper #
depan. Bahan Pertemuan Upaya Meningkatkan 486. Lexington, KY (US): University of Kentucky,
Minat Generasi Muda terhadap Pertanian; 2016 Department of Agricultural Economics
Feb 23; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat
Perpustakaan dan Penyebaran Informasi. Kauffman N. 2013a. Financing young and beginning
farmer. The Main Street Economist. Agricultural
[BPPSDMP] Badan Penyuluhan dan Pengembangan and Rural Analysist. Issue 2. Kansas City (US):
Sumberdaya Manusia Pertanian. 2016b. Petunjuk Federal Reserve Bank of Kansas City.
pelaksanaan Diklat ATC (Agricultural Training
Camp). Jakarta (ID): Badan Penyuluhan dan Kauffman NS. 2013b. Credit markets and land
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. ownership for young and beginning farmers.
Choices. 28(2):1-5.
Bi JY. 2014. Overview of youth engagement in
agriculture in China and emerging trends. CAPSA Kementerian Pertanian. 2015a. Rencana strategis
Palawija Newsletter. 31(1):6-8. Also available Kementerian Pertanian Tahun 2015–2019.
from: http://www.uncapsa.org/?q=palawija-rticles/ Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
overview-youth-engagement-agriculture-china-
Kementerian Pertanian. 2015b. Laporan Kinerja
and-emerging-trends.
Kementerian Pertanian Tahun 2015. Jakarta (ID):
Dang BQ. 2014. Technology consultation and Kementerian Pertanian.
backup for young generation’s entry into farming
Lokollo EM, Rusastra IW, Saliem HP, Supriyati,
in Vietnam. Proceedings of the 2014 FFTC-RDA
Friyatno S, Budhi GS. 2007. Dinamika sosial
International Seminar on Enhanced Entry of
ekonomi pedesaan: analisis perbandingan antar-
Young Generation into Farming; 2014 Oct 20-24;
Sensus Pertanian. Laporan Akhir Penelitian.
Jeonju, Korea. Taipei (TW): Food and Fertilizer
Bogor (ID): Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Technology Center for the Asian and Pacific
Kebijakan Pertanian.
Region. p. 63-79.
FENOMENA PENUAAN PETANI DAN BERKURANGNYA TENAGA KERJA MUDA SERTA IMPLIKASINYA BAGI KEBIJAKAN 55
PEMBANGUNAN PERTANIAN Sri Hery Susilowati 

Ma SJ. 2014. How to encourage young generation to Indonesia. Bogor (ID): Pusat Perpustakaan dan
engage in farming: Korea’s case. Proceedings of Penyebaran Informasi.
the 2014 FFTC-RDA International Seminar on
Enhanced Entry of Young Generation into Syafaat N, Mardianto S, Friyatno S. 2000. Mobilitas
Farming; 2014 Oct 20-24; Jeonju, Korea. Taipei angkatan kerja dan kesejahteraan rumah tangga
(TW): Food and Fertilizer Technology Center for pedesaan: tinjauan konseptual dan empirik.
the Asian and Pacific Region. p. 147-162. Dalam: Rusastra IW, Nurmanaf AR, Susilowati
SH, Jamal E, Sayaka B, editors. Prosiding
Malian AH, Friyatno S, Dermoredjo SK, Mardiyanto S, Seminar Perspektif Pembangunan Pertanian dan
Suryadi M, Maulana M. 2004. Analisis Perdesaan dalam Era Otonomi Daerah; 1999 Nov
perkembangan aset, kesempatan kerja dan 16; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian
pendapatan rumah tangga di sektor pertanian. Sosial Ekonomi Pertanian. hlm. 204-225.
Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Syahwanto I. 2004. Pertanian pangan lokal, mulok
Pertanian.. dan hak murid-murid SD. Majalah Salam.
7(Juni):18-20.
Mosher A. 1966. Getting agriculture moving. New
York (US): Frederick A. Praeger. Tapanapunnitikul O, Prasunpangsri S. 2014. Entry
of young generation into farming in Thailand.
Murphy D. 2012. Young farmer finance. Nuffield Proceedings of the 2014 FFTC-RDA International
Australia Project No. 1203, Australia. Seminar on Enhanced Entry of Young Generation
into Farming; 2014 Oct 20-24; Jeonju, Korea.
Saliem HP, Sumaryanto, Mayrowani H, Agustian A, Taipei (TW): Food and Fertilizer Technology
Syahyuti. 2016. Model pengembangan agribisnis Center for the Asian and Pacific Region. p. 45-62.
padi: analisis ekonomi dan kelembagaan
pemanfaatan alsintan. Laporan Analisis Uchiyama T. 2014. Recent trends in young people's
Kebijakan. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan entry into farming in Japan: an international
Kebijakan Pertanian. perspective. Proceedings of the 2014 FFTC-RDA
International Seminar on Enhanced Entry of
Shute LL. 2011. Building a future with farmers: Young Generation into Farming; 2014 Oct 20-24;
challenges faced by young, American farmers and Jeonju, Korea. Taipei (TW): Food and Fertilizer
a national strategy to help them succeed. New Technology Center for the Asian and Pacific
York (US): National Young Farmers’ Coalition. Region. p. 1-16.
Sinuraya JF, Saptana. 2007. Migrasi tenaga kerja Wang JH. 2014. Recruiting young farmers to join
pedesaan dan pola pemanfaatannya. Socio-Econ smallscale farming: a structural policy perspective.
Agr Agribus. 7(3):1-23. Proceedings of the 2014 FFTC-RDA International
Sumaryanto, Hermanto, Ariani M, Suhartini SH, Yofa Seminar on Enhanced Entry of Young Generation
RD, Azahari DH. 2015. Pengaruh urbanisasi into Farming; 2014 Oct 20-24; Jeonju, Korea.
terhadap suksesi sistem pengelolaan usaha tani Taipei (TW): Food and Fertilizer Technology
dan implikasinya terhadap keberlanjutan Center for the Asian and Pacific Region. p.17-32.
swasembada pangan. Laporan Akhir Penelitian. Yaganimura S. 2014. Farm expansion and entry to
Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan farm business: experiences in Hokkaido
Pertanian. agriculture. Proceedings of the 2014 FFTC-RDA
Supriyati. 2010. Dinamika ekonomi ketenagakerjaan International Seminar on Enhanced Entry of
pertanian: permasalahan dan kebijakan srategis Young Generation into Farming; 2014 Oct 20-24;
pengembangan. Anal Kebijak Pertan. 8(1):49-65. Jeonju, Korea. Taipei (TW): Food and Fertilizer
Technology Center for the Asian and Pacific
Susilowati, SH. 2014. Attracting the young generation Region. p. 77-78..
to engage in agriculture. Proceedings of the 2014
FFTC-RDA International Seminar on Enhanced Yayasan Al Ashar. 2014. Al Ashar Peduli Ummat.
Entry of Young Generation into Farming; 2014 Oct Dokumen internal (tidak dipublikasikan).
20-24; Jeonju, Korea. Taipei (TW): Food and [UNESCO] United Nations Organization for
Fertilizer Technology Center for the Asian and Education, Science and Culture. c2016a. What do
Pacific Region. p. 105-120. we mean by “youth”? [Internet]. Paris (FR): United
Susilowati SH, Purwantini TB, Hidayat D, Maulana M, Nations Organization for Education, Science and
Ar-Rozi AM, Yofa RD, Supriyati, Sejati WK. 2012. Culture; [cited 2016 Apr 10]. Available from:
Panel petani nasional (Patanas): Dinamika http://www.unesco.org/new/en/social-and-human-
Indikator pembangunan pertanian dan perdesaan. sciences/themes/youth/youth-definition.
Laporan Akhir Penelitian. Bogor (ID): Pusat Sosial [UNESCO] United Nations Organization for
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Education, Science and Culture. c2016b. African
Suyanto B. 2016. Kenapa generasi muda enggan youth charter [Internet]. Paris (FR): United Nations
bertani? Memahami subkultur dan gaya hidup Organization for Education, Science and Culture;
anak muda dari perspektif cultural studies. Bahan [cited 1016 Apr 16]. Available from: http://www.
Pertemuan Upaya Meningkatkan Minat Generasi unesco.org/new/en/social-and-human-sciences/th
Muda terhadap Pertanian; 2016 Feb 23; Bogor, emes/youth/strategy-african-youth/african-youth-c
harter.

You might also like