You are on page 1of 8

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.

1, Maret 2011

ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT MOTIVASI BERHENTI MEROKOK


BERDASARKAN HEALTH BELIEF MODEL PADA MAHASISWA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Kumboyono
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Brawijaya Malang

ABSTRACT
Cigarette is one of the most dangerous killers, because it has potentially effect to cause
various diseases, not only on smokers but also passive smokers. Therefore, smokers should
have a strong motivation to quit smoking. The active smokers in Engineering Faculty student’s of
Brawijaya University largely been experiencing psychological addiction to smoking and have low
desire to quit smoking. This study aimed to identify factors that inhibiting student’s motivation to
quit smoking in Engineering Faculty of Brawijaya University Malang. This research uses cross
sectional design. Samples are selected by using purposive sampling with exclusion and inclusion
criteria, then obtained samples were 96 people. The variables in this research were perceived of
threat to diseases caused by smoking, perceived benefits to quit smoking, perceived barrier to
quit smoking, and motivation to quit smoking. The results showed only 12,5% respondent who
have high motivation to quit smoking. Whereas the factors that can inhibit respondent’s
motivation to quit smoking were perceived of threat to diseases caused by smoking (p = 0.001),
perceived benefits to quit smoking (p = 0.003), perceived barrier to quit smoking (p = 0.000). The
conclusion of this research were miss perception about threat to diseases caused by smoking,
perceived benefits to quit smoking, perceived barrier to quit smoking can inhibit smoker’s
motivation to quit smoking.

Keywords: motivation to quit smoking, health belief model

PENDAHULUAN
Rokok merupakan salah satu tahun 2025. Maka setidaknya 8 juta orang
pembunuh paling berbahaya di dunia. akan meninggal akibat rokok pada tahun
Setiap harinya, terdapat 11.176 orang di 2030 dan pada abad 21 ini, akan ada 1
seluruh dunia meninggal diakibatkan rokok miliar orang meninggal akibat penyakit
(Ono, 2009). Hal ini dikarenakan rokok disebabkan rokok (Evy, 2008). Dapat
mengandung kurang lebih 4000 senyawa disimpulkan bahwa, semakin tinggi
kimia, dan setidaknya 200 diantaranya konsumsi rokok maka akan semakin tinggi
beracun dan dinyatakan berbahaya bagi pula tingkat kematian.
kesehatan, sementara 43 bahan kimia Salah satu hal yang dapat
lainnya dapat memicu kanker (Satiti, 2009). mempengaruhi seseorang untuk berhenti
Oleh karena itu untuk dapat menghindari merokok adalah motivasi. Keinginan
dampak negatif dari rokok, seorang perokok seseorang berhenti merokok timbul
harus memulai untuk berhenti merokok. Jika disebabkan oleh pengetahuan seseorang
tidak ada pencegahan yang serius dalam terhadap bahaya rokok yang disertai
menghambat pertumbuhan perilaku dengan keinginan dan motivasi yang kuat
merokok, jumlah total rokok yang dihisap untuk melaksanakannya (Nainggolan,
tiap tahun adalah 9.000 triliun rokok pada 2004). Namun berdasarkan fenomena yang

1
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.1, Maret 2011

ada, banyak perokok yang gagal berhenti sebanyak 1-9 batang per hari, 33.33%
merokok meskipun telah mengetahui mengkonsumsi 10-19 batang per hari dan
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh rokok. hanya 10% yang menyatakan
Health belief model (Rosenstock, mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang
1974,1977) merupakan salah satu model per harinya. Penelitian ini bertujuan untuk
kognitif yang dapat digunakan mengetahui mengidentifikasi faktor penghambat motivasi
perilaku kesehatan. Health belief model berhenti merokok pada mahasiswa Fakultas
memberi kerangka kerja dalam memahami Teknik Universitas Brawijaya Malang
langkah-langkah khusus untuk berhenti berdasarkan Health Belief Model
merokok sebagai tindakan pencegahan
(Sumijatun, 2006). Health belief model METODE PENELITIAN
memiliki 4 komponen yang menggambarkan Desain penelitian ini adalah
persepsi terhadap pencegahan dan deskriptif korelasional dengan pendekatan
manfaatnya, yaitu perceived susceptibility, cross sectional. Pengukuran variabel dalam
perceived severity, perceived benefits, Health Belief Model seperti; persepsi
perceived barriers. Sedangkan cues to terhadap ancaman penyakit akibat rokok,
action dipengaruhi faktor eksternal dalam persepsi terhadap manfaat berhenti
menentukan perilaku kesehatan. Perceived merokok, persepsi terhadap penghambat
susceptibility (persepsi terkena penyakit) berhenti merokok terhadap motivasi
dan perceived severity (persepsi keparahan) berhenti merokok diukur sekaligus dalam
dapat mempengaruhi persepsi terhadap satu waktu atau point time approach.
ancaman penyakit. Demikian halnya dengan Penelitian bertempat di Fakultas Teknik
cues to action dan faktor modifikasi Universitas Brawijaya pada tanggal 6-10
(demografis, struktural, dan sosiopsikologis) Desember 2010. Populasi penelitian ini
juga dapat berpengaruh pada persepsi adalah semua mahasiswa perokok di
terhadap ancaman penyakit yang Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
berhubungan langsung dengan Sampel diambil dengan teknik purposive
kecenderungan seseorang untuk melakukan sampling dan kriteria inklusinya adalah
perilaku kesehatan. Sedangkan perceived mahasiswa Strata-1 Fakultas Teknik
benefit (persepsi terhadap manfaat) dan Universitas Brawijaya, menjadi perokok
perceived barrier (persepsi terhadap aktif, dan bersedia ikut serta dalam
penghambat) merupakan prediktor utama penelitian. Berdasarkan identifikasi pada
dalam health belief model yang memiliki saat penelitian dilakukan terhadap 200
dampak sangat besar pada kecenderugan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas
perilaku kesehatan seseorang (Pender, et Brawijaya, terdapat 120 mahasiswa
al., 2002). perokok. Sebanyak 22 mahasiswa menolak
Penelitian ini dilakukan pada untuk ikut serta dalam penelitian dan 2
mahasiswa Fakultas Teknik Universitas mahasiswa dropped out karena
Brawijaya Malang. Dari studi pendahuluan terganggunya aktifitas, sehingga sampel
yang dilakukan pada tanggal 27 April 2010 yang didapatkan adalah 96 responden.
yang mensurvey 30 orang mahasiswa Instrumen yang digunakan dalam
perokok di Fakultas Teknik Universitas penelitian ini adalah kuesioner
Brawijaya, 46,67 % diantaranya mengakui menggunakan skala likert, dengan pilihan
sudah mengalami kecanduan secara jawaban bertingkat yaitu sangat setuju,
psikologis terhadap rokok dan 60 % setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
menyatakan tidak ingin berhenti merokok. Sebelumnya, kuesioner diuji validitas dan
Data tingkat konsumsi rokok mahasiswa, reliabilitasnya terlebih dahulu. Uji validitas
56.67 % menyatakan mengkonsumsi rokok dan reliabilitas dilakukan pada tanggal 8

2
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.1, Maret 2011

November 2010. Pengambilan data untuk dalam penelitian ini. Untuk mengetahui
uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan hubungan variabel persepsi terhadap
menggunakan sampel 20 perokok ancaman penyakit akibat rokok, persepsi
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas terhadap manfaat berhenti merokok,
Brawijaya yang memiliki karakteristik sama persepsi terhadap penghambat berhenti
dengan populasi penelitian. Uji validitas merokok terhadap motivasi berhenti
dilakukan dengan menggunakan teknik merokok menggunakan korelasi Spearman
korelasi product moment Pearson dengan dengan bantuan SPSS 16 for windows.
tingkat signifikansi sebesar 5%. Sedangkan Derajat kepercayaan yang digunakan
uji reliabilitas dengan rumus alpha adalah 95%, α = 0,05. Sehingga suatu
cronbach. Sehingga hanya item pertanyaan hubungan bermakna apabila p ≤ 0,05.
yang valid dan reliabel yang digunakan

HASIL DAN BAHASAN


a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden sebagian Sedangkan 17 responden (18%) berjenis
besar adalah laki-laki (82%) (Tabel 1). kelamin perempuan.

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa Perokok di Fakultas


Teknik Universitas Brawijaya
No Jenis Frekuensi %
Kelamin
1. Laki-laki 79 82
2. Perempuan 17 18

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Berdasarkan Tabel 2 dapat proporsi usia yang paling sedikit adalah 19
diketahui bahwa sebagian besar responden tahun (6%).
memiliki usia 21 tahun (35%). Sedangkan

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Mahasiswa Perokok di Fakultas Teknik


Universitas Brawijaya
No Usia Frekuensi %
1. 19 tahun 6 6
2. 20 tahun 17 18
3. 21 tahun 34 35
4. 22 tahun 24 25
5. 23 tahun 15 16

c. Persepsi Terhadap Ancaman Penyakit Akibat Rokok


Sebagian besar responden memiliki tidak tepat dalam memandang bahaya suatu
persepsi bahwa penyakit akibat rokok tidak penyakit. Sebagian besar responden
mengancam (50%) (Tabel 3). Sedangkan memiliki persepsi bahwa penyakit yang
yang paling sedikit proporsinya adalah yang mengancam kesehatan perokok hanyalah
memiliki persepsi mengancam (6%). penyakit jantung, impotensi, gangguan
Responden yang memiliki persepsi tidak kehamilan, dan janin. Sebagian responden
terancam oleh penyakit memiliki gambaran juga memiliki persepsi bahwa penyakit

3
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.1, Maret 2011

akibat merokok tidak berbahaya jika menyetujui pernyataan bahwa dengan


dibandingkan dengan penyakit lainnya. Di merokok dapat mempercepat kematian
samping itu, banyak responden juga tidak seseorang.

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Ancaman Penyakit Akibat Rokok
No Persepsi Frekuensi %
1. Mengancam 6 6
2. Cukup mengancam 42 44
3. Tidak mengancam 48 50

Responden yang memiliki persepsi Sebagian responden telah persepsi bahwa


cukup terancam oleh penyakit memiliki penyakit akibat merokok lebihberbahaya jika
gambaran kurang tepat dalam memandang dibandingkan dengan penyakit lainnya.
bahaya suatu penyakit. Sebagian besar Akan tetapi, responden tersebut tidak
responden telah mengetahui bahwa rokok menyetujui pernyataan bahwa dengan
tidak hanya menimbulkan penyakit jantung, merokok dapat mempercepat kematian
impotensi, gangguan kehamilan, dan janin. seseorang.

d. Persepsi Manfaat Berhenti Merokok


Sebagian besar responden memiliki ekonomi berhenti merokok. Meskipun
persepsi bahwa berhenti merokok cukup beberapa responden menyetujui manfaat
bermanfaat (46%) (Tabel 4). Sedangkan tersebut. Sedangkan responden yang
yang paling sedikit proporsinya adalah yang memiliki persepsi bahwa berhenti merokok
memiliki persepsi kurang bermanfaat (19%). kurang bermanfaat memiliki gambaran tidak
Responden yang memiliki persepsi cukup tepat dalam merasakan banyaknya manfaat
bermanfaat memiliki gambaran kurang tepat berhenti merokok. Sebagian besar
dalam merasakan banyaknya manfaat responden tidak merasakan keuntungan
berhenti merokok. Sebagian responden fisiologis, ekonomi, dan sosial dari berhenti
tidak merasakan keuntungan fisiologis dan merokok.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Manfaat Berhenti Merokok


No Persepsi Frekuensi %
1. Bermanfaat 34 35
2. Cukup bermanfaat 44 46
3. Kurang bermanfaat 18 19

e. Persepsi Penghambat Berhenti Merokok


Persepsi yang memiliki proporsi keluarga, dan sosial. Meskipun masih ada
tertinggi mengenai persepsi terhadap responden yang merasa tidak terhambat
penghambat adalah cukup terhambat (38%) berhenti merokok memiliki persepsi bahwa
(Tabel 5). Sedangkan persepsi tidak dengan berhenti merokok menimbulkan
terhambat memiliki proporsi sebesar 32% pusing, gelisah, ataupun mengalami
dan persepsi terhambat sebesar 29%. peningkatan berat badan. Responden yang
Responden yang memiliki persepsi tidak memiliki persepsi cukup terhambat sebagian
terhambat untuk berhenti merokok memang besar merasakan penghambatnya berasal
tidak merasakan penghambat berhenti dari faktor fisiologis, seperti pusing, gelisah,
merokok, baik dari segi psikologis, fisiologis, rasa rileks, serta berat badan meningkat

4
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.1, Maret 2011

setelah berhenti merokok. Faktor faktor tersebut di atas, juga dipengaruhi


penghambat lain juga berasal dari sesama orang tua yang merokok serta iklan produk
teman yang merokok. Sedangkan rokok yang membuat responden ingin
responden yang memiliki persepsi merokok.
terhambat untuk berhenti merokok, selain

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Terhadap Penghambat Berhenti Merokok


No Persepsi Frekuensi %
1. Tidak terhambat 31 32
2. Cukup terhambat 36 38
3. Terhambat 29 30

f. Motivasi Berhenti Merokok


Berdasarkan hasil penelitian dapat kesiapan untuk memulai berhenti merokok.
diketahui bahwa sebagian besar responden Meskipun responden tersebut sebagian juga
memiliki motivasi berhenti merokok sedang memandang bahwa merokok merupakan
(52%) (Tabel 6). Motivasi rendah memiliki kebiasaan yang merugikan. Akan tetapi
proporsi sebesar 35% dan motivasi tinggi beberapa responden pada kategori ini
sebesar 13%. Responden yang memiliki sudah merasa siap mengurangi perilaku
motivasi tinggi memiliki keyakinan bahwa merokoknya. Sedangkan responden yang
berhenti merokok merupakan hal yang memiliki motivasi rendah memandang
merugikan. Hal tersebut ditandai oleh merokok bukanlah hal yang merugikan,
kesiapan responden dalam mengurangi sehingga tingkat kesiapan untuk memulai
perilaku merokok dan telah memulai mengurangi rokok ataupun berhenti
berhenti merokok. Responden yang memiliki merokok juga rendah.
motivasi sedang, rata-rata belum memiliki

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Berhenti Merokok


No Persepsi Frekuensi %
1. Tinggi 12 13
2. Sedang 50 52
3. Rendah 34 35

1. Persepsi Terhadap Ancaman Penyakit to action, perceived susceptibility dan


Akibat Rokok perceived severity (Pender, et al., 2002).
Hasil uji Spearman untuk variabel Rendahnya salah satu atau keseluruhan
persepsi terhadap keparahan dengan komponen tersebut tentunya dapat
motivasi berhenti merokok terdapat nilai mempengaruhi secara langsung persepsi
signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05), yang seseorang terhadap ancaman penyakit
berarti terdapat hubungan antara persepsi akibat rokok.
terhadap ancaman penyakit akibat rokok Hasil penelitian ini sesuai dengan
dengan motivasi berhenti merokok. Persepsi hasil penelitian Heikkinen, et al (2010) di
terhadap ancaman penyakit, khususnya Finlandia. Penelitian tersebut menyebutkan
akibat merokok, dapat dipengaruhi oleh bahwa sebagian besar perokok memandang
beberapa hal, antara lain jenis kelamin, rokok bukanlah hal yang berbahaya dan
usia, kelas sosial, pengetahuan, teman mengancam jiwanya. Sehingga perokok
pergaulan, riwayat menderita penyakit, cues terus mencoba meyakinkan peneliti bahwa

5
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.1, Maret 2011

merokok tidak mengganggu kehidupannya penyakit yang telah diderita sebelumnya. Di


serta kehidupan orang lain di sekitarnya. samping itu, manfaat berhenti merokok yang
Pada penelitian ini, sebagian besar dirasakan juga dapat menjadi faktor
responden juga memandang bahwa rokok penyebabnya.
tidak lebih berbahaya daripada penyebab Manfaat berhenti merokok berupa
penyakit lainnya. Di samping itu, responden manfaat fisiologis, ekonomi, dan sosial.
juga berpersepsi bahwa rokok tidak Akan tetapi, tidak semua orang yang
menimbulkan kematian dan hanya merasakan manfaat berhenti merokok akan
menyebabkan penyakit jantung, impotensi, memiliki motivasi yang tinggi untuk berhenti
gangguan kehamilan, dan janin yang merokok. Sebuah penelitian Yang, et al
umumnya tercantum dalam bungkus rokok (2005) menyebutkan bahwa 44.8% perokok
yang dikonsumsinya. Beberapa persepsi telah terbukti kembali merokok setelah satu
tersebut dapat mempengaruhi perilaku minggu merasakan manfaat berhenti
perokok untuk terus merokok, sehingga merokok. Hal ini disebabkan
motivasi berhenti merokoknya rendah. ketidakadekuatan mekanisme koping
Berdasarkan uraian di atas dapat terhadap stress dan depresi yang dirasakan.
diambil kesimpulan bahwa persepsi Disamping itu, nikotin yang telah meracuni
terhadap ancaman penyakit akibat rokok syaraf dapat membuat seorang perokok
merupakan salah satu faktor yang dapat ketagihan dan kembali merokok (Bangun,
mempengaruhi motivasi berhenti merokok. 2008). Berdasarkan uraian di atas dapat
Rendahnya persepsi seseorang terhadap disimpulkan bahwa persepsi terhadap
ancaman penyakit akibat rokok dapat manfaat berhenti rokok merupakan salah
menjadi salah satu faktor penghambat satu faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi berhenti merokok. motivasi berhenti merokok. Rendahnya
persepsi seseorang terhadap manfaat
2. Perceived Benefit (Persepsi Terhadap berhenti merokok dapat menjadi salah satu
Manfaat) faktor penghambat motivasi berhenti
Hasil uji Spearman untuk variabel merokok.
persepsi terhadap manfaat dengan motivasi
berhenti merokok terdapat nilai signifikansi 3. Perceived Barrier (Persepsi Terhadap
sebesar 0,003 (p<0,05), yang berarti Penghambat)
terdapat hubungan antara persepsi Hasil uji Spearman untuk variabel
terhadap manfaat berhenti merokok dengan persepsi terhadap keparahan dengan
motivasi berhenti merokok. Hasil penelitian motivasi berhenti merokok terdapat nilai
telah sesuai dengan teori Health Belief signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05), yang
Model dalam Glanz (2008), yang berarti terdapat hubungan antara persepsi
menjelaskan bahwa rendahnya persepsi terhadap penghambat berhenti merokok
terhadap manfaat berhenti merokok secara dengan motivasi berhenti merokok. Hasil
signifikan dapat mempengaruhi kemauan penelitian ini telah sesuai dengan teori
atau motivasi seseorang untuk berhenti Health Belief Model dalam Pender et. al
merokok. Hal tersebut disebabkan persepsi (2002), yang menyebutkan tingginya
terhadap manfaat merupakan prediktor kuat persepsi terhadap penghambat berhenti
dalam health belief model yang merokok secara signifikan dapat
melatarbelakangi berbagai pilihan tindakan berpengaruh pada remdahnya kemauan
termasuk perubahan perilaku untuk atau motivasi seseorang untuk berhenti
mengurangi ancaman suatu penyakit. merokok. Hal ini disebabkan beberapa
Kecenderungan seseorang untuk mau penelitian baik retrospektif maupun
berhenti merokok dapat dilatarbelakangi prospektif menunjukkan tingginya perceived

6
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.1, Maret 2011

barrier memiliki dampak sangat besar pada teman pergaulan yang dapat melakukan
dimensi Health Belief Model dalam penolakan sosial apabila seseorang
menjelaskan atau memprediksi kurangnya diantaranya berhenti merokok. Hal-hal
perilaku menjaga kesehatan. tersebut dapat berpengaruh signifikan
Adanya penghambat yang dalam perilaku merokok. Perokok
dirasakan dari segi fisiologis, seperti pusing cenderung melanjutkan kebiasaannya tanpa
dan gelisah merupakan penghambat yang ragu-ragu. Sehingga perokok mengalami
terbesar yang ditemukan dalam penelitian penurunan motivasi berhenti merokok.
ini. Di samping itu, dari segi psikologis, Berdasarkan uraian di atas dapat
berhenti merokok dapat menimbulkan disimpulkan bahwa persepsi terhadap
persepsi kurang jantan sehingga membuat penghambat berhenti rokok merupakan
tidak percaya diri. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
Beberapa penghambat lain berasal motivasi berhenti merokok. Tingginya
dari orang tua yang merokok dan tidak persepsi seseorang terhadap penghambat
membatasi anaknya untuk merokok juga berhenti merokok dapat menjadi salah satu
memberikan dampak anak tersebut terus faktor penghambat motivasi berhenti
merokok. Penghambat terakhir adalah merokok.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penelitian lanjutan dengan
telah dilakukan, maka dapat diambil menggunakan desain penelitian yang lebih
kesimpulan bahwa : terdapat hubungan sesuai, yakni cohort yang lebih menekankan
bermakna antara persepsi terhadap pada time period approach, agar dinamika
ancaman penyakit akibat rokok dengan perubahan faktor-faktor penghambat
motivasi berhenti merokok. Persepsi motivasi berhenti merokok dalam periode
manfaat (perceived benefit) berhenti waktu yang berbeda dapat diketahui.
merokok berhubungan dengan motivasi Sebaiknya diadakan program smoking
berhenti merokok. Persepsi terhadap cessation bagi mahasiswa perokok aktif,
manfaat merupakan prediktor kuat dalam seperti larangan merokok di lingkungan
health belief model yang melatarbelakangi kampus beserta ancaman denda bagi
berbagai pilihan tindakan untuk berhenti pelanggarnya, penyuluhan dan kampanye
merokok. Persepsi penghambat (perceived anti rokok untuk meningkatkan motivasi
barrier) berhenti merokok berhubungan berhenti merokok.
dengan motivasi berhenti merokok. Perlu

DAFTAR PUSTAKA
Ono, 2009. Komnas HAM PA Minta Iklan h.perokok.pemula.meningkat.
Rokok Dihapus. (Online). Diakses 21 Mei 2010).
(http://kesehatan.kompas.com/read/ Nainggolan, R.A. 2004. Anda Mau Berhenti
2009/05/10/2356140/Komnas.HAM. Merokok? Pasti Berhasil. Bandung :
PA.Minta.Iklan.Rokok.Dihapus. Indonesia Publishing House.
Diakses pada 18 Maret 2010). Sumijatun. 2006. Konsep Dasar
Satiti, Alfi. 2009. Strategi Rahasia Berhenti Keperawatan Komunitas. Jakarta :
Merokok. Yogyakarta : Datamedia. EGC
Evy. 2008. Jumlah Perokok Pemula Pender, Nola J., Carolyn L Murdaugh., Mary
Meningkat. Ann P. 2002. Health Promotion in
(Online).(http://www.kompas.com/re Nursing Practice. New Jersey :
ad/xml/2008/06/07/17531289/jumla Pearson education,Inc.

7
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.1, Maret 2011

Heikkinen, H., Patja K., Jallinoja P. 2010. Yang JH, et. al. 2005. Factor Affecting Re-
Smoker’s Account On The Health Smoking In Male Workers. (Online).
Risk Of Smoking: Why Is Smoking (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
Not Dangerous For Me?. (online). d/16315760. Diakses 21 September
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme 2010).
d/20619947. Diakses 26 September Bangun, A.P. 2008. Sikap Bijak Bagi
2010). Perokok. Jakarta: Bentara Cipta
Glanz, Karen., Rimer., Barbara K., Prima.
Viswanath K. 2008. Health
Behaviour And Health Education
Theory, Research, And Practice 4th
edition. San Fransisco : Jossey
Bass.

You might also like