You are on page 1of 5
ARTIKEL AKTIVITAS MENGGIGIT Anopheles sundaicus DI KECAMATAN WONGSOREJO, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR Mardiana, Wigati, Tri Suwaryono* Abstrak Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur termasuk dacrah endemik malaria, Pada bulan Mei- Oktober 2001, telah ditakukan penelitian pengamatan aktivitas menggigit dari Anopheles sundaicus di daerah pantai yaitu di dukuh Paras Putih, desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo. Di daerah penelitian tersebut An, sundaicus telah dikonfirmasikan sebagai vektor malaria Twjuan penelitian untuk mengetahui aktivitas menggigtt dan kepadatan dari An. sundaicus setiap jam penangkapan. Penangkapan nyamuk dilakukan sepanjang malam mulai pukul 18.90 sampat dengan pukul 06.00, di dalam dan di luar rumah, serta di sekitar kandang termak, dikerjakan empat kali penangkapan dalam satu bulan. Hasil penelitian menunjulkan bahwa periode waktu menggigiv/aktif menggigit dari An. sundaicus di dalam rumah terjadi antara pukul 19.00-20.00, 21.00-22.60, dan pukul 04.00-05.0 dengan kepadatan masing-masing 2,37 nyamuk/orang/jam. 4,75 nyamuk/orangijam dan 3,19 nyamukforang/jam. Sedangkan di luar rumah terjads antare pukul 21.00-22.00, 24.00-01.00, 02.00-03.00 dan pukul 04.00-05.00 dengan kepadatan masing masing 6,37 nyamuk/orengijam, 5,06 nyamuk/orangiam, 5,94 nyamul/orangijam dan 7,81 nyamuk/orang/jam. Sedangkan di sekitar kandang ternak menunjukkan bahwa ada tiga periode waktu menggigit yaitu antara pukul 19.00-20.00, 21.00-22.00, 23.00-24.00, 93.00-04.60 dan pukul 04.00-05.00 dengan kepadatan masing-masing 16 nyamuk/orang/jam, 16.5 nyamuk/orangiiam, 10,83 nyamuk/orang/jam, 20,17 nyamuklorangijam dan 27,67 nyamuk/orang/jam. Dari hasil pengamatan di atas ternyata An. sundaicus di daerah penelitian terbanyak aktivicas menggigit adalah di kandang ternak Kate Kunci: Aktivitas menggigit, An, sundaicus Pendahuluan camatan Wongsorejo adalah salah Kandangan yang luasnya + 4000 m*), fagun kK satu daerah endemis malaria ds Klawih (£1000 me), lagun Loji Selatan (4 2000 Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur 1m) dan lagun Loji Utara (4 2000 m*), Jarak lagun Daerah fokus malaria Kecamatan Wongsorejo dengan dukuh Paras Putih kurang lebih 300 terletak di daerah pantai, salah satunya yaitu meter '?). Berdaszrkan laporan survei entomologi dukuh Paras Putih, desa Bangsring yang di yang dilakukan di dukuh Paras Putih, temyata sebelah Timur berbatasan dengan selat Bali, lagun-lagun di atas diperkirakan sebagai tempat dengan ketinggian 60 m di atas permukaan laut perindukan berbagai spesies Anonbeles, yang, Sepanjang dukuh Paras Putih dari Utara ke salah satunya adalah An. sundaicus Selatan merupakan jalan Jala fintas yang dikonfirmasikan tahun 1957 sebagai _vektor menghubungkan pulau Jawa dan Bali yang, malaria pantat di daerah tersebut. Terjadinya menuju penyeberangan Ketapang, Di sebelah kasus malaria di kecamatan Wongsorejo juga Timur jalan tersebut terdapat beberapa lagun didukung dengan adanya mobilitas penduduk, dengan genangan air payau, yang ditumbuhi sekitar 80 % dari mereka sebagai tenaga kerja oleh lumut,rumput dan tumbuhan bakau. musiman ke luer pulau Jawa, antara lain ke putan Lagun-lagun tersebut antara lain adalah lagun Bali, Lombok, Flores, Katimantan dan Irian”. * pusltbane Ekofogi Kesehatan 26 Media Lithang Kesehatan Volume XII Nomor 2 Thun 2003 Juga ada yang bekerja sebagai nelayan dan penyelam untuk mengambil ikan hias. Dari tempat bekerja di Ivar pulau Jawa tersebut umumnya mereka terkena malaria, sehingga pada waktu mereka pulang ke desanya akan menjadi sumber terjadinya transmisi antar penduduk. Transmisi malaria akan terjadi dengan kebiasaan penduduk, baik pendatang maupun penduduk di desa tersebut sering di war rumah bila malam hari. Hal tersebut memungkinkan ‘erjadinya Kontak manusia dengan rnyamuk lebih besar. Berkaitan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian aktivitas menggigit dari An.sundaicus di dukuh Paras Putih dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2001, sehingga dapat dikeiabui_ waktu dan kepadatan_nyamuk menggigit manusia atau ternak pada malam hart Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menentukan strategi pemberantasan vektor malaria di daerah penelitian, untuk mencegah terjadinya transmust yang febih luas. Bahan dan Cara Kerja Daerah Penelitian Penelittan dilakukan di dukuh Paras Putih, esa Bangsring, kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Umumnya pemukiman penduduk terletak kurang lebih 300 meter dari pinggir pantai selat Bali dan 6 kilometer dari pelabuhaa Ketapang, Cara Kerja Penelitian untuk pengamatan aktivitas dan kepadatan tap jam penangkapan, dilakukan dengan penangkapan nyamuk pada malam hari, selama enam bulan dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2001. Penangkapan nyamuk dimulai pukul 18.°° sampai dengan pukul 06.°, yang terdiri dari penangkapan nyamuk di dalam dan di luar rumah masing-masing dengan 2 orang ‘penangkap, serta dilakukan penangkapan nyamuk di sekitar kandang ternak, frekuensi penangkapan empat kalvbulan. Hasil’ penangkapan nyamuk dimasukkan ke dalam mangkuk kertas yang itutup dengan kain kasa dan diikat Karet gelang, selanjutnya semua nyamuk yang tertutup diidentifikasi dengan menggunakan kunci deter- minasi yang disusun oleh O°Connor dan Arwati (1979) ® dan Ramalinggam (1974) ®. Dari hasil penangkapan nyamuk, kKhususnya An.sundaicus dicatat waktu aktif sesuai dengan tiap jam penangkapan dan kepadatantiap jam penangkapan, begitu pula dengan penangkapan di sekitar kandang ternak. Masi Penelitian Hasit penangkapan nyamuk di daerah penelitian menunjukkan bahwa yang dominan ditemukan dari ketiga tempat penangkapan yaitu di luar dan di dalam rumah serta di sekitar kandang teak adalah An.sundaicus. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa An. sundaicus yang tertangkap pada tiap jam penangkapan di dalam rumah kepadatan yang, ditemukan antara pukul 19. sampai dengan pukul 20.° sebanyak 2,37 ekor/orang/jam, kemudian antara pukul 21.” sampai dengan pukul 22. meningkat menjadi 4,75 ekor/orang/jam, dan menjelang larut malam kepadatan An.sundaicus menurun sampai 1, 31 ekor/orang/jam namun menjelang subuh antara pukul 04.°° sampai dengan pukul 05." terjadi peningkatan yaitu 3,19 ekor/orangijam. Tabel 1 Kepadatan An.Sundaicus yang Tertangkap di Tiga Tempat Tiap Jam Penangkapan di Dukuh Paras Putih, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Cara ‘Waite Fenangiapan Penaughapan 18 PRET a ae Oa : : : om |S | igs ie] ne) Ge | el ioe | inn osm |e MIDABT err) ae Pe tse [tae | tae | 31d] 05 ups Pas | soe | ae | ear Paar se [Soa sa ameter |e THAT BIT T6a | ae we) ise) ee | RT| ae | OE | o lo a fol a 1 7 Media Lithang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 Tahun 2003 27 Gambar2. Aktivitas An, sundaicus yang menggigit di Kandang Ternak Tiap Jam Penangkapan asf é eae | Jam Penangkapan MBI (Mian Biting Indoor) = Nyamuk yang An.sundaicus mencari darahternyata lebih menggigit orang di dalam rumah, MBO (Man Biting Outdoor) = Nyamuk yang menggigit orang di luar rumah. AC (Around Cattle) = Nyamuk: yang menggigit temak di Iuar rumah menunjukkan bahwa Kepadatan tertinggi antara pekul 21.° sampai dengan pukul 22.°° yaitu 6,37 ekor/orang/jamn, Setelah pukul 22.° kepadatan An. sundaicus menurun sampai 3,56 ekor/orang/jam tetapi antara pukul 24.°° sampai dengan pukul 01.” dan pukul 02." sampai dengan pukul 03.” kepadatan An.sundaicus meningkat masing- masing 5,06 ekor/orang/jam dan 5,94 eker/orang/jam, Namun menjelang subuh antara pukul 04. sampai dengan pukul 05.°° kepadatan menjadi 7,81 ekor/orang/jam, tetapi_ menjelang pagi hari kepadatannya menurun menjadi 1,19 ekor/orang/jam. Untuk penangkapan di sekitar kandang temak menunjukkan adanya peningkatan kepadatan An. sundaicus dari mulai penangkapan antara pukul 19.” sampai dengan pukul 20.” yaitu 16 ckor/oranyjjam, meningkat menjadi 16,83 ekor/orang/jam antara pukui 23."° sampai dengan pukul 24° dan menurun menjelang malam namun antara pukul 04." sampai dengan pukul 05.° menjelang subuh = menjadi_—-27,67 ekor/orang/jam. Hal ini sesuai dengan kesenangan cenderung banyak terdapat di kandang ternak (An.sundaicus bersifat zoofilik) ”. Pada gambar I, vihat aktivitas An,sundaicus menggigit orang di luar rumah terjadi beberapa periode, yaitu antara pukul 21.” sampai dengan publ 22. °°, pukul 24, sampai dengan pukul 01."", pukul 02.” sampai dengan pukul 03, dan pukul 04. sampai dengan pukul 05." menurun menjelang pagi hari, aktif menggigit nyamuk tersebut terjadi pada pukul 24. sampai dengan pukul 22.°° dan pukul 04. sampai dengan pull 05... Sedangkan aktivitas menggigit An. sundaicus di dalam rumah terjadi pada pukul 19." sampai dengan pukul 20.”, pukul 21, sampai dengan pukul 22. dan pukul 04. sampai dengan pukul 05., seperti di luar rumah aktivitas menurun pada waktu menjelang pagi hari, juga di dalam rumah aktif menggigit pada pukul 21.” sampai dengan pukul 22.” dan pukul 4.” sampai dengan. pukul 05.°°, Untuk aktivitas menggigit di kandang, temak disajikan pada gambar 2 menunjukkan bahwa aktifnya terjadi pada pukul 19.°° sampai dengan pukul 20.", pukul 21.°° sampai dengan pokul 22, pukul 23. sampai dengan pukul 24., pukul 03.” sampai dengan pukul 04. dan pukul 04."° sampai dengan puke 05." 28 Media Lithang Kesehatan Volume XIII Nomor 2 Tahun 2003 Dari periode aktivitas di atas_temyata Ansundaicus terlihat lebih aktif ditemukan pada pukul 04," sampai dengan pukul 05.", namun nyamuk fersebut ditemukan sepanjang mala baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Pembahasan Selama enam bulan —penelitian yang dilakukan dari bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2001, ternyata waktu aktif menggigit dari Ansundaicus di dalam dan di luat rumah serta di sekitar kandang ternak ditemukan sepanjang malam. Dari pengamatan aktivitss menggigit An. sundaicus di dalam rumah ditemukan meningkat pada pukul 21." sampai dengan pukul 22.” dengan kepadatan 4,75 ekor/orang/jam yang mana pada saat-saat waktu tersebut bersamaan dengan Kebiasaan penduduk di dukuh Paras Putih duduk- duduk di luar rumah, menonton televisi serta berada oi tepi pantai, juga kebiasaan membuka pintu rumah pada malam hari, Menjelang subuh pada pukul 04.° sampai dengan pukul 05." aktivitas An.sundaicus kembali meningkat dengan kepadatan 3,19 ekor/orang/jam. — Penduduk selempat mempunyai kebiasaan buang air besar di tepi pantai pada pagi hari Karena umumnya mereka jarang mempunyai jamban dan nelayan pulang dari menangkap ikan pada malam hari. Hal tersebut di atas kemungkinan terjadi Kontak manusia dengan nyamuk lebils besar, yang dapat menyebabkan penularan, Dilihat dari pengamatan aktivitas di luar rumah, aktivitas menggigit dari An.sundaicus dari mulai penangkapan pada pukul 18° sampai dengan pukul 19.° menunjukkan peningkatan pada pukul 21.” sampai dengan pukul 22. dengan kepadatan 6,37. ekor/orang/jam, dan terjadi beberapa periode peningkatan pada pukul 24. sampai dengan pukal O1.”, pukul 02. sampai dengan pukul 03., pukul 03." sampai dengan pukul 04°, pukul 04. sampai dengan pukul 05. meningkat menjadi 7,81 ekorlorangjam. Meskipun An. sundaicus menggigit orang di Juar dan di dalam cumah namun kepadatannya pada tiap jam penangkapan, di uar rumah lebih besar daripada yang di dalam rumah sehingga dapat dikatakan lebih bersifat eksofagik. Penelitian yang ditakukan di Bali oleh Soekirno dkk (1983) menunjukkan bahwa An.sundaicus pada penangkapan di luar rumah lebih banyak tertangkap dibandingkan di dalam Media Lithang Kesehatan Volume XIT rumah, hal ini mesunjukkan bahwa An.sundaicus juga bersifat eksofagik”. Aktivitas Ansundaicus yang menggigit temak pada tiap jam penangkapan lebih tinggi aibandingkan dengan aktivitas menggigit di dalam dan di luar rumah. Dari hasil penangkapan pada pukul 19.° sampai dengan pukul 20% telah menunjukkan peningkatan dengan kepadatan 16 ekor/orangijam, kemudian meningkat lagi pada pukul 21.sampai dengan pukul 22." pukul 23, sampai dengan pukul 24.", menuran menjelang tengah malam antara pukul 01.° sampai dengan pukul 02., namun terjadi peningkatan aktivitas menggigit pada pukul_04.".05, dengan Kepadatan 27,67 —ekox/otang/jam, —Temyata aktivitas nyamuk menggigit pada malam hari lebih tinggi terjadi pada kandang ternak. Dilihat dari kesukaan An.sundaicus mencari darah cenderung banyak menggigit di kandang temak (zoofiliky"*), Walaupun di tempat fain dari hasil Penelitian yang dilakukan di Lampung Selatan (Boesri, 1994) menunjukkan bahwa An.sundaicus ersifat antropofilik””.Ditinjau dari aktifaya An.sundaicus menggigit i daerah penelitian pada waktu-waktu tertentu seperti menjelang malant dan pagi hari merupakan saat penularan yang lebih efektif. Hal ini terkait dengan adanya tempat perindukan Anopheles yaitu beberapa lagun yang, letaknya berdekatan dengan pemukiman penduduk, Kesimpulan Dari hasilpenelitian di kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa tinsut mengenai aktivitas menggigit dn. sundaicus dapat disimpulkan bahwa: + Aktivitas menggigit dn. sundaicus di dalam rumah terjadi dua periode ‘tertinggi yaitu pukul 21. sampai dengan pukul 22. dan pukul 04. sampai dengan pukul 05.° dengan masing-masing kepadatan 4,75 ekor/orang/jam dan 3,19 ekor/orangyjam, © Aktivitas menggigit An, sundaicus di har rumah terjadi dua periode tertinggi yaitu pukul 21. sampai dengan pukul 22.° dan pukul 04.% sampai dengan pukul 05. dengan masing-masing, kepadatan 6,37 ekat/orang/ jam dan 7,81 ekor/orang/jam. + Aktivitas menggigit An. sundaicus di kandang temak peningkatan terjadi pada pukul 23. sampai dengan pukul 24.” dengan kepadatan 16,83 ekor/orang/jam, kemudian meningkat fomor 2 Tahun 2003 29 pada pukul 04.° sampai dengan pukwl 05."° dengan kepadatan 27,67 ekor/orang/jam. * Lebih banyak aktivitas menggigit An sundaicus didapatkan di luar rumah dan di kandang teak. Ucapan Terima Kasih Penulis menyampaikan (erima kasih kepada kepala Dinas_-Keschatan Kabupaten, Banyuwangt dan Kepala_—_Puskesmas Wongsorejo, Banyuwangi yang telah memberi ijin dan bantuan sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Tidak lupa pula ucapan terima kasi disampaikan kepada semua tim peneliti yang, telah membantu selama —_berlangsungnya penelitian. Daftar Pustaka 1. Dinas Kesehatan Dati II Banyuwangi, 1999, Laporan Situasi Penyakit Malaria Kabupaten Dati IT Banyuwangi tahun 1995-1999. 2. Departemen Kesehatan RI. Dirjen P2M & PLP, Dit P2B2, 1999. Daftar Nama-nama Propinsi, Kabupaten, Puskesmas dan Desa Endemis Malaria di Indonesia Subdit BP2, Dirjen P2M&PLP, 1998, Laporan Perjalanan Dinas daerah Jawa Timur. O'Connor, CY and S.Anwati, 1979. Kunei Berganbar untuk Anopheles Betina di Indonesia, Ditjen 2M PLP, DepKes RI, Jakarta Ramalinggam, S, 1974. A Brief Mosquito Survey of Java, WHO Unpublished Document WHO/VBCI74.504. Sockimno, M., Bang, Y.H., Sudomo, M., Pemayun, T.P. and Fleming, GA, 1983 Bionomics of Anopheles sundaicus and Other Anophelines Associated with Malaria in Coastal Areas of Bali, Indonesia. Unpublished Document WHO/MAL/83.885 ‘Sundararaman S., Soeroto RM, Siran M.1957. Vectors of malaria in Mid-Java, Indian Journal of Malariology, 14(4), 321-339 Dep. Kes RI Dirjen P2M&PLP, 1993, Malaria, Extomologi no.10, hal.59-60 Boesti H, 1994, Perilaku Anopheles sundaicus Rodenwaldt dan Cara Pemberantasannya di ‘Tarakan Lampung Selatan, Majalah Parasitologi Indonesia, 7 (1). Januari (1994) 25-30 30 Media Lithang Kesehatan Volume XHIf Nomor 2 Tahun 2003

You might also like