You are on page 1of 6
19% teral KONSEPSI BENUA MARITIM INDONESIA dan sa- Hasjim Djalal a. Benua me- - dan ‘Setelah perjuar.gan selama 25 taluen, maka konsepsi Negara Kepulauan Indonesia (Archipelagic State Principles of Indonesia), yang diumum- kan oleh Perdana Menteri Djuanda tanggal 13 Desember 1957 telah menda- patkan pengakuan dunn dan sak dalam Konvensi Hukum Laut PBB yang ditandatangani di Montego Bay, Jamaica, tanggal 10 Desember 1982, De- gan demikian, kesatuan geografis Indonesia yang terdiri dari udara, darat dan laut sertatanah di bawahnya dan seluraskekayaan alam yang terkan- dung di dalamnya sejak saat itu secara resmi telah diakui berdasarkan Hu- ‘um Internasional menjadi Wilayah Negara Republik Indonesia yang berada di bawwah kedaulatan Indonesia. Di samping itu, Konvensi Hukumt Laut terse- but sekaligus juga mengakui kewenangan Indonesia atas kekayaan alam di Zona Ekonomi Ekskiusif dan Landas Kontinen (Continental Shelf) Indone- cuat- sia di luar kesatuan Negara Nusantara terscbut, Dengan diratifikasinya Hukum Laut PBB 1982, melalui Undang-Un- dang. nomor 17/1985 yang mulai ber- laku sejak 16 November 1994, maka sepanjang yang berhubungan dengan potensi sumber daya kelautan, Indo- nesia mempunyai kedaulatan wilayah atas Perairan Pedalaman, Perairan Nusantara dan Laut Wilayah beserta seluruh kekayaan alamnya, baik hayati maupun nabatidi perairan-per- airan tersebut dengan menghormati traditional fishing right negara-nega- ra tetangga yang terdekat di perairan- perairan Nusantara tertentu. Pelak- sanaannya harus dilakukan berdasar- kan suatu perjanjian bilateral dengan Indonesia Indonesia juga mempunyai kedau- latan atas kekayaan alam di ZEE dan Landas Kontinen walaupun tidak mempiihyai kedaulatan wilayah atas kawasan-kawasan tersebut. Pelaksa- naan kedaulatan atas kekayaan alam tersebut memuat ketentuan “surplus” atas perikanan di ZEE dan ketentuan revenue sharing atas eksploitasi kekayaan alam di Landas Kontinen di luar batas 200 mil. Lebih dari itu, In- donesia mempunyai kewenangan-ke- ‘Wwenangan tertentu atas Zona Tambah- Dr. Hasjim Djall, Duta Besar Khusus Indonesia di Bidang Hukum Laut Internasional 47 48 ‘an yang, umumnya adalah untuk ke- perluan bea cukai, imigrasi, karantina kesehatan dan mencegah pelanggaran atas ketentuan perundang-undangan dalam wilayahnya. Disamping itu, Indonesia mempu- nyai kepentingan atas pemeliharaan sumber-sumber perikanan di Laut Be- bas di luar ZEE walaupun Indonesia tidak mempunyai kedaulatan wilayah ‘atau kedaulatan atas kekayaan alam di Laut Bebas tersebut. Kepentingan dan wewenang Indenesia di Laut Be- bas tersebut kini diatur dalam suata implementing agreement mengenai per- ikanan di Laut Bebas yang telah diru- muskan oleh suatu Konferensi PBB yang telah ditandatangani oleh Indo- nesia akhir tahun 1995 yang lalu, teta- pi pada saat ini belum betlaku. Indonesia mempunyai kepenting- an atas pengelolaan kekayaan alam di Dasar Laut Internasional walaupun Indonesia tidak mempunyai kedaulat- an atas kawasan tersebut ataupun atas kekayaan alamnya. Kepentingan In- donesia itu adalah untuk menjaga agar eksplorasi dan eksploitasi ke- kayaan alam tersebut, khususnya ni- kel, tembaga, kobalt dan mangan tidak merupakan saingan yang mematikan bagi kemungkinan pengembangan mineral yang sama dalam wilayah In- donesia, baik wilayah darat maupun wilayah atau kawasan lautnya. Wa- laupun belum berhasil sepenuhnya, Indonesia sudah berjuang keras untuk mewujudkan kepentingannya terse- but melalui berbagai forum interna- sional urna Ketahanan Nasional, (1), Desember i Djalal, Konseps Bemua Maritim Indonesia mping, itu, negara-negara te- ya mempunyai traditional fishing its di bagian-bagian tertentu Per- jan Nusantara yang pelaksanaannya yuslah didasarkan pada suatu per- juan bilateral. Negara-negara te- terdekatjuga memperoleh hak- khusus seperti ditetapkan dalam Wvensi. Termasuk juga jaminan hak (uk memelihara underwater cables yuan syarat-syarat tertentu. Indone- kini sedang meninjau kembali “ti-, stitik dasar” guna menetapkan ris-garis dasar” atau garis pangkal juk menetapkan Perairan Nusan-|, tersebut. Dewasa ini suatu RUU ang, Perairan Indonesia sedang di DPR, wentara itu, yang dimaksud de- mn Laut Wilayah adalah Zona sele- 12 mil di luar Perairan Nusantara mana negara pantai juga mempu- jai kedaulatan wilayah termasuk ws seluruh kekayaan alamnya. Nega- ynegara asing mempunyai hak in- sent passage melalui Laut Wilayah in sealanes passage di Perairan Laut ilayah yang menghubungkan ALKI dengan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEB). Penetapan yang lebih definitif dari Laut Wilayah atau Laut Teritorial ini Jorgantung dari penetapan titik-titik lon garis-garis dasar yang kini sedang libahas kembali oleh DPR. Di bebe- Japa tempat telah ada perjanjian de- han negara-negara tetangga me- hgenai perbatasan Laut Wilayah ma- sing-masing. Misalnya di tempat-tem- pat yang tumpang tindih antara Ma- laysia dan Singapura. Tetapi di bebe- tersebut, kawasan laut Indonesia cara rinci dapat dibagi dalam: Pet an Pedalaman, Perairan Nusan\ Laut Wilayah, Zona Berdekatan, Ekonomi Eksklusif, Landas Konti Laut Bebas, dan Dasar Laut Inte sional Yang dimaksud dengan Perai Pedalaman adalah perairan yang, luruhnya terletak di bawah kedat an wilayah suatu negara di mai negara lain tidak mempunyai hak un, termasuk hak lewat berdasarl innocent passage. Semua kekaya alamnya berada di bawah kedaula dari Perairan Pedalaman ini. Sedang yang dimaksud deng Perairan Nusantara adalah perait di mana Negara Nusantara juga punyai kedaulatan wilayah atas airan tersebut, baik atas airnya, u diatasnya, tanah di bawahnya dan luruh kekayaan alam yang terki negara lain mempunyai hak lewat dasarkan ketentuan innocent pas di seluruh Perairan Nusantara (kec di Perairan Pedalaman) serta hak wat yang lebih bebas melalui Alu alur Laut Kepulauan (ALK) ata sealanes yang akan ditetapkan dai yang kini sedang dikonsultasikan d ngan pihak-pihak terkait. 49 rapa tempat lainnya garis-garis batas Laut Wilayah tersebut masih harus dirundingkan. Selanjutnya yang dimaksud de- ngan Zona Berdekatan adalah zona selebar 12 mil di luar Laut Wilayah di ‘mana negara pantai mempunyai hak- hak yang terbatas untuk pengawasan pabean, imigrasi, karantina kesehatan dan untuk mencegah pelanggaran atas ketentuan-ketentuan hukum dalam wilayahnya, Walaupun demikian, ne- ‘gara pantai yang dimasud tidak mem- punyai kedaulatan wilayah atas Zona ‘Tambahan. Indonesia belum menetap- kan secara tersendiri Zona Tambahan- nya dan karena itu juga belum mene- tapkan batas-batasnya dengan nega- ra-negara tetangga terkait di tempat- tempat yang tumpang tindih, yaitu di tempat-tempat yang lebar lautnya di luar garis-garis dasar masing-masing kurang dari 48 mil laut. Sementara itu, yang dimaksud de- gan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah zona selebar 200 mil dari garis- garis dasar Perairan Nusantara atau 188 mil di luar Laut Wilayah. Di ZEE negara pantai tidak mempunyai ke- daulatan wilayah tetapi mempunyai kedaulatan atas kekayaan alamnya serta wewenang atau jurisdiksi untuk mengatur hal-hal berhubungan de- ngan pembangunan pulau-pulau buatan, instalasi dan anjungan-an- jungan serta mengatur hal-hal yang, berhubungan dengan penelitian ilmi- ah kelautan dan perlindungan ling kungan laut. Kebebasan berlayar dan terbang di tas:Z.BE tetap dijamin, Di samping itu, negara-negara tertentu dapat meman- {kan “surplus” perikanan ZEE ber- dasarkan suatu kesepakatan/ persetu- juan dengan negara pantai, Berbagai ketentuan Laut Bebas juga berlaku untuk ZEE, Walaupun demikian, di ZEE tidak ada ketentuan tentang tra- ditional fishing rights. ZEE umumnya mengatur kawasan air laut (woater co- lumn), sedangkan daerah dasar laut dan tanah di bawahnya diatur oleh ketentuan tentang Landas Kontinen. Indonesia sudah mempunyai Un- dang-Undang tentang ZEE (UU No. 5/1985) tetapi belum berhasil mene- tapkan batas-batasnya dengan nega- ra-negara tetangga di tempat-tempat yang, tumpang tindih. Di luar batas Xi terdapat Laut Bebas di mana se- mua negara berhak mempergunakan- nya baik untuk keperluan berlayar, jerbang maupun penangkapan ikan, Untuk kawasan dasar laut dan nah di bawahnya di luar batas Laut Wilayah berlaku ketentuan Landas Kontinen, Menurut ketentuan Landas Kontinen, negara pantai juga mempu- nyai kedaulatan atas kekayaan alam- nya, termasuk kekayaan alam dasar jaut dalam bentuk sedentary species in mineral di permukaan dasar laut anah di bawahnya, Batas terluar dari Landas Kontinen idalah sampai sejauh natural profo- igation dari wilayah darat suatu regara sampai maksimum 950 mil lari garis-garis dasar yang dipakai untuk mengukur lebar Laut Wilayah Maw 100 mil di luar kedalaman air Jura Ketaanan Nasional (1), Desember Djalal, Konsps Remus Maritim Indonesia 2.500 meter. Jika natural prolongati tersebut kurang dari 200 mil dari garis dasar maka Landas Konti tersebut adalah sampai ke batas mil tersebut. Di Landas Kontinen tidak ada bagian “surplus”, tetapi eksploit kekayaan alam di Iuar batas 200 harus dibagikan kepada Internati Seabed Authority (revenue sharing) banyak 1% dari produksi setemy pada tahun keenam, yang kemudi naik 1% setiap tahun sehingga di tetap yaitu 7% pada tahun ked! belas. Dengan demikian di Land: Kontinen negara pantai tidak: nyai kedaulatan wilayah tetapi hi nyalah kedaulatan atas kekayaai alam dan hal-hal lain yang ditetap! dalam konvensi HUKLA 1982. Di beberapa tempat yang tumpai tindih dengan negara-negara tetan ga, Indonesia telah menetapkan ba: tas Landas Kontinennya melalui rundingan. Tetapi di beberapa tempat Jainnya, terutama dengan Vietnam di Laut Cina Selatan perundingan yang telah berjalan lebih dari 20 tahun be= Jum juga membuahkan hasil yang, nyata. Dengan Dasar Laut Internasio- nal ke laut lepas, Indonesia belum ber= hasil menetapkan batas terluar dari Landas Kontinennya. Indonesia telah mempunyai UU No. 1/1973 tentang, Landas Kontinen, tetapi UU tersebut perlu diubah untuk disesuaikan de- ngan Konvensi HUKLA 1982 yang baru. Di luar Landas Kontinen terdapat daerah Dasar Laut Internasional yang, langgap sebagai “warisan bersama at manusia” yang pengurusannya, s+masuuk pengurusan kekayaan alam- fa, diatur oleh Badan Otorita Dasar uit Internasional Selain dari pembagian kawasan uit dengan kewenangan negara- ara pantai yang berbeda-beda svebut, terdapat pula kawasan laut jang, mendapat perhatian khusus. isalnya apa yang dinamakan “selat ivy, dipakai untuk pelayaran inter- + wional” seperti Selat Malaka dan Jat Singapura, yang mempunyai entuan-ketentuan pelayaran sendi-!” yang, lebih bebas dari pelayaran-pe- jaran yang melalui Laut Wilayah wupun Perairan Nusantara, walau- in selat tersebut sebagian fétletak di am Perairan Laut Wilayah. Disamping itu ada pula yang yang Jinamakan dengan “Laut Tertutup” au “Separuh Tertutup”, yaitu laut ing, sebagian besar atau seluruhnya ikelilingi oleh ZEE negara-negara intai, seperti Laut Cina Selatan di wna negara-negara pantai di sekeli- Jingnya diharapkan bekerjasama jwengkoordinasikan pemanfaatan wrikanannya, pemeliharaan ling- Ringaniout pelaksanaan penelitian il Iniah kelautan, serta mengundang pi- hak-pihak yang lain untuk bekerjasa- ina sebagaimana wajarnya. Negara-negara yang tidak berpan- lui seperti Laos atau yang secara geo- jrafis tidak beruntung seperti Si- ‘gapura, juga dijamin kesempatannya untuk mempunyai akses ke laut atau ‘untuk ikut memanfaatkan “surplus” 51 perikanan di ZEE berdasarkan suatu persetujuan dengan negara-negara yang mempunyai kedaulatan atas kkekayaan alam ZEE tersebut. Konsepsi “Benua Maritim Indone- sia” Salah satu dampak positif yang paling terasa oleh Indonesia dengan adanya Ketentuan Hukum Laut Inter~ nasional yang baru itu, wilayah kedaulatan Indonesia telah ber- kembang dari sekitar 2 juta kilometer persegi menjadi kira-kira 5 juta kilo- meter persegi. Sedangkan wilayah kekayaan alamnya telah berkembang ‘menjadi kira-kira 8 juta kilometer per- seg ‘Kenyataan ini menunjukkan sangat Iuasnya potensi kekayaan alam di Laut Indonesia dan laut-laut sekitarnya (ZEE dan Landas Kontinen) yang da- pat dan perlu dimanfaatkan untuk pembangunan nasional dalam jangka panjang. Karena itu wajarlah kiranya jika Menristek Prof. Dr. BJ. Habibie kini menyebut Indonesia telah menja- di suatu “benua maritim”, dalam arti luasnya yang telah seperti “benua” dan komposisinya yang semakin be- sar komponen “maritim” nya. Karena itu seluruh dunia mengakui bahwa In- donesia adalah salah satu dari negara yang sangat beruntung sebagai akibat dari Konvensi Hukum Laut 1982 terse- but. Berkenaan dengan sebagian besar dari kekayaan alam tersebut, baik hayati maupun nabati, ternyata belum 8 dimanfaatkan secara maksimal. Bah- kan sebagian besar jenis, letak dan potensinya belum diteliti secara men- dalam, Karena itu Indonesia perlu le- bih meningkatkan perhatian terhadap pengembangan kemampuan kelaut- annya, kemampuan pemanfaatan ayaan alam, kemampuan pemeli- haraan dan pelestarian lingkungan, kemampuan meningkatkan peneli- tian, kemampuan mengatur dan me- ngelola, serta kemampuan membela dan mempertahankan kawasan laut dan kekayaan alam nasionalnya yang sudah semakin luas dan beraneka ragam itu guna dapat berdaya guna yang, tinggi bagi kepentingan pemba- ngunan nasional secara berkesinam- bungan (sustainable), baik dalam jang- ka pendek (Repelita) maupun dalain jangka panjang (PJP I) dan seterus- nya. Konvensi tersebut tidak lagi mem- perhitungkan masalah lebar atau ke- dalaman laut di antara pulau-pulau Indonesia. Seperti diketahui, secara geologis, kepulauan Indonesia ter- pecah menjadi tiga bagian utama, yaitu: (a) Sunda Plate di bagian Barat yang terdiri dari laut-laut dangkal yang merupakan satu kesatuan geo- logis dengan benua Asia; (b) Kawasan Laut Dalam yang merupakan oceanic crust di bagian timur, khususnya di Laut Banda, dan (c) Sahu! Plate di se- belah timur yang mencakup Laut ‘Arafura dan Irian Jaya yang pada d samya merupakan bagian dari kontin- en Australia, Ketiga pembagian in pun sejalan JurnalKetahanan Nasional, (1), Desember I dengan plate-tectonik di kawasan I nesia. Seperti diketahui, di masa y alu, masalah lebar laut, kedalai nya, serta perbedaan plate-plate- sering dipergunakan sebagai sal satu alasan juridis untuk menent prinsip kesatuan Nusantara Ind. tersebut. Dengan telah diakuinya vensi Hukum Laut 1982 tersebut, ka berarti hal itu telah dapat kita a setelah perjuangan politis dan di ‘matis yang lebih dari 25 tahun, Kesatuan Nusantara Indi juga mengakibatkan suatu kesal ‘outlook untuk memanfaatkannya, dalam rangka pemeliharaan ruat nya, lingkungannya, maupun tian ilmiah, untuk pembanguni bbangsa selanjutnya. Wawasan Ni lara tersebut telah membuat Indi sia sebagai salah satu negara ter di dunia, apalagi dengan jumlah duduknya yang kini nomor empat dunia. Dilihat dari segi letaknya, kayaan alamnya, jumlah pendudi nya dan lain-lain, Indonesia si untuk menjadi suatu negara di dunia, Khususnya di kawasan sifik Barat dalam 25 tahun mendat Memperhatikan luas Indonesi yang kira-kira sama dengan konti Eropa, maka wajarlah kiranya ji dikatakan bahwa Indonesia itu pa dasarnya adalah suatu kontinen, wi laupun kontinen tersebut sebagi besar terdiri dari air (laut). Walauy di masa yang lalu konsep tradisi yang ada secara hukum membedal antara kawasan Kontinental den; kawasan kepulauan, namun setel 1 jaa, Konsepst Bemus Marin Indonesia kepulauan tersebut diakui jvra hukum oleh Konvensi Hukum it 1982 maka tidak ada salahnya ia wulai mengembangkan suatu visi dhwa Wawasan Nusantara Indone- alalah suatu kawasan yang sangat ys yany, pada dasamya sama dengan us kontinen. Dalam hubungan ini Jw dicatat bahwa di antara semua jiara kepulauan yang diakui oleh gnvensi Hukum Laut 1982, seperti pina, Fiji, Bahama, dan lain-lain; lak ada yang seluas dan sebesar In- esi. Penygembangan visi Kontinen Ma jm Indonesia (KM) dapat berman- t dalam rangka membina rasa ke- laran terhadap besarnya bangsa a dan prospeknga di masa Hal ini dipertukan untuk men- jong, rasa cinta bangsa, rasa kebang- wan nasional, dan rasa harga diri my, diperlukan untuk mempercepat mbangunan nasional jangka pan- yy, 25 tahun mendatang, Meskipun demikian, konsep Kon- en Maritim Indonesia yang berakar yda Wawasan Nusantara tersebut lu dilihat sebagai suatu konsepsi Nistor dan politik pembangunan, Jukan suatu konsepsi yuridis. Historis alam arti penumbuhan rasa persatu- jndan kesatuan bangsa yang semakin nenebal sejak Kebangkitan’Nasional 1908 yang, menuju kepada sumpah Jesatuan nasional dalam Sumpah Pe- mmuca 1928, realisasi kesatuan nasio- hal dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1945, dan pemantapan ke- an Nu- satuan nasional dalam Waws 53 santara 1957, Kini dalam era Pembangunan Jang- ka Panjang II, proses historis pertum- buhan rasa persatuan dan kesatuan tersebut secara politis perlu ditingkat- kan menjadi suatu peningkatan kesa- daran atas kebesaran bangsa Indone- sia yang bersatu, tidak saja secara poli- tis geografis,tetapijuga kesadarannya terhadap kawasannya yang pada da- sarnya sama Iuasnya dengan suatu Kontinen seperti Amerika, RRC, India, Eropa, dan lain-lain. Indonesia sebagai suatu Negara Maritim yang besar me- ‘merlukan suatu visi maritim yang be- rakar pada Wawasan Nusantara, yaitu suatu pengembangan kemampuan maritim Indonesia yang serasi dan se- jalan dengan pengembangan kemam- puan darat, udara, laut , dan tanah di bawahnya. Sebagai contoh, India saja vyang benar-benar suatu negara “kon- tinental” telah lama mendirikan De- partment of Ocean Development (DOD) ‘untuk menggarap dan mengembang- kan kemampuan maritimnya. Aneh- nya, Indonesia sebagai suatu negara besar yang benar-benar bersifat ma- ritim sampai sekarang kelihatannya belum secara integral menggarap dan mengembangkan kemampuan ma- ritim tersebut. Padahal masa depan In- donesia jelas akan banyak terkait de- ngan pengembangan kemampuan maritim tersebut. Seperti dikatakan di atas, konsep- si Kontinen Maritim tersebut tidak di maksudkan untuk konsepsi yang, be sifat juridis, Hal ini dikarenakan ada beberapa kesulitan untuk memperjue 4 ingkan konsepsi tersebut sebagai suatu konsepsi uridis, Secara hukum, misalnya, umumnya dibedakan an- tara negara-negara Kontinental de- ngan negara-negara kepulauan, wa- laupun Konvensi Hukum Laut 1982 telah membenarkan negara-negara kepulauan yang memenuhi berbagai syarat seperti Indonesia dan Filipina dapat dianggap sebagai suatu kesatu- an sebagaimana halnya dengan nega- ra kontinental. Meskipun demikian konsepsi Kontinen Maritim tersebut, jika akan dirumuskan sebagai suatu kententuan hukum, akan memerlukan definisi-definisi hukum yang jelas yang disertai oleh hak dan kewajiban dari negara “Kontinen Maritim” terse- but. Sampai kini, Hukum Internasio- nal belum mengenal konsepsi terse- but. Kalau dihubungkan dengan ke- satuan geologis, maka kontinen Indo- nesia di sebelah barat adalah bagian dari kontinen Asia dan kontinen Indo- nesia, Di sebelah timur adalah bagian dari kontinen Australia. jika konsepsi Kontinen Maritim tersebut dikem- bangkan menjadi suatu konsepsijuri- dis, maka perlu dicarikan dan diper- juangkan suatu definisi yang bisa di- terima tidak saja secara regional teta- pi juga secara internasional. Memper- hatikan usaha-usaha memperjuang- kan konsepsi Wawasan Nusantara te- Jah memerlukan usaha kurang lebih 25 tahun, maka perjuangan konsepsi Kontinen Maritim tersebut, jika hen- dak dijadikan suatu konsey tentu akan memerlukan usaha yang rima dan diakui secara regional internasional. Masalah hak dan kewajiban di suatu entity adalah sangat konsepsi hukum. Menurut hukum is ternasional yang ada dewasa ii, y mempunyai hak dan kewajiban dal. Hukum Internasional itu adalah ne; 1a, organisasi-organisasi regional d. internasional yang telah diberi atat diakui hak dan kewajibannya, dat akhir-akhir ini juga “manusia” seba rights) dalam hubungan dan huku internasional, Suatu “Kontinental” lum dikenal sebagai suatu “entit atau “subject” dalam hukum i sional dewasa ini. Dj masa lalu, sewaktu Indon gigih-gigihnya memperjuangkan I donesia sebagai Negara Nusantar Menlu Malaysia pada waktu itu, Ts Sri Gazali, pernah mengusulkan Jam tahun 1974 suatu Wawasan Ni santara Melayu di Asia Tenggar yang akan mengembangkan sual kesatuan hukum regional yang ter 1 dari Indonesia, Malaysia dan Fil na, Usul tersebut ditolak oleh Ind sia, Alasannya adalah, pertama, kes litan untuk memperjuangkan tersebut, Memperjuangkan kesatuan Indonesia sebagai suatu kesatuan negara kepulauan saja sudah susah, apalagi memperjuangkan suatu ke- satuan hukum dari suatu kawasan. Di samping itu, secara hukum sulit di kembangkan apakah Indonesia, Ma~ lin Djalal, Konseps Benua Maritim Indonesia Jaysia dan Filipina akan dikembang- han sebay suatu federasi, dan jika jomikian, bagaimana dengan ke- judukan Thailand dan Singapura Kedua, andaikata konsepsi Kon- nen Maritim tersebut akan dikem- ssecara juridis, maka masalah jany, sama akan muncul kembali, lu sulitnya menentukan partisipa- fa-negara ASEAN yang lain n negara-negara Indocina dan Asia innya yang merupakan kontinuitas ri Kontinental Asia dengan Indone- bagian barat. Di samping itu, side ‘-nya mungkin akan melepaskan jan Jaya dari Indonesia mengingat ibungannya yang erat dengan Pa- alia ee Selama sepuluh tahun menjadi ke- la dari suatu Komisi Persiapan PBB, Incdonesia selalu berusaha untuk elindungi kepentingan negara-nega- berkembang dalam masalah pe- mbangan mineral di dasar Laut In- snasional ini. Hasilnya, walaupun Volum diratifikasi, Indonesia telah Mnenandatangani suatu implementing agreement Konvensi HUKLA mengenai Seubed Mining di Dasar Laut Interna- sional ini dalam tahun 1994, Dewasa {ni Indonesia menjabat sebagai Pre- fiden dari Badan Otorita Dasar Laut Internasional tersebut. Dengan posisi gemacam itu dikarapkan Indonesia akan dapat memperlancar upaya per- wujudan kepentingan lautnya di masa depan. 55. Jelas kiranya bahwa pengembang- an konsepsi Kontinen Maritim secara juridis tidak begitu penting. Bagai- ‘mana pun juga, seperti telah dijelas- kan di atas, kesatuan Indonesia terse- but serta kewenangan Indonesia atas Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen telah diakui dalam Konven- si Hukum Laut 1982 yang merupakan suatu dasar yang sangatampuh dalam pembangunan jangka panjang Indone- sia. Suatu pengembangan konsepsi Kontinen Maritim diperlukan secara psikologis untuk meningkatkan kesa- daran masyarakat Indonesia terhadap kebesaran bangsanya dan potensinya untuk menjadi negara besar dimasa depan, Cara inipun pernah digunakan oleh Presiden Soekarno pada waktu beliau mengganti nama Indian Ocean menjadi Indonesian Ocean. Pada wak- tu itupun konsepsi Samudera Indone- sia tidak dimaksudkan sebagai kon- sepsi hukum yang mengklaim samu- dera tersebut sebagai wilayah/kepu- nyaan Indonesia, tetapi adalah untuk meningkatkan kesadaran Indonesia sebagai suatu negara maritim yang besar, yang mempunyai kepentingan ama di samuder eeebut. Perjuangan Hukum Laut Indonesia yang panjang selama hampir 40 tahun. di dunia internasional untuk menda- patkan pengakuan yang sah atas layah dan kekayaan alamnya hei daknya jangan menjadi perjuangan yang “mubazir” atau, seperti kata patah bangsa kita, “janganlah he daknya bebek berenang di air mati hausan, ayam bertengger di atas padi ‘mati kelaparan’,

You might also like