You are on page 1of 9
ia) © ucM DEPARTMENTS OF GEOLOGICAL ENGINEERING FACULTY OF ENGINEERING UNIVERSIT? INTERNATIONAL CONFERENCE ON EARTH SCIENCE & TECHNOLOGY PROCEEDINGS OF INTERNATIONAL CONFERENCE EARTHISCIENCE AND TECINOLOGY orators €7 Agus 200? Serpentinisasi Pada Batuan Ultramafik dan Implikasinya Terhadap Eksplorasi Endapan Nikel Laterit Sufriadin', A. Idrus*, S. Pramumijoyo", TW. Warmada’, I. Nur’, Suharto* Program Studi Teknik Pertambangan, Universitas Hesanuddin, Makassar 90245 “Jurusan Teknik Gcologi, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta 55281 Dept. of Exploration & Mining Development, PT. [NCO Soroako 91984 suftiadin_as@yahoo.com Keywords: Serpentinization, _pseuelomorphie. ‘mesh, magnetic susceptibility. ABSTRACT Serpentine is a group of magnesium hydro-silicate mineral (MgsSi:Ox(OH),) that formed through Inydration reaction of ultramafic rock with olivine and pyroxene as the main phases. Three serpentine minerals mav be distinguished on the basis of their morphology as platy lizardite fibrous chrysotile, and wavy antigorite. Serpentine textures ‘consist of pseudomorphic (mesh, hourglass, and bastite), and non - peudomorphic (interpenetrating and interlocking). Lizardite comains highest Fe and Mg is highest in chrysotile among the three serpentine minerals. In general, serpeutinization process is accompanied by the formation of opugue minerals such as magnetite, —awaruite, and —_ pentlandite. Serpemtinization degree of peridotite lead to rock become darker, finer grain texture, and higher magnetic suscepitbility ABSTRAK Serpentin adalah kelompok mineral magnesium hydro-silikat (Mg,$i;0,(OH),) yang terbentuk melalui reaksi hidrasi pada batuan ultramafik dengan fasa utama berupa olivin dan piroksin. Tiga spesies mineral serpentin dibedakan atas morfologinya yaitu lizardit berbentuk _pipih, kkisoril berbentuk serabut, dan _antigorit bergelombang. Tekstur serpentin terdiri dari pseudomorfik (mesh, hourglass, dan bastit) dan tekstur_non-pseudomorfik (interpenetrating dan interlocking). Lizardit_mengandung Fe paling tinggi dan Mg paling tinggi pada krisotil diantara Ketiga mineral sexpentin. Proses serpentinisasi umumnya diikuti oleh pembentukan mineral- mineral_opak seperti magnetit, awaruil, dan pentlandit. Tingkat serpentinisasi pada batuan peridotit mengakibatkan warna batuan semakin gelap, tekstur semakin halus, dan kerentanan ‘magnetic semakin tinggi cot PENDAHULUAN Serpentinisasi merupakan proses ubahan mineral yang dianggup sebagai metamorfisme temperatur rendah dan terjadi pada batuan mafik hingga ultramaiik terutama peridotit dan dunit. Fenomene serpentinisasi telah banyak dibahas dalam literatur (Moody, 1976 ; Wicks & Whittsker, 1977 Sanford, 1981 ; Macdonald & Fyfe, 1985 : Frost, 1985 : O'Hanley & Dyar, 1993 ; Alt & Shanks 1998 & 2003 ; Frost, 2007 ; Evans, 2008) yang mencakup kontrol pembentukan mineral serpentin, reaksi-reaksi kimia yang terjadi, tekstur serpentinit, dan mineral-mineral yang menyertai proses serpentinisasi, Pemahamen yang baik ‘mengenai proses serpentinisasi sangat berguna dalam mengkaji sejarah deformasi batvan ultramafik, Secara praktis, pengetahuan tentang serpentinisasi dan kemampuen mengidentifikasi mineral-mineral serpentin sangat bermanfaat bagi eksploresionis yang sedang melakukan eskploresi utamanya endapan laterit nikel. Seperti telah diketahut bahwa mayoritas produksi bijih laterit nikel secara global berasal dari hasil pelapukan Kimia batuan ultramafik terserpentinkan dan hanya sebagian kkecil yang berasal dori batuan ultramafik tak terserpentinkan (Freyssinet dkK, 2003). Tajuan dari makalah ini adalah untuk membahas mengenai karaktcristik mineral serpentin, tekstur serpentin, proses serpentinisasi, dan implikasinya terhadap eksplorasi endapan laterit nikel KARAKTERISTIK MINERALOGI Istilah serpentin digunakan sebagai sebutan nama dari tiga kelompok mineral yaitu lizardit, krisoti, dan antigorit dengan ramus —_umum ‘MgsSi0.(OH)s. Mineral-mineral ini dicirikan olen kilap sutra, permukaan egak licin, pecaban Koncoidal, biasanya kompak namun juga bisa berbentuk granular atau berserabut. Umumnya berwame hijan, kuning kehijauan, atau abu-abu Kehijauan, hadir sebagal material pengisi rekahan atau bintik-bintik hijau dan path (Bates & 161 ‘Soffadin, etal : Sempentinisasi pada batvan ultramatik Jackson, 1980). Serpentin adalah mineral sekunder hasil ubahan mineral-mineral_siliket yang kaya Mg terutama olivin dan piroksin serta mengkristal dalam sistem monoklin tapi hanya sbagai pseudomorfik. Secara ideal, morfologi dari Ketiga mineral serpentin adalah lizardit berbentuk lembaranpipih yang kaku, krisotil berbentuk batang dengan diameter sekitar 20A, dan antigorit menyerupai lepisan bergelombang (Tabel 1). Krisotil_merupakan kelompok serpentin yang kelimpahannya paling kecil. Mincral ini mudah dikenal Karena memiliki struktur fibrous dan umumnya terbentuk pada kondisi metamorfisme prograde sedang yang berasosiasi dengan endapan asbes (Wicks & O'Hanley, 1988). Krisotil peda batuan metamorfik terserpentinkan biasanya benwama hijau, namun wamanya kuning pucat jika terdapat pada dolomit terserpentinkan karena Krisotil sedikit atau tidek mengandung besi Krisotil dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan struktur _kristalnya (Page, 1968) _yaitu ortokrisotil, parakrisotil, dan klinokrisotil. Orto- dan parz-trisotil_memiliki.struktur_ortorombik sedangkan Klinokrisotil adalah monoklin, Densitas krisotil 2,55 dengan kekerasan 2,5. Antigorit umumnya terjadi pada kondisi prograde serpentinit yang bissanya membentuk tekstur nonpseudomorfik. Seringkali terdapat sebagai urat pengisi rekahan (Wicks & O'Hanlcy, 1988). Pada umumnya antigorit. menunjukkan wana hijau ucat atau abu-abu dan biasanya Kurang porous dibanding dengan kelompok serpentin Isinnys. Wama antigorit juga ditentuken oleh hadimya mineral lain terutama magnetit. Densitas antigorit 26 dan kekerasan 2.5 —35. TEKSTUR SERPENTIN ‘Tekstur serpentin menurut Wick & O'Hanley (1988) terdici dari dua tipe yeitu : 1) Tekstur pseudomorfik adalah tekstur yang —masih menunjukkan — kondisi_batuan —_sebelum serpentinisasi seperti adanya pola rekahan dan belehan mineral asal. Tekstur pseudomorfik yang paling umum adalah tekstur “mesh” ” dan “haurglass” setelah olivin dan tekstur “bastiie” setelah piroksin atau amfibol. 2) Tekstur non- pseudomorfik didominasi oleh antigorit dengan butiran memanjang, kadang-kadang massif atau berfoliasi. Kedua tekstur ini dikendalikan oleh permiabilitas batuan asal (Matthews et al, 2003). Berdasarkan_pengamatan di bawah mikroskop, Wicks & Whittaker, 1977 membedakan tekstur serpentin menjadi 3 (liga) jenis yaitu : 1) tekstur pseudomorfik setelah olivin, piroksin, amfibol, dan Klorit; 2) tekstur non-pseudomorfik terbentuk deri mineral yang sama dengon tckstur pseudomorfik dan 3) tekstur yang terbentuk pada vein sempentin. Pada tekstur pseudomorfik, olivin berubah terutama di sepanjang rekahan dan batas butiran. Mineral asesori paling umum yang menyertai serpentinistsi olivin adalah megnetit. Pada tahap awal, magnetit membentuk butiran sangat halus dan terdistribusi pada mineral serpentin, menyehabkan wama batuan menjadi hitam atau kelabu. Apabila serpentinisasi berlanjut, magnetit membentuk butiran yang lebih besar dan terkonsentrasi pada pusat jeringan atau parting sehingga warna batuan menjadi abu-abu. pucat atau coKlat, Pads tahap akhir, magnetit bermigrasi keluar dari tekstur mesh ke arah veinlet yang saling memotong dan batwan biesanya menjadi berwarna hijau. ‘Tabel 1 Karakteristik morfologi dari ketiga mineral serpentin (diambil dari Troly dkk, 1979). Tipe ‘Ortoserpentin Krisotil ‘Antigorit Subtipe —_—_Lizardit ‘Ono: Klima | Para Morfologi __Lembar pipin Serat (fig 200-5004) Bergelombang (Elektron, Mikroskopi) — a aos Pseadomorfik serpentin setelah piroksin atau disebut "bastite” pertama kali diperkenalkan oleh Heidinger, 1845 dalam Wicks & Whittaker, 197. cor 162 | rena conan on Eo Sion on etl Tstilah ini dapat jugs diterapkan_terhadap sempentin pseudomor? —_setelah _amfibol. ‘Serpentinisasi piroksin dimulai pada batas butiran atau rekahan. kemudian sepanjang belahan den parting. Ortopiroksin Icbih mudah mengalami serpentinisasi dibanding dengan klinopiroksin. Magnetit umumnya tidak berasosiasi dengan piroksin bastit. Serpentinisasi amfibol juga dimulai pada batas butiran, rekahan, dan belahan yang dapat menghasilkan pseudomorfik mirip Setelah piroksin. Talk. flogopit dan klorit juga dapat digantikan oleh serpentin yang berkembang 4i sepanjang belahan Tekstur non-pseudomorfik dibedakan menjadi 2 (dua) tipe yaitu : tekstur interpenetrating dan tekstur interlocking (Wicks & Whitaker, 1977), Tekstur interpenetrating memperlihatkan bentuk pipih memanjang. Tekstur ini mulai berkembang sebagai bentuk flek atau blade (lembaran) atau kipas yang tersebar pada tekstur pseudomortfik Tizardit atau silikat primer. Apabila rekristaisasi berlanjut, maka lebih banyak lembaran yang teibentuk hingga mulai seling menyentuh sama lain. Tekstur interlocking membentuk butiran yang tidak teratur dan saling memasuki, Tekstur vein umumnya hadir sebagai serpentin pengisi rekahan, Rekahan dapat membentuk bukaan membesar, bukaan sempit dan Kadang-kadang slip vein. Urat _serpentin umumnya berwama hijau dan berasosiasi dengan magnetit. Gambar 1 menunjukkan tekstur mesh dan bastit yang terbentuk pada batuan ultramafik terserpentinkan. Tekstur mesh terjadi akibat penggantian mineral olivin oleh serpentin, sementara tekstur bastit berkembang pada proses ubahan piroksin oleh serpentin. Hasil analisis kimia serpentin terhadap 5 unsur utama olch Page (1968), seperti pada Tabel 2 Selanjutnya Mody (1976), membuat kompilasi dari beberapa data mengenai variasi komposisi unsur utama pada tiga anggota mineral serpentin seperti pada Tabel 3. P: KOMPOSISI KIMIA SERPENTIN Meskipun secara empiris, tiga anggota kelompok mineral serpentin yaitu lizardit, krisotil, dan antigorit. — memiliki formula sama (Mg;Si,04OH).), namun secara alami jarang Kalaupun ada hanya mengandung magnesium, silikon atau air. Rumus umum serpentin adalah X 40%). Besi dalam olivin mengalami redistribusi selama serpentinisasi. Sebagian memasuki struktur ‘mineral serpentin atau brucite, atau membentuk fasa_mineral opak seperti magnetit, awaruit, pentlandit, dan Fe-kromit. Pembentukan magnetit berkorelasi terhadap peningkatan temperatur dengan fugasitas oksigen (/o2) rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa pada temperatur rendab, subtitusi Fe lebih cenderung terjadi pada brucite (Gan fizardit) daripada membeatuk magnet. Pada batuan metamorfik tipe alpin yang telah ‘mengalami prograde metamorfisme, antigorit lebih dominan dibanding dengan lizardit dan kkrisotil. Serpentinit yang banyak mengandung antigorit juga memiliki kandungan magnetit yang tinggi dibanding dengan serpentinit yang rata-rata mengandung lizardit-Arisotil -erpentin dan olivin yang diusulkan oleh Suffiadin, ctl : Serpeotinisasi pada batwan whims O'Hanley & Dyar (1993) adalah seperti pada persamsan reaksi 1), 2) dan 3) di bawah ini. Selain brucite dan magnetit, proses serpentinisasi pada batuan peridotit juga dapat menghasilkan mineral sekunder lainnya (mineral opak) seperti awaruite, pentlandit, sedikit heazlewoodite, millerite, markasit, dan valerit (Alt & Shanks, 1998). Pembentukan mineral-mineral opak pada tahap awal serpentinisasi akibat adanya introduksi sulfat air laut pada kerak samudera (Awan & Sheikh, 1998). Reaksi sulfat dengan silikat pembawa Fe° mengakibatkan reduksi SO. menjadi HS. Dua tahap reaksi yang mungkin Ses eset ra reese eae “ei Sedangkan pada suhu rendah, Ni lebih bersifat kealkofil schingga lebih cenderung membentuk senyawa dengan sulfur dan membentuk fasa nikel sulfida. Kumpulan mineral-mineral opak yang menyertai serpentinisasi dapat dilihat pada Tabel x 1) Fe,SiO.4OH), + Si(OH),+ 0,340; = Fe,Si,0(OH),+ 0,33Fe,0, + 2H,0 Lizardit Lezardit Magnetit 2) Fe,Si0.(OH), + 6Fe(OH); + 2SiO; + 0.50, = 2Fe,Si.0.(OH), + Fe,0, + 4H,0, Lizardit Brucite Lizardit Magnetit 3) 20Fe.SiO. + 22H; + 30s = 10Fe;SiO(OH). + 2Fe(OH)>+ 2F;Q,+2Fe Otivin Serpeatin Brucite — Magneiit (@. JMg:SIO. + 6FesSiO} + 2QNaCaALsSis015),+ Mg“> SO! +2HCO; + 10H:0, —> z pe SES Mee Se Olivin Plagiokias Air Laut 2Mg.AL-Si:0 (OH), + 2NaAISi,O, + 2CaCO; + 4Fe,0, + 7Si0y + 4H" + H.S a Klorit Albit——Kalsit_ Magnet’ Kuarsa (i), J4Mg.SiO. + 4Ni,SiO, + 10Fe;SiO, pen + SHS + 10H,0 — Olivin ‘6Mg:Si,0.(OH), + 6Mg;Si.O,(OH); + Ni-Fe,S, + Ni:Fe + FeO. Se re ion a ee cons eaten Conic on Et See nd Tees | 165 Safiadin, etal: Sempentinisas peta hatuan wltenmafik Mineral Rumus Kimia ‘Mineral Rumus Kimia Awannite FeNis Magnetite Bomite CusFeS, Native Cu Chaleophyrite CuPeS: Pentlandite Covellite Cus Polydymite Mareasite FeS; Pyrite Millerite Nis Siegentite Heazlewoodite _Ni,S; Valleriite A(FeCuNis - 3(MgFeAl(OH)s ‘Tabel 5 Beberapa argument tentang proses serpentinisasi dengan komposisi dan volume tetap (Moody, 1976). Komposisi Kimia Tetap Volume Tetap 1. Tidak ada bulti metasomatisme Si dan Mg 1. Penggantian pscudomorfik mineral di sekitar batuan induk olivin oleh serpentin. 2. Kemposisi kimia material asal baik yang 2. Densitas menurun dan porositas terhidrasi atau anhidrous sama, kecuali meningkat dari serpentin dibanding penambahan air. dengan batuan asalnya (ultramafik) Rekahan intemal menunjukkan 3. Sebagian Mg.Ca, dan Si yang berkurang. penambahan volume sclama serpentinisasi terendapkan jauh Masalah lain dalam melokukan studi tentang proses serpentinisasi yaitu apakah terjadi pada volume Konstan atau komposisi kimia yang Konstan, Menurut Moody, 1976 beberapa postulat mengenai proses serpentinisasi epakah terjadi pada volume atau komposisi konstan seperti pada Tabel 5. O'Hanley (1991), menyebutkan —_bakwa pembentukan serpentinit dapat terjadi melalui 3 (tiga) subproses serpentinisasi yaitu : 1) hidrasi olivin membentuk antigorit atau lizardit. Proses ini disertai oleh konsumsi air dan merapakan reaksi eksotermik. 2) Rekristalisasi lizardit ‘menghasilkan lizardit dengan tekstur baru atsu ‘memproduksi krisotil dan merupskan reaksi antar padatan (solld-solld reaction) yang bersifat endotermik Karena hanya sedikit atau tidak melibatkan fluida atau uap. Jika terdapat HO pada reaksi, maka fangsinya sebagai katalis dan bukan reaktan atau produk sehingga reaksi yang berlangsung tidak menunjukkan nisbeh air-batuan selama proses. 3) Deserpentinisasi adalah metamorfisme prograde scrpentinit, merupakan pembentukan olivin dari antigorit, menghasitkan HO can bersifit endotermik (Tabel 6). = dari sumber. roses pembentukan serpentin dapat ditinjau dari hhasil analisis stabilitas fasa (Wicks & Whittaker, 1977). Scbagai contoh reaksi forsterit + air = serpentin ~ brucite (terbentuk pada subu 380° C pada tekanan 2 kb). forsterit + talk + air = serpentin (terbentuk pada suhu 440 — 460°C dengan tckanan 2 kb). Selanjutnya Moody (1976), menyebutkan beberapa —_kesimpulan mengenai proses serpentinisast dengan keterdapatan fluida pada proses tersebut a. 1, serpentinisasi lizardit ~ krisotil kemungkinan beser disehabkan oleh percampuran air metcorik — hidrotemal atau air formasi dengan komponen air meteorik dominan. 2. Antigorit terbentuk selama metamorfisme regional dengan hadienya sir non-meteorik. 3. Pengkayaan boron pada batuan sempentinit menunjukkan sebagian fluida berasal dari air laut. co1s Sofiiadin etal: Serpentinissi pada batuan ulramafik ‘Tabel 6. Subproses serpentinisasi (O"Hanley, 1991) Karakteristik reaksi Perubahan Sub-proses (Tekstur dan mineral yang Contoh reaksi Entalpi (kj/mol dihasilkan) 1,0) Konsumsi HO; menghasitkan 2F + 3W=C3>B “11.69 panas; tekstur mesh-rim: 258 mineral lizardite £ chrysotile atau antigorit Rekristalisesi Konservasi HO; konsumsi = L=C 3307,0 serpentin panas ; teksturinterlocking; C+ 0,11Si0.=A+0,07W 17,32 mineral lizardit+ chrysotile+ C= A +0. antigorit Deserpentinisasi Menghasilkan H,0 ; konsumsi 20B+ A =34F +51W 70.98 panas ; tekstur A=18F +47 +27W 78,0 interpenetrating; mineral antigorit + bracite ‘Ket: A =antigorit ; B= brcite ; C= chrysotile ; F~ forsterite ; L = lizardit; T= tale, W=uap IMPLIKASI SERPENTINISASI TERHADAP EKSPLORASI ENDAPAN NIKEL LATERIT Karakteristik endapan laterit nikel yang berkembang —pada_—batuan —_ultramafik terserpentinisai memiliki perbedaan dengan ‘endapan hasil laterisasi pada batuan peridotit non serpentinisasi. Perbedaan tersebut_ melipati Komposisi mineralogi dan kimia, ketebalan zona limonit dan saprolit, karakter boulder pada zona saprolil, dan bahkan wama laterit yang dihasilkan. Seperti telah diuraikan bahwa__tingkat serpentinisasi berkorelasi dengan wama batan. Semakin tinggi tingkat serpentinisasi, maka ‘wama batuan semakin gelap, hal ini disebabkan Karena pembentukan mineral serpentin juga diseriai “dengan pembentukan mineral pak terutama magnetit. Tekstur batuan semakin halus dengan meningkatnya derajad _serpentinisasi Demikian pula dengan kerentanan magnetik akan ‘meningkat dengan bertambahnya —_tingkat serpentinisasi. Menurut Pelletier (1996), serpentin lebih resisten dibanding olivin selama pelapukan. Pads batuan eridotit terserpentinisasi, saprolit yang dihasilkan bersifat lebih kohesif, wara umumnya hijau kekuningan, baias antara zona limonit dan saprolit umummys lebih mudah dibedakan dan Jarang mengandung bongkah, kalaupun ada masih mengandung nikel yang tinggi. Lizardit cenderung lebih banyak “mengakomodasi Ni dibanding antigorit dan krisotil karena ukuran Arisalnya lebih kecil. Pengkaysan nikel pada zona saprolit terjadi dimana unsur Ni mensubtitusi atom Mg pada straktur oktahedral mineral serpentin dan smektit ‘atau juga dapat terpresipitasi pada rekahan bersama dengan larutan yang mengandung Mg dan Si_membentuk Ni-serpentin (gamierite). Reaksi pertukaran ion Ni dan Mg pada mineral serpentin dapat terjadi akibat adanya aktfitas air tanah dengan persamaan reaksi berikut - ‘Mg,Si,0:(OH): + 3NF& —NisSi0(OH).+ 3 Mg ‘Serpentin ‘Nisserpentin ‘Struktur dan wama saprolit pada umumnya tidak berkorelasi dengan kadar nikel, _namun {tergantung pada kelimpahan serpentin primer. KESIMPULAN Dari pembshasan pada bagian terdabulu, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kelompok mineral serpentin terdiri dari Tizardit, krisotil (klino-krisotil, para krisotil, dan orto-krisotil) dan antigorit. 2. Tekstur serpentin umumnya terdiri dari 3 jenis —yaitu pscudomofik, — non- pseudomorfik, dan vein. el Cele Er Tachi | 167 Suffadin. etal: Secpentinisesi pada betuan ultramafic 3. Komposisi kimi utama (oksida) pada ketiga mineral serpentin menunjukkan acanya variasi dengan kisaran yang relatif sempit, Proses serpentinisasi dibedakan menjadi 3 subproses yaitu : hidrasi, rekristalisasi serpentin, dan deserpentinisasi. . Wama batuan semakin gelap, tekstur semakin halus, dan Kerentanan magnetik semakin tinggi dengan meningkatnya derajad serpentinisasi, DAFTAR PUSTAKA Alt, LC. & Shanks Ill, W.C. (2003) Serpeatinization of abyssal peridotites from the MAK area, Mid- Atlantic Ridge : Sulfur geochemistry and reaction modelling, Geochemica et Cosmochimica Acta, vol. 67,.NO. 4, pp. 641-653. JC & Shanks 11, W.C. (1998) Sulfur in Serpentinized oceanic _peridottes ‘Serpentinization processes and microbial sulphate reduction, Joumal of Geophysical Research, vol 103, No. B3. pp. 9917-9929. Awan, MA. & Sheikh, RA (1998) Genesis of Nickclifous Ore Minerals of the Dargai Complex. Pakistan, Geology Bulletin Punjab University, Vol. 2, pp. 69-75. Bates, RL. & Jackson, IA, (1987) Glossary of Geology, American Geological Institute. Dee, WA. Howe, RA. Zussman, 1. (1992) dn Introduction 10 Rock Forming Minerale, 2 Eston, Prentice Hall, Harlow, 695 p. Evans, BW. (2008) Control of the Products of Serpentinization by the Fe2~Mg-l Exchange Potential of Olivine and Orthopysoxene. Journal of Petrology, Vol. 49. No.10, pp, 1873-1887. Freyssinet, Ph. Butt, CRM. Moms, R.C, Piantone, (2005) Ore-Forming Processes Related 10 Lateriie Weatheting, Economic Geology 100" Anniversary Volume, pp.682-722 Frost, BR. (1985) On the stability of sulfides, oxides, and rative meals in serpentinites, Journal of Petrology, Vol. 26, pp. 31-63 Frost, BR & Beatd, J.S. (2007) On silica activity and serpentinization,, Jcurnal of Petrology, Vol. 48, Alt, 168 | mations Cntenne on Fach Sanh end Tele Macdonald, AH. & Fyfe, WS. (1983) Rate of Sarpentinization in Seafloor Environments, Tectonoplusies, vol. 116, pp. 123 ~ 135. Matthews, D.L, Buraham, O.M. Lesher, CM. (2003) Trace Element Geochemistry of Ultramafic Intrusions in the Thompson Nickel Belt: Relative Roles of Contamination and Metesomatism, The Gangue. Issue 76. Moody, J.B. (1976) Serpentinization : a review, Lithos, vol. 8, pp. 125 ~ 138, Moody, IB. (1979) Serpentinites, Spilites and Ophiolite _ Metamorphism, Canadian Mineralogist, vol. \7, pp. 871-887. O'llanley, D.S. (1991) Fault-Related Phenomena Associated with Hydration and Recrystallzation during Serpentinization., Canadian Mineralogist, Vol. 29, pp. 2-35. OHanley, DS. & Dyar, MD, (1993) The composition of lizardite IT and the formation of magnetite in seipentinites, American Mineralogise, Vol. 78. pp. 391 ~ 404 Page. N. J. (1968) Chemical Difference Among The Serpentine Polymorph, American Mineralogist, Vol. $3, pp. 201 ~ 215, Pelletier, B.G. (1996) Serpentines in Nickel Silicate Ore fiom New Caledonia, : Melbourne Australasian Insitute of Mining and Metallurgy Publicetion Sctes 696, pp. 197-205. Sanford, RF. (1981) Mineralogical and_ chemical effecs of hydration reactions and applications to serpentinization, American Mineralogist, Vol. 290 = 291. Troly, G. Estee, M. Pellete, B. and Reibell, W. (1979) Nickel Laterte in New Caledonia, Some Factors Influensing Their Forration., Ia : Evans, DAL Shoemaker, RS. and Veltman, H. ods. Intemational Laterite Symposium: New “York, Society of Mining Engineers, pp. 83 ~ 117 Wicks, FJ. & O'Hlanley, DS. (1988) Serpentine Minerals : Strstures and Powology., In: Bailey, SW. Ed: Hrdrous Phyllosillicates (exclusive of micas), Review in Minerelogs, Vol. 19, Mineraiogial Society of America, 725 p. Wicks, FJ. & Whiter, EJ.W. (1977) Serpentine Teatures and Serpentinization, Canadian Mineralogist, vol. 15. pp. 459 —488

You might also like