You are on page 1of 11

OPTIMALISASI PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS DENGAN

PENAMBAHAN Effective Microorganism 10 (EM10) PADA PRODUKTIVITAS


TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
Elpawati1, Stephani Dwi Dara Y.K.S.2, Dasumiati2*
1
Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

*Corresponding author: dasumiati@uinjkt.ac.id

Abstract

This research is aimed to determine the effect of growing media composition, the addition different
concentration of EM10 fertilizer, and interaction between the composition of the growing media
with different concentration of EM10 fertilizer on Zea mays growth and productivity. This research
was conducted in Home Composting of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta from June until October
2013. This study used Random Grouped for Factorial Design 2 x 5 wth 3 repetitions. First factor
was plant media dose (M), consist of two extents, M1 (compost:soil = 1:1) and M2 (compost:soil =
1:2). The second factor was fertilizer concentration (D), consist of five extents, DO (no
fertilizer),D1 (Urea: 0,9 g, SP-36: 0,9 g, KCl: 0,45 g), D2 (10 ml EM10), D3 (15 ml EM10), and D4
(20 ml EM10). The obtained data was analyzed using Analysis of Varians(ANOVA) and Duncan test
when there is a significant difference..The result showed plant media (M2) with ratio composition
of compost and soil was 1:2 could increase the stem diameter at harvest time. 20 ml concentration
of EM10 could increase the stem diameter’s growth (2.29 mm) at harvest time, similarly 15 ml
EM10 could increase the cob’s productivity (1.66 cobs). The interaction of composition plant media
and fertilizer concentration of EM10 did not influence corn’s growth and productivity.

Keywords: Compost, Effective Microorganism10 (EM10), Zea mays

PENDAHULUAN kalit et al., 2006).


Kompos merupakan salah satu pupuk Biofertilizer (pupuk hayati) merupakan
organik yang digunakan pada pertanian untuk campuran bakteri penambatnitrogen bebas,
mengurangi penggunaan pupuk anorganik. pelarut fosfat dan jamur pelarut hara dengan
Penggunaan kompos dapat memperbaiki sifat formulasi bahan pembawa yang mengandung
fisik tanah dan mikrobiologi tanah (Syam, senyawa organik alami pemacu tumbuh dan
2003). Kompos memiliki kandungan unsur unsur mikro yang diperlukan oleh mikroba
hara seperti nitrogen dan fosfat dalam bentuk dan tanaman (Simanungkalit et al., 2006).
senyawa kompleks argon, protein, dan humat Penggunaan pupuk hayati memerlukan
yang sulit diserap tanaman (Setyotini et al., takaran dosis yang tepat agar hasilnya sesuai
2006). Berbagai upaya untuk meningkatkan dengan harapan. Penambahan pupuk hayati
status hara dalam kompos telah banyak menyebabkan penggunaan pupuk menjadi
dilakukan, seperti penambahan bahan alami efisien. Hal ini sangat penting bagi pelaku
tepung tulang, tepung darah kering, kulit usaha pertanian danperkebunan mengingat
batang pisang dan biofertilizer (Simanung- tingkat kehilangan yang tinggi akibat proses-

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 77


Elpawati dkk Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos EM10

proses dalam tanah (aliran pemupukan, tanam, penambahan pupuk EM10, dan
pencucian, evaporasi, fiksasi dan imobilisasi) interaksi komposisi media tanam dan pupuk
(Cahyono, 2008).
EM10 pada produktivitas tanaman jagung.
Pupuk hayati yang sudah tersedia di
pasaran adalah Effective Microorganisms 4
MATERIAL DAN METODE
(EM4). EM4 merupakan pupuk hayati yang Penelitian dilakukan dengan metode
memanfaatkan mikroorganisme efektif untuk eksperimen di rumah kaca. Rancangan
meningkatkan pertumbuhan tanaman, meng- penelitian yang digunakan adalah Rancangan
hancurkan bahan organik dalam waktu Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 2
singkat dan bersifat racun terhadap hama. faktor (2x5) dengan 3 ulangan. Faktor per-
Mikroorganisme utama dalam larutan Effec- tama adalah komposisi media tanam (M),
tive microorganism 4 (EM4) terdiri dari terdiri atas dua taraf, yaitu M1 (kompos:
bakteri fotosintetik (bakteri fototropik), tanah=1:1) dan M2 (kompos:tanah=1:2).
bakteri asam laktat (Lactobacillus spp.), dan Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk (D),
yeast (Saccharomyces spp.) (Higa & Parr terdiri atas lima taraf, yaitu DO (tanpa
1998). Penelitian sebelumnya membuktikan pupuk), D1 (pupuk Urea: 0,9 g, SP-36: 0,9 g,
bahwa 15 ml biofertilizer yang diberikan pada
KCl: 0,45 g), D2 (10 ml EM10), D3 (15 ml
media tanam kompos mampu meningkatkan
pertumbuhan tinggi dan hasil produksi EM10), dan D4 (20 ml EM10).
tanaman cabai rawit (Supriyanto, 2012). Pada Bahan yang digunakan dalam penelitian
penelitian ini pupuk hayati yang digunakan ini adalah benih jagung Varietas Bonanza
adalah Effective Microorganisms 10 (EM10). Hibrida, tanah, pupuk kompos, Effective
EM10 berbentuk cair dan mengandung 8 jenis Microorganism 10 (EM10), pupuk Urea, SP-
bakteri yang masih dalam proses identifikasi 36, KCl dan air. Tahapan yang dilakukan
dan 3 jamur seperti Penicillium sp, Sacha- dalam penelitian ini adalah pemeriksaan total
romyces cereviceae dan Trichoderma sp yang koloni bakteri menggunakan metode Total
berperan dalam pertumbuhan tanaman Plate Count (TPC), pembuatan kompos, dan
persiapan media tanam dengan komposisi M1
(Elpawati, 2013). EM10 dikembangkan oleh (kompos:tanah =1:1) dan M2 (kompos:tanah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan masih =1:2). Selanjutnya dilakukan pembuatan
pada tahap pengujian terhadap beberapa jenis
larutan EM10 dengan cara mengencerkan
tanaman budidaya, salah satunya adalah
tanaman jagung. larutan EM10 dengan konsentrasi yaitu 10
Jagung merupakan salah satu tanaman mlL-1 air, 15 mlL-1 air, dan 20 mlL-1air.
pangan yang perlu ditingkatkan pertumbuhan Larutan EM10 yang 500 ml per polybag
dan produksi tongkolnya. Komoditas jagung diberikan seminggu sebelum benih ditanam
hingga kini masih sangat diminati oleh dengan cara disiramkan pada media tanam.
masyarakat. Jagung sensitif terhadap kan- Pemberian pupuk Urea, SP-36, dan KCl
dungan organik tanah atau kompos (Ruk- dilakukan pada saat tanaman jagung ber-
mana, 1997). Oleh karena itu, penambahan umur 7 hari setelah tanam. Pupuk Urea, SP-
EM10 diharapkan mampu mengoptimalkan 36, dan KCl diberikan dengan dosis (Urea:
penggunaan pupuk kompos dalam me- 0,9 g, SP-36: 0,9 g, KCl: 0,45 g) pada
ningkatkan pertumbuhan dan produksi polybag yang memiliki kode D1 saja.
tanaman jagung. Penelitian ini bertujuan Parameter yang diamati adalah tinggi
untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanaman, diameter batang, jumlah daun, jum-
lah nodus, jumlah tongkol, berat tongkol

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 78


Elpawati dkk Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos EM10

berkelobot, berat tongkol tanpa kelobot, HASIL DAN PEMBAHASAN


panjang tongkol, diameter tongkol, dan berat Tinggi Tanaman
tongkol kering. Data dianalisis menggunakan Pada saat panen umur 77 hari setelah
Analysis of Varians (ANOVA) dan dilanjut- tanam (hst), rata-rata tinggi tanaman berkisar
kan dengan uji Duncan (α=0,05) dengan antara 144.3-172 cm (Gambar 1). Tinggi
software SPSS. tanaman jagung saat panen tidak berbeda
antar perlakuan (P>0,05).

Gambar 1. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman Jagung Saat Panen. M1: Kompos:Tanah (1:1), M2:
Kompos:Tanah (1:2), D0: Kontrol, D1: NPK (Urea: 0,9 g, SP-36: 0,9 g, KCl: 0,45 g),
D2: 10 ml EM10, D3: 15 ml EM10, D4: 20 ml EM10

Gambar 2. Diagram Rata-rata Diameter Batang Tanaman Jagung Saat Panen. M1: Kompos:Tanah
(1:1), M2: Kompos:Tanah (1:2), D0: Kontrol, D1: NPK (Urea: 0,9 gram, SP-36: 0,9
gram, KCl: 0,45 gram), D2: 10 ml EM10, D3: 15 ml EM10, D4: 20 ml EM10

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 79


Elpawati dkk Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos EM10

Diameter Batang daun tumbuh pada setiap buku tanaman


Diameter batang tanaman jagung saat jagung. Pengukuran jumlah nodus dilakukan
panen memiliki rata-rata 2-2.29 mm (Gambar pada saat 42 hari setelah tanam (hst) sama
2). Diameter batang pada saat panen dengan seperti pengukuran pada jumlah daun dan
konsentrasi pupuk EM10, perlakuan D3 (15 lebar daun. Rata-rata jumlah nodus pada
setiap perlakuan tidak memperlihatkan hasil
ml EM10) dan D4 (20 ml EM10) berbeda
yang berbeda nyata berkisar antara 5.6-7.6
nyata dengan D2 (10 ml EM10). buku. Perlakuan M2D0 memiliki rata-rata
Jumlah Daun jumlah nodus tertinggi sebesar 7.6 buku
Jumlah daun diamati pada 42 hst, sedangkan M1D1 memiliki rata-rata jumlah
karena saat itu tanaman jagung sudah nodus terendah sebesar 5.6 buku. Pada
mengalami pertumbuhan generatif memben- pertumbuhan jumlah nodus, perlakuan M2D0
tuk bunga dan tongkol sehingga pertumbuhan tanpa penambahan pupuk (kontrol) lebih
vegetatif akan menurun.Rata-rata Jumlah mampu meningkatkan jumlah nodus diban-
daun berkisar antara 11-12,3 helai daun. dingkan dengan perlakuan M1D1 yang diberi
Secara deskripsi, perlakuan M2D0 yang penambahan pupuk anorganik. Jumlah nodus
memiliki komposisi media tanam pupuk tidak memperlihatkan perbedaan nyata antar
kompos dan tanah (1:2) tanpa penambahan perlakuan yang diberikan (P>0,05).
pupuk EM10, memiliki rata-rata jumlah daun Jumlah Tongkol
tertinggi yaitu 12,3 helai, sedangkan pada Rata-rata jumlah tongkol jagung
perlakuan M1D1 yang memiliki komposisi berkisar antara 1-1,66 buah (Gambar 3).
media tanam pupuk kompos dan tanah (1:1) Perlakuan M1D3 dengan penambahan 15 ml
dengan penambahan pupuk anorganik memi- EM10 memiliki rata-rata tertinggi sebesar
liki rata-rata jumlah daun terendah yaitu 11 1.66 buah, sedangkan perlakuan M1D0
helai. memiliki rata-rata jumlah tongkol terendah
Jumlah Nodus sebesar 1 buah.
Jumlah nodus tanaman berkorelasi
dengan jumlah daun, hal ini dikarenakan

Gambar 3. Diagram Rata-rata Jumlah Tongkol Tanaman Jagung. M1:Kompos:Tanah (1:1), M2:
Kompos:Tanah (1:2), D0: Kontrol, D1: NPK (Urea:0,9 g, SP-36: 0,9 g, KCl: 0,45 g),
D2: 10 ml EM10, D3: 15 ml EM10, D4: 20 ml EM10

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 80


Elpawati dkk Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos EM10

Berat Tongkol Berkelobot Dan Tanpa media tanam kompos dan tanah (1:2) dan
Kelobot tanpa pupuk (kontrol). Berat tongkol berke-
Rata-rata berat tongkol berkelobot lobot pada tanaman jagungtidak dipengaruhi
pada tanaman jagung pada semua perla- oleh perlakuan media tanam, konsentrasi
kuan berkisar antara 176.533-263.167 gram, EM10,dan interaksi keduanya (P>0,05).
sedangkan rata-rata berat tongkol tanpa Begitu juga berat tongkol tanpa kelobot
kelobot berkisar antara 144.2-222.6 gram terlihat tidak ada perbedaan nyata antar
(Gambar 4). Rata-rata tertinggi berat tongkol perlakuan (P>0.05).
berkelobot dan tanpa kelobot terdapat pada
perlakuan M2D0 yang memiliki komposisi

Gambar 4. Diagram Rata-rata Berat Tongkol Berkelobot dan Tanpa Kelobot Tanaman Jagung
Saat Panen. M1: Kompos:Tanah (1:1), M2: Kompos:Tanah (1:2), D0: Kontrol, D1:
NPK (Urea: 0,9 g, SP-36: 0,9 g, KCl: 0,45 g), D2: 10 ml EM10, D3: 15 ml EM10, D4:
20 ml EM10

Panjang Tongkol Jagung kompos dan tanah (1:1) dengan penambahan


Rata-rata panjang tongkol jagung pada pupuk anorganik (Urea: 0,9 g, SP-36: 0,9 g,
setiap perlakuan berkisar antara 23.8-27.8 cm KCl: 0,45 g) dan M1D2 dengan komposisi
(Gambar 5). Rata-rata tertinggi panjang media tanam pupuk kompos dan tanah (1:1)
tongkol terdapat pada perlakuan M1D4 dengan penambahan 10 ml EM10. Sedangkan
dengan komposisi media tanam dengan rata-rata terendah terdapat padaperlakuan
penambahan 20 ml EM10, yaitu 27,8 cm M2D0 tanpa pupuk.
sedangkan rata-rata terendah terdapat pada Berat Tongkol Kering
perlakuan M1D1. Berat tongkol kering didapat dari
Diameter Tongkol Jagung tongkol yang telah dilepaskan kelobotnya dan
Rata-rata diameter tongkol jagung pada setiap °
dioven dengan suhu 60 C selama 3 hari
perlakuan berkisar antara 15.6-17.4 cm hingga berwarna kuning kecoklatan. Berat
(Gambar 6). Rata-rata diameter tongkol tongkol kering dihitung untuk mendapatkan
tertinggi terdapat pada 2 perlakuan, yaitu biomassa kering tongkol pada masing-masing
M1D1 dengan komposisi media tanam pupuk

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 81


Elpawati dkk Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos EM10

Gambar 5. Diagram Rata-rata Panjang Tongkol Tanaman Jagung Saat Panen. M1: Kompos:Tanah
(1:1), M2: Kompos:Tanah (1:2), D0: Kontrol, D1: NPK (Urea: 0,9 g, SP-36: 0,9 g,
KCl: 0,45 g), D2: 10 ml EM10, D3: 15 ml EM10, D4: 20 ml EM10

Gambar 6. Diagram Rata-rata Diameter Tongkol Tanaman Jagung Saat Panen. M1:
Kompos:Tanah (1:1), M2: Kompos:Tanah (1:2), D0: Kontrol, D1: NPK (Urea: 0,9 g,
SP-36: 0,9 g, KCl: 0,45 g), D2: 10 ml EM10, D3: 15 ml EM10, D4: 20 ml EM10

perlakuan. Rata-rata berat tongkol kering Anova, berat tongkol kering tanaman jagung
berkisar antara 42.233-70.733 gram (Gambar tidak dipengaruhi oleh perlakuan komposisi
7). Rata-rata tertinggi terdapat pada perlakuan media tanam, konsentrasi EM10, dan interaksi
M2D0 yang memiliki komposisi media tanam
komposisi media tanam-konsentrasi EM10
kompos dan tanah (1:2) dan tanpa pupuk
(kontrol) sedangkan rata-rata terendah terda- (P>0,05).
pat pada perlakuan M1D1. Berdasarkan hasil

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 82


Elpawati dkk Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos EM10

Gambar 7. Diagram Rata-rata Berat Tongkol Kering Tanaman Jagung Saat Panen. M1:
Kompos:Tanah (1:1), M2: Kompos:Tanah (1:2), D0: Kontrol, D1: NPK (Urea: 0,9 g,
SP-36: 0,9 g, KCl: 0,45 g), D2: 10 ml EM10, D3: 15 ml EM10, D4: 20 ml EM10
saingan antar mikroorganisme dan tanaman
Pada saat panen umur 77 hari setelah dalam menyerap nutrisi (Ginting et al., 1996).
tanam (hst), rata-rata tinggi tanaman jagung Mikroorganisme berperan dalam mengubah
pada komposisi media tanam (M1) dan (M2) senyawa organik menjadi senyawa anorganik
dengan penambahan 15 ml EM10 menunjuk- menjadi ion-ion yang dapat diserap langsung
kan hasil yang lebih rendah dibandingkan oleh tanaman.
dengan tanaman yang diberi penambahan 10 Selain dipengaruhi oleh kandungan
mikroorganisme di dalam media tanam, per-
ml EM10. Hal ini berbeda dengan hasil
tumbuhan tinggi tanaman juga dipengaruhi
penelitian Supriyanto (2012) yaitu penam- oleh faktor lingkungan. Cahaya dan ter-
bahan biofertilizer dengan konsentrasi 15 ml sedianya unsur-unsur hara yang cukup di
menunjukkan hasil yang paling baik untuk dalam tanah merupakan faktor lingkungan
meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
Pupuk EM10 tidak dapat mengop-timalkan hasil tanaman. Cahaya matahari sangat
penggunaan pupuk kompos pada pertum- menentukan proses fotosintesis. Tanaman
buhan tinggi tanaman saat panen. jagung membutuhkan penyinaran yang cukup
Pada pertumbuhan tinggi tanaman pada fase vegetatif. Tanaman jagung mem-
jagung, salah satu unsur yang sangat berperan butuhkan suhu optimum antara 23-27ºC,
adalah Nitrogen. Sumber nitrogen dapat sedangkan saat dilapangan suhu mencapai
ditemukan pada bahan organik yang ada pada 30ºC. Suhu yang panas akan mempengaruhi
media tanam. Kekurangan nitrogen seringkali pertumbuhan tanaman jagung baik pada fase
menghambat pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif maupun generatif. Walaupun kebu-
vegetatif. Selain dipengaruhi oleh keterse- tuhan hara cukup tetapi penerimaan cahaya
diaan hara, pertumbuhan tanaman juga matahari tidak optimal maka pertumbuhan
dipengaruhi oleh mikroorganisme yang ada tanaman akan terganggu (Adisarwanto 2007).
pada media tanam. Semakin tinggi mikro- Berbeda dengan tinggi tanaman, dia-
organisme yang diberikan pada media tanam, meter batang tanaman jagung saat panen
ini berarti jumlah mikroorganisme juga perlakuan M2D4 mampu meningkatkan
semakin banyak dan membutuhkan makanan. pertumbuhan diamater batang.Sruktur tanah
Pada kondisi seperti ini bisa terjadi per- yang sesuai dan konsentrasi 20 ml pupuk

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 83


Elpawati dkk Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos EM10

EM10 yang diberikan merupakan konsentrasi tanah yang bermanfaat, karena akan memu-
optimum untuk membantu meningkatkan dahkan akar-akar tanaman menyerap zat-zat
aktivitas mikroorganisme di dalam media makanan bagi pertumbuhan dan perkem-
tanam. Hal ini membuktikan bahwa konsen- bangannya (Ginting et al., 1996).
Media tanam yang diberi penambahan
trasi 20 ml EM10 lebih mampu meningkatkan
pertumbuhan diameter batang saat panen EM10 seharusnya mempunyai pengaruh yang
dibandingkan dengan konsentrasi 10 ml lebih baik dibandingkan yang tidak diberi
penambahan pupuk hayati. Berbagai jenis
EM10. Mikroorganisme yang diberikan de-
bakteri dan jamur pada pada pupuk EM10
ngan konsentrasi 20 ml dan 15 ml EM10
diharapkan mampu memanfaatkan unsur hara
mampu mengoptimalkan penyediaan nutrisi yang ada sehingga dapat diserap tanaman
pada kompos. Mikroorganisme berperan dengan baik sehingga menghasilkan helai
dalam mengubah bahan organik menjadi daun yang lebih banyak dibandingkan
asam amino, asam nukleik, dan zat-zat perlakuaan lainnya. Pada pembentukan daun,
bioaktif yang dapat diserap oleh tanaman. unsur N sangat berperan karena dapat
Pada pertumbuhan vegetatif tanaman meningkatkan proses fotosintesis yang
jagung aktif menyerap unsur hara P untuk berpengaruh pada pembentukan helai daun.
perbesaran diameter batang. Hal ini berbeda Beberapa mikroorganisme berperan sebagai
pada saat tanaman jagung memasuki fase penambat unsur N sehingga dapat diserap
generatif, unsur P yang ada lebih banyak langsung oleh tanaman (Ginting et al., 1996).
digunakan tanaman untuk pembentukan biji
dan pertumbuhan vegetatif tanaman akan Pupuk EM10 tidak dapat mengoptimalkan
menurun. Penurunan pertumbuhan vegetatif penggunaan pupuk kompos untuk mening-
diperlihatkan pada diameter batang tanaman katkan jumlah daun.
jagung yang semakin kecil pada saat panen. Jumlah nodus tanaman berkorelasi
Penurunan terjadi akibat remobilisasi asimilat dengan jumlah daun, hal ini dikarenakan
ke organ lain pada tanaman. Remobilisasi daun tumbuh pada setiap buku tanaman
asimilat dari batang akan digunakan untuk jagung. Jumlah nodus tidak berbeda antar
memelihara kekuatan batang agar kokoh pada perlakuan. Dengan demikian perlakuan kom-
saat tanaman mulai membentuk tongkol posisi media tanam, konsentrasi EM10, dan
(Walalangi, 2007). interaksi komposisi media tanam-konsentrasi
Jumlah daun pada 42 hst dengan EM10 tidak berpengaruh terhadap pertum-
komposisi media tanam pupuk kompos dan buhan nodus tanaman jagung umur 42 hst.
tanah (1:2) tanpa penambahan pupuk EM10 Pupuk EM10 tidak dapat mengoptimalkan
meningkat dibandingkan dengan perlakuan penggunaan pupuk kompos pada pertum-
M1D1 yang diberi penambahan pupuk anor- buhan nodus tanaman jagung. Pertumbuhan
ganik. Pada umumnya, pupuk organik tanaman umur 42 hst, lebih mengarah pada
mempunyai sifat yang lebih baik diban- fase generatif yaitu pembentukan bunga dan
dingkan dengan pupuk anorganik.Pupuk tongkol. Hal ini menunjukkan bahwa penye-
organik mempunyai pengaruh yang baik rapan unusur hara pada tiap perlakuan yang
terhadap sifat fisik tanah, menambah humus belum optimal. Jumlah nodus mempengaruhi
sangat berpengaruh positif terhadap sifat fisik pembentukan tongkol pada setiap tanaman.
tanah, mempertahankan struktur tanah, dan Hal ini dikarenakan tongkol jagung tumbuh
terisi oksigen yang cukup serta meningkatkan pada setiap ketiak daun yang tumbuh pada
daya serap air. Tanah akan lebih mampu buku-buku batang (Pitojo, 2003).
menahan banyak air sehingga terbentuk air

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 84


Elpawati dkk Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos EM10

Perlakuan M1D3 dapat meningkatkan Mikroorganisme yang ada belum mampu


rata-rata jumlah tongkol jagung (Gambar 3). memfasilitasi penyediaan nutrisi pada media
Hal ini menunjukkan bahwa dengan penam- tanam, sehingga penyerapan oleh tanaman
bahan 15 ml EM10 lebih mampu meningkat- belum optimal dalam meningkatkan berat
kan jumlah tongkol jagung dibandingkan tongkol jagung. Sedangkan rata-rata terendah
perlakuan M1D0 yang tidak diberi penam- berat tongkol berkelobot dan tanpa kelobot
bahan pupuk (kontrol).Pada perlakuan D3 (15 terdapat pada perlakuan M1D1 yang memiliki
komposisi media tanam kompos dan tanah
ml EM10) mikroorganisme mampu memfasi-
(1:1) dengan penambahan pupuk anorganik.
litasi penyediaan unsur hara pada media Pupuk organik mempunyai pengaruh lebih
tanam sehingga dapat diserap tanaman baik dibandingkan dengan pupuk anorganik.
dengan optimal. Berbeda dengan pertum- Pupuk organik dapat memperbaiki fisik tanah,
buhan vegetatif (diameter batang, jumlah menambah humus, mempertahankan struktur
daun, dan lebar daun) 20 ml EM10 merupakan tanah, dan terisi oksigen yang cukup serta
konsentrasi optimum dalam meningkatkan meningkatkan daya serap air (Ginting et al.,
pertumbuhan tanaman. Pupuk EM10 tidak 1996). Pupuk EM10 tidak dapat mengop-
mengoptimalkan penggunaan pupuk kompos, timalkan penggunaan pupuk kompos dalam
hal ini dibuktikan pada perlakuan D0 tanpa meningkatkan berat kelobot jagung saat
penambahan pupuk sudah mampu meningkat- panen.
kan jumlah tongkol. Rata-rata panjang tongkol jagung pada
Pada pertumbuhan dan perkembangan- perlakuan M1D4 dengan komposisi media
nya, beberapa tongkol yang tumbuh kurang tanam dengan penambahan 20 ml EM10
optimal. Hal ini ditunjukkan dari pertum- meningkat dibandingkan kontrol (Gambar 5).
buhan dan pengisian biji yang tidak sempurna Hal ini membuktikan bahwa pemberian 20 ml
bahkan ada beberapa tongkol yang mem- EM10 pada media tanam lebih mampu
busuk. Pada fase pertumbuhan dan pengisian meningkatkan pertumbuhan panjang tongkol
biji ada beberapa faktor yang menentukan tanaman jagung dibandingkan dengan per-
yaitu, kebutuhan nutrisi, air, dan suhu lakuan yang diberi penambahan pupuk
lingkungan sekitar. Suhu lingkungan pada anorganik. Mikroorganisme mampu mengu-
°
saat penelitian relatif panas (30 C) lebih raikan bahan organik yang dibutuhkan oleh
°
tinggi dari suhu optimumnya (23-27 C), tanaman pada fase pertumbuhan generatif.
sehingga tanaman mengalami defisit air. EM10 mengandung beberapa jenisbakteri dan
Cekaman air pada masa generatif akan jamur seperti Penicillium sp. yang berperan
menurunkan hasil produksi dan menghambat dalam melarutkan fosfat di dalam tanah
translokasi fotosintat ke biji (Walalangi, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman
2007). Produksi tongkol jagung yang rendah untuk meningkatkan pengisian biji jagung.
akan mempengaruhi biomasaanya biji pada Mikroorganisme pelarut fosfat seperti fungi
saat panen. Selain itu, hasil penyerbukan yang jenis Penicillium sp. dapat menghasilkan asam
tidak sempurna dan kekurangan hara juga organik yang akan beraksi dengan bahan
3+, 3+, 3+,
sangat berpengaruh pada pembentukan dan pengikat fosfat seperti Al Fe Ca dan
perkembangan tongkol (Lakitan, 2002). 2+
Mg membentuk khelat organik yang stabil
Pupuk EM10 tidak mengoptimalkan sehingga mampu membebaskan ion fosfat
penggunaan pupuk kompos, hal ini dibuktikan terikat dandapat diserap oleh tanaman kedelai
pada perlakuan D0 tanpa penambahan pupuk untuk memproduksi berat biji (Lingga, 2004).
sudah mampu meningkatkan jumlah tongkol. Unsur hara yang cukup sangat dibu-

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 85


Elpawati dkk Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos EM10

tuhkan dalam pembentukan tongkol serta meningkatkan berat tongkol kering. Namun
pengisian biji. EM10 dapat mengoptimalkan pada perlakuan M2D0 yang memiliki
penggunaan pupuk kompos dalam mening- komposisi media tanam kompos dan tanah
katkan panjang tongkol jagung. Optimalnya (1:2) dan tanpa pupuk (kontrol) diperoleh
penyerapan unsur hara ditunjukkan oleh berat tongkol kering tertingg. Hal ini menun-
tanaman yang memiliki hasil produksi tinggi jukkan bahwa unsur hara yang ada pada
media tanam tanpa diberi penambahan pupuk
(Ginting et al., 1996). Pupuk EM10 tidak
anorganik sudah mampu menghasilkan bobot
dapat mengoptimalkan penggunaan pupuk biji dan kadar air yang lebih baik diban-
kompos dalam meningkatkan panjang tongkol dingkan perlakuan lainnya. Hasil produksi
jagung saat panen. yang tinggi ditandai dengan jumlah kadar air
Rata-rata diameter tongkol jagung pada biji jagung (Lingga 2004).
tertinggi dihasilkan oleh tanaman pada
komposisi media tanam pupuk kompos dan KESIMPULAN
tanah (1:1) Hal ini menunjukkan bahwa Kesimpulan yang diperoleh dari
perlakuan M1D1 dengan pernambahan pupuk penelitian ini adalah media tanam (M2)
anorganik dan M1D2 dengan penambahan 10 dengan komposisi kompos dan tanah (1:2)
ml EM10 meningkatkan biomassa tongkol
dan penambahan pupuk EM10 pada konsen-
sehingga memiliki diameter lebih baik diban-
trasi 20 ml mampu meningkatkan diameter
dingkan perlakuan M2D0 yang tidak diberi
batang(2.29 mm), sedangkan pada konsentrasi
penambahan pupuk (kontrol). Pupuk anor-
15 ml meningkatkan produksi tongkol (1.66
ganik dan 10 ml EM10 menyediakan kebu- buah) tanaman jagung saat panen. Interaksi
tuhan tanaman akan unsur hara sehingga komposisi media tanam dan konsentrasi
dapat meningkatkan pertumbuhan diameter pupuk EM10 tidak mempengaruhi pertum-
tongkol jagung.Namun pupuk EM10 tidak
buhan dan produksi tanaman jagung.
dapat mengoptimalkan penggunaan pupuk
kompos dalammeningkatkan diameter tong-
DAFTAR PUSTAKA
kol jagung saat panen.
Adisarwanto, T., & Widyastuti, Y. E. (2001).
Pada tahap pengisian biji, selain unsur
Meningkatkan Produksi Jagung Lahan
hara yang berperan suhu juga sangat
Kering, Sawah dan Pasang Surut.
menentukan jumlah dan bobot biji. Keke-
Penebar Swadaya. Jakarta.
ringan pada saat penelitian menga-kibatkan
Bara, & Chozin. (2009). Pengaruh dosis
tongkol tidak bisa tumbuh dengan sempurna,
pupuk kandang dan frekuensi
sehingga menghasilkan panjang dan diameter
pemberian pupuk urea terhadap
tongkol yang kecil.
pertumbuhan dan produksi jagung (Zea
Pada tahap pengisian biji, unsur N
mays. L) di lahan kering. Makalah
sangat berperan dalam meningkatkan panjang
Seminar Departemen Agronomi dan
tongkol dan diameter tongkol jagung
Hortikultura. Institut Pertanian Bogor.
(Lakitan, 2002). Semakin lebar diameter
Hlm 7.
tongkol, maka biji yang terdapat pada tongkol
Cahyono, I. (2008). Tomat: Usaha Tani dan
tersebut semakin banyak sehingga bobot biji
Penanganan Pasca Panen. Kanisius.
yang terdapat pada tongkol juga semakin
Yogyakarta.
besar sehingga hasil semakin besar (Bara &
Elpawati. (2013). Degradasi Sampah Organik
Chozin, 2009).
Dengan Effective Microorganism 10
Pupuk EM10 tidak dapat mengoptimal-
(EM10). Laporan Tahunan Dosen. UIN
kan penggunaan pupuk kompos dalam

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 86


Elpawati dkk Optimalisasi Penggunaan Pupuk Kompos EM10

Jakarta. Tidak Dipublikasikan. Simanungkalit, R. D. M., Didi, A. S., Rasti,


Higa, T., & Parr, J. F. (1998). Effective S., Diah, S., & Wiwik, H. (2006).
Microor-ganisms (EM) Untuk Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Pertanian dan Lingkungan yang Balai Besar Penelitian
Berkelanjutan. Indo-nesia Kyusai danPengembangan Sumberdaya Lahan
Nature Farming Societies. Jakarta. Pertanian. Jawa Barat.
Ginting, R. C. B., Sarawati, R., & Husen, E. Supriyanto, A. (2012). Pengaruh Pemberian
(1996). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (Biofertilizer) Dan Media
PupukHayati. Balai Besar Litbang Tanam yang Berbeda Pada Pertum-
Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. buhan Dan Produktivitas Tanaman
Lakitan, B. (2002). Dasar-Dasar Fisiologi Cabai Rawit (Capsicum frustescens L.)
Tumbuhan. Rajawali press. Jakarta. Di Polibag. Universitas Airlangga. Su-
Lingga. (2004). Petunjuk Penggunaan Pupuk. rabaya.
Penebar Swadaya. Jakarta. Syam, A. (2003). Efektivitas Pupuk Organik
Pitojo S. (2003). Benih Jagung. Kanisius. dan Anorganik terhadap Produktivitas
Yogyakarta. Padi di Lahan Sawah. Jurnal Agrivigor
Rukmana, H. (1997). Usaha Tani Jagung. 3 (2), 232–244.
Kanisius. Yogyakarta. Walalangi, I. (2007). Pemupukan Nitrogen
Setyotini, D. R., & Saraswati, dan Anwar, E. dan Ketahanan Jagung Terhadap Keke-
K. (2006). Kompos. Jurnal Pupuk ringan. Pidato Pengukuhan Guru Besar
Organik dan Pupuk Hayati. 2(3), 11-40. Tetap Ilmu FisiologiTumbuhan Fakultas
Pertanian Unsrat.

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 8 Nomor 2, Oktober 2015 87

You might also like