You are on page 1of 82

Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Epidemiologi

Fakultas Kedokteran Hewan


Institut Pertanian Bogor
Emerging disease memiliki definisi
cukup luas dan secara umum mencakup
salah satu dari tiga situasi penyakit:
 Agen patogen yang telah diketahui muncul
pada suatu area baru
 Agen patogen yang telah diketahui atau yang
berkerabat dekat terjadi pada spesies yang
tidak peka
 Agen patogen yang tidak/belum
diketahui terdeteksi untuk kali pertama
Re-emerging disease adalah suatu
penyakit yang pernah mewabah dan
sudah mengalami penurunan intensitas
kejadian namun mulai menunjukkan
peningkatan kembali
Emerging Infectious Diseases
Exported cases of Japanese Encephalitis
from Indonesia

1989 (publication year) – An Australian tourist acquired


nonfatal infection in Bali.
1994 – Fatal infection was reported in a Danish tourist who
had been on Bali for only 12 days; and nonfatal infection in a
Swedish tourist who had been on Bali for only 10 days.
1995 (publication year) – An Australian child acquired
nonfatal infection in Bali.
1997 – A Dutch tourist acquired Japanese encephalitis in
Indonesia.
Exported cases of Japanese Encephalitis from Indonesia...

2000 – A Swedish tourist acquired Japanese encephalitis


during a visit to Java and Bali.
2004 – A Dutch woman developed Japanese encephalitis
(nonfatal) while traveling in Indonesia.
2011 – A Germany tourist acquired Japanese
encephalitis following a two-week stay in Bali.
It is well established that 75% of
all emerging diseases that
have affected people over the
last two decades have occurred
as a result of an animal
pathogen moving into the
human host, and are therefore
classified as zoonotic
Brown (2004) Rev. sci. tech. Off. int. Epiz. 23 (2): 435-442
1 415 spesies organisme patogen
pada manusia
868 dari 1415
217 virus dan prion (61,3%)
diklasifikasikan
zoonosis
538 bakteri & riketsia
175 dari 1415
307 cendawan (12,4%) spesies
terkait emerging
diseases (emerging
66 protozoa pathogens): 132 dari
175 (75%) bersifat
287 helminth zoonotic (emerging
zoonoses)
60.3% dari emerging infectious
disease (EID) dan re-emerging
infectious disease (REID) didominasi
oleh zoonosis dan 71.8% dari
zoonosis tersebut bersumber dari
satwa liar
Jones et al. (2008). Global trends in emerging
infectious disease. Nature 451:990-993
Contributing Factors to Emergence
of Infectious Diseases
The 2003 IOM report (Smolinski, Hamburg &
Lederberg, 2003) divided factors of emergence
into 13 basic categories. Many of these
contributing factors are interrelated
Further discussion on contributing factors may be
found in "Emerging Infectious Diseases:
Vulnerabilities, Contributing Factors, and
Approaches" (Lashley, 2004)
 Microbial adaptation and change (e.g.,
the O157:H7 strain of E. coli, which is
more virulent)
 Human susceptibility to infection
(e.g., persons who are homozygous for
methionine on codon 129 of the prion
protein gene [PRNP] are more susceptible
to development of Creutzfeldt-Jakob
disease)
 Climate and weather (e.g., heavy rains
can result in increased breeding sites for
mosquito vectors and increases in
mosquito-borne infectious diseases)
 Changing ecosystems (e.g., dam building
has resulted in changing vector ecology and
the emergence of Rift Valley hemorrhagic
fever in Egypt)
 Human demographics and behavior
(e.g., body piercing and potential hepatitis C
infection)
 Economic development and land use
(e.g., clearing forests in Venezuela has
resulted in an increased cane mouse
population, the probable reservoir host of
the Guanarito virus and an outbreak of
Venezuelan hemorrhagic fever)
 International travel and commerce
(e.g., importation of Guatemalan raspberries
and outbreaks of cyclosporiasis in the United
States)
 Technology and industry (e.g., use of
mass treatment with fluoroquinolones to
treat E. coli infections in chickens, resulting
in antimicrobial resistance in humans to
other organisms)
Peta Rute Perjalanan Udara
 Breakdown of public health measures (e.g.,
breakdown in vector control, leading to increased
abundance and distribution of Aedes aegyptii,
the mosquito vector of dengue, and hence a
spread of dengue hemorrhagic fever to the
Americas)
 Poverty and social inequality (e.g., poverty
can result in the eating of animals who have died
from disease, resulting in human infections such
as in the case of gastrointestinal anthrax in
humans)
 War and famine (e.g., civil unrest and natural
disasters). Any mass disruption and violence can
result in disruption of public health services,
especially preventive services, such as
immunizations and vector controls.
 Lack of political will (e.g., the lack of reporting
of global infectious diseases of interest for
political and economic reasons, such as with
SARS in China).
 Intent to harm (e.g., the intentional
distribution of Bacillus anthracis, the
etiologic agent of anthrax in the United
States in 2001).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.f
cgi?book=curriculum&part=A343
 Peningkatan ancaman penyakit-
penyakit infeksius yang bersumber
pada hewan merupakan dampak:
• Kerusakan lingkungan
• Deforestasi
• Pemanasan global
• Urbanisasi yang progresif
Deforestasi Hutan di Indonesia
(Prof Ani Mardiastuti)

29
Fakta …
• Deforestation, development of human habitat,
and mining activities have been suggested as risk
factors associated with the reemergence of
vampire bat rabies in humans in the Amazon Basin.
• In 2004, 46 persons died of rabies transmitted by
vampire bats, mainly in Brazil (22 cases) and
Colombia (14 cases); only 20 human cases of rabies
were transmitted by dogs in all Latin America
Prof Ani Mardiastuti
31
Hutan

32
Prof Ani Mardiastuti
Prof Ani Mardiastuti
Hutan 33
Kerusakan Hutan dan Gangguan Habitat
Satwa Liar di Indonesia (Prof Ani Mardiastuti)
Faktor Pemicu Pemunculan
Zoonosis Baru
1. Eksploitasi hutan tidak seimbang
dan selektif
2. Pengembangan pertanian yang
agresif
3. Peningkatan perdagangan
daging satwa liar (bushmeat)
Prof Ani Mardiastuti
The Major Factor …

increased contact
between humans and wildlife

INVASION INVITATION
Encroachment of human Movement of wildlife into
activity into wilderness areas of human activity due
areas to anthropological or
environmental disturbances
Orang Utan
• Potentially transmit
tuberculosis,
hepatitis (A, B
and C), HIV/AIDS,
Ebola (?) to human
• The infected Orang
Utan may not show a
clinical signs.
• January 2000
• West Java (Purwakarta,
Citeuruep) and Nusa
Tenggara (Bima)
• 3,000 birds were infected
by Anthrax (in Purwakarta
only)
• All Ostriches were
eradicated
Bushmeat
Modes of Zoonoses
• Medical
• xenotransplantation, vaccines and biological
products
• Occupational
• working with animal zoos, research facilities
• Recreational
• keeping pets, ecotourism
• Ecological
• sharing the same ecosystem
 Zoonosis membawa dampak terhadap
kesehatan masyarakat (sakit,
kematian, serta kecemasan dan
ketakutan), pembangunan
peternakan dan pertanian secara
umum, ekonomi, pariwisata, dan
konservasi hewan liar
Antraks pada kulit
(Babakan Madang, Bogor)

47
 Kebanyakan agen zoonosis
dikategorikan ancaman bioterorisme
potensial (CDC Amerika Serikat);
 Zoonosis penting di Indonesia yang
menjadi masalah kesehatan hewan dan
masyarakat saat ini antara lain: avian
influenza, rabies, antraks,
bruselosis, leptospirosis,
sistiserkosis, salmonelosis, dan
toksoplasmosis
 Pencegahan, pengendalian dan
pemberantasan zoonosis yang paling
efektif adalah pengendalian di
sumber, yaitu hewan, selain
penerapan pendekatan induk semang-
agen patogen-lingkungan dan
pendekatan multi-disiplin ilmu
Beberapa contoh
emerging zoonoses
• Ebola
• Bovine Spongiform Encephalopathy
• Nipah
• Rift Valley Fever
• Severe Accute Respiratory
Syndrome
• Avian Influenza
• Monkey Pox
Ebola
• Disebabkan oleh virus dari genus
Ebolavirus (Famili Filoviridae)
• Pertama kali diidentifikasi di Provinsi Sudan
dan wilayah yang berdekatan dengan Zaire
(Republik Congo) tahun 1976
• Inang alami = kelelawar buah; Virus
telah dideteksi pada daging simpanse,
gorila, Macaca fascicularis, wild entelope
Ebola...
• Raston Ebolavirus (salah satu spesies
Ebolavirus) ditemukan di Filipina; Tahun
2008 ditemukan pada babi selama wabah
porcine reproductive and respiratory
syndrome (PRRS)
• Transmisi antar manusia: kontak
langsung dengan cairan tubuh (diare,
muntah, perdarahan), kulit, dan membran
mukosa
Ebola...

• Inkubasi 2 – 21 hari; pada hampir


semua kasus, gejala klinis muncul 4-10
hari
• Kejadian penyakit pada manusia: akibat
konsumsi daging hewan liar
Ebola...

• Gejala klinis pada manusia: demam


tiba-tiba, kelemahan, nyeri otot, sakit
kepala, tenggorokan kering; diikuti
muntah, diare, ruam pada kulit, gangguan
fungsi ginjal dan hati, beberapa kasus ada
perdarahan internal dan eksternal
Virus Nipah
• Disebut juga: porcine respiratory and
neurological syndrome, porcine respiratory and
encephalitis syndrome (PRES), barking pig
syndrome (BPS)
• Disebabkan oleh virus Nipah, genus Morbilivirus,
dari Famili Paramyxoviridae; virus RNA; virus
mempunyai amplop, sehingga tidak tahan
terhadap pelarut lemak (eter, formalin, beta-
propiolakton, deterjen)
Virus Nipah...

• Nipah adalah salah satu penyakit hewan


yang menyebabkan radang otak yang
dapat mematikan dan dapat menyerang
manusia (zoonosis)
• Umumnya virus dari Genus Morbili dapat
bertahan dalam ekskresi atau gelembung
air, sehingga penularan secara aerosol
(inhalasi) sangat efektif
Virus Nipah...

• Virus sangat stabil pada suhu 70 °C, pH


pertumbuhan yang baik 7.0 – 8.0
• Virus tidak tahan terhadap asam dan
pemanasan suhu 56 °C selama lebih dari 1
jam
Virus Nipah...

• Awalnya penyakit ini sering dikaitkan dengan


penyakit Hendra, namun CDC Amerika
melaporkan bahwa penyakit ini disebabkan oleh
virus Morbili, yang secara serologis bereaksi
dengan virus Hendra, tetapi berdasarkan
sekuen genomnya tidak identik dengan virus
Hendra, sehingga menamakannya virus Nipah 
nama tempat terjadinya kasus ini di Sungai
Nipah, negara bagian Negeri Sembilan Malaysia
Virus Nipah...

• Induk Semang
 Virus Nipah dapat menginfeksi babi, kuda,
kucing, anjing, kelelawar (fruit bat,
genus Pteropus), kambing, burung, dan
tikus
 Induk semang alami: kelelawar pemakan
buah  babi (amplifier host)
• Penyebaran: terbatas pada
Malaysia dan Singapur
Virus Nipah...

• Infeksi virus Nipah baru dikenal ketika kasus


ensefalitis yang menghebohkan pertama kali
dilaporkan di negara bagian Perak Malaysia,
September 1988  menyebar ke Negeri Sembilan
April 1999 (39% dari 258 kasus ensefalitis pada
manusia  meninggal)
• Kasus di Indonesia: 2 orang Indonesia yang
bekerja di suatu peternakan babi di Malaysia yang
terkena wabah virus Nipah  menderita ensefalitis
(masuk RSU Batam, 24 Maret 1999)  meninggal
Virus Nipah...

• Reservoir virus Nipah: kelelawar  tidak dapat


menularkan ke hewan lain;
• Babi dapat mengamplifikasi virus dan menularkan
ke hewan lain (babi, kuda, anjing) dan manusia
• Penularan melalui: inhalasi, aerosol, kontak
langsung dengan darah, cairan tubuh atau
ekskresi infeksius (air kencing, saliva, gelembung
air yang dikeluarkan dari pernafasan baik mulut
maupun hidung) dari hewan terinfeksi
Virus Nipah...

• Gejala Klinis:
 Tidak semua babi terinfeksi menunjukkan gejala
klinis
 Gejala klinis infeksi Nipah: (1) bentuk
ensefalitis dan (2) bentuk pernafasan 
umumnya gangguan pernafasan pada babi,
sedangkan gangguan syaraf pusat pada manusia
Virus Nipah...

 Babi:
 demam tinggi 40 °C disertai gangguan
pernafasan (batuk yang keras; dikenal one
mile cough), sesak nafas (sehingga babi selalu
buka mulutnya), ingusan yang dapat disertai
darah; gangguan pernafasan kadang disertai
gangguan syaraf (tremor, inkoordinasi seperti
menggigit besi kandang, kejang-kejang yang
dapat menimbulkan kematian pada babi
dewasa)
Virus Nipah...

 Babi induk dan jantan: gejala klinis sering


tidak muncul, bahkan langsung
menimbulkan kematian
 Penyebaran infeksi dalam satu peternakan
sangat cepat  penyakit sangat kontagius
 Infeksi pada babi bunting: keguguran
Virus Nipah...

 Masa inkubasi: 7 – 14 hari


 Gejala ensefalitis sering terlihat pada
induk babi, sedangkan gejala
pernafasan pada babi muda (6 – 8
bulan)
Virus Nipah...

 Anjing
 Mirip gejala Distemper:
konjungtivitis, mata berair, ingusan,
kadang-kadang disertai sesak nafas

 Kucing
 Gangguan pernafasan
Virus Nipah...

 Manusia
 Demam tinggi selama 3 – 14 hari, diare,
gangguan pernafasan, batuk, ingusan, dan
paling sering gejala ensefalitis (depresi, sakit
kepala yang hebat, inkoordinasi, konvulsi,
epilepsi, dan pada stadium lanjut menyebabkan
koma dan akhirnya meninggal
 Masa inkubasi pada manusia: 4 – 18 hari (masa
inkubasi virus Hendra >3 bulan)
Virus Nipah...

• Kasus pandemi virus Nipah di Malaysia


(September 1998 – April 1999): 265
terinfeksi, 105 diantaranya meninggal
• 93% kasus virus Nipah tersebut terjadi
pada pekerja yang berhubungan dengan
babi dan hasil produknya
Hendra Virus
• Merupakan salah satu penyakit hewan yang
menyerang kuda yang menyebabkan kematian
dan dapat menyerang manusia (zoonosis)
• Penyakit ini hanya terjadi di daerah Hendra,
Australia; belum dilaporkan di negera lain
Hendra virus...

• Disebabkan oleh virus Hendra, genus Morbilivirus,


famili Paramyxoviridae; virus memiliki amplop
(tidak tahan pelarut lemak); Virus dapat bertahan
hidup dalam ekskresi dan gelembung air (penularan
secara aerosol atau inhalasi sangat efektif); Virus
tidak tahan asam dan pemanasan 56 °C > 1 jam
• Induk semang alami: kelelawar; Kuda dapat
terinfeksi dan menularkan kepada spesies lainnya
(termasuk manusia)
Hendra virus...
• Pertama kali ditemukan di Brisbane Australia
tahun 1994 pada 2 ekor kuda yang mati
mendadak  sebulan kemudian, 13 kuda sakit
dengan gejala meningitis
• Penularan virus Hendra = virus Nipah
• Penularan: kuda-kuda; kuda-hewan lain; kuda-
manusia
• Infeksi virus Hendra dikategorikan tidak terlalu
kontagius
Hendra virus...

• Gejala Klinis
Kuda: Gejala klinis sangat cepat terjadi,
umumnya kuda sekarat 36 jam setelah
gejala klinis; demam 40 °C, respirasi
cepat, denyut jantung cepat (indikator
kuda akan mati), aksia, kepala dibentur-
bentur, ingusan; masa inkubasi 6 – 12
hari
Rift Valley Fever
• Disebabkan oleh virus dari Genus Phlebovirus,
Famili Bunyaviridae
• Virus diisolasi sejak tahun 1930 dari suatu kasus
epidemik pada domba pada peternakan di Rift
Valley Kenya  kemudian jadi pandemi di Afrika
Utara (pada hewan dan manusia)  September
2000 menyebar di negara-negara Arab dengan
penyakit yang lebih parah
Rift Valley Fever...

• Vektor: nyamuk Aedes sp.


• Transmisi: kontak langsung dengan darah, cairan
tubuh dan organ tubuh hewan yang terinfeksi;
inhalasi pada laboratorium
• Inkubasi: 2 – 6 hari
• Gejala klinis pada manusia: mirip influenza,
demam tiba-tiba, sakit kepala, nyeri otot, sakit
punggung; beberapa penderita mengalami
kekakuan pada leher, fotofobia, dan muntah
Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS)
• Disebabkan oleh Coronavirus
• Epidemi SARS terjadi Provinsi Guangdong Cina
pada Februari 2003
• Peneliti menemukan adanya kesamaan dari
beberapa Coronavirus pada hewan liar yang dijual
untuk konsumsi manusia di pasar-pasar China
Selatan dengan Coronavirus penyebab SARS
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)...

• Namun sampai kini, belum ditemukan bukti yang


menyatakan bahwa hewan liar memiliki peran
dalam kejadian pandemi SARS
• Virus SARS memiliki kemiripan dengan virus
penyebab pneumonia dan influenza
Finally and most importantly, a
holistic approach must be adopted
to meet present and future
challenges by getting physicians,
veterinarians, biologists,
sociologists and many others to
cooperate for a One Health
approach closely linking human
and veterinary medicine
Disease knows no
boundaries and
borders are porous
to disease
Kemel, W. Health dilemma at the borders: a call for
global action. In: Proceedings of the 34th Session of
the WHO Advisory Committee on Health Research;
1996 Oct; Geneva, Switzerland. Geneva: World Health
Organization; 1996.

79
Veterinarian is in the
front line in prevention,
control and combating
of zoonoses
Dream as if you’ll live forever,
live as if you’ll die today
(James Dean)

The future belongs to those


who believe in the beauty of
their dreams
(Eleanor Roosevelt)

You might also like