You are on page 1of 19
Ee a Gi py ‘Ss WB. LE UNIVERSITAS TERBUKA DISUSUN Oo E E H NOPALIA NIM: 030968248 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya serta ditambah dengan semangat dan kerja keras sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “AKUNTABILITAS PELAYANAN PUBLIK”. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Manajemen Pelayanan Publik. Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan, makalah ini. Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Ruang Lingkup Penulisan CC. Tujuan dan Manfaat Penulisan BAB II KAJIAN TEORITIK . Teori Akuntabilitas Publik . Pengertian Akuntabilitas Publik Prinsip-prinsip Akuntabilitas Publik Fungsi dan Jenis Akuntabilitas Publik Teori Pelayanan Publik Pengertian Pelayanan Pengertian Pelayanan Publik Jenis-jenis Pelayanan Publik Asas Pelayanan Publik Pyeyr Poy Ill PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN Permasalahan Hambatan dalam pelaksanaan dan mengembangkan akuntabilitas pelayanan publik Kondisi dan problematika akuntabilitas pelayanan publik yang Iemah di Indonesia D. Pembahasan 1) Upaya meningkatkan pelaksanaan dan mengembangkan akuntabilitas pelayanan publik 2) Reformasi birokrasi dalam menghadapi kondisi dan problematika di Indonesia =o » BAB IV PENUTUP E. Kesimpulan BABI PENDAHULUAN a) Latar Belakang Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) terletak pada seberapa jauh kolaborasi dan sinegritas antara tiga pilar bernegara yaitu rakyat, pemerintah dan pengusah secaar kohesif, selaras dan seimbang. Untuk itu akuntabilitas pelayanan public akan menjadi titik krusial bagi arah perkembangan demokrasi di Indonesia dalam waktu sekarang ini. Akuntabilitas (accountability) merupakan ukuran yang menunjukkan apakah aktivitas birokrasi publik atau pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan public tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya, Di kebanyakan negara berkembang, perhatian utama terhadap Good Governance dalam kaitan dengan penggunaan otoritas dan manajemen sektor publik, adalah pervasifnya korupsi yang cenderung menjadi karakter tipikal yang melekat. Bahkan di beberapa negara terbukti bahwa budaya korupsi telah begitu melekat di dalam birokrasi pemerintah yang justru ditandai oleh kelangkaan sumber daya. Dalam konteks itu, absennya akuntabilitas sangat menonjol dan menjadi satu karakter dominan budaya administrasi selama periode tertentu. Hingga sekarang ini kualitas pelayanan publik masih diwarnai berbagai masalah seperti pelayanan yang sulit untuk diakses, prosedur yang berbelit-belit ketika harus mengurus suatu perijinan tertentu, biaya yang tidak jelas, serta terjadinya praktek pungutan liar (pungli), merupakan indikator rendahnya kualitas pelayanan publik di Indonesia. Dimana hal ini juga sebagai akibat dari berbagai permasalahan pelayanan publik yang belum dirasakan eksistensinya oleh rakyat. Disamping itu, terdapat pula kecenderungan adanya ketidakadilan dalam pelayanan publik dimana masyarakat yang tergolong miskin akan sulit mendapatkan pelayanan. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki "wang", dengan sangat mudah bisa mendapatkan segala yang diinginkan, Apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan ini terus-menerus terjadi, maka pelayanan yang diskriminatif ini akan berpotensi menimbulkan konflik laten dalam kehidupan berbangsa. Potensi ini antara lain kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, perbedaan yang lebar antar yang kaya dan miskin dalam konteks pelayanan, peningkatan ekonomi yang lamban, dan pada tahapan tertentu dapat meledak dan merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan Kejadian-kejadian tersebut lebih disebabkan karena paradigma pemerintahan yang masih belum mengalami perubahan mendasar dari paradigma pelayanan konvensional. Paradigma lama tersebut ditandai dengan perilaku aparatur negara di lingkungan birokrasi yang masih menempatkan dirinya untuk dilayani, dan bukannya untuk melayani (to serve). Padahal pemerintah menurut paradigma pelayanan prima seyogyanya melayani bukan dilayani. Adalah lebih baik, dalam era demokratisasi dan desentralisasi saat ini, seluruh perangkat birokrasi perlu menyadari bahwa hakikat pelayanan berarti pula semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam membangun, yang dimanifestasikan antara lain dalam perilaku "melayani, bukan dilayani", "mendorong, bukan menghambat", "mempermudah, bukan mempersulit’, "sedethana, bukan berbelit-belit”, "terbuka untuk setiap orang, bukan hanya untuk segelintir orang (Mustopadidjaja AR, 2002).” b) Ruang Lingkup Penulisan 1. Apa yang dimaksud dengan akuntabilitas ? 2. Apa yang dimaksud dengan pelayanan publik? 3. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan dan pengembangan akuntabilitas pelayanan publik? 4. Bagaimana kondisi dan problematika akuntabilitas pelayanan publik yang lemah di Indonesia? 5, Bagaimana upaya meningkatkan pelaksanaan dan pengembangan akuntabilitas pelayanan publik? 6. Bagaimana menghadapi kondisi dan problematika akuntabilitas pelayanan publik yang lemah di Indonesia? ©) Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Untuk mengetahui definisi dari akuntabilitas, 2. Untuk mengetahui definisi dari pelayanan publik. 3. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan dan pengembangan akuntabilitas pelayanan publik. 4. Untuk mengetahui kondisi dan problematika akuntabilitas pelayanan publik yang lemah di Indonesia. 5. Untuk mengetahui upaya meningkatkan pelaksanaan dan pengembangan akuntabilitas pelayanan publik. 6. Untuk mengetahui cara menghadapi kondisi dan problematika akuntabilitas pelayanan publik yang lemah di Indonesia. BAB IL KAJIAN PUSTAKA A. Teori Akuntabilitas Publik 1. Pengertian Akuntabilitas Publik Akuntabilitas merupakan salah satu pilar good government yang merupakan pertanggung jawaban pemerintah dalam mengambil suatu keputusan untuk kepentingan publik, dalam hal ini sebagaimana pertanggung jawaban pemerintah terhadao pelayanan public yang diberikan. Menurut Mardiasmo, akuntabilitas adalah bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yabg dilaksanakan secara periodik. Menurut Menurut Mahmudi, akuntabilitas adalah kewajiban agen (pemerintah) untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pemberi mandat (prinsipal). Dari pengertian diatas secara umum akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memberikan pertanggung jawaban yang dilakukan oleh unit organisasi atau pihak-pihak yang berekpentingan secara terbuka kepada pihak-pihak yang memberikan pertanggungjawaban tersebut. 2. Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Prinsip akuntabilitas menuntut dua hal yaitu kemampuan dalam menjawab, dan konsekuensi. Komponen pertama (istilah yang bermula dari responsibilitas) adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara periodik setiap pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana mereka menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya yang telah dipergunakan, dan apa yang telah tercapai dengan menggunakan sumber daya tersebut. Dalam pelaksanaan akuntabilitas di lingkungan instansi pemerintah, seperti dikutip oleh LAN dan BPKP perlu memperhatikan prinsip- prinsip sebagai berikut 1) Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel. 2) Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3) Harus dapat menunjukan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 4) Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh. 5) Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas. 3. Fungsi dan Jenis Akuntabilitas Publik a. Fungsi akuntabilitas Publik Menurut Mardiasmo (2004:69) agar dapat berfungsi dengan baik, dalam menerapkan suatu sistem akuntabilitas perlu diterapkan : 1) Pernyataan yang jelas mengenai tujuan dan sasaran dari kebijakan dan program. Hal terpenting dalam membentuk suatu sistem akuntabilitas adalah mengembangkan suatu_ pernyataan dengan tetapi kebanyakan dari pernyataan tujuan dibuat terlalu luas sehingga terlalu sulit pengukurannya. Untuk itu diperlukan suatu pernyataan yang realistis dan dapat diukur. 2) Pola pengukuran tujuan; setelah tujuan dibuat dan hasil dapat diidentifikasi, perlu ditetapkan suatu indikator kemajuan yang mengarah pada pencapaian tujuan dan hasil. Memilih indicator untuk mengukur sutau arah kemajuan pencapaian tujuan ktujuan dan hasil. Memilih indikator untuk mengukur suatu arah kemajuan pencapaian tujuan kebijakan dan sasaran program memerlukan cara dan metede tertentu agar indikator terpilih dapat mencapai hal yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. 3) Pengakomodasian sistem intensif; suatu sistem intensif perlu disertakan dalam sistem akuntabilitas. Penerapan sistem intensif harus diterapkan dengan hati-hati, karena adakalanya sistem insentif akan mengakibatkan hasil yang berlawanan dengan yang direncanakan. 4) Pelaporan dan penggunaan data; suatu sistem akuntabilitas kinerja akan dapat menghasilkan data yang cukup banyak. Informasi yang dihasilkan tidak akan berguna kecuali dirancang dengan hati-hati, dalam arti informasi yang disajikan benar-benar berguna bagi pemimpin, pembuat keputusan dan program serta masyarakat. 5) Pengembangan kebijakan dan manajemen program yang dikoordinasikan untuk mendorong akuntabilitas. b. Jenis Akuntabilitas Publik Menurut Mardiasmo, Akuntabilitas terdiri dari dua macam yaitu : 1) Akuntabilitas vertikal (internal) Setiap pejabat atau petugas publik baik individub maupun kelompok secara hierarki berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada atasan langsungnya mengenai perkembangan kinerja atau hasil pelaksanaan kegiatan secara periodik maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. 2) Akuntabilitas Horizontal (eksternal) Akuntabilitas horizontal (eksternal) melekat pada setiap lembaga negara sebagai suatu organisasi untuk mempertanggungjawabkan semua amanat yang telah diterima dan dilaksanakan ataupun perkembangannya untuk dikomunikasikan kepada pihak ekternal (masyarakat luas) dan lingkungannya (public or external accountability and environment). B. Teori Pelayanan Publik 1. Pengertian Pelayanan Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan organisasi dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan, dilakukan dengan sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima dan pemberi layanan. Menurut A.S Moenir, pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang dinamakan pelayanan. Jadi dapat dikatakan pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membantu menyiapkan atau mnegurus apa yang diperlukan orang lain. Dari definisi tersebut dapat dimaknai bahwa pelayaann adalah aktivitas yang dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan pemberi pelayanan yang menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga perusahaan. 2, Pengertian Pelayanan Publik Pengertian pelayanan publik menurut A.S Moenir adalah suatu usaha yang dilakukan kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Pelayanan publik merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak dibidang jasa baik itu orang yang bersifat komersial atupun yang bersifat non komersial. Namun dalam pelaksanaanya terdapat aantara pelayanan yang dilakukan oleh orng yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh pihak swasta dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh organisasi non komersial yang biasanya adalah pemerintah. Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipinya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di pusat, daerah, dan dilingkungan BUMN atau BUMD dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Jenis-jenis Pelayanan Publik Timbulnya pelayanan publik dikarenakan adanya kepentingan, dan kepentingan tersebut bermacam-macam bentuknya sehingga pelayanan publik yang dilakukan juga ada beberapa macam. Berdasarkan keputusan MENSAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 kegaiatan pelayanan publik antara lain: a. Pelayanan administratif Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik b. Pelayanan barang Yaitu pelayanan yang mengahsilkan berbagai bentuk atau jenis barang yang digunakan oleh publik. c. Pelayanan jasa Yaitu pelayanan yang mengahsilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik. 4. Azas Pelayanan Publik a, Azas Pelayanan Publik Secara teoritis tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang profesional, kemudian Lijan Poltak ‘Sinambela mengemukakan azas-azas dalam pelayanan publik adalah : 1) Transparansi Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2) Akuntabilitas Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3) Kondisional Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efesiensi dan efektivitas 4) Partisipatif Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelyaanan publik dengan meperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat. 5) Keamanan hak Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan status ekonomi. 6) Kesimbangan hak dan kewajiban Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak. BAB III PEMBAHASAN A. PERMASALAHAN 1, Hambatan Dalam Pelaksanaan dan Pengembangan Akuntabilitas Pelayanan Publik Usaha-usaha pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam rangka mewujudkan prinsip akuntabilitas publik selama ini telah diupayakan, namun masih banyak kekurangan yang tercermin dalam bentukbentuk aksi masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah perlu lebih teliti dalam mencari penyebabnya apakah dalam rumusan bentuk pertanggungjawaban atau mekanisme pertanggungjawaban serta komitmen pelaksananya. Artinya, pemerintah harus terus mencari suatu formula yang baik, sehingga akuntabilitas publik ini dapat berjalan efektif, dan ketidakpuasan masyarakat yang muncul dalam bentuk aksi-aksi demonstrasi dapat diredam atau setidaknya diminimalkan. Selama ini, bentuk pertanggungjawaban atau akuntabilitas publik (seperti laporan pertanggungjawaban) dari pemerintah terus diupayakan penyempurnaannya. Sedangkan mekanisme pertanggungjawaban yang masih dikembangkan adalah menggunakan mekanisme pertanggungjawaban melalui DPR/DPRD. Sementara mekanisme akuntabilitas publik kepada masyarakat secara langsung belum dikembangkan, meskipun di masa-masa yang akan datang hal ini mungkin saja dilakukan. Terkait dengan mekanisme akuntabilitas publik tersebut, model yang dapat diterapkan adalah model “Manajemen Interaksi 4 pilar dan 6 lini”. Keempat pilar tersebut adalah pemda, DPRD, masyarakat dan kelompok mediasi. Interaksi yang ingin dibangun di antara 4 pilar tersebut adalah adanya sinergitas di antara keempat pilar tersebut dalam domain hukum. Ini berarti bahwa setiap pihak dalam. melakukan interaksi harus mendasarkan diri dan berpedoman pada ketentuan-ketentuan hukum yang ada. Jika ini dapat dilakukan dengan baik, maka masing- masing pihak memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindakan yang dilakukan dalam penyelenggaraan pembangunan, Dalam konteks pembangunan daerah, akuntabilitas publik mencakup hal-hal sebagai berikut: penyusunan regulasi, kebijakan publik, Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) kepala daerah yang berb: Renstra, mekanisme temu publik, sistem informasi pembangunan, unit pengaduan masyarakat, standar pelayanan, sistem perencanaan program pembangunan, pola pembiayaan dalam APBD, resolusi konflik dan manajemen interaksi pembangunan. Sedangkan indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh penyelenggara pemerintahan antara lain meliputi meningkatnya kepercayaan dan keterpuasan masyarakat terhadap pemerintahannya, tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk melaksanakan program-program pemerintah, meningkatnya keterwakilan berdasarkan pilihan dan kepentingan masyarakat, serta berkurangnya kasus-kasus Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Dengan demikian, hambatan utama bagi terselenggaranya akuntabilitas publik adalah ada tidaknya political will dari pemerintah. 2. Kondisi dan Problematika Akuntabilitas Pelayanan Publik Yang Lemah Di Indonesia Rendahnya kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang diarahkan kepada birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan publik di erareformasi merupakan seluruh masyarakat, namun dalam. perjalanannya, ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berbagai tanggapan justru cenderung menunjukkan bahwa berbagai jenis pelayanan publik. Mengalami kemunduran yang sebagai di tandai dengan banyaknya penyimpangan dalam layanan publik tersebut. Sistem dan prosedur layanan yang berbeblit-belit dan sumber daya manusia yang lamban dalam memberikan pelayanan publik juga merupakan aspek layanan publik yang banyak disoroti Hal yang membuat birokrasi lemah kinerja dalah mekanismenya yang sangat hirarkis. Ini terlihat dari budaya kerja bahwa setiap pekerjaan/urusan harus menunggu petunjuk, perintah, dan perseujuan dari atasan. Akibat dari kreatifitas, inisiatif dan sikap kemandirian birokrat yang kurang berkembang. Akuntabilitas publik menjadi salah satu prinsip dari 10 prinsip dalam good governance, “Akuntabilitas Publik” itu sendiri dapat dipahami sebagai setiap aktifitas yang berkaitan dengan kepentingan publik/luar organisasi dimana organisasi perlu atau wajib mempertanggungjawabkan, melaporkan, menjelaskan, memberikan alasan, menjawab, memikul tanggung jawab, kewajiban untuk memberikan perhitungan, dan tunduk kepada penilaian (judgement) dari publik/luar. Dalam bahasa yang lebih ringkas, akuntabilitas publik menyangkut bagaimana suatu organisasi mempertanggungjawabkan kinerjanya ke publik untuk mendapatkan penilaian dari publik organisasi tersebut. Dari definisi seperti ini maka kita dapat mengidentifikasi elemen-elemen dari prinsip akuntabilitas publik, yaitu: pertama, adanya kewajiban bagi birokrasi untuk mempertanggungjawabkan tindakan maupun keputusannya kepada publik. Kedua, yang melakukan penilaian tersebut adalah institusi sosial politik atau tepatnya publik yang berada di luar birokrasi Sementara itu, dari berbagai pengalaman empiris yang ditemukan di lapangan, implementasi akuntabilitas publik yang dilakukan oleh pemerintah, ternyata dalam kondisi nyata di lapangan menimbulkan rasa ketidakpuasan di kalangan masyarakat. Ketidakpuasan tersebut menyangkut berbagai bidang seperti akuntabilitas kebijakan, peraturan maupun tindakan yang dilakukan oleh para penyelenggara pemerintahan dalam pembangunan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Bukti dari ketidakpuasan tersebut, tercermin dari maraknya berbagai demo yang digelar oleh berbagai elemen masyarakat terhadap berbagai kebijakan, peraturan maupun tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Namun demikian, walaupun prinsip akuntabilitas ini masih menyisakan banyak ketidakpuasan di kalangan masyarakat, tetapi kita tidak boleh berhenti. Kita harus menyadari bahwa perwujudan good governance secara umum dan prinsip akuntabilitas secara khusus adalah merupakan proses yang panjang dan tidak berkesudahan. B. PEMBAHASAN 1, Upaya Meningkatkan Pelaksanaan dan Mengembangkan Akuntabilitas Pelayanan Publik Dalam pelaksanaan akuntabilitas di instansi pemerintah, harus memegang teguh tiga prinsip yaitu pertama, Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang bersangkutan; kedua, Berdasarkan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangundangan yang berlaku ; ketiga, menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa metode untuk menegakan akuntabilitas antara lain : A. Kontrol Legislatif Legislatif melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan melalui diskusi dan sejumlah komisi di dalamnya. Jika komisi-komisi legislatif dapat berfungsi secara efektif, maka mereka dapat meningkatkan kualitas pembuatan keputusan (meningkatkan responsivitasnya terhadap kebutuhan dan tuntutan masyarakat), mengawasi penyalahgunaan kekuasaan pemerintah melalui investigasi, dan menegakkan kinerja. B. Akuntabilitas Legal Ini merupakan karakter dominan dari suatu negara hukum. Pemerintah dituntut untuk menghormati aturan hukum, yang didasarkan pada badan peradilan yang independen. Aturan hukum yang dibuat berdasarkan landasan ini biasanya memiliki sistem peradilan, dan semua pejabat publik dapat dituntut pertanggung jawabannya di depan pengadilan atas semua tindakannya. C. Desentralisasi dan Partisipasi Akuntabilitas dalam pelayanan publik juga dapat ditegakkan melalui struktur pemerintah yang terdesentralisasi dan partisipasi. Terdapat beberapa situasi khusus di mana berbagai tugas pemerintah didelegasikan ke tingkat lokal yang dijalankan oleh para birokrat lokal yang bertanggung jawab langsung kepada masyarakat lokal. Legitimasi elektoral juga menjadi faktor penting seperti dalam kasus pemerintah pusat. Tetapi cakupan akuntabilitas di dalam sebuah sistem yang terdesentralisasi lebih merupakan fungsi otonomi di tingkat lokal. D. Kontrol Administratif Internal Pejabat publik yang diangkat sering memainkan peran dominan dalam menjalankan tugas pemerintahan karena relatif permanennya masa jabatan serta keterampilan teknis, Biasanya, kepala-kepala unit pemerintahan setingkat menteri diharapkan dapat mempertahankan kontrol hirarkis terhadap para pejabatnya dengan dukungan aturan dan regulasi administratif dan finansial dan sistem inspeksi. E. Media massa dan Opini Publik Hampir di semua konteks, efektivitas berbagai metode dalam menegakkan akuntabilitas sebagaimana diuraikan di atas sangat tergantung tingkat dukungan media massa serta opini publik. Tantangannya, misalnya, adalah bagaimana dan sejauh mana masyarakat mampu mendayagunakan media massa untuk memberitakan penyalahgunaan kekuasaan dan menghukum para pelakunya. Terdapat 3 faktor yang menentukan dampak aktual dari media massa dan opini publik. Pertama, kebebasan berekspresi dan berserikat harus diterima dan dihormati. Di banyak negara, kebebasan tersebut dilindungi dalam konstitusi. Derajat penerimaan dan rasa hormat umumnya dapat diukur dari peran media massa (termasuk perhatian terhadap pola kepemilikan) dan pentingnya peran kelompok kepentingan, asosiasi dagang, organisasi wanita, lembaga konsumen, koperasi, dan asosiasi profesional. Kedua, pelaksanaan berbagai tugas pemerintah harus transparan. Kuncinya adalah adanya akses masyarakat terhadap informasi. Hal ini harus dijamin melalui konstitusi (misalnya, UU Kebebasan Informasi) dengan hanya mempertimbangkan pertimbangan keamanan nasional (dalam pengertian sempit) dan privasi setiap individu. Informasi yang dihasilkan pemerintah yang seharusnya dapat diakses secara luas antara lain meliputi anggaran, akuntansi publik, dan laporan audit. Tanpa akses terhadap beragam informasi tersebut, masyarakat tidak akan sepenuhnya menyadari apa yang dilakukan dan tidak dilakukan pemerintah dan efektivitas media massa akan sedikit dibatasi. Ketiga, adanya pendidikan sipil yang diberikan kepada warga negara, pemahaman mereka akan hak dan kewajibannya, di samping kesiapan untuk menjalankannya. Di sisi yang lain, agar sistem ini berjalan efektif ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Salah satu syaratnya adalah adanya political will yang kuat dari para pelaksananya termasuk dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah agar bersedia mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada publik. Disamping itu, oleh karena good governance diharapkan dapat menjadi suatu gerakan berpikir, berucap, dan bertindak dari segenap lapisan masyarakat, terutama jajaran pemerintah dalam aktifitas kesehariannya dengan didukung oleh komitmen politik yang kuat dan kepastian hukum, maka hal ini menjadi tantangan berikutnya dalam menjalankan akuntabilitas publik. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana memahamkan good governance ini kepada semua pihak sehinga tujuan-tujuan di atas dapat dicapai. Selanjutnya, dalam rangka mewujudkan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, birokrasi pemerintah dituntut untuk dapat memenuhi harapan-harapan ideal masyarakat. Karena eksistensi birokrasi pemerintah pada dasarnya diadakan dalam rangka memenuhi tujuan masyarakat, tujuan demokrasi dan tujuan negara pada umumnya, sehingga birokrasi memang seharusnya memerlukan ciri-ciri ideal dan mekanisme pertanggungjawaban kepada masyarakat. Aktualisasi dari pertanggungjawaban tersebut dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang ada dengan komitmen politik maupun mekanisme pertanggungjawabannya, Sedangkan instrumen-instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara pemerintahan serta sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas. Dengan demikian, prinsip akuntabilitas publik seharusnya merujuk pada ada atau tidaknya prosedur, yang diwujudkan dalam bentuk peraturan perundangundangan yang secara hukum dapat diandalkan dalam rangka menjamin berjalannya prinsip-prinsip pemerintahan yang baik sebagai instrumen dasar akuntabilitas publik. 2. Reformasi Birokrasi Dalam Menghadapi Kondisi dan Problematika Akuntabilitas Pelayanan Publik Di Indonesia Untuk menyempurnakan sistem ini di masa yang akan datang, pemerintah harus mengembangkan suatu sistem standar akuntansi dan ini harus disebarluaskan kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan mempunyai pemahaman yang baik mengenai hal tersebut, sehingga sistem ini akan berjalan secara efektif. Oleh karenanya harus dihindarkan kecenderungan yang mungkin terjadi dimana masing-masing instansi mempunyai standart akuntabilitas sendiri, sehingga penerapannya di tingkat nasional mengalami kesulitan. Di samping itu, ketiadaan standart baku akan mengacaukan sistem secara keseluruhan. Selanjutnya, dalam rangka mewujudkan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, birokrasi pemerintah dituntut untuk dapat memenuhi harapan-harapan ideal masyarakat. Karena eksistensi birokrasi pemerintah pada dasarnya diadakan dalam rangka memenuhi tujuan masyarakat, tujuan demokrasi dan tujuan negara pada umumnya, sehingga birokrasi memang seharusnya memerlukan ciri-ciri ideal dan mekanisme pertanggungjawaban kepada masyarakat. Aktualisasi dari pertanggungjawaban tersebut dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang ada dengan komitmen politik maupun mekanisme pertanggungjawabannya. Sedangkan instrumen-instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara pemerintahan serta sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas. Dengan demikian, prinsip akuntabilitas pelayanan publik seharusnya merujuk pada ada atau tidaknya prosedur, yang diwujudkan dalam bentuk peraturan_ perundang-undangan yang secara hukum dapat diandalkan dalam rangka menjamin berjalannya prinsip-prinsip pemerintahan yang baik sebagai instrumen dasar akuntabilitas publik. Selain itu juga perlu adanya komitmen politik yang kuat untuk terselenggaranya akuntablitas itu sendiri dan mekanisme pertanggungjawabannya. Sebab tanpa adanya komitmen politik, seindah apapun model akuntabilitas publik dikembangkan, maka model tersebut tetap tidak akan pernah berjalan efektif. Di sisi yang Jain, kemauan masyarakat untuk turut mengoreksi setiap tindakan pemerintah juga menjadi elemen kunci bagi suksesnya pelaksanaan akuntabilitas pelayanan publik ini, karena akuntabilitas publik menyangkut pula dimensi masyarakat sebagai pihak yang paling utama dalam proses tersebut. Nilai akuntabilitas sangat penting diadopsi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Hal ini didasarkan pada argumen bahwa eksistensi atau keberadaan sebuah negara, tergantung pada masyarakatnya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban bagi negara untuk memberikan pelayanan dengan baik dan bertanggung jawab. Semakin kompleks dan berkembangnya kebutuhan masyarakat dewasa ini, menjadikan penyelenggaraan pelayanan publik tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan juga melibatkan sektor swasta di dalamnya. Dalam konteks pemerintah, istilah akuntabilitas kinerja sudah tidak asing lagi didengar seiring dengan disusunnya Road Map Reformasi Birokrasi. Road map tersebut mengamanatkan 3 (tiga) sasaran utama reformasi birokrasi, yaitu 1) birokrasi yang bersih dan akuntabel; 2) birokrasi yang efektif dan efisien; serta 3) birokrasi yang memiliki pelayanan publik yang berkualitas. Karena itu, birokrasi bisa dipahami melalui peran dan kemampuannya, menunjang pelaksanaan sistem pemerintah baik dalam merespon berbagai permasalahan maupun dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Inti salah satu birokrasi yang profesional adlah memberikan pelayanan publik terhadap masyarakat, sehingga cita-cita, inisitaif dan upaya-upaya birokrasi perlu diarahkan guna memilki wawasan pelayanan publik. Birokrasi hadir sebagai kreasi dari penguasa untuk memberikan pelayanan kepada penguasa dengan tujuan untuk memperluas dan memperbesar serta mempertahankan kekuasaan. Dengan reformasi birokrasi dilakukan konsep pelayanan pun dilakukan perubahan dari orientasi pelayanan penguasa sampai saatnya menuju orientasi pelayanan publik. BABIV PENUTUP A. KESIMPULAN Kesimpulan dalam makalah ini adalah : 1. Akuntabilitas publik adalah sebagai suatu upaya untuk memberikan pertanggung jawaban yang dilakukan oleh unit organisasi atau pihakpihak yang berekpentingan secara terbuka kepada pihak-pihak yang memberikan pertanggungjawaban tersebut. pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipinya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di pusat, daerah, dan dilingkungan BUMN atau BUMD dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Hambatan dalam pelaksanaan akuntabilitas pelayanan publik yaitu pemerintah yang belum teliti dalam mencari penyebabnya apakah dalam rumusan bentuk pertanggungjawaban atau mekanisme pertanggungjawaban serta komitmen pelaksananya. Artinya, pemerintah harus terus mencari suatu formula yang baik, sehingga akuntabilitas publik ini dapat berjalan efektif, dan ketidakpuasan masyarakat yang muncul dalam bentuk aksi-aksi demonstrasi dapat diredam atau setidaknya diminimalkan. 4. Problematika dalam akuntabilitas publik di Indonesia adalah Rendahnya kualitas pelayanan publik merupakan salah satu sorotan yang diarahkan kepada birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Perbaikan pelayanan publik di erareformasi merupakan seluruh masyarakat, namun dalam perjalanannya, ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan. 5. Upaya dalam meningkatkan pelaksanaan dan mengembangkan akuntabilitas pelayan publik adalah political will yang kuat dari para pelaksananya termasuk dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah agar bersedia mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada publik, pemerintah harus memegang teguh prinsip yang merujuk ada atau tidaknya prosedur prinsip. 6. Untuk menyempurnakan sistem ini di masa yang akan datang, pemerintah harus mengembangkan suatu sistem standar akuntansi_ dan ini harus disebarluaskan kepada masyarakat dan mewujudkan » akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, birokrasi pemerintah dituntut untuk dapat memenuhi harapan-harapan ideal masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Sora. 2020. Akuntabilitas Publik (Public Accountability) Sebagai Pilar Good Governance. https://administarsinegaraku. blogspot.com/2012/2017akuntbilitaspublik- public.html?m=I Kiran, 2016. 8 Pelayanan Publik Yang Bermutu Merupakan Wujud Good Governance. www.coursehero.com/file/p7 Maidin Zulkifli. 2019. Beginikah Wujud Akuntabilitas Publik di Indonesia. http://rakyatku.com/kolom/1 16/beginikah-wujud-akuntabilitas-di-indonesia- Sangkala Rewa. 2015. Akuntabilitas Dalam Perspektif Governance. https://www researchgate.net/publication/281318998_Akuntabilitas_Dalam_Per spekt if_Governance BHP UMY. 2010. Perlunya Manajemen Pelayanan Publik Dalam Pemerintahan. https://www.umy.ac.id/perlunya-manajemen-pelayanan-publik- dalampemerintahan. html Jufri. 2019. Birokrasi dan Upaya Meningkatkan Pelayanan Publik. https://bengkulu.kemenag.go.id/opini/314-birokrasi-dan-upaya- meningkatkanpelayanan- publik Darman. 2015. Teori-teori Manajemen dan Organisasi. https://Theorymanajemendanorganisasi.blogspot.com/2015/12/pelayananpublik. html?m=1

You might also like