You are on page 1of 40

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ILMU PENGETAHUAN BUMI DAN ANTARIKSA

GLOBAL WARMING

Disusun Oleh :

NAMA : ARISTA CAHYA MAHARDIKA

NIM : 20312241019

KELAS : PENDIDIKAN IPA A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
A. Judul Percobaan
Global Warming

B. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menganalisis efek rumah kaca berdasarkan sejarah / waktu
2. Mahasiswa dapat menganalisis efek rumah kaca berdasarkan konsentrasi gas
3. Mahasiswa dapat menganalisis efek rumah kaca berdasarkan jumlah awan
4. Mahasiswa dapat mendeskripsikan bagaimana terjadinya efek rumah kaca

C. Dasar Teori

Global warming is a phrase that refers to the effect on the climate of human
activities, in particular the burning of fossil fuels (coal, oil and gas) and large-scale
deforestation, which cause emissions to the atmosphere of large amounts of 'greenhouse
gases', of which the most important is carbon dioxide. Such gases absorb infrared
radiation emitted by the Earth's surface and act as blankets over the surface keeping it
warmer than it would otherwise be. Associated with this warming are changes of
climate. The basic science of the 'greenhouse effect' that leads to the warming is well
understood. More detailed understanding relies on numerical models of the climate that
integrate the basic dynamical and physical equations describing the complete climate
system (Haughton, 2005).
Many of the likely characteristics of the resulting changes in climate (such as
more frequent heat waves, increases in rainfall, increase in frequency and intensity of
many extreme climate events) can be identified. Substantial uncertainties remain in
knowledge of some of the feedbacks within the climate system (that affect the overall
magnitude of change) and in much of the detail of likely regional change. Because of its
negative impacts on human communities (including for instance substantial sea-level
rise) and on ecosystems, global warming is the most important environmental problem
the world faces. Adaptation to the inevitable impacts and mitigation to reduce their
magnitude are both necessary. International action is being taken by the world's
scientific and political communities. Because of the need for urgent action, the greatest
challenge is to move rapidly to much increased energy efficiency and to non-fossil-fuel
energy sources (Haughton, 2005).
Menurut Ismail (2002) mitigasi global warming dapat dilakukan dengan
mengurangi emisi gas rumah kaca. Produksi emisi terbesar adalah kegiatan industri
maupun kegiatan lain yang menggunakan bahan baker fosil untuk melakukan
aktifitasnya (Mitigasi dengan menurunkan produksi emisi tidaklah mudah, sebab
Negara-negara besar penghasil emisi yaitu Prancis, Itali, Belanda, Rusia, Jepang,
Kanada, dan AS) tak menunjukkan sikap yang serius untuk mengatasi masalah
pemanasan bumi (global warming) yang kondisinya. Bahkan AS, negara industri
terbesar tak mau tunduk pada Protokol Kyoto.
Namun proses alam yang normal tersebut telah menjadi ancaman bagi
keberlangsungan kehidupan di planet ini karena konsentrasi gas rumah kaca yang
menyelimuti lapisan atmosfer telah melebihi daya dukung (carrying capacity)
konsentrasi gas-gas yang terkandung di lapisan atmosfer tersebut. Terjadinya
peningkatan suhu bumi ini awal mulanya dikemukanan oleh Arrhenius pada tahun 1896
bahwa telah terjadi peningkatan suhu dipermukaan bumi sehingga kehidupan di panet
bumi akan terhindar dari zaman es dikemudian hari. Selanjutnya National Research
Council sejak tahun 1958 – 1980 telah melakukan pemantauan secara langsung di
Gunung Mauna Loa di Hawaii yang bertujuan untuk mengetahui kadar CO2 yang
menyelimuti lapisan atmosfer. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan kadar CO2 dilapisan atmosfer yang signifikan selama 22 tahun pemantauan.
di Gunung Mauna Loa di Lokasi pemantauan ini dipilih secara langsung. Pemantauan itu
dilakukan sejak manusia memasuki proses industri. Pada masa ini manusia mulai
melakukan pembakaran batu bara, minyak dan gas bumi untuk menghasilkan bahan
bakar dan listrik. Proses pembakaran energi dari Bumi ini ternyata menghasilkan gas
buangan berupa gas rumah kaca (Riza Pratama, 2019: 120).
Menurut Riza Pratama (2019: 120) sebagian dari panas ini akan dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa luar sebagai radiasi infra merah gelombang
panjang . Sebagian panas sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas
di atmosfer yang menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca seperti : uap air, karbon-
dioksida / CO2 dan metana) sehingga panas sinar tersebut terperangkap di atmosfer bumi.
Peristiwa ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca (Green House Effect = GHE)
karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, di mana panas yang masuk akan
terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat
menghangatkan seisi rumah kaca tersebut (Riza Pratama, 2019: 120).
Menurut Riza Pratama (2019: 120) peristiwa alam ini menyebabkan bumi
menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada Efek Rumah Kaca
maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin.
Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin berlebih di atmosfer dan berlanjut,
akibatnya pemanasan bumi akan berkelebihan dan akan semakin berlanjut. Efek rumah
kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824, merupakan
proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama pada planetatau satelit) yang
disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya rumah kaca hanya terjadi pada
planet-planet yang mempunyai lapisan atmosfer seperti Bumi, Mars, Venus, dan satelit
alami Saturnus (Titan) (Riza Pratama, 2019: 120).
Menurut Riza Pratama (2019: 120) efek rumah kaca disebabkan karena naikknya
konsentrasi gas Karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan
konsentrasi gas CO2 ini terjadi akibat kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM),
batu bara, dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-
tumbuhan dan laut untuk mengabsorsinya. Bahan- bahan di permukaan bumi yang
berperan aktif untuk mengabsorsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh- tumbuhan, hutan,
dan laut . Jadi bisa dimengerti bila hutan semakin gundul, maka panas di bumi akan
semakin naik. Energi yang diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra
merah oleh awan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar inframerah tersebut
tertahan oleh awan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga terpantul kembali ke permukaan
bumi. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfir maka
semakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi dan diserap atmosfir.
Dengan perkataan lain semakin banya jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfir,
maka semakin banyak pula panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi.
Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik . Sudah disebutkan di atas bahwa efek rumah
kaca terjadi karena emisi gas rumah kaca.
Menurut Riza Pratama (2019: 121) meningkatnya gas rumah kaca tersebut
dikontribusi oleh hal-hal berikut :
a. Energi
Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM memberikontribusi besar
terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca , terutamaCO2 (Riza Pratama, 2019: 121).
b. Kehutanan
Salah satu fungsi hutan adalah sebagai pernyerap emisi gas rumah kaca . Karena hutan
dapat mengubah CO2 menjadi O2 . Sehingga pengerusakan hutan akan memberi
kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca (Riza Pratama, 2019: 121).
c. Peternakan dan Pertanian
Di sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari pemanfaatan pupuk, pembusukan
sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran- kotoran ternak, serta pembakaran sabana
. Pada sektor pertanian , gas metan (CH4) yang paling banyak dihasilkan (Riza Pratama.
2019: 121).
d. Sampah
Sampah sebagai salah satu kontributor terbesar bagi terbentuknya gasmetan (CH4),
karena aktifitas manusia sehari-hari (Riza Pratama. 2019: 121).

Gambar 1. Akibat dari Efek Rumah Kaca


Sumber : (Riza Pratama, 2019: 121)
Menurut Riza Pratama (2019: 121) meningkatnya suhu permukaan bumi akan
mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi . Hal ini dapat
mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbondioksidadi atmosfir. Pemanasan global
mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat
menyebabkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan
meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan
permukaan laut yang mengakibatkan negara yang berupa kepulauan akan mendapat
pengaruh yang sangat besar.
Menurut Riza Pratama (2019: 121) green house effect atau lebih kita kenal
dengan sebutan efek rumah kaca adalah sebuah kondisi di mana suhu dari sebuah
benda permukaan langit, seperti planet dan bintang , meningkat secara drastis.
Meningkatnya suhu ini disebabkan karena adanya perubahan kondisi dari komposisi
serta keadaan atmosfir yang mengelilingi benda langit tersebut. Sebenarnya,
penggunaan istilah efek rumah kaca diadopsi dari petani di negara Eropa dan Amerika,
karena mekanisme pemanasan bumi ini sama seperti yang terjadi di rumah kaca yang
digunakan untuk perkebunan di negara tersebut . Biasanya para petan menggunakan
rumah kaca di musim dingin . Tanaman yang ditanam di dalam rumah kaca akan tetap
hidup dan tidak mati membeku , oleh pengaruh musim dingin (Riza Pratama, 2019:
121).
Karena kaca akan menghalangi suhu yang masuk dan memantulkan kembali
keluar. Ini menyebabkan seringnya terjadi kesalah pahaman bahwa efek rumah kaca
disebabkan oleh banyaknya rumah berdinding kaca (Riza Pratama, 2019: 121).
Menurut Riza Pratama (2019: 121) yang terjadi pada bumi adalah , ketika
cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi, sekitar 70 persen dari
energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah, tumbuhan, lautan dan benda
lainnya. Tiga puluh persen sisanya dipantulkan kembali melalui awan, hujan serta
permukaan reflektif lainnya. Tetapi panas 70 persen itu, tidak selamanya berada di
bumi. Benda-benda di sekitar planet yang menyerap cahaya matahari seringkali
meradiasikan kembali panas yang diserapnya.
Sebagian panas tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan akan
dipantulkan kembali ke bawah permukaan bumi, ketika mengenai zat yang berada di
atmosfer. Seperti karbon dioksida, gas metana dan uap air. Panas tersebut yang
membuat permukaan bumi tetap hangat daripada di luar angkasa, karena energi lebih
banyak yang terserap dibandingkan dengan yang dipantulkan kembali (Riza Pratama,
2019: 121).
Jadi, jika bumi tidak memiliki gas rumah kaca, maka suhu di bumi akan terlalu
dingin untuk kehidupan makhluk di dalamnya. Sebagai contoh, planet Mars tidak
memiliki gas rumah kaca, sehingga suhu di sana berada di sekitar -30°C. Jika suhu
yang sama terjadi di bumi, tentu saja tidak ada makhluk hidup dapat hidup di bumi
(Riza Pratama, 2019: 121).
Menurut Riza Pratama (2019: 121) tidak menjadi masalah seadainya
konsentrasi gas- gas rumah kaca berada dalam keadaan konstan, tidak terjadi lonjakan
drastis seperti sekarang ini. Meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca diakibatkan
berbagai aktivitas manusia yang memicu pancaran gas tersebut ke atmosfir. Dengan
adanya pancaran gas ini, maka konsentrasinya di lapisan atmosfir bumi akan semakin
tinggi. Kondisi ini akan mengakibatkan sinar matahari yang dipantulkan oleh
permukaan bumi akan sulit lewat dan menjadi terperangkap di permukaan bumi.
Menurut Riza Pratama (2019: 121) pengaruh masing-masing gas rumah kaca
terhadap terjadinya efek rumah kaca bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca
di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan penyerapan energi.
Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat
menyebabkan terjadinya pemanasan global. Adapun gas-gas yang terdapat dalam
rumah kaca , adalah sebagai berikut :
a. H2O (Uap Air)
Uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca . Uap air
tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap
membentuk butir-butir air. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali
manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global . Jika bumi menjadi lebih hangat,
jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan
meningkatkan efek rumah kaca dan pemicu naiknya pemanasan global (Riza
Pratama, 2019: 122).
b. CH4 (Metana)
Metana dihasilkan ketika jenisjenis mikroorganisme tertentu menguraikan
bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob) . Gas ini juga dihasilkan secara
alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa.
Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil
sampingan. Kegiatan manusia telah meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan
ke atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, di mana tangkai
padi nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer. Meningkatnya
jumlah ternak sapi, kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain yang berarti,
karena metana dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka
bersendawa dan kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di
tempat pembuangan sampah, sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana
sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik. Metana
merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada
sumur minyak bumi atau gas bumi (Riza Pratama, 2019: 122).
c. CFC (Chloro Fluoro Carbon)
Chloro fluoro carbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat
tidak mudah terbakar dan tidak beracun. CFC amat stabil sehingga dapat digunakan
dalam berbagai peralatan . Mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II.
Chloro fluoro carbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang
Freon. Dua jenis chlorofluoro carbon yang umum digunakan adalah CFC R11 dan
CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam
peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk
membersihkan mikrochip. CFC menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali
dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena
CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon (Riza Pratama,
2019: 122).
d. O3 (Ozon)
Ozon terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Di troposfer,
ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari
bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer dapat
mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Global warming
sudah sejak lama terjadi karena peningkatan lapisan gas yang menyelimuti bumi dan
berfungsi sebagai lapisan seperti rumah kaca. Gas rumah kaca terdiri atas CO2
(55%), sisanya berupa NOx, SO2, O3, CH4 dan uap air. Lapisan tersebut
menyebabkan terpantulnya kembali sinar panas infra merah A yang datang bersama
sinar matahari, sehingga panas bumi mencapai 130 oC Semakin besar gas rumah
kaca, akan semakin meningkatkan suhu bumi. CO2 di atmosfer saat ini mencapai
300 ppm dan diperkirakan akan meningkat menjadi 600 ppm pada 2060 akibat
berbagai aktifitas alamiah dan diperparah dengan aktifitas manusia (Suryani, 2007).
Karbondioksida adalah penyumbang gas rumah kaca terbesar. Pada tahun 1994, 83%
penyumbang gas efek rumah kaca adalah CO 2, sisanya 15% CH4, N2O, dan CO
(Fadeli, 2004).
Menurut Riza Pratama (2019: 123) bumi ini sebetulnya secara alami menjadi
panas karena radiasi panas matahari yang masuk ke atmosfer. Panas ini sebagian
diserap oleh permukaan bumi lalu dipantulkan kembali ke angkasa. Karena ada gas
rumah kaca di atmosfer, di antaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitro
oksida (N2O), sebagian panas tetap ada di atmosfer sehingga bumi menjadi hangat
pada suhu yang tepat (60ºF/16ºC) bagi hewan, tanaman, dan manusia untuk bisa
bertahan hidup.
Mekanisme inilah yang disebut efek gas rumah kaca. Tanpa efek gas rumah
kaca, suhu rata-rata di dunia bisa menjadi -18ºC. Sayangnya, karena sekarang ini
terlalu banyak gas rumah kaca di atmosfer, terlalu banyak panas yang ditangkapnya.
Akibatnya, Bumi menjadi semakin panas (Riza Pratama, 2019: 123).
Menurut Riza Pratama (2019: 123) pemanasan global akibat adanya
meningkatnya gas-gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca yang
berlebihan pada atmosfer bumi diyakini merupakan salah satu penyebab terjadinya
perubahan iklim global secara ekstrem ini. Gas-gas yang dihasilkan lewat proses
alami di Bumi ataupun merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia saat
memenuhi kebutuhan hidup. Gas yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi,
kebakaran hutan, rawa-rawa, proses photosintesa, proses pembusukan hingga proses
bernafaspun merupakan sumber Gas Rumah Kaca alami. Sedangkan sisa
pembakaran hasil industri, pembakaran bahan bakar fosil, emisi gas buang
kendaraan bermotor adalah sumber Gas Rumah Kaca akibat dari aktivitas manusia.
Meningkatnya Gas Rumah Kaca dimulai sejak abad 18 saat manusia menemukan
teknologi industri yang banyak menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi,
gas maupun batubara untuk menghasilkan energi dan menyisakan gas-gas rumah
kaca yang kemudian kian banyak terkumpul pada lapisan atmosfer melampaui batas
kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengabsorsinya.
Menurut Riza Pratama (2019: 123) meningkatnya kadar gas rumah kaca pada
atmosfer yang merupakan mesin pengendali alami iklim di Bumi dapat mengganggu
mekanismenya. Karena sifat dasar dari gas-gas rumah kaca yang melewatkan cahaya
sinar tampak (gelombang pendek) Matahari namun menyerap gelombang panjang (sinar
infra merah). Saat pancaran / radiasi dari Matahari masuk ke Bumi, 25% dipantulkan
kembali ke ruang angkasaoleh atmosfer dan atau partikel-partikel gas di atmosfer, 25%
diserap oleh atmosfer, 45% diteruskan ke permukaan bumi dan oleh permukaan bumi
seperti permukaan air , es dan permukaan refletif lainnya 5% dipantulkan kembali dalam
bentuk gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar inframerah). Proses inilah
yang disebut sebagai efek rumah kaca. Sesungguhnya, tanpa adanya efek rumah kaca
pada sistem perikliman di bumi, maka suhu menjadi sangat rendah dan Bumi menjadi
tidak layak huni. Dalam keadaan normal, energi yang dipantulkan kembali oleh
permukaan bumi dalam bentuk radiasi infra merah diteruskan ke angkasa oleh atmosfer,
namun saat kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, Sinar infra merah tersebut
terhambat dan memantul kembali ke permukaan bumi, yang jika hal ini berlangsung
terus-menerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan pemanasan global di
permukaan bum.

D. Alat dan Bahan

1. Alat tulis
2. Aplikasi Phet Colorado simulation
3. Laptop/Komputer

E. Prosedur Percobaan
1. Kegiatan 1 (Pengaruh Besarnya Konsentrasi Gas)

Menyiapkan alat dan bahan.

Membuka aplikasi PhET Simulations atau mengakses melalui besmart


menggunakan link
https://phet.colorado.edu/sims/cheerpj/greenhouse/latest/greenhouse.html?sim
ulation=greenhouse.

Memilih menu Greenhouse effect.

Mengatur konsentrasi gas, dengan cara menggeser cursor pada opsi


greenhouse gas concentration.

Mengamati suhu dan jumlah infrared photon yang nampak.

Memasukkan data hasil pada tabel kegiatan 1 dan menangkap layar hasil
percobaan.
2. Kegiatan 2 (Pengaruh Zaman Terhadap Efek Rumah Kaca)

Menyiapkan alat dan bahan.

Membuka aplikasi PhET Simulations atau mengakses melalui besmart


menggunakan link
https://phet.colorado.edu/sims/cheerpj/greenhouse/latest/greenhouse.html?sim
ulation=greenhouse.

Memilih menu Greenhouse effect.

Mengatur waktu/masa dengan memilih pada opsi atmosphere during.

Mengamati suhu dan jumlah infrared photon yang nampak.

Memasukkan data hasil pada tabel kegiatan 2 dan menangkap layar hasil
percobaan.
3. Kegiatan 3 (Pengaruh Jumlah Awan)

Menyiapkan alat dan bahan.

Membuka aplikasi PhET Simulations atau mengakses melalui besmart


menggunakan link
https://phet.colorado.edu/sims/cheerpj/greenhouse/latest/greenhouse.html?sim
ulation=greenhouse.

Memilih menu Greenhouse effect.

Memilih opsi number of clouds dengan memvariasikan jumlah awan.

Mengamati suhu dan jumlah infrared photon yang nampak.

Memasukkan data hasil pada tabel kegiatan 3 dan menangkap layar hasil
percobaan.
F. Data Hasil Percobaan

a. Kegiatan 1 ( Pengaruh Besarnya Konsentrasi Gas )

No Konsentrasi Suhu Hasil Pengamatan


Gas (℃)
Infrared Photon Sunlight Photon

1. Tidak ada -19 Naik. Turun.

2. Sedang 10 naik, lalu Turun.


dipantulkan
kembali.

3. Tinggi 20 Naik, lalu Turun.


dipantulkan
kembali.

b. Kegiatan 2 ( Pengaruh Zaman Terhadap Efek Rumah Kaca )

No Zaman/ Suhu Komponen Hasil Pengamatan


Masa (℃) Gas
Infrared Sunlight
Photon Photon

1. Today 14 H20 70% Naik, lalu Turun.


rel.humidity dipantulkan
kembali.
CO2 388 ppm

CH4 1.843 ppm

N2O 0.317 ppm

2. 1750 15 H20 70% Naik, lalu Turun.


rel.humidity dipantulkan
kembali.
CO2 280 ppm
CH4 0.730 ppm

N2O 0.270 ppm

3. Ice Age -1 H20 ? Naik, lalu Turun, lalu


dipantulkan dipantulkan
CO2 180 ppm
kembali. kembali.

CH4 0.380 ppm

N2O 0.215 ppm

c. Kegiatan 3: pengaruh efek rumah kaca terhadap jumlah awan


a. Today

No Jumlah Awan Suhu Hasil Pengamatan


(℃)
Infrared Photon Sunlight Photon

1. 0 15 naik, lalu Turun.


dipantulkan
kembali.

2. 1 15 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak.

3. 2 15 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak.

4. 3 15 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul dan sunlight photon
jumlah infrared dan sebagian
photon yang ada sunlight photon
di bawah awan memantul pada
lebih banyak awan dan
daripada yang sebagian lainnya
ada di atas awan. tidak.

b. 1750

No Jumlah Awan Suhu Hasil Pengamatan


(℃)
Infrared Photon Sunlight Photon

1. 0 15 Naik, lalu Turun.


dipantulkan
kembali.

2. 1 14 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak.

3. 2 15 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared proton arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak

4. 3 16 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul dan sunlight photon
jumlah infrared dan sebagian
photon yang ada sunlight photon
di bawah awan memantul pada
lebih banyak awan dan
daripada yang sebagian lainnya
ada di atas awan. tidak.
c. Ice Age

No Jumlah Awan Suhu Hasil Pengamatan


(℃)
Infrared Photon Sunlight Photon

1. 0 0 Naik, lalu Turun, lalu


dipantulkan dipantulkan
kembali. kembali.

2. 1 5 Naik, awan Turun, awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak.

3. 2 2 Naik, awan Turun, awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak.

4. 3 -1 Naik, awan Turun, awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak

G. Pembahasan
Pada praktikum Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa yang berjudul “Global
Warming” yang dilaksanakan pada hari Senin, 8 Maret 2021 bertempat di rumah
praktikan masing-masing. Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menganalisis
efek rumah kaca berdasarkan sejarah / waktu, mahasiswa dapat menganalisis efek
rumah kaca berdasarkan konsentrasi gas, mahasiswa dapat menganalisis efek rumah
kaca berdasarkan jumlah awan, dan mahasiswa dapat mendeskripsikan bagaimana
terjadinya efek rumah kaca.
Global warming is a phrase that refers to the effect on the climate of human
activities, in particular the burning of fossil fuels (coal, oil and gas) and large-scale
deforestation, which cause emissions to the atmosphere of large amounts of 'greenhouse
gases', of which the most important is carbon dioxide. Such gases absorb infrared
radiation emitted by the Earth's surface and act as blankets over the surface keeping it
warmer than it would otherwise be. Associated with this warming are changes of
climate. The basic science of the 'greenhouse effect' that leads to the warming is well
understood. More detailed understanding relies on numerical models of the climate that
integrate the basic dynamical and physical equations describing the complete climate
system (Haughton, 2005).
Many of the likely characteristics of the resulting changes in climate (such as more
frequent heat waves, increases in rainfall, increase in frequency and intensity of many
extreme climate events) can be identified. Substantial uncertainties remain in
knowledge of some of the feedbacks within the climate system (that affect the overall
magnitude of change) and in much of the detail of likely regional change. Because of
its negative impacts on human communities (including for instance substantial sea-level
rise) and on ecosystems, global warming is the most important environmental problem
the world faces. Adaptation to the inevitable impacts and mitigation to reduce their
magnitude are both necessary. International action is being taken by the world's
scientific and political communities. Because of the need for urgent action, the greatest
challenge is to move rapidly to much increased energy efficiency and to non-fossil-fuel
energy sources (Haughton, 2005).
Pada praktikum ini yang digunakan adalah variasi pengaruh konsentrasi gas,
pengaruh zaman/masa, dan pengaruh awan. Pada kegiatan pertama yang dilakukan oleh
praktikan adalah praktikum dengan menggunakan variasi pengaruh konsentrasi gas.
Pada kegiatan pertama ini yang praktikan amati yaitu variasi gas, suhu, infrared photon,
dan sunlight photon. Hasil pengamatan pada percobaan pertama pada konsentrasi gas
yang tidakada menunjukkan suhu -19℃. Pergerakan infrared photon yaitu naik (dari
bumi ke atas) dan pergerakan sunlight photon turun (dari atas ke bumi). Ketika
konsentrasi gas tidakada tampilan layar pada PhET cholorado menunjukkan tampilan
yang cerah.

Gambar 2. Konsentrasi Gas


Rendah/Tidakada

Sumber : Dokumentasi Pribadi


Pada percobaan kedua menggunakan variasi gas yang sedang. Hasil pengamatan
pada percobaan kedua pada konsentrasi gas yang sedang menunjukkan suhu sebesar
10℃. Pergerakan infrared photon yaitu naik lalu dipantulkan kembali (dari bumi ke atas
lalu dipatulkan kembali) dan pergerakan sunlight photon turun (dari atas ke bumi).
Ketika konsentrasi gas sedang tampilan layar pada PhET cholorado menunjukkan
tampilan yang sedikit redup.
Menurut Fadeli (2004) semakin besar gas rumah kaca, akan semakin meningkatkan
suhu bumi. CO2 di atmosfer saat ini mencapai 300 ppm dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 600 ppm pada 2060 akibat berbagai aktifitas alamiah dan diperparah
dengan aktifitas manusia. Karbondioksida adalah penyumbang gas rumah kaca terbesar.
Pada tahun 1994, 83% penyumbang gas efek rumah kaca adalah CO 2, sisanya 15%
CH4, N2O, dan CO.

Gambar 3. Konsentrasi Gas Sedang


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada percobaan ketiga menggunakan variasi gas yang tinggi. Hasil pengamatan
pada percobaan ketiga pada konsentrasi gas yang tinggi menunjukkan suhu sebesar
20℃. Pergerakan infrared photon yaitu naik lalu dipantulkan kembali (dari bumi ke atas
lalu dipatulkan kembali) dan pergerakan sunlight photon turun (dari atas ke bumi).
Ketika konsentrasi gas tinggi tampilan layar pada PhET cholorado menunjukkan
tampilan yang redup.

Gambar 4. Konsentrasi Gas Tinggi


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Penyebab dari cerah maupun redup pada tampilan layar PhET cholorado disebabkan
oleh konsentrasi gas. Menurut Riza Pratama (2019: 120) dengan meningkatnya
konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfir maka semakin banyak pula gelombang
panas yang dipantulkan bumi dan diserap atmosfir. Dengan perkataan lain semakin
banya jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfir , maka semakin banyak pula
panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan
bumi akan naik . Sudah disebutkan di atas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi
gas rumah kaca.
Pada kegiatan kedua yang dilakukan oleh praktikan adalah praktikum dengan
menggunakan variasi zaman/masa terhadap efek rumah kaca. Pada kegiatan kedua ini
yang praktikan amati yaitu variasi zaman/masa, suhu, komponen gas, infrared photon,
dan sunlight photon. Hasil pengamatan pada percobaan pertama pada zaman/masa today
menunjukkan suhu 14℃. Komponen gas yang ada yaitu H2O 70% rel humidity, CO2
388 ppm, CH4 1.843 ppm, dan N2O 0.317 ppm. Pergerakan infrared photon yaitu naik
lalu dipantulkan kembali (dari bumi ke atas lalu dipatulkan kembali) dan pergerakan
sunlight photon turun (dari atas ke bumi). Pada masa ini terdapat banyak rumah dan
gedung-gedung dan jumlah infrared phoyon banyak.

Gambar 5. Masa Today

Sumber : Dokumentasi Pribadi


Pada percobaan kedua menggunakan variasi zaman/masa. Hasil pengamatan pada
percobaan kedua pada zaman/masa 1750 menunjukkan suhu 15℃. Komponen gas yang
ada yaitu H2O 70% rel humidity, CO2 280 ppm, CH4 0.730 ppm, dan N2O 0.270 ppm.
Pergerakan infrared photon yaitu naik lalu dipantulkan kembali (dari bumi ke atas lalu
dipatulkan kembali) dan pergerakan sunlight photon turun (dari atas ke bumi). Pada
masa ini terdapat banyak rumah dan gedung-gedung. Pada masa ini terdapat beberapa
rumah dan jumlah infrared photon sedang.
Gambar 6. Masa 1750
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada percobaan ketiga menggunakan variasi zaman/masa. Hasil pengamatan pada
percobaan ketiga pada zaman/masa ice age menunjukkan suhu -1℃. Komponen gas
yang ada yaitu H2O ?, CO2 180 ppm, CH4 0.380 ppm, dan N2O 0.215 ppm. Pergerakan
infrared photon yaitu naik lalu dipantulkan kembali (dari bumi ke atas lalu dipatulkan
kembali) dan pergerakan sunlight photon turun lalu dipantulkan kembali (dari atas ke
bumi lalu dipantulkan kembali). Pada masa ini idak terdapat rumah dan bangunan dan
jumlah infrared photon lebih sedikit dibanding masa-masa lainnya.

Gambar 7. Masa Ice Age


Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada masa atau zaman today dan 1750 mempunyai suhu lebih tinggi daripada
saat masa atau zaman ice age suhu menjadi rendah. ketika masa atau waktu sekarang
infrared photon banyak namun ketika masa atau waktu ice age infrared photon menjadi
sedikit, pergerakan infrared photon pada saat masa atau waktu sekarang dan masa atau
zaman ice age sama, dan pada saat masa sekarang terdapat banyak rumah dan gedung-
gedung namun pada masa ice age tidak terdapat rumah dan bangunan. Ketika terdapat
banyak rumah-rumah dan bangunan-bangunan suhu lebih tinggi daripada saat tidak
terdapat rumah dan bangunan suhu semakin rendah.
Menurut Riza Pratama (2019: 120) terjadinya peningkatan suhu bumi ini awal
mulanya dikemukanan oleh Arrhenius pada tahun 1896 bahwa telah terjadi peningkatan
suhu dipermukaan bumi sehingga kehidupan di panet bumi akan terhindar dari zaman
es dikemudian hari. Selanjutnya National Research Council sejak tahun 1958 – 1980
telah melakukan pemantauan secara langsung di Gunung Mauna Loa di Hawaii yang
bertujuan untuk mengetahui kadar CO2 yang menyelimuti lapisan atmosfer. Hasil
pemantauan menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kadar CO2 dilapisan
atmosfer yang signifikan selama 22 tahun pemantauan. di Gunung Mauna Loa di Lokasi
pemantauan ini dipilih secara langsung. Pemantauan itu dilakukan sejak manusia
memasuki proses industri. Pada masa ini manusia mulai melakukan pembakaran batu
bara, minyak dan gas bumi untuk menghasilkan bahan bakar dan listrik. Proses
pembakaran energi dari Bumi ini ternyata menghasilkan gas buangan berupa gas rumah
kaca.
Pada kegiatan ketiga yang dilakukan oleh praktikan adalah praktikum dengan
menggunakan variasi jumlah awan. Pada kegiatan ketiga ini yang praktikan amati yaitu
variasi jumlah awan pada masing-masing zaman/masa, suhu, infrared photon, dan
sunlight photon.
Pada percobaan pertama pada masa/zaman today terdapat banyak gedung dan
bangunan. Pada percobaan dengan jumlah awan 0 didapatkan hasil percobaan suhu
sebesar 15 0C dengan pergerakan infrared photon bergerak naik lalu dipantulkan
kembali (dari bumi ke atas dan ada yang memantul kembali ke bumi) dan sunlight
photon turun (dari atas ke bumi).
Pada percobaan pertama pada masa/zaman today terdapat banyak gedung dan
bangunan. Pada percobaan dengan jumlah awan 0 didapatkan hasil percobaan suhu
sebesar 15 0C dengan pergerakan infrared photon bergerak naik lalu dipantulkan
kembali (dari bumi ke atas dan ada yang memantul kembali ke bumi) dan sunlight
photon turun (dari atas ke bumi).
Gambar 8. Variasi Jumlah Awan 0 Masa
Today
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Kemudian, pada percobaan dengan jumlah awan 1 dan 2 didapatkan hasil
percobaan yang sama yaitu didapatkan suhu sebesar 15 0C dengan pergerakan infrared
photon bergerak naik lalu awan menyebabkan infrared photon memantul (dari atas
turun kemudian dipantulkan oleh awan) dan sunlight photon turun dan awan
mempengaruhi arah gerak sunlight photon dan sebagian sunlight photon memantul
pada awan dan sebagian lainnya tidak.

Gambar 9. Variasi Jumlah Awan 1 Masa


Today
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 10. Variasi Jumlah Awan 2


Masa Today
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Lalu, pada percobaan dengan jumlah awan 3 didapatkan hasil percobaan suhu
0
sebesar 15 C dengan pergerakan infrared photon bergerak naik lalu awan
menyebabkan infrared photon memantul dan jumlah infrared photon yang ada di
bawah awan lebih banyak daripada yang ada di atas awan dan sunlight photon turun
dan awan mempengaruhi arah gerak sunlight dan sebagian sunlight photon memantul
pada awan dan sebagian lainnya tidak.

Gambar 11. Variasi Jumlah Awan 3 Masa


Today
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada percobaan kedua pada masa/zaman 1750 terdapat beberapa gedung dan
bangunan. Pada percobaan dengan jumlah awan 0 didapatkan hasil percobaan suhu
sebesar 15 0C dengan pergerakan infrared photon bergerak naik lalu dipantulkan
kembali (dari bumi ke atas dan ada yang memantul kembali ke bumi) dan sunlight
photon turun (dari atas ke bumi).

Gambar 12. Variasi Jumlah Awan 0


Masa 1750
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Kemudian, pada percobaan dengan jumlah awan 1 didapatkan hasil percobaan
suhu sebesar 14℃ dan pada jumlah awan 2 didapatkan hasil percobaan suhu sebesar
15 0C. Pada percobaan menggunakan awan 1 dan 2 didapatkan hasil pergerakan antara
infrared photon dan sunlight photon yang sama yaitu pergerakan infrared photon
bergerak naik lalu awan menyebabkan infrared proton memantul dan sunlight turun
dan awan mempengaruhi arah gerak sunlight photon dan sebagian sunlight photon
memantul pada awan dan sebagian lainnya tidak.

Gambar 13. Variasi Jumlah Awan 1 Masa


1750
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 14. Variasi Jumlah Awan 2 Masa


1750
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Lalu, pada percobaan dengan jumlah awan 3 didapatkan hasil percobaan suhu
0
sebesar 16 C dengan pergerakan infrared photon bergerak naik lalu awan
menyebabkan infrared photon memantul dan jumlah infrared photon yang ada di
bawah awan lebih banyak daripada yang ada di atas awan dan sunlight photon turun
dan awan mempengaruhi arah gerak sunlight dan sebagian sunlight memantul pada
awan dan sebagian lainnya tidak.
Gambar 15. Variasi Jumlah Awan 3 Masa
1750
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada percobaan ketiga pada masa/zaman ice age tidak terdapat gedung dan
bangunan. Pada percobaan dengan jumlah awan 0 didapatkan hasil percobaan suhu
sebesar 0 0C dengan pergerakan infrared photon dan sunlight photon bergerak naik
lalu dipantulkan kembali (dari bumi ke atas dan ada yang memantul kembali ke bumi).

Gambar 16. Variasi Jumlah Awan 0 Masa


Ice Age
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Kemudian, pada percobaan dengan jumlah awan 1 didapatkan hasil percobaan
suhu sebesar 5℃, pada jumlah awan 2 didapatkan hasil percobaan suhu sebesar 2 0C
dan pada jumlah awan 3 didapatkan hasil percobaan suhu sebesar -1 0C. Pada
percobaan menggunakan awan 1, 2, dan 3 didapatkan hasil pergerakan antara infrared
photon dan sunlight photon yang sama yaitu pergerakan infrared photon bergerak naik
lalu awan menyebabkan infrared photon memantul dan sunlight photon turun dan
awan mempengaruhi arah gerak sunlight photon dan sebagian sunlight photon
memantul pada awan dan sebagian lainnya tidak.

Gambar 17. Variasi Jumlah Awan 1 Masa


Ice Age
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 18. Variasi Jumlah Awan 2 Masa


Ice Age
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 19. Variasi Jumlah Awan 3 Masa


Ice Age
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Menurut Riza Pratama (2019: 120) yang mengatakan bahwa energi yang
diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan
permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar inframerah tersebut tertahan oleh awan,
gas CO2, dan gas lainnya sehingga terpantul kembali ke permukaan bumi . Dengan
meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfir maka semakin banyak
pula gelombang panas yang dipantulkan bumi dan diserap atmosfir. Dengan perkataan
lain semakin banya jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfir , maka semakin
banyak pula panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu
permukaan bumi akan naik . Sudah disebutkan di atas bahwa efek rumah kaca terjadi
karena emisi gas rumah kaca.
H. Kesimpulan
Pada praktikum Ilmu Prngetahuan Bumi dan Antariksa yang berjudul “Global
Warming” pada kegiatan 1,2, dan 3 dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada masa 1750 mempunyai suhu paling tinggi sedangkan pada masa ice age
mempunyai suhu paling rendah. Perbedaan suhu tersebut dipengaruhi oleh kandungan
gas H2O, CO2, CH4, N2O yang semakin tinggi. Kandungan zat tersebut dalam
permukaan bumi maka semakin tinggi temperatur yang di hasilkan.
2. Pengaruh konsentrasi gas rumah kaca terhadap suhu yaitu semakin tinggi
konsentrasi gas rumah kaca maka suhu akan semakin tinggi dan jumlah infrared
photon juga akan semakin banyak.
3. Pengaruh jumlah awan terhadap efek rumah kaca yaitu semakin banyak jumlah awan
maka suhu di permukaan bumi akan semakin rendah dan sinar matahari akan
semakin banyak yang dipantulkan ke bumi dalam bentuk panas matahari atau
infrared photon.
4. Mekanisme terjadinya efek rumah kaca adalah sebagai berikut :
a. Cahaya matahari merambat melalui ruang angkasa hampa udara
bersamaan dengan panas dari radiasi matahari.
b. Radiasi akan terserap oleh lapisan ozon, akan tetapi cahaya tidak terserap
dalam ozon.
c. Cahaya matahari beserta dengan energi panasnya menyentuh
permukaan daratan menyebabken pemantulan tidak merata.
d. Ketika menyentuh air, panas akan mudah terpantul kembali ke luar angkasa
dan 30% di antaranya terperangkap oleh gas-gas rumah kaca pada lapisan
ozon.
e. Kemudian, 70% panas lainnya berhasil keluar dari atmosfer kembali
ke luar angkasa.
I. Daftar Pustaka

Fadeli, C .2004. Perhutanan Kota. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan


UGM.
Ismail, Nurmahmudi. 2002. Pekatnya GRK, dan Bumi Makin Panas. KTT
Johannesburg: Sinar Harapan.
John Houghton. 2005. Global Warming. New York : Mc Graw –
Hill.Press.
Miller, 1979. Living in The Environment. Second Edition, Belmont: Wadsworth
Publ. Coy
Riza Pratama. 2019. Efek Rumah Kaca Terhadap Bumi. Sumatra Utara: Universitas
Islam Sumatra Utara.
J. Lampiran

Gambar 1. Konsentrasi Gas Gambar 2. Konsentrasi Gas Sedang


Rendah/Tidakada (Sumber : Dokumen Pribadi)
(Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 3. Konsentrasi Gas Tinggi Gambar 4. Masa Today


(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 5. Masa 1750 Gambar 6. Masa Ice Age


(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 7. Variasi Jumlah Awan 0 Masa Gambar 8. Variasi Jumlah Awan 1 Masa
Today Today
(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 9. Variasi Jumlah Awan 2 Masa Gambar 10. Variasi Jumlah Awan 3 Masa
Today Today
(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 11. Variasi Jumlah Awan 0 Masa Gambar 12. Variasi Jumlah Awan 1 Masa
1750 1750
(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)
Gambar 13. Variasi Jumlah Awan 2 Masa Gambar 14. Variasi Jumlah Awan 3 Masa
1750 1750
(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 15. Variasi Jumlah Awan 0 Masa Gambar 16. Variasi Jumlah Awan 1 Masa
Ice Age Ice Age
(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)

Gambar 17. Variasi Jumlah Awan 2 Masa Gambar 18. Variasi Jumlah Awan 3 Masa
Ice Age Ice Age
(Sumber : Dokumen Pribadi) (Sumber : Dokumen Pribadi)
Laporan Sementara

A. Judul Percobaan
Global Warming

B. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat menganalisis efek rumah kaca berdasarkan sejarah / waktu
2. Mahasiswa dapat menganalisis efek rumah kaca berdasarkan konsentrasi gas
3. Mahasiswa dapat menganalisis efek rumah kaca berdasarkan jumlah awan
4. Mahasiswa dapat mendeskripsikan bagaimana terjadinya efek rumah kaca

C. Alat dan Bahan


1. Alat tulis
2. Aplikasi Phet Colorado simulation
3. Laptop/Komputer

D. Data Hasil Percobaan

1. Kegiatan 1 ( Pengaruh Besarnya Konsentrasi Gas )

No Konsentrasi Suhu Hasil Pengamatan


Gas (℃)
Infrared Photon Sunlight Photon

1. Tidak ada -19 Naik. Turun.

2. Sedang 10 naik, lalu Turun.


dipantulkan
kembali.

3. Tinggi 20 Naik, lalu Turun.


dipantulkan
kembali.
2. Kegiatan 2 ( Pengaruh Zaman Terhadap Efek Rumah Kaca )

No Zaman/ Suhu Komponen Hasil Pengamatan


Masa (℃) Gas
Infrared Sunlight
Photon Photon

1. Today 14 H20 70% Naik, lalu Turun.


rel.humidity dipantulkan
kembali.
CO2 388 ppm

CH4 1.843 ppm

N2O 0.317 ppm

2. 1750 15 H20 70% Naik, lalu Turun.


rel.humidity dipantulkan
kembali.
CO2 280 ppm

CH4 0.730 ppm

N2O 0.270 ppm

3. Ice Age -1 H20 ? Naik, lalu Turun, lalu


dipantulkan dipantulkan
CO2 180 ppm
kembali. kembali.

CH4 0.380 ppm

N2O 0.215 ppm

3. Kegiatan 3: pengaruh efek rumah kaca terhadap jumlah awan


a. Today

No Jumlah Awan Suhu Hasil Pengamatan


(℃)
Infrared Photon Sunlight Photon

1. 0 15 naik, lalu Turun.


dipantulkan
kembali.

2. 1 15 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak.

3. 2 15 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak.

4. 3 15 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul dan sunlight photon
jumlah infrared dan sebagian
photon yang ada sunlight photon
di bawah awan memantul pada
lebih banyak awan dan
daripada yang sebagian lainnya
ada di atas awan. tidak.

b. 1750

No Jumlah Awan Suhu Hasil Pengamatan


(℃)
Infrared Photon Sunlight Photon

1. 0 15 Naik, lalu Turun.


dipantulkan
kembali.

2. 1 14 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak.

3. 2 15 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared proton arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak

4. 3 16 Naik, lalu awan Turun, lalu awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul dan sunlight photon
jumlah infrared dan sebagian
photon yang ada sunlight photon
di bawah awan memantul pada
lebih banyak awan dan
daripada yang sebagian lainnya
ada di atas awan. tidak.

c. Ice Age

No Jumlah Awan Suhu Hasil Pengamatan


(℃)
Infrared Photon Sunlight Photon

1. 0 0 Naik, lalu Turun, lalu


dipantulkan dipantulkan
kembali. kembali.

2. 1 5 Naik, awan Turun, awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak.

3. 2 2 Naik, awan Turun, awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak.

4. 3 -1 Naik, awan Turun, awan


menyebabkan mempengaruhi
infrared photon arah gerak
memantul. sunlight photon
dan sebagian
sunlight photon
memantul pada
awan dan
sebagian lainnya
tidak

Kulon Progo, 15 Maret 2021


Praktikan Asisten

Arista Cahya Mahardika Rifqi Nur A

You might also like