You are on page 1of 8

P-ISSNTambahan...

Pengetahuan dan Sikap tentang Makanan : 2527-3310


E-ISSN : 2548-5741
http://dx.doi.org/10.30867/action.v4i2.78 Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, Nopember 2019 (4)2: 81-88

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERKAIT MAKANAN


TAMBAHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
KECAMATAN WOYLA BARAT
(Knowledge and attitudes of mothers related to supplementary food with nutritional
status of children in West Woyla District)
Maharani1*, Sri Wahyuni2, DiahFitrianti3
1
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Banda Aceh, Indonesia.
E-mail: maharani@poltekkesaceh.ac.id
2
Program Studi D-III Kebidanan Meulaboh, Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Indonesia.
E-mail: sriwahyuni.arisal@yahoo.com
3
Program Studi D-III Kebidanan Meulaboh, Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Indonesia.
E-mail: fitriyantidiah@yahoo.com

Received: 25/6/2018 Accepted: 2/10/2019 Published online: 25/11/2019

ABSTRAK ABSTRACT
Beban ganda masalah gizi sangat mengkhawatirkan The double burden of nutrition is very worrying for
anak-anak di Indonesia. Indonesia mempunyai children in Indonesia. Indonesia has a prevalence of
prevalensi kekurangan gizi sebesar 13,8% dan 3,1% malnutrition of 13,8% and 3,1% was overweight of
balita gizi lebih, sedangkan di Aceh yaitu sebesar children, while in Aceh that is 16,8% and 2,9% of
16,8% dan 2,9% anak gizi lebih. Salah satu faktor overweight. One of the factors is the arrangement of
penyebab yaitu pengaturan makanan tambahan yang additional food that is not patterned. The purpose of
tidak terpola. Tujuan penelitian untuk mengukut this study was to examine the relationship between
hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang mother's knowledge and attitudes about
makanan tambahan dengan status gizi pada balita di. supplementary food and nutritional status in infants.
Penelitian bersifat survey analitik dengan The study was an analytic survey using a cross
menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel sectional approach. Samples were taken as many as
diambil sebanyak 86 balita dengan teknik acak 86 toddlers with a simple random technique. Data
sederhana. Pengumpulan data menggunakan collection using questionnaires and anthropometric
kuesioner dan pengukuran antropometri. Data measurements. Knowledge and attitude data are
pengetahuan dan sikap diolah menurut nilai processed according to percentage values, and
persetase, dan data status gizi diolah menurut indeks nutritional status data are processed according index
BB/U. Uji statistik yaitu chi-square pada CI:95%. to WFA. The statistical test is chi-square at CI:95%.
Hasil penelitian menunjukan pengetahuan dan sikap The results showed that mothers' knowledge and
ibu tentang makanan tambahan masih kurang baik, attitudes about supplementary food were still not
serta masih banyak balita yang bestatus gizi kurang. good, and there were still many toddlers with the best
Hasil lainnya menunjukkan hubungan antara nutritional status. Other results show the relationship
pengetahuan ibu (p= 0,000) dan sikap ibu (p= 0,019) between maternal knowledge (p=0,000) and maternal
tentang makanan tambahan dengan status gizi pada attitudes (p=0,019) regarding supplementary food
balita di Kecamatan Woyla Barat Kabupaten. with nutritional status in toddlers in Woyla Barat
Kesimpulan, pengetahuan dan sikap ibu yang kurang District. Conclusions, poor mother's knowledge and
baik tentang pemberian makannan tambahan attitude about supplementary feeding is related to the
berhubungan dengan tingginya masalah gizi kurang high problem of malnutrition and over nutrition.
dan kelebihan gizi. Saran, perlu dilakukan Suggestions, counseling is needed related to
penyuluhan terkait pemberian makanan tambahan providing good and nutritious supplementary food, as
yang baik dan bergizi, serta pemantauan status gizi well as monitoring the nutritional status of children
anak secara terus menerus baik pada indeks BB/U, continuously both in the WFA, HFA and WFH indexs.
TB/U dan BB/TB.
Keywords: Toddler, supplement food, knowledge and
Kata kunci : Balita, makanan tambahan, attitude, nutritional status
pengetahuan dan sikap, status gizi

*
Penulis untuk korespondensi: maharani@poltekkesaceh.ac.id

Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 2, Nopember 2019 81


Maharani, Sri Wahyuni & DiahFitrianti

PENDAHULUAN Kebutuhan setiap orang akan makanan


Terdapat beberapa agenda pembangunan tidak sama, karena kebutuhan akan berbagai
zat gizi juga berbeda. Pengetahuan, sikap,
pasca-2015 yang secara spesifik termuat dalam
umur, jenis kelamin, macam pekerjaan dan
RPJMN 2015-2019, yaitu menurunnya
faktor-faktor lain menentukan kebutuhan
prevalensi underweight menjadi 17,0% dan
prevalensi stunting pada anak di bawah 2 tahun masing-masing orang akan zat makanan
hingga menjadi kurang energi protein (KEP)
menjadi 28,0%. Selain itu prevalensi wasting
sehingga sangat mudah terserang penyakit dan
menjadi 9,5% serta prevalensi bayi dengan
dapat berakibat kematian. 8 Makanan tambahan
berat badan lahir rendah (BBLR) menurun dari
adalah bahan yang ditambahkan dengan
10,2% menjadi 8,0%. 1 Gerakan perbaikan gizi
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil,
dengan fokus terhadap kelompok 1000 hari
dengan tujuan untuk memperbaiki
pertama kehidupan pada tataran global disebut
penampakan, cita rasa, tekstur, dan
Scaling Up Nutrition (SUN) dan di Indonesia
memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat
disebut dengan Gerakan Nasional Percepatan
meningkatkan nilai gizi seperti protein,
Perbaikan Gizi dalam Rangka 1000 Hari
mineral dan vitamin Penggunaan aditif
Pertama Kehidupan yang disingkat Gerakan
makanan telah digunakan sejak zaman
1000 HPK.2
dahulu.Bahan aditif makanan ada dua, yaitu
Negara berpenghasilan rendah dan
menengah yang sebelumnya dihadapkan bahan aditif makanan alami dan buatan.9,10
dengan prevalensi kurang gizi yang tinggi Berdasarkan Profil Kesehatan Aceh
angka kematian bayi di bawah lima tahun
sekarang harus menghadapi kelebihan gizi
(balita) di Provinsi Aceh terus meningkat
(kelebihan berat badan atau obesitas) sebagai
setiap tahun. Sementara itu, angka gizi buruk
beban tambahan. Kondisi tersebut adalah
menurun. Tahun 2016, tercatat 420 balita
beban ganda gizi buruk. 3 Hasil Riset
menderita gizi buruk dan menurun menjadi
Kesehatan Dasar tahun 2018, ternyata di
281 kasus pada tahun 2017. Dari 23 Kabupaten
Indonesia terdapat 3,9% balita gizi buruk dan
yang ada di Aceh, Kabupaten Aceh Barat
13,8% balita gizi kurang serta sebesar 3,1%
menduduki peringkat ke 18 untuk masalah gizi
balita mempunyai kelebihan gizi. Begitu juga
pada balita.11 Rekapan Dinas Kesehatan Aceh
dengan Provinsi Aceh, yang berada diatas
Barat tahun 2017 jumlah seluruh balita dari 13
prevalensi nasional diketahui terdapat balita
Wilayah kerja Puskesmas sebanyak 1258 balita
gizi buruk sebesar 6,7% dan gizi kurang 16,8%
sedangkan balita dengan kelebihan gizi sebesar dengan klasifikasi laki-laki 7.343 dan
perempuan 6.915 balita dari seluruh balita
2,9%.4
jumlah balita dibawah garis merah sebanyak
Meningkatnya masalah gizi masih
173 dengan klasifikasi 96 balita laki-laki dan
merupakan masalah pokok kesehatan di
77 balita perempuan, kemudian di Puskesmas
Negara berkembang adalah masalah gangguan
Pir Batee Puteh jumlah balita sebanyak 639
terhadap kesehatan masyarakat yang
disebabkan oleh kekurangan gizi.5 Masalah balita dengan klasifikasi 337 balita laki-laki
gizi di Indonesia masih di dominasi oleh dan 302 balita perempuan serta balita yang
dibawah garis merah sebanyak 18 orang, 9
masalah kurang energi protein (KEP), anemia
orang laki-laki dan 9 orang balita perempuan. 12
zat besi. Gangguan akibat kekurangan yodium
Persamalahan gizi sangat identik dengan
(GAKY) dan kurang vitamin A (KVA).
pengetahuan dan sikap ibu tentang pola asuh. 13
Penyakit gizi kurang banyak ditemui pada
Beberapa penelitian menemukan bahwa
masyarakat golongan rentan yaitu golongan
pengetahuan ibu sangat signifikan berdampak
yang mudah sekali menderita akibat kurang
terhadap status gizi balita menurut indeks BB/U.
gizi dan juga kekurangan zat makanan. Status
Ibu dengan pengetahuan baik cenderung lebih
gizi yang kurang baik atau buruk pada anak
dapat menimbulkan pengaruh yang tidak baik mempunyai anak sehat begitu juga dengan ibu
yang bersikap positif.14,15 Pengetahuan bertujuan
karena dapat menghambat pertumbuhan dan
untuk mendapatkan kepastian serta
perkembangannya.6,7

82 Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 2, Nopember 2019


Pengetahuan dan Sikap tentang Makanan Tambahan...

menghilangkan prasangka akibat ketidakpastian data berat badan menggunakan timbangan dacin.
dan juga untuk mengetahui dan memahami suatu Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi,
hal lebih dalam. Kurangnya pengetahuan ibu-ibu pengetahuan dan sikap dikelompok menjadi dua
tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan kelompok data. Data status gizi menggunakan
balita berdampak terhadap berat badan anak saat aplikasi WHO Anthro 2005, status gizi
dilakukan pemantauan atau penimbangan di menggunakan indeks BB/U dengan katagori
Posyandu.16 mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan
Menurut Miko & Dina17, terdapat banyak RI Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010.19
faktor yang mempengaruhi status gizi balita Selanjutnya data dilakukan analisis secara
salah satunya adalah asupan nutrisi. Secara univariat dan analisis bivariat menggunakan uji
langsung asupan nutrisi dapat Chi-Square pada CI:95%.
mempengaruhi status gizi balita, hal ini terjadi
apabila asupan makanan atau nutrisi yang
diberikan kepada balita tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
sesuai dengan kebutuhan dan tidak seimbang
1. Karakeristik Responden
dalam pemberiannya akan mengakibatkan
balita mengalami gizi lebih, kurang bahkan gizi Tabel 1. Distribusi karakteristik responden
buruk. Selain itu, masalah gizi dipengaruhi oleh penelitian
berbagai faktor pada tingkat individu yaitu
asupan gizi dan penyakit infeksi yang saling Karakteristik Responden n %
terkait. Pada tingkat keluarga dan masyarakat Umur
yaitu pertama kemampuan keluarga dalam Dibawah 20 tahun 32 37,2
menyediakan pangan bagi anggotanya, Kedua 20 - 35 tahun 19 22,1
pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga Diatas 35 tahun 35 40,7
dalam memilih, mengolah dan membagi Pendidikan
makanan dan ketiga yaitu kemampuan dan SD 12 14,0
pengetahuan keluarga dalam hal kebersihan SMP 33 38,4
pribadi dan lingkungan. 18 SMA 31 36,0
Sarjana 10 11,6
Pekerjaan
METODE Tidak bekerja 51 59,3
Penelitian menggunakan desain potong Bekerja 35 40,7
lintang yang dilakukan secara deskriptif analitik. Jumlah 86 100,0
Lokasi penelitian yaitu dilakukan pada wilayah
Responden yaitu ibu-ibu balita yang
kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan
terpilih dari sampel yaitu sebanyak 86 orang.
Woyla Barat Kabupaten Aceh Barat, karena
Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 1), diketahui
kurangnya pengetahuan dan sikap ibu terhadap
bahwa menurut kelompok usia lebih banyak
makanan tambahan dengan status gizi pada balita.
diatas 35 tahun (40,7%), sedangkan berdasarkan
Populasi dalam penelitian ini adalah
jenis pendidikan secara umum responden hanya
seluruh balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir
menyelesaikan pendidikan SMP (38,4%) dan
Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat yaitu
SMA (36,0%). Selanjutnya terdapat 59,3%
sebanyak 639. Pengambilan sampel dalam
responden yang tidak bekerja dalam penelitian
penelitian ini dengan menggunakan rumus sloven
ini yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
dan diperoleh sampel sebanyak 86 balita yang
Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat,
berusia 6 – 59 bulan, yang diambil secara acak.
Kabupaten Aceh Barat.
Data yang dikumpulkan meliputi
karakteristik, pengetahuan dan sikap serta status
2. Karakeristik Sampel
gizi (berat badan, umur, jenis kelamin).
Karakteristik sampel yaitu jenis kelamin
Pengumpulan data karakteristik dilakukan secara
dan usia. Sampel dalam penelitian ini yaitu balita
wawancara menggunakan kuesioner. Sedangkan

Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 2, Nopember 2019 83


Maharani, Sri Wahyuni & DiahFitrianti

berusia 6 – 59 bulan yang terpilih secara acak di sedangkan ibu dengan pengetahuan baik hanya
Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh sebesar 30,2%. Begitu juga dengan sikap,
Kecamatan Woyla Barat. sebesar 60,5% ibu-ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan Woyla
Tabel 2. Distribusi karakteristik sampel Barat menunjukkan sikap yang masih negatif
terkait pemberian makanan tambahan kepada
Karakteristik balita mereka. Sikap ibu hampir menunjukkan
n %
Sampel proporsi yang sama dengan pengetahuannya.
Jenis Kelamin
Laki-Laki 39 45,3 4. Status Gizi Balita
Perempuan 47 54,7 Status gizi balita dinilai berdasarkan
Usia pengukuran antropometri dan indeks yang
6 – 12 bulan 10 11,6 digunakan yaitu BB/U. Hasil penelitian
13 – 24 bulan 29 33,7 sebagaimana telah disajikan pada Tabel 4
23 – 36 bulan 35 40,7 menunjukkan bahwa rata-rata umur sampel yaitu
37 – 59 bulan 12 14,0 27 bulan dengan berat badan rata-rata adalah 9,7
Jumlah 86 100,0 kg. Z-score indeks BB/U pada sampel mempunyai
rata-rata -2,2 dengan deviasi sebesar 1,03.
Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan
balita yang terpilih sebagai sampel lebih Tabel 4. Deskripsi antropometri balita
banyak berjenis kelamin perempuan yaitu
sebesar 54,7% dibandingkan dengan laki-laki Rerata +
Antropometri Min Maks
hanya sebesar 45,3%. Berdasarkan kelompok SD
usia, menunjukan sampel lebih banyak berusia Umur (bulan) 9 58 27,0 + 10,23
antara 23 – 36 bulan yaitu sebesar 40,7% dan Berat Badan (kg) 6,3 28,9 9,7 + 5,12
berusia antara 13 – 24 bulan sebesar 33,7% di Z-Score (BB/U) -2,5 2,9 -2,2 + 1,03
Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh
Kecamatan Woyla Barat. Berdasarkan keadaan status gizi balita
(Tabel 5), diketahui bahwa balita di Wilayah
3. Pengetahuan dan Sikap Ibu Mengenai Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh Kecamatan
Makanan Tambahan Woyla Barat mempunyai prevalensi gizi kurang
sebesar 54,7%.
Tabel 3. Pengetahuan dan sikap ibu tentang
makanan tambahan Tabel 5. Distribusi status gizi balita

Makanan Tambahan n % Status Gizi


n %
Pengetahuan (indeks BB/U)
Baik 26 30,2 Kurang 47 54,7
Cukup 17 19,8 Lebih 10 11,6
Kurang 43 52,0 Baik 29 33,7
Sikap Jumlah 86 100,0
Positif 34 39,5
Negatif 52 60,5 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Jumlah 86 100,0 dengan Status Gizi Balita
Hasil penelitian terkait hubungan tingkat
Berdasarkan tabel 3, menggambarkan pengetahuan ibu dengan status gizi balita di
bahwa ibu-ibu masih mempunyai pengetahuan Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Puteh
yang kurang baik tentang pemberian makanan Kecamatan Woyla Barat disajikan pada Tabel 6
tambahan kepada balita yaitu mencapai 52,0%, berikut.

84 Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 2, Nopember 2019


Pengetahuan dan Sikap tentang Makanan Tambahan...

Tabel 6. Hubungan pengetahuan dan sikap tentang makanan tambahan


dengan status gizi balita

Status Gizi Balita


Jumlah
Makanan Tambahan Kurang Lebih Baik Nilai p
n % n % n % n %
Pengetahuan
Kurang 36 83,7 3 7,0 4 9,3 43 100,0 0,000
Cukup 6 35,3 2 11,8 9 52,9 17 100,0
Baik 5 19,2 5 19,2 16 61,6 26 100,0
Sikap
Negatif 32 61,5 8 15,4 12 23,1 52 100,0 0,019
Positif 15 44,1 2 5,9 17 50,0 34 100,0
Jumlah 47 54,7 10 11,6 29 33,7 86 100,0

Hasil penelitian (Tabel 6) menunjukkan berpengaruh terhadap perilaku dan sikap dalam
bahwa sebesar 83,7% ibu-ibu yang memilih makanan untuk anaknya. Keadaan gizi
berpengetahuan kurang baik tentang makanan yang baik akan menentukan tingginya angka
tambahan yaitu mempunyai balita dengan status presentase status gizi secara nasional.
gizi kurang. Sedangkan ibu dengan pengetahuan Ketidaktahuan tentang makanan yang
baik sebesar 61,6% balita mereka mempunyai mempunyai gizi baik akan menyebabkan
status gizi yang baik. Hasil uji statistik diperoleh pemilihan makanan yang salah dan rendahnya
nilai p= 0,000 pada CI:95%, artinya terdapat gizi yang tekandung dalam makanan tersebut
hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dan akan menyebabkan status gizi anak tersebut
ibu tentang makanan tambahan dengan status menjadi buruk dan kurang.22
gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir Batee Pengetahuan yaitu pemahaman yang
Puteh Kecamatan Woyla Barat, Kabupaten Aceh berasal dari pancaindra dan pengalaman yang
Barat. telah diproses oleh akal budi seseorang dan
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan timbul secara sepontanitas. Sedangkan untuk
dengan penelitian yang telah dilakukan sifat dari pengetahuan itu sendiri terdiri dari tiga
sebelumnya oleh Trimanto pada tahun 200820, hal, yaitu spontan, intuitif, dan subjektif. Selain
dimana semakin tinggi tingkat pendidikan orang itu pengetahuan juga bersifat benar karena sesuai
tua maka semakin tinggi kepedulian terhadap dengan realitas yang ada.16 Pengetahuan
kesehatan terutama informasi tentang menjaga merupakan suatu landasan berfikir manusia
status gizi balita. Serta semakin banyak dalam melakukan suatu hal yang berkaitan
pekerjaan orang tua sebagai ibu rumah tangga, dengan pencarian jawaban atas pertanyaan yang
maka orang tua semakin banyak waktu untuk ada, seperti berkaitan dengan status gizi anak
mengasuh dan merawat anaknya sehingga atau balita.23
pemenuhan gizi anak terpantau dan tercukupi. Perhatian dari orang tua terhadap gizi balita
Salah satu faktor yang mempengaruhi akan membuat orang tua lebih mengerti akan
status gizi pada balita adalah pengetahuan orang pemenuhan gizi yang seimbang untuk balita.
tua dalam memilih dan memberikan makan, Pengetahuan orang tua tentang gizi dan makanan
karena pengetahuan orang tua mempengaruhi bergizi dapat berubah sewaktu-waktu tergantung
bagaimana orang tua mampu memenuhi dengan apa yang mempengaruhi, seperti
persediaan makanan bagi balitanya, pengatahuan yang ddiperoleh tenaga kesehatan
mengkonsumsi makanan sesuai gizi yang benar, seperti bidan desa, kader posyandu, dokter, maupun
memilih jenis makanan serta memprioritaskan sumber lain seperti media sosial yang dapat
makanan di tengah keluargannya.21 Tingkat mempengaruhi pengetahuan itu sendiri, khususnya
pengetahuan orang tua tentang gizi sangat perubahan pengetahuan orang tua balita.

Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 2, Nopember 2019 85


Maharani, Sri Wahyuni & DiahFitrianti

6. Hubungan Ibu dengan Status Gizi Balita tingkat makanan yang cukup dan
Hubungan sikap ibu tentang makanan keanekaragaman dipengaruhi oleh tingkat
tambahan dengan status gizi balita sebagaimana pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya.
disajikan pad Tabel 6 menunjukkan bahwa, Keridaktahuan ibu dapat menyebabkan
terdapat 61,5% ibu-ibu yang sikap negatif kesalahan pemilihan makanan terutama
tentang makanan tambahan mempunyai balita makanan untuk anak balita.14 Ibu yang memiliki
dengan status gizi kurang. Sedangkan ibu-ibu sikap positif juga ada yang memiliki balita gizi
yang bersikap positif mempunyai status gizi kurang, hal ini dikarenakan ada faktor lain yang
yang baik sebesar 50,0%. Hasil uji statistik mempengaruhi status gizi. Misalnya, walaupun
diperoleh nilai p= 0,019, hal ini menunjukkan ibu memiliki sikap positif dalam memberikan
bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap makanan tetapi kalau kondisi social ekonomi
ibu tentang makanan tambahan dengan status kurang, pemenuhan nutrisi untuk balita juga
gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pir akan terganggu.25
Batee Puteh Kecamatan Woyla Barat, Kondisi gizi anak yang kurang baik juga
Kabupaten Aceh Barat. bisa terjadi dari ibu yang memiliki sikap positif
Berdasarkan hasil temuan dari penelitian terhadap gizi anak. Faktor penyebab adalah
menunjukkan bahwa ibu yang memiliki sikap faktor kesehatan dan lingkungan di sekitar anak.
positif juga ada yang memiliki balita gizi kurang, Kedua faktor tersebut merupakan faktor
hal ini dikarenakan ada faktor lain yang langsung yang juga dapat memengaruhi status
mempengaruhi status gizi. Pemberian makanan gizi anak. Faktor lain yang dapat memengaruhi
untuk balita banyak mengandung bumbu yang terjadinya gizi buruk pada anak dilihat dari
merangsang dan digoreng, selain itu terdapat karateristik ibu adalah produktivitas keluarga.
juga yang memberi makan pada anaknya dengan Oleh karena itu walaupun ibu memiliki sikap
nasi dan kerupuk tanpa lauk seperti tempe atau negatif mengenai gizi balita tetapi jika anak
telur dan sayuran untuk makanan pokok anak tersebut mengkonsumsi makanan yang memiliki
balita, serta terdapat juga yang memberikan kandungan gizi cukup maka anak tersebut akan
jajanan pada anaknya. tetap memiliki gizi baik, begitu pula sebaliknya.5
Sejalan dengan pendapat yang dikemukan Kurang memahami dan mengerti tentang
oleh Laraeni et al.24, bahwa sikap merupakan tindakan nyata terhadap status gizi balita, ibu
faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat tidak paham tentang makanan tambahan yang
mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. harus diolah untuk menunjang berat badan dan
Jika seorang ibu mempunyai sikap yang baik status gizi balita, hal ini disebabkan karena
terhadap gizi akan melahirkan perilaku yang baik rendahnya sikap ibu yang mau mengganti menu
pula dalam meningkatkan status gizinya. Hal ini masakan untuk kecukupan status gizi balita, ibu
sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan tidak merinisiatif untuk mengganti menu
oleh Nainggolan14, bahwa terdapat hubungan masakan guna tercukupinya status gizi balita.
yang signifikan antara sikap gizi ibu dengan status
gizi balita. Keadaan ini dapat disebabkan karena
sikap ibu merupakan faktor tidak langsung yang KESIMPULAN
mempengaruhi status gizi balita, oleh karena itu
meskipun ibu memiliki sikap negatif mengenai Ibu-ibu masih banyak yang
gizi balita tetapi jika anak mengkonsumsi berpengetahuan kurang terkait pemberian
makanan yang cukup gizi maka anak tetap akan makanan tambahan bagi balita, begitu juga sikap
memiliki status gizi yang baik. mereka tentang pemberian makanan tambahan
Kekurangan gizi yang terjadi pada balita masih bersikap negatif. Selain itu balita di
dapat disebabkan sikap atau perilaku ibu yang Kecamatan Woyla Barat lebih banyak yang
menjadi faktor dalam pemilihan bahan makanan berstatus gizi kurang. Ibu dengan pengetahuan
yang tidak benar. Pemilihan bahan makanan, kurang baik cenderung mempunyai balita
tersedianya jumlah makanan yang cukup dan dengan status gizi kurang, begitu juga dengan
keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh sikap ibu yang negatif. Selanjutnya, terdapat

86 Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 2, Nopember 2019


Pengetahuan dan Sikap tentang Makanan Tambahan...

hubungan bermakna antara pengetahuan dan Nasuwakes. 2013;6(2):169-184.


sikap ibu tentang pemberian makanan tambahan 6. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Edisi
dengan status gizi balita Kecamatan Woyla ke 9. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
Barat Kabupaten Aceh Barat. 2013.
Saran, bagi petugas kesehatan khususnya 7. Sartika RAD. Analisis pemanfaatan
ahli gizi diharapkan secara rutin dapat program pelayanan kesehatan status gizi
memberikan penyuluhan kepada orang tua balita. Kesmas: National Public Health
khususnya ibu balita tentang pentingnya Journal. 2010;5(2):90-96.
pengetahuan dan sikap tentang gizi dan 8. Arifin Z. Gambaran Pola Makan Anak Usia
pemberian makanan tambahan pada balita. 3-5 Tahun Dengan Gizi Kurang Di Pondok
Selain itu, diharapkan bisa dijadikan masukan Bersalin Tri Sakti Balong Tani Kecamatan
bagi masyarakat khususnya ibu-ibu balita yang Jabon–Sidoarjo. Jurnal Kebidanan
bersikap negatif tentang gizi kurang pada balita Midwiferia. 2016;1(1):16-29.
untuk lebih berinisiatif mencari informasi baik 9. Supariasa I, Bakri B, Fajar I. Penilaian
dari majalah, koran, TV, atau tenaga kesehatan Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
sehingga masyarakat sadar dan bersikap positif 2012.
untuk menentukan pola makan pada balita. 10. Iskandar I. Pengaruh Pemberian Makanan
Tambahan Modifikasi Terhadap Status Gizi
Balita. AcTion: Aceh Nutrition Journal.
DAFTAR PUSTAKA 2017;2(2):120-125.
doi:http://dx.doi.org/10.30867/action.v2i2.6
1. Miko A, Al-Rahmad AH. Hubungan Berat
5.
dan Tinggi Badan Orang Tua dengan Status
11. Dinkes Aceh. Profil Kesehatan Aceh Tahun
Gizi Balita di Kabupaten Aceh Besar. Gizi
2017. Banda Aceh; 2018.
Indonesia. 2017;40(1):21-34.
12. Dinkes Aceh Barat. Profil Kesehatan
2. Al Rahmad A, Miko A. Peningkatan
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2017.
Pengetahuan Calon Pengantin melalui
Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat; 2018.
Konseling ASI Eksklusif di Aceh Besar.
13. Sarlis N, Ivanna CN. Faktor-faktor yang
Indonesian Bulletin of Health Research.
berhubungan dengan status gizi balita di
2017;45(4):249-256.
Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru tahun
doi:http://dx.doi.org/10.22435/bpk.v45i4.6
2016. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah
802.249-256.
3. Caleyachetty R, Thomas GN, Kengne AP, Problema Kesehatan. 2018;3(1):146-152.
14. Nainggolan J, Zuraida R. Hubungan Antara
Echouffo-Tcheugui JB, Schilsky S,
Pengetahuan Dan Sikap Gizi Ibu Dengan
Khodabocus J, Uauy R. The double burden
Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja
of malnutrition among adolescents: analysis
Puskesmas Rajabasa Indah Kelurahan
of data from the Global School-Based
Rajabasa Raya Bandar Lampung. Jurnal
Student Health and Health Behavior in
School-Aged Children surveys in 57 low- Majority. 2012;1(1):62-73.
and middle-income countries. The American 15. Jago F, Marni M, Limbu R. Pengetahuan
Ibu, Pola Makan Balita, dan Pendapatan
journal of clinical nutrition.
Keluarga dengan Status Gizi pada Balita Di
2018;108(2):414-424.
Wilayah Kerja Puskesmas Danga
doi:https://doi.org/10.1093/ajcn/nqy105.
Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo.
4. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar 2018.
Lontar: Journal of Community Health.
Pertama. Jakarta: Badan Penelitian dan
2019;1(1):16-22.
Pengembangan Kesehatan.; 2019.
16. Al Rahmad AH. Modul pendamping KMS
5. AL-Rahmad AH, Miko A, Hadi A. Kajian
sebagai sarana ibu untuk memantau
stunting pada anak balita ditinjau dari
pemberian ASI eksklusif, MP-ASI, status pertumbuhan balita. AcTion: Aceh Nutrition
Journal. 2018;3(1):42-47.
imunisasi dan karakteristik keluarga di Kota
doi:http://dx.doi.org/10.30867/action.v3i1.9
Banda Aceh. J Kesehatan Ilmiah

Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 2, Nopember 2019 87


Maharani, Sri Wahyuni & DiahFitrianti

8. Jurnal Gizi dan Pangan Vol. 2008;1(2):23-


17. Miko A, Dina PB. Hubungan Pola Makan 28.
Pagi dengan Status Gizi pada Mahasiswi 22. Maulana LAM. Gambaran Pengetahuan,
Poltekkes Kemenkes Aceh. Aceh Nutrition Sikap dan Tindakan Terhadap Status Gizi
Journal. 2016;1(2):83-87. Siswa SD Inpres 2 Pannamu. Makasar:
doi:http://dx.doi.org/10.30867/action.v1i2.1 Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
5.18. Oktarina M. Hubungan sikap ibu Keseahtan Masyarakat Universitas
dengan status gizi balita di wilayah kerja Hasanudin Makassar. Jurnal Kesmas.
Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. 2012;2(3):21-24.
Medika Respati. 2017;12(4):63-68. 23. Hardiyanti R, Jus’at I, Angkasa D.
19. Kemenkes. Standar Antropometri Penilaian Hubungan lama kerja menjadi kader,
Status Gizi Anak, Keputusan Menteri pengetahuan, pendidikan, pelatihan dengan
Kesehatan RI Nomor: presisi dan akurasi hasil penimbangan berat
1995/Menkes/SK/XII/2010. Jakarta: badan balita oleh kader Posyandu. AcTion:
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Aceh Nutrition Journal. 2018;3(1):74-81.
Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian doi:http://dx.doi.org/10.30867/action.v3i1.1
Kesehatan Republik Indonesia; 2011. 02.
20. Trimanto A. Hubungan antara tingkat 24. Laraeni Y, Sofiyatin R, Rahayu Y.
pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dan Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan
modal sosial dengan status gizi anak balita Perilaku Ibu Terhadap Konsumsi Zat Gizi
di Kabupaten Sragen. 2008. (Energi, Protein) pada Balita Gizi Kurang di
https://eprints.uns.ac.id/9594/1/721907072 Desa Labuhan Lombok. Media Bina
00903121.pdf. Ilmih15. 2015;9(1):1-7.
21. Agus R. Hubungan pengetahuan, sikap, dan 25. Wilujeng R, Supriliyah P. Hubungan sikap
tindakan ibu tentang gizi dengan status gizi ibu dalam memberikan makanan dengan
anak balita (1-5 tahun) di Jorong Surau Laut status gizi batita usia 1-3 tahun di desa Puton
Wilayah Kerja Puskesmas Biaro Kecamatan Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
IV Angkek Kabupaten Agam tahun 2008. Jurnal Metabolisme. 2013;2(4):1-5.

88 Jurnal AcTion, Volume 4, Nomor 2, Nopember 2019

You might also like