You are on page 1of 17

HUBUNGAN USIA, POLA ASUH ORANG TUA DAN

LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN KEJADIAN


MEROKOK PADA REMAJA DI DUSUN
WIDORO BANGUNHARJO SEWON
BANTUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

HESTI WULANDARI
070201170

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
THE RELATION OF AGE, REARING PATTERN AND SOCIAL
SURROUNDING TO SMOKING CASES AMONG TEENAGERS
IN WIDORO HAMLET BANGUNHARJO SEWON
BANTUL YOGYAKARTA 1

Hesti Wulandari2, Endri Astuti3

ABSTRACT

Background of the problem: Smoking is very harmful for one’s health. The danger and
negative impact of smoking is considerably high. Some factors which may trigger
smoking habits among teenagers are age, parent’s rearing pattern, and given social
environment.
Aim of the research: To figure out the relation of age, rearing pattern, and social
surrounding to smoking cases among teenagers in Widoro hamlet, Bangunharjo, Sewon,
Bantul, Yogyakarta.
Research method: This is a descriptive-correlative research with cross sectional
approach. Sample of the research was 75 teenagers. The researcher used a total sampling
technique. The instruments of the research are questionnaire, validity and reliability test
using product moment and alfa cronbach. The data analysis employed logistic regression
test.
Result of the research: There is relation of age, rearing pattern, and given social
environment to smoking cases with significance of 0.031; 0.003, and 0.000. Logistic
regression analysis shows that parent’s rearing pattern and given social environment are
major factors, while age is a moderator to smoking cases among teenagers in Widoro
hamlet, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. These three elements contribute 43%
of the total findings and parents’ rearing pattern has the biggest chance (4,618 times) to
smoking cases compared to chance of age (1,649 times) and given social environment
(0,072 time).
Conclusion: It is expected that parents apply appropriate rearing pattern and create
beneficial surrounding. So, their children may avoid smoking influences. Other
researchers are expected to conduct similar research with larger and vary samples in
several areas.

Keywords : usia, pola asuh orang tua, lingkungan sosial, kejadian merokok,
remaja

1
Title of the Final Paper
2
Student of School of Nursing, ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
3
Lecturer of School of Nursing, ‘Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta
PENDAHULUAN dimodifikasi. Data statisitik menunjukkan
Masa remaja merupakan masa bahwa 90% kematian disebabkan karena
transisi dari masa anak ke masa dewasa gangguan pernafasan, 25% kematian
yang ditandai dengan percepatan karena penyakit jantung koroner dan 75%
perkembangan fisik, mental, emosional dan disebabkan karena penyakit emphysema
sosial. Pada masa transisi tersebut remaja (Husaini, 2007).
seolah-olah ada pada dua masa, yaitu masa Merokok merupakan perilaku yang
yang ditinggalkan (masa anak-anak) dan dipelajari, sehingga perlu ada agen
masa yang akan dimasuki (masa dewasa). sosialisasi dalam proses munculnya
Pada masa ini, remaja cenderung berfokus perilaku tersebut, dan lingkungan
pada penilaian kembali dan restrukturisasi merupakan faktor penting yang pertama
jati dirinya (Pardede, 2002). kali memperkenalkan remaja terhadap
Remaja dianggap sebagai suatu perilaku merokok. Aktivitas merokok yang
periode yang paling sehat dalam siklus ada di lingkungan menstimulasi remaja
kehidupan. Keberhasilan remaja melalui untuk mencoba hal yang sama agar dapat
masa transisi ini dipengaruhi oleh faktor diterima sebagai anggota dari lingkungan
individu (biologis, kognitif dan psikologis) tersebut (Muchtar, 2005). Selain itu,
maupun lingkungan (keluarga, teman dan menurut Mu’tadin (2002) faktor penyebab
masyarakat). Jika faktor individu dan perilaku merokok pada remaja adalah
lingkungan baik, maka remaja berhasil pengaruh orang tua, teman sebaya, faktor
melalui masa transisi tersebut. Begitu juga kepribadian dan iklan.
sebaliknya. Remaja akan mudah melakukan Merokok tidak hanya dilakukan
berbagai penyimpangan. Salah satunya remaja perkotaan, tetapi telah merambah
adalah dengan merokok. remaja pedesaan. Survei sosial dan
Bahaya dan dampak negatif dalam ekonomi nasional (Susenas) 1995 dan 2001
rokok sangat besar. Seorang perokok aktif menunjukkan bahwa persentase penduduk
3,5 kali lipat lebih rentan terhadap penyakit yang merokok di pedesaan lebih tinggi
dibandingkan orang yang tidak merokok. dibandingkan di perkotaan. Prevalensi
Penelitian lain mengungkapkan bahwa merokok di pedesaan adalah sebesar 34%
kebiasaan merokok merupakan penyebab dan di perkotaan sebesar 28,2%. Prevalensi
utama dan pertama kematian yang dapat merokok laki-laki umur 15 tahun ke atas
yang tinggal di desa adalah sebesar 67% Dalam penelitian ini populasi yang
dan yang tinggal di kota 56,1 %, sedangkan diambil adalah semua remaja laki-laki yang
prevalensi merokok wanita umur 15 tahun tinggal di Dusun Widoro Bangunharjo
ke atas di desa 1,5 % dan di kota 1,1 % Sewon Bantul Yogyakarta yang berjumlah
(www.litbang.depkes.go.id). 75 orang.
Dari uraian di atas terdapat Metode yang digunakan adalah
beberapa faktor yang mendorong aktifitas dengan teknik total sampling yaitu teknik
merokok pada remaja, yaitu faktor usia, pengambilan sampel dengan menggunakan
faktor pola asuh orang tua dan faktor semua anggota populasi (Sugiyono, 2006).
lingkungan sosial. Hal tersebut membuat Mempunyai kriteria inklusi dan
peneliti tertarik untuk meneliti adanya eksklusi sebagai berikut:
hubungan usia, pola asuh orang tua dan Kriteria inklusi:
lingkungan sosial dengan kejadian merokok a. Bersedia untuk menjadi responden
pada remaja khususnya di Dusun Widoro b. Masih tinggal dengan orang tua
Bangunharjo Sewon Bantul Yogyakarta. c. Berusia antara 12-21 tahun
Adapun tujuan penelitian ini adalah d. Subyek dapat membaca dan menulis
diketahuinya hubungan usia, pola asuh Kriteria eksklusi:
orang tua dan lingkungan sosial dengan Responden tiba-tiba menolak menjadi
kejadian merokok pada remaja. responden
Alat yang digunakan dalam
METODE PENELITIAN penelitian ini adalah dengan menggunakan

Penelitian yang dilakukan berjenis kuisioner yang diisi oleh responden sendiri.

kuantitatif yang termasuk dalam desain Pelaksanaan penelitian dilakukan

deskripsi korelasi (descriptive correlation) dengan mendatangi perkumpulan remaja di

dengan pendekatan waktu cross sectional Dusun Widoro Bangunharjo Sewon Bantul

model yaitu suatu penelitian untuk Yogyakarta. Peneliti kemudian melakukan

mempelajari dinamika korelasi antara wawancara dan meminta persetujuan untuk

faktor dan resiko dengan efek dengan cara menjadi responden. Setelah itu peneliti

pendekatan, observasi atau pengumpulan membagikan kuisioner dan menjelaskan

data sekaligus pada satu waktu (point cara pengisian kuisioner tersebut.

approach) (Notoatmodjo, 2010).


Uji validitas dan reliabilitas 2. Karakteristik Responden
menggunakan pearson product moment dan Responden dalam penelitian ini
alfa cronbach serta uji statistik yang adalah remaja di Dusun Widoro
digunakan adalah chi square. Bangunharjo Sewon Bantul
Kemudian dilanjutkan dengan uji Yogyakarta yang berjumlah 75
regresi logistic untuk menentukan seberapa orang. Karakteristik responden yang
besar variabel-variabel bebas penelitian diamati dalam penelitian ini yaitu
secara bersama-sama berpengaruh terhadap berdasarkan umur, pendidikan dan
kejadian merokok. status pekerjaan.
a. Umur responden
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur
A. Hasil Penelitian Responden
1. Gambaran Umum Lokasi Umur Frekuensi Persentase
(f) (%)
Penelitian ini dilaksanakan di 12 – 15 24 32
Dusun Widoro, Kelurahan 15 – 18 27 36
18 – 21 24 32
Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Total 75 100
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Sumber: Data Primer, 2011
Yogyakarta. Dusun Widoro
Tabel di atas menunjukkan
merupakan daerah dataran rendah
jumlah remaja terbanyak yaitu pada
dan dikelilingi areal persawahan
kategori umur antara 15-18 tahun
yang terbagi dalam 8 RT.
sebanyak 27 orang (36%),
Jumlah remaja di dusun
sedangkan untuk kategori umur 12-
tersebut yaitu 75 orang. Remaja
15 tahun dan 18-21 tahun masing-
yang telah bekerja termasuk ke
masing yaitu 24 orang (32%).
dalam kategori cukup tinggi yaitu
15 orang (20%) dari keseluruhan
remaja dan dari hasil pengkajian
didapatkan 46 orang (61,33%)
kepala keluarga yang merokok.
b. Pendidikan Responden 3. Deskripsi Data Penelitian
Tabel 4.2 a. Usia
Distribusi Frekuensi Pendidikan
Tabel 4.4
Responden
Usia pada Remaja di Dusun
Pendidikan Frekuensi Persentase
Widoro Bangunharjo Sewon
(f) (%)
Bantul Yogyakarta
SD 11 14,7 Tahun 2011
SMP 12 16
Kategori Frekuensi Persentase
SMA/SMK 45 60
Umur (f) (%)
PT 7 9,3
Remaja 24 32
Total 75 100 awal
Sumber: Data Primer, 2011 Remaja 27 36
pertengahan
Tabel di atas menunjukkan Remaja 24 32
jumlah responden terbanyak yaitu akhir
Total 75 100
remaja berpendidikan SMA/SMK
Sumber: Data Primer, 2011
yaitu sebanyak 45 orang (60%) dan
paling sedikit adalah remaja Tabel di atas menunjukkan

berpendidikan Perguruan Tinggi bahwa sebagian besar remaja di

(PT) yaitu 7 orang (9,33%). Dusun Widoro Bangunharjo Sewon

c. Status Pekerjaan Bantul Yogyakarta termasuk dalam


Tabel 4.3 kategori remaja pertengahan yaitu
Distribusi Frekuensi Status
Pekerjaan Responden sebanyak 27 orang (36%).
Status Frekuensi Persentase b. Pola Asuh Orang Tua
Pekerjaan (f) (%)
Tabel 4.5 Pola Asuh Orang Tua pada
Pelajar 53 70,7
Remaja di Dusun Widoro Bangunharjo
Mahasiswa 7 9,3
Sewon
Bekerja 15 20
Bantul Yogyakarta
Total 75 100
Tahun 2011
Sumber: Data Primer, 2011
Kategori Frekuensi Persentase
Pola Asuh (f) (%)
Tabel di atas menunjukkan
Demokratis 38 50,7
status pekerjaan responden Otoriter 36 48
terbanyak yaitu pelajar sebanyak 53 Permisif 1 1,3
Total 75 100
orang (70,7%) dan paling sedikit Sumber: Data Primer, 2011
adalah mahasiswa yaitu 7 orang
Tabel di atas menunjukkan
(9,3%).
bahwa sebagian besar orang tua
remaja di Dusun Widoro
Bangunharjo Sewon Bantul d. Kejadian Merokok
Yogyakarta menerapkan pola asuh Tabel 4.7
Kejadian Merokok pada Remaja di
demokrasi yaitu 38 orang (50,7%),
Dusun Widoro Bangunharjo
dan terdapat 36 orang yang Sewon Bantul Yogyakarta
Tahun 2011
menerapkan pola asuh otoriter
Kejadian Frekuensi Persentase
(40%) serta 1 orang yang Merokok (f) (%)
Merokok 32 42,7
menerapkan pola asuh permisif
Tidak 43 57,3
(1,3%). Merokok
c. Lingkungan Sosial Total 75 100
Sumber: Data Primer, 2011
Tabel 4.6
Lingkungan Sosial Remaja di Dusun Tabel di atas menunjukkan
Widoro Bangunharjo Sewon
Bantul Yogyakarta bahwa tidak terdapat perbedaan
Tahun 2011 yang menonjol antara remaja yang
Kategori Frekuensi Persentase
Lingkungan (f) (%) merokok dan tidak merokok.
Sosial Dimana remaja yang merokok
Baik 10 13,3
Sedang 56 74,7 sebanyak 32 orang (42,7%) dan 43
Kurang 9 12 orang remaja tidak merokok
Total 75 100
(57,3%).
Sumber: Data Primer, 2011

Tabel di atas menunjukkan


bahwa dari 75 responden, mayoritas
memiliki lingkungan sosial sedang
yaitu sebanyak 56 orang (74,7%)
sedangkan 10 orang mempunyai
lingkungan sosial baik (13,3%)
serta 9 orang mempunyai
lingkungan sosial kurang (12%).
4. Kejadian Merokok Berdasarkan orang remaja yang berasal dari
Usia, Pola Asuh Orang Tua dan keluarga dengan pola asuh
Lingkungan Sosial demokrasi diketahui tidak merokok
Tabel 4.8 yaitu sebesar 38,7%.
Kejadian Merokok Berdasarkan Usia, Pola Asuh
Remaja yang merokok dan
Orang Tua dan Lingkungan Sosial pada Remaja
di Dusun Widoro Bangunharjo Sewon tidak merokok banyak terdapat
Bantul Yogyakarta
dalam lingkungan sosial sedang
Tahun 2011
Kejadian Merokok yaitu 23 orang (30,7%) dan 33
Merokok Tidak orang (44%).
(%) Merokok
(%) 5. Hubungan Usia, Pola Asuh Orang
Usia Remaja 6 (8) 18 (24) Tua dan Lingkungan Sosial dengan
Awal
Remaja 11 (14,7) 16 (21,3) Kejadian Merokok
Pertengahan Hasil analisis statistik chi
Remaja 15 (20) 9 (12)
Akhir square (X²) untuk mengetahui
Pola Asuh Demokrasi 9 (12) 29 (38,7) hubungan usia dengan kejadian
Orang Tua Otoriter 22 (29,3) 14 (18,7)
Permisif 1 (1,3) 0 (0) merokok diperoleh nilai X² hitung
Lingkungan Baik 9 (12) 1 (1,3) sebesar 6,962 dengan signifikansi
Sosial Sedang 23 (30,7) 33 (44)
Kurang 9 (12) 0 (0) (Asymp.sig) yaitu 0,031 lebih kecil
Sumber: Data Primer, 2011 dari 0,05 (p value < 0,05), maka Ho
ditolak dan Ha diterima sehingga
Berdasarkan tabulasi silang
ada hubungan antara usia dengan
antara usia dengan kejadian
kejadian merokok.
merokok diketahui bahwa jumlah
Pada uji pola asuh orang tua
remaja yang merokok paling banyak
dengan kejadian merokok diperoleh
berada pada tahap remaja akhir
nilai X² hitung sebesar 11,948
yaitu 15 orang (20%) dan 18 orang
dengan signifikansi (Asymp.sig)
yang tidak merokok termasuk dalam
yaitu 0,003 lebih kecil dari 0,05 (p
kategori remaja awal (24%).
value < 0,05), maka Ho ditolak dan
Remaja yang merokok banyak
Ha diterima sehingga ada hubungan
terdapat dalam keluarga yang
antara pola asuh orang tua dengan
menerapkan pola asuh otoriter yaitu
kejadian merokok.
sebanyak 22 orang (29,3%) dan 29
Pada uji lingkungan sosial moderator atas kejadian merokok
dengan kejadian merokok diperoleh pada remaja di Dusun Widoro
nilai X² hitung sebesar 15,915 Bangunharjo Sewon Bantul
dengan signifikansi (Asymp.sig) Yogyakarta. Dapat disimpulkan
yaitu 0,000 lebih kecil dari 0,05 (p bahwa hubungan pola asuh orang
value < 0,05), maka Ho ditolak dan tua dan lingkungan sosial dengan
Ha diterima sehingga ada hubungan kejadian merokok akan semakin
antara lingkungan sosial dengan kuat jika faktor usia ada di
kejadian merokok. dalamnya.
Data penelitian kemudian Dari tabel di atas terlihat bahwa
dianalisis dengan regresi logistic nilai Exp (B) variabel usia, pola
untuk mengetahui hubungan antara asuh orang tua dan lingkungan
usia, pola asuh orang tua dan sosial yaitu 1,649; 4,618 dan 0,072.
lingkungan sosial secara bersama- Hal ini menunjukkan bahwa
sama berpengaruh terhadap peluang usia terhadap kejadian
kejadian merokok pada remaja di merokok yaitu sebesar 1,649 kali
Dusun Widoro Bangunharjo Sewon dan peluang pola asuh orang tua
Bantul Yogyakarta. terhadap kejadian merokok sebesar
Tabel 4.9 4,618 kali serta peluang lingkungan
Hasil Analisis Regresi Logistik
sosial dengan kejadian merokok
Variabel Sig Exp(B)
Usia ,187 1,649 yaitu sebesar 0,072 kali. Sehingga
Pola Asuh ,008 4,618 dapat disimpulkan bahwa pola asuh
Orang Tua
Lingkungan ,015 ,072 orang tua mempunyai peluang
Sosial paling besar terhadap kejadian
Constant ,557 4,407
Sumber: Data Primer, 2011 merokok dibandingkan dengan
peluang usia dan lingkungan sosial.
Hasil analisis regresi logistic
menunjukkan bahwa hanya variabel
pola asuh orang tua dan lingkungan
sosial yang signifikan (sig.= 0,008
dan 0,015) sedangkan variabel usia
(sig.= 0,187) merupakan variabel
B. Pembahasan awal (12-15 tahun), remaja
1. Hubungan Usia dengan Kejadian pertengahan (15-18 tahun) sebesar
Merokok 21,3% serta remaja akhir (18-21
Pada tabel 4.8 dari total remaja tahun) yaitu 12 %. Hal ini mungkin
berusia 12-15 tahun yang berjumlah dikarenakan oleh keragaman dari
24 orang, 6 diantaranya (25%) yang masing-masing individu dalam
merokok. Hal tersebut sejalan proses pencarian identitasnya.
dengan penelitian yang dilakukan Remaja tersebut mungkin berada
oleh Global Youth Tobacco Survey pada taraf identity achievement
(GYTS) WHO tahun 2006, yang yang akan menolak tawaran rokok
hasilnya kurang lebih 37,3% anak- karena tahu bahwa rokok akan
anak usia 13 hingga 15 tahun di mengganggu kesehatannya. Remaja
Indonesia pernah merokok. pada taraf ini sudah dapat
Pada tabel tersebut terlihat mengadopsi hal-hal yang baik
bahwa remaja yang merokok dalam lingkungan maupun
semakin tinggi di setiap fasenya. masyarakat (Istiqomah, 2003).
Pada fase remaja awal (12-15 2. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
tahun), remaja yang merokok dengan Kejadian Merokok
berjumlah 6 orang dan semakin Tabel 4.8 menunjukkan bahwa
meningkat jumlahnya pada fase remaja yang merokok paling banyak
remaja pertengahan (15-18 tahun) berada pada kategori pola asuh
yaitu 11 orang serta pada fase orang tua otoriter dan permisif.
remaja akhir (18-21 tahun) yang Orang tua yang menerapkan pola
berjumlah 15 orang. Itu asuh otoriter cenderung
menunjukkan bahwa prevalensi menekankan kekuasaan tanpa
merokok lebih tinggi pada kompromi. Anak-anak remaja
kelompok usia tertentu (Rachiotis, tumbuh dan berkembang dalam
2008). tekanan psikis maupun fisik yang
Persentase remaja yang tidak pada akhirnya dapat menimbulkan
merokok yaitu sebesar 24 % dan stres dan dikompensasi dengan
termasuk dalam kategori remaja merokok.
Pada remaja dengan pola asuh orang (18,7%). Hal ini mungkin
orang tua yang permisif tidak jauh dikarenakan oleh faktor usia yang
berbeda. Pola asuh permisif merupakan variabel moderator
merupakan pola asuh yang kejadian merokok. Remaja dengan
menekankan pada kebebasan. pola asuh demokratis dan berada
Remaja dengan pola asuh permisif pada tahap remaja akhir mempunyai
cenderung melampiaskan kebebasan kemungkinan untuk merokok lebih
tersebut dengan melakukan tinggi dibandingkan dengan remaja
berbagai aktifitas di luar rumah. awal pada pola asuh yang sama.
Remaja tersebut merasa frustrasi Begitu pula yang terjadi pada
dan kompensasi yang dilakukan remaja dengan pola asuh otoriter
adalah dengan merokok. sehingga dapat disimpulkan bahwa
Berbeda dengan remaja yang hubungan pola asuh orang tua
diasuh menggunakan pola asuh dengan kejadian merokok pada
demokrasi. Tabel 4.8 menunjukkan remaja akan semakin kuat jika ada
bahwa 38 orang remaja yang faktor usia berada di dalamnya.
berasal dari orang tua yang 3. Hubungan Lingkungan Sosial
menerapkan pola asuh demokratis, dengan Kejadian Merokok
29 diantaranya diketahui tidak Tabel 4.8 memperlihatkan
merokok (38,7%). Surbakti (2009) bahwa frekuensi remaja merokok
menyatakan bahwa pola asuh paling tinggi berada pada
demokrasi dipandang paling lingkungan sosial sedang yaitu 23
memadai untuk diterapkan terhadap orang (30,7%) dan paling rendah
para remaja dan anggota keluarga terdapat pada lingkungan sosial baik
lain. yaitu 9 orang (12%).
Pada pola asuh demokrasi Baharudin (2010) menyatakan
masih ditemukan kejadian merokok bahwa lingkungan sosial atau
remaja yaitu sebanyak 9 orang masyarakat adalah tempat individu
(12%). Demikian juga pada pola berinteraksi dengan individu lain.
asuh otoriter, ditemukan remaja Lingkungan sosial yang dimiliki
yang tidak merokok sebanyak 14 oleh seorang remaja yang terdiri
dari lingkungan keluarga, 4. Hubungan Usia, Pola Asuh Orang
lingkungan bertetangga, serta Tua dan Lingkungan Sosial dengan
lingkungan sekolah dimana masing- Kejadian Merokok
masing mempunyai pengaruh yang Hasil analisis regresi logistic
signifikan terhadap perkembangan menunjukkan bahwa nilai koefisien
psikologis mereka (Marendra, determinasi (R²) sebesar 0,430. Hal
2009). ini berarti sumbangan faktor usia,
Kurniawati (2003) dalam pola asuh orang tua dan lingkungan
penelitiannya menyebutkan bahwa sosial terhadap kejadian merokok
dukungan teman memberikan pada remaja di Dusun Widoro
sumbangan efektif terhadap Bangunharjo Sewon Bantul
munculnya perilaku merokok pada Yogyakarta adalah sebesar 43%.
remaja sebesar (93,8%). . Hasil tersebut sesuai dengan
Hasil penelitian ini pendapat Smet (1994 dalam
menunjukkan bahwa lingkungan Nasution, 2007) yang
sosial mempunyai kontribusi yang mengungkapkan tentang beberapa
paling rendah terhadap kejadian faktor yang mempengaruhi kejadian
merokok pada remaja. Hal ini merokok pada remaja antara lain
terlihat dari masih adanya remaja faktor lingkungan sosial,
yang merokok padahal ia berada di demografis dan pola asuh orang tua.
lingkungan sosial baik dan Jika ketiga faktor di atas
lingkungan sosial sedang. Keadaan terdapat pada diri remaja,
ini mungkin dikarenakan masih dimungkinkan remaja tersebut
adanya beberapa faktor yang dapat memiliki kemungkinan lebih besar
berpengaruh terhadap kejadian untuk merokok dibandingkan
merokok remaja, antara lain karena remaja yang hanya memiliki satu
faktor usia dan pola asuh orang tua. faktor yang mempengaruhi
merokok.
KESIMPULAN DAN SARAN Widoro Bangunharjo Sewon Bantul

A. Kesimpulan Yogyakarta (X² hitung=6,962; p

Berdasarkan hasil penelitian value = 0,031).

“Hubungan Usia, Pola Asuh Orang Tua 6. Ada hubungan pola asuh orang tua

dan Lingkungan Sosial dengan dengan kejadian merokok pada

Kejadian Merokok pada Remaja di remaja di Dusun Widoro

Dusun Widoro Bangunharjo Sewon Bangunharjo Sewon Bantul

Bantul Yogyakarta dapat disimpulkan Yogyakarta (X² hitung=11,948; p

bahwa: value = 0,003).

1. Usia remaja di Dusun Widoro 7. Ada hubungan lingkungan sosial

Bangunharjo Sewon Bantul dengan kejadian merokok pada

Yogyakarta terbanyak berusia remaja di Dusun Widoro

antara 15 sampai 18 tahun (remaja Bangunharjo Sewon Bantul

pertengahan) yaitu sebanyak 27 Yogyakarta (X² hitung=15,915; p

orang (36%). value = 0,000).

2. Pola asuh orang tua di Dusun 8. Ada pengaruh antara usia, pula asuh

Widoro Bangunharjo Sewon Bantul orang tua dan lingkungan sosial

Yogyakarta terbanyak adalah pola dengan kejadian merokok pada

asuh demokrasi yaitu 38 orang remaja di Dusun Widoro

(50,7%), Bangunharjo Sewon Bantul

3. Lingkungan sosial remaja di Dusun Yogyakarta. Ketiga variabel

Widoro Bangunharjo Sewon Bantul tersebut secara bersama-sama

Yogyakarta mayoritas memiliki berpengaruh terhadap kejadian

lingkungan sosial sedang yaitu merokok pada remaja sebesar 43%.

sebanyak 56 orang (74,7%) B. Saran

4. Kejadian merokok remaja di Dusun Berdasarkan penelitian yang

Widoro Bangunharjo Sewon Bantul telah dilakukan, ada beberapa saran

Yogyakarta yaitu sebanyak 32 yang dapat diberikan, yaitu:

orang (42,7%). 1. Bagi remaja Dusun Widoro

5. Ada hubungan usia dengan kejadian Diharapkan agar remaja di Dusun

merokok pada remaja di Dusun Widoro selektif dalam bergaul,


tidak mudah terpengaruh oleh DAFTAR PUSTAKA
lingkungan sekitar yang mendukung Ali, M. dan Asrori, M., 2008. Psikologi
aktifitas merokok. Remaja: Perkembangan Peserta
Didik, Bumi Aksara, Jakarta.
2. Bagi orang tua remaja di Dusun
Widoro Anonim. (2009). Gaya Pengasuhan atau
Pola Asuh Orang Tua pada Remaja
Diharapkan bagi para orang tua dalam http://www.kesimpulan.com,
untuk menerapkan pola asuh dengan diakses tanggal 28 Oktober 2010.

baik agar anak terhindar dari Anonim. (2010). Jumlah Perokok


kegiatan merokok. Indonesia Terbesar Ketiga Dunia
dalam http://bataviase.co.id, diakses
3. Bagi Kepala Dusun dan masyarakat tanggal 28 Oktober 2010.
Dusun Widoro
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian
Diharapkan Kepala Dusun Widoro Suatu Pendekatan Praktek Edisi
bekerjasama dengan bidang Revisi V, Rineka Cipta, Jakarta.
kesehatan untuk melakukan Aryani, R., 2010. Kesehatan Remaja
penyuluhan tentang bahaya Problem dan Solusinya, Salemba
Medika, Jakarta.
merokok secara berkelanjutan serta
bersama-sama dengan masyarakat Astuti, D. (2009). Hubungan Pola Asuh
Orang Tua dengan Harga Diri
menciptakan lingkungan sosial yang Anak Usia Sekolah di Dusun
kondusif di dusun tersebut. Jumeneng Margomulyo Seyegan
Sleman Yogyakarta. Yogyakarta;
4. Bagi Peneliti Selanjutnya tidak dipublikasikan.
Diharapkan dapat melakukan
Baharudin., 2010. Psikologi Pendidikan
penelitian sejenis dengan sampel Refleksi Teoretis terhadap
yang lebih luas dan variatif di Fenomena, Ar ruzz Media,
Yogyakarta.
beberapa wilayah, mengendalikan
variabel-variabel pengganggu serta Chaplin, J.P., 2005. Kamus Lengkap
Psikologi, Rajawali Pers, Jakarta.
menggunakan metode pengumpulan
data berupa observasi langsung. Departemen Pendidikan Nasional. 2002.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Keempat, Balai Pustaka,
Jakarta.

Djiwandono, S.E., 2008. Psikologi


Pendidikan Edisi Revisi, Gramedia,
Jakarta.
Gunarsa, S.D. dan Gunarsa, S.D., 2004. Perkembangan: Pengantar dalam
Psikologi Praktis Anak Remaja dan Berbagai Bagiannya, Gadjah Mada
Keluarga, Gunung Mulia, Jakarta. University Press, Yogyakarta.

Hidayat, A.A.A., 2007. Metode Penelitian MUI Akhirnya Mengeluarkan Fatwa


Keperawatan dan Teknik Analisis Merokok itu Haram, 2008 dalam
Data, Salemba Medika, Jakarta. http://www.ramuracik.com diakses
tanggal 04 November 2010.
Husaini, A., 2007. Tobat Merokok Rahasia
& Cara Empatik Berhenti Merokok. Muchtar, A.F., 2005. Matikan Rokok
Pustaka Iiman, Jakarta. Hidupkan Semangat: Jalan Menuju
Hidup Sehat Bermakna, Amanah
Identitas Sebatang Rokok, 2008 dalam Publishing House, Bandung.
http:/quittobaccoindonesia.net,
diakses tanggal 03 November 2010. Mu’tadin, Z., 2002. Remaja & Rokok
(Online). Available: http: //www.e-
Joewana, S., 2003. Gangguan Mental dan psikologi.com diakses tanggal
Perilaku Akibat Penggunaan Zat 03November 2010.
Psikoaktif Penyalahgunaan
Napza/Narkoba Edisi 2, Buku Nasution, K.I., (2007). Perilaku Merokok
Kedokteran EGC, Jakarta. Pada Remaja. Medan : Tidak
Diterbitkan.
Krisbiantoro, I. (2010). Faktor
Kepribadian, Peran Orang Tua dan Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi
Teman Sebaya pada Pembentukan Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Perilaku Merokok pada Remaja Jakarta.
Ditinjau dari Sudut Pandang
Interaksi Sosial dalam Novitasari, S. (2009). Pengaruh Teman
www.daceband.com, diakses Sebaya terhadap Perilaku Merokok
tanggal 03 November 2010. pada Remaja di SMKN 2
Yogyakarta. Yogyakarta; tidak
Litbang Depkes. (2004). Konsumsi Rokok dipublikasikan.
dan Prevalensi Merokok dalam
http://www.litbang.depkes.go.id, Nursalam., 2003. Konsep dan Penerapan
diakses tanggal 29 Oktober 2010. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika,
Marendra, D. (2009). Pengaruh Jakarta.
Lingkungan Sosial dan Terpaan
Iklan Rokok terhadap Sikap Awal Papalia, D.E., Old, S.W., Feldman, R.D.,
Remaja terhadap Merokok (Studi 2009. Human Development
pada Siswa SMPN 4 dan Siswa Perkembangan Manusia. Salemba
SMPN 22 Bandar Lampung) dalam Medika, Jakarta.
http://skripsi.unila.ac.id, diakses
tanggal 03 November 2010. Pardede, N. (2002). Masa Remaja, dalam
Narendra, M.B. et al., Buku Ajar I
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditomo, Tumbuh Kembang Anak dan
S.R., 2002. Psikologi
Remaja, (hlm. 138), Jakarta. Sagung Sirait, M.A., (2001). Perilaku Merokok di
Seto. Indonesia. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Medan:
Prasetya, Y. (2008). Hubungan Faktor Universitas Sumatera Utara.
Lingkungan terhadap Perilaku
Merokok pada Remaja Di SMA Sitepoe, M., 2000. Kekhususan Rokok
Negeri 1 Narmada Kabupaten Indonesia, PT. Gramedia
Lombok Barat NTB dalam Widiasarana, Jakarta.
www.daceband.com, diakses
tanggal 10 Mei 2011. Soetjiningsih., 2004. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya,
Prihatiningsih, P. (2007). Dampak Sagung Seto, Jakarta.
Merokok bagi Kesehatan dan
Lingkungan. Jurnal Lingkungan Sugiyono., 2006. Statistika untuk
Keluarga 2007 Edisi II dalam Penelitian, Alfabeta, Bandung.
http://www.bkkbn.go.id diakses
tanggal 4 November 2010. Sumartono, W., 2008. Stop Merokok Sebab
Anda Bisa, CV Sagung Seto,
Rachiotis, (2008). Factors Associated With Jakarta.
Adolescent Cigarette Smoking in
Greece: Results From A Cross Sumiati., Dinarti., Nurhaeni, H., Aryani,
Sectional Study (GYTS A., 2009. Kesehatan Jiwa Remaja
Study). BMC Public Health, 8: 313. dan Konseling, Trans Info Media,
Jakarta.
Rachmawati, E. (2008). Jumlah Perokok
Pemula Meningkat dalam Surbakti., 2009. Kenalilah Anak Remaja
http://nasional.kompas.com, diakses Anda, Gramedia, Jakarta.
tanggal 29 Oktober 2010.
Tandra, H., (2003). Merokok dan
Rumini, S dan Sundari, S., 2004. Kesehatan dalam
Perkembangan Anak dan Remaja, http://www.antirokok.or.id diakses
PT. Rineka Cipta, Jakarta. tanggal 10 Mei 2011.

Santrock, J. W., 2003. Adolescence: Taryono, Y., (2007). Hubungan Antara


Perkembangan Remaja, Erlangga, Tingkat Stres, Dukungan Keluarga,
Jakarta. Dukungan Teman dan dukungan
Iklan dengan Perilaku Remaja
Saryono., 2008. Metodologi Penelitian Terhadap Rokok di SLTP Karya
Kesehatan Penuntun Praktis bagi Pembangunan (KP) 10 Bandung
Pemula, Mitra Cendikia Press, dalam http://www.scribd.com, diakses
Yogyakarta. tanggal 12 Mei 2011.

Setiadi., 2007. Konsep & Penulisan Riset Zulkifli., 2005. Psikologi Perkembangan,
Keperawatan, Graham Ilmu, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Yogyakarta.

You might also like