You are on page 1of 85
Menimbarg = Meng.ngat : PRESIDEN REPUBLIK iNOONESIA PERATURAN PEMERINTAH PEPUBLIX INDONESIA NOMOR 69 YAPUN 2001 ax TENTANG KEFELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : 8, bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi dacrah, Pemerintah Daerah diberikan peran dalam penyelenggaraan kepelabuhanan; b. bahwa pengaturan mengenai penyelenggaraan kepelabuhan perlu untuk ditata dan diatur kembali agar sejalan dengan otonomi daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiiuana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dipandang perlu mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1996 tentang Kepelabuhanan; 1. .Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagainana telah diubah dengan Ferubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945; 2, Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Telayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nowor 98, ‘Tambahan Lembaran Negara Nomor 3493); 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (Lémbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, ‘Tambahan Lembaran Negara Nomor 3587); 4, Undang-undang Nomor 22 ‘Tahun 1999 tentang Pemerintahan “Daerah (Lemberan Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah: Pusat dan Daerah (Lembarin Negara Republik indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848); 6. Peratuzan Menetapkan : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Feraturan Temerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomo: 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3731) jo. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerinteh Nomor 12 Tehun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Lembaran Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2001 Nomor 68, Tambehan Lembaran Negara Nomor 4101); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Fropinsi sebagai Daerah Otonom (Lemberan Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, ‘Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); > MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEPELABUHANAN. BABI KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1, Pelabuhan adaleh tempat yang terdiri dari daratan dan perairen di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkepi dengan fasilitas Keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindshan intra dan antar moda transportasi; 2, Kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan Kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintes kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan/atau antar moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah; 2 ot 10. 11 12, Ns oy : PResinen REPUBLIK INDONESIA -3 |. Pel.buhan Umum adalah pelabuhan yan$“diselenzgarakan untuk kepentingan pelayanan :aasyarakat umury; Pelabuhan Daratan adalah suatu tempat tertentu di daratan dengan batas-batas yang jelas, dilengkapi dengen fesilitss bongker muat, lapangan penumpukan dan gudang seri: prasarana dan carana angkutan berang dengan cara pengemesen Khusus dan berfungsi sebagai pelabuhan umum; |. Pelabuhan Khusus adalah pelabuhan yang dikelola untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu; Keselamatan Pelayaran adalah suatu keadsan terpenuhinys persyaratan keselamatan yang menyangkut angkuten di perairan dan kepelabuhanan; Fenyelenggara Pelabuhan Umum adalah unit pelaksana teknis/ satuan kerja pelabuhan atau Badan Ustha Pelabuhan; . Pengelola Pelabuhan “Khusus edalah Pemeriniah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota atau Badan Hukum Indonesia yang memiliki izin untuk mengelola pelabuhan khusus; |. Unit Pelaksana Teknis/Satuan Kerja Pelabunan adalah unit organisasi Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota; Badan Usaha Pelabuhan (BUF) adalah Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerch yang khusus didiriken untuk ‘mengusahakan jasa kepelabuhanan di pelebuhan umum; Badan Hukum Indonesia adalah badan usaha yang dimiliki oleh negara dan/atau daerah dan/ atau swasta dan/atau koperasi; Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan umum yang dipergunakan secara langsung untuk kegiatan kepelabuhanan; 13, Daerah ... PRESILEN REPUBLIK INDONESIA 24s 13, Dacrah Lingkungan Kepentingsn Pelabihan adaiah wilayah perairan di sekeliling daerain lingkungan kerja pereiran pelabuhan umum yang dipergunekan untuk menjamin Keselamatan pelayaran; 14, Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah suatu sistem Kepela- buhanan nasional yang memuat tentang hirarki, peran, fungsi, Klasifikasi, jenis, penyelenggaraan, kegiatan, keterpaduan intra dan antar moda serta keterpaduan dengan sektor lainnya; 15. Femerintah adalah Pemerintah Pusat; 16. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang pelayaran; 17. Gubernur adalah Kepala Daerah Propinsi sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai Otonomi Daerah; 18, Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten sebegaimana dimaksud dalam ~ peraturan perundang-undangen mengenai Otonomi Daerah; . 19, Walikota adalah Kepala Daerah Kota sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenaiOtonomi Daerah, BAB I ‘TATANAN KEPELABUHANAN NASIONAL - Pasal 2 (1) Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran, merupakan tempat untuk — menyelenggarakan pelayanan jase Kepelabuhanan, pelaksanaan —_kegiatan pemerintahen dan kegiatan ekonomi lainnya, ditata secara terpadu guna mewujudkan penyediaan jasa kepelabuhan sesuai dengan tingkat kebutuhan, (2) Pelabuhan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA s6a 2) Pelabuhan sebagaimana dimaksud dalare-ayat (1) ditata dalam satu kesatuan teianan kepelabuhan nasional guna mewujudkan penyelenggaraan pelabuhan yang hendal, dan berkemampuan tinggi, menjamin efisiensi nasionel den mempunyai daya saing global dalam rangka menunjang pembangunan nasional dan daerah. (8) Tatanan Kepelabuhanan Nasionsl sebagrimans dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan oleh Menteri, Pasal 3 (2) Fenyusunan Tatanan Kepelabuhanan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dilakukan dengan memperhati- kan : tata ruang wilayahy; sistem transportasi nasional; pertumbuhan ekonomi; pola/jalur pelayanan angkutan laut nasional dan internasional, kelestarian lingkungan; keselamatan pelayaran; dan standarisasi nasional, kriteria den norma. ome nog e @ Tatanan Kepelabuhanan Nasional sebagaimane dimaksud dalam ayat (1) sckurang-kurangnya memuat kegiatan, peran dan fungsi, Klasifikasi, dan jenis pelabuhan. Pasal 4 (1) Pelabuhan menurut kegiatennya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) terdii dari pelabuhan yang melayani kegiatan : 4, angkutan laut yang selanjutnya disebut pelabuhan lauty b. angkutan sungai dan danau yang sclanjutnya disebut pelabuhan sungai dan danau; c.angkutan ... PRESIDEN REFUBLIK INDONESIA 26) c. angkutan penyeberangen yang selanjutnya disebut pelabuhan penyeberangan. (2) Pelabuhan menurut perannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) merupakan : a, simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hirarkinya; b. pintu gerbang kegiatan perekonomian daerah, nasional dan internasional; c. tempat kegiatan alih moda transportasi; d, penunjang kegiaten industri dan perdagangan; e. tempat distribusi, konsolidasi dan produksi (8) Pelabuhan menurut fungsinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), diarahkan pada pelayanan : a. kegiatan pemerintahan; b. kegiatan jasa kepelabuhanan; c. Kegiatan jasa kawasan; d. kegiatan penunjarig kepelabuhanan. () Felabuhan menurut Hasifikasinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) ditetapkan dengan memperhatikan : a. fasilites pelabuhan; b. operasional pelabuhan; c. peran dan fungsi pelabuhan, (S) Pelabuhan menurut jenisnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) terdiri dari : 4% pelabuhan” umum yang digunakan untuk melayani kepentingan umurn D. pelabuhan khusus yang digunakan untuk ‘epentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu, Pasal 5 (D Hirarki peran dan fungsi pelabuhan laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) hnuruf a, terditi dari: 4. pelabuhan 3) @) a PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA wT a, pelabuhan internasicnal hub merupskan pelabuhan utama primer; b. pelabulian internasional merupakan pelabuhan utama sekunder; c. pelabuhan nasional merupekan pelabuhan utama tersicr; d, pelabuhan regional merupekan pelabuhan pengumpan primer, e. pelabuhan loka) merupakan pelabuhan pengumpan sekunder, Hirarki peran dan fungsi pelabuhan penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, terdiri dari ; 4, pélabuhan penyeberangan lintes Propinsi dan antar Negara; b, pelabuhan penyeberangan lintss Kebupaten/Kota; ¢. pelabuhan penyeberangan lintes dalam Kebupaten/Kota. Hirerki peran dan fungsi pelabuhan Khusus sebageimana dimaksud dalam Fasal 4 ayat (5) huruf b terdivi dari 4, pelabuhan khusus nasional/internasional, b. pelabuhan khusus regional; ©. pelabuhan khusus loka, Pasal 6 Pelabuhan internasional hub yang merupakan pelabuhan utama primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a ditetapkan dengan memperhatikan 4 kedekatan dengan pasar internasional; bb. kedekatan dengan jalur pelayaran internasional; ¢. kedekatan dengan jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia; d. berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang internasional; ¢. memiliki .., PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA -8- €. memiliki jerak tertentu dengan pelabizhan internasional hub Isinnyas f. meniiliki kondisi teknis pelabuhan yang terlindung dari gelombang dengan luas daratan dan perairan tertentu; g. volume kegiatan bongkar muat. (2) Pelabuhen internasional yang merupakan pelabuhan utams sekunder sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b ditetapkan dengan memperhatikan : 4. kedekatan dengan jalur pelayaran nasional dan internasional; b, sebagai tempat alih muat penumpang dan berang nasional; ©. mempunyai jarak tertentu dengan pelabuhan internasionel Jainnya; memiliki Kondisi teknis pelabuhan yang terlindung dari gelombang dengan luas daratan dan perairan textentu; ©. volume kegiatan bongkar muat, (3) Pelabuhan nasional yang merupakan pelabuhan utarha tersier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c ditetapkan dengan memperhatikan : a. kebijekan Femerirital: yang meliputi pemeraiaan pembangun- an nasional dan meningkatkan pertumbuhan wilayah; b, sebagai tempat alih muat penumpang dan barang nasional dan bisa menangani semi kontainer; ‘mempunyai jarak tertentu dengan pelabuhan nasional lainnya; d. mempunyai jarak tertentu terhadap jalur/rute lintas pelayaran nasional; €. memiliki kondisi teknis pelabuhan yang terlindung dari gelombang dengan Iuas daratan dan perairan tertentu;, f, kedckatan dengan jalur/lelu lintas pelayaran enter pulau; 8 berada .., @) 6) PRESIOEN RFPUBLIK INDONESIA -9- g. berada (dekat) dengan pusat pertumbuhan wilayah ibu kota Kabupaten/Kota dan kawesan pertumbuhan nasional; kk. volume kegiatan bongkar muat, Peiabuhan regional yang merupakan pelabuhan pengumpan primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d ditetapkan dengan memperhatikan : a. kebijakan Pemerintah yang menunjang pusat pertumbuhan ekonomi; b. propinsi dan pemerataan pembangunan antar propinsi; c. bérfungsi sebagai tempat pelayanan penumpang dan barang inter Kabupaten/Kota; d. memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan regionel lainnya; ce. memiliki kondisi teknis pelabukan yang terlindung dari_ gelombang dengan Iuas daratan dan perairan tertentu; f. volume kegiatan bongkar muat. Pelabuhan lokal yang merupakan pelabuhan penguiapan sekunder sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf ¢ ditetapkan dengan memperhatikan : a. kebijakan Pemerintah untuk menunjang pusat pertumbuhan ekonomi; b, Kabupaten/Kota dan pemerataan serta meningkatkan pem- bangunan Kabupaten/Kota; c. berfungsi untuk melayani penumpang dan barang antar Kecamatan dalam Kabupaten/Kota terhadap kebutuhan moda transportasi laut dan/atau perairan; d. memiliki kondisi teknis pelabuhan yang terlindung dari gelombang dengan Iuas daratan dan perairan tertentu; e. volume kegiatan bongkar muat, Pasal 7... PRESIDEN REPUALIK INDONESIA 249 # Pasal 7 o (1) Pelabuhan penyeberangan lintas Propinsi dan antar Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a diteiapkan_ dengan memperhatikan fungsi jalan yang dihubungkannya yaitu jalan nasional dan jalan antar Negara (2) Felabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Koia sebagai nana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b ditetapkan dé agan memperhatikan fungsi jalan yang dihubungkannya -yaitu jalan Propinsi. (3) Felabuhan penyeberangan lintas dalam Kabupaten/Kote sel agai- mana dimaksud dalam Pesel § ayat (2) huruf c ditetapkan d ngan memperhatikan fungsi jalan yang dihubungkannya yaitu jalan Kabupaten/Kota, Pasal 8 (1) Pelabuhan khusus nasional/internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a ditetapken dengan kriteria : a. bobot kapel $000 DWT atau lebih; b. panjang dermaga 70 M' atau lebih; . kedalaman di depan denaaga - § M LWS atau lebih; . menangani pelayanan barang-barang berbahaya dan beracun (83); ¢. melayani kegiatan pelayanan lintas Propinsi dan Internasional. (2) Pelabuhan khusus regional scbagaimana dimaksud dalam Pasal § ayat (3) huruf b ditetapkan dengan kriteria : a. bobot kapal lebih dari 1000 DWT dan kurang dari 3000 DWT; . panjang dermage kurang davi 70 M( konstcuksi beton /baj; ©. kedalaman di depan dermaga kurang dari - 5 M LWS: d. tidak menangani pelayanan barang-barang berbahaya dan beracun (83); ¢. melayani ... PRESIDEN REPUBLIN INDONESIA -l- fe. melayani Kkegiatan pelayanan lintas Kabupaten/Kota dalam satu propinsi. 3) Pelabuhan khusus lokal sebagaimana dimeksud dalem Fasal 8 ayat (3) huraf¢ ditetapkan dengan kriteri a. bobot kapal kurang dari 1000 DWT; b. panjang dermaga kurang dari 50 M' dengan konstr: ksi kayu; cc. kedalaman di depan dermaga kurang dari - 4 MLM 5, 4. tidak menangani pelayanan barang berbahaya dia beracun (83); c. melayani kegiatan pelayanan, fintes daam satu Kabupaten/Kots. Pasal 9 @) Pelabuhan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5) huruf a, diselenggarakan oleh : a. Pemerintah yang pelaksanaannya dapat dilimpelikan kepada Badan Usaha Milik Negara; b. Pemerintah Propinsi den Kebupaten/Kota yang pelaksanaan- nya dapat dilimpahkan kepeda Badan Usaha Milik Daerah, (2) Pelabuhan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat-(5) huruf b, diselenggarakan oleh Femerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan Badan Hukum Indonesia, (3) Felabuhan khusus merupakan pelabuhan yang dikelola untuk menunjang kegiatan tertentu yang. ditetapkan. dengan memperhatikan; a. kebijakan pemerintah untuk menunjang perekonomian; b. berfungsi untuk melayani angkutan bahan baku; hasil produksi, dan peralatan penunjang produksi sendiri; ¢. memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan umm; PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -12- d, memiliki kondisi teknis pelabuhane-yang, terlindung dari gelombang dengan Iuas daerah daratan dan perairan tertentu, (4) Felabuhan umum dan pelabuhen khusus menurut pengguuaan- nya dibedakan atas : 4. pelabuhan yang terbuke untuk perdaga igan luar negeri; b. pelabuhan yang tidak terbuka untuk pe dagangan luar negeri. Pasal 10 Ketentuan lebih ianjut mengenai kegistan peran dan fungsi, Klasifikasi jenis dan hirarki pelabuhan sebagei aana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 diatur dengan Keputusan V snteri, Pasal 11 (1) Menteri melakukan pembinaan Kepelabe aman yang meliputi aspek pengaturan, pengawasan dan pengendalian terhadap mn, pendayagunaan dan pengembangan pelabuhan guna mewujudkan Tetanan Kepelabuhanan Nasional, kegiatan pembange (2) Kegiatan pengaturan se> 4d. Keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain terkeit di lokasi pelabuhan; e. kelayakan teknis, ckonomis dan lingkungan; dan f, perizinan terkait yan; telah diperoleh. Rencana indu, pelabuhs 1 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi: a. rencana peruntukan shar dan b, rencana peruntuker 1 ersiran. ‘Rencana peruntukan leh in dan perairan pelabuhan sebagaimana. dimaksud dalam ayai (3) untuk menentukan kebutuhan penempatan fasilitas dan kegieian operasional pelabuhan meliputi a, kegiatan jasa kepelebuhanan; b, kegiatan pemerintahan; c. kegiatan jasa kawasan; . kegiatan penunjang kepeiabuhanen, Rencana peruntukar: lakan sebagainiana dimaksud dalam ayat (3) hhuruf a, untuk penyediaan kegictan : 1) feasilitas pokok, antara lain : #) dermaga; b) gudang lini 1; ©) lapangan penumpukan lini 1; d) terminal penumpang; ©) terminal peti kemas; terminal ro-ro; 8) fesilitas penampungan dan pengolahan limbah; 1) fesilitas bunker; i) fasilitas pemadam kebakaran; J. fasiltas ... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA =16- 4) fasilitas gudang wntuk bshan/iaarung berbshaya dan beracun (83); 1) fasilitas vemeliharaan dan perbaikan peralatan dan Serana Bantu Nevigasi Felayaran (SENF). 2) fasilitas pens sjang, antara lain : 2) kawasan ) erkantoran; b) fasilitas p s dan telekomunikasi, ©) fasilitas p.riwisata dan perhotelan; 4) instalasi ¢ r bersih, listrik dan telekomunikasi; ) jaringan j tan dan rel kereta apis ) jaringan : ir limbah, drainase dan sempah g) areal pen, embangan pelabuhen; 40) tempat tuaggu kendaraan bermotor; ’) kawasan serdagangan; J) kawasan industri; 1) fasilitas umum lainnya (peribadatan, taman, tempat rekreasi, olahraga, jalur hijau dan kesehatan), (6) Rencana peruniukan perairan sebageimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b, untuk penyediaan kegiatan : 1) fasilitas pokok, antars lain : 4) alur pelayaran; b) perairan tempat labubr; ©) kolam pelabuhan untuk kebutubian sandar dan ola gerak kapal; 4) perairan tempat ali muat kapal; ©) perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang berbahaya; ) perairan untuk kegiatan karantina; . 8) perairan alur penghubung intra pelabuhan; hh perairan . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA “17 h) perairan randus ‘ i) perairan uniuk kapal pemerintah. 2) fasilitas penunjang , antars lain: 4) per iran untuk pengembangan pelabuhan jangka penjang; b) per iran untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaen ” kay dy ©) pes iran tempat uji coba kepal (percobsan berlayat); 4) per: iran tempat kapal mati; ¢) per iran untuk keperluan darurat; ) per. iran untuk kegistan rekreasi (wisata air). Pasat 14 (1) Penyelenayara pelabuhan mengusulkan penetapan rencana induk pelabuhan kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. (2) Rencena induk pelabuhan untuk pelabuhan Isut ditetapkan sebagai beriku! 4. pelabuhan internasional ub, internasional, _nasional ditetapian oleh Menteri setelh mendapat rekomerdasi devi Gubernur dan Bupati/Walikota; - b. pelabuhan regional ditetapkan oleh Gubernur setelah mendapat rekomendasi dari Bupati/Walikota; ©. pelabuhan lokel ditetapken oleh Bupati/Walikota. (8) Rencana induk pelabuhan untuk pelabuhan penyeberengan ditetapkan sebagai berikut: 4 pelabuhan ponyoberangen-lintas propinsi dan antar = ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat rekomendit dart Gubernur dew Bupad Wits; b. pelabukian .. PREsIOEN REPUBLIK INDONESIA 18 - , pelabuhan penycberangan lintas Kablipaten/Koia. ditetapkan oleli Guberrur setelah mendapat r¢komendasi dari Bupati/ Walikoia; . c. pelabuhan penysberangen lintas dalam Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Weliketa. (4) Re icana induk pelabuhan ‘menjadi dasar yang mengiket dalam minetapkan ebijekan untuk —meleksanakan — Kegiatan pe tbangunan, operasional dan pengembangan pelabuhan sesuai de. gan peran dan fungsinya. Pasal 15 (1) De am melakukan penetapan rencana induk pelabuhan sebagai- mena dimaksud dalam Pasal 14, Menteri, Gubernur, Bupati/ W likota melakukan penelitian terhadap aspek : a, Tatanan Kepelabuhanan Nasional; b. keamanan dan keselamaten velayaran; . rencana tata guna tanah dan persiran; d. rencana kegiatan operasional pelabuhan jangka pendek, menengah dan paniang; dan ¢. kelayakan teknis, etonomis dan lingkungan, (2) Jangka waktu perencanaan di dalam rencana induk pelabuhan. meliputi : a. jangka panjang yaitu di atas 15 (lima belas) tahun sampai dengan 25 (dua puluh lita) tebun; b, jangka menengah yaitu di atas 10 (sepuluh) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun; ©. jangka pendek yaitu 5 (lima) tehun sampai destgan 10 Geputuh) tahun, (8) Penyelenggara . pResiben REPUBLIK INDONESIA -19- (3) Penyelenggara Pelabuhan wajib melakukan kaji ulang selambet- Iambatnya setiap S tahun sekali terhadap rencana induk pelabuhan jangka menengah dan jangka panjang, dan apabile ada perubahen akan ditetapkan kembali oleh Menteri, Gubernur den Bupati/Walikota sesuai kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) dan ayat (8), Bagian Ketiga Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkngan Kepentingan Felabuhan Pasal 16 (1) Untuk Kepentingan penyelenggarazn pelabuhan umum, ditetapkan batas-batas daerah lingkungen kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan berdaserian rencana induk pelabuhan yang telah ditetapkan. (2) Bates-hatas daerah lingkungan Kerja dan deerah lingkungan kepentingan pelabuhan umum ditetepkan dengan koordinat geografis untuk menjamin kegiatan kepelabuhanan. (3) Daerah lingkungan kerja pelabuhan unum, terdiri dari : 4. daerah lingkungan kerja daratan yang digunakan untuk kegiatan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang; B. daerah lingkungan kerja perairan yang digunakan untuk Kegiatan alur pelayaran, perairan tempat labuh, perairan untuk tempat alih muat antar kapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan, tempat perbaikan kapal dan lain-lain, (4) Daerah ... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -20- (4) Daerah liagkungan kepentingan pelabukan unum merupakan perairan pelabuhen di luar daerah lingkungan kerja perairan yang digunakan untuk alur pelayaran dari dan ke pelabuhan, keperluan keadaan darurat, pengembangan pelabuhan jangka panjang, penempatan kapel :neti, percobaan berlayer, kegiatan pemanduan, fasilitas pembangunan dan pemeliliaraan kapal. Pasal 17 (1) Penyclenggara Pelabuhan mengusulkan penetapan daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 kepada Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya, . (2) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melekukan penelitian ates usulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terhadap : a. peta usulan rencana daerah lingkungen kerja dan dacrah lingkungan kepentingan pelabuhan yang dilengkapi dengan titik-titik koordinat di atas peta topografi dan peta laut; b, kajian mengenai aspek keamanan dan keselamatan pelayeran, dan ¢. kajian mengenai aspek lingkungan, Pasal 18 (1) Penetapan dacrah lingkungan kerja dan daerah lingkungen kepentingan pelabuhan laut adalah sebagai berikcut : 8. Menteri menetapkan dacrah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan intemnasional hub, internasional, nasional setelah_mendapat rekomendsi deri Gubernur dan Bupati/Walikota; Gubernur menetapkan daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan regione! setelah mendapat rekomendasi dati Bupati/Walikota; 2. Bupati ... REPUBLIK INCONESIA = 2i- cc. Bupati/Walikota menctapkan dacral daerai lingkungan kepentingan pelabuhan lokal. (2) Penetapan daerah lingkungan kerja dan deerah lingkungan kepentingan pelabuhan penyeberangan adaiah sebegai herikut : a. Mexteri menetapkan daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan penyeberangan lintas Propinsi dan antar Negara setelah mendapat rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota; b. Gubernur menctapkan daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan penyeberangan lintas Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari Bupati/ Walikota; c. Bupati/Walikota menetapkan dsarah lingkungan kerja dan dacrah lingkungan kepentingan pelabuhan penyeberangan lintas dalam Kabupaten/Kota. (8) Dacrah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan umum sebagaimana dimaksud daiem ayat (1) dan ayat (2) yang telah ditetapkan, menjadi dasar dalam melaksenakan kegiatan kepelabuhanan, Pasal 19 Penyelenggara pelabuhan umum diberikan hak atas tansh dan perairan untuk kegiaten kepelabuhanan sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku, Pasal 20 (1) Di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayst (9), Penyelenggara Pelabuhan mempunyai kewajiban ; 4. di daerah lingkungan kerje daraten pelabuhan : 1) memasano PRESIDEN REPUGLIK INDONESIA - 22+ 1) memasang terda betes sesuai dengan batas-baias daereh Jingkungan kerja daraten yang telah ditetepkan; 2) memaseng papan pengumuman yang memuat informast mengenai batas-bates diersh lingkungan Kerja daraten pelabuhen; 8) melaksariakan pengamanan terhadap ascet yang dirnlikis 4) menyelessiken sertifiket hak atas tanah sesuai dengen peraturan perundang-undangan yang berlaku; 5) menjaga kelestarian lingkungan, G5) di daerah tingkungan kerja perairan pelabuhan : . 1) memasang tanda batas sesuai dengan batas-batas drerah lingkungan kerja peraican yang telah ditetapkan; 2) menginformasikan mengenai _batas-bates _daerah lingkungan kerja perairen pelabuhan kepada pelaku egiatan kepelabuhanan; 3) menyediakan serana bantu navigasi pelayaran; C menyediakan dan memelihars kolam pelabuhan dan alur pelayaran; 5) memelihara kelestarian lingkungan; 6) melaksenakan pengemanan terhadap asset yang dimiliki bervpa fasilites pelabuhan di perairan. Cori dalam daerah lingkungan kepentingan pelabuhan. umum sebagaimana dimaksud' dalam Pasal 16 eyat (4), Pemerintah, Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota _sesuai Kewenangannya berkewajiban : a, menyediakan sarana bantu navigasi pelayaran; menjamin keamanan dan ketertiban; enyediakan dan memelihara alur pelayaran; 4d, memelihara kelestarian lingkungan; dan : © melaksanakan pengawasin dan pengendalian terhedap penggunaan daerah pantai, Pasal 21... PRESIOFN REPUGLIK INDONESIA = 23 Pasal 21 es (1) Kegiatan membuat bangunen fasilitas di sisi air di daerah lingkungan Kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan hanya dapat dilakukan setelah mendapzt izin dari Menteri. (2) Kegiatan pengerukan dan rekiamasi di dalam dacrah fingkungan kerja pelabuhan dan dacrah lingkungan kepentingan pelabuhan hanya dapat dilakukan sctelah mendapat izin dati Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya, (3) Izin retlamasi di dalam daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan internasional hub, inter- nasional dan nasional ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi dati Bupati/Walikota setempat mengenai kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota. (4) Kegiatan sebagaimana dimatsud dalam ayat (1) dan ayat (2) ‘harus memperhatikan : a. keselamatan pelayaran; b. Tatanan Kepelabuhanan Nasional; c, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; 4. rencana induk pelabuhan; dan ce. kelestarian lingkungan. (5) Izin mendirikan bangunan fasilitas Inin selain fasilitas di sisi air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) di daerah lingkungen kerja pelabuhan diberiken oleh Bupati/Walikiota sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan setelah meriperhatikan pertimbang- an teknis dari penyelenggara pelabuhan. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan pengerukan dan reklamasi di dacrah lingkungan kerja pelabuhan dan di daerah lingkungan kepentingan pelabuhan sebagrimana dimakgud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri Pasal 22... SICEN REFUBLIK INDONESIA 224: Pasal 22 Daratan basil reklamasi, urukan dan tanah timbul di deerah lingkungan kerja pelabuhan dimohonkan hak atas tanahnya oleh penyelenggara pelabuhea sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BABIV PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PELABUHAN UMUM Pasal 25 Fembangunan dan pengoperssian pelabuhan umum, wajibber- pedoman pada : 1 rencana induk pelabuhan; standar disain bangunan, alur, kolam dan peralatan pelabuhan; standar kehandalan fasilitas dan peralatan pelabuhan; standar pelayanan operasional pelabuhan; ¢. keselamatan pelayaran; dan f, kelestarian lingkungan. pose Pasal 24 Rencana induk pelabuhan, standar disain bangunan, alur, kolam dan peralatan pelabuhan, standar kehandalan fasilites dan peralatan pelabuhan, standar pelayanan operasional pelebuhan, keselamatan pelayaran, dan Kelestarian lingkungan sebagaimana dimakeud dalam Pasal 23 ditetapkan oleh Menteri, Pasal 25 = (1) Pembangunan pelabuhan umum dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan : a, administrasi; b. bukti ... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 225 = b. bukti penguasaan ianeh dan perairanjs* ¢, memiliki penetapan iokasi pelabuhan; d. memiliki vencana incuk pelabuhan; e. disain teknis pelabuhan meliputi kondisi tanah, konstruksi, kondisi hidrooseanografi, topografi, penempatan dan Konstruksi sarana bantu navigasi, alur pelayaran dan kolam pelabuhan seria tata letak dan kapesitas peralatan di pelabuhan; f, studi kelayakan yang sekurang-kurangnya memuat : 1) kelayakan teknis yang meliputi: 8) hasil survei pelabuhan yang meliputi kondisi hidro- ‘oceanografi dan kondisi geoteknik; b) hacil studi Keselamatan pelayaran meliputi jumlah, ukuran den frekuensi Ielulintas kapal, rencana penempaten sarana bantu navigasi pelayaran, alur ‘pelayaran, dan kolam pelabuluan serte persiran pandu; 2) kelayaian ekonomis dan atau finansial; 8) kelayakan /kajian lingkungan, . § pertimbangan teknis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang pengairan, untuk pembangunan pelabuhan sungai dan danau, (2) Dalam hal persyaratan sebageimana dimaksud’ dalam ayet (1) dipenuhi, ditetapkan Keputusan Pelaksanaan Pembangunan. (3) Penetapar’ Keputusan Pelaksanaan Pembangunan scbagaimana imaksud ayat (2) untuk pelabuhan laut diberikan olen : 4, Menteri untuk pelabuhan internasional hub, internasional dan nasional; b, Gubernur untuk pelabuhan regional; cc. Bupati/Walikota untuk pelabuhan lokal. (4) Penctapan ... PREsioeN REPUSLIK INDONESIA - 26 (4) Penetapan Keputusan Pelsksarean Pembangunan sebagsimana dimaksud datam ayat (2) untuk pelabuhan penyeberangan diberikan oleh = , Menteri untuk: Pelabuhan Penyeberangan Lintes Propinsi dan antar Negara; b, Guternur untuk Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kabupaten/ Kota; c. Bupati/Walikota untuk Pelabuhan Penyeberangan Lintas dalam Kabupaten/Kota. (5) Pembangunan pelabuhan kesiapan sarana transportasi darat; rekomendasi deri pejebat pelaksana fungsi keselamatan pelayaran, oO @ @) qa) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 82 - BAB XII % PELABULIAN YANG TERBUKA BAGI PERDAGANGAN LUAR NEGERL Pasal 67 Pelabuhan umum dan pelabuhan khusus dapat ditetepkan sebagai pelabuhan yang terbuka bagi perdagangen luar negeri. Kegiatan pada pelabuhan yang terbuke bagi perdagangan Iuar negeri meliputi kegiatan lalu lintas kapal, penumpang, barang dan/atau hewan. Pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan Iuar negeri sebagai- mana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dapat disinggahi kapal-kapal berbendera Indonesia dan/atau berbendera asing yang berlayar dari dan atau ke luar negeri. Pasal 68 Peneiapan pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dilakukan dengan mempertimbangkan : a, Tatanan Kepelabuhanan Nasional; b. pertumbuhan dan perkembangan ekonomi daerah yang mengakibatkan meningkatnya mobilitas orang, barang dan Kendaraan dari dan ke luar negeri ¢. Kepentingan pengembangan kemampuan angkutan laut nasional yaitu dengan meningkatya Kerja sama antara perusahaan pelayaran nesional dengan peruszhaan:pelayaran asing dalam rangki melayani permintaan angkuten laut dari dan ke luar negeri; pengembangan ekonomi nasional yang telah meningkatkan eran seria swasta dan masyaraket dalam pembangunan nacional, schingga menuntut pengembangan pelayanan angkutan laut vang memililt ianotaven nl om te Tobe PRESIOEN EP UBILIK INDONESIA ~53- e. kepentingan nasional lainnya yang. mendorong sektor pembangunan lainnye. (2) Persyaratan penetapan pelabuhen yang terbuka bagi perdagangan fuar negeri: a. aspek administrasi yang terditi dari: 1) rekomendasi dari Gubernur, Bupati/Welikota; 2) rekomendasi dari pelaksana fungsi keselamatan pelayaran di pelabuhan. tb. aspek ekonomi yang terdiri dari: 1) menunjang industri tertentu; 2) arus barang umum minimal 10,000 Ton/tehun; 3) arus barang ekspor minimal 50.000 Ton/tebun, c. aspek keselamatan pelayaran yang terdiri daci : 1) Kedalaman perairan di muka dermaga minimal - 6 M LWS, 2) luas kolam cukup untuk olah gerak minime! $ (tiga) buah kapal; 3) sarana bantu navigasi pelayaran; 4) stesiun radio operasi pantai; 5) prasarana, sarana dan sumber daya manusia pendu;, 6) kapal patrol. 4. aspek teknis fasilitas kepelabuhanan terdiri dari: 1) dermaga beton permanen minimal 1 (satu) tambatan; 2) gudang tertutup; 8) peralatan bongkar muat, 4) PMK 1 (satu) unit, 8) fasilitas bunker; 6) fasilitas pencegahan pencemaran, fasilitas kantor dan peralatan penunjang bagi instansi Bea dan Culkai, Imigrasi, dan Kerantine, GEE Sects LA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 84 - 6) Dalam hal persyaratan sebagaimanc dinmksud dalam ayat (1) telah dipenuhi, Menteri menetapkan pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan Iuar negeri sotelah merdapat pertimbengan dari Menteri yang bertenggung jewab di bidang perindustrian dan perdagangen serla Menteri yang bertanggung jawab di bidang keuangan. BAB XI FASILITAS PENAMPUNGAN ‘LIMBAH DI PELABUHAN: Pasal 69 (Q) Pelabuhan umum dan pelabuhan khusus wajib dulengkapi dengan fasilitas penampungen limbah atau bahan lain dari kapal yang menyebabkan pencemaran, Q) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitis penampungan limbah atau behan’Isin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri. Pasal 70 (1) Penampungan limbah atau behan Iain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1), dioperasikan oleh Penyelenggara Pelabuhan umum atau Pengelola Pelabuhan khusus. (2) Badan Hukum Indonesia dan/atau Warga Negara Indonesia dapat melakukan kegiatan usaha penampungan limbah atau bahan lain dari kapal, dengan persetujuan Penyclenggara Pelabuhan umum atau Pengelola Pelabuhan khusus. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengoperasian fasilitad- . penampungan limbah atau bahan lain di pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) distur dengan Keputusan Menteri, aS ey / PRESIDEN REPUBLIK. INDONESIA 288 = BAB XIV GANTI RUGI Pasal 71 (2) Setiap orang dan/atau Badan Usaku yang melaksanakan kegiatan i pelabuhan bertanggung jawab untuk mengganti kerugian atas setiap Kerusakan pada bangunan dan/atau fasilitas pelabuhan yang diakibatken oleh kegiatannys. (2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi biaya perbaikan pada bangunan dan/atau fasilitas pelabuhan yang bersangkutan. G) Femilik dan/atau operator kapal yang mengekibatkan kerusakan dan/ateu tidak berfungsinya bangunan dan/stau fasilitas pelabuhan umum wajib meninggelken jaminan untuk pelaksanaan ganti rugi sebelum kapal berlayar. Pasal 72 Besarnya jaminan ganti rugi sebagsimana dimaksud dalam Pesal 71 ayat (3) ditentukan berdasarkan tingkat kerusckan yang ditimbulkan, Pasal 73 (1) Jaminan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (8) discrahkan kepada Panitera Fengadilan Negeri tempat domisili pelabuhan, “ (@) Paniters Pengsidilan Negeri sebageimana dimaksud dalam ayat (1) memberikan bukti penitipan jaminan genti rugi kepada pembesi jaminan dengan tembusan kepada Penyelenggara Pelabuhan unum, @) Dalam hal pemberi jaminan telah meleksanakan seluruh kewajib- anya dalam kaitan dengan tanggung jawabnya sebagnimana Gimaksud dalam Pasal 71 ayst (3), iaminan eanti ruei danat ae ats be. i, Soa é Presioen REPUBLIK INDONESIA = 86 - Pasal 74 (2) Penycienggara Pelabuhan umum bertanggung jawab terhadap Kerugian pengguna jase atau pihak ke tiga Iainnya kerena kesalahan dalam pengoperasian pelabuhan, (2) Besarnys ganti rugi sebageimana dimeksud dalam yet (1) ditentukan berdasarkan kerugian yang nyata diderita, BAB XV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasai 75 Felabuhan umum yang teleh diseienggarakan oleh Badan Usalie Pelabuhan, penyelenggarasnnys tetap disclenggarakan oleh Badan Usaha Pelabuhan, Pasal 76 (1) Pelabuhan regional yang telah diselenggarakan oleh Pemerintah (Unit Pelaksana Teknis/Satuan. Kerja Pelabuhan), penyelenggara- annya dilimpehken kepada Pemerintah Propinsi, sebagai tugas dekorisentrasi, @ Felabuhan lokal yang telah disclenggarakan oleh Pemerintah Unit Pelaksane Teknis/Sstuen Ketja Felabuhan), penyelenggars- annya diserahlan kepada pemesintah Kebupaten/Kota, sebagai ftugas desentralisasi, . PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -87- Pasal 77 Felabuhan umum yang penyelenggaraannye oleh Badan Usaha Feiabuhan scbagaimana dimaksud dalam Pasal 75, Pemerintah Propinsi sebagaimana dimaksud dalain Fasal 76 ayat (1), Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 eyat (2), apabila hirarki peran dan fungsinya berubsh, tidak mengubah status penyelenggaraannya. BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 78 (1) Felimpahan atau penyerehan penyelenggaraan pelabuhan laut (Unit Pelaksana Teknis/Setuan Kerja) oleh Pemerinteh kepada Pemerintah Propinsi atau Femerinteh Kabupaten/Kota disesuaikan dengan hirarki fungsi pelabuhan taut, dapat dimulai pada tahun 2002 sepanjang telah isediakan anggaran dan pernyataan kesanggupan dari Pemerintah Propinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota untuk pengoperasian pelabuhan laut tersebut, (2) Dengan berlakunya Peraturan Femerintah ini, semua pelabuhan yang telah ada dan beroperasi, tetep dapat beroperasi, dengan ketentuan selambat-lembetnys dalam jangke waktu 1 (satu) tahun sejak Peraturan Pemerintah ini berlaku, wajib menyesuaikan dengan ketentuan yang distur dalam Peraturan Pemerintah @) Dalam hal ditetapkan daerah lingkungan kerja dan daerah lingkungan kepentingen pelabuhan umum yang menyebabkan perlunya dilakukan penyesuaian status pelabuhan khuisus atau fasilitas dermaga yang dibangun dan dioperasikan oleh pihak ketiga .. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA - 58 - ketiga, maka penyesuaian status akan ‘ilaksanakan selambat- lambsinya 1 (satu) tahun sejak ditetapkennya daerah lingkungan keria dan daerah lingkungan kepentingan pelabuhan umum yang bersangkutan, BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 79 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua peraturan perundang-undangan yang lebih rendah deri Peraturan Pemevintah ini yang, mengatur mengenai kepelabuhanan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Feraturan Pemerintah ini. Pasal 80 Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Nomor. 70 Tahun 1996 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3661), dinyatakan tidak berlaku. Pasal 81 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, Agar ... PRESIDEN RePUGLIX INDONESIA -59- Agav setiap orang mengetahuinya, memcrintchkan pengundangan Peraturan Pem-rintah ini dengan penempstannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober : 001 PRESIDEN REPUBLIK IND¢ NESIA, tid MEGAWATI SOEKARNO 'UTRI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Gkteber 2001 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd : BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2001 NOMOR 127 Salinan sesuai dengan aslinya PRESIOEN REPUBLIK INDONESIA PONJELASAN ATAS oe PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 ‘TENTANG KEPELAEUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraen pelaye can memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sehingge penyelengsrannnye dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilskukan oleh Pemerintah dalam rangk’ menunjang, menggerakken, dan mendorong pencepsian tyjuan nasional, menetay can wawasan nusantars seria memperkukuh ketehanan nasional, Pembinaan pelabuhan ygng dilakukan oleh Pemerintah meliputi espe: pengsturan, ‘pengendslian dan pengawssan. Aspek pengaturen mencelp perumusen dan penentuan kebijakan vimum maupun telois operssional. Aspek pengendalian ‘mencalorp pemberian pengarahan bimbingen dalam pembangunan dan pengoperasian pelabuian. Sedargkan aspek pengawasen dilakuken techadap penyelenggaraan “Kepelabuhanen. Fembinaan kepelabuhanan dilakukan dalam satu kesatuan Tatanan Kepeleburanan Nasional yang ditujukan untuk mewujudken ketancaran, ketertiban, keamanan dan Keselamatan pelayaran dalam pelayanan jasa kepelabuhanan, menjamin kepastian hukum dan kepastian usahe, mendotong profesionalisme pelaku ekonomi di Pelabuhan, mengakomodasi teknologi angkuten, serta meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing dengan tetap mengutamakan pelayanan kepentingan umum, Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerinteh dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, perlu dflalcukan Penataan dan pengaturan kembali mengenai kepelabuhenan yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemezintah Nomot 70 Tahun 1996 tentang Kepelebuhanan, Untuk... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA -2- Untuk kepentingan tersebut di cias maka dalam PeraturansPemerintah ini diatur ketentuan-ketentuan mengenai Tatanan Kepelabuhanan Nasional, penetapan lokasi, daerah lingkungan kerja dan dacrah lingkungan kepentingan pelabuhan umum, pembangunan dan pengoperasian pelabuhan. umum dan pelabuhan khusus, Pelaksanaan Kegiatan di pelabuhan ummm, pelayanan jasa kepelabuhanan di pelabuhan umum, useha kegiatan penunjang pelabuhen, ke ja sama, tarif pelayanan asa Kepelabuhanan, hal-hal menyangkut pelabuhan khus 1s, Ketentuan mengenai pelabuhan yang terbuke bagi perdagangan luar negeri, fasili s penampung limba di pelabuhan, dan hal-hal menyangkut ganti fugi, untuk mer ztkomodasikan otonomi daerah di bidang kepelabuhanan yang Keseluruhannya me-upakan unsur penting dalam penyelenggaraan pelabuhan agar dapat berdaya guna dn berhasil guna, Pasal 1 Culp jelas Pasal 2 ‘Ayat (1), od Cukup jelas ‘Ayat (2) Maksud dan tujuan penyusunan Tatanan Kepelabuhanan Nasional adalah fertstanya pelabuhan dalam peta geografis sesuai dengan peran yang diembannys dengen mempertahankan dan memelihara identitas dan integritas bangea dan negara serta terciptanya efisiensi pelayanan umum yang berskala nasional dan internasional sebagai perwujudan dari kewenangen Pemerintah dalam rangka perencansan nasional dan pengendelien pembangunan secara makro di bidang kepelebuhanan, maka diperlukan penetapan jaringan infrastruktur pelabuhan dalam Tatanan Kepelabultanan Nasional, Tatanan Kepelabuhanan Nesional adalah pedoman dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan pelabuhan-pelabuhan di seluruh Jndonesia beik pelebuhen umum, pelabuhen Kiusus, pelabuhen penyeberangen, Pelabuhan sungei dan danaw, pelabuhan darstan maupun Pelabuhan

You might also like