You are on page 1of 6

Antropologi & Globalisasi

Oleh:
Rosa Novia Sapphira

Myth, History and Political Identity


In the social reality, discourse about making of history is positional within society and global
process. Construction of histories is related to different forms of myths and political identities.
Histories are socially constituted which consist of attributing a meaningful past to structured
present. Discourse and objective of history is based on a radical separation of the subject from
any particular identity. As product of particular social position, the neutralization of historical
discourse as well as of myth is on same time with identical discourse in historiography. For
evaluating the constructions of reality, truth-value is one of the modes engaged in interplay of
factors involved in that history. To sum up, by analysis of these aspects, we can see clearly the
interrelationship between making of history and constructing identity in the particular contexts of
myths.

History as descent
History is a mythical construction that is a representation of the past linked to the establishment
of identity in the present. As an example in the eighteenth century, Greek gave Hellenic names to
new born babies or changed names into a Hellenic one. Greece played the main role as the place
of origin of everything specifically Western, from science to democracy. Greek national identity
consisted in the importation and establishment of European identification of Greece, just as
Greek history became the European history of ancients .Finally, as result of discovery, the
learning of Europe is the learning of our ancestors.

The present in the past and the past in the present


History is precisely the organization of the past in terms of the present situation (that is, the
construction of identity),then culture is the organization of the present in terms of a past that is
already organized by the present. Mythical realities, a historical metaphor, is the form of practice
of mythologization that is rather than the realization of myth in practice. Archaeologists,
historians, anthropologists and many missionaries implemented their goals and research in the
tribes of indigenous groups of many particular societies. The recounting of and for the past is an
activity that must always be placed in its social context. In fact, the emergent social identify
manifest via in the course of social movements and it depend upon a prior mythologization of
present.
A myth of sovereignty and its political history
Some of the myths have traditionally inspired the most incredible of speculations as to the origin
of the world primitive ruling classes. Similar myths of sovereignty are strikingly throughout
Africa, Island Southeast Asia, Polynesia and the highlands of South America. The involvement
of chiefs of different fields were tamed, in part at least, but not without legitimately. The history
of these facts can vary according to the target community and people.
The structural basis of political myth
As opposed to the formerly quite common historical interpretations of myths of political
sovereignty, a number of structural and structuralist models have appeared in the past decade.
The origin of myths of kingship are discourses on power, or rather variations of a single
discourse. Royal power is the great world historical crime against the people; associated with
incest. At the same time, the myth describes how the stranger kings are incorporated into the
indigenous people, by their ritual death and sacrifice and by marriage. Thus, there was no
invasion, in reality, and the story of conquest is, on the contrary, a statement of nature of political
power told in dynasty and heroic terms

Versi Hawaiian

Kita tahu bagaimana mitos asal-usul pangkat raja pernah ditafsirkan sebagai sejarah dari migrasi
kelas, tapi sekarang meningkat dan dapat dilihat dari bentuk strukturalnya (asal usul yang nyata
dan kekuasaan politik). Ada beberapa macam versi Hawaiian dari mitos itu.

Paoo dipaksa keluar dari tempat tinggalnya karena perselisihan dengan saudara tuanya,
Lonopele, petani yang terkenal. Ketika Lonopele menuduh Paoo mencuri buah. Karena marah,
Paoo akhirnya bertekad untuk meninggalkan saudaranya dan membuat sampan. Akhirnya Paoo
berlayar dan menemukan pulau Hawaii dan membangun kuil terkenal yang merupakan kuil
pertama atas pengorbanan manusia. Paoo menghabisi semua pendeta lama yang ada, karena
urusan politik telah mengubahnya. Di cerita yang lain, Hawaii saat itu belum memiliki
pemimpin atau mungkin memiliki pemimpin namun buruk kondisi pemerintahannya (Kapawa).
Di kasus lain, Paoo memecat pemimpinnya, dan dari semua kejadian ia membawa peraturan
baru dari Kahiki, Pilikaaiea. Pulau Hawaii menguasai peninggalan pemimpinnya sekitar 0
generasi sebelum Kameha-meha.
Kisah diatas menjelaskan bahwa invasi asing dapat membentuk rezim politik baru dan
perkawinan ke perempuan aristokrat lokal. Sejarah Polinesia sendiri merupakan fenomena yang
aneh bagi masyarakat Barat. Antropolog menyambungkan sejarahnya satu dengan yang lain,
membuat sejarah mereka menjadi mitos, mitos untuk kita yakni simbol yang statis, tidak berubah
struktur esensinya.

Dengan demikian, kita mengetahui asal-usul pemimpin Kahiki yang tidak berhubungan dengan
Tahiti. Kahiki memiliki huruf konsonan “t” dn “k”, yang merepresentasikan Hawaiian Kapu,
yang berbeda dengan Polynesian Tapu. Tapi jika nenek moyang orang Hawai berasal dari Tahiti,
leluhur Maori rupanya dari Sava’i. Sekarang ada pulau di Samoa, yang memiliki kesamaan
dengan Hawaii. Migrasi terbesar dari Polynesia Barat disebut Hawaikii.

Kenyataan bahwa mitos tentang kedaulatan cukup banyak dalam sejarah Hawaiian. Pemimpin
terakhit era pre-kristen, Kapihe, berbicara tentang kekuasaan selama Kamehameha I, pergolakan
politik itu ditakdirkan untuk mengakhiri rezim kekuasaan teokratis. (pulau akan bersatu, hal tabu
tentang para dewa akan digulingkan, apa yang ada dilangit akan dibawa ke bumi dan apa yang
ada di numi akan ke langit).

Tradisi Hawaii menceritakan konflik nyata anatara rakyat jelata dan pemuka-pemuka kaumnya.
Wilayah tertentu, seperti Ka’u, Hawaii, yang termasuk daerah miskin, terkenal dengan
intolernasi aristokratnya. Intoleransi ini masih dapat dibuktikan dan apa yang sebelumnya
bersumber dari pembangkangan sehingga dibangun benteng pergerakan masyarakat Hawaii.
Yang kemudian muncul gabungan antagonisme antara jelata dan aristokrat yang bukan hanya
merupakan pernyataan simbolik dari kekuasaan pemimpin namun wacana politik aktif.

Saat mitos klasik asal usul masyarakat Otokratis Hawaii, seluruh organisasi politik dipandang
sebagai suatu hal yang diambil dari Kahiki. Kata yang identik dengan pulau Tahiti yakni “Tanah
diluar cakrawala”.

Inti dari ceritanya menjelaskan perbandingan yang kontras antara masyarakat Hawaii yang asli
berdasarkan kesetaraan, solidaritas dan hubungan holistik antara manusia dengan alam atau
kekuasaan umumnya. Penggunaan kata “kesetraan” sangat penting untuk dipahami disini.
Karena berkaitan dengan politik masyarakat Hawaii sendiri, yang bermakna dalam wacana
modern Barat. Tapi kata tersebut tidak berhubungan dengan hirarki Barat.
Keaslian dan Konstruksi Sejarah

Pembangunan sejarah dihasilkan oleh konstitusi sosial. Sejarah dari sejarawan diidentifikasikan
sebagai sejarah pula. Itu merupakan definisi praktis yang mencirikan praktisionernya. Meskipun
sejarah terjadi lebih dari itu, mereka berfungsi menggambarkan secara objektifnya. Sejarah dari
Barat juga termasuk, yang berpengaruh pada sejarah Hawaii. Berdasarkan catatan perjalanan
Kapten Cook dan lainnya, sejarah Hawaii sendiri sangat menantang. Jadi ketika antropolog dan
sejarawan Barat mencari tahu sejarah Hawaii pada masa lampau, mereka pasti akan tau itu
sebagai perjuangan dan monopoli identitas.

Identitas dan Praktik mitos

Ada beberapa elemen yang menunjukkan konstruksi tentang sejarah Hawai:

1. Elemen Pertama, adalah dokumentasi munculnya kontak awal mengenai hubungan antara
aristokrasi dan rakyat jelata. Namun, aristokrasi Hawaii pada periode akhir sangat
endogami, eksploitatif, dan terus-menerus berperang. Masuk akal untuk menduga dalam
situasi seperti ini bahwa mitos tentang "raja asing" dan rakyat jelata itu ada.
2. Elemen kedua, adalah kondisi atau formasi setelah kehancuran demografis populasi
Hawaii, masyarakat perkebunan menjadi semakin multi-etnis, di mana jumlah penduduk
Hawaii semakin berkurang, masyarakat memiliki karakter yang tertutup sehingga
mengisolasi diri mereka dari nilai-nilai berbagi, "kesetaraan," keluarga besar, dan cinta
untuk tanah air, aloha 'aina, yang selama ini harusnya menjadi parameter penting bagi
identitas budaya mereka.
3. Elemen ketiga muncul dalam gerakan Hawaii saat ini, setelah satu setengah abad di mana
orang Hawaii kehilangan populasi dan tanah mereka, dan bahkan cara hidup mereka
(dalam arti budaya mereka). Mereka mulai berupaya mengidentifikasi kembali identitas
mereka sebagai orang Hawaii dari berbagai sumber. Seperti pengetahuan objektif yang
dapat ditemukan di perpustakaan dan museum maupun informasi lisan yang didapat dari
kupuna, orang-orang tua, yang akarnya tidak terletak pada abad ke-18 namun pada abad
ke-19 dan awal abad ke-20.
Politikisasi mitos kedaulatan Hawaii ini cukup kuat untuk mengesankan dirinya sendiri
atas versi standar sejarah Hawaii seperti yang ditulis oleh penjajah kulit putih. Volume yang
terkenal oleh Abraham Forander, An Account of Polynesian Race: Origins and Migrations
(1969), yang pertama kali diterbitkan pada abad terakhir, yang telah digunakan sebagai referensi
standar sampai saat ini, menceritakan versi serupa dari orang asli Hawaii diikuti oleh periode
migrasi dan pembentukan dinasti Hawaii terutama dari Tahiti. Tak perlu dikatakan, Fomander
adalah salah satu penulis yang paling dihargai oleh modem Hawaii yang secara sadar terlibat
dalam mempelajari masa lalu mereka. Dia sangat sering disebut sebagai otoritas terdepan dalam
sejarah Hawaii karena melawan arkeolog baru yang telah mendasarkan model evolusi sosial
Hawaii mereka pada teori antropologi modern.

Mitologi sebagai Sejarah Politik

Mitologi Yunani adalah sekumpulan mitos dan legenda yang berasal dari Yunani
Kuno dan berisi kisah-kisah mengenai dewa dan pahlawan, sifat dunia, dan asal usul serta makna
dari praktik ritual dan kultus orang Yunani Kuno. Mitologi Yunani merupakan bagian
dari agama di Yunani Kuno. Para sejarawan modern mempelajari mitologi Yunani untuk
mengetahui keadaan politik, agama, dan peradaban di Yunani Kuno, serta untuk memperoleh
pemahaman mengenai pembentukan mitos itu sendiri.

Sejarah Hawaii dibangun dari situasi yang sama sekali berbeda. Hal ini, bertentangan
dengan sejarah Yunani, berdasarkan identitas yang sepenuhnya bertentangan dengan modernitas
Barat. Jika yang pertama menemukan sumbernya dalam imajinasi Eropa tentang masa lalunya
sendiri, yang terakhir menemukan sumbernya dalam pengalaman sebenarnya dari konteks
dominasi Euro-Amerika. Sejarah Yunani menginternalisasi pandangan eksternal orang Eropa
lainnya, membuat Yunani, dengan cara ini, nenek moyang Eropa dan bukan sekadar masalah
politik dan ekonomi. Dan tentu saja ditempa oleh elit perifer. Sejarah Hawaii melepaskan diri
dari dominasi Barat dengan memproyeksikan sistem nilai yang dihasilkan dalam konteks modern
ke masa lalu Aborigin. Sejarah semacam ini nampaknya memiliki semacam basis sistemik di
antara masyarakat terjajah di dunia. Sosialisme Afrika dan nilai egalitarian dan ekologis Indian
Amerika diproyeksikan ke masa lalu sebagai esensi dari tradisi budaya yang dapat dihidupkan
kembali dengan dengan masa kini. Kenyataan sejarah Barat mungkin saja sangat bertentangan
dengan representasi ini, namun hal yang tidak relevan ini harus memiliki bukti. Jika sejarah
sebagian besar bersifat mistis, itu karena identitas politik terdiri dari kepentingan masa kini yang
berasal dari masa lalu. Oleh karena itu, masa lalu dibangun sesuai dengan kondisi dan keinginan
orang-orang yang menghasilkan teks sejarah saat ini.

You might also like