You are on page 1of 10
BABX ETIKA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA. Berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan kerap menemui masalah atau punbatan yang tidak diharapkan, Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. gudaya menjadi bagian dari perilaku Komunikasi, dan komunikasi pun turut menentukan budaya. Komunikasi antarbudaya terjadi ketika bagian yang terlibat dalam kegiatan tomunikasi membawa latar belakang budaya pengalaman yang berbeda dan mencerminkan silai yang dianut oleh kelompoknya. Komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi antarpribadi dengan perhatian khusus peda faktor yang memengaruhinya, yaitu prinsip hubungan antarpribadi, keterikatan antarpribadi, dan hubungan kerja antarpribadi. Situasi komunikasi massa antarbudaya yang sangat berpengaruh adalah media massa yang turut mewamai dalam perubahan sosial serta akulturasi budaya yang berkembang Perkembanpn budaya dalam komunitas sangat ditentukan oleh komunikdsiyang nelingkupi kegiatannya Karena fungsi komunikasi yang begitu melekat dari seluruh aktivitas lchidupan, Fungsi komunikasi tersebut adalah sebagai fungsi komunikasi sosial, komunikasi &kspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental, konteksnya dengan budaya, Tiga dimensi penting yang mendasari komunikasi dalan, enjangan, dan dimensi Ytita dimensi tingkat observasi atau derajat keabstrakan, dimensi kes Pnilaian normatif. “sete Prinsip dan elika Kormnikasi dalam penerapan pada konteks antarbuday meliput takikat pokok Komunikasi, penampilan atau homofili dan heterofili dalam Komunikasi, dan komunikasi sebagai proses konvergensi. Tika merujuk pada penilaian yang berfokus pada "tingkat Kebenaran dan kesalahan, kebaikan dan kejahatan, dan kewajiban dalatn perilaky manusis" A. Konsep Dasar Etika dalam Komunikasi Antarbudays aya perilaku, bertindak dan mengharapkan 1. Definisi Etika datara Komunikcasi Antarbw penilaian tentang perilaku Etika adalah standar moral yang mengatur “engan orang lain bertindak. Pada dasarnya, c1ike a ‘idk pontas, berguna aig tidak benar atau tidak benar, baik atau fi — hams dilakukan atau tidak boteh dita ; berguna, dan yang SSimorangkir, etika atau etika adalah pandangan manusia dalam mas ikuran dan nilai yang baik. 93 y taN dak baik, pantas at berperilaku menurut ul yang dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang a dapat ditentukan ol 2, Fungsi ttika dalam Komunikasi Antarbudaya 7 Fungsi ctika dalam komunikasi antarbudaya adalah sebagai berikut: . Hubungan yang terjalin antarmanusia akan menjadi lebih baik; komunikas‘ antarbudaya akan terhindar dari hambatan, salah satunya hambatan etnosentris; Komunixasi yang terjalin tidak lagi mengalami kesalahpahaman; Terjadinya pertukaran informasi antarbudaya; a9 Terciptanya rasa hormat dan saling memahami antarindividu yang memiliki budaya berbeda; Tertanamnya nilai-nilai baik. Etika dalam Alam Komunikasi Antarbudaya, yaitu: . Mencari kesamaan latar belakang; oP Mengirim dan menilai pesan tanpa penilaian; Mengirim pesan secara jujur, a Menunjukan respek pada budaya lain. Bangsa-bangsa memiliki perbedaan dalam mendefinisikan konsep dari kebenaran, rasionalitas, objektivitas, kesopanan, penghinaan, kebebasan, tanggung jawab atau kebohongan. Budaya-budaya yang berbeda mendefinisikan status, mengatur organisasi dan memandang kepemimpinan sekaligus menyarankan cara-cara terbaik untuk membangun hubungan, melakukan perundingan, penjualan dan pemasaran, secara berbeda pula. Budaya-budaya yang berbeda menyarankan etika berbicara dan etika’ perilaku nonverbal yang berbeda pula, Misalnys, berbohong untuk meniaga hamoni hubungan vert - sosial lebih dapat diterima dalam budaya timur daripada Keterusterangan TS ial lel : = Hing “menyinggune persaan", Dengan kata Tain, apa yang diangeap arat_ yang se dapat dianggap sopan santun dalam Buda timur laya barat kebohongan dalam budaya ba manggil Hama, berkenalan, komunikasi, seperti cara me! Berbagai aspek etike x negosiasi, dan melakukan kontrak nelakukan presentasi, tidak ada etiks . melakukat menyapa, berjanji, ™ a komunikasi yang universal berkaitan dengan budaya. Jadi, 3. Etika dan Norma Komunikast Antarbuday# Prinsip etika dan norma yan! insip-prin relevan dalam bidang lain juga berlaku bagi yang relevan da a P ip etka sosial seperti stidaritas, subsidiaritas, i komunikasi antarbudaya. ov “ ees dalam menggunakan sumber-sumber -usaha umum selalu dapat diterapkan, Btika dalam komunikasi antarbudaya tidak hanya menyangkut hal-hal yang adil, dengan yang tampak dalam meéia, tetapi Juga diluar semua itu. Dimensi etika tidak hanya menyangkut isi komunitasi (pesan) dan proses komunikasi (cara komunikasi dilakukan), tetapi juga struktur fundamental dan persoalan yang menyangkut sistem, yang kerap menyangkut persoalan besar mengenai kebijakan yang berkaitan dengan pembagian teknologi yang canggih serta produknya, Persoalan ini menunjuk pada persoalan lain yang mempunyai implikasi ekonomi dan politik untuk kepemilikan dan kontrol. Dalam komunikasi antarbudaya, orang yang mempunYi kehendak balk sekalipun tidak selalu dianggap telah menerapkan prinsip-prinsip etika serta norma-norma. Misalnya, dalam kasus khusus seperti refleksi, diskusi, dan dialog yang memerlukan penerapan etika dan norma lebih mendalam, Hal tersebut karena dialog semacam itu merupakan dialog yang menyangkut komP*nen komunikasi atau para pembuat kebijakan mengenai komunikasi, para komunikator profesional, para ahli etika danmoral, para penerima komunikasi, dan orang-orang lain yang terkait. B. Komunikasi Antarbudaya dalam Berbagai Situasi Perbedaan Kebudayaan 1, Situasi Komunikasi Antarpribadi dan Antarbudaya Berbicara tentang komunikasi antarpribadi, berarti berbicara tentang dua orang atau lebih yang terlibat dalam komunikasi verbal atau nonverbal secara langsung. Apabila ditambahkan dimensi perbedaan kebudayaan ke dalamnya, kita berbicara tentang komunikasi antarbudaya sehingga dikatakan juga bahwa komunikasi tarbudaya merupakan komunikasi antarpribadi dengan perhatian khusus pada faktor- antarbuda: faktor kebudayaan yang memengarubinya. insip-prinsip Hubungan Antarpribadi Tae es at berkaitan dengan persepsi mengenai orang lain sj antarbudaya sang ‘Misainya, jika kita mempersiapkan orang Iain memiliki lebih tertarik padanya. jika kita menemukan Komunil dan akibat dari persepsi tersebut. Mis nilai-nitai yang sama dengan kita, kita akan 1n bersifat ramah, juga luas ibadi yan sarkan persepsi tadi. pengetahuannya mengenai sesuatu topik sescorang, yang sel 1 terjalin antara kita dan orang tersebut = i yang kita senangi, Komunikasi anlar? berdai meningkat dan terus berkembang sebagai berikut. a. Kredibilitas Percaya tidaknya seseorang kepada orang lain ber Tgantung pada beberapa faktor yang memengaruhi kreativitas komunikasi : yaitu: 1) Kompetensi: kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu yang dipersepsikan dengan orang lain; 2) Karakter: persepsi tentang moral, nilai, etika, dan integritas dari komunikasi; 3) Ko-orientasi: derajat kesamaan yang dipersepsikan mengenai tujuan dan nilai; 4) Karisma: derajat kepercayaan akan kualitas kepemimpinan khusus yang dipersepsikan, terutama dalam keadaan Ixisis dan menentukan; 5) Dinamika: derajat tentang entusiasme dan perilaku non-verbal yang dipersepsikan; 6) Jiwa sosial: derajat keramahan yang, dipersepsikan, Kredibilitas tidak sekadar mencakup arti dapat dipercaya atau tidaknya pihak- pihak yang melakukan komunikasi. Kredibilitas dari komunikan dan Komunikator, Khususnya pada tingkat antarpribadi memengaruhi sikap masing-masing terhadep lainnya dan menciptakan kondisi bagi komunikasi antarbudaya yang efektif. Rasa saling menghargai akan meningkatkan harapan yang tinggi terhadap masing-masing sehingga dapat dicapai hubungan yang menguntungkan, Kesediaan Membuka Diri (Self-Disclosure) = Penelitian menunjukkan hubungan erat antara kesediaan membuka diri dan kepercayaan, kesukaan, dan sama-sama membuka diri, Jika saling percaya antarpribadi_meningkat, Kesediaaan membuka diri juga semakin meningkat Sebaliknya, dengan adanya kesediaan membuka diri, lebih besar kemungkinannya bahwa kesukaan terhadap orang lain akan terjadi Walaupun setiap keterbukaan diri belum tentu menghasilkan dampak positif, iklim Kesediaan membuka diri dapat menghasilkan kepercayaan sebagaimana Kepercayaan membuka diri pada salah satu pihak cenderung untuk mendorong kesediaan membuka diri pada pihak lainnya. 2 Dominasi dan Submisi Beberapa faktor dominasi dan submisi yang berhubungen dengan kebudayaan yaitu sebagai berikut. P orang akan berkomunikasi dan berperilaku tertentu Karena peranan 1) Peranan sese« ‘tut demikian. Misainya, seseorang yang galak dan keras dalam a . sosialnya mem melaksanakan pekerjaannya di Kantor, temyata dapat berperilaku simpatik dan menyenangkan dengan keluarga dan temantemannya. 2) Status: persepsi mengenai status orang lain dapat memengaruhi sifat hubungan dominasi-submisi. Dalam kebudayaan Asia, Afrika, dan Timur Tengah, umur merupakan indikator sttus. d. Formalitas Derajat formalitas memegang peranan penting bagi sifat hubungan, Sekalipun demikian, informalitas juga penting artinya dalam komunikasi antarbudaya. Contohnya, Komunikasi antara seseorang yang berasal dari kebudayaan yang memandang penting struktur hierarki dalam hubungan antarpribadi, dengan sescorang yang menganggap hubungan sebaiknya bersifat sejajar, tidak akan berjalan mulus. Orang pertama akan berbicara secara informal dengan menggunakan nama kecil, sedangkan orang kedua lebih memilih untuk dipanggil dengan titel lengkap. Hal ini menimbulkan suasana tidak nyaman. e. Ketertarikan Antarpribadi (Interpersonal Attraction) Pada umumnya orang mengembangkan sikap positif terhadap orang lain dari segi Kehadirannya, penghargaan terhadap kemampuannya, dan kekaguman penampilan. Dari segi pandangan antarbudaya, faktor penarikan tersebut dapat dilihat secara tersendiri. Keindahan fisik, misalnya, tidak hanya ditentukan sec pribadi, tetapi juga ditentukan oleh norma budaya. Peneli tentang homofili menunjukkan bahwa ketertarikan antarprit dapat didasarkan pada similiritas etnik atau rasial. Lebih j, lagi, ketertarikan antarpribadi antarbudaya disebabkan adanya tujuan ataupun situasi bersama. Jf Hubungan Kerja secara Antarpribadi Hubungan kerja secara antarpribadi tidak dapat diterap] dalam situasi-situasi antarbudaya sehingga diperlukan strukturisasi organisasi dan perubahan gaya manajemen un memenuhi kebutuhan kebudayaan. Beberapa hal tent hubungan kerja secara antarpribadi yang perlu untuk dipahar karena faktor perbedaan kebudayaan adalah sebagai berikut. 1) Konsep tentang waktu : Banyak kebudayaan seperti di Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang tidak memandang waktu seba sesuatu yang sangat dipentingkan seperti uang 2) Kerja dan persahabatan/pergaulan tegas memisahkan Pekerjaan dan kehidy pan sosial. 3) Cara membicarakan masalah menunggu saat yang tepat. 3. Prinsip Homofili dan Heterofili dalam Komunikasi Antarbudaya Asar pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi dapat sating memahami Schingga Komunikasi menjadi efektif, mereka harus inemiliki sesuatu yang kurang lebih sama dengan latar belakang dan pengalaman. Istilah yang digunakan untuk “enggambarkan keadzan sang sama antarapihak pelaku komunikast ini adalah homofili. Homofili adalah derajat kesamaan antara individu yang telibat dalam interaksi antarpribadi sering lebih percaya pada orang-orang yang sudah dikenal da yang masih asing. ripada orang Salah satu hal yang dapat menjelaskan keadaan ini adalah Persepsi_ akan ‘dentifikasi, yakni adanya semacam hubungan karena adanya kesamaan, baik dalam segi Penampilan, unsur, pendidikan, ctnisitas, tempat tinggal atau wileyah geografi pandangan politik, moral, dan lain-lain. Perasaan ini memungkinkan tercapainya persepsi dan makna yang sama pula ‘erhadap suatu objek atau peristiva. Bagaimana halnya dengan komunikasi antarbudaya Yang bertolak dengan asumsi adanya perbedaan kebudayaan? Dilihat dari segi prinsip dasar komunikasi, perbedaan ini cenderung mengurangi atau menghambat terjadinya Komunikasi yang efektif. Jika pesan yang disampaikan melampaui batas-batas kebudayaan, yang terjadi adalah kesalahpahaman antara pengirim dalam suatu konteks i lain, tertentu dan penerima dalam konteks yang a Dalam situasi antarbudaya demikian, dapat dikatakan hanya sedikit atau tidak sama : il ” sekali "ko-orientasi yang merupakan persyaratan bagi komunikasi umumnya' Ko-orientasi adalah dua pihak yang berkomunikasi seharusnya terdapat persamaan o-orie! ikasi mereka. : ientasi terhadap topik dari komunil at wes dikatakan bahwa berdasarkan prinsip homofili, orang cenderung rapat ju i, om berinteraksi dengan individu lain yang serupa dalam hal karakteristik sosial dengannya, rinteraksi 98 Dodd (1982) m ca a vests ?membstKesias ‘entang dimensi-dimensi homofili ke dalam: b, Latar belakang: c. Sikap; 4. Nilai; e. Kepribadian. Akan tetapi, apabila dipandang dari sudut kepentingan komunikasi antarbudaya, adanya perbedaan tidak menutup kemungkinan terjadinya komunikasi antarindividu atau kelompok budaya. Perbedaan bahkan dilihat sebagai kerangka atau matriks tempat komunikasi terjadi. Dalam komunikasi manusia, diperlukan keseimbangan antara kesamaan dan tidak kesamaan, antara yang sudah dianggap biasa dengan sesuatu yang baru Ada proposisi dasar yang menyatakan bahwa kekuatan pertukaran informasi pada komunikasi (antara dua orang) bethubungan dengan derajat heterofili antara mereka. Dengan kata lain, orang akan menerima hal bam yang informasional melalui ikatan- ikatan yang lemah. Heterofili adalah derajat perbedaan dalam beberapa hal tertentu antara pasangan individu yang berinteraksi. Toleransi terhadap perbedaan ini dimungkinkan, karena dalam hubungan dua orang yang secara sempuma pengetahuan keduanya tentang inovasi akan sama, Dengan demikian, keadaan ideal dalam perolehan informasi adalah heterofili dalam hal pengetahuan, tetapi cukup homofili dalam irakteristik atau variabel-variabel Jain i sosial cee erate deat atau diakui potensi pengaruhnya terhadap Komunikasi, masalahnya kemudian terletak pada cara, strategi Le Cae komunikasi yang dipakai, Dalam komunikasi antarbudaya, perbedaan individual dapat diperbesar oleh dalah tit sepsi tentang kebudayaan a ee arene yaitu kebutaban untuk menyadari dan mengakui tik tolak dari asumsi yang paling dasar komunikasi antarbudaya, i perbedaan dan untuk menjembataninya dil ikut. dapat dilihat pada Gambar 10.1 beriku kan melalui komunikasi. Lebih jelasnya, OVERLAPPING OF INTEREST FIELD OF EXPERIENCE Heterophily Homophily Heterophily Gambar 10.1 Sumber: Rogers and Kincaid (1981: 161) C.Dimensi Etika Komunikasi Antarbudaya ‘Untuk mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang kebudayaan komunikasi antarbudaya, ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan. 1. Pr Tingkat Keorganisasian Kelompok Budaya Perhatian dan minat dari ahli-ahli komunikasi antarbudaya banyak meliputi komunikasi antarindividu dan kebudayaan nasional yang berbeda (seperti wirausaha Jepang dengan wirausaha Amerika/ Indonesia) atau antarindividu dan kebudayaan ras- etnik berbeda (seperti antarpelajar penduduk asli dengan guru pendatang). Bahkan, ada yang lebih mempersempit lagi pengertian pada "kebudayaan individual" karena seperti orang mewujudkan latar belakang yang unik. Konteks Sosial Komunikasi antarbudaya dapat diklasifikasi lagi berdasarkan konteks sosial dari terjadinya, yang meliputi: a. Bisnis; b. Organisasi; Pendidikan; ae Alkulturasi imigran; . Politik; Penyesuaian perlancong/pendatang sementara; Perkembangan alih teknologi/pembangunan/difusi inovasi; rete oven lan semua Konteks merupakan persamaan dalam int ws dasar dan proses komunikasi manusia (transmitting, aaieuinied ‘ i te adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam Iatar bellans oes oa : individu membentuk pola-pola persepsipemikiran persepsi pemikiran Penggunaan pesan verbal/nonv antaranya, Dengan demikian, variasi kontekstual ‘bal/nonverbal serta hubungan antarany: , VE erupakan —dimensi merupal tmensi tambahan yang —memengaruhi antarbudaya. Proses-proses komunikasi isal - Misalnya, komunikasi antarorang Indonesia dan Jepang dalam suaty transaksi dagang akan berbeda dengan komunikasi antarkeduany ; * 'ya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari suatu universitas. Dengan demikian, konteks sosial khusus tempat terjadinya komunikasi antarbudaya memberikan Para partisipan hubungan ant: farperan, yaitu ekpektasi, norma, dan aturan tingkah laku yang khusus. D, Permasalahan dan Hambatan Etika Norma dalam Komunikasi Antarbudaya Harus diakui bahwa budaya menentukan cara berkomunikasi dalam topik-topik Pembicaraan, cara berbicara atau bertemu, bahasa tubuh, Konsep ruang, makna waktu sangat bergantung pada budaya. Impilisit dalam konsep komunikasi tersebut adalah etika komunikasi yang harus dipenuhi ketika seseorang berkomunikasi dengan yang lainnya dari budaya yang berbeda. 1. Kerumitan Etika Bahasa Verbal Etika berbicara seperti dikemukakan Lewis (1996) bervariasi dalam bisnis. Misalnya, umumnya orang Jerman dan Swedia adalah pendengar yang baik, sedangkan orang Italia dan orang Spanyol sering memotong pembicaraan dengan bahasa tubuh dan isyarat tangan yang hidup dan terkesan berlebihan. Di Jepang dan Finlandia, diam adalah bagian integral dalam percakapan; jeda dianggap sebagai istirahat, ramah, dan pantas Kesulitan dapat muncul ketika pertama kali betemu dengan calon mitra bisnis yang berbeda budaya dalam hal menyapa, apakah menggunakan gelamya untuk menghormatinya atau memanggil nama agar cepat dan akrab. 2. Kerumitan Etika Bahasa Nonverbal Sebagaimana juga bahasa verbal, bahasa nonverbal seperti sikap tubuh, gerak, mntuhan, ekspresi wajah, senyuman, Kontak mata, nada suara, diam, paksian, Sais ls ly jn yang dianut suatu Konsep waktu, pengendalian emosi, dan tain- an ruang, yi nee . ga sangat rumit dan berbeda dare suatu budaya ke budaya Tainnya, k Kk budaya jus kelompol yi un tidak, perilaku nonverbal tersebut merupakan bagian dari etika ‘i maupt ° Baik disadar jikasi bisnis. Pesan nonverbal paling komunikasi yang harus dipenuhi dalam proses komunt gan mati bermakna adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata. 3, Perbedaan Orientasi Nilai Budaya perbedaan tersebut memengaruhi proses negosiasi yang akan dilakuk: an dari awal hingga akhir (mulai dari perkenalan hingga Penandatanganan persetujuan bisnis yang mungkin memakan waktu relatif lama), Problemnya adalah bahwa apa yang dianggap perilaku baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, sopan atau tidak sopan dalam suatu budaya sering dipersepsikan berbeda atau bahkan bertentangan dengan budaya lain, Misalnya, mamanggil nama pertama kepada atasan di Indonesia dianggap tidak sopan, seperti juga di Jepang dan di Korea, sementara hal tersebut biasa di Amerika atau di Australia, Tidak berlebihan apabila perbedaan dalam orientasi nilai budaya juga dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam berbagai perilaku dan presentasi bisnis. Banyak kegagalan manajemen dan bisnis yang dialami para manajer atau pengusaha disebabkan ketidakmampuan untuk memahami bahasa verbal, nonverbal, dan nilai-nilai yang dianut mitra bisnis mereka. Sikap mereka berorientasi pada budaya sendiri dan kurang memerhatikan nilai-nilai budaya calon mitra bisnis. Kerumitan komunikasi didasari oleh fakta bahwa komunikasi manusia bersifat omnipresent (ada di mana-mana), Karena komunikasi manusia itu pelik, etika Komunikasi manusia juga pelik. Pada umumnya menilai etika komunikasi kita sendiri berdasarkan niat yang kita miliki. Akan tetapi, ketika menilai etika komunikasi orang lain, kita menilai etika komunikasi mereka berdasarkan tindakan mereka yang kasat Bi iat yang sama mungkin divwujudkan melalui tindakan yang berbeda, atau mata. Biasanya san i sama mungkin berdasarkan niat yang berbeda, Dalam konteks inilah, kita an} “ene: mane i" + etika komunikasi bisnis lintas budaya yang melibatkan komunikasi perlu mempelajari tatap muka. ini dapat memupuk keakraban dan kehangatan dengan langsung Komunikasi | sesama, Tanpa komunikasi n lingkungan sendiri dan tatap muka, kemanusiaan kita tereduksi. Kita menjadi "linglung" terasing dengal

You might also like