You are on page 1of 9
278 PENYAKIT TUBULOINTERSTISIAL 1 Gde Raka Widiana PENDAHULUAN Jaringan tubulointerstisial terdiri dari seluruh jaringan ginjal kecuali glomerulus. Istlah nefritis interstisialis ppertama kali diperkenalkan oleh Unanue dkk tahun 1966 pada kelinci percobaan yang mengalami glomeroluneftitis. Inflamasi atau cedera progresif pada interstitium ginjal ‘akan merusak jaringan ginjal secara luas yang pada ‘akhirnya menyebabkan penurunan fungsiginjal.Inflamasi interstisial dapat dimulai dari dalam kompartemen interstitium atau sebagai akibat cedera glomeruler atau vaskuler. Walaupun berbagai cedera tubulointerstisial disebabkan oleh proses toksik, obat, atau infeksi, namun, sebagian besar proses inflamasi bersifat imunogerik. Infitrasi sel mononuclear yang terjadi mengakibatkan pelepasan sitokin parakrin, yang secara bersama-sama menyebabkan gangguan lingkungan mikro. Ternyata hubungan antara gangguan struktur glomerulus dan gangguan fungsi ginjal tidak begitu kuat. Sebaliknya kerusakan kompartemen tubulointrsttial berasosiasi lebih kuat dengan kinerja ginjal. Parameter fungsional ginjal sepertiklirens inulin, kapasitas konsentrasi maksimal, ekskresi natrium ternyata berkorelasi secara kuat dengan skor inflamasi tubulointerstisial. Hubungan antara kelainan tubulointerstisial dan fungsi ginjal sangat ‘erat, hal ini dapat dijelaskan dengan beberepa mekanisme, antara lain Pertama, secara anatomi, aliran urin terhalang dengan cobstruksi tubuler akibat proses radang, Inflamasi dan fibrosis interstisial dapat menyumbat tubulus dan meningkatkan tekanan intratubuler. Atrofi tubulus dan debris dalam tubulus menyumbat aliran filtrat glomerulus. Kedua, berkaitan dengan meningkatnya resistensi vaskular dengan cedera tubuler progresif dan fibrosis. 2112 Pada keadaan ini volume kapiler peritubuler menusun pada daerah inflamasi, edema dan fibrosis yang ‘mengakibatkan Iskhemia di daerah tersebut, Gangguan aliran keluar arteriola glomerulus mengakibatkan hipertensi intraglomerulet. Hipertensi intraglomeruler mengakibatkan kerusakan glomerulus dan sklerosis mesangial Ketiga, otoregilasi berupa mekanisme feedbeck tubuloglomerular juga mengalami gangguan. Pada keadaan ini arteriola aferen tidak sensitif terhadap sinyal tubuloglomerular feedback. Mekanisme ini mungkin diperantarai oleh gangguan sistem renin-angiotensin iokal ‘atau gangguan produksi prostaglandin loka Keempat, berksitan dengan atrofi daerah intresttivin ddan penipisan epitel sepanjang daerah tubulus proksimal dan thick ascending limb darin loop Henle. Akibat perubahan ini, gradien osmotik ginjal normal mengalami penurunan akibat menurunnya transpor natrium pede daerah loop Henle ini Hal ini mengakibatkan menurunnya absorpsi air pada filtrat glomerulus yang mengakibatkan hipasteinuria dan poliuria. Meningkatnya kandungan solut dan air pada lumen tubulus akan menurunkan filtrasi glomerulus. Akibatnya, rangsangan produksi renin oleh aparatus juxtaglomerularis menurun. Akibatnya, ‘eaksi vasokonstriksi pada vasa eferen akibat rangsang angiotensin Il menurun dan filtrasi glomerulus juga MEKANISME CEDERA TUBULOINTERSTISIAL ‘Sumber inflamasi imunogenik dapat berasal dari antigen nefritogentk yang berasal dari sel interstisial dan struktur ekstraselularnya, atau berasal dari sirkulasi. Antigen ini dapat berupa PENYAKIT TUBULOINTERSTISIAL 2113 Antigen dari Sel Ginjal dan Membran Basal Tubuler Salah satu contoh antigen ini adalah kompleks antigen Heyman nephritis. Contoh lain adalah protein Tamm- Horsfall juga dijumpai pada permukaan sel tubulus dan disekresi ke dalam lumen tubulus. Protein Tamm-Horsfall atau uromodulin ini merupakan suatu glikoprotein yang dapat membentuk deposit imun sepanjang basal sel tubulus. Konyugat Hapten-obat Sejumlah gotongan penisilin, sefalosporin, fenitoin merupakan antigen ekstrarenal yang membentuk deposit imun, Deposit ini terbentuk lokal in-situ atau berasal dari kompleks sirkulasi. Antigen Akibat Mimikri Molekular Beberapa antibodi streptokoki nefritogenik dapat bereaksi secara silang dengan kolagen tipe IV di daerah interstitium, Selain itu, Bakter E.coli dapat bereaksisilang dengan protein Tamm-Horsfal. Antibedi anti-DNA dapat mengenal komponen matriks ekstraselular seperti laminin ddan heparan sulfa. Antigen Ekstra-renal Dalam Bentuk Deposit Imun Contohnya, pada nefrtis lupus dengan deposit ONA, nefropati IgA, nefropati Sjogren, cryoglobulinemia, Lokasi deposit nitergantung dari muatan sti, struktur antigen dan dan antibod’, adanya reseptor Fe, mekanisme aliran ginal klrens efektt dan banyak faktorlainnya, RESPONS IMUN PADA PENYAKIT TUBULO- INTERSTISIAL Sebagian besar penyakit tubulointerstisial dimediasi oleh proses imunologik. Antigen target-nya sendiri sebenarnya tidak mampu merangsang reaksi imun. Namun, sebelurmnya antigen ini harus di proses dulu oleh APC (antigen presenting cells) yang umumnya adalah sel makrofag dan sel dendritk. Kemudian antigen berupa peptida yang telah diproses ini dipresentasikan ada permukaan sel bersama antigen MHC (major ‘istocompatbity complex) kas | dan kas IL Secara umum sel T helper yang menginduksi produksi antibodi oleh sel B dan sel efektor mengenal antigen yang diproses dalam kaitannya dengan MHC klas Il. emampuan dari sellimfosit T untuk membedakan kompleks peptida-MHC ini diperkuat oleh protein CD4 atau CD8 pada permukean sellimfosit Kedua molekal ko-reseptor ni masing-masing dapat mengenal secara spesifik salah satu dari domain Immunoglobulin-like yang bersifat non-polimortik yang terdapat pada molekul MHC. Secara spesifik, CD4 berikatan dengan domain o2 pade semua polipeptida MHC klas Il dan CD8 berikatan dengan domain 43 MHC kas l. Pengenalan oleh CD4 atau CDB akan memberikan sinyal yang kuat pada se. Akibatnya sel T CD8 umumnya mengenal peptida yang terikat pada protein MHC klas | dan cikatakan sebagai class- restricted, sedangkan, CD4 mengenal peptide yang berikatan dengan MHC klas Ui disebut sebagai clas-il restricted. Hal ini merupakan faktor penting dalam menentukan tipe respons imun yang diinduksi oleh antigen tertentu, Antigen sitosolik {erkaitan dengan MHC Klas) umumnya dikenal oleh se Tsitotoksik CDB, yang dapat membunuh sel-selterinfeksi yang mempresentasikannya. Di pihak lain, peptida dari jalur endositik (berkaitan dengan MHC kias I) utamanya ipresentasikan kepada sel T CD4 helper, membantu mengawali respons sel 8 (memproduksi antibod) dalam rmenyerang antigen ekstraselular. Reseptor sel limfosit T dapat mengenal kompleks MHC-peptida antigen dengan ikatan pada residu spesfit yang terdapat pada peptida dan regio yang sangat polimorfi dari molekul MHC pada dan disekitarlekukan ikatan peptida. Akibatnya, reseptor limfositT ini dapat ‘membedakan berbagai peptida yang berbeda dan bentuk- bentuk alele yang berbeda dari protein MHC. Rantal reseptor T disintesis melalui dari genom berbeda yang kemudian ditata kembal. Sel memerlukan paling sedikit dus sinyal yang teraktivas Sinyalpertama, dimulei dengan ikatan aloantigen atau antigen yang telah dioroses dan

You might also like