Professional Documents
Culture Documents
Adoc - Pub Simulasi Pola Aliran Udara Dan Distribusi Suhu Pad
Adoc - Pub Simulasi Pola Aliran Udara Dan Distribusi Suhu Pad
Oleh :
HASBI MUBAROK SUUD
F 14050514
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1
Simulation of Airflow Pattern and Temperature Distribution at Closed
House System Chicken House Using Computational Fluid Dynamics
ABSTRACT
RINGKASAN
Usaha pembesaran peternakan ayam broiler sudah banyak dilaksanakan di
Indonesia baik dalam skala, sedang bahkan dalam skala besar yang dilakukan oleh
perusahaan. Dalam usaha pembesaran ayam broiler tersebut, suhu merupakan
faktor yang krusial dalam pembesaran ayam di wilayah beriklim tropis. Kandang
closed house merupakan suatu sistem yang menawarkan solusi untuk memberikan
kondisi yang sesuai untuk produksi ayam broiler. Didalam penelitian ini dikaji
pola aliran udara, distribusi suhu dan kelembaban udara pada kandang closed
house menggunakan computational fluid dynamic (CFD) dan hubungannya
dengan kenyamanan thermal ayam.
CFD merupakan pendekatan pemecahan permasalahan dari persamaan
kontinum (sel tak hingga) menjadi suatu persamaan yang diskret (sel hingga).
Data kecepatan angin exhaust fan, suhu terpal penutup kandang, suhu dinding,
suhu lantai, dan suhu atap digunakan sebagai data masukan. Pengukuran
dilakukan tanggal 30 mei 2009 dan dipilih data pada pukul 13:00. Sebagai
validasi pengukuran dilakukan pengukuran suhu, kecepatan udara, dan
kelembaban relatif pada titik validasi di area dalam kandang. Simulasi merupakan
simulasi internal flow sehingga batas computational domain nya adalah area
geometri model kandang. Keluaran dari simulasi ini berupa data, potongan kontur
dan vektor parameter kecepatan udara, suhu, dan kelembaban relatif.
Hasil simulasi menggambarkan profil aliran udara yang meningkat di daerah
inlet karena ada pertemuan dua aliran udara dari dua inlet kandang. Distribusi
suhunya cenderung meningkat pada daerah outlet kandang akibat ada akumulasi
panas dari konveksi ayam yang disebabkan hembusan aliran udara menuju outlet.
Dari hasil simulasi didapatkan nilai suhu rata-rata pada kandang adalah 33,53oC
dan nilai kecepatan udara rata-rata adalah 2,28 m/s.
Validasi dilakukan meliputi validasi pengukuran dengan membandingkan
data aktual pengukuran dan simulasi dan validasi mesh. Validasi pengukuran
dilakukan dengan menghitung SEP (standart error prediction), CV (coefficient of
variation), bias, dan ADP (average precentage of prediction). Validasi
pengukuran untuk suhu cukup baik nilainya karena Untuk parameter nilai SEP
nya sebesar 1,653, CV sebesar 4,99% memenuhi kriteria SEP kurang dari 4 dan
CV kurang dari 5%. Validasi kecepatan angin tidak cukup baik nilainya karena
CV nya sebesar 15,28% lebih besar dari 5%.
Melalui hasil simulasi dan pengukuran menunjukkan profil aliran udara yang
ada dalam kandang closed house cukup baik karena dapat meratakan kecepatan
udara pada daerah habitat ayam sehingga pertumbuhan ayam diharapkan dapat
merata. Pengaturan kepadatan ayam pada kandang sudah cukup baik dengan
mengurangi kepadatan ayam di area outlet karena adanya akumulasi panas pada
area outlet. Suhu efektif ayam ketika pengukuran dan simulasi dilakukan sekitar
25oC masih dalam selang temperatur ideal untuk unggas.
i
SIMULASI POLA ALIRAN UDARA DAN DISTRIBUSI SUHU
PADA KANDANG CLOSED HOUSE MENGGUNAKAN
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Oleh :
HASBI MUBAROK SUUD
F 14050514
2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1
Judul Skripsi : Simulasi Pola Aliran Udara dan Distribusi Suhu Pada Kandang
Closed house Menggunakan Computational Fluid Dynamics
Nama : Hasbi Mubarok Suud
NIM : F14050514
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Mengetahui:
Ketua Departemen,
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara pasangan Suud Asy’ari
dan Sa’adah Mashud. Dilahirkan di Bangkalan, Madura Jawa Timur pada 19 Juli
1987. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Margorejo III Surabaya, lalu
dilanjutkan ke jenjang pendidikan menengah di SMPN 13 Surabaya. Pada tahun
2002 penulis masuk di SMAN 2 Surabaya dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun
yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Baru pada tahun 2006 penulis resmi diterima sebagai mahasiswa
Departemen Teknik Pertanian IPB.
Pada masa perkuliahan penulis tertarik pada bidang jurnalistik sehingga
pernah aktif sebagai wartawan koran kampus IPB pada tahun 2005-2006 dan
sempat mengikuti beberapa kegiatan pelatihan jurnalistik yang diadakan oleh
media masa. Selain itu penulis juga merupakan anggota Himpunan Mahasiswa
Teknik Pertanian (HIMATETA) dan Himpunan Mahasiswa Surabaya
(HIMASURYA) yang merupakan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) di
IPB.
Penulis pernah melakukan praktek lapangan dengan judul “Mempelajari
Aspek Keteknikan Pertanian Pada Produksi Gula Di PTPN XI PG. Toelangan,
Sidoarjo, Jawa Timur” pada tahun 2008.
ii
KATA PENGANTAR
iii
Demikianlah skripsi yang masih sangat jauh dari sempurna, sehingga sangat
diharapkan saran dan kritik dalam penulisannya. Semoga penulisan skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Bogor, Desember 2009
Penulis
iv
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
B. Tujuan ................................................................................................................. 2
C. Pendekatan Permasalahan............................................................................... 16
v
D. Tahapan Kegiatan Penelitian.......................................................................... 17
A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD ..................... 26
B. Validasi ............................................................................................................. 39
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 44
B. Saran ................................................................................................................. 45
LAMPIRAN .......................................................................................................... 48
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Beberapa kondisi lingkungan kandang dan akibatnya pada ayam ............ 4
Tabel 4. Nilai insulasi untuk kandang ayam dalam kondisi iklim yang berbeda .... 7
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Denah titik pengukuran suhu tampak atas untuk validasi ................... 18
Gambar 2. Denah titik pengukuran kecepatan udara tampak atas untuk validasi. 19
Gambar 3. Denah titik pengukuran kelembaban udara tampak atas untuk validasi
.............................................................................................................. 20
Gambar 4. Diagram alir proses simulasi distribusi suhu udara dalam greenhouse
menggunakan software EFD ................................................................ 24
Gambar 6. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi aliran udara pada inlet27
Gambar 7. Cut plot contour parameter kecepatan udara pada iterasi ke-330
tampak atas pada: (a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang; (b) Jarak
vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m dari lantai
kandang................................................................................................. 28
Gambar 8. Cut plot contour dan vector pada iterasi ke-420 parameter kecepatan
udara tampak atas pada: (a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang; (b)
Jarak vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m dari
lantai kandang ....................................................................................... 29
Gambar 8. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi profil kecepatan udara
tampak depan: (a) Jarak 110 m dari pintu depan kandang (ujung inlet);
(b) Jarak 60 m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (c) Jarak 12 m
dari pintu depan kandang (ujung inlet); (d) Jarak 6 m dari pintu depan
kandang (ujung inlet); (e) Jarak 2 m dari pintu depan kandang (ujung
inlet) ...................................................................................................... 31
Gambar 9. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi parameter tekanan udara
tampak atas pada:(a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang; (b) Jarak
vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m dari lantai
kandang................................................................................................. 32
viii
Gambar 10. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi parameter suhu tampak
atas pada : (a) Jarak vertikal 1,7 m dari lantai kandang; (b) Jarak
vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0,25 m dari lantai
kandang................................................................................................. 33
Gambar 11. Cut plot tampak samping profil temperatur udara pada kandang ..... 34
Gambar 12. Cut plot contour dan vector profil temperatur udara tampak depan:
(a) Jarak 110 m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (b) Jarak 60 m
dari pintu depan kandang (ujung inlet); (c) Jarak 12 m dari pintu depan
kandang (ujung inlet); (d) Jarak 6 m dari pintu depan kandang (ujung
inlet); (e) Jarak 2 m dari pintu depan kandang (ujung inlet) ................ 35
Gambar 13. Cut plot dan vector parameter kelembaban udara tampak atas pada :
(a) Jarak vertikal 1,7 m dari lantai kandang; (b) Jarak vertikal 0,45 m
dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0,25 m dari lantai kandang....... 36
Gambar 14. Grafik nilai kecepatan aliran udara pada titik-titik pengukuran yang
sebaris ................................................................................................... 37
Gambar 15. Grafik nilai suhu udara pada titik-titik pengukuran yang sebaris ..... 38
Gambar 16. Grafik nilai kelembaban relatif udara pada titik-titik pengukuran yang
sebaris ................................................................................................... 38
Gambar 17. Grafik nilai suhu aktual dan hasil simulasi ....................................... 39
Gambar 18. Grafik nilai kecepatan udara aktual dan hasil simulasi ..................... 40
Gambar 19. Grafik nilai kelembaban udara aktual dan hasil simulasi.................. 41
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2. Hasil pengukuran suhu aktual dan nilai suhu hasil simulasi pada
titik-titik pengukuran validasi............................................................... 50
Lampiran 4. Hasil pengukuran kecepatan udara aktual dan kecepatan udara hasil
simulasi pada titik-titik pengukuran validasi. ....................................... 52
Lampiran 5. Contoh tabel target suhu efektif dengan kondisi 8 exhaust fan
beroperasi.............................................................................................. 53
Lampiran 7.Gambar geometri model kandang closed house tampak belakang .... 55
Lampiran 8. Gambar geometri model kandang closed house tampak atas ........... 56
Lampiran 13. Grafik hasil kalibrasi dan persamaan regresi kabel termokopel ..... 61
Lampiran 14. Nilai dan grafik parameter suhu dan kecepatan udara hasil simulasi
CFD ...................................................................................................... 64
x
DAFTAR ISTILAH
xi
Time dependency : Metode yang memasukkan pengaruh parameter waktu secara
series dalam perhitungan simulasi CFD.
Environment pressure : Salah satu cara untuk mendefinisikan pressure opening.
Exhaust fan : Kipas blower untuk menghisap udara dalam kandang closed house.
Outlet velocity : Salah satu cara untuk mendefinisikan inisialisasi outlet flow pada
software EFD Lab. Biasanya dengan cara memasukkan nilai
kecepatan fluidanya.
Mesh dependency test : Metode untuk mendapatkan tingkat mesh yang optimal
dalam pembuatan simulasi.
xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha pembesaran peternakan ayam broiler sudah banyak dilaksanakan di
Indonesia baik dalam skala kecil (1000 – 50.000 ekor), sedang (50.000 – 500.000
ekor) bahkan dalam skala besar (100.000 – jutaan ekor) yang dilakukan oleh
perusahaan (Fadillah et al., 2006). Seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk dunia, maka kebutuhan akan daging ayam juga akan terus bertambah.
Menurut data USDA Foreign Agricultural Service dan Paul Aho pada tahun 1995
produksi daging ayam dunia mencapai 40,4 juta ton per tahun dan pada tahun
2000 produksi dagin ayam dunia telah meningkat mencapai 50 juta ton per tahun
(Bell, 2001).
Dalam usaha peternakan ayam broiler dibutuhkan pengetahuan tentang
breeding, feeding, manajemen pemeliharaan, dan pencegahan dan pemberantasan
penyakit. Faktor perkandangan memegang peranan yang sangat penting dalam
usaha peternakan ayam. Hal ini disebabkan kandang merupakan tempat hidup
ayam dari usia awal sampai berproduksi atau dipanen (Priyatno, 2002). Di
Indonesia saat ini banyak digunakan kandang sistem terbuka karena biaya
pembuatan, operasi, dan pemeliharaan yang lebih murah jika dibandingkan
dengan kandang sistem tertutup (closed house). Tetapi sistem kandang sistem
tertutup ini memiliki kelebihan antara lain mampu menciptakan lingkungan yang
ideal dalam kandang dengan lebih terkontrol, meningkatkan produktivitas ayam,
efisiensi lahan dan tenaga kerja, serta lebih ramah lingkungan.
Prinsip utama dalam membangun kandang closed house adalah
menyediakan lingkungan yang sehat bagi peternakan ayam. Kualitas lingkungan
yang sehat menurut standar Eropa antara lain mencakup parameter kadar
ammonia, karbon dioksida, debu tehirup oleh ternak, debu yang di respirasi oleh
ternak, dan bakteri yang mematikan (Leeson, 2000). Parameter lain yang juga
sangat penting dalam lingkungan kandang ayam adalah adalah suhu udara dan
ventilasi dalam kandang (Bell, 2001).
Simulasi pola aliran udara dan suhu dalam kandang dapat digunakan
untuk mengetahui sebaran panas udara dalam kandang karena suhu udara kandang
1
adalah parameter yang sangat penting. Berbeda dengan kandang sistem terbuka
yang mengandalkan ventilasi alami, pada kandang closed house, ventilasi
menggunakan tekanan yang dihasilkan oleh kipas dan menggunakan evaporative
cooling system sebagai sistem pendinginnya. Simulasi pola aliran udara dan suhu
dalam kandang ini dilakukan dengan menggunakan program Engineering Fluid
Dynamic (EFD) yang merupakan suatu software yang membantu membuat
simulasi aliran udara dengan pendekatan teknik Computational Fluid Dynamics
(CFD).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Membuat simulasi aliran udara dan suhu di dalam kandang closed house
dengan menggunakan teknik computational fluid dynamics.
2. Memahami dan menganalisa fenomena aliran udara dan distribusi suhu
yang ada dalam kandang closed house melalui hasil simulasi yang telah
dibuat.
3. Menjelaskan hubungan pola aliran udara dan distribusi dalam kandang
closed house dengan kondisi lingkungan yang sesuai untuk produksi ayam.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ayam ras broiler adalah salah satu jenis ayam tipe pedaging yang
dipelihara di Indonesia secara komersial. Kata broiler berasal dari daerah bagian
timur negara Amerika Serikat yang berarti unggas yang sangat muda usianya
(Leeson, 2000).
Tipe ayam pedaging sebelumnya merupakan hasil sampingan dari
produksi telur. Namun saat ini industri peternakan ayam modern telah banyak
berdiri khusus untuk memproduksi ayam pedaging yang kegiatannya meliputi
budidaya ayam pedaging dan industri pengolahan ayam. Saat ini, perubahan pada
pembibitan ayam broiler (pedaging) dilakukan dengan memuliabiakkan secara
teratur ayam bibit yang berbeda dan masing – masing memiliki sifat unggul
seperti pertumbuhan cepat, produksi telur tinggi, efisiensi pakan tinggi, dan tahan
terhadap penyakit. Sifat yang unggul ini akan digabungkan menjadi satu dalam
satu galur melalui program seleksi breed dan menyilangkannya (Fadillah et al.,
2006).
Pemeliharaan ayam broiler breeder untuk komersial pada periode
pemanasan dimulai sejak DOC diterima hingga umur 3-4 minggu. Periode
pemanasan sangat penting karena pada periode ini terjadi perkembangan fisiologis
yang menentukan keberhasilan usaha ayam, yaitu periode pembentukan sistem
kekebalan tubuh, sistem kardiovaskuler, pembentukan tubuh, dan awal
pembentukan kerangka tubuh (Fadillah et al., 2006).
Kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan karakteristik ayam dapat
menyebabkan penurunan produksi hingga penyebaran penyakit. Penyakit pada
ayam ras broiler yang disebabkan karena kualitas udara yang kurang baik antara
lain flu burung, penyakit berak darah (Coccidiosis), Infectious Laryngotrachesis,
Infectious Stunting Syndrome, Newcastle Disease atau tetelo (Fadillah et al.,
2006).
3
Tabel 1. Beberapa kondisi lingkungan kandang dan akibatnya pada ayam
Kondisi Akibat pada ayam
Kelembaban tinggi Ayam mengalami heat stress dan memicu rendahnya
feed intake
Suhu tinggi Ayam mengalami heat stress karena terjadinya
fluktuasi suhu yang tinggi antara siang dan malam.
Kecepatan angin Ayam mengalami efek wind chill terutama pada anak
tinggi ayam.
Sumber: Anonim, 2007
Kandang tipe tertutup dibuat dengan tujuan agar keadaan lingkungan luar
seperti udara panas, hujan, angin, dan intensitas sinar matahari tidak berpengaruh
banyak terhadap keadaan dalam kandang. Sebagian besar kandang dibuat tertutup
4
dengan tembok, seng, atau layar, kecuali bagian ujung kandang untuk udara
masuk (inlet) dan bagian ujung kandang satunya untuk tempat kipas (outlet)
(Fadillah et al, 2006). Kandang ayam sistem tertutup harus mampu mengeluarkan
gas – gas beracun dan panas berlebih di dalam kandang yang dihasilkan dari ayam
yang dipelihara.
Sistem ventilasi di kandang tertutup merupakan bagian yang penting untuk
diperhatikan karena berperan dalam sirkulasi udara. Sistem ventilasi di kandang
tertutup tergantung dari jenis kipas yang digunakan. Berdasarkan cara kerja kipas,
sistem ventilasi di kandang tertutup dibagi menjadi dua cara, yaitu mendorong
udara masuk dan menyedot udara keluar (Fadillah et al, 2006).
Sistem pendinginan atau cooling system yang diterapkan dalam kandang
sistem tertutup diterapkan berbeda – beda tergantung wilayah dan situasi iklim
setempat. Di Indonesia kita bisa temukan sistem pendingin dengan menggunakan
pad pendingin, media evaporative atau fogging system. Sistem ini memanfaatkan
evaporasi air dari media pad atau media evaporative lainnya sehingga udara yang
melintas pada media ini akan turun suhunya (Anonim, 2007).
Unsur-unsur selain sistem ventilasi dan sistem pendinginan yang perlu
diperhatikan dalam kandang sistem tertutup antara lain jenis kipas, dinding
kandang, filter cahaya, masukan udara, sistem pencahayaan, panel kontrol, dan
sistem elektrik (Anonim, 2007). Semua unsur tersebut menjadi satu kesatuan
konsep global yang ada pada kandang closed house.
5
Faktor yang mempengaruhi parameter suhu dalam kandang adalah
pindah panas dari tubuh ayam, sistem insulasi kandang, dan sistem ventilasi
kandang.
6
2. Panas Laten
Seperti pada mamalia yang terjadi proses evaporasi melalui kelenjar
keringat, ayam juga mengalami proses pendinginan secara evaporasi melalui
penguapan dari lapisan lembab pada sistem respirasinya (paru–paru dan
pundi udara).
Secara umum bangunan kandang harus kokoh dan kandang tidak boleh
terlalu panas. Sistem insulasi atau sistem penyekat panas diberi harga dengan
nilai R atau RSI. Nilai R dan RSI ini menunjukkan resistensi bahan terhadap
panas. Angka tersebut menunjukkan besarnya daya sekat panas suatu bahan
yang sering digunakan dalam kandang ayam.
Tabel 4. Nilai insulasi untuk kandang ayam dalam kondisi iklim yang berbeda
Wall Roof
Condition
R RSI R RSI
Hot Climate 2 0,35 8 1,40
Cold Climate 20 3,50 30 5,30
Sumber : Leeson and Summers. 2000. Broiler breeder production. Canada: UNIVERSITY Books
Material penyekat panas harus dalam tetap kering agar uap dapat
berperan sebagai konduktor panas dan proses pindah panas dapat berlangsung
optimal. Bahan material seperti polystyrene, polyurethanes, dan vermicullite
tidak menyerap air sehingga tidak membutuhkan bahan pelapis untuk menahan
uap. Tetapi untuk beberapa bahan material yang menyerap air seperti cellulose,
fiberglass dan beberapa jenis produk wool akan menyerap panas dan
7
membutuhkan bahan yang menahan uap yang terpisah (Bell dan Weaver,
2006).
Ventilasi adalah hubungan antara masukan udara, kipas, dan pola angin
yang terbentuk. Jenis kipas atau kombinasi kipas yang dipakai tergantung dari
sistem ventilasi apa yang diterapkan (anonim, 2007). Sistem ventilasi di
kandang closed house menurut cara kerja kipas secara umum dapat dibagi dua
yaitu tekanan positif dan tekanan negatif. Cara kerja sistem ventilasi tekanan
positif yaitu dengan cara mendorong udara masuk ke dalam kandang
sedangkan sistem tekanan negatif bekerja kebalikannya yaitu mengalirkan
udara ke luar kandang. Sistem ventilasi bertekanan dalam kandang closed
house dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu tunnel ventilation system dan
cooling pad system (Fadillah et al., 2006). Dalam penelitian ini, kandang
closed house yang diteliti termasuk dalam tunnel ventilation system.
9
menjelaskan hasil simulasi berdasarkan eksperimen yang dilakukan dan
berdasarkan landasan teori yang ada.
Membuat simulasi menggunakan teknik CFD di lakukan dalam tiga tahap
proses utama yaitu Pra-pengolahan, pemecahan masalah dan pasca-pengolahan.
1. Pra-pengolahan
Tahap ini berguna untuk mendefinisikan input dari simulasi yang akan
di buat. Pada tahap Pra-pengolahan didefinisikan beberapa hal berikut
sebagai input :
a. Menentukan batas computational domain dari gambar geometri yang
akan dianalisis.
b. Menentukan sifat bahan gambar geometri dan sifat fluida yang akan
dianalisis melalui modul engineering database yang tersedia.
c. Menentukan tingkat mesh untuk analisis.
d. Menentukan kondisi batas atau boundary condition yang akan
dianalisis.
e. Menentukan goals atau tujuan yang akan dihitung pada proses
pemecahan masalah.
2. Pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap untuk pencarian solusi berdasarkan
definisi dari tahap pra-pengolahan. Persamaan untuk memecahkan input
data dari pra-pengolahan dibangun dari tiga prinsip dasar fluida yaitu:
1. Hukum kekekalan massa.
Keseimbangan massa fluida menyatakan laju kenaikan (pertambahan)
massa elemen fluida sama dengan laju net aliran massa ke dalam
10
elemen fluida dituliskan dalam bentuk persamaan kontinuitas tiga
dimensi sebagai berikut (Anderson, 1995):
D ( u ) ( v ) ( w)
.................................................. .(1)
Dt x y z t
V ui vj wk ................................................................................ .(2)
Momentum y:
( v) ( v 2 ) ( uv) ( vw) p v
V .V 2
t y x z y y y
v u v w
f y
x x y z z y ..................................(4)
Momentum z:
( w) ( w 2 ) ( vw) ( uw) p w
V .V 2
t Z y x z z z
w v u w
f z
y y z x z x ............................(5)
11
dengan u, v, dan w merupakan komponen dari vektor kecepatan dalam
sumbu x, y, dan z, ρ adalah masa jenis fluida, p adalah tekanan, f
adalah gaya per satuan masa yang dikenakan pada fluida, f x adalah f
D V2 T T T u v w
e q k k k p
Dt 2 x x y y z z x y z
yx zx xy yy zy xz yz zz
u xx v w
x y z x y z x y z
................(5)
Dengan e merupakan internal energi, k adalah konduktivitas panas, T
adalah temperatur fluida, τ merupakan tegangan geser atau shear
stress, sedangkan τxy menunjukkan adanya tegangan geser pada arah
sumbu x pada bidang yang tegak lurus dengan bidang sumbu y.
3. Pasca-pengolahan
Tahap pasca-pengolahan adalah tahap untuk menampilkan hasil
dari iterasi pemecahan persamaan pada tahap pemecahan masalah. Pada
tahap pasca-pengolahan digunakan teknik komputer grafik untuk
menampilkan hasil iterasi persamaan. Beberapa teknik komputer grafik
yang biasa digunakan dalam CFD antara lain xy plots, contour plots,
vector dan streamline plots, scatter plots, mesh plots, dan composite plots
(Anderson, 1995).
12
F. EFD Lab
EFD Lab adalah salah satu software yang membantu kita untuk membuat
suatu simulasi fluida dengan pendekatan teknik computational fluid dynamic.
EFD Lab mempunyai keunggulan dibandingkan software lain sejenis antara lain
engineering database yang lebih lengkap dan dapat dengan mudah ditambahkan
propertisnya, interface yang mudah digunakan, terdapat modul elektronik untuk
simulasi aliran fluida yang berkenaan dengan elektronika, sudah mendukung
simulasi dalam model yang mempunyai lubang-lubang kecil (porous media),
analisis wall dengan memperhitungkan kekasaran permukaannya, dan
peningkatan resolusi geometri. Di dalam EFD Lab secara umum akan menuntun
pengguna untuk melakukan simulasi dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menentukan computational domain.
Computational domain adalah batas area simulasi. Di EFD Lab terdapat
dua tipe analisis yaitu internal flow dan external flow. Computational
domain untuk internal flow meliputi seluruh area model geometri yang
akan dianalisis dan untuk external flow berupa area prisma segi empat yang
mencakup seluruh model geometri.
2. Menentukan initial dan boundary condition.
Initial dan boundary condition adalah input data untuk melakukan simulasi.
3. Menentukan mesh.
EFD Lab secara otomatis akan membagi mesh pada daerah computational
domain sesuai dengan tingkat mesh yang dipilih. Pengguna dapat
memperbaiki mesh yang telah dilakukan dengan melakukan refinement
ketika perhitungan pada tahap solving berjalan.
4. Menjalankan iterasi perhitungan atau tahap solving.
EFD Lab melakukan diskretisasi persamaan navier-stokes dan memecahkan
persamaan itu dalam computational domain.
5. Menampilkan hasil.
Hasil dari tahap solving ditampilkan dalam gambar geometri, grafik, dan
tabel. EFD Lab juga dapat menampilkan hasil yang diperoleh dalam bentuk
format microsoft excel, file ASCII, ataupun microsoft word.
13
G. Penelitian Terdahulu Yang Pernah Dilakukan Menggunakan CFD
14
METODOLOGI PENELITIAN
15
7. Personal Computer
PC yang digunakan memiliki spesifikasi Processor Core 2 duo 1,7
Ghz dengan RAM 1024 Mb.
8. EFD Lab 2008 Software(Engineering Fluid Dynamic)
Software yang digunakan untuk membuat simulasi aliran udara.
C. Pendekatan Permasalahan
Untuk membuat suatu simulasi dalam EFD Lab 2008 kita perlu membuat
batasan-batasan boundary condition untuk menyederhanakan kondisi di kandang
closed house yang terlalu kompleks. Dalam penelitian ini digunakan batasan dan
asumsi untuk simulasi sebagai berikut:
1. Udara bergerak dalam kondisi steady dan tidak terkompresi
(uncompressible).
2. Panas jenis, konduktivitas dan viskositas udara konstan.
3. Model kandang dalam simulasi dibuat dalam ukuran sesungguhnya
atau memiliki perbandingan ukuran 1 : 1 terhadap kandang
sebenarnya.
4. Simulasi dilakukan pada umur ayam 30 hari atau satu hari sebelum
panen ayam karena pada umur inilah saat yang paling kritis untuk
ayam terhadap pengaruh suhu lingkungan.
5. Simulasi dibuat dengan memasukkan inisialisasi panas ayam sebagai
heat source yang didapatkan dalam literatur.
6. Sumber panas dari ayam diasumsikan sebagai area plat datar yang
menghasilkan panas dan nilai panasnya sebanding dengan nilai panas
ayam pada berat tertentu sesuai dengan pengamatan di kandang ayam
produksi closed house.
7. Nilai inisialisasi panas lain dari konstruksi kandang ayam adalah panas
pada tembok bawah (concrete), terpal plastik polyethilene (PE),
dinding plat alumunium atas, dan atap alumunium.
16
8. Distribusi duhu udara pada tiap komponen kandang closed house pada
batasan simulasi no 7 adalah seragam.
9. Inisialisasi panas yang lain seperti dari kotoran ayam, peralatan
penunjang produksi dalam kandang tidak diinisialisasikan karena
memperhatikan keterbatasan teknik simulasi dan sumberdaya
komputer.
Karena area yang diukur suhunya meliputi area yang sangat luas dan
jumlah termokopel yang terbatas sehingga dilakukan penyambungan
termokopel dengan kabel ukuran zaa. Hasil penyambungan termokopel dan
kabel dikalibrasi dengan termometer standar. Cara kaibrasinya yaitu dengan
menaikkan suhu termometer standar dan kabel termokopel di dalam
medium air pada rentang suhu antara 30oC-40oC dan mencatat data nilai
suhunya. Data nilai suhu dari termometer standar dan kabel termokopel
tersebut dibuat nilai persamaan linear regresinya. Persamaan linear regresi
tersebut digunakan untuk mendekati nilai suhu yang sebenarnya dari data
yang diukur oleh kabel termokopel. Data hasil kalibrasi dapat dilihat pada
lampiran 12 dan 13.
17
D.3 Pengukuran suhu, kecepatan angin, dan kelembaban udara
dalam kandang closed house
18
untuk titik validasi kecepatan angin dilakukan pengukuran pada titik-titik
berikut:
Gambar 2. Denah titik pengukuran kecepatan udara tampak atas untuk validasi
19
Tabel 7. Titik koordinat pengukuran kelembaban udara
Titik Koordinat
x (m) y (m) z (m)
1 14 6 0.45
2 28 6 0.45
3 28 2.4 0.45
4 28 9.6 0.45
5 60 6 0.45
6 60 2.4 0.45
7 60 9.6 0.45
8 114 6 0.45
9 114 2.4 0.45
10 114 9.6 0.45
Gambar 3. Denah titik pengukuran kelembaban udara tampak atas untuk validasi
Data yang digunakan untuk membuat simulasi analisis pola aliran udara
dan distribusi suhu pada kandang closed house adalah data pada pada pukul
13.00 saat ayam yang berumur 30 hari. Pengambilan data dipilih ketika
umur ayam 30 hari karena ayam pada umur 4 minggu hingga panen paling
rentan terhadap suhu tinggi.
D.4.1 Pra-pengolahan
20
a. Pressure opening
Inisialisasi pressure opening diberikan pada dua evaporative
pad pada bagian depan samping kanan dan kiri kandang closed
house sebagai saluran udara masuk. Tipe yang diberikan adalah
environment pressure. EFD Lab 2008 menganalisis Environment
pressure sebagai static pressure jika ada aliran udara keluar dan
sebagai total pressure jika ada aliran udara masuk. Initial condition
untuk kondisi udara lingkungan berdasar pengukuran adalah suhu
sebesar 32.7 oC dan kelembaban udara sebesar 71%.
b. Output Flow
Output flow dalam simulasi ini berupa 8 buah exhaust fan yang
menghisap udara dari dalam kandang ke luar kandang. Output flow
berupa masukan outlet velocity dari rataan hasil pengukuran
kecepatan setiap exhaust fan di dalam kandang closed house. Nilai
kecepatan angin untuk outlet velocity berdasar pengukuran di ujung
dalam fan kandang closed house sebesar 5 m/s.
c. Heat source
Panas ayam diinisialisasikan sebagai heat source berupa tiga
buah permukaan lembaran plat setebal 1cm yang menghasilkan
panas di dasar lantai kandang. Luasan tiga lembaran tersebut
menggambarkan sebaran ayam dalam kandang closed house yang
dibagi dalam tiga area sekat-sekat dengan kepadatan tertentu.
Kapasitas kandang ayam adalah 20.000 ekor. Pada umur 30 hari
jumlahnya menjadi 19.800 ekor karena ada tingkat kematian ayam
sebesar 1%. Jika ayam dewasa siap panen menghasilkan panas
ayam sebesar 11,02 BTU/jam per Kg berat ayam atau setara
dengan 3,2 watt per Kg berat ayam (Anonim, 2007), maka dengan
rata-rata berat ayam siap panen di kandang sebesar 1,8 Kg
didapatkan nilai kalor seluruh ayam adalah 114,048 KW. Nilai
kalor tersebut dibagikan dalam tiga area plat berdasar pengamatan
21
bahwa area I sebesar 35% dari jumlah ayam dengan heat surface
sebesar 39,92 KW, area II sebesar 40% dari jumlah ayam dengan
heat surface sebesar 45,62 KW, dan area III sebesar 25% jumlah
ayam dengan heat surface sebesar 28,51 KW.
d. Real wall
Panas dari bahan konstruksi dimasukkan dalam real wall. Real
wall adalah inisialisasi panas pada bagian konstruksi kandang yang
nilainya didapatkan dari hasil pengukuran di kandang closed
house. Atap kandang adalah bahan alumunium dengan suhu
permukaan 33,50C. Tembok bawah adalah bahan tembok bata
plester dengan suhu permukaan 32,30C. Tirai terpal adalah bahan
plastik PE dengan suhu permukaan 37,90C. Dinding penyangga
atas adalah bahan alumunium dengan suhu permukaan 34,60C.
e. Global goals
Global goals merupakan parameter fisik yang akan dimasukkan di
seluruh computational domain dalam proses perhitungan. Global
goals yang dimasukkan meliputi average total pressure, average
temperature fluid, min temperature fluid, average velocity, max
velocity, dan min velocity. Global goals merupakan acuan untuk
mengakhiri iterasi pada simulasi. Iterasi akan berhenti ketika
seluruh global goals sudah mencapai nilai kovergen.
22
Pilihan mesh juga memperhatikan jumlah physical memory yang
disediakan oleh komputer. Makin tinggi tingkat pilihan mesh maka
akan makin besar kebutuhan physical memory. Pada simulasi ini
dipilih menggunakan mesh tingkat 5.
D.4.3 Pasca-pengolahan
23
Pembuatan Pendefinisisan
Mulai geometri (part) material geometri
Penyusunan struktur
geometri (assembly)
Pre-processor
Set kondisi
umum (ambien)
Run
Meshing
Solver
Calculation
kovergen
Tidak
Ya
Memenuhi
Tidak kriteria
Ya
selesai
Gambar 4. Diagram alir proses simulasi distribusi suhu udara dalam greenhouse
menggunakan software EFD
24
E. Validasi hasil simulasi
SEP
n
Ya Yp 2 ............................................................................. (9)
i 1 n 1
d
n
Yp Ya ................................................................................. (10)
i 1 n
SEP
CV 100% .............................................................................. (11)
Ya
100 n
Ya Yp 2
APD
n
i 1 Ya
................................................................ (12)
n = jumlah data
Hasil simulasi dikatakan baik jika nilai SEP yang diperoleh dibawah
4.0, nilai bias mendekati nol, nilai CV dibawah 5% (Wahyuningsih, 2007).
Validasi hasil simulasi juga ditentukan dari nilai APD. Jika nilai APD
mendekati nilai 0 maka hasil simulasi makin baik (Arif C, 2008). Nilai bias
yang negatif menunjukkan nilai hasil simulasi yang selalu lebih tinggi dari
nilai aktual.
25
IV. PEMBAHASAN
Simulasi distribusi pola aliran udara dan suhu dilakukan pada saat ayam
produksi sehingga dalam simulasi terdapat inisialisasi panas ayam yang
mempengaruhi suhu lingkungan kandang. Pengukuran suhu di kandang dilakukan
pada pukul 10:00 WIB hingga pukul 16:00 WIB dengan keadaan cuaca cerah.
Simulasi tidak memasukkan analisis time dependency sehingga hanya digunakan
satu data yang mewakili suhu lingkungan maksimum yaitu pada pukul 13:00.
Daerah separasi
Drag force aliran
Gambar 6. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi aliran udara pada inlet
Gambar 7. Cut plot contour parameter kecepatan udara pada iterasi ke-330
tampak atas pada: (a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang; (b)
Jarak vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m dari
lantai kandang
28
Gambar 8. Cut plot contour dan vector pada iterasi ke-420 parameter kecepatan
udara tampak atas pada: (a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang;
(b) Jarak vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m
dari lantai kandang
29
udara tersebut berada dibawah evaporative pad sebagai inlet udara masuk.
Ketinggian evaporative pad tersebut berada pada ketinggian 0,65 meter hingga
2,25 meter diatas lantai kandang. Kecepatan yang cenderung lebih merata dan
lebih rendah pada area ketinggian habitat ayam akan mengurangi efek wind chill,
membuat performansi ayam lebih merata, dan mencegah terangkatnya debu dan
kotoran dari lapisan litter ayam di lantai. Pada gambar 8 menunjukkan cut plot
contour tampak depan kecepatan aliran udara pada model kandang closed house.
Gambar tersebut menunjukkan adanya kenaikan kecepatan aliran udara pada area
inlet disebabkan adanya tumbukan aliran udara dari kedua inlet. Lalu aliran mulai
stabil setelah menjauhi inlet.
Pada gambar 9 ditampilkan gambar tekanan udara tampak atas. Gambar
tersebut menggambarkan tekanan pada ujung inlet rendah sedangkan pada
sepanjang daerah aliran udara setelah inlet, aliran udara relatif konstan. Fenomena
ini secara umum dapat dijelaskan dengan hukum bernouli yang menyatakan
bahwa jumlah dari energi kinetik, energi potensial, dan energi aliran fluida adalah
konstan selama aliran fluida merupakan aliran yang tak termampatkan atau
incompressible dan gaya gesek diabaikan (Cengel dan Cimbala, 2006 ). Tekanan
pada ujung inlet tinggi berbanding terbalik dengan kecepatan aliran udara pada
area tersebut yang rendah karena udara baru masuk dan belum terjadi tumbukan.
Pada area terjadinya pertemuan dua aliran udara, tekanan menjadi semakin rendah
karena kecepatan udara pada area ini semakin tinggi.
30
Gambar 8. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi profil kecepatan udara
tampak depan: (a) Jarak 110 m dari pintu depan kandang (ujung
inlet); (b) Jarak 60 m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (c) Jarak
12 m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (d) Jarak 6 m dari pintu
depan kandang (ujung inlet); (e) Jarak 2 m dari pintu depan kandang
(ujung inlet)
Gambar 9. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi parameter tekanan udara
tampak atas pada:(a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang; (b)
Jarak vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m
dari lantai kandang
32
Gambar 10. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi parameter suhu tampak
atas pada : (a) Jarak vertikal 1,7 m dari lantai kandang; (b) Jarak
vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0,25 m dari
lantai kandang
Konveksi paksa pada tubuh terjadi ketika aliran udara menerpa tubuhnya.
Konveksi paksa tersebut menyebabkan berkumpulnya panas di ujung outlet.
Semakin dekat dengan sumber panasnya, profil akumulasi panas semakin terlihat
jelas. Suhu udara pada area kandang yang tidak merata ini dapat mengurangi
performansi ayam, sehingga perlu dilakukan pengaturan kepadatan ayam.
Pengaturan kepadatan ayam dilakukan dengan cara di bagian belakang lebih
rendah daripada kepadatan ayam di bagian tengah dan depan seperti yang
dilakukan pada simulasi ini. Kepadatan ayam pada area tiga yang berada di bagian
belakang dibuat paling rendah kepadatannya untuk mengurangi heat stress pada
ayam karena adanya akumulasi panas yang dihisap oleh exhaust fan.
33
Exhaust fan
Evaporative ad
Gambar 11. Cut plot tampak samping profil temperatur udara pada kandang
34
Gambar 12. Cut plot contour dan vector profil temperatur udara tampak depan:
(a) Jarak 110 m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (b) Jarak 60
m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (c) Jarak 12 m dari pintu
depan kandang (ujung inlet); (d) Jarak 6 m dari pintu depan kandang
(ujung inlet); (e) Jarak 2 m dari pintu depan kandang (ujung inlet)
Gambar 13. Cut plot dan vector parameter kelembaban udara tampak atas pada :
(a) Jarak vertikal 1,7 m dari lantai kandang; (b) Jarak vertikal 0,45 m
dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0,25 m dari lantai kandang
36
Gambar 14. Grafik nilai kecepatan aliran udara pada titik-titik pengukuran yang
sebaris
Data hasil pengukuran dan simulasi di plot pada titik-pengukuran validasi
yang sebaris untuk mengetahui pola aliran udara, distribusi suhu dan kelembaban
relatif. Letak titik pengukuran dapat dilihat pada gambar 1, gambar 2, dan gambar
3. Dari grafik kecepatan aliran udara pada gambar 14 tampak bahwa kecepatan
aliran udara makin jauh dari inlet kecepatannya makin turun. Titik pengukuran
nomor satu dan nomor dua terletak pada area pertemuan dua aliran udara sehingga
nilainya menunjukkan angka paling tinggi. Setelah itu kecepatan udara cenderung
turun di sepanjang alirannya dan kecepannya naik kembali ketika tiba di ujung
outlet.
Suhu pada kandang closed house cenderung naik pada ujung inlet. Tetapi
konturnya cenderung tidak seragam karena parameter suhu di kandang
dipengaruhi banyak hal seperti konduksi dinding, terpal, hembusan angin, dan
konveksi panas dari ayam. Titik pengukuran nomor sembilan tidak valid karena
termokopel pada titik tersebut rusak sehingga bisa diabaikan.
Distribusi kelembaban relatif cenderung turun semakin menjauhi inlet
udara. Suhu dan kelembaban di daerah tropis memiliki karakter yang berlawanan.
Jika suhu nya tinggi maka kelembaban relatifnya cenderung rendah dan
sebaliknya jika suhunya rendah maka kelembaban relatifnya cenderung tinggi.
37
Gambar 15. Grafik nilai suhu udara pada titik-titik pengukuran yang sebaris
Gambar 16. Grafik nilai kelembaban relatif udara pada titik-titik pengukuran yang
sebaris
38
B. Validasi
Grafik Suhu
37
kecepatan udara (m/s)
36
35
34
33 pengukuran
32 aktual
31 hasil simulasi
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
titik pengukuran
3
2.5
2
1.5
pengukuran aktual
1
0.5 hasil simulasi
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314
titik pengukuran
Gambar 18. Grafik nilai kecepatan udara aktual dan hasil simulasi
Gambar 19. Grafik nilai kelembaban udara aktual dan hasil simulasi
Pada simulasi dengan program EFD Lab juga diperlukan validasi mesh.
Validasi mesh dilakukan dengan mengubah-ubah level mesh hingga hasil yang
diperoleh tidak berbeda jauh. Pada keadaan pertama level mesh 3 (default) diubah
ke level mesh yang lebih tinggi. Dari proses tersebut hasil yang didapatkan pada
level mesh 4 dan 5 tidak memiliki perbedaan begitu besar, sehingga level mesh 5
bisa digunakan untuk proses simulasi.
Kandang closed house didesain untuk menyediakan udara yang sehat bagi
peternakan ayam dan menyediakan iklim mikro yang nyaman untuk ayam. Udara
yang sehat yaitu udara yang mengandung sebanyak-banyaknya oksigen, dan
mengeluarkan sesegera mungkin gas-gas berbahaya seperti karbondioksida dan
amonia. Prinsipnya yaitu pergantian udara dalam kandang secara cepat dan lancar
(anonim, 2007). Dari pengukuran diketahui bahwa debit aliran udara untuk
pergantian udara di kandang ketika semua exhaust fan menyala adalah sebesar
50,18 m3/s.
Iklim mikro yang nyaman dalam kandang dicapai dengan cara
mengeluarkan panas dari kandang yang dihasilkan tubuh ayam dan lingkungan ke
luar kandang, menurunkan suhu udara yang masuk, serta mengatur kelembaban
yang sesuai. Kenyamanan thermal ayam dapat diketahui melalui suhu efektif
41
ayam. Suhu efektif ini dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu suhu aktual, tingkat
kelembaban dan kecepatan angin. Kenaikan suhu aktual dalam kandang akan
langsung dirasakan oleh ayam. Sedangkan kenaikan kelembaban udara akan
mengurangi kemampuan tubuh ayam untuk mengeluarkan panas tubuhnya melalui
pengeluaran uap air baik melalui kulit atau pernapasan. Gejala ini memicu
rendahnya feed intake dan efek penting pada ayam. Kecepatan aliran udara akan
membantu ayam untuk melepaskan panas tubuhnya melalui konveksi paksa yang
ditimbulkan dari efek aliran udara dari exhaust fan. Dari hasil simulasi diketahui
bahwa suhu rata-rata dalam kandang closed house sebesar 33,5oC. Di kandang
closed house cikabayan IPB tempat penelitian ini berlangsung, untuk mengetahui
suhu efektif ayam dapat didekati melalui tabel temperatur efektif seperti
ditunjukkan dalam contoh tabel pada lampiran 5.
Pemilihan bahan bangunan kandang mempengaruhi suhu aktual dalam
kandang karena berhubungan dengan proses radiasi, konduksi, dan konveksi
bahan ke lingkungan kandang. Pengaturan pengoperasian sistem evaporative
cooling pad bersama dengan kecepatan angin mempengaruhi tingkat kelembaban
dan suhu dalam kandang. Pengaturan kecepatan angin dilakukan dengan mengatur
jumlah exhaust fan yang dioperasikan. Pengaturan ini terutama penting ketika
ayam sudah berumur dewasa dan suhu lingkungan sangat tinggi untuk menjaga
tingkat kematian ayam dan menjaga performansi ayam.
Menurut Simmons JD, 2003, pengaruh kecepatan udara pada ayam
broiler umur 3-4 minggu tidak berpengaruh terhadap pertambahan berat badan
ayam. Tetapi pada umur 4-5 minggu, kecepatan 2 m/s – 3 m/s secara signifikan
dapat mempengaruhi pertambahan berat badan ayam. Berdasarkan data simulasi,
kecepatan udara dalam kandang closed house cukup baik untuk menambah berat
ayam karena diketahui bahwa kecepatan udara rata-rata di kandang sebesar 2,28
m/s. Dari data yang ada, suhu udara rata-rata hasil simulasi sebesar 33,53oC,
kecepatan udara rata-rata sebesar 2,28 m/s, dan kelembaban relatif hasil
pengukuran dilapangan sebesar 71% maka didapatkan suhu efektif ayam pada
waktu pengukuran sekitar 25oC. Menurut Harris et al. (1974) dalam Farrel (1979)
kisaran suhu dimana pertambahan berat badan ayam efisien antara 15oC-27oC
sehingga dengan suhu efektif ayam sekitar 25oC, performa ayam masih baik.
42
Melalui pengoperasian kandang yang baik dapat menekan tingkat
kematian ayam hingga kematian maksimal ayam hanya 2% pada setiap satu masa
produksi. Pada kandang biasa terjadi kematian massal karena ayam mengalami
heat stress yang berlebihan. Namun pengoperasian dan pengaturan kandang ayam
closed house yang tidak sesuai bisa menyebabkan turunnya tingkat produksi pada
kandang tersebut secara drastis.
43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Simulasi profil aliran udara
dan distribusi suhu pada kandang closed house menggunakan CFD adalah:
1. Dihasilkan simulasi pola aliran udara dan distribusi suhu pada kandang
closed house Cikabayan IPB dengan tingkat mesh 5 dan diketahui adanya
pola aliran udara yang tidak stabil akibat adannya pertemuan dua aliran
udara di inlet. Kecepatan udara paling tinggi berada di daerah pertemuan
dua aliran udara di inlet dan distribusi suhu yang paling tinggi berada di
bagian outlet karena adanya akumulasi panas akibat adanya aliran udara
yang menuju outlet.
2. Simulasi parameter kelembaban udara belum bisa menunjukkan keadaan
yang sebenarnya di kandang ayam closed house karena definisi adanya
penguapan air akibat aktivitas yang ada dalam kandang tidak
didefinisikan.
3. Pola aliran udara dan distribusi suhu dalam kandang cukup baik pada
waktu dilakukan pengukuran dan simulasi. Dari hasil simulasi diketahui
suhu rata-rata kandang sebesar 33,53oC dan kecepatan udara 2,28 m/s.
Nilai kelembaban udara hasil pengukuran dalam kandang sebesar 71%
sehingga didapatkan nilai suhu efektif ayam sekitar 25oC. Suhu efektif
25oC tersebut masih dalam selang suhu ideal untuk unggas dan
pertumbuhan berat badan ayam efisien.
4. Pengaturan kepadatan ayam di kandang sudah sesuai dengan kondisi
distribusi suhu yang ada dalam kandang. Kepadatan ayam paling sedikit
ada pada bagian outlet karena pada bagian outlet suhunya paling tinggi
akibat adanya akumulasi panas.
44
B. Saran
Beberapa saran yang direkomendasikan dalam penelitian ini antara lain:
1. Keakuratan dan tingkat kepercayaan hasil simulasi dapat ditingkatkan
dengan melengkapi data-data untuk input pada boundary condition
seperti data hubungan tekanan dan kecepatan udara exhaust fan dan
intensitas turbulensi yang diakibatkan oleh exhaust fan.
2. Untuk memperjelas gambaran fenomena pertemuan dua aliran udara di
inlet dapat dilakukan refinement mesh dari basic mesh yang
didefinisikan di initial condition.
3. Untuk mengetahui pengaruh dari radiasi matahari dalam simulasi dapat
memasukkan definisi time-dependency dalam pendefinisian initial
condition.
4. Diharapkan hasil pengamatan visual tentang pola aliran udara dan
distribusi suhu dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi
dan bahan pertimbangan ilmiah maupun praktis untuk pengembangan
kandang ayam closed house yang lebih obyektif dan akurat, khususnya
di negara tropis.
45
DAFTAR PUSTAKA
Arif C. 2008. Optimasi Nilai Konduktivitas Listrik Larutan Nutrisi pada Sistem
Hidroponik Tanaman Tomat. Tesis. IPB, Bogor
Asnawi, Muhammad Ali Maksum. 2009. Prediksi suhu dan pola aliran udara
dalam greenhouse tipe standart peak menggunakan computational fluid
dynamics (CFD). Skripsi. IPB. Bogor.
Bell D dan Weaver D. 2001. Commercial chicken meat and egg production. Edisi
ke-5. Springer. Amerika Serikat.
Fadillah, Roni et al. 2006. Panduan Lengkap Sukses Beternak Ayam Broiler.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Farrel, D.J. 1979. Pengaruh dari suhu tinggi terhadap kemampuan biologis dari
unggas. Laporan seminar ilmu dan industri perunggasan II. Ciawi, Bogor.
21-23 Mei 1979. Pusat penelitian dan pengembangan ternak. Bogor. hlm
98-113
Leeson, S dan Summers, J.D. 2000. Broiler breeder production. University books.
Kanada.
46
Muflihati, Upi. 2006. Analisis pola aliran udara dan suhu pada kandang ayam
pedaging beratap monitor menggunakan teknik computational fluid
dynamics (CFD). Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Ni’am, Agus Ghautsun. 2009. Simulasi Dispersi Gas Polutan SO2, H2S, dan CO
dengan Menggunakan Program Computational Fluid Dynamics (CFD).
Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Simmons JD, Dkk. 2003. The effects of high-air velocity on broiler performance.
Jurnal. USDA Agricultue Research Service.
Yani, Ahmad. 2007. Analisis dan simulasi distribusi suhu udara pada kandang
sapi perah menggunakan computational fluid dynamics (CFD). Tesis.
Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.
47
Lampiran 1. Tabel data pengukuran tanggal 30 juni 2009
Lanjutan lampiran 1
48
Data suhu (°C) pada titik ke
Waktu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
13:40:00 33.1477 33.0202 33.6058 33.393 33.1583 33.2958 32.7925 34.9053 32.344 33.2367 32.4952
13:50:00 33.5912 33.3794 158.546 33.823 33.8567 33.7273 32.705 35.0735 32.52 33.6019 32.9392
14:00:00 33.5025 33.6488 33.7766 33.651 34.0313 33.8999 38.83 35.2417 32.872 33.8758 32.8504
14:10:00 33.5912 33.8284 34.2036 33.909 34.1186 34.0725 264.1425 35.4099 32.96 33.7845 32.9392
14:20:00 33.5025 33.4692 33.5204 33.823 33.944 33.8136 63.7675 35.3258 32.52 34.0584 33.028
14:30:00 34.0347 33.7386 33.7766 33.995 34.1186 33.9862 33.6675 35.3258 32.784 33.8758 33.1168
14:40:00 34.0347 33.8284 34.1182 34.081 34.1186 34.1588 34.105 35.494 33.312 33.8758 33.1168
14:50:00 33.5912 33.559 33.9474 33.995 33.7694 33.8136 33.4925 35.2417 33.048 33.5106 32.6728
15:00:00 33.5912 33.3794 33.7766 33.823 33.5075 33.7273 35.505 34.8212 32.872 33.4193 32.6728
15:10:00 33.5912 33.6488 35.57 33.737 33.5948 33.7273 33.6675 35.1576 32.872 33.5106 32.6728
15:20:00 33.7686 33.3794 341.5582 33.909 33.6821 33.7273 33.055 34.9894 32.872 33.6019 32.7616
15:30:00 33.7686 33.4692 #VALUE! 33.823 33.8567 33.7273 33.1425 35.1576 32.96 33.5106 32.7616
15:40:00 33.8573 33.559 #VALUE! 33.823 33.6821 33.641 33.3175 35.0735 32.872 33.5106 32.8504
15:50:00 33.6799 33.4692 #VALUE! 33.737 33.5075 33.641 32.9675 34.9053 33.136 33.1454 32.4064
16:00:00 33.6799 33.1998 #VALUE! 33.393 33.1583 33.2958 32.705 34.653 32.696 32.6889 31.9624
49
Lampiran 2. Hasil pengukuran suhu aktual dan nilai suhu hasil simulasi pada
titik-titik pengukuran validasi.
Koordinat
Titik x (m) y (m) z (m) YA YP
1 33 2.4 0.45 32.8816 33.57796
2 33 6 0.45 33.11 33.3944
3 36 9.6 0.45 33.0934 32.87524
4 68 2.4 0.45 32.963 33.63239
5 68 6 0.45 33.5075 35.73481
6 68 9.6 0.45 33.3821 33.71822
7 96 2.4 0.45 33.055 34.22513
8 96 6 0.45 34.4007 35.40069
9 96 9.6 0.45 32.08 34.43924
10 51 6 1.7 33.328 33.03049
11 84 6 1.7 32.4952 34.03365
50
Lampiran 3. Hasil pengukuran kelembaban udara aktual dan nilai kelembaban
udara hasil simulasi pada titik-titik pengukuran validasi.
Titik koordinat
x (m) y (m) z (m) YA YP
1 14 6 0.45 70.4 69.96968
2 28 6 0.45 71.7 68.64887
3 28 2.4 0.45 72.2 68.39129
4 28 9.6 0.45 71.7 68.07891
5 60 6 0.45 69.6 64.34321
6 60 2.4 0.45 69.1 66.5599
7 60 9.6 0.45 68.4 67.26871
8 114 6 0.45 67.4 58.86944
9 114 2.4 0.45 65.8 63.71926
10 114 9.6 0.45 67.5 64.6981
51
Lampiran 4. Hasil pengukuran kecepatan udara aktual dan kecepatan udara hasil
simulasi pada titik-titik pengukuran validasi.
Koordinat
YA YP
x (m) y (m) z (m)
14 6 1.7 2.4 2.976131
14 6 0.45 2 3.128587
64 9.6 1.7 1.9 2.768361
64 9.6 0.45 1.8 2.888848
64 6 1.7 2 2.459863
64 6 0.45 1.8 2.009863
64 2.4 1.7 2 2.149543
64 2.4 0.45 1.9 1.950183
118 9.6 1.7 2.2 2.440734
118 9.6 0.45 1.5 2.336835
118 6 1.7 2.3 2.539308
118 6 0.45 1.7 2.399571
118 2.4 1.7 1.9 2.529582
118 2.4 0.45 1.7 2.523215
52
Lampiran 5. Contoh tabel target suhu efektif dengan kondisi 8 exhaust fan beroperasi.
kelembaban udara
70% 80% 90%
Kecepatan angin
Temperatur
aktual (°C) Target temperatur efektif (°C)
30.8 24 23 26 25 28 27
31.3 24 23 26 25 28 27
32.2 24 23 26 25 28 27
32.7 24 23 26 25 28 27
33.1 25 23 26 25 28 27
53
Lampiran 6. Gambar geometri model kandang closed house tampak samping
54
Lampiran 7.Gambar geometri model kandang closed house tampak belakang
55
Lampiran 8. Gambar geometri model kandang closed house tampak atas
56
Lampiran 9. Gambar geometri model kandang closed house tampak depan
57
Lampiran 10. Gambar piktorial modek kandang closed house
58
Lampiran 11. Foto dokumentasi kandang closed house
59
Lampiran 12. Data hasil kalibrasi kabel termokopel
Kalibrasi 1
Termometer SUHU
Standar (Celsius)
(acuan) 27 29 30 32 34 35 36 37 38 38.9 40
Nomor SUHU
kabel (Celsius)
1 kalibrasi ke - 2
2 25.2 27.4 28.6 30.5 33 34.3 35.3 36.5 37.5 38.6 39.7
3 25.1 27.2 28.5 30.5 33.1 34.5 35.6 36.8 37.8 38.8 40.1
4 kalibrasi ke - 2
5 25.8 27.9 29.2 31.1 33.6 34.9 36 37.2 38.2 39.3 40.5
6 25.6 27.7 29 30.9 33.5 34.7 35.8 37 37.9 38.9 40.3
7 25.9 28.1 29.4 31.2 33.7 34.8 35.9 37.1 38.1 39.1 40.5
8 26.3 28.2 29.3 31.2 33.6 34.9 35.8 37.1 38.1 39.1 40.3
9 26.4 28.3 29.6 31.5 34.1 35.4 36.2 37.5 38.5 39.5 40.9
10 25.8 28 29.4 31.3 33.7 34.9 35.9 37.1 38.1 39.2 40.5
11 26.3 28.2 29.5 31.4 34.1 35.3 36.4 37.6 38.6 39.7 40.9
12 25.5 27.8 29 31 33.6 34.9 36 37.2 38.3 39.2 40.5
13 25.3 27.5 28.9 30.8 33.5 34.7 35.8 36.9 37.9 39 40.3
14 26.2 28.2 29.4 31.3 33.4 34.5 35.4 36.5 37.4 38.4 39.5
15 26.6 28.6 29.8 31.6 33.8 34.8 35.6 36.7 37.7 38.5 39.7
Kalibrasi 2
Termokopel SUHU
standar (Celsius)
(acuan) 29.9 30.3 30.9 32.3 32.8 33.2 34.6 33.5 35.3 37
Nomor SUHU
kabel (Celsius)
1 31.8 32.5 33.2 34.3 34.6 35.1 36.4 35.6 37.4 38.9
4 30.3 30.9 31.6 32.5 32 33.3 34.6 34.1 36.1 37.6
60
Lampiran 13. Grafik hasil kalibrasi dan persamaan regresi kabel termokopel
kalibrasi termokopel 1 Kalibrasi Termokopel 2
40 50
y = 0.887x + 4.675
y = 0.908x + 1.222
40 R² = 0.999
35 R² = 0.994
suhu (oC)
suhu (oC)
30
30
20 kalibrsi
25 10
termokopel 2
kalibrasi
termokopel A1
20 0 Linear (kalibrsi
termokopel 2)
28 33 38 20 30 40 50
Linear (kalibrasi
suhu (oC) termokopel A1) suhu (oC)
suhu (oC)
30
kalibrasi 30
20 termokopel A3 kalibrasi
10 25 termokopel A4
Linear (kalibrasi
termokopel A3)
0 20
20 30 40 50 28 33 38
suhu (oC) suhu (oC)
suhu (oC)
30 30
kalibrasi kalibrasi
20 termokopel A5 20 termokopel A6
10 Linear (kalibrasi 10 Linear (kalibrasi
termokopel A5) termokopel A6)
0 0
20 30 40 50 20 30 40 50
suhu (oC) suhu (oC)
61
Lanjutan lampiran 13.
suhu (oC)
30 30
kalibrasi kalibrasi
20 termokopel A7 20 termokopel A8
10 Linear (kalibrasi 10 Linear (kalibrasi
termokopel A7) termokopel A8)
0 0
20 30 40 50 20 30 40 50
suhu (oC) suhu (oC)
suhu (oC)
30 30
kalibrasi kalibrasi
20 termokopel A9
20 termokopel A10
10 Linear (kalibrasi 10 Linear (kalibrasi
termokopel A9) termokopel A10)
0 0
0 20 40 60 20 30 40 50
suhu (oC) suhu (oC)
suhu (oC)
30 30
kalibrasi kalibrasi
20 20 termokopel A12
termokopel A11
10 10 Linear (kalibrasi
Linear (kalibrasi termokopel A12)
0 termokopel
0
0 20 40 60 A11) 20 30 40 50
suhu (oC) suhu (oC)
62
Lanjutan ke 2 lampiran 13
suhu (oC)
30 30
kalibrasi kalibrasi
20 termokopel A13 20 termokopel 14
Kalibrasi Termokopel 15
50
y = 0.997x + 0.417
40
R² = 0.999
suhu (oC)
30
kalibrasi
20 termokopel A15
10 Linear (kalibrasi
0 termokopel A15)
20 30 40 50
suhu (oC)
63
Lampiran 14. Nilai dan grafik parameter suhu dan kecepatan udara hasil simulasi CFD
64
Lanjutan lampiran 14
2.5
2
1.5
1 Series1
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122
titik
Grafik suhu
35.5
35
kecepatan udara (m/s)
34.5
34
33.5
33
32.5 Series1
32
31.5
31
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122
titik
65