You are on page 1of 81

SIMULASI POLA ALIRAN UDARA DAN DISTRIBUSI SUHU

PADA KANDANG CLOSED HOUSE MENGGUNAKAN


COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

Oleh :
HASBI MUBAROK SUUD
F 14050514

2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1
Simulation of Airflow Pattern and Temperature Distribution at Closed
House System Chicken House Using Computational Fluid Dynamics

Hasbi Mubarok Suud and Kudang Boro Seminar*


*lecture of department agricultural engineering IPB

ABSTRACT

CFD is a problem solving approach from continuum equation (infinite


element) to be a discrete equation (finite element). Velocity of exhaust fan,
temperature of curtain that covered the chicken house, temperature of wall,
temperature of roof, and temperature of ceiling are used for input data in
simulation. All measurement to get data had been done at May 30th 2009 and the
data was used for simulation is data at 13.00. For measurement validation, data of
velocity, temperature, and relative humidity was measured in validation
coordinate point that defined at chicken house. Simulation is internal flow
simulation so that the computational domain is model geometry of the chicken
house. Output of this simulation is a data that pointed out in cut plot contour and
vector of velocity, temperature, and relative humidity.
The result of simulation is showed velocity airflow profile that increases at
inlet area because of air collision from two air inlet. The temperature distribution
tended to increase at outlet area because of heat accumulation from heat
convection of chicken. The convection is caused by air flow to exhaust fan. From
the simulation, was result that average temperature is 33,53oC and average
velocity is 2,28 m/s.
Simulation validation is included measurement validation by compare
actual data from measurement with data from simulation and mesh validation to
assured that the simulation is appropriate. Measurement validation is done by
calculate SEP (standard error prediction), CV (coefficient of variation), refraction
value, and ADP (average percentage of prediction). Validation result for
temperature is good enough because SEP value is 1,653 and CV is 4,99% that
fulfill for SEP criteria that less than 4 and CV criteria that less than 5%.
Validation result for air flow velocity is not good enough because the CV value is
15,28% more than 5%.
Through simulation result and measurement showed that air flow pattern
at the chicken house is good enough because they can to distribute evenly the air
velocity at chicken’s habitat so the growth up for all chicken in the chicken house
can be same relatively. The regulation for population density of chicken in the
chicken house was good enough by decreasing chicken population at outlet area
because there is heat accumulation at outlet area. Temperature effective of
chicken when the measurement and simulation was done is around 25oC and is
still good for poultry.
Hasbi Mubarok Suud. F141050514.Simulasi Pola Aliran Udara dan Distribusi
Suhu Pada Kandang Closed house Menggunakan Computational fluid
dynamics. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M. Sc.

RINGKASAN
Usaha pembesaran peternakan ayam broiler sudah banyak dilaksanakan di
Indonesia baik dalam skala, sedang bahkan dalam skala besar yang dilakukan oleh
perusahaan. Dalam usaha pembesaran ayam broiler tersebut, suhu merupakan
faktor yang krusial dalam pembesaran ayam di wilayah beriklim tropis. Kandang
closed house merupakan suatu sistem yang menawarkan solusi untuk memberikan
kondisi yang sesuai untuk produksi ayam broiler. Didalam penelitian ini dikaji
pola aliran udara, distribusi suhu dan kelembaban udara pada kandang closed
house menggunakan computational fluid dynamic (CFD) dan hubungannya
dengan kenyamanan thermal ayam.
CFD merupakan pendekatan pemecahan permasalahan dari persamaan
kontinum (sel tak hingga) menjadi suatu persamaan yang diskret (sel hingga).
Data kecepatan angin exhaust fan, suhu terpal penutup kandang, suhu dinding,
suhu lantai, dan suhu atap digunakan sebagai data masukan. Pengukuran
dilakukan tanggal 30 mei 2009 dan dipilih data pada pukul 13:00. Sebagai
validasi pengukuran dilakukan pengukuran suhu, kecepatan udara, dan
kelembaban relatif pada titik validasi di area dalam kandang. Simulasi merupakan
simulasi internal flow sehingga batas computational domain nya adalah area
geometri model kandang. Keluaran dari simulasi ini berupa data, potongan kontur
dan vektor parameter kecepatan udara, suhu, dan kelembaban relatif.
Hasil simulasi menggambarkan profil aliran udara yang meningkat di daerah
inlet karena ada pertemuan dua aliran udara dari dua inlet kandang. Distribusi
suhunya cenderung meningkat pada daerah outlet kandang akibat ada akumulasi
panas dari konveksi ayam yang disebabkan hembusan aliran udara menuju outlet.
Dari hasil simulasi didapatkan nilai suhu rata-rata pada kandang adalah 33,53oC
dan nilai kecepatan udara rata-rata adalah 2,28 m/s.
Validasi dilakukan meliputi validasi pengukuran dengan membandingkan
data aktual pengukuran dan simulasi dan validasi mesh. Validasi pengukuran
dilakukan dengan menghitung SEP (standart error prediction), CV (coefficient of
variation), bias, dan ADP (average precentage of prediction). Validasi
pengukuran untuk suhu cukup baik nilainya karena Untuk parameter nilai SEP
nya sebesar 1,653, CV sebesar 4,99% memenuhi kriteria SEP kurang dari 4 dan
CV kurang dari 5%. Validasi kecepatan angin tidak cukup baik nilainya karena
CV nya sebesar 15,28% lebih besar dari 5%.
Melalui hasil simulasi dan pengukuran menunjukkan profil aliran udara yang
ada dalam kandang closed house cukup baik karena dapat meratakan kecepatan
udara pada daerah habitat ayam sehingga pertumbuhan ayam diharapkan dapat
merata. Pengaturan kepadatan ayam pada kandang sudah cukup baik dengan
mengurangi kepadatan ayam di area outlet karena adanya akumulasi panas pada
area outlet. Suhu efektif ayam ketika pengukuran dan simulasi dilakukan sekitar
25oC masih dalam selang temperatur ideal untuk unggas.

i
SIMULASI POLA ALIRAN UDARA DAN DISTRIBUSI SUHU
PADA KANDANG CLOSED HOUSE MENGGUNAKAN
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.

Oleh :
HASBI MUBAROK SUUD
F 14050514

2009
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1
Judul Skripsi : Simulasi Pola Aliran Udara dan Distribusi Suhu Pada Kandang
Closed house Menggunakan Computational Fluid Dynamics
Nama : Hasbi Mubarok Suud
NIM : F14050514

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc


NIP : 19591118 198503 1 004

Mengetahui:
Ketua Departemen,

Dr. Ir. Desrial, M.Eng


NIP : 19661201 199103 1 004

Tanggal Lulus : ..........................

i
RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara pasangan Suud Asy’ari
dan Sa’adah Mashud. Dilahirkan di Bangkalan, Madura Jawa Timur pada 19 Juli
1987. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Margorejo III Surabaya, lalu
dilanjutkan ke jenjang pendidikan menengah di SMPN 13 Surabaya. Pada tahun
2002 penulis masuk di SMAN 2 Surabaya dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun
yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Baru pada tahun 2006 penulis resmi diterima sebagai mahasiswa
Departemen Teknik Pertanian IPB.
Pada masa perkuliahan penulis tertarik pada bidang jurnalistik sehingga
pernah aktif sebagai wartawan koran kampus IPB pada tahun 2005-2006 dan
sempat mengikuti beberapa kegiatan pelatihan jurnalistik yang diadakan oleh
media masa. Selain itu penulis juga merupakan anggota Himpunan Mahasiswa
Teknik Pertanian (HIMATETA) dan Himpunan Mahasiswa Surabaya
(HIMASURYA) yang merupakan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) di
IPB.
Penulis pernah melakukan praktek lapangan dengan judul “Mempelajari
Aspek Keteknikan Pertanian Pada Produksi Gula Di PTPN XI PG. Toelangan,
Sidoarjo, Jawa Timur” pada tahun 2008.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan hanya ke


hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berdasarkan hasil
penelitian yang dilaksanakan mulai bulan april hingga november 2009 dengan
judul “Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Pada Kandang Closed House
menggunakan computational fluid dynamics”. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir Kudang Boro Seminar, M.sc selaku dosen pembimbing
untuk semua ilmu, bimbingan, arahan, kritikan, saran dan masukan baik
dalam masalah akademik maupun agama yang telah diberikan selama ini.
2. Ibu Ir. Sri Endah Agustina, Ms selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak saran dan masukan bagi penulis.
3. Bapak Ir Mad Yamin, MT selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak saran dan masukan bagi penulis.
4. Bapak Dr. Ir. Ahmad Indra Siswantara yang telah memberikan ilmu, saran,
bimbingan dan segala bantuannya sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
5. Ayah dan ibu serta adik tercinta yang memberikan doa, harapan, dan
dukungan lahir batin serta limpahan kasih sayang yang melimpah.
6. Agus Ghautsun Ni’am, Muhammad Ali Maksum, Farid Fachrudin, dan
semua teman-teman TEP angkatan 42 atas segala diskusi, saran, kritikan,
bantuan, dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini
serta atas segala kebersamaannya selama di masa perkuliahan.
7. Pak Ahmad dan Mas Firman atas kerjasama dan segala bantuannya kepada
penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
8. Lembaga CCIT yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
menggunakan fasilitas software EFD untuk penelitian.
9. Mas Edo, Mas Taupik dan seluruh anak kandang closed house Cikabayan
IPB atas kerjasama dan bantuannya kepada penulis selama proses
pengambilan data di kandang.

iii
Demikianlah skripsi yang masih sangat jauh dari sempurna, sehingga sangat
diharapkan saran dan kritik dalam penulisannya. Semoga penulisan skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Bogor, Desember 2009

Penulis

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................ x

I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................................. 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3

A. Ayam Ras Broiler .............................................................................................. 3

B. Kandang Tertutup (Closed House) .................................................................. 4

C. Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Suhu di Kandang Closed


House .................................................................................................................. 5

C.1 Pindah panas dari tubuh ayam ke lingkungan .............................................. 6

C.2 Sistem insulasi dan konstruksi kandang ...................................................... 7

C.3 Sistem ventilasi............................................................................................... 8

D. Suhu Efektif Ayam ............................................................................................ 8

E. Computational Fluid Dynamics ....................................................................... 9

F. EFD Lab ........................................................................................................... 13

G. Penelitian Terdahulu Yang Pernah Dilakukan Menggunakan CFD .......... 14

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 15

A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 15

B. Alat dan Bahan................................................................................................. 15

C. Pendekatan Permasalahan............................................................................... 16

v
D. Tahapan Kegiatan Penelitian.......................................................................... 17

D.1 Pemasangan kabel Termokopel pada kandang closed house ................ 17

D.2 Pengukuran dimensi dan menggambar geometri kandang ayam


closed house ................................................................................................ 17

D.3 Pengukuran suhu, kecepatan angin, dan kelembaban udara dalam


kandang closed house ................................................................................. 18

D.4 Pembuatan simulasi menggunakan EFD Lab 2008 ............................. 20

D.4.1 Pra-pengolahan .............................................................................. 20

D.4.2 Pemecahan masalah....................................................................... 23

D.4.3 Pasca-pengolahan ......................................................................... 23

E. Validasi hasil simulasi .................................................................................... 25

IV. PEMBAHASAN ............................................................................................. 26

A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD ..................... 26

B. Validasi ............................................................................................................. 39

C. Kondisi Lingkungan yang Sesuai Untuk Ayam dan Fenomena Aliran


Yang Ada Dalam Kandang Closed house ..................................................... 41

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 44

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 44

B. Saran ................................................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46

LAMPIRAN .......................................................................................................... 48

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Beberapa kondisi lingkungan kandang dan akibatnya pada ayam ............ 4

Tabel 2. Pengaruh temperatur terhadap produksi unggas ....................................... 4

Tabel 3. Nilai insulasi untuk material dengan ketebalan 25 mm ............................ 7

Tabel 4. Nilai insulasi untuk kandang ayam dalam kondisi iklim yang berbeda .... 7

Tabel 5. Titik pengukuran suhu untuk validasi ..................................................... 18

Tabel 6. Titik koordinat pengukuran angin ........................................................... 19

Tabel 7. Titik koordinat pengukuran kelembaban udara ...................................... 20

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Denah titik pengukuran suhu tampak atas untuk validasi ................... 18

Gambar 2. Denah titik pengukuran kecepatan udara tampak atas untuk validasi. 19

Gambar 3. Denah titik pengukuran kelembaban udara tampak atas untuk validasi
.............................................................................................................. 20

Gambar 4. Diagram alir proses simulasi distribusi suhu udara dalam greenhouse
menggunakan software EFD ................................................................ 24

Gambar 5. Geometri kandang piktorial dengan bagian atap disembunyikan


(hidden)................................................................................................. 26

Gambar 6. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi aliran udara pada inlet27

Gambar 7. Cut plot contour parameter kecepatan udara pada iterasi ke-330
tampak atas pada: (a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang; (b) Jarak
vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m dari lantai
kandang................................................................................................. 28

Gambar 8. Cut plot contour dan vector pada iterasi ke-420 parameter kecepatan
udara tampak atas pada: (a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang; (b)
Jarak vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m dari
lantai kandang ....................................................................................... 29

Gambar 8. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi profil kecepatan udara
tampak depan: (a) Jarak 110 m dari pintu depan kandang (ujung inlet);
(b) Jarak 60 m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (c) Jarak 12 m
dari pintu depan kandang (ujung inlet); (d) Jarak 6 m dari pintu depan
kandang (ujung inlet); (e) Jarak 2 m dari pintu depan kandang (ujung
inlet) ...................................................................................................... 31

Gambar 9. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi parameter tekanan udara
tampak atas pada:(a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang; (b) Jarak
vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m dari lantai
kandang................................................................................................. 32

viii
Gambar 10. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi parameter suhu tampak
atas pada : (a) Jarak vertikal 1,7 m dari lantai kandang; (b) Jarak
vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0,25 m dari lantai
kandang................................................................................................. 33

Gambar 11. Cut plot tampak samping profil temperatur udara pada kandang ..... 34

Gambar 12. Cut plot contour dan vector profil temperatur udara tampak depan:
(a) Jarak 110 m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (b) Jarak 60 m
dari pintu depan kandang (ujung inlet); (c) Jarak 12 m dari pintu depan
kandang (ujung inlet); (d) Jarak 6 m dari pintu depan kandang (ujung
inlet); (e) Jarak 2 m dari pintu depan kandang (ujung inlet) ................ 35

Gambar 13. Cut plot dan vector parameter kelembaban udara tampak atas pada :
(a) Jarak vertikal 1,7 m dari lantai kandang; (b) Jarak vertikal 0,45 m
dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0,25 m dari lantai kandang....... 36

Gambar 14. Grafik nilai kecepatan aliran udara pada titik-titik pengukuran yang
sebaris ................................................................................................... 37

Gambar 15. Grafik nilai suhu udara pada titik-titik pengukuran yang sebaris ..... 38

Gambar 16. Grafik nilai kelembaban relatif udara pada titik-titik pengukuran yang
sebaris ................................................................................................... 38

Gambar 17. Grafik nilai suhu aktual dan hasil simulasi ....................................... 39

Gambar 18. Grafik nilai kecepatan udara aktual dan hasil simulasi ..................... 40

Gambar 19. Grafik nilai kelembaban udara aktual dan hasil simulasi.................. 41

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel data pengukuran tanggal 30 juni 2009.................................... 48

Lampiran 2. Hasil pengukuran suhu aktual dan nilai suhu hasil simulasi pada
titik-titik pengukuran validasi............................................................... 50

Lampiran 3. Hasil pengukuran kelembaban udara aktual dan nilai kelembaban


udara hasil simulasi pada titik-titik pengukuran validasi. .................... 51

Lampiran 4. Hasil pengukuran kecepatan udara aktual dan kecepatan udara hasil
simulasi pada titik-titik pengukuran validasi. ....................................... 52

Lampiran 5. Contoh tabel target suhu efektif dengan kondisi 8 exhaust fan
beroperasi.............................................................................................. 53

Lampiran 6. Gambar geometri model kandang closed house tampak samping.... 54

Lampiran 7.Gambar geometri model kandang closed house tampak belakang .... 55

Lampiran 8. Gambar geometri model kandang closed house tampak atas ........... 56

Lampiran 10. Gambar piktorial modek kandang closed house ............................. 58

Lampiran 11. Foto dokumentasi kandang closed house ....................................... 59

Lampiran 12. Data hasil kalibrasi kabel termokopel ............................................ 60

Lampiran 13. Grafik hasil kalibrasi dan persamaan regresi kabel termokopel ..... 61

Lampiran 14. Nilai dan grafik parameter suhu dan kecepatan udara hasil simulasi
CFD ...................................................................................................... 64

x
DAFTAR ISTILAH

Kandang closed house : kandang sistem tertutup.


Pembesaran ayam : kegiatan pemeliharaan ayam untuk menambah berat
badannya hingga berat tertentu.
Computational domain : Daerah batas dilakukan perhitungan simulasi CFD,
biasanya berupa koordinat pada gambar geometri yang akan
disimulasi.
Boundary condition : Kondisi yang ditentukan sebagai nilai input untuk
perhitungan simulasi CFD.
Initial condition : Kondisi yang ditentukan sebagai nilai awal dimulainya
simulasi CFD.
Internal flow : Pendefinisian daerah batas perhitungan simulasi CFD dalam
software EFD Lab hanya mencakup daerah di dalam gambar
geometri saja.
External flow : Pendefinisian daerah batas perhitungan simulasi CFD dalam
software EFD Lab yang mencakup daerah di dalam gambar dan
daerah di luar gambar geometri.
Pressure opening : Inisialisasi adanya area tempat masuknya fluida pada software
EFD Lab, seperti inisialisasi adanya jendela dan lubang ventilasi
di ruangan tertutup. Biasanya digunakan untuk analisis dengan
internal flow.
Output flow : Inisialisasi adanya area tempat keluarnya fluida dari suatu ruangan
tertutup dengan kecepatan tertentu pada software EFD Lab.
Heat source : Inisialisasi adanya sumber energi panas pada suatu permukaan
benda pada software EFD Lab.
Real wall : Inisialisasi suhu tertentu di permukaan benda pada software EFD Lab.
Global goals : Tujuan umum yang akan dicapai dalam simulasi dan menjadi batas
selesainya iterasi perhitungan dalam simulasi CFD
Cut plot : Metode untuk menampilkan gambar hasil simulasi.
Flow trajectories : Metode untuk menampilkan arah aliran fluida dalam bentuk
animasi.

xi
Time dependency : Metode yang memasukkan pengaruh parameter waktu secara
series dalam perhitungan simulasi CFD.
Environment pressure : Salah satu cara untuk mendefinisikan pressure opening.
Exhaust fan : Kipas blower untuk menghisap udara dalam kandang closed house.
Outlet velocity : Salah satu cara untuk mendefinisikan inisialisasi outlet flow pada
software EFD Lab. Biasanya dengan cara memasukkan nilai
kecepatan fluidanya.
Mesh dependency test : Metode untuk mendapatkan tingkat mesh yang optimal
dalam pembuatan simulasi.

xii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha pembesaran peternakan ayam broiler sudah banyak dilaksanakan di
Indonesia baik dalam skala kecil (1000 – 50.000 ekor), sedang (50.000 – 500.000
ekor) bahkan dalam skala besar (100.000 – jutaan ekor) yang dilakukan oleh
perusahaan (Fadillah et al., 2006). Seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk dunia, maka kebutuhan akan daging ayam juga akan terus bertambah.
Menurut data USDA Foreign Agricultural Service dan Paul Aho pada tahun 1995
produksi daging ayam dunia mencapai 40,4 juta ton per tahun dan pada tahun
2000 produksi dagin ayam dunia telah meningkat mencapai 50 juta ton per tahun
(Bell, 2001).
Dalam usaha peternakan ayam broiler dibutuhkan pengetahuan tentang
breeding, feeding, manajemen pemeliharaan, dan pencegahan dan pemberantasan
penyakit. Faktor perkandangan memegang peranan yang sangat penting dalam
usaha peternakan ayam. Hal ini disebabkan kandang merupakan tempat hidup
ayam dari usia awal sampai berproduksi atau dipanen (Priyatno, 2002). Di
Indonesia saat ini banyak digunakan kandang sistem terbuka karena biaya
pembuatan, operasi, dan pemeliharaan yang lebih murah jika dibandingkan
dengan kandang sistem tertutup (closed house). Tetapi sistem kandang sistem
tertutup ini memiliki kelebihan antara lain mampu menciptakan lingkungan yang
ideal dalam kandang dengan lebih terkontrol, meningkatkan produktivitas ayam,
efisiensi lahan dan tenaga kerja, serta lebih ramah lingkungan.
Prinsip utama dalam membangun kandang closed house adalah
menyediakan lingkungan yang sehat bagi peternakan ayam. Kualitas lingkungan
yang sehat menurut standar Eropa antara lain mencakup parameter kadar
ammonia, karbon dioksida, debu tehirup oleh ternak, debu yang di respirasi oleh
ternak, dan bakteri yang mematikan (Leeson, 2000). Parameter lain yang juga
sangat penting dalam lingkungan kandang ayam adalah adalah suhu udara dan
ventilasi dalam kandang (Bell, 2001).
Simulasi pola aliran udara dan suhu dalam kandang dapat digunakan
untuk mengetahui sebaran panas udara dalam kandang karena suhu udara kandang
1
adalah parameter yang sangat penting. Berbeda dengan kandang sistem terbuka
yang mengandalkan ventilasi alami, pada kandang closed house, ventilasi
menggunakan tekanan yang dihasilkan oleh kipas dan menggunakan evaporative
cooling system sebagai sistem pendinginnya. Simulasi pola aliran udara dan suhu
dalam kandang ini dilakukan dengan menggunakan program Engineering Fluid
Dynamic (EFD) yang merupakan suatu software yang membantu membuat
simulasi aliran udara dengan pendekatan teknik Computational Fluid Dynamics
(CFD).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Membuat simulasi aliran udara dan suhu di dalam kandang closed house
dengan menggunakan teknik computational fluid dynamics.
2. Memahami dan menganalisa fenomena aliran udara dan distribusi suhu
yang ada dalam kandang closed house melalui hasil simulasi yang telah
dibuat.
3. Menjelaskan hubungan pola aliran udara dan distribusi dalam kandang
closed house dengan kondisi lingkungan yang sesuai untuk produksi ayam.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam Ras Broiler

Ayam ras broiler adalah salah satu jenis ayam tipe pedaging yang
dipelihara di Indonesia secara komersial. Kata broiler berasal dari daerah bagian
timur negara Amerika Serikat yang berarti unggas yang sangat muda usianya
(Leeson, 2000).
Tipe ayam pedaging sebelumnya merupakan hasil sampingan dari
produksi telur. Namun saat ini industri peternakan ayam modern telah banyak
berdiri khusus untuk memproduksi ayam pedaging yang kegiatannya meliputi
budidaya ayam pedaging dan industri pengolahan ayam. Saat ini, perubahan pada
pembibitan ayam broiler (pedaging) dilakukan dengan memuliabiakkan secara
teratur ayam bibit yang berbeda dan masing – masing memiliki sifat unggul
seperti pertumbuhan cepat, produksi telur tinggi, efisiensi pakan tinggi, dan tahan
terhadap penyakit. Sifat yang unggul ini akan digabungkan menjadi satu dalam
satu galur melalui program seleksi breed dan menyilangkannya (Fadillah et al.,
2006).
Pemeliharaan ayam broiler breeder untuk komersial pada periode
pemanasan dimulai sejak DOC diterima hingga umur 3-4 minggu. Periode
pemanasan sangat penting karena pada periode ini terjadi perkembangan fisiologis
yang menentukan keberhasilan usaha ayam, yaitu periode pembentukan sistem
kekebalan tubuh, sistem kardiovaskuler, pembentukan tubuh, dan awal
pembentukan kerangka tubuh (Fadillah et al., 2006).
Kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan karakteristik ayam dapat
menyebabkan penurunan produksi hingga penyebaran penyakit. Penyakit pada
ayam ras broiler yang disebabkan karena kualitas udara yang kurang baik antara
lain flu burung, penyakit berak darah (Coccidiosis), Infectious Laryngotrachesis,
Infectious Stunting Syndrome, Newcastle Disease atau tetelo (Fadillah et al.,
2006).

3
Tabel 1. Beberapa kondisi lingkungan kandang dan akibatnya pada ayam
Kondisi Akibat pada ayam
Kelembaban tinggi Ayam mengalami heat stress dan memicu rendahnya
feed intake
Suhu tinggi Ayam mengalami heat stress karena terjadinya
fluktuasi suhu yang tinggi antara siang dan malam.
Kecepatan angin Ayam mengalami efek wind chill terutama pada anak
tinggi ayam.
Sumber: Anonim, 2007

Tabel 2. Pengaruh temperatur terhadap produksi unggas


Suhu Pengaruh Terhadap Produksi
< 10° C Menurunkan angka pertumbuhan dan produksi
10-21° C Menurunkan efisiensi penggunaan makanan
21-26° C Selang temperatur ideal
26-29° C Terjadi penurunan dalam perolehan makanan, ukuran telur dan
kualitas telur agak menurun
29-32° C Pertumbuhan lambat, konsumsi makan menurun, ayam mulai
terengah-engah kepanasan, produksi telur, ukuran telur dan
kualitas sel menurun, serta konsumsi air minum meningkat
32-35° C Unggas terserang stress, konsumsi makan menurun
35-38° C Kemungkinan terjadi kematian
Sumber: M. K Yoesoef, 1985 dalam Priyatno, 2002

Dalam Farrel (1979) menurut Cowan dan Michie (1978) mengatakan


bahwa performa ayam–ayam broiler menurun pada suhu diatas 23oC. Dari laporan
Harris et al. (1974) dalam Farrel (1979) juga mengatakan bahwa suhu optimum
untuk pertumbuhan ayam broiler adalah pada suhu 21oC sedangkan kisaran suhu
dimana pertambahan berat badan ayam efisien antara 15oC-27oC.

B. Kandang Tertutup (Closed House)

Kandang tipe tertutup dibuat dengan tujuan agar keadaan lingkungan luar
seperti udara panas, hujan, angin, dan intensitas sinar matahari tidak berpengaruh
banyak terhadap keadaan dalam kandang. Sebagian besar kandang dibuat tertutup
4
dengan tembok, seng, atau layar, kecuali bagian ujung kandang untuk udara
masuk (inlet) dan bagian ujung kandang satunya untuk tempat kipas (outlet)
(Fadillah et al, 2006). Kandang ayam sistem tertutup harus mampu mengeluarkan
gas – gas beracun dan panas berlebih di dalam kandang yang dihasilkan dari ayam
yang dipelihara.
Sistem ventilasi di kandang tertutup merupakan bagian yang penting untuk
diperhatikan karena berperan dalam sirkulasi udara. Sistem ventilasi di kandang
tertutup tergantung dari jenis kipas yang digunakan. Berdasarkan cara kerja kipas,
sistem ventilasi di kandang tertutup dibagi menjadi dua cara, yaitu mendorong
udara masuk dan menyedot udara keluar (Fadillah et al, 2006).
Sistem pendinginan atau cooling system yang diterapkan dalam kandang
sistem tertutup diterapkan berbeda – beda tergantung wilayah dan situasi iklim
setempat. Di Indonesia kita bisa temukan sistem pendingin dengan menggunakan
pad pendingin, media evaporative atau fogging system. Sistem ini memanfaatkan
evaporasi air dari media pad atau media evaporative lainnya sehingga udara yang
melintas pada media ini akan turun suhunya (Anonim, 2007).
Unsur-unsur selain sistem ventilasi dan sistem pendinginan yang perlu
diperhatikan dalam kandang sistem tertutup antara lain jenis kipas, dinding
kandang, filter cahaya, masukan udara, sistem pencahayaan, panel kontrol, dan
sistem elektrik (Anonim, 2007). Semua unsur tersebut menjadi satu kesatuan
konsep global yang ada pada kandang closed house.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Suhu di Kandang Closed House

Ayam adalah hewan homeothermic atau berdarah panas yang harus


mempertahankan suhu tubuhnya dalam rentang suhu yang sempit. Oleh karena itu
agar ayam merasa nyaman perlu dibuat lingkungan yang sesuai dengan kondisi
ayam tersebut. Suhu tubuh unggas lebih bervariasi daripada mamalia, oleh karena
itu tidak ada suhu tubuh yang pasti untuk unggas. Untuk ayam dewasa suhu
tubuhnya berkisar antara 105o F-107o F (40,6o C- 41,7o C) (Bell dan Weaver,
2001).

5
Faktor yang mempengaruhi parameter suhu dalam kandang adalah
pindah panas dari tubuh ayam, sistem insulasi kandang, dan sistem ventilasi
kandang.

C.1 Pindah panas dari tubuh ayam ke lingkungan

Dalam kandang terjadi proses pindah panas dari tubuh ke lingkungan


sekitar kandang. Menurut Bell dan Weaver (2001), proses pindah panas itu
terjadi dalam beberapa cara. Cara-cara terjadinya pindah panas adalah :
1. Radiasi
Ketika temperatur dari tubuh ayam lebih besar daripada daerah batas sekitar
atau lingkungan, maka terjadi perpindahan panas secara radiasi hingga
panas daerah sekitar ayam atau lingkungannya sama dengan suhu tubuh
ayam.
2. Konduksi
Terjadi pindah panas ketika tubuh ayam kontak dengan permukaan dari
objek lain yang suhunya lebih rendah seperti lantai atau dinding kandang.
3. Konveksi
Ketika aliran udara dengan suhu lebih rendah daripada suhu ayam mengenai
tubuh ayam tersebut sehingga suhu tubuh ayam turun.

Sedangkan kegiatan yang dilakukan ayam yang menyebabkan


terjadinya pindah panas di dalam kandang adalah:
1. Ekskresi
Sejumlah kecil panas hilang dari tubuh ayam melalui pengeluaran ekskresi.
2. Produksi Telur
Kehilangan panas lewat telur yang dikeluarkan oleh ayam. Tetapi ini adalah
faktor minor yang kurang diperhitungkan.

Faktor lainnya yang perlu diperhatikan untuk mengamati proses


pindah panas dalam kandang adalah :
1. Panas Sensibel
Panas yang terdeteksi pada tubuh ayam.

6
2. Panas Laten
Seperti pada mamalia yang terjadi proses evaporasi melalui kelenjar
keringat, ayam juga mengalami proses pendinginan secara evaporasi melalui
penguapan dari lapisan lembab pada sistem respirasinya (paru–paru dan
pundi udara).

C.2 Sistem insulasi dan konstruksi kandang

Secara umum bangunan kandang harus kokoh dan kandang tidak boleh
terlalu panas. Sistem insulasi atau sistem penyekat panas diberi harga dengan
nilai R atau RSI. Nilai R dan RSI ini menunjukkan resistensi bahan terhadap
panas. Angka tersebut menunjukkan besarnya daya sekat panas suatu bahan
yang sering digunakan dalam kandang ayam.

Tabel 3. Nilai insulasi untuk material dengan ketebalan 25 mm


Material RSI R
Fiberglass 0,60 3,40
Polystyrene 0,65 3,70
Polyurethane 1,00 5,70
Wood 0,30 1,70
Concrete 0,00 0,01
Window-single 0,15 0,85
Window-Thermal 0,33 1,87
Sumber : Leeson and Summers. 2000. Broiler breeder production. Canada: UNIVERSITY Books

Tabel 4. Nilai insulasi untuk kandang ayam dalam kondisi iklim yang berbeda

Wall Roof
Condition
R RSI R RSI
Hot Climate 2 0,35 8 1,40
Cold Climate 20 3,50 30 5,30
Sumber : Leeson and Summers. 2000. Broiler breeder production. Canada: UNIVERSITY Books

Material penyekat panas harus dalam tetap kering agar uap dapat
berperan sebagai konduktor panas dan proses pindah panas dapat berlangsung
optimal. Bahan material seperti polystyrene, polyurethanes, dan vermicullite
tidak menyerap air sehingga tidak membutuhkan bahan pelapis untuk menahan
uap. Tetapi untuk beberapa bahan material yang menyerap air seperti cellulose,
fiberglass dan beberapa jenis produk wool akan menyerap panas dan
7
membutuhkan bahan yang menahan uap yang terpisah (Bell dan Weaver,
2006).

C.3 Sistem ventilasi

Ventilasi adalah hubungan antara masukan udara, kipas, dan pola angin
yang terbentuk. Jenis kipas atau kombinasi kipas yang dipakai tergantung dari
sistem ventilasi apa yang diterapkan (anonim, 2007). Sistem ventilasi di
kandang closed house menurut cara kerja kipas secara umum dapat dibagi dua
yaitu tekanan positif dan tekanan negatif. Cara kerja sistem ventilasi tekanan
positif yaitu dengan cara mendorong udara masuk ke dalam kandang
sedangkan sistem tekanan negatif bekerja kebalikannya yaitu mengalirkan
udara ke luar kandang. Sistem ventilasi bertekanan dalam kandang closed
house dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu tunnel ventilation system dan
cooling pad system (Fadillah et al., 2006). Dalam penelitian ini, kandang
closed house yang diteliti termasuk dalam tunnel ventilation system.

D. Suhu Efektif Ayam

Suhu efektif adalah suhu yang dimanfaatkan oleh ternak untuk


kehidupannya, dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara, radiasi matahari
dan kecepatan angin (West, 1994 dalam Yani Ahmad, 2007). Suhu efektif
menunjukkan tingkat kenyamanan pada ayam broiler karena suhu efektif
menggambarkan suhu yang benar-benar dirasakan oleh ayam.
Keadaan paling kritis untuk ayam di kandang closed house adalah pada
saat 1-2 jam setelah posisi matahari tertinggi. Karena pada waktu tersebut suhu
udara mencapai suhu tertinggi. Suhu udara tertinggi pada 1-2 jam setelah posisi
matahari tertinggi, dengan 43% radiasi matahari dipantulkan kembali, 43%
diserap oleh permukaan bumi, dan 14% diserap oleh atmosfer (Anggraeni,
2007). Kelembaban relatif sangat berpengaruh terhadap suhu yang dirasakan
ayam. Kelembaban relatif menurut Bell dan Weaver (2001) adalah kuantitas
dari uap air di udara dibandingkan dengan kandungan uap air maksimum pada
suhu tertentu. Semakin tinggi kelembaban relatif pada lingkungan akan
menyebabkan tubuh ayam semakin sulit untuk mendinginkan suhu tubuhnya
melalui sistem penguapan tubuhnya. Sedangkan kecepatan udara yang menerpa
8
tubuh ayam sangat membantu ayam untuk melepaskan panas dari tubuhnya
karena terjadi konveksi panas dari permukaan kulit ayam ke udara yang
bergerak.

E. Computational Fluid Dynamics

Computational Fluid Dynamics (CFD) berkembang dengan pesat ketika


National Aerospace Plane (NASP) menjadikannya sebuah project pada tahun
1980 untuk menguji sebuah desain pesawat luar angkasa. CFD saat itu telah
berkembang hingga dapat memperhitungkan aliran udara pada benda tumpul yang
bergerak dalam kecepatan hipersonik. Saat ini CFD sudah digunakan dalam
banyak bidang seperti bidang perencanaan desain otomotif dan mesin, industri
manufaktur, arsitektur perkapalan, teknik sipil, dan bidang kajian lingkungan.
Menurut Tuakia, 2008, CFD adalah ilmu yang mempelajari cara
memprediksi aliran fluida, perpindahan panas, reaksi kimia, dan fenomena lainnya
dengan menyelesaikan persamaan matematikanya. Sedangkan menurut Anderson,
1995, Computational Fluid Dynamic adalah sebuah seni untuk menempatkan
persamaan integral atau turunan parsial dari persamaan matematika fundamental
fluida dengan bentuk aljabar diskret untuk mendapatkan nilai medan aliran pada
titik-titik waktu dan koordinat tertentu.
CFD merupakan pendekatan pemecahan permasalahan dari persamaan
kontinum (sel tak hingga) menjadi suatu persamaan yang diskret (sel hingga).
Perhitungan komputasi aljabar untuk memecahkan persamaan-persamaan
diferensial parsial ini ada beberapa metode (metode diskritisasi), diantaranya
metode beda hingga (finite difference method), metode element hingga (finite
element method), metode volume hingga (finite volume method), metode elemen
batas (boundary element method) dan metode skema resolusi tinggi (high
resolution scheme method) (Tuakia, 2008).
Teknik Computational Fluid Dynamics untuk memecahkan suatu
persoalan aliran fluida saat ini dikembangkan menggunakan tiga pendekatan,
yaitu pendekatan teori, percobaan, dan simulasi CFD (Anderson, 1995). Dengan
ketiga pendekatan itu diharapkan CFD dapat berguna untuk membantu

9
menjelaskan hasil simulasi berdasarkan eksperimen yang dilakukan dan
berdasarkan landasan teori yang ada.
Membuat simulasi menggunakan teknik CFD di lakukan dalam tiga tahap
proses utama yaitu Pra-pengolahan, pemecahan masalah dan pasca-pengolahan.

1. Pra-pengolahan
Tahap ini berguna untuk mendefinisikan input dari simulasi yang akan
di buat. Pada tahap Pra-pengolahan didefinisikan beberapa hal berikut
sebagai input :
a. Menentukan batas computational domain dari gambar geometri yang
akan dianalisis.
b. Menentukan sifat bahan gambar geometri dan sifat fluida yang akan
dianalisis melalui modul engineering database yang tersedia.
c. Menentukan tingkat mesh untuk analisis.
d. Menentukan kondisi batas atau boundary condition yang akan
dianalisis.
e. Menentukan goals atau tujuan yang akan dihitung pada proses
pemecahan masalah.

Penentuan nilai parameter pada tahap Pra-pengolahan sangat


ditentukan dengan pengamatan dan pemahaman terhadap kondisi dan
situasi yang terjadi di lapangan. Semakin lengkap dan kompleks
pendefinisian pada tahap Pra-pengolahan ini akan semakin tepat pula hasil
yang didapat. Tetapi perlu juga diperhatikan sumberdaya komputer yang
dimiliki dan waktu untuk melakukan simulasi karena akan membutuhkan
sumberdaya dan waktu simulasi yang semakin besar.

2. Pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap untuk pencarian solusi berdasarkan
definisi dari tahap pra-pengolahan. Persamaan untuk memecahkan input
data dari pra-pengolahan dibangun dari tiga prinsip dasar fluida yaitu:
1. Hukum kekekalan massa.
Keseimbangan massa fluida menyatakan laju kenaikan (pertambahan)
massa elemen fluida sama dengan laju net aliran massa ke dalam

10
elemen fluida dituliskan dalam bentuk persamaan kontinuitas tiga
dimensi sebagai berikut (Anderson, 1995):

D   (  u )  (  v )  (  w) 
    .................................................. .(1)
Dt x y z t

dengan ρ merupakan masa jenis dari fluida dan t adalah waktu


sedangkan u, v, w merupakan komponen dari vektor kecepatan dalam
sumbu x, y, dan z yang diberikan dalam persamaan berikut:

V  ui  vj  wk ................................................................................ .(2)

dan i, j, dan k adalah unit vektor pada sumbu x, y,dan z.

2. Laju perubahan momentum


Laju perubahan momentum sama dengan resultansi gaya pada partikel
fluida (Hukum II Newton). Persamaan momentum dikembangkan dari
persamaan Navier-Strokes berikut (Anderson, 1995).
Momentum x:
2
. ( u )   ( u )   ( uv)   ( uw)   p    V .V  2 u 
 
t x y z x x  x 
   v u     u w 
           f x
y   x y  z   z x  ................................(3)

Momentum y:
 ( v)  ( v 2 ) ( uv)  ( vw) p   v 
       V .V  2 
t y x z y y  y 
   v u     v w 
             f y
x   x y  z   z y  ..................................(4)

Momentum z:
( w) ( w 2 ) ( vw) ( uw) p   w 
       V .V  2 
t Z y x z z  z 
   w v     u w 
           f z
y   y z  x   z x  ............................(5)

11
dengan u, v, dan w merupakan komponen dari vektor kecepatan dalam
sumbu x, y, dan z, ρ adalah masa jenis fluida, p adalah tekanan, f

adalah gaya per satuan masa yang dikenakan pada fluida, f x adalah f

pada sumbu x, V adalah kecepatan skalar, V adalah kecepatan vektor,


 adalah koefisien viskositas molekular dan  adalah -2/3  .

3. Hukum kekekalan energi.


Persamaan energi diturunkan dari Hukum I Termodinamika yang
menyatakan bahwa : Laju perubahan energi partikel fluida sama
dengan laju penambahan panas ke dalam partikel fluida ditambah
dengan laju kerja yang diberikan pada partikel. Secara matematik
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut (Anderson, 1995):

D  V2    T    T    T   u v w 
  e    q   k    k    k   p   
Dt  2  x  x  y  y  z  z   x y z 
   yx  zx    xy  yy  zy    xz  yz  zz 
 u  xx     v     w   
  x y z   x y z   x y z 
................(5)
Dengan e merupakan internal energi, k adalah konduktivitas panas, T
adalah temperatur fluida, τ merupakan tegangan geser atau shear
stress, sedangkan τxy menunjukkan adanya tegangan geser pada arah
sumbu x pada bidang yang tegak lurus dengan bidang sumbu y.

3. Pasca-pengolahan
Tahap pasca-pengolahan adalah tahap untuk menampilkan hasil
dari iterasi pemecahan persamaan pada tahap pemecahan masalah. Pada
tahap pasca-pengolahan digunakan teknik komputer grafik untuk
menampilkan hasil iterasi persamaan. Beberapa teknik komputer grafik
yang biasa digunakan dalam CFD antara lain xy plots, contour plots,
vector dan streamline plots, scatter plots, mesh plots, dan composite plots
(Anderson, 1995).

12
F. EFD Lab

EFD Lab adalah salah satu software yang membantu kita untuk membuat
suatu simulasi fluida dengan pendekatan teknik computational fluid dynamic.
EFD Lab mempunyai keunggulan dibandingkan software lain sejenis antara lain
engineering database yang lebih lengkap dan dapat dengan mudah ditambahkan
propertisnya, interface yang mudah digunakan, terdapat modul elektronik untuk
simulasi aliran fluida yang berkenaan dengan elektronika, sudah mendukung
simulasi dalam model yang mempunyai lubang-lubang kecil (porous media),
analisis wall dengan memperhitungkan kekasaran permukaannya, dan
peningkatan resolusi geometri. Di dalam EFD Lab secara umum akan menuntun
pengguna untuk melakukan simulasi dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menentukan computational domain.
Computational domain adalah batas area simulasi. Di EFD Lab terdapat
dua tipe analisis yaitu internal flow dan external flow. Computational
domain untuk internal flow meliputi seluruh area model geometri yang
akan dianalisis dan untuk external flow berupa area prisma segi empat yang
mencakup seluruh model geometri.
2. Menentukan initial dan boundary condition.
Initial dan boundary condition adalah input data untuk melakukan simulasi.
3. Menentukan mesh.
EFD Lab secara otomatis akan membagi mesh pada daerah computational
domain sesuai dengan tingkat mesh yang dipilih. Pengguna dapat
memperbaiki mesh yang telah dilakukan dengan melakukan refinement
ketika perhitungan pada tahap solving berjalan.
4. Menjalankan iterasi perhitungan atau tahap solving.
EFD Lab melakukan diskretisasi persamaan navier-stokes dan memecahkan
persamaan itu dalam computational domain.
5. Menampilkan hasil.
Hasil dari tahap solving ditampilkan dalam gambar geometri, grafik, dan
tabel. EFD Lab juga dapat menampilkan hasil yang diperoleh dalam bentuk
format microsoft excel, file ASCII, ataupun microsoft word.

13
G. Penelitian Terdahulu Yang Pernah Dilakukan Menggunakan CFD

Sudah ada beberapa penelitian pernah dilakukan menggunakan teknik


CFD. Muflihati (2006) telah melakukan penelitian tentang analisis pola aliran
udara dan suhu pada kandang ayam pedaging beratap monitor menggunakan
teknik computational fluid dynamic (CFD). Yani (2007), dalam tesisnya
membahas analisis dan simulasi distribusi suhu udara pada kandang sapi perah
menggunakan teknik CFD. Kedua judul penelitian tersebut menggunakan
software fluent sebagai tools untuk pembuatan simulasi CFD nya. Asnawi (2009)
melakukan penelitian mengenai pola aliran udara dan distribusi suhu pada
greenhouse tipe standart peak menggunakan teknik CFD. Ni’am (2009)
melakukan simulasi dispersi gas polutan SO2, H2S, dan CO dengan menggunakan
teknik CFD. Berbeda dengan penelitian terdahulu yang membahas aliran udara
dan proses pindah panas yang terjadi, penelitian ini membahas proses pindah
massa dihubungkan dengan jenis polutan dan aliran udaranya pada cerobong asap
pabrik industri. Software yang digunakan oleh Asnawi (2009) dan Ni’am (2009)
menggunakan software EFD Lab sebagai tools untuk membuat simulasi sama
seperti yang digunakan pada penelitian ini.

14
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian di dilakukan pada bulan april hingga november 2009,


sedangkan pengambilan data di kandang ayam closed house Cikabayan dilakukan
pada masa pembesaran ayam bulan Mei 2009.

B. Alat dan Bahan

1. Kandang ayam closed house


Kandang ayam yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah
kandang ayam produksi closed house yang ada di lahan penelitian
Cikabayan IPB dengan luas kandang 12 m X 120 m dan kapasitas ayam
sebesar 20.000 ekor (foto pada lampiran 9).
2. Ayam broiler
Ayam broiler yang sedang dalam tahap pembesaran dalam
kandang closed house.
3. Anemometer
Mengukur besarnya kecepatan udara pada titik pengukuran yang
ditentukan.
4. Kestrel Instrumen
Instrumen standar yang digunakan untuk pengukuran parameter
kontrol kelembaban udara, angin, dan suhu yang dimiliki oleh manajemen
kandang closed house. Pada penelitian ini digunakan untuk mengukur nilai
kelembaban udara.
5. Thermokopel dan hybrid recorder
Untuk mengukur suhu di dalam ruangan yang meliputi suhu dinding,
suhu udara, suhu atap, dan suhu pada ketinggian tertentu diatas permukaan
lantai untuk validasi.
6. Kabel PVC ukuran ZAA
Kabel digunakan sebagai sambungan thermokopel untuk memperluas
area pengukuran.

15
7. Personal Computer
PC yang digunakan memiliki spesifikasi Processor Core 2 duo 1,7
Ghz dengan RAM 1024 Mb.
8. EFD Lab 2008 Software(Engineering Fluid Dynamic)
Software yang digunakan untuk membuat simulasi aliran udara.

C. Pendekatan Permasalahan

Untuk membuat suatu simulasi dalam EFD Lab 2008 kita perlu membuat
batasan-batasan boundary condition untuk menyederhanakan kondisi di kandang
closed house yang terlalu kompleks. Dalam penelitian ini digunakan batasan dan
asumsi untuk simulasi sebagai berikut:
1. Udara bergerak dalam kondisi steady dan tidak terkompresi
(uncompressible).
2. Panas jenis, konduktivitas dan viskositas udara konstan.
3. Model kandang dalam simulasi dibuat dalam ukuran sesungguhnya
atau memiliki perbandingan ukuran 1 : 1 terhadap kandang
sebenarnya.
4. Simulasi dilakukan pada umur ayam 30 hari atau satu hari sebelum
panen ayam karena pada umur inilah saat yang paling kritis untuk
ayam terhadap pengaruh suhu lingkungan.
5. Simulasi dibuat dengan memasukkan inisialisasi panas ayam sebagai
heat source yang didapatkan dalam literatur.
6. Sumber panas dari ayam diasumsikan sebagai area plat datar yang
menghasilkan panas dan nilai panasnya sebanding dengan nilai panas
ayam pada berat tertentu sesuai dengan pengamatan di kandang ayam
produksi closed house.
7. Nilai inisialisasi panas lain dari konstruksi kandang ayam adalah panas
pada tembok bawah (concrete), terpal plastik polyethilene (PE),
dinding plat alumunium atas, dan atap alumunium.

16
8. Distribusi duhu udara pada tiap komponen kandang closed house pada
batasan simulasi no 7 adalah seragam.
9. Inisialisasi panas yang lain seperti dari kotoran ayam, peralatan
penunjang produksi dalam kandang tidak diinisialisasikan karena
memperhatikan keterbatasan teknik simulasi dan sumberdaya
komputer.

D. Tahapan Kegiatan Penelitian

D.1 Pemasangan kabel Termokopel pada kandang closed house

Karena area yang diukur suhunya meliputi area yang sangat luas dan
jumlah termokopel yang terbatas sehingga dilakukan penyambungan
termokopel dengan kabel ukuran zaa. Hasil penyambungan termokopel dan
kabel dikalibrasi dengan termometer standar. Cara kaibrasinya yaitu dengan
menaikkan suhu termometer standar dan kabel termokopel di dalam
medium air pada rentang suhu antara 30oC-40oC dan mencatat data nilai
suhunya. Data nilai suhu dari termometer standar dan kabel termokopel
tersebut dibuat nilai persamaan linear regresinya. Persamaan linear regresi
tersebut digunakan untuk mendekati nilai suhu yang sebenarnya dari data
yang diukur oleh kabel termokopel. Data hasil kalibrasi dapat dilihat pada
lampiran 12 dan 13.

D.2 Pengukuran dimensi dan menggambar geometri kandang ayam


closed house

Pengukuran dilakukan di semua bagian kandang yang akan di gambar


geometrinya. Bentuk dan dimensi kandang digambar menggunakan
program Solidworks 2008. Beberapa detail gambar dihilangkan agar
gambar geometri dapat digunakan untuk membuat simulasi menggunakan
EFD Lab 2008. Semakin detail gambar maka ukuran file dan jumlah solid
cells makin besar sehingga kebutuhan physical memory untuk membuat
simulasi menggunakan EFD Lab 2008 akan semakin besar pula. Detail
yang dihilangkan antara lain bagian tiang-tiang penyangga, peralatan
makan dan minum, serta detail papan dinding alumunium.

17
D.3 Pengukuran suhu, kecepatan angin, dan kelembaban udara
dalam kandang closed house

Kegiatan pengukuran dilakukan pada saat ayam umur 30 hari setelah


sebelumnya dilakukan penelitian pendahuluan yaitu kegiatan pengukuran
pada saat umur ayam 5 hari, 25 hari, dan 29 hari. Pengukuran suhu udara
pada kandang menggunakan kabel termokopel dan datanya direkam dalam
hybrid recorder dengan interval perekaman data setiap 10 menit dari jam
10.00 hingga pukul 14.00. Data pengukuran dapat dilihat pada lampiran 1.
Titik pengukuran untuk validasi simulasi ditempatkan pada titik-titik pada
koordinat berikut.

Tabel 5. Titik pengukuran suhu untuk validasi


Koordinat
Titik
x (m) y (m) z (m)
1 33 2.4 0.45
2 33 6 0.45
3 36 9.6 0.45
4 68 2.4 0.45
5 68 6 0.45
6 68 9.6 0.45
7 96 2.4 0.45
8 96 6 0.45
9 96 9.6 0.45
10 51 6 1.7
11 84 6 1.7

Gambar 1. Denah titik pengukuran suhu tampak atas untuk validasi

Besarnya kecepatan angin diukur menggunakan anemometer. Nilai


inisialisasi outlet velocity kecepatan angin didapatkan dari pengukuran
terhadap kecepatan angin di ujung bagian dalam exhaust fan. Sedangkan

18
untuk titik validasi kecepatan angin dilakukan pengukuran pada titik-titik
berikut:

Tabel 6. Titik koordinat pengukuran angin


Koordinat
Titik x (m) y (m) z (m)
1 14 6 1.7
2 14 6 0.45
3 64 9.6 1.7
4 64 9.6 0.45
5 64 6 1.7
6 64 6 0.45
7 64 2.4 1.7
8 64 2.4 0.45
9 118 9.6 1.7
10 118 9.6 0.45
11 118 6 1.7
12 118 6 0.45
13 118 2.4 1.7
14 118 2.4 0.45

Gambar 2. Denah titik pengukuran kecepatan udara tampak atas untuk validasi

Sedangkan untuk titik pengukuran yang digunakan sebagai nilai input


untuk boundary condition pada proses pra-pengolahan adalah suhu atap
alumunium, suhu terpal plastik PE, suhu tembok bawah, dan suhu dinding
alumunium bagian atas. Nilai kelembaban udara diukur menggunakan
kestrel instrument. Titik pengukuran kelembaban udara berada pada titik-
titik berikut.

19
Tabel 7. Titik koordinat pengukuran kelembaban udara
Titik Koordinat
x (m) y (m) z (m)
1 14 6 0.45
2 28 6 0.45
3 28 2.4 0.45
4 28 9.6 0.45
5 60 6 0.45
6 60 2.4 0.45
7 60 9.6 0.45
8 114 6 0.45
9 114 2.4 0.45
10 114 9.6 0.45

Gambar 3. Denah titik pengukuran kelembaban udara tampak atas untuk validasi

D.4 Pembuatan simulasi menggunakan EFD Lab 2008

Data yang digunakan untuk membuat simulasi analisis pola aliran udara
dan distribusi suhu pada kandang closed house adalah data pada pada pukul
13.00 saat ayam yang berumur 30 hari. Pengambilan data dipilih ketika
umur ayam 30 hari karena ayam pada umur 4 minggu hingga panen paling
rentan terhadap suhu tinggi.

D.4.1 Pra-pengolahan

Pembuatan simulasi dimulai pada tahap pra-pengolahan. Pada


tahap ini ditentukan jenis analisis aliran adalah analisis aliran internal,
jenis fluida adalah udara, tidak memasukkan analisis time dependency
atau merupakan analisis steady state, dan masukan boundary condition
meliputi :

20
a. Pressure opening
Inisialisasi pressure opening diberikan pada dua evaporative
pad pada bagian depan samping kanan dan kiri kandang closed
house sebagai saluran udara masuk. Tipe yang diberikan adalah
environment pressure. EFD Lab 2008 menganalisis Environment
pressure sebagai static pressure jika ada aliran udara keluar dan
sebagai total pressure jika ada aliran udara masuk. Initial condition
untuk kondisi udara lingkungan berdasar pengukuran adalah suhu
sebesar 32.7 oC dan kelembaban udara sebesar 71%.

b. Output Flow
Output flow dalam simulasi ini berupa 8 buah exhaust fan yang
menghisap udara dari dalam kandang ke luar kandang. Output flow
berupa masukan outlet velocity dari rataan hasil pengukuran
kecepatan setiap exhaust fan di dalam kandang closed house. Nilai
kecepatan angin untuk outlet velocity berdasar pengukuran di ujung
dalam fan kandang closed house sebesar 5 m/s.

c. Heat source
Panas ayam diinisialisasikan sebagai heat source berupa tiga
buah permukaan lembaran plat setebal 1cm yang menghasilkan
panas di dasar lantai kandang. Luasan tiga lembaran tersebut
menggambarkan sebaran ayam dalam kandang closed house yang
dibagi dalam tiga area sekat-sekat dengan kepadatan tertentu.
Kapasitas kandang ayam adalah 20.000 ekor. Pada umur 30 hari
jumlahnya menjadi 19.800 ekor karena ada tingkat kematian ayam
sebesar 1%. Jika ayam dewasa siap panen menghasilkan panas
ayam sebesar 11,02 BTU/jam per Kg berat ayam atau setara
dengan 3,2 watt per Kg berat ayam (Anonim, 2007), maka dengan
rata-rata berat ayam siap panen di kandang sebesar 1,8 Kg
didapatkan nilai kalor seluruh ayam adalah 114,048 KW. Nilai
kalor tersebut dibagikan dalam tiga area plat berdasar pengamatan

21
bahwa area I sebesar 35% dari jumlah ayam dengan heat surface
sebesar 39,92 KW, area II sebesar 40% dari jumlah ayam dengan
heat surface sebesar 45,62 KW, dan area III sebesar 25% jumlah
ayam dengan heat surface sebesar 28,51 KW.

d. Real wall
Panas dari bahan konstruksi dimasukkan dalam real wall. Real
wall adalah inisialisasi panas pada bagian konstruksi kandang yang
nilainya didapatkan dari hasil pengukuran di kandang closed
house. Atap kandang adalah bahan alumunium dengan suhu
permukaan 33,50C. Tembok bawah adalah bahan tembok bata
plester dengan suhu permukaan 32,30C. Tirai terpal adalah bahan
plastik PE dengan suhu permukaan 37,90C. Dinding penyangga
atas adalah bahan alumunium dengan suhu permukaan 34,60C.

e. Global goals
Global goals merupakan parameter fisik yang akan dimasukkan di
seluruh computational domain dalam proses perhitungan. Global
goals yang dimasukkan meliputi average total pressure, average
temperature fluid, min temperature fluid, average velocity, max
velocity, dan min velocity. Global goals merupakan acuan untuk
mengakhiri iterasi pada simulasi. Iterasi akan berhenti ketika
seluruh global goals sudah mencapai nilai kovergen.

Tahap berikutnya dalam inisialisasi boundary condition adalah


tahap penentuan mesh atau meshing. Mesh adalah bagian-bagian kecil
pemecahan dari seluruh computational domain sebagai area-area
perhitungan. Pemilihan mesh didahului dengan percobaaan penentuan
mesh yang sesuai menggunakan gambar geometri kandang yang ada
dengan masukan boundary condition dan global goals yang lebih
sederhana untuk mempercepat proses iterasi. Bila nilai dari global
goals dan sudah mendekati, maka proses pemilihan mesh selesai.

22
Pilihan mesh juga memperhatikan jumlah physical memory yang
disediakan oleh komputer. Makin tinggi tingkat pilihan mesh maka
akan makin besar kebutuhan physical memory. Pada simulasi ini
dipilih menggunakan mesh tingkat 5.

D.4.2 Pemecahan masalah

Tahap pemecahan masalah yaitu tahap untuk melakukan


perhitungan secara otomatis oleh EFD Lab 2008. Pengamatan proses
perhitungan dapat dilihat melalui menu calculation control option
selama proses perhitungan agar diketahui ada tidaknya kesalahan atau
error dalam perhitungan. Di dalam menu calculation control option ini
juga terdapat informasi mengenai waktu perhitungan, jumlah cells
dalam geometri yang dipilih, dan informasi lain yang sangat berguna
untuk memonitor proses perhitungan.

D.4.3 Pasca-pengolahan

Setelah hasil running pada tahap pemecahan masalah diyakini


sudah benar maka hasil simulasi yang dibuat dapat ditampilkan
dengan beberapa macam cara yang terdapat dalam EFD Lab 2008
antara lain dengan cara cut-plot dan flow trajectories. Parameter
utama yang di tampilkan meliputi kecepatan udara, suhu, tekanan
udara. Sedangkan untuk parameter kelembaban udara walaupun tidak
di atur memenuhi kondisi sebenarnya seperti di kandang dan tidak
bisa dijadikan acuan simulasi keadaan sebenarnya, tetap ditampilkan
untuk mengetahui hasil simulasinya menggunakan CFD.

23
Pembuatan Pendefinisisan
Mulai geometri (part) material geometri

Penyusunan struktur
geometri (assembly)

Pre-processor
Set kondisi
umum (ambien)

Set domain, boundary


condition dan goal
parameter

Run

Meshing
Solver

Calculation

kovergen
Tidak
Ya

Post-processor Plot kontur, grafik, dan data


dari goal parameter

Mesh dependency test

Memenuhi
Tidak kriteria

Ya

selesai

Gambar 4. Diagram alir proses simulasi distribusi suhu udara dalam greenhouse
menggunakan software EFD

24
E. Validasi hasil simulasi

Validasi dilakukan untuk membandingkan hasil pengukuran dengan hasil


perhitungan (suhu) pada titik-titik tertentu yang diinginkan. Validasi hasil
simulasi dapat dilakukan dengan menghitung nilai Standard Error Prediction

(SEP), bias ( d ), Coefficient of Variation (CV) dan Average Precentage of


Deviation (APD).

SEP  
n
Ya  Yp 2 ............................................................................. (9)
i 1 n 1

d 
n
Yp  Ya  ................................................................................. (10)
i 1 n

SEP
CV   100% .............................................................................. (11)
Ya

100 n
Ya  Yp 2
APD 
n

i 1 Ya
................................................................ (12)

Dimana : Ya = nilai aktual pengukuran

Yp = nilai hasil simulasi

n = jumlah data

Ya = nilai rata-rata aktual pengukuran

Hasil simulasi dikatakan baik jika nilai SEP yang diperoleh dibawah
4.0, nilai bias mendekati nol, nilai CV dibawah 5% (Wahyuningsih, 2007).
Validasi hasil simulasi juga ditentukan dari nilai APD. Jika nilai APD
mendekati nilai 0 maka hasil simulasi makin baik (Arif C, 2008). Nilai bias
yang negatif menunjukkan nilai hasil simulasi yang selalu lebih tinggi dari
nilai aktual.

25
IV. PEMBAHASAN

A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

Simulasi distribusi pola aliran udara dan suhu dilakukan pada saat ayam
produksi sehingga dalam simulasi terdapat inisialisasi panas ayam yang
mempengaruhi suhu lingkungan kandang. Pengukuran suhu di kandang dilakukan
pada pukul 10:00 WIB hingga pukul 16:00 WIB dengan keadaan cuaca cerah.
Simulasi tidak memasukkan analisis time dependency sehingga hanya digunakan
satu data yang mewakili suhu lingkungan maksimum yaitu pada pukul 13:00.

Area I, 5940 ekor Exhaust fan area


ayam udara
keluar/outlet
Area II, 8910
ekor ayam
Area III, 4950
ekor ayam
Evaporative pad
area udara
masuk/inlet

Gambar 5. Geometri kandang piktorial dengan bagian atap disembunyikan


(hidden).

Bentuk geometri dari ayam diasumsikan sebagai plat datar setebal 1 cm


yang tidak mempengaruhi aliran dalam simulasi. Plat datar tersebut dibagi dalam
tiga area yang menggambarkan perbandingan jumlah ayam dalam tiap area seperti
ditunjukkan pada gambar 5. Dua area inlet udara berada pada evaporative pad
bagian depan didefinisikan sebagai environment pressure. Exhaust fan
didefinisikan sebagai outlet velocity. Sedangkan hubungan perbedaan tekanan (Pa)
dan debit aliran tidak didefinisikan karena sudah diwakili dengan data kecepatan
angin dan arah aliran didefinisikan tegak lurus terhadap permukaan fan.
Keterbatasan definisi exhaust fan disebabkan karena data spesifikasi exhaust fan
26
yang digunakan di kandang tidak tersedia baik di modul engineering database
software EFD Lab 2008 ataupun tercatat di kandang closed house tempat
penelitian.
Pemilihan mesh menggunakan pilihan mesh tingkat 5 setelah melalui
proses mesh dependency test. Jumlah seluruh cell yang terbentuk pada mesh
tingkat 5 berjumlah 672.689 cells yang terdiri dari fluid cells berjumlah 469.648
cells dan solid cells berjumlah 31.696 cells dan iterasi dilakukan hingga global
goals mencapai kovergen selama 420 kali iterasi.
Hasil simulasi ditampilkan dalam bentuk cut plot contour dan vector.
Penyajian gambar hasil simulasi tampak atas ditampilkan pada ketinggian 0,25
meter, 0,45 meter, dan 1,7 meter untuk menunjukkan adanya perbedaan profil
pada setiap ketinggian. Profil pada ketinggian 0,25 meter dapat juga mewakili
ketinggian pada daerah habitat ayam sedangkan profil pada ketinggian 1,7 meter
dapat mewakili ketinggian manusia ketika berdiri.

Daerah separasi
Drag force aliran

Drag force Daerah pertemuan


dua aliran udara

Gambar 6. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi aliran udara pada inlet

Pada gambar 6 menggambarkan udara masuk dari dua ujung evaporatif


pad karena adanya hisapan dari exhaust fan yang bekerja. Terjadi desakan udara
pada ujung evaporative pad sehingga timbul drag force. Drag force adalah gaya
dari fluida yang mendesak suatu benda pada arah aliran fluida tersebut (Cengel
dan Turner, 2001). Aliran udara masuk yang tertahan itu disebabkan adanya
sudut pada ruang pemisah antara evaporative pad dan kandang. Pemberian ruang
27
pemisah berfungsi untuk mengeliminir efek wind chill (anonim, 2007). Efek wind
chill adalah penurunan suhu yang drastis dirasakan oleh ayam karena hembusan
angin yang terlalu kencang. Akibat timbulnya drag force pada sudut di ruang
pemisah, menyebabkan adanya flow separation atau pemisahan aliran. Pemisahan
aliran adalah fenomena ketika aliran fluida berpisah dari permukaan benda setelah
sebelumnya aliran mengikuti kontur permukaan benda tersebut. Area pemisahan
ini tergantung dari beberapa faktor seperti bilangan reynold dan kekasaran
permukaan benda. Makin besar tekanan akibat drag force maka makin besar pula
daerah pemisahan aliran yang terjadi (Cengel dan Turner, 2001). Penurunan
kecepatan aliran terjadi pada daerah separasi. Di luar daerah separasi, kecepatan
aliran udara bertambah karena adanya pertemuan antara dua aliran udara dari
kedua ujung evaporative pad. Ketika aliran udara menabrak sudut dinding
pemisah meyebabkan aliran terdesak pada daerah pertemuan dua aliran udara.
Pada area ini kecepatan aliran udara bertambah karena berkurangnya daerah
efektif aliran.

Gambar 7. Cut plot contour parameter kecepatan udara pada iterasi ke-330
tampak atas pada: (a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang; (b)
Jarak vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m dari
lantai kandang

28
Gambar 8. Cut plot contour dan vector pada iterasi ke-420 parameter kecepatan
udara tampak atas pada: (a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang;
(b) Jarak vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m
dari lantai kandang

Setelah aliran udara masuk melewati inlet dan bertumbukan sehingga


menyebabkan bertambahnya kecepatan di area pertemuan dua aliran yang masuk
dari inlet, aliran udara menjadi terganggu sebelum akhirnya membentuk aliran
berkembang penuh. Gangguan pada aliran udara ini disebabkan karena adanya
tumbukan dua aliran udara dari dua inlet yang berbeda. Pada gambar 7 tampak
aliran udara menabrak dinding kandang sehingga aliran udara tersebut tidak
membentuk aliran berkembang penuh. Aliran berkembang penuh atau fully
development flow adalah suatu profil aliran dimana profil alirannya konstan atau
stabil (Cengel dan Turner, 2001). Aliran udara yang tidak stabil itu membentuk
gelombang yang berubah-rubah tiap waktu. Pada gambar 7 menggambarkan pada
ketinggian 0,25 meter dan 0,45 meter kecepatan aliran udara semakin merata dan
kecepatan alirannya semakin rendah. Hal ini disebabkan karena letak profil aliran

29
udara tersebut berada dibawah evaporative pad sebagai inlet udara masuk.
Ketinggian evaporative pad tersebut berada pada ketinggian 0,65 meter hingga
2,25 meter diatas lantai kandang. Kecepatan yang cenderung lebih merata dan
lebih rendah pada area ketinggian habitat ayam akan mengurangi efek wind chill,
membuat performansi ayam lebih merata, dan mencegah terangkatnya debu dan
kotoran dari lapisan litter ayam di lantai. Pada gambar 8 menunjukkan cut plot
contour tampak depan kecepatan aliran udara pada model kandang closed house.
Gambar tersebut menunjukkan adanya kenaikan kecepatan aliran udara pada area
inlet disebabkan adanya tumbukan aliran udara dari kedua inlet. Lalu aliran mulai
stabil setelah menjauhi inlet.
Pada gambar 9 ditampilkan gambar tekanan udara tampak atas. Gambar
tersebut menggambarkan tekanan pada ujung inlet rendah sedangkan pada
sepanjang daerah aliran udara setelah inlet, aliran udara relatif konstan. Fenomena
ini secara umum dapat dijelaskan dengan hukum bernouli yang menyatakan
bahwa jumlah dari energi kinetik, energi potensial, dan energi aliran fluida adalah
konstan selama aliran fluida merupakan aliran yang tak termampatkan atau
incompressible dan gaya gesek diabaikan (Cengel dan Cimbala, 2006 ). Tekanan
pada ujung inlet tinggi berbanding terbalik dengan kecepatan aliran udara pada
area tersebut yang rendah karena udara baru masuk dan belum terjadi tumbukan.
Pada area terjadinya pertemuan dua aliran udara, tekanan menjadi semakin rendah
karena kecepatan udara pada area ini semakin tinggi.

30
Gambar 8. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi profil kecepatan udara
tampak depan: (a) Jarak 110 m dari pintu depan kandang (ujung
inlet); (b) Jarak 60 m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (c) Jarak
12 m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (d) Jarak 6 m dari pintu
depan kandang (ujung inlet); (e) Jarak 2 m dari pintu depan kandang
(ujung inlet)

Peristiwa pindah panas yang paling mempengaruhi dalam kandang closed


house adalah pindah panas konveksi dari ayam ke udara karena adanya aliran
udara secara mekanis yang disebabkan beroperasinya exhaust fan. Adanya
31
peristiwa konveksi paksa itu dapat dilihat pada gambar 10. Inisialisasi panas ayam
menggunakan definisi heat source dari plat datar. Sedangkan panas dari
konstruksi bangunan didefinisikan sebagai real wall dari permukaan konstruksi
bangunan tersebut. Definisi heat soure merupakan prinsip heat flux konstan
sedangkan real wall merupakan prinsip temperatur konstan dalam pindah panas
konveksi.

Gambar 9. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi parameter tekanan udara
tampak atas pada:(a) Jarak vertikal 1.7 m dari lantai kandang; (b)
Jarak vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0.25 m
dari lantai kandang

32
Gambar 10. Cut plot contour dan vector pada akhir iterasi parameter suhu tampak
atas pada : (a) Jarak vertikal 1,7 m dari lantai kandang; (b) Jarak
vertikal 0,45 m dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0,25 m dari
lantai kandang

Konveksi paksa pada tubuh terjadi ketika aliran udara menerpa tubuhnya.
Konveksi paksa tersebut menyebabkan berkumpulnya panas di ujung outlet.
Semakin dekat dengan sumber panasnya, profil akumulasi panas semakin terlihat
jelas. Suhu udara pada area kandang yang tidak merata ini dapat mengurangi
performansi ayam, sehingga perlu dilakukan pengaturan kepadatan ayam.
Pengaturan kepadatan ayam dilakukan dengan cara di bagian belakang lebih
rendah daripada kepadatan ayam di bagian tengah dan depan seperti yang
dilakukan pada simulasi ini. Kepadatan ayam pada area tiga yang berada di bagian
belakang dibuat paling rendah kepadatannya untuk mengurangi heat stress pada
ayam karena adanya akumulasi panas yang dihisap oleh exhaust fan.

33
Exhaust fan

Evaporative ad

Gambar 11. Cut plot tampak samping profil temperatur udara pada kandang

Pada gambar 11 menggambarkan terbentuknya thermal boundary layer


akibat adanya konveksi paksa pada suatu permukaan benda yang memiliki suhu
dibawah atau diatas suhu dari fluida yang mengalir pada permukaannya. Thermal
boundary layer adalah daerah aliran fluida diatas permukaan benda dimana variasi
suhunya terhadap arah normal atau tegak lurus terhadap permukaan benda
tersebut cukup signifikan (Cengel dan Turner, 2001). Ketebalan dari thermal
boundary layer pada kandang closed house ini terus bertambah hingga ujung dari
aliran udara atau di area exhaust fan. Profil thermal boundary layer menunjukkan
peristiwa konveksi pindah panas antara permukaan benda dan fluida. Jika terdapat
aliran fluida diatas permukaan benda yang dipanaskan atau didinginkan, velocity
boundary layer dan thermal boundary layer akan terbentuk secara simultan.
Fenomena ini menunjukkan kecepatan udara yang mengalir di atas permukaan
benda tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap konveksi pindah panas yang
terjadi (Cengel dan Turner, 2001). Pada gambar 12 menggambarkan bahwa panas
akibat konveksi dari material atap relatif tidak berpengaruh terhadap ayam.
Konveksi panas dari ayam dan bagian dinding terpal cenderung lebih berpengaruh
signifikan dan panasnya akan terakumulasi pada kandang bagian belakang.

34
Gambar 12. Cut plot contour dan vector profil temperatur udara tampak depan:
(a) Jarak 110 m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (b) Jarak 60
m dari pintu depan kandang (ujung inlet); (c) Jarak 12 m dari pintu
depan kandang (ujung inlet); (d) Jarak 6 m dari pintu depan kandang
(ujung inlet); (e) Jarak 2 m dari pintu depan kandang (ujung inlet)

Parameter kelembaban udara juga disimulasikan dalam penelitian ini.


Tetapi perhitungan kelembaban udara tidak memperhitungkan adanya penguapan
yang terjadi pada tubuh ayam, udara pernapasan ayam, litter, dan penguapan dari
bahan-bahan cair seperti air minum ayam dalam kandang. Tampak pada gambar
13, pola penyebaran profil kelembaban udara makin tinggi di daerah inlet.
35
Tingginya kelembaban udara di area inlet akan menyebabkan heat index ayam
makin tinggi. Makin tinggi heat index ayam mengindikasikan makin rentannya
ayam mengalami heat stress. Tetapi kecenderungan ini dieliminir dengan
kecepatan udara yang tinggi pada daerah inlet yang menghasilkan suhu efektif
terbaik untuk ayam. Tingkat kelembaban udara yang tinggi di bagian area inlet
akan bertambah jika dioperasikannya evaporative pad cooling. Kondisi ini tidak
baik untuk performansi ayam karena litter yang mengandung amonia dari kotoran
ayam sulit menguap sehingga pengaturan kepadatan ayam pada area ini dibuat
lebih rendah daripada pada area dua di bagian tengah kandang. Dengan
pengaturan kepadatan tersebut diharapkan kandungan amonia udara pada area satu
tidak terlalu tinggi.

Gambar 13. Cut plot dan vector parameter kelembaban udara tampak atas pada :
(a) Jarak vertikal 1,7 m dari lantai kandang; (b) Jarak vertikal 0,45 m
dari lantai kandang; (c) Jarak vertikal 0,25 m dari lantai kandang

36
Gambar 14. Grafik nilai kecepatan aliran udara pada titik-titik pengukuran yang
sebaris
Data hasil pengukuran dan simulasi di plot pada titik-pengukuran validasi
yang sebaris untuk mengetahui pola aliran udara, distribusi suhu dan kelembaban
relatif. Letak titik pengukuran dapat dilihat pada gambar 1, gambar 2, dan gambar
3. Dari grafik kecepatan aliran udara pada gambar 14 tampak bahwa kecepatan
aliran udara makin jauh dari inlet kecepatannya makin turun. Titik pengukuran
nomor satu dan nomor dua terletak pada area pertemuan dua aliran udara sehingga
nilainya menunjukkan angka paling tinggi. Setelah itu kecepatan udara cenderung
turun di sepanjang alirannya dan kecepannya naik kembali ketika tiba di ujung
outlet.
Suhu pada kandang closed house cenderung naik pada ujung inlet. Tetapi
konturnya cenderung tidak seragam karena parameter suhu di kandang
dipengaruhi banyak hal seperti konduksi dinding, terpal, hembusan angin, dan
konveksi panas dari ayam. Titik pengukuran nomor sembilan tidak valid karena
termokopel pada titik tersebut rusak sehingga bisa diabaikan.
Distribusi kelembaban relatif cenderung turun semakin menjauhi inlet
udara. Suhu dan kelembaban di daerah tropis memiliki karakter yang berlawanan.
Jika suhu nya tinggi maka kelembaban relatifnya cenderung rendah dan
sebaliknya jika suhunya rendah maka kelembaban relatifnya cenderung tinggi.

37
Gambar 15. Grafik nilai suhu udara pada titik-titik pengukuran yang sebaris

Gambar 16. Grafik nilai kelembaban relatif udara pada titik-titik pengukuran yang
sebaris

38
B. Validasi

Validasi yang dilakukan pada simulasi ini meliputi validasi pengukuran


dan validasi mesh. Validasi pengukuran dilakukan dengan menghitung nilai

Standard Error Prediction (SEP), bias ( d ), Coefficient of Variation (CV) dan


Average Precentage of Deviation (APD). Hasil simulasi dikatakan baik jika nilai
SEP yang diperoleh dibawah 4.0, nilai bias mendekati nol, nilai CV dibawah 5%,
dan nilai APD mendekati 0.
Setelah dilakukan simulasi dan dilakukan perhitungan, didapatkan bahwa
nilai SEP untuk parameter suhu sebesar 1,653, nilai bias sebesar 0,89, nilai CV
sebesar 4,99% dan nilai APD sebesar 6,4. Nilai validasi untuk parameter suhu
sangat baik dikarenakan nilai SEP nya di bawah 4.0 dan CV dibawah 5%. Ini
menunjukkan bahwa pendefinisian dalam simulasi untuk parameter suhu sudah
cukup baik sehingga hasil simulasi dapat dipercaya. Walaupun begitu dari
pengamatan di lapangan selama pengukuran ada termokopel yang kurang baik
kondisinya di titik pengukuran tertentu.

Grafik Suhu
37
kecepatan udara (m/s)

36
35
34
33 pengukuran
32 aktual
31 hasil simulasi
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
titik pengukuran

Gambar 17. Grafik nilai suhu aktual dan hasil simulasi

Kecepatan aliran udara mempunyai tingkat validasi yang baik. Untuk


parameter kecepatan aliran udara didapatkan nilai SEP sebesar 0,3, nilai bias
sebesar 0,39, nilai CV sebesar 15,28% dan nilai APD sebesar 10,63. Tingkat
validasi cukup baik karena nilai SEP dibawah 4.0 tetapi nilai CV diatas 5%. ini
disebabkan karena pendefinisian exhaust fan pada kandang hanya memasukkan
39
nilai kecepatan udara hasil pengukuran. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
definisi kondisi udara pada simulasi adalah udara ideal sedangkan udara pada
kandang closed house sebenarnya memiliki kandungan gas-gas seperti amonia,
debu dari litter yang terbawa aliran udara, dan kandungan material lainnya.

Grafik Kecepatan Aliran Udara


3.5
kecepatan udara (m/s)

3
2.5
2
1.5
pengukuran aktual
1
0.5 hasil simulasi
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314
titik pengukuran

Gambar 18. Grafik nilai kecepatan udara aktual dan hasil simulasi

Untuk meningkatkan tingkat validasi dibutuhkan data spesifikasi kipas


yang sesungguhnya berupa data hubungan antara tekanan dan debit udara. Data
lain yang dapat dimasukkan dalam definisi fan di EFD Lab untuk mendekati nilai
validasi yang baik adalah data intensitas turbulensi udara dan kecepatan angular
exhaust fan.
Validasi untuk kelembaban udara dilakukan dengan cara yang sama yaitu
menghitung nilai SEP, bias, dan nilai APD. Nilai SEP sebesar 17,49, nilai bias
sebesar -3,33, nilai CV sebesar 25,21% dan nilai APD sebesar 15,12. Tingkat
validasi untuk parameter kelembaban udara tidak baik karena tidak memenuhi
kriteria, tetapi pola profil kelembaban udara yang digambarkan dalam simulasi
dapat dipercaya karena data antara pengukuran aktual dan nilai simulasi
menunjukkan pola yang sama seperti ditunjukkan pada gambar 15. Rendahnya
tingkat validasi kelembaban udara disebabkan karena tidak diperhitungkan adanya
faktor penguapan dari ayam dan bahan cairan lain di kandang. Faktor penguapan
dari ayam dan bahan cairan lain tidak diperhitungkan dalam kandang disebabkan
terlalu kompleksnya mekanisme penguapan tersebut untuk disimulasikan.
40
Grafik Kelembapan Relatif
75

kelembapan relatif (m/s)


70
65
pengukuran
60 aktual
55
hasil simulasi
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
titik pengukuran

Gambar 19. Grafik nilai kelembaban udara aktual dan hasil simulasi

Pada simulasi dengan program EFD Lab juga diperlukan validasi mesh.
Validasi mesh dilakukan dengan mengubah-ubah level mesh hingga hasil yang
diperoleh tidak berbeda jauh. Pada keadaan pertama level mesh 3 (default) diubah
ke level mesh yang lebih tinggi. Dari proses tersebut hasil yang didapatkan pada
level mesh 4 dan 5 tidak memiliki perbedaan begitu besar, sehingga level mesh 5
bisa digunakan untuk proses simulasi.

C. Kondisi Lingkungan yang Sesuai Untuk Ayam dan Fenomena Aliran


Yang Ada Dalam Kandang Closed house

Kandang closed house didesain untuk menyediakan udara yang sehat bagi
peternakan ayam dan menyediakan iklim mikro yang nyaman untuk ayam. Udara
yang sehat yaitu udara yang mengandung sebanyak-banyaknya oksigen, dan
mengeluarkan sesegera mungkin gas-gas berbahaya seperti karbondioksida dan
amonia. Prinsipnya yaitu pergantian udara dalam kandang secara cepat dan lancar
(anonim, 2007). Dari pengukuran diketahui bahwa debit aliran udara untuk
pergantian udara di kandang ketika semua exhaust fan menyala adalah sebesar
50,18 m3/s.
Iklim mikro yang nyaman dalam kandang dicapai dengan cara
mengeluarkan panas dari kandang yang dihasilkan tubuh ayam dan lingkungan ke
luar kandang, menurunkan suhu udara yang masuk, serta mengatur kelembaban
yang sesuai. Kenyamanan thermal ayam dapat diketahui melalui suhu efektif

41
ayam. Suhu efektif ini dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu suhu aktual, tingkat
kelembaban dan kecepatan angin. Kenaikan suhu aktual dalam kandang akan
langsung dirasakan oleh ayam. Sedangkan kenaikan kelembaban udara akan
mengurangi kemampuan tubuh ayam untuk mengeluarkan panas tubuhnya melalui
pengeluaran uap air baik melalui kulit atau pernapasan. Gejala ini memicu
rendahnya feed intake dan efek penting pada ayam. Kecepatan aliran udara akan
membantu ayam untuk melepaskan panas tubuhnya melalui konveksi paksa yang
ditimbulkan dari efek aliran udara dari exhaust fan. Dari hasil simulasi diketahui
bahwa suhu rata-rata dalam kandang closed house sebesar 33,5oC. Di kandang
closed house cikabayan IPB tempat penelitian ini berlangsung, untuk mengetahui
suhu efektif ayam dapat didekati melalui tabel temperatur efektif seperti
ditunjukkan dalam contoh tabel pada lampiran 5.
Pemilihan bahan bangunan kandang mempengaruhi suhu aktual dalam
kandang karena berhubungan dengan proses radiasi, konduksi, dan konveksi
bahan ke lingkungan kandang. Pengaturan pengoperasian sistem evaporative
cooling pad bersama dengan kecepatan angin mempengaruhi tingkat kelembaban
dan suhu dalam kandang. Pengaturan kecepatan angin dilakukan dengan mengatur
jumlah exhaust fan yang dioperasikan. Pengaturan ini terutama penting ketika
ayam sudah berumur dewasa dan suhu lingkungan sangat tinggi untuk menjaga
tingkat kematian ayam dan menjaga performansi ayam.
Menurut Simmons JD, 2003, pengaruh kecepatan udara pada ayam
broiler umur 3-4 minggu tidak berpengaruh terhadap pertambahan berat badan
ayam. Tetapi pada umur 4-5 minggu, kecepatan 2 m/s – 3 m/s secara signifikan
dapat mempengaruhi pertambahan berat badan ayam. Berdasarkan data simulasi,
kecepatan udara dalam kandang closed house cukup baik untuk menambah berat
ayam karena diketahui bahwa kecepatan udara rata-rata di kandang sebesar 2,28
m/s. Dari data yang ada, suhu udara rata-rata hasil simulasi sebesar 33,53oC,
kecepatan udara rata-rata sebesar 2,28 m/s, dan kelembaban relatif hasil
pengukuran dilapangan sebesar 71% maka didapatkan suhu efektif ayam pada
waktu pengukuran sekitar 25oC. Menurut Harris et al. (1974) dalam Farrel (1979)
kisaran suhu dimana pertambahan berat badan ayam efisien antara 15oC-27oC
sehingga dengan suhu efektif ayam sekitar 25oC, performa ayam masih baik.

42
Melalui pengoperasian kandang yang baik dapat menekan tingkat
kematian ayam hingga kematian maksimal ayam hanya 2% pada setiap satu masa
produksi. Pada kandang biasa terjadi kematian massal karena ayam mengalami
heat stress yang berlebihan. Namun pengoperasian dan pengaturan kandang ayam
closed house yang tidak sesuai bisa menyebabkan turunnya tingkat produksi pada
kandang tersebut secara drastis.

43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Simulasi profil aliran udara
dan distribusi suhu pada kandang closed house menggunakan CFD adalah:

1. Dihasilkan simulasi pola aliran udara dan distribusi suhu pada kandang
closed house Cikabayan IPB dengan tingkat mesh 5 dan diketahui adanya
pola aliran udara yang tidak stabil akibat adannya pertemuan dua aliran
udara di inlet. Kecepatan udara paling tinggi berada di daerah pertemuan
dua aliran udara di inlet dan distribusi suhu yang paling tinggi berada di
bagian outlet karena adanya akumulasi panas akibat adanya aliran udara
yang menuju outlet.
2. Simulasi parameter kelembaban udara belum bisa menunjukkan keadaan
yang sebenarnya di kandang ayam closed house karena definisi adanya
penguapan air akibat aktivitas yang ada dalam kandang tidak
didefinisikan.
3. Pola aliran udara dan distribusi suhu dalam kandang cukup baik pada
waktu dilakukan pengukuran dan simulasi. Dari hasil simulasi diketahui
suhu rata-rata kandang sebesar 33,53oC dan kecepatan udara 2,28 m/s.
Nilai kelembaban udara hasil pengukuran dalam kandang sebesar 71%
sehingga didapatkan nilai suhu efektif ayam sekitar 25oC. Suhu efektif
25oC tersebut masih dalam selang suhu ideal untuk unggas dan
pertumbuhan berat badan ayam efisien.
4. Pengaturan kepadatan ayam di kandang sudah sesuai dengan kondisi
distribusi suhu yang ada dalam kandang. Kepadatan ayam paling sedikit
ada pada bagian outlet karena pada bagian outlet suhunya paling tinggi
akibat adanya akumulasi panas.

44
B. Saran
Beberapa saran yang direkomendasikan dalam penelitian ini antara lain:
1. Keakuratan dan tingkat kepercayaan hasil simulasi dapat ditingkatkan
dengan melengkapi data-data untuk input pada boundary condition
seperti data hubungan tekanan dan kecepatan udara exhaust fan dan
intensitas turbulensi yang diakibatkan oleh exhaust fan.
2. Untuk memperjelas gambaran fenomena pertemuan dua aliran udara di
inlet dapat dilakukan refinement mesh dari basic mesh yang
didefinisikan di initial condition.
3. Untuk mengetahui pengaruh dari radiasi matahari dalam simulasi dapat
memasukkan definisi time-dependency dalam pendefinisian initial
condition.
4. Diharapkan hasil pengamatan visual tentang pola aliran udara dan
distribusi suhu dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi
dan bahan pertimbangan ilmiah maupun praktis untuk pengembangan
kandang ayam closed house yang lebih obyektif dan akurat, khususnya
di negara tropis.

45
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Dyah. 2007. Pengukuran temperatur efektif pada gedung biru


universitas budi luhur. Universitas Budi Luhur. Jakarta.

Anderson JD. 1995. Computational Fluid Dynamics :The Basic With


Applications. McGraw-Hill, Inc, Singapura.

Anonim. 2007. Panduan Membuat Closed House. Redaksi Majalah Poultry


Indonesia, September 2007. Jakarta.

Arif C. 2008. Optimasi Nilai Konduktivitas Listrik Larutan Nutrisi pada Sistem
Hidroponik Tanaman Tomat. Tesis. IPB, Bogor

Asnawi, Muhammad Ali Maksum. 2009. Prediksi suhu dan pola aliran udara
dalam greenhouse tipe standart peak menggunakan computational fluid
dynamics (CFD). Skripsi. IPB. Bogor.

Bell D dan Weaver D. 2001. Commercial chicken meat and egg production. Edisi
ke-5. Springer. Amerika Serikat.

Cengel, Yunus A dan Turner, Robert H. 2001. Fundamentals of thermal-fluid


sciences. McGraw-Hill. Amerika Serikat

Fadillah, Roni et al. 2006. Panduan Lengkap Sukses Beternak Ayam Broiler.
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Farrel, D.J. 1979. Pengaruh dari suhu tinggi terhadap kemampuan biologis dari
unggas. Laporan seminar ilmu dan industri perunggasan II. Ciawi, Bogor.
21-23 Mei 1979. Pusat penelitian dan pengembangan ternak. Bogor. hlm
98-113

Leeson, S dan Summers, J.D. 2000. Broiler breeder production. University books.
Kanada.

46
Muflihati, Upi. 2006. Analisis pola aliran udara dan suhu pada kandang ayam
pedaging beratap monitor menggunakan teknik computational fluid
dynamics (CFD). Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.

Ni’am, Agus Ghautsun. 2009. Simulasi Dispersi Gas Polutan SO2, H2S, dan CO
dengan Menggunakan Program Computational Fluid Dynamics (CFD).
Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Priyatno, Martono A. 2002. Membuat kandang ayam. Penebar swadaya. Jakarta.

Simmons JD, Dkk. 2003. The effects of high-air velocity on broiler performance.
Jurnal. USDA Agricultue Research Service.

Tuakia, Firman. 2008. Dasar-dasar CFD menggunakan fluent. Informatika,


Jakarta.

Wahyuningsih DN. 2007. Karakteristik Tempat dan Aliran Larutan Nutrisi


Tanaman Tomat pada Sistem Hidroponik NFT. Skripsi. Departemen Teknik
Pertanian IPB, Bogor.

Yani, Ahmad. 2007. Analisis dan simulasi distribusi suhu udara pada kandang
sapi perah menggunakan computational fluid dynamics (CFD). Tesis.
Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.

47
Lampiran 1. Tabel data pengukuran tanggal 30 juni 2009

Data suhu (°C) pada titik ke


Waktu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
10:10:00 29.5997 29.6976 31.2146 29.867 30.5393 30.7068 23.08 31.0367 29.44 29.9499 29.1208
10:20:00 29.7771 29.8772 31.2146 29.781 30.8012 30.8794 17.2175 31.1208 29.44 30.0412 29.2984
10:30:00 29.6884 30.0568 31.3854 29.781 30.9758 30.9657 28.33 31.3731 29.792 30.589 29.5648
10:40:00 30.3093 30.6854 31.6416 30.383 31.4996 31.3972 37.1675 31.7095 30.32 31.0455 30.0088
10:50:00 30.2206 30.5058 31.727 30.469 31.6742 31.5698 30.5175 31.8777 30.408 31.1368 30.1864
11:00:00 30.8415 31.2242 32.2394 31.157 31.9361 31.915 30.955 32.4664 30.848 31.3194 30.6304
11:10:00 30.7528 31.0446 31.8978 30.899 32.2853 32.0013 38.5675 32.3823 30.76 31.5933 30.4528
11:20:00 31.5511 31.6732 32.154 31.759 32.4599 32.0876 31.2175 33.1392 31.024 31.6846 30.8968
11:30:00 31.3737 31.314 32.3248 31.673 32.2853 31.915 11.355 32.6346 30.848 31.6846 30.808
11:40:00 31.1076 31.4936 33.435 31.501 32.8091 32.6054 32.0925 32.8869 31.288 32.2324 31.0744
11:50:00 31.1963 31.763 33.3496 31.759 32.8964 32.4328 31.3925 33.1392 31.376 32.2324 31.252
12:00:00 32.2607 32.3916 37.1926 32.447 33.1583 33.1232 32.0925 33.812 32.168 32.5976 31.696
12:10:00 32.5268 32.4814 33.008 32.447 32.9837 32.9506 32.355 33.3915 31.464 32.3237 31.696
12:20:00 32.2607 32.3916 32.9226 32.447 32.8091 32.6917 32.005 33.6438 31.904 32.5976 31.7848
12:30:00 32.4381 32.3916 33.008 32.361 32.9837 32.8643 38.5675 33.7279 31.728 32.3237 31.6072
12:40:00 32.5268 32.5712 32.9226 32.877 32.9837 33.0369 32.705 34.0643 31.728 32.9628 32.0512
12:50:00 32.8816 32.9304 33.1788 32.963 33.3329 33.2095 57.73 34.5689 32.168 33.2367 32.3176
13:00:00 32.8816 33.11 33.0934 32.963 33.5075 33.3821 33.055 34.4007 32.08 33.328 32.4952
13:10:00 33.5912 33.559 33.6912 33.737 33.7694 33.8136 32.9675 34.7371 32.696 33.5106 32.7616
13:20:00 33.3251 33.4692 33.6058 33.393 33.6821 33.5547 33.58 34.653 32.608 33.2367 32.4064
13:30:00 33.059 33.1998 33.435 33.307 33.5075 33.3821 33.8425 34.5689 32.52 33.1454 32.4064

Lanjutan lampiran 1
48
Data suhu (°C) pada titik ke
Waktu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
13:40:00 33.1477 33.0202 33.6058 33.393 33.1583 33.2958 32.7925 34.9053 32.344 33.2367 32.4952
13:50:00 33.5912 33.3794 158.546 33.823 33.8567 33.7273 32.705 35.0735 32.52 33.6019 32.9392
14:00:00 33.5025 33.6488 33.7766 33.651 34.0313 33.8999 38.83 35.2417 32.872 33.8758 32.8504
14:10:00 33.5912 33.8284 34.2036 33.909 34.1186 34.0725 264.1425 35.4099 32.96 33.7845 32.9392
14:20:00 33.5025 33.4692 33.5204 33.823 33.944 33.8136 63.7675 35.3258 32.52 34.0584 33.028
14:30:00 34.0347 33.7386 33.7766 33.995 34.1186 33.9862 33.6675 35.3258 32.784 33.8758 33.1168
14:40:00 34.0347 33.8284 34.1182 34.081 34.1186 34.1588 34.105 35.494 33.312 33.8758 33.1168
14:50:00 33.5912 33.559 33.9474 33.995 33.7694 33.8136 33.4925 35.2417 33.048 33.5106 32.6728
15:00:00 33.5912 33.3794 33.7766 33.823 33.5075 33.7273 35.505 34.8212 32.872 33.4193 32.6728
15:10:00 33.5912 33.6488 35.57 33.737 33.5948 33.7273 33.6675 35.1576 32.872 33.5106 32.6728
15:20:00 33.7686 33.3794 341.5582 33.909 33.6821 33.7273 33.055 34.9894 32.872 33.6019 32.7616
15:30:00 33.7686 33.4692 #VALUE! 33.823 33.8567 33.7273 33.1425 35.1576 32.96 33.5106 32.7616
15:40:00 33.8573 33.559 #VALUE! 33.823 33.6821 33.641 33.3175 35.0735 32.872 33.5106 32.8504
15:50:00 33.6799 33.4692 #VALUE! 33.737 33.5075 33.641 32.9675 34.9053 33.136 33.1454 32.4064
16:00:00 33.6799 33.1998 #VALUE! 33.393 33.1583 33.2958 32.705 34.653 32.696 32.6889 31.9624

Catatan: warna merah diduga error

49
Lampiran 2. Hasil pengukuran suhu aktual dan nilai suhu hasil simulasi pada
titik-titik pengukuran validasi.

Koordinat
Titik x (m) y (m) z (m) YA YP
1 33 2.4 0.45 32.8816 33.57796
2 33 6 0.45 33.11 33.3944
3 36 9.6 0.45 33.0934 32.87524
4 68 2.4 0.45 32.963 33.63239
5 68 6 0.45 33.5075 35.73481
6 68 9.6 0.45 33.3821 33.71822
7 96 2.4 0.45 33.055 34.22513
8 96 6 0.45 34.4007 35.40069
9 96 9.6 0.45 32.08 34.43924
10 51 6 1.7 33.328 33.03049
11 84 6 1.7 32.4952 34.03365

Keterangan: YA = Nilai suhu Pengukuran aktual

YP = Nilai suhu hasil simulasi

50
Lampiran 3. Hasil pengukuran kelembaban udara aktual dan nilai kelembaban
udara hasil simulasi pada titik-titik pengukuran validasi.

Titik koordinat
x (m) y (m) z (m) YA YP
1 14 6 0.45 70.4 69.96968
2 28 6 0.45 71.7 68.64887
3 28 2.4 0.45 72.2 68.39129
4 28 9.6 0.45 71.7 68.07891
5 60 6 0.45 69.6 64.34321
6 60 2.4 0.45 69.1 66.5599
7 60 9.6 0.45 68.4 67.26871
8 114 6 0.45 67.4 58.86944
9 114 2.4 0.45 65.8 63.71926
10 114 9.6 0.45 67.5 64.6981

Keterangan: YA = Nilai kelembaban udara Pengukuran aktual

YP = Nilai kelembaban udara hasil simulasi

51
Lampiran 4. Hasil pengukuran kecepatan udara aktual dan kecepatan udara hasil
simulasi pada titik-titik pengukuran validasi.

Koordinat
YA YP
x (m) y (m) z (m)
14 6 1.7 2.4 2.976131
14 6 0.45 2 3.128587
64 9.6 1.7 1.9 2.768361
64 9.6 0.45 1.8 2.888848
64 6 1.7 2 2.459863
64 6 0.45 1.8 2.009863
64 2.4 1.7 2 2.149543
64 2.4 0.45 1.9 1.950183
118 9.6 1.7 2.2 2.440734
118 9.6 0.45 1.5 2.336835
118 6 1.7 2.3 2.539308
118 6 0.45 1.7 2.399571
118 2.4 1.7 1.9 2.529582
118 2.4 0.45 1.7 2.523215

Keterangan: YA = Nilai kecepatan udara Pengukuran aktual

YP = Nilai kecepatan udara hasil simulasi

52
Lampiran 5. Contoh tabel target suhu efektif dengan kondisi 8 exhaust fan beroperasi.

kelembaban udara
70% 80% 90%
Kecepatan angin

450 feet/ 500 450 feet/ 500 450 feet/ 500


minute feet/minute minute feet/minute minute feet/minute
(2.286m/s) (2.54 m/s) (2.286 m/s) (2.54 m/s) (2.286 m/s) (2.54 m/s)

Temperatur
aktual (°C) Target temperatur efektif (°C)
30.8 24 23 26 25 28 27
31.3 24 23 26 25 28 27
32.2 24 23 26 25 28 27
32.7 24 23 26 25 28 27
33.1 25 23 26 25 28 27

53
Lampiran 6. Gambar geometri model kandang closed house tampak samping

54
Lampiran 7.Gambar geometri model kandang closed house tampak belakang

55
Lampiran 8. Gambar geometri model kandang closed house tampak atas

56
Lampiran 9. Gambar geometri model kandang closed house tampak depan

57
Lampiran 10. Gambar piktorial modek kandang closed house

58
Lampiran 11. Foto dokumentasi kandang closed house

a. Bagian dalam kandang b. Bagian sisi luar kandang

c. Evaporative pad d. Exhaust fan

e. Bagian dalam kandang f. Exhaust fan

59
Lampiran 12. Data hasil kalibrasi kabel termokopel
Kalibrasi 1
Termometer SUHU
Standar (Celsius)
(acuan) 27 29 30 32 34 35 36 37 38 38.9 40
Nomor SUHU
kabel (Celsius)
1 kalibrasi ke - 2
2 25.2 27.4 28.6 30.5 33 34.3 35.3 36.5 37.5 38.6 39.7
3 25.1 27.2 28.5 30.5 33.1 34.5 35.6 36.8 37.8 38.8 40.1
4 kalibrasi ke - 2
5 25.8 27.9 29.2 31.1 33.6 34.9 36 37.2 38.2 39.3 40.5
6 25.6 27.7 29 30.9 33.5 34.7 35.8 37 37.9 38.9 40.3
7 25.9 28.1 29.4 31.2 33.7 34.8 35.9 37.1 38.1 39.1 40.5
8 26.3 28.2 29.3 31.2 33.6 34.9 35.8 37.1 38.1 39.1 40.3
9 26.4 28.3 29.6 31.5 34.1 35.4 36.2 37.5 38.5 39.5 40.9
10 25.8 28 29.4 31.3 33.7 34.9 35.9 37.1 38.1 39.2 40.5
11 26.3 28.2 29.5 31.4 34.1 35.3 36.4 37.6 38.6 39.7 40.9
12 25.5 27.8 29 31 33.6 34.9 36 37.2 38.3 39.2 40.5
13 25.3 27.5 28.9 30.8 33.5 34.7 35.8 36.9 37.9 39 40.3
14 26.2 28.2 29.4 31.3 33.4 34.5 35.4 36.5 37.4 38.4 39.5
15 26.6 28.6 29.8 31.6 33.8 34.8 35.6 36.7 37.7 38.5 39.7

Kalibrasi 2
Termokopel SUHU
standar (Celsius)
(acuan) 29.9 30.3 30.9 32.3 32.8 33.2 34.6 33.5 35.3 37
Nomor SUHU
kabel (Celsius)
1 31.8 32.5 33.2 34.3 34.6 35.1 36.4 35.6 37.4 38.9
4 30.3 30.9 31.6 32.5 32 33.3 34.6 34.1 36.1 37.6

60
Lampiran 13. Grafik hasil kalibrasi dan persamaan regresi kabel termokopel
kalibrasi termokopel 1 Kalibrasi Termokopel 2
40 50
y = 0.887x + 4.675
y = 0.908x + 1.222
40 R² = 0.999
35 R² = 0.994
suhu (oC)

suhu (oC)
30
30
20 kalibrsi
25 10
termokopel 2
kalibrasi
termokopel A1
20 0 Linear (kalibrsi
termokopel 2)
28 33 38 20 30 40 50
Linear (kalibrasi
suhu (oC) termokopel A1) suhu (oC)

Kalibrasi Termokopel 3 kalibrasi termokopel 4


50 40
y = 0.854x + 5.680 y = 0.845x + 4.868
40 R² = 0.999 35 R² = 0.958
suhu (oC)

suhu (oC)

30
kalibrasi 30
20 termokopel A3 kalibrasi
10 25 termokopel A4
Linear (kalibrasi
termokopel A3)
0 20
20 30 40 50 28 33 38
suhu (oC) suhu (oC)

Kalibrasi Termokopel 5 Kalibrasi Termokopel 6


50 50
y = 0.875x + 4.53 y = 0.880x + 4.536
40 R² = 0.999 40 R² = 0.999
suhu (oC)

suhu (oC)

30 30
kalibrasi kalibrasi
20 termokopel A5 20 termokopel A6
10 Linear (kalibrasi 10 Linear (kalibrasi
termokopel A5) termokopel A6)
0 0
20 30 40 50 20 30 40 50
suhu (oC) suhu (oC)

61
Lanjutan lampiran 13.

Kalibrasi Termokopel 7 Kalibrasi Termokopel 8


50 50
y = 0.895x + 3.836 y = 0.913x + 3.199
40 R² = 0.999 40 R² = 0.999
suhu (oC)

suhu (oC)
30 30
kalibrasi kalibrasi
20 termokopel A7 20 termokopel A8
10 Linear (kalibrasi 10 Linear (kalibrasi
termokopel A7) termokopel A8)
0 0
20 30 40 50 20 30 40 50
suhu (oC) suhu (oC)

kalibrasi termokopel 9 kalibrasi termokopel 10


50 50
y = 0.888x + 3.724 y = 0.888x + 4.054
40 R² = 0.999 40
R² = 0.999
suhu (oC)

suhu (oC)

30 30
kalibrasi kalibrasi
20 termokopel A9
20 termokopel A10
10 Linear (kalibrasi 10 Linear (kalibrasi
termokopel A9) termokopel A10)
0 0
0 20 40 60 20 30 40 50
suhu (oC) suhu (oC)

Kalibrasi Termokopel 11 Kalibrasi Termokopel 12


50 50
y = 0.873x + 4.262 y = 0.860x + 5.099
40 R² = 0.999 40 R² = 0.999
suhu (oC)

suhu (oC)

30 30
kalibrasi kalibrasi
20 20 termokopel A12
termokopel A11
10 10 Linear (kalibrasi
Linear (kalibrasi termokopel A12)
0 termokopel
0
0 20 40 60 A11) 20 30 40 50
suhu (oC) suhu (oC)

62
Lanjutan ke 2 lampiran 13

Kalibrasi Termokopel 13 Kalibrasi Termokopel 14


50 50
y = 0.863x + 5.162
40 R² = 0.999 40 y = 0.977x + 1.354
R² = 0.999
suhu (oC)

suhu (oC)
30 30
kalibrasi kalibrasi
20 termokopel A13 20 termokopel 14

10 Linear (kalibrasi 10 Linear (kalibrasi


termokopel A13) termokopel 14)
0 0
20 30 40 50 20 30 40 50
suhu (oC) suhu (oC)

Kalibrasi Termokopel 15
50
y = 0.997x + 0.417
40
R² = 0.999
suhu (oC)

30
kalibrasi
20 termokopel A15
10 Linear (kalibrasi
0 termokopel A15)

20 30 40 50
suhu (oC)

63
Lampiran 14. Nilai dan grafik parameter suhu dan kecepatan udara hasil simulasi CFD

Koordinat Kecepatan Suhu


titik x (m) y (m) z (m) udara
1 10 6 0.25 1.86407026 32.73546
2 15 6 0.25 3.10085654 32.97657
3 20 6 0.25 2.19527936 33.37165
4 25 6 0.25 2.19943162 33.17458
5 30 6 0.25 2.13190865 33.10603
6 35 6 0.25 1.84385171 33.2506
7 40 6 0.25 2.05371078 33.37995
8 45 6 0.25 2.23552277 33.37884
9 50 6 0.25 2.33135764 33.4172
10 55 6 0.25 2.29617016 33.66217
11 60 6 0.25 2.16905517 34.11748
12 65 6 0.25 2.12957068 34.80127
13 70 6 0.25 2.19606725 35.13362
14 75 6 0.25 2.28115776 35.04216
15 80 6 0.25 2.34855182 34.86183
16 85 6 0.25 2.39209228 34.74232
17 90 6 0.25 2.41116707 34.70941
18 95 6 0.25 2.40807192 34.76839
19 100 6 0.25 2.39541857 34.92785
20 105 6 0.25 2.39738906 35.14244
21 110 6 0.25 2.42502329 35.2793
22 115 6 0.25 2.44993406 35.27251

Gambar kandang tampak atas dan titik-titik pengambilan data simulasi

64
Lanjutan lampiran 14

Grafik Kecepatan Udara


3.5
3
kecepatan udara (m/s)

2.5
2
1.5
1 Series1

0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122
titik

Grafik suhu
35.5
35
kecepatan udara (m/s)

34.5
34
33.5
33
32.5 Series1
32
31.5
31
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122
titik

65

You might also like