You are on page 1of 3

ً‫ هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللاُ اَ ْكبَرْ َكبِ ْيرًا َوال َح ْم ُد هّلِل ِ كثيرا وسبحان هللا

بُ ْك َرة‬،‫ هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر‬،‫هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر‬
،‫ريم‬ ِ ‫ َوأَ ْفهَ َمنَا بِ َش ِر ْي َع ِة النَّبِ ّي ال َك‬،‫ص ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَرْ هللاُ اَ ْكبَرْ َو هللِ ْال َح ْم ُد ْال َح ْم ُد هللِ ْال َح ْم ُد هللِ الّذي هَدَانَا ُسبُ َل ال ّسالَ ِم‬
ِ ‫َوأ‬
‫صلِّ و َسلِّ ْم‬ َ ‫ اللّهُ َّم‬،‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬،‫لجال ِل َواإل ْكرام‬ َ ‫ ُذو ْا‬،‫أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل اِلَهَ إِاَّل هللا َوحْ َدهُ ال َش ِريك لَه‬
‫ أوصيكم و نفسي بتقوى‬،‫ فيايها اإلخوان‬F:‫ أما بعد‬،‫بار ْك َعلَى َسيِّ ِدنا ُم َح ّم ٍد وعلى اله وأصْ حابِ ِه َوالتَّابِعينَ بِإحْ سا ِن إلَى يَوْ ِم الدِّين‬ ِ ‫َو‬
‫ يَا أَيُّهَا‬:‫ بسم هللا الرحمان الرحيم‬،‫ أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬:‫ قال هللا تعالى في القران الكريم‬،‫هللا وطاعته لعلكم تفلحون‬
‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هللا َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا َع ِظي ًما وقال‬،‫الَّ ِذينَ آَ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬
‫ صدق هللا العظيم‬. َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن ِإالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬ َّ ‫تعالى يَا اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتَّقُوْ ا هللاَ َح‬ Ma’asyiral
Muslimin hafidhakumullah, Pada saat ini kita semua patut bersyukur bahwa bulan suci
Ramadhan baru saja kita lalui bersama dengan baik. Ini berarti kita semua telah lulus ujian, yakni
berhasil menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh sesuai dengan ketentuan syari’at.
Sekarang juga, kita patut bergembira karena di samping telah berhasil menambah pundi-pundi
pahala, juga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
sebagai berikut: ‫ضانَ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬ َ ‫صا َم َر َم‬ َ ‫ َم ْن‬Artinya, “Barangsiapa berpuasa
Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” Dari hadits tersebut lahirlah makna Idul Fitri yang dalam konteks Indonesia tidak hanya
secara bahasa bermakna Hari Raya setelah berakhirnya Ramadhan, atau yang dalam Kamus Al-
Maany dimaknai sebagai َ‫( اَليَوْ ُم ْاأل َّو ُل الَّ ِذي يَ ْبدَأُ بِ ِه اإل ْفطَا ُر لِلصَّائِ ِم ْين‬hari pertama bagi orang-orang yang
berpuasa Ramadhan mulai kembali berbuka [dengan makan dan minum seperti di hari-hari
biasa]), tetapi juga secara konseptual bermakna “kembali suci” seperti ketika kita baru terlahir ke
dunia. Makna secara konseptual tersebut, yakni “kembali suci”, secara budaya telah diterima
umat Islam Indonesia dari generasi ke generasi dengan merujuk pada maksud hadits di atas.
Setidaknya hal ini merupakan doa kita semua kepada Allah dan semoga dikabulkan. Amin.
Namun demikian perlu ada ketegasan bahwa yang dimaksud “kembali suci” dalam konteks ini
adalah terbebas dari dosa-dosa kepada Allah subhanahu wata’ala saja karena hanya menyangkut
hablum minallah. Sedangkan “kembali suci” dari dosa-dosa kepada manusia tidak otomatis
terjadi karena hal ini menyangkut hablum minannas. Semua persoalan yang terkait dengan
sesama manusia harus diselesaikan sendiri antar sesama manusia. Oleh karena itu, kita akan
benar-benar mencapai Idul fitri dalam arti “kembali suci” seperti ketika baru terlahir ke dunia
apabila urusan dosa-dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan dengan berakhirnya
Ramadhan. Tentu saja lebih baik urusan dosa dengan sesama manusia bisa kita selesaikan
sesegera mungkin tanpa menunggu berakhirnya Ramadhan. Jadi maksudnya, jangan sampai
hingga datangnya bulan Syawal ini kita masih memiliki dosa-dosa dengan sesama manusia yang
belum terselesaikan. Jika itu terjadi, maka sudah pasti dosa-dosa kepada sesama manusia tersebut
akan menghalangi kembalinya kita kepada “fitrah” atau “suci”. Hal inilah yang kemudian
melahirkan tradisi saling bermaaf-maafan diantara umat Islam yang di Indonesia dikenal dengan
Halal bi halal. Tradisi ini tentu saja baik karena dapat memperbaiki hubungan antar sesama
manusia yang kadang-kadang memang sulit terhindar dari konflik, ketegangan dan bahkan
permusuhan. Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah, Datangnya Idul Fitri membawa kita semua
kembali pada kesucian sebagaimana telah diuraikan di atas. Lalu, bagaimanakah kita menyikapi
hari-hari setelah kita kembali pada keadaan suci ini? Setidaknya ada dua jawaban sebagai
berikut: Pertama, kita hendaknya meneruskan kebaikan yang sudah dicapai selama Ramadhan.
Dalam kaitan ini Syekh Muhammad ibn ‘Umar Nawawi al-Bantani mengingatkan salah satu dari
kesepuluh amaliah sunnah Ramadhan dalam kitabnya berjudul Nihâyah al-Zain fî Irsyâd al-
Mubtadi’in, yakni istiqamah dalam menjalankan amaliah Ramadhan dan melanjutkan amaliah-
amaliah tersebut di bulan-bulan berikutnya. Jika kita bisa melanjutkan amaliah-amaliah sunnah
di bulan Ramadhan seperti menahan lisan dan anggota badan lainnya dari perkara-perkara yang
tak berguna - apalagi perkara-perkara haram, memperbanyak sedekah, memperbanyak i'tikaf,
mengkhatamkan Al-Quran setidaknya sebulan sekali, dan sebagainya, maka itu berarti kita
melakukan upaya peningkatan kualitas ruhani kita. Peningkatan semacam itu sejalan dengan
makna kata “Syawal” (‫ ) َشوَّا ُل‬yang secara etimologis berasal dari kata “Syala” (‫ ) َشا َل‬yang berarti
“irtafaá” (‫ )اِرْ تَفَ َع‬yang dalam bahasa Indonesia berarti “meningkatkan”. Tentu saja mungkin kita
tidak bisa melakukan persis sama dengan apa yang kita lakukan selama Ramadhan dalam rangka
peningkatan amal karena berbagai alasan seperti kesibukan menjalankan tugas sehari-hari dan
sebagainya. Tetapi setidaknya ada ikhtiar kita untuk melestarikan ibadah-ibadah seperti itu,
misalnya dengan menjauhi maksiat, berpuasa 6 hari di bulan Syawal dan sebagainya. Ramadhan
memang dimaksudkan sebagai bulan tarbiyah atau bulan pendidikan dimana umat Islam
digembleng selama sebulan penuh agar menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah
subhanahu wata’ala. Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah, Kedua, menjaga agar kita tidak
mengalami kebangkrutan amal yang telah kita raih baik sebelum dan selama Ramadhan dengan
cara tidak menzalimi orang lain. Dalam hal ini Rasulullah shallahu alaihi wa sallam menjelaskan
tentang kebangkrutan amal sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah dalam sebuah berikut
ini: “‫ال‬ َ َ‫ أَتَ ْدرُوْ نَ َما ْال ُم ْفلِسُ ؟”ق‬Artinya, “Tahukah kalian siapakahorang yang mengalami kebangkrutan
amal? Tanya Rasulullah kepada para sahabat. Mereka menjawab: َ‫ اَ ْل ُم ْفلِسُ فِ ْينَا َم ْن الَ ِدرْ هَ َم لَهُ َوال‬:‫قَالُوْ ا‬
‫ َمتَا َع‬Artinya, “Para sahabat menjawab : Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka
yang tiada mempunyai uang dan tiada pula mempunyai harta benda.” ‫ فَقَال‬Artinya, “Maka Nabi
menjawab”: “ ،‫ َوأَ َك َل َما َل ٰه َذا‬،‫ف ٰه َذا‬ َ ‫ َو َق َذ‬،‫ َو َيأْتِي َق ْد َش َت َم ٰه َذا‬،ٍ‫صالَ ٍة َوصِ َي ٍام َو َز َكاة‬َ ِ‫ يَأْتِي يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ب‬،‫س ِم ْن أُ َّمتِي‬ َ ِ‫إِ َّن ْال ُم ْفل‬
َ ُ َ
‫ أ ِخذ ِم ْن‬،‫ضى َما َعل ْي ِه‬ ْ َ ُ ْ َ َ
َ ‫ قَ ْب َل أ ْن يَق‬،ُ‫ َفإِنْ َف ِن َيت َح َسنَاته‬.‫ َفيُعْ طِ ى ٰهذا مِنْ َح َس َنا ِت ِه َو ٰهذا م ِٰن َح َس َنا ِت ِه‬.‫ب ٰهذا‬ َ َ
َ ‫ َو‬،‫ك َد َم ٰهذا‬
َ ‫ض َر‬ َ ‫َو َس َف‬
‫ار‬
ِ َّ ‫ن‬‫ال‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ح‬
َ ‫ر‬
ِ ِ َّ ُِ ‫ط‬ ‫م‬ُ ‫ث‬ . ‫ه‬ ْ
‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ْ
‫ت‬ ‫ح‬
َ ‫ر‬
ِ ُ ‫ط‬َ ‫ف‬ ‫م‬
ْ ُ ‫ه‬ ‫ا‬َ ‫ي‬‫ا‬َ ‫ط‬ َ‫”خ‬ Artinya, “Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah
mereka yang pada hari kiamat membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi
mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh (dan mencemarkan nama baik) orang
lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka
kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang
lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka telah habis sebelum
utangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada
mereka; Sesudah itu, mereka yang suka mencaci, menuduh, memakan harta orang lain,
menumpahkan darah orang lain, dan memukul orang lain itu, akan dilemparkan ke dalam
neraka.” Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah, Hadits tersebut hendaklah dapat kita hayati
bersama karena memberikan kesadaran kepada kita betapa pentingnya menghindari perbuatan
mendzalimi sesama manusia. Alasannya adalah kedzaliman-kedzaliman seperti itu dapat
membuat kita bangkrut secara agama, yakni ludesnya amal-amal kebaikan kita yang telah kita
kumpulkan dengan susah payah selama bertahun-tahun, bahkan selama hidup kita. Utuk itu
apabila kita sayang pada diri sendiri, maka jagalah agar amal-amal baik kita bisa kita rawat
dengan sebaik-baiknya sehingga tidak musnah sia-sia, dengan cara kita harus bisa
mengendalikan diri kita sehingga orang lain selamat dari perbuatan mendzalimi orang lain
seperti: menyakiti hati, menghujat dan memaki, memfitnah dan menuduh tanpa bukti,
mengambil hak seperti mencuri dan korupsi, membunuh, menyakiti secara fisik, dan sebagainya.
Ma’asyiral Muslimin hafidhakumullah, Mudah-mudahan apa yang khatib sampaikan tadi terkait
dengan apa yang harus kita lakukan setelah Ramadhan, dapat bermanfaat bagi kita semua, dan
khususnya bagi khatib pribadi. Mudah-mudahan pula kita semua senantiasa mendapat petunjuk
dari Allah subhanahu wata’ala sehingga hal-hal jelek seperti yang tadi khatib kemukakan benar-
benar dapat kita hindari bersama, dan akhirnya kita semua kelak diterima di sisi Allah subhanahu
‫‪wata’ala dan ditempatkan di surga bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang‬‬
‫من ال َّر ِح ِيم‪ .‬إِنَّا ‪saleh lainnya. Amin… Amin ya Rabbal 'alamin.‬‬ ‫َّجي ِْم‪ .‬بِس ِْم هللاِ الرَّحْ ِ‬ ‫أ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشيْط ِن الر ِ‬
‫ت‬‫ك ه َُو االَ ْبتَ ُر بَا َركَ هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِي َواِيِّا ُك ْم بما فيه ِمنَ اآليَا ِ‬ ‫ك َوا ْن َحرْ إِ َّن َشانِئَ َ‬ ‫ص ِّل لِ َربِّ َ‬ ‫أَ ْعطَ ْينَاكَ ْال َكوْ ثَ َر فَ َ‬
‫َّح ْي ُم‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫الوتَهُ اِنهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‪ ..‬فا ْستَغفِرُوْ ا اِنهُ ه َُوال َغفوْ ُر الر ِ‬ ‫ّ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ِّ‬
‫َوالذك ِر ال َح ِكي ِْم‪َ .‬وتَقبَّلْ ِمن ْي َو ِمنك ْم تِ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ِّ‬
‫لح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو أَصْ ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ اَ ْكبَرْ ‪Khutbah II‬‬ ‫هللاُ اَ ْك َبرْ (‪ )×٣‬هللاُ اَ ْك َبرْ (‪ )×٤‬هللاُ اَ ْك َبرْ كبيرا َو ْا َ‬
‫لح ْم ُد اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى إِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‪َ .‬وأَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلَهَ إِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ َوأَ ْشهَدُ‬ ‫هللاُ اَ ْكبَرْ َوهللِ ْا َ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوأصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا أ َّما بَ ْع ُد‬ ‫اعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫ُ‬
‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لهُ ال َّد ِ‬ ‫َّ‬
‫ال تَعاَلَى إِ َّن‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫س‬
‫َِ ِ ِِ ِ ِ ِ َ َ‬ ‫ْ‬
‫د‬ ‫ُ‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ت‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫ئ‬ ‫آل‬ ‫م‬ ‫ب‬ ‫َى‬ ‫ن‬ ‫ـ‬ ‫َ‬ ‫ث‬‫و‬ ‫ه‬ ‫س‬ ‫ْ‬
‫ف‬ ‫َ‬ ‫ن‬‫ب‬ ‫ه‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ف‬ ‫َ‬
‫َ َ َ ْ ِ ْ ٍ َ ِ ِ ِ ِ ِ َ‬ ‫َأ‬
‫د‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫م‬‫َ‬ ‫أ‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ُ‬
‫ك‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫هللا‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫ع‬ ‫ا‬
‫َ ِ َ َ َ َ ُوْ َ َّ َ َ ُ وْ‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ت‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫َ‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ف‬ ‫هللا‬ ‫وا‬ ‫ُ‬ ‫ق‬ ‫َّ‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫َّ‬
‫فَي َ اسُ ِ‬ ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ي‬
‫ُّ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫َ‬ ‫ا‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل ْمِّ‬ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫ِّ‬
‫صلوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسل ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‪ .‬اللهُ َّم َ‬ ‫ُّ‬ ‫َّ‬
‫صلوْ نَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا ال ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا َ‬ ‫ُّ‬ ‫هللاَ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫ض اللّهُ َّم ع َِن ْال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ أَبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان َو َعلِى‬ ‫َ‬ ‫ارْ‬ ‫و‬ ‫نَ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫َّ‬
‫ِ ِ َ ِ َ َ ِ ِ ُ ِ َ‬ ‫َ‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫ْ‬ ‫ة‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ئ‬ ‫آل‬‫م‬ ‫و‬ ‫كَ‬ ‫ل‬ ‫س‬
‫ُ‬ ‫ر‬
‫ُ‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫َ‬ ‫ئ‬ ‫يآ‬ ‫ب‬‫ن‬‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنا َ ُم َ َّ ٍ َ‬
‫و‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬
‫ْ‬
‫َّاح ِم ْينَ اَللهُ َّم اغفِرْ‬ ‫ك يَا أرْ َح َم الر ِ‬ ‫َ‬ ‫ض َعنا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫َّ‬ ‫َّحابَ ِة َوالتابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َسا ٍن اِلَىيَوْ ِم ال ِّد ْي ِن َوارْ َ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬ ‫َوع َْن بَقِيَّ ِة الص َ‬
‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ‬ ‫ت اللهُ َّم أَ ِع َّز ْا ِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫م‬
‫ِ ْ َ ْ َ ِ‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫ْ‬
‫ا‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫م‬ ‫ء‬
‫ُ‬ ‫يآ‬ ‫حْ‬ ‫َ‬ ‫ال‬ ‫َ‬ ‫ا‬ ‫لِ ْل ُم ْؤ ِمنِي َ‪ْF‬ن َو ُ ِ ِ َ ُ ِ ِ َ ُ ِ َ ِ‬
‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬‫ْ‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‬ ‫و‬ ‫نَ‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫س‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ؤ‬‫ْ‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫ْ‬
‫ا‬
‫ك إِلى يَوْ َم ال ِّدي ِْن‪ .‬اللهُ َّم‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫َص َر ال ِّد ْينَ َواخذلْ َم ْن خَ ذ َل ال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ أ ْعدَا َء ال ِّد ْي ِن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ك ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن ن َ‬ ‫َوا ْنصُرْ ِعبَا َد َ‬
‫صةً َو َسائِ ِر ْالب ُْلد ِ‬
‫َان‬ ‫ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِي ِْسيَّا خآ َّ‬
‫اإن لَ ْم تَ ْغفِرْ لنَاَ‬ ‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا َو ْ‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْال َخا ِس ِر ْينَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْا ِإلحْ َسا ِن َوإِيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى َع ِن الفَحْ شآ ِء َوال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغي‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫َلى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَرْ‬ ‫يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ ع َ‬

You might also like