You are on page 1of 9

277

Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 277-285


Tersedia online di https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care
ISSN 2527-8487 (online)
ISSN 2089-4503 (cetak)

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Penyebab Infeksi Nifas

Tut Rayani Aksohini Wijayanti1, Rani Safitri2


1,2
Diploma III Kebidanan Poltekkes RS dr Soepraoen Malang
e-mail: tutrayani@gmail.com

ABSTRACT

Puerperal infection is one of the causes of maternal death in Indonesia. The number of diseases caused by
Staphylococcus aureus causes a significant increase in the use of antibiotics. Continuous use of antibiotics
causes resistance and side effects of therapy. Wuluh starfruit (Averrhoa bilimbi L.) is often used as a
traditional medicine by the community. Flavonoids, saponins, tannins, formic acid, sulfur, calcium oxalate,
calcium oxalate and potassium citrate are active compounds contained in starfruit leaves. Flavonoids can
function as antioxidants, antidiabetic and antibacterial against Escerichia coli and Staphylococcus aureus.
The purpose of this study was to examine the activity of starfruit leaf extract on Staphylococcus aureus which
is known as the bacteria that causes puerperal infection by seeing whether or not the inhibition zone is
formed.Wuluh starfruit leaves were extracted by maceration method using 70% ethanol solvent. Extracts are
made in concentrations of 2.5%, 5% and 10%. As a positive control clindamycin was used and negative
control was used by Na.CMC The results show that the negative control does not have a inhibitory zone
diameter. The average diameter of the starfruit leaf inhibition zone on Staphylococcus aureus with a
concentration of 2.5%, 5%, and 10% is 7 mm, 9.67 mm and 14.67 mm and positive control is 17 mm.The
conclusion is that wuluh starfruit leaves have antibacterial activity at concentrations of 2.5%, 5%, and 10%
to the growth of Staphylococcus aureus. So that starfruit leaf extract can be developed as a treatment in
puerperal infection.

Keyword: Antibacterial Activity; averrhoa bilimbi L; puerperal infection; staphylococcus aureus,

ABSTRAK

Infeksi nifas merupakan salah satu penyebab kematian maternal di Indonesia.Staphylococcus


aureus menjadi penyebab utama.Banyaknya penyakit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus
menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam pemakaian antibiotik. Pemakaian antibiotik
yang terus menerus ini menimbulkan resistensi dan efek samping terapi. Belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) sering digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat. Flavonoid,
saponin, tanin, asam format, sulfur, kalsium oksalat, kalsium oksalat dan kalium sitrat
merupakan kandungan senyawa aktif yang terdapat di dalam daun belimbing wuluh.
Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan, antidiabetes serta antibakteri terhadap
Escerichia coli dan Staphylococcus aureus. Tujuan penelitian ini untuk menguji aktivitas ekstrak
daun belimbing wuluh terhadap Staphylococcus aureus yang dikenal sebagai bakteri penyebab
infeksi nifas dengan melihat terbentuk atau tidaknya diameter zona hambat.Daun belimbing
Cara mengutip: Wijayanti,T.R.A., Safitri. R.(2018). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus Penyebab Infeksi Nifas. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(3), 277-285
Retrieved from https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/view/999
278
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 277-285

wuluh diekstraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%.
Ekstrak dibuat dalam konsentrasi 2,5%, 5% dan 10%. Sebagai kontrol positif digunakan
clindamycin dan kontrol negatif digunakan Na.CMC. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa
kontrol negatif tidak memiliki diameter zona hambat. Diameter rata – rata zona hambat daun
belimbing wuluh pada Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% yaitu
7 mm, 9,67 mm dan 14,67 mm dan kontrol positif 17 mm.Kesimpulan yaitu daun belimbing
wuluh memiliki aktivitas antibakteri pada konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Sehingga ekstrak daun belimbing dapat dikembangkan
sebagai pengobatan dalam infeksi nifas.

Kata Kunci: Aktivitas Antibakteri; averrhoa bilimbi L; infeksi nifas; staphylococcus aureus

PENDAHULUAN bakar, dan pasien bedah di Rumah Sakit.


Penyakit infeksi di Indonesia merupakan Staphylococcus aureus juga dapat
masalah kesehatan yang paling utama di menyebabkan infeksi luka jahitan di
negara berkembang. Dimana penyakit daerah perineum sebanyak 50% (Guidice
infeksi ini merupakan penyebab utama et al., 2011). Selain itu, Staphylococcus aureus
50.000 orang meninggal setiap hari di sering menyebabkan infeksi luka bekas
seluruh dunia. Infeksi nifas merupakan operasi caesar (Nurkusuma, 2009;
salah satu penyebab kematian maternal di Thurman et al., 2010). Pada organ
Indonesia dengan angka kejadian 7,3 % reproduksi perempuan, Staphylococcus
(Kemenkes RI, 2013).Grundmann et al. aureus dapat menyebabkan berbagai
(2006) menyatakan bahwa Staphylococcus penyakit antara lain mastitis, endometritis,
aureus menyebabkan salah satu dari radang panggul, infeksi pada saat
penyakit infeksi yang telah dilaporkan postpartum, serviksitis, dan
mengalami peningkatan di seluruh dunia. sepsis.Banyaknya kasus penyakit yang
Termasuk dalam kategori bakteri gram disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
positif yang merupakan flora normal pada aureus terutama dalam infeksi nifas , hal ini
daerah mukosa dan saluran pernapasan mengakibatkan adanya peningkatan yang
bagian atas. Bakteri tersebut paling sering signifikan dalam pemakaian antibiotik.
menyebabkan infeksi pada manusia karena Pemakaian antibiotik yang terus menerus
bersifat patogen (Brooks et al., 2005). ini menimbulkan efek positif bagi bakteri
Staphylococcus aureus dan merugikan bagi
Staphylococcus aureus sering menimbulkan menusia, yaitu timbulnya resistensi dan
infeksi nosokomial pada bayi, pasien luka efek samping terapi.
279
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 277-285

Salah satu resistensi bakteri yang telah senyawa aktif yang terdapat di dalam daun
banyak diketahui adalah Methicillin- belimbing wuluh.
Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
(Jasmine et al., 2007). Berdasarkan data Flavonoid dapat berfungsi sebagai
diatas, perlu dikembangkan penelitian antioksidan, antidiabetes serta antibakteri
untuk menemukan antibakteri alternatif terhadap Escerichia coli dan Staphylococcus
dalam menghambat penyebaran kasus aureus (Ardananurdin, 2004). Selain itu,
infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus daun belimbing wuluh telah banyak
aureus. Indonesia merupakan negara digunakan oleh masyarakat luas karena
dengan kondisi alam subur dan lembab memiliki efek farmakologis seperti
yang membuat banyak tanaman mudah mencairkan gumpalan darah, analgesik,
tumbuh, salah satunya adalah tanaman diuretik, mengatasi radang tenggorokan,
belimbing wuluh. menyembuhkan luka, mengatasi
keputihan, memperlancar ASI, dan lainnya
Tanaman belimbing wuluh tidak terlalu (Mursito, 2002). Zakaria et al (2007)
membutuhkan perawatan yang intensif membuktikan bahwa ekstrak air daun
dan bahkan dapat tumbuh pada daerah- belimbing wuluh pada konsentrasi
daerah yang kering, tandus dan berkapur 2 mg/disk juga dapat menghambat
atau tanah kritis. Selama ini masyarakat pertumbuhan bakteri gram positif dan
hanya mengenal dan memanfaatkan negatif. Selain itu, Candra (2011) juga
bagian buah dari tanaman ini untuk bahan membuktikan bahwa ekstrak methanol
sayur (Aryantini, 2017). Belimbing wuluh daun belimbing wuluh pada konsentrasi
(Averrhoa bilimbi L.) sering digunakan 400 µg/disk menghambat pertumbuhan
sebagai obat tradisional oleh masyarakat di bakteri Bacillus subtilis dengan diameter
daerah yang beriklim tropis. Tanaman ini zona hambat sebesar 6,5 mm. Sehingga
banyak dijumpai di sejumlah negara diduga daun belimbing wuluh juga
seperti Argentina, Australia, Malaysia, mempunyai efek antibakteri terhadap
Brazil, Filipina, India, Singapura, Thailand, Staphylococcus aureus. Berdasarkan penelitian
dan Venezuela (Kurniawaty, 2016). sebelumnya, maka perlu dilakukan
Flavonoid, saponin, tanin, asam format, pengujian aktivitas antibakteri ekstrak
sulfur, kalsium oksalat, kalsium oksalat daun belimbing wuluh terhadap
dan kalium sitrat merupakan kandungan Staphylococcus aureus secara in vitro.
280
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 277-285

METODE PENELITIAN (Kristal violet, Lugol, alkohol 96%,


Alat untuk Pembuatan Ekstrak Etanol Safranin), minyak emersi, H2O2 3%, dan
Daun Belimbing Wuluh, Identifikasi
plasma darah. Bahan untuk uji antibakteri
Bakteri, dan Uji Antibakteri
Alat untuk pembuatan ekstrak daun adalah ekstrak etanol daun turi merah,
belimbing wuluh adalah oven, blender, akuades, larutan NAP, dan suspensi
freezer, kertas saring, gelas ekstraksi, bakteri Staphylococcus aureus
seperangkat evaporator vakum, alat 106 CFU/ml.
pemanas air, labu penampung hasil
evaporasi, tabung pendingin, rotatory Penelitian dilakukan di Laboratorium
evaporator, bak penampung air dingin, Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
pompa sirkulasi air dingin, pompa vakum, Universitas Brawijaya Malang pada bulan
tabung penampung etanol, batu didih, April 2018.
cawan penguap, neraca analitik, tabung
erlenmenyer ukuran 1 liter, dan botol steril Pada penelitian ini menggunakan daun
untuk menampung hasil ekstrak. Alat belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang
untuk identifikasi bakteri adalah bunsen, diambil di daerah Kecamatan Sukun Kota
korek api, ose, gelas objek, gelas penutup, Malang Provinsi Jawa Timur. Sampel
spidol permanen, kertas penghisap, penelitian ini adalah ekstrak etanol dengan
mikroskop. Alat untuk uji antibakteri konsentrasi 2,5 %, 5 % dan 10 %.
adalah 6 plate kosong dan steril, Data dikumpulkan dengan cara
mikropipet steril ukuran 10 µl, inkubator, pengamatan langsung pada daerah
ose, tabung reaksi, mesin vortex, bunsen, hambatan pertumbuhan bakteri kemudian
korek api, dan penggaris. zona hambatan diukur menggunakan
jangka sorong. Data yang diperoleh dari
Bahan untuk Pembuatan Ekstrak hasil pengamatan akan dianalisis secara
Daun Belimbing Wuluh, Identifikasi
statistik dengan metode Rancangan Acak
Bakteri, dan Uji Antibakteri
Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan Lengkap (RAL) dilanjutkan dengan uji
ekstrak daun belimbing wuluh adalah daun BNT untuk melihat pengaruh ekstrak
belimbing wuluh segar, etanol 96%, dan daun belimbing wuluh terhadap daerah
akuades. Sedangkan bahan yang hambatan pertumbuhan bakteri yang
diperlukan untuk identifikasi bakteri dihasilkan.
adalah biakan bakteri Staphylococcus aureus,
NAP, akuades steril, pewarnaan Gram
281
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 277-285

Sampel daun belimbing wuluh (Averrhoa tahan terhadap pemanasan disterilkan


bilimbi L) yang diambil sekitar pukul pada autoklaf pada suhu 121°C selama
07.00–10.00 WIB. Daun yang diambil 15 menit. Sedangkan untuk ose bulat dan
adalah daun segar dengan cara di petik pinset distreilkan dengan pemijaran
satu–persatu dari batangnya, kemudian langsung pada nyala apibunsen sampai
dibersihkan dengan air mengalir. merah pijar.
Kemudian daun belimbing wuluh di
potong kecil–kecil, setelah itu dikeringkan Pembuatan Medium Nutrient Agar
dengan cara diangin–anginkan di udara (NA) Ditimbang sebesar 2 g NA
terbuka yang terlindung dari sinar kemudian dilarutkan dalam 100 ml air
matahari hingga kering. suling, kemudian dilakukan pengaturan
pH yaitu 7,0. Medium yang sudah dibuat
Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing dimasukkan dalam tabung sebanyak 5 ml
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
kemudian disterilkan pada autoklaf pada
Untuk ekstrak etanol daun belimbing
suhu 121°C, tekanan 2 atm selama
wuluh sebanyak 600 gram ditambahkan
15 menit.
etanol 70 % sampai simplisia terendam
seluruhnya kira–kira 2–3 cm
Inokulasi bakteri (peremajaan)
diatas permukaan simplisia, kemudian
Inokulasi bakteri adalah menumbuhkan
dilakukan proses ekstraksi metode
bakteri dalam tabung reaksi agar yang
maserasi selama 5 hari dan setiap hari
dibuat. Cara yang dilakukan dalam
dilakukan pengadukan. Hasilnya disaring
inokulasi bakteri adalah diambil 1 ose
dengan kain flannel dan diperoleh filtrat.
bakteri dan di goreskan dimedia agar
Filtrat kemudian diuapkan dengan rotary
miring , lalu diinkubasi selama 24 jam.
evaporator dan dilanjutkan di waterbath
sampai didapatkan ekstrak kering.
Pembuatan variasi konsentrasi
Konsentrasi ekstrak daun belimbing
Sterilisasi Alat wuluh (Averrhoa bilimbi L.)yang
Semua alat yang digunakan disterilkan
digunakanan yaitu 2,5%, 5%, dan 10%
dengan tujuan untuk mematikan semua
dalam 10 ml. Cara pembuatan konsentrasi
bentuk kehidupan pada alat yang dapat
yaitu : Konsentrasi 2,5% dalam 10 ml
mengganggu penelitian. Alat berupa gelas
dibuat dengan cara menimbang 0,25 gram
disterilkan dalam oven pada suhu 180°C
ekstrak yang dilarutkan dalam 10 ml Na-
selama 2 jam. Sedangkan alat yang tidak
CMC. Konsentrasi 5% dalam 10 ml dibuat
282
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 277-285

dengan cara menimbang 0,5 gram ekstrak larutan Na.CMC 1% b/v sampai volume
yang kemudian dilarutkan dalam 10 ml 100,0 ml (stok 1 = 1000 ppm), diukur
Na-CMC. Konsentrasi 10% dalam 10 ml 2,5 ml stok 1 lalu diencerkan dengan
dibuat dengan cara menimbang 1 gram aquadest sampai volume 50,0 ml
ekstrak yang kemudian dilarutkan dalam (stok 2 = 50 ppm).
10 ml Na-CMC.
Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pertama–tama dimasukkan medium
Peremajaan Kultur Murni Bakteri
Bakteri uji Staphylococcus aureus dari biakan Nutrient Agar steril yang telah dibuat
murni diambil satu ose secara aseptis dan kedalam 6 buah cawan petri ± 10 ml dan
digoreskan pada medium Nutrient Agar didinginkan hingga memadat pada suhu
(NA) miring kemudian diinkubasi pada sekitar 40°C - 50°C. Setelah memadat,
suhu 37 o C selama 24 jam. kemudian dimasukkan suspensi biakan
murni Staphylococcus aureus (3 buah cawan
Pembuatan Suspensi Bakteri Uji petri) sebanyak 0,1 ml dengan
Membuat larutan suspense bakteri
menggunakan swap steril hingga merata.
Staphylococcus aureus diambil 1 ose bakteri,
Setelah itu paper disk direndam dalam
dimasukkan ke dalam masing-masing
ekstrak daun belimbing wuluh untuk
tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan
konsentrasi 2,5% b/v, 5% b/v, 10% b/v
NaCl fisiologi 0,9% dengan biakan murni
dan juga dalam Na-CMC dan clindamycin
Staphylococcus aureus dalam reaksi dikocok
(kontrol positif dan negatif) selama
sampai homogenkemudian distandarkan
15 menit setelah itu, diletakkan pada
dengan Mc Farland 0,5.
permukaan inokulum dengan
hati– hati dengan jarak kurang lebih sama
Pembuatan Suspensi Na.CMC 1 % b/v
dengan lainnya. Selanjutnya, diinkubasi
Panaskan aquadest sebanyak 100 ml
pada suhu 37oC selama 24 jam dalam
hingga pada suhu 60 – 70oC, timbang Na
inkubator kemudian dilakukan
CMC sebanyak 1 gram masukkan kedalam
pengamatan dan pengukuran zona daya
lumpang, ditambahkan sedikit demi
hambatan yang terbentuk.
sedikit aquadest, digerus hingga homogen.

HASIL
Pembuatan Suspensi Clindamycin Berdasarkan Tabel 1 didapatkan hasil
Ditimbang serbuk kapsul clindamycin 100
pengukuran diameter zona hambat ekstrak
mg, kemudian disuspensikan dengan
283
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 277-285

daun belimbing wuluh terhadap maka semakin teliti penaksiran parameter


Staphylococcus aureus dengan masa inkubasi perbedaan, hubungan dan pengaruh
24 jam pada suhu 37°C yang dapat dilihat variable yang diteliti sehingga hasil
pada tabel berikut ini. penelitian semakin reliable.

PEMBAHASAN Metode pour plate digunakan sebagai uji


Penelitian ini menguji aktivitas ekstrak untuk melihat diameter zona hambat
daun belimbing wuluh terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dalam
Staphylococcus aureus yang dikenal sebagai berbagai konsentrasi ekstrak daun
bakteri penyebab infeksi nifas dengan belimbing wuluh. Pour plate lebih efektif
melihat terbentuk atau tidaknya diameter untuk menghambat pertumbuhan bakteri
zona hambat. Metode maserasi karena zat aktif dapat berdifusi langsung
digunakan sebagai proses mendapatkan tanpa penghalang kertas cakram. Selain
zat aktif yang terkandung dalam ekstrak itu, dengan metode ini diameter zona
daun belimbing wuluh. Setelah daun hambat terlihat sangat jelas. Diameter
belimbing wuluh dibuat ekstrak, maka zona hambat merupakan tanda kepekaan
didapatkan ekstrak dengan konsentrasi bakteri uji, semakin besar zona hambat
2,5% b/v, 5% b/v dan 10% b/v serta maka aktivitas antibakteri semakin besar
sebagai kontrol negatif menggunakan pula.
Na.CMC sedangkan untuk control positif
menggunakan clindamycin. Tujuan dari Diameter zona hambat pada kontrol
variasi konsentrasi tersebut untuk negatif yang menggunakan Na-CMC tidak
membandingkan aktivitas dari setiap terbentuk, hal ini menunjukan bahwa
konsentrasi yang bersifat antibakteri aktivitas antibakteri tidak dipengaruhi oleh
terhadap Staphylococcus aureus. faktor pelarut sehingga aktivitas
Pada penelitian ini setiap kelompok antibakteri yang dilakukan merupakan
perlakuan diuji sebanyak tiga kali replikasi. potensi yang dimiliki oleh ekstrak dari
Menurut rumus Federer, replikasi ini daun belimbing wuluh. Kontrol positif
bertujuan untuk menghasilkan data yang clindamycin yang digunakan dibuat
reliable atau konsisten serta hasil yang dengan konsentrasi 50 ppm dengan rata
didapatkan bukan karena factor peluang zona hambat 17 mm. Berdasarkan hasil
melainkan pengaruh dari perlakuan. penelitian aktivitas antibakteri ekstrak
Semakin besar ukuran sampel yang diuji daun belimbing wuluh terhadap
284
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 277-285

Staphylococcus aureus didapatkan zona konsentrasi dari tiga replikasi 7 mm, 9,67
hambat pada konsentrasi 2,5%, 5%, 10% mm, 14,67 mm.
dengan rata–rata masing– masing

Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus
Replikasi Kontrol Kontrol Diameter Zona Hambatan (mm) Ekstrak
Negatif (mm) Positif (mm) daun Belimbing Wuluh
2,5% 5% 10%
1 0 18 8 10 16
2 0 15 5 9 14
3 0 18 8 10 14
Jumlah 0 51 21 29 44
Rata-rata 0 17 7 9,67 14,67

Sebagai antibakteri, tannin dapat konsentrasi 2,5%, 5%, dan 10% dengan
menghambat kerja enzim reverse kontrol negatif dan konsentrasi 2,5%, 5%,
transkriptase dan DNA topoisomerase dan 10% dengan kontrol positif.
sehingga sel bakteri tidak terbentuk
(Nuria, et al,. 2009). Sedangkan flavonoid KESIMPULAN
dapat bekerja sebagai antibakteri dengan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik
membentuk senyawa kompleks dan kesimpulan sebagai berikut : Ekstrak daun
protein ekstraseluler serta terlarut belimbing wuluh memiliki aktivitas
sehingga merusak membran sel bakteri antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
dan diikuti dengan keluarnya senyawa pada konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% yaitu
intraseluler. Peroksidase dapat digunakan 7 mm, 9,67 mm dan 14,67 mm dan
sebagai antiseptik yang efektif dan non kontrol positif 17 mm. Semakin besar
toksik. Dari hasil analisis statistik konsentrasi semakin besar pula efek
ANAVA, Diperoleh FH > FT yang antibakterinya. Sehingga ekstrak daun
menunjukan adanya aktivitas antibakteri belimbing wuluh dapat digunakan sebagai
ekstrak daun belimbing wuluh terhadap pengobatan dalam infeksi nifas.
semua konsentrasi. Berdasarkan uji Beda
Nyata Terkecil pada Staphylococcus aureus REFERENSI
menunjukan nilai berbeda nyata atau Ardananurdin, A., Winarsih, S., Widayat, M.
(2004). Uji Efektivitas Dekok Bunga
signifikan pada konsentrasi 2,5% dengan
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
10%, konsentrasi 5% dengan 10%, sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri
285
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6, No.3,2018,hal 277-285

Salmonella typhi In Vitri. Jurnal Kedokteran Jasmine, R., Selvakumar, B.N., Daisy.
Brawijaya. Vol XX. No 1, 30-34 (2007). Saponins from Eugenia jambolane
Aryantini, D., Sari, F., Juleha. (2017). Uji with Antibacterial Activity Against Beta-
Aktivitas Antibakteri Fraksi Aktif Lactamase Producing Methicillin Resistant
Terstandar Flavonoid Dari Daun Staphylococcus aureus. Pakistan. Research
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L). Journal of Medicinal Plant (1): 1-6
Jurnal Wiyata. Vol 4. No 2. 143-150 Kurniawaty, E., Lestari, EE. (2016). Uji
Brooks, GF., Butel, JS., Morse, SA. (2005). Efektivitas Daun Belimbing Wuluh
Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical (Averrhoa bilimbi L) sebagai Pengobatan
Microbilogy, 25th Ed. Mikrobiologi Diabetes Melitus. Majority; Vol 5. No.
Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2,
Edisi 23, Mursito B.(2002). Ramuan Tradisional
Candra, D.S., Shapna, S., Sumon, R., & Untuk Pengobatan Jantung. Jakarta:
Sheikh, S.H.(2011).Antibacterial and Penebar Swaday; 47-48. 7
cytotoxic activities of methanolic Nuria, MC., Faizatun, A., Sumantri.
extracts of leaf and fruit parts of the (2009). Uji Aktivitas Antibakteri
plant Averrhoa bilimbi (Oxalidaceae), Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar
American Journal of Scientific and (Jatropha curcas L) terhadap Bakteri
Industrial Research, 2 (4), 531-536. Staphylococcus aureus ATCC 25923,
Grundmann, H., Sousa, MAD., Boyce, J., Escherichia coli ATCC 25922, dan
Tiemersma, E. (2006). Emergence and Salmonella typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu-
Resurgence of Meticillin-Ressistant ilmu Pertanian; Vol 5. No 2, 26 – 37
Staphylococcus aureus As A Public Health Nurkusuma, DD. (2009). Faktor yang
Threat. Lancet, 368 (9538): 874-885 Berpengaruh terhadap Kejadian Methicillin
Guidice, P Del., Bes, M., Hubiche, T., Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
Blac, V., Lina, G., Vandenesch, F., pada Kasus Infeksi Luka Pasca Operasi di
Etienne. J. (2011). Clinical Ruang Perawatan Bedah Rumah Sakit
manifestations and outcome of skin Dokter Kariadi Semarang. Tesis. Program
infections caused by the community- Pascasarjana Magister Ilmu bedah
acquired Methicillin-resistant Universitas Diponegoro, Semarang
Staphylococcus aureus clone ST80-IV. Zakaria, Z. A., Zaiton, H., Henie, E. F. P.,
Journal of the European Academy of Mat Jais, A. M., & Zainuddin, E. N.
Dermatologt and Venerology. H.(2007).In vitro Antibacterial Activity
Huriwati Hartanto, dkk of Averrhoa bilimbi L. Leaves and
(penterjemah).(2010). Jakarta: EGC, Fruits Extracts. International journal of
hal. 225-232 Tropical Medicine, 2 (3), 96-100.

You might also like