You are on page 1of 10

51

JURNAL RESPIRASI
JR
Vol. 4 No. 2 Mei 2018

Acute Respiratory Distress Syndrome


Arief Bakhtiar*, Rena Arusita Maranatha
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo

ABSTRACT
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) is a syndrome, a combination of clinical and physiological observations that
describe a pathological state. The pathogenesis of ARDS is not completely clear and there is no gold standard for diagnosis. ARDS
is characterized by non-cardiogenic pulmonary edema, inflammation of the lungs, hypoxemia, and decreased lung compliance.
Acute is defined as a symptom that occurs within one week of a known risk factor. Early clinical manifestations are shortness of
breath (dyspneu and tachypneu) which then quickly develop into respiratory failure. ARDS was first described in 1967 by Asbaugh,
et al., then the AECC made a definition that was finally refined by Berlin's criteria. Berlin's criteria divided the degree of
hypoxemia into 3, namely mild, moderate, and severe, based on the arterial PO2 / FiO2 ratio and the need for PEEP (5 cm H2O or
more) which can be given via endotracheal tube or non-invasive ventilation. Sepsis, aspiration of fluid or gastric contents, and
multipe transfusion (>15 units/24 hours) are associated with a high risk of ARDS. Cases of ARDS related to pulmonary sepsis,
such as pneumonia, inhalational trauma, and pulmonary contusions are as much as 46% or non-pulmonary sepsis as much as 33%.
ARDS management includes oxygen therapy and supportive therapy, such as hemodynamics, pharmacotherapy, and nutrition.
Further studies are still needed to get a good outcome for ARDS patients.

Keywords: respiratory failure, non-cardiogenic pulmonary edema, hypoxemia

Correspondence: Arief Bakhtiar, Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Airlangga/RSUD Dr. Soetomo. Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya 60286. E-mail: ariefapecbakhtiar@gmail.com

PENDAHULUAN
fungsi paru berdasarkan derajat hipoksemia, level PEEP
Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
(positive end-expiratory pressure) yang dibutuhkan,
merupakan sindrom, kumpulan observasi klinis dan
komplians sistem paru, dan derajat abnormalitas
fisiologis yang menggambarkan suatu keadaan
radiologis (Lung Injury Prediction Score). ARDS
patologis. Patogenesis ARDS belum sepenuhnya jelas
terdiagnosis bila didapatkan poin lebih dari 2.5. Kasus-
dan belum ada gold standard untuk mendiagnosis.
kasus ini mengundang perhatian serta penelitian lebih
ARDS ditandai dengan edema paru non kardiogenik,
lanjut terhadap ARDS, namun tidak adanya kriteria
inflamasi pada paru, hipoksemia, dan penurunan
diagnostik yang spesifik dan kurangnya pemahaman
komplians paru.1-3 ARDS adalah kelainan yang progresif
terhadap patogenesis ARDS menimbulkan kesulitan
secara cepat dan awalnya bermanifestasi klinis sebagai
untuk meneruskan dan membandingkan antar
sesak napas (dyspneu dan tachypneu) yang kemudian
penelitian.4 Pada tahun 1994, peneliti di Amerika dan
dengan cepat berubah menjadi gagal napas. ARDS
Eropa pada American-European Consensus Conference
pertama kali dideskripsikan pada tahun 1967 oleh
(AECC) mengeluarkan sebuah kriteria diagnosis yang
Asbaugh dkk yang memaparkan 12 kasus dengan gejala
diterima dengan luas untuk mendiagnosis untuk ARDS:
gawat napas, gagal napas hipoksemik, dan infiltrat
onset akut, perbandingan tekanan parsial oksigen
patchy bilateral pada foto toraks pasien dengan rentang
dibanding fraksi oksigen kurang dari sama dengan 200
usia 11-48 tahun.2
dan tidak tergantung tekanan positif akhir
Awalnya klinisi menentukan diagnosis ARDS
ekspirasi/PEEP, infiltrat bilateral yang tampak dari foto
dengan cara: (1) menentukan apakah kelainan yang
toraks AP/PA, dan tekanan baji arteri pulmonalis 18
dialami pasien akut atau kronis, (2) menentukan adanya
mmHg atau kurang, atau tidak ada tanda hipertensi
faktor risiko atau kondisi medis lain (contoh: sepsis),
atrium kiri. Definisi AECC dikritik karena tidak
dan (3) menjumlahkan poin berdasarkan beratnya dis-
mempertimbangkan level PEEP.2 Telah diketahui bahwa
52 Jurnal Respirasi (JR), Vol. 4. No. 2 Mei 2018: 51-60

penambahan PEEP akan memperbaiki oksigenasi, seiring dengan meningkatnya derajat keparahan
sebuah pengamatan yang tampak pada definisi ARDS penyakit, namun masih di bawah 80% pada ARDS
pertama. PO2/FiO2 arteri akan berubah dengan berat. Faktor independen yang mempengaruhi adalah
berubahnya level PEEP sehingga pasien yang memenuhi usia muda, berat badan prediktet yang rendah, adanya
kriteria ARDS dapat berubah menjadi tidak memenuhi
sepsis ektra paru atau pankreatitis.7, 8
kriteria bila PEEP dinaikkan. Selain itu, AECC juga
memperkenalkan definisi baru: acute lung injury (ALI)
yang lebih luas dari ARDS karena memasukkan Faktor risiko dan insidensi
kelainan dengan hipoksemia dengan derajat lebih ringan Penentuan insidensi ARDS merupakan tantangan
(PaO2/ FiO2<300) dengan penyebab dan patofisiologi karena keberagaman definisi dan kesulitan mendiagnosis
yang sama.1 ARDS. Insidensi ARDS dilaporkan berkisar antara 75
Pada 2012, disetujui definisi Berlin untuk per 100.000 penduduk sampai serendah 1.5 per 100.000
memperbaiki beberapa keterbatasan diagnosis ARDS. penduduk. Sepsis, aspirasi cairan atau isi lambung, serta
Derajat hipoksemia dibagi menjadi 3, yaitu ringan, transfusi multiple (>15 unit/24 jam) berhubungan
sedang, dan berat, berdasarkan rasio PO2/FiO2 arteri
dengan risiko tinggi terhadap ARDS. 4 Sebagian besar
dan kebutuhan PEEP (5 cm H2O atau lebih) yang dapat
kasus ARDS berhubungan dengan sepsis terkait paru
diberikan melalui endotracheal tube atau non-invasive
(pulmonary sepsis) sebanyak 46% atau sepsis bukan
ventilation.2 Akut didefinisikan sebagai gejala ARDS
karena paru sebanyak 33%. Faktor risiko antara lain
yang muncul dalam 1 minggu sejak sebuah faktor risiko
keadaan yang menyebabkan kelainan langsung pada
diketahui. Dua poin penting berikutnya adalah: (1)
paru seperti pneumonia, trauma inhalasi, kontusio
meskipun ARDS berbeda dengan edema paru
pulmonum, maupun keadaan yang menyebabkan
kardiogenik, namun pada ARDS dapat terjadi hipertensi
kelainan tidak langsung pada paru seperti sepsis bukan
atrium kiri selama perawatan, (2) meskipun penggunaan
karena paru, luka bakar, transfusion-related acute lung
B-type natriuretic peptide sedang meningkat sebagai alat
injury, alkoholisme kronik, dan riwayat pajanan
diagnostik untuk gagal jantung kongestif akut, namun
terhadap asap secara aktif maupun pasif pada kasus
kemampuannya untuk membedakan ARDS dengan
trauma. Faktor risiko untuk anak sedikit berbeda dari
edema paru non kardiogenik masih belum jelas. 5
dewasa, karena didapatkan keadaan yang terkait usia,
Beberapa peneliti menyebutkan bahwa ultrasonografi
(USG) toraks dapat mendeteksi alveolar-interstitial seperti infeksi respiratory synctitial virus dan
syndrome sehingga dapat membantu mendiagnosis tenggelam.2, 7 Studi terbaru menyebutkan bahwa 7.1%
ARDS. Hal ini didasarkan pada patofisiologi ARDS kasus yang masuk ke ICU dan 16.1% kasus yang
yang merupakan edema paru. Ultrasound lung comets menggunakan ventilator mengalami ARDS. Angka
(ULCs) adalah tanda penebalan septa interlobular yang mortalitas rumah sakit kasus ARDS diperkirakan antara
diakibatkan oleh edema hidrostatik, seperti yang terjadi 34-55%. Faktor risiko penentu mortalitas termasuk
pada edema paru, atau oleh fibrosis paru seperti pada meningkatnya usia, perburukan kegagalan multiorgan,
penyakit jaringan ikat.6 Studi The Large Observational adanya komorbid paru dan non-paru, skor APACHE II
Study to Understand the Global Impact of Severe Acute (Acute Physiology and Chronic Health Evaluation) yang
Respiratory Failure (LUNG SAFE) menyebutkan lebih tinggi, dan asidosis. Kematian terkait ARDS
bahwa ARDS masih belum sepenuhnya dapat dikenali paling sering disebabkan oleh kegagalan multiorgan.
dan terdiagnosis menggunakan definisi American- Kematian yang disebabkan oleh hipoksemia refrakter
European Consensus Conference (AECC) dan juga hanya 16% dari seluruh kasus.7, 8
definisi Berlin. Pengenalan akan ARDS meningkat

Tabel 1. Definisi Berlin pada Acute Respiratory Distress Syndrome3


Acute Respiratory Distress Syndrome
Timing Within 1 week of known clinical insult on new or worsening respiratory symptoms
Chest imaginga Bilateral opacities-not fully explained by effusions, lobar/lung collapse, or nodules
Origin of edema Respiratory failure not fully explained by cardiac failure or fluid overload
Need objective assessment (e.g., echocardiography) to exclude hydrostatic edema if no risk
factor present
Oxygenationb
Mild 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg with PEEP or CPAP ≥ 5 cm H2OC
Moderate 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 200 mmHg with PEEP ≥ 5 cm H2OC
Severe PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg with PEEP ≥ 5 cm H2OC
Abbreviations: CPAP, continuous positive airway pressure; FiO 2, fraction of inspired oxygen; PaO2 partial pressure of arterial oxygen; PEEP,
positive end-expiratory pressure
a
Chest radiograph or computed tomography scan
b
If attitude is higher than 1000m, the correction factor should be calculated as follows (PaO 2/FiO2 x (barometric pressure/760))
c
This may be delivered noninvasively in the mild acute respiratory distress syndrome group
Arief Bakhtiar, Rena Arusita Maranatha: Acute Respiratory Distress Syndrome 53

Faktor risiko dan insidensi dapat menyebabkan TRALI. Derajat keparahan TRALI
Penentuan insidensi ARDS merupakan tantangan tidak berkorelasi dengan jumlah plasma yang diberikan,
karena keberagaman definisi dan kesulitan mendiagnosis namun dapat berhubungan dengan derajat hipoksemia.
ARDS. Insidensi ARDS dilaporkan berkisar antara 75 Kondisi yang dapat menjadi predisposisi TRALI adalah
per 100.000 penduduk sampai serendah 1.5 per 100.000 infeksi, pemberian sitokin, pembedahan baru, dan/atau
penduduk. Sepsis, aspirasi cairan atau isi lambung, serta transfusi produk darah dalam jumlah besar. Kurang lebih
transfusi multiple (>15 unit/24 jam) berhubungan 20% wanita yang pernah hamil 2 kali memiliki antibodi
dengan risiko tinggi terhadap ARDS.4 Sebagian besar terhadap leukosit. Menurunkan ambang batas pemberian
kasus ARDS berhubungan dengan sepsis terkait paru transfusi dan pembatasan donor wanita multipara
(pulmonary sepsis) sebanyak 46% atau sepsis bukan diperkirakan dapat mencegah timbulnya ARDS. 9
karena paru sebanyak 33%. Faktor risiko antara lain
keadaan yang menyebabkan kelainan langsung pada Diagnosis banding
paru seperti pneumonia, trauma inhalasi, kontusio Karena gejala ARDS tidak spesifik, harus
pulmonum, maupun keadaan yang menyebabkan dipertimbangkan pula penyakit respiratorik, kardiak,
kelainan tidak langsung pada paru seperti sepsis bukan infeksi, atau keracunan yang lain. Riwayat penyakit
karena paru, luka bakar, transfusion-related acute lung pasien (komorbid, pajanan, obat-obatan) ditambah
injury, alkoholisme kronik, dan riwayat pajanan dengan pemeriksaan fisik yang berfokus pada sistem
terhadap asap secara aktif maupun pasif pada kasus kardiovaskular dan respiratorik dapat membantu
trauma. Faktor risiko untuk anak sedikit berbeda dari menyingkirkan diagnosis banding dan menentukan
dewasa, karena didapatkan keadaan yang terkait usia, terapi.5 Seringkali, gejala ARDS menyerupai gagal
seperti infeksi respiratory synctitial virus dan jantung kongestif dan pneumonia. Gagal jantung
tenggelam.2, 7 Studi terbaru menyebutkan bahwa 7.1% kongestif ditandai oleh kelebihan cairan, sedangkan
kasus yang masuk ke ICU dan 16.1% kasus yang pasien dengan ARDS, berdasarkan definisi, tidak
menggunakan ventilator mengalami ARDS. Angka menunjukkan tanda hipertensi atrium kiri atau tanda
mortalitas rumah sakit kasus ARDS diperkirakan antara kelebihan cairan. Pasien dengan gagal jantung kongestif
34-55%. Faktor risiko penentu mortalitas termasuk mengalami edema, distensi vena jugular, suara jantung
meningkatnya usia, perburukan kegagalan multiorgan, ketiga, peningkatan level brain natriuretic peptide, dan
adanya komorbid paru dan non-paru, skor APACHE II respon baik terhadap diuretik. Pasien dengan ARDS
(Acute Physiology and Chronic Health Evaluation) yang seharusnya tidak menunjukkan tanda-tanda seperti itu.
lebih tinggi, dan asidosis. Kematian terkait ARDS Karena pneumonia adalah penyebab terbanyak ARDS,
paling sering disebabkan oleh kegagalan multiorgan. membedakan pasien dengan pneumonia biasa dan
Kematian yang disebabkan oleh hipoksemia refrakter pneumonia dengan ARDS merupakan tantangan
hanya 16% dari seluruh kasus.7, 8 diagnostik. Secara umum, pasien dengan pneumonia
biasa menunjukkan gejala sistemik dan inflamasi pada
Transfusion-related acute lung injury (TRALI) paru (demam, menggigil, fatigue, produksi sputum,
Adalah sebuah sindrom yang dihubungkan nyeri dada pleuritik, infiltrat lokal dan multifokal) serta
dengan transfusi yang biasanya meliputi sesak napas, hipoksia yang merespon pemberian oksigen. Bila
hipoksemia, hipotensi, edema paru bilateral, dan hipoksia tidak membaik dengan pemberian oksigen,
demam. Gejala dapat terjadi sejak awal transfusi sampai maka adanya ARDS harus dicurigai.2
dengan 4 jam berikutnya. Tingkat keparahan gejala
sering berkisar mulai ringan sampai dengan berat. Etiologi dan patogenesis
Angka kejadian TRALI diperkirakan 1 dari 5000 Dahulu ARDS sering disebut sebagai edema paru
transfusi.2 Pada sebuah studi tentang TRALI, 100% non kardiogenik, terminologi deskriptif yang
kasus membutuhkan bantuan oksigen, 72% juga menjelaskan patogenesis kelainan ini. 10 Tidak seperti
membutuhkan bantuan ventilasi mekanik. Studi ini juga gagal jantung kongestif yang menyebabkan edema paru
menyebutkan bahwa gejala menghilang dalam 96 jam karena peningkatan tekanan hidrostatik karena tekanan
pada 80% pasien, sedangkan 20% lainnya membutuhkan jantung kiri yang meningkat, pada ARDS yang mengisi
waktu lebih lama yang dihubungkan dengan infiltrat alveoli adalah cairan eksudat. Barier alveolar-kapiler
persisten pada foto toraks. TRALI dihubungkan dengan mengalami peningkatan permeabilitas, sehingga cairan
adanya antibodi granulosit, antibodi HLA kelas I, yang mengandung protein masuk ke dalam alveoli.
antibodi HLA kelas II, dan lipid yang aktif pada donor Adanya cairan pada alveoli menyebabkan penurunan
plasma. Pemberian komponen darah yang mengandung komplians sistem pernapasan, right-to-left shunting, dan
plasma, termasuk packed red cells, thrombocyte hipoksemia.2, 3, 6 Meskipun PCO2 arteri secara umum
concentrate, fresh frozen plasma, dan cryoprecipitate berada dalam batas normal, namun ventilasi dead space
54 Jurnal Respirasi (JR), Vol. 4. No. 2 Mei 2018: 51-60

meningkat yang tergambar pada peningkatan minute oxygen species (ROS). Migrasi dan pelepasan mediator
ventilation. Hipertensi pulmonal sering menyertai ini mengarah kepada permeabilitas vaskuler yang
ARDS dan beberapa mekanisme yang mungkin terjadi patologis, timbulnya jarak pada barier sel epitel alveolar
adalah vasokonstriksi hipoksik, deposisi fibrin serta nekrosis sel alveolar tipe I dan II. Hal ini
intravaskuler pada pembuluh darah paru, dan penekanan sebaliknya menyebabkan edema paru, pembentukan
pembuluh darah oleh ventilasi tekanan positif yang membran hialin, dan kehilangan surfaktan yang
digunakan sebagai terapi keadaan ini.2 menurunkan komplians paru dan membuat pertukaran
gas sulit terjadi. Selanjutnya terjadi infiltrasi fibroblas
Patologi yang mengarah pada deposisi kolagen, fibrosis, dan
Tahapan patologi ARDS secara klasik akhirnya perburukan penyakit. Pada fase penyembuhan
digambarkan dalam 3 tahapan yang berurutan dan terjadi berbagai hal secara bersamaan. Sitokin anti-
tumpang tindih. Pada tahapan pertama, yaitu fase inflamasi menginaktivasi neutrofil yang teraktivasi yang
eksudatif dari jejas paru, temuan patologis disebut akan mengalami apoptosis dan fagositosis. Sel alveolar
sebagai diffuse alveolar damage. Terdapat membran tipe II berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel
hialin yang melapisi dinding alveolar dan cairan edema alveolar tipe I, memperbaiki integritas dari pelapis
yang mengandung protein di ruang alveoler, terjadi pula epitelial dan membuat gradien osmotik yang menarik
gangguan pada epitel dan infiltrasi neutrofil pada cairan keluar dari alveoli ke dalam mikrosirkulasi dan
interstitial dan alveoli. Area hemorrhage dan makrofag sistem limfatik paru. Secara simultan sel alveolar dan
dapat ditemukan di alveoli.2, 11 Fase yang berlangsung 5- makrofag menghilangkan bahan protein dari alveoli
7 hari ini diikuti oleh yang disebut sebagai fase sehingga paru dapat pulih.11, 12
proliferatif pada beberapa pasien. Pada titik ini,
membran hialin telah mengalami organisasi dan fibrosis. Inflamasi dan koagulasi
Obliterasi kapiler pulmonal dan deposisi kolagen pada Salah satu faktor penyebab ARDS adalah sepsis,
interstitial dan alveolar dapat diamati bersamaan sehingga diharapkan dengan tatalaksana sepsis yang
dengan penurunan jumlah neutrofil dan derajat edema adekuat dapat mencegah atau memperbaiki keadaan
paru. Fasecproliferatif ini diikuti oleh fase fibrosis yang ARDS. Pada tahap awal sepsis terjadi keadaan
tampak pada gambaran radiologis pada ARDS persisten inflamasi, terjadi up-regulasi dari sitokin inflamasi
(lebih dari 2 minggu).11 seperti TNF-α dan IL1β, serta pengumpulan dan aktivasi
Awalnya jejas langsung maupun tidak langsung sel inflamasi seperti neutrofil. Di antara sitokin
pada paru diduga menyebabkan proliferasi mediator proinflamasi, TNFα, IL-1β, interleukin 6 (IL-6), dan IL-
inflamasi pada mikrosirkulasi paru. Neutrofil ini 8 meningkat jumlahnya pada bilasan bronkoalveolar
mengaktifkan dan bermigrasi dalam jumlah besar pada pasien ARDS, serta levelnya lebih tinggi pada
melewati endotel pembuluh darah dan permukaan epitel pasien yang meninggal dibandingkan pasien yang
alveolar, melepaskan protease, sitokin, dan reactive selamat.13 Tahap awal dari inflamasi diikuti oleh

Gambar 1. Biomarker pada Acute Respiratory Distress Syndrome13


Arief Bakhtiar, Rena Arusita Maranatha: Acute Respiratory Distress Syndrome 55

imunitas yang menurun, sehingga pasien menjadi rentan pembentukan reactive oxygen dan nitrogen species yang
terhadap infeksi nosokomial. Teori yang menyebutkan dapat merusak jaringan melalui berbagai mekanisme.12,
14
bahwa disregulasi respon imun bertanggung jawab
terhadap terjadinya sepsis mengarahkan peneliti untuk
mencari agen yang dapat secara selektif memblok Prediktor prognosis
komponen jalur inflamasi. Meskipun hipoksemia adalah gejala yang
Gangguan koagulasi yang sering terjadi pada dominan di antara manifestasi klinis ARDS, namun
sepsis diperkirakan mempengaruhi timbulnya ARDS, studi tidak menunjukkan bahwa derajat hipoksemia pada
karena pada ARDS terjadi deposisi fibrin intraalveolar, fase awal ARDS merupakan prediktor mortalitas. Sistem
interstitial, dan intravaskular. Fibrin merupakan skoring jejas paru seperti Lung Injury Score dan ARDS
komponen utama membran hialin yang akhirnya score dapat digunakan untuk memprediksi lama
menjadi bakal proliferasi fibroblas dan pada fase lanjut kebutuhan intubasi dan ventilasi (lebih dari 2 minggu),
ARDS merangsang terjadinya fibrosis paru. Selain itu sedangkan sistem skoring yang mengukur derajat
fibrin juga berkontribusi terhadap jejas paru melalui keparahan keseluruhan dari penyakit seperti Simplified
jalur kemotaktik dan deposisi fibrin intravaskular Acute Physiology Score berkorelasi dengan survival
sebagai mikrotrombus yang dapat meningkatkan tekanan rate. Penyebab kematian pada pasien dengan ARDS
pembuluh darah paru pada ARDS.2 bukanlah hipoksemia refrakter, meskipun biasanya
Studi observasi yang dilakukan pada binatang hipoksemia merupakan fokus utama usaha resusitasi.
menunjukkan bahwa pemberian antikoagulan dapat Faktanya kebanyakan pasien dengan ARDS meninggal
mengurangi derajat keparahan kasus ARDS terkait karena sepsis atau gagal multiorgan. Penjelasan dari hal
sepsis, namun didapatkan hasil yang mengecewakan saat ini belum diketahui, namun diperkirakan disebabkan
dilakukan pada manusia. Sebagai hasil inflamasi oleh pengaruh ventilasi mekanik. Sebelumnya telah
sistemik dan koagulasi yang terjadi pada sepsis, terdapat dibahas bahwa pengaturan ventilasi mekanik yang
perubahan signifikan pada mikrosirkulasi, reaktivitas berlebihan tidal volumenya meningkatkan sitokin, baik
vaskular, aggregasi platelet, dan adhesi sel darah putih sistemik maupun paru, dan dihubungkan dengan
pada endotel. Perubahan endotel vaskular dan interaksi apoptosis sel ginjal dan disfungsi ginjal. 2
antara sel darah putih dan sel darah merah Tingkat kematian ARDS bervariasi berdasarkan
mengakibatkan terjadinya peroksidase pada membran faktor presipitan. Risiko tertinggi dilaporkan terkait
sel darah merah, perubahan pompa pada membran sel sepsis, sedangkan ARDS terkait trauma memiliki
darah merah, dan influx kalsium ke dalam sel darah prognosis lebih baik. Telah diketahui bahwa penyakit
merah. Hal ini menyebabkan peningkatan aggregasi sel liver kronis, usia tua, alkoholisme kronik, dan disfungsi
darah merah dan oklusi mikrovaskular yang mendukung organ non-pulmoner berkaitan dengan mortalitas ARDS
terjadinya gagal organ.12 yang lebih tinggi. Prediktor kematian yang lain adalah
riwayat transplantasi organ dan infeksi HIV. 7, 8 Sebuah
Mortalitas dan komplikasi studi menyebutkan pula bahwa angka kematian lebih
Didapatkan penurunan tingkat kematian ARDS tinggi pada pria dan pada ras Afrika-Amerika
dari 60% menjadi kurang dari 40% dalam 10-15 tahun dibandingkan pada ras bukan Afrika-Amerika. Seperti
terakhir. Alasan di balik peningkatan survival rate telah disebutkan sebelumnya, bahwa faktor risiko ARDS
belum jelas, namun perawatan suportif yang lebih baik dapat berasal dari paru maupun non paru, sehingga
di ICU serta penggunaan strategi ventilasi mekanik yang menyebabkan jejas pada paru secara langsung maupun
protektif terhadap paru bisa menjadi salah satu tidak langsung. ARDS Network Investigator secara
penyebabnya.3, 14 Penyebab kematian pasien dengan restrospektif menganalisis data dari randomized study
ARDS adalah systemic inflammatory response syndrome yang membandingkan ventilasi dengan tidal volume
(SIRS) dan disfungsi multiorgan. Pada sebuah studi yang kecil versus biasa dan mendapatkan kesimpulan
pada tikus, ventilasi mekanik tidak hanya menyebabkan bahwa tingkat kematian paling tinggi untuk ARDS
peningkatan level plasma dan sitokin, namun juga disebabkan oleh sepsis dan paling rendah oleh trauma,
meningkatkan apoptosis sel epitel ginjal yang mengarah dan tidak didapatkan perbedaan tingkat kematian, hari
pada disfungsi ginjal. Pemberian preparat IL-10 atau IL- bebas ventilator, atau munculnya gagal organ antara
22 lebih awal mengurangi jejas pada paru dan pasien ARDS dengan faktor risiko dari paru maupun
mengurangi mortalitas hewan coba pada VILI non paru.14
(ventilator induced lung injury). Pasien dengan ARDS Identifikasi biomarker untuk memprediksi
hampir selalu membutuhkan fraksi oksigen tinggi. Efek prognosis ARDS juga sedang diteliti. Telah dilaporkan
toksik dari hiperoksia pada paru telah dipahami dengan terdapat hubungan antara peningkatan level sitokin
baik dan perubahan histologisnya menyerupai ARDS. seperti IL-6 dan IL-8 serta growth factor seperti
Toksisitas oksigen ditengarai dimediasi oleh angiopoietin 2 dan prognosis yang buruk dari ARDS.
56 Jurnal Respirasi (JR), Vol. 4. No. 2 Mei 2018: 51-60

Namun beberapa biomarker saat digunakan secara Sebelum studi-studi tersebut, tidak jelas apakah klinisi
kombinasi pun hanya sedikit lebih prediktif daripada harus memberikan diuretik untuk mengurangi edema
prediktor klinis.13 Pada saat diagnosis, peningkatan paru dengan munculnya kemungkinan terjadi
derajat keparahan ARDS didapatkan paralel dengan hipovolemia dan syok atau bebas dalam hal pemberian
perburukan skor Sequential Organ Failure Assessment cairan untuk menjaga perfusi jaringan. 2, 12 ARDSNet,
(SOFA) yang mengandung banyak komponen paru. yaitu sebuah studi RCT (randomized controlled trial)
Telah umum diketahui bahwa gagal organ yang terjadi multisenter yang membandingkan strategi pemberian
pada perjalanan penyakit pada ARDS disebabkan oleh cairan yang diukur dari tekanan vena sentral pada 1000
hipoperfusi, hipoksemia, dan kongesti pasif pada liver. subyek dengan ARDS dengan hasil kelompok yang
Beberapa studi menunjukkan hubungan antara disfungsi diberi perlakuan strategi cairan konservatif dengan
liver dan outcome yang buruk pada pasien dengan sakit tujuan tekanan intravaskuler yang lebih rendah,
berat. Bilirubin dikenal sebagai penanda yang kuat dan menunjukkan perbaikan oksigenasi dan hari bebas
stabil dari disfungsi liver, dan dapat digunakan pada ventilator lebih banyak dibandingkan dengan kelompok
algoritme skoring untuk menentukan prognosis pasien yang diberi perlakuan strategi cairan yang liberal. Lebih
sakit berat dan/atau memprediksi risiko mortalitas pada penting lagi, kelompok yang diberi perlakuan strategi
pasien dengan ARDS.7 cairan konservatif, angka kejadian dialisis atau syok
tidak lebih tinggi daripada kelompok satunya dan angka
Komplikasi kematian pada kelompok ini juga tidak berbeda jauh,
Sekitar 30-65% dari seluruh kasus ARDS sehingga hasil dari studi ini menyebutkan bahwa
mengalami komplikasi VAP (ventilator-associated pemberian cairan yang konservatif aman dan lebih
pneumonia) yang biasanya terjadi lebih dari 5-7 hari menguntungkan untuk pasien dengan ARDS. 15
sejak penggunaan ventilasi mekanik dan sering Awalnya rekomendasi ini tampak tidak sejalan dengan
didahului oleh kolonisasi patogen pada saluran napas prinsip tatalaksana sepsis dari penelitian Rivers dkk
bawah.12 Organisme yang mungkin adalah batang gram yang secara dini dan agresif memberikan resusitasi
negatif, MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus cairan, namun hasil yang berbeda dari beberapa studi itu
aureus), dan Enterobacteriaceae. Meskipun munculnya tidak sulit untuk digabungkan.2, 15 Pertama-tama, penting
VAP memperlama durasi penggunaan ventilasi mekanik untuk diingat bahwa pasien pada studi ARDSNet
pada ARDS, namun tampaknya tidak meningkatkan dimasukkan dalam penelitian rata-rata setelah 24 jam
angka kematian. Membuat diagnosis VAP pada pasien terdiagnosis sebagai ALI, rentang waktunya lebih lama
dengan ARDS merupakan tantangan karena ARDS dibandingkan dengan studi oleh Rivers dkk (rentang
sendiri telah menunjukkan kelainan radiologis dan tidak waktu 6 jam).
jarang lekositosis dan demam. Bila alat diagnostik Protokol studi ARDSNet secara khusus didesain
seperti bilasan bronkoalveolar atau sikatan spesimen untuk menghindari pemicu atau memperburuk syok atau
digunakan, kemampuan diagnosisnya lebih besar bila edema paru. Studi ARDSNet menggunakan algoritme
kedua paru diambil sampelnya dan saat pasien tidak yang kompleks untuk pemberian cairan yang belum
sedang menggunakan antibiotik. Komplikasi lain dari digunakan secara luas.15 Untuk saat ini,
ARDS adalah barotrauma (pneumotoraks, direkomendasikan untuk mengatur pemberian cairan
pneumomediastinum, emfisema subkutan) sebagai efek secara konservatif untuk pasien yang tidak dalam
dari ventilasi tekanan positif pada paru yang keadaan syok, namun juga menghindari pemberian
kompliansnya menurun. Karena hampir seluruh pasien diuretik berlebihan dan keadaan hipovolemia. Jenis
dengan ARDS akan berada pada posisi berbaring, maka cairan yang baik digunakan untuk pasien ARDS
mendiagnosis pneumotoraks akan membutuhkan merupakan hal yang perlu diteliti lebih lanjut.
kecermatan, penampakan radiologisnya dapat berbeda Penggunaan koloid berbasis pati (starch) sudah
dan lebih samar pada pasien dengan posisi berbaring tidak direkomendasikan untuk pasien sepsis, karena
(contoh: udara pada sudut kostofrenikus, “deep sulcus” sebuah randomized trial menemukan insidensi gagal
sign). Data dari beberapa studi prospektif menyebutkan ginjal yang lebih tinggi pada pasien sepsis berat yang
bahwa barotrauma terjadi pada kurang dari 10% kasus mendapatkan 10% pentastarch dibandingkan dengan
ARDS.14 pasien yang mendapatkan Ringer lactate. Apakah
pentastarch menimbulkan efek yang sama pada pasien
Tata laksana ARDS tanpa sepsis berat belum diketahui. 15 Secara
Manajemen hemodinamik teori, pemberian albumin lebih baik, karena albumin
Pendekatan yang optimal terhadap manajemen akan meningkatkan tekanan onkotik intravaskular dan
hemodinamik pasien ARDS disebutkan oleh beberapa mencegah edema paru. Sebuah studi placebo-controlled
studi yang membandingkan beberapa strategi berbeda. menunjukkan bahwa pemberian albumin dan furosemide
Arief Bakhtiar, Rena Arusita Maranatha: Acute Respiratory Distress Syndrome 57

selama 5 hari menyebabkan perbaikan oksigenasi mortalitas atau hasil lain yang penting pada percobaan
secara substansial dan signifikan, dan disertai penurunan pada manusia, beberapa jenis agen memperbaiki
detak jantung. Sebuah studi lanjutan menyebutkan oksigenasi namun tidak mengurangi angka mortalitas
bahwa perbaikan oksigenasi bukan disebabkan oleh ARDS.2, 12
albumin, melainkan furosemide. Sebuah clinical trial
terhadap pasien yang dirawat di ICU menyebutkan Kortikosteroid
bahwa pemberian albumin aman, seperti pemberian Berdasarkan patofisiologi inflamasi pada ARDS,
kristaloid, namun studi ini tidak secara spesifik memilih telah banyak dilakukan penelitian tentang kortikosteroid
pasien ARDS, dan juga hanya mengamati hasil jangka dosis tinggi. Pada beberapa penelitian, tujuannya adalah
pendek. Harus diingat juga bahwa albumin merupakan untuk mencegah ARDS pada pasien dengan risiko
produk darah, sehingga pemberian albumin berkaitan (contoh: syok septik), sedangkan pada penelitian lain
dengan risiko penularan penyakit meskipun kecil. Oleh steroid diberikan pada kasus ARDS yang telah
karena itu peran albumin pada kasus ARDS masih bermanifestasi. Yang umum diberikan adalah
belum jelas dan membutuhkan studi lebih lanjut. 12 Metilprednisolon 30mg/kgBB setiap 6 jam selama 1-2
hari, namun tidak satupun dari penelitian-penelitian
Nutrisi tersebut yang menunjukkan keuntungan dari pemberian
Telah disimpulkan bahwa manipulasi pada diet steroid, salah satu penelitian menyebutkan kejadian
dapat memperbaiki sistem imun dan meningkatkan hasil infeksi yang lebih tinggi pada pasien yang mendapat
terapi penyakit inflamasi, seperti sepsis dan ARDS. terapi steroid.4 Penggunaan steroid telah lama
Strategi yang telah dilakukan antara lain suplementasi diperkirakan akan berguna pada fase lebih lanjut ARDS,
arginin, glutamin, asam lemak 𝜔-3, dan antioksidan.2 yaitu fase fibroproliferatif. Tingkat sitokin plasma yang
Sebuah studi randomized meneliti efek nutrisi enteral meningkat secara persisten tampaknya berhubungan
modifikasi yang meliputi pemberian eicosapentaenoic dengan perburukan survival rate ARDS. Hal ini
acid, gamma-linolenic acid, dan bermacam-macam mendukung teori yang menyebutkan bahwa ARDS fase
antioksidan dibandingkan dengan nutrisi enteral kontrol lanjut (>7 hari setelah onset) ditandai dengan inflamasi
pada pasien dengan ARDS, dengan hasil kelompok yang persisten yang mungkin memberikan respon terhadap
diberi nutrisi enteral modifikasi tersebut mengalami steroid. Beberapa studi menyebutkan bahwa kelompok
perbaikan oksigenasi, pengurangan jumlah neutrofil yang diberikan steroid menunjukkan tingkat mortalitas
pada cairan bilasan alveolar, penurunan lama rawat, dan yang lebih rendah, oksigenasi yang lebih baik,
penurunan kebutuhan ventilasi mekanik. Formula yang penurunan disfungsi organ, dan ekstubasi lebih awal.
diperkaya dengan asam lemak 𝜔-3 dapat memberikan Saat yang tepat untuk memberikan steroid masih
efek baik untuk pasien ARDS karena berkompetisi menjadi perdebatan, namun dinilai masih masuk akal
dengan 𝜔-6 PUFA dan meminimalkan sintesis untuk mempertimbangkan pemberian steroid pada
eikosanoid proinflamatori.16 Banyak studi lain yang pasien yang tidak membaik dalam 7-14 hari, karena
meneliti pemberian nutrisi enteral modifikasi (sering pada subgrup penelitian didapatkan keuntungan dan
disebut imunonutrisi) dengan hasil yang masih tidak terbukti adanya kerugian.2, 12
kontroversi, sehingga peran imunonutrisi pada
manajemen ARDS masih belum jelas.2, 16 Hal lain yang Vasodilator inhalasi
terkait dengan ini adalah seberapa banyak nutrisi enteral Vasodilator inhalasi, termasuk nitric oxide dan
yang harus diberikan. Pada sebuah studi randomized prostacyclin, secara selektif menyebabkan vasodilatasi
controlled trial terbaru, jumlah pemberian nutrisi enteral pembuluh darah paru yang membantu memperbaiki
tidak mempengaruhi hasil terapi dari ALI. 16 status oksigenasi tanpa efek samping buruk pada
hemodinamik sistemik. Nitric oxide menyebabkan
Farmakoterapi dilatasi pembuluh darah dengan meningkatkan
Usaha untuk mengembangkan terapi pengubahan cyclic guanosine monophosphate yang
farmakologis untuk ARDS sejauh ini masih belum mengarah pada relaksasi otot polos. Prostacyclin seperti
berhasil, belum ada farmakoterapi yang secara jelas epoprostenol dan alprostadil bekerja pada reseptor
dapat mengurangi angka kematian ARDS meskipun prostaglandin dengan meningkatkan level cyclic
telah banyak studi dilakukan untuk meneliti agen-agen adenosine monophosphate yang menyebabkan relaksasi
yang potensial. Kesimpulan yang bisa ditarik dari pembuluh darah. Selain vasodilatasi, agen-agen ini juga
berbagai studi yang meneliti berbagai macam agen menyebabkan efek pulmonal dan kardiovaskular yang
adalah meskipun didapatkan hasil yang efektif saat menguntungkan, seperti mengurangi tahanan vaskular
dilakukan percobaan secara in vitro atau pada binatang, paru, mengurangi afterload ventrikel kanan, dan
kebanyakan terapi potensial gagal mengurangi angka meningkatkan volume sekuncup ventrikel kanan. Hasil
58 Jurnal Respirasi (JR), Vol. 4. No. 2 Mei 2018: 51-60

penelitian menyebutkan bahwa vasodilator inhalasi tidak daerah yang normal (komplians lebih baik) pada paru,
berhubungan dengan lama menggunakan ventilator dan sehingga daerah ini akan lebih rentan mengalami
angka kematian. Namun karena terapi inhalasi ini overdistensi dan VILI karena terpajan volume tidal yang
memberikan efek memperbaiki oksigenasi, maka dapat ditujukan untuk paru secara keseluruhan. Ventilasi
dipertimbangkan untuk pasien dengan hipoksemia mekanik dengan dengan tidal volume yang berlebihan
refrakter.11 dapat menyebabkan edema paru yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler yang secara
NSAID histologis mirip dengan gambaran ARDS. 2 Kesimpulan
Bukti klinis terbaru menyebutkan bahwa terdapat dari sebuah meta analisis oleh Neto dkk adalah tidal
jalur tambahan yang melibatkan platelet pada onset dan volume yang kecil juga memberikan efek yang positif
fase resolusi jejas ARDS. Studi observasional pada pasien yang tidak mengalami ARDS. Pada pasien
menunjukkan bahwa anti-platelet potensial memiliki dengan risiko ARDS, ventilasi mekanik dengan volume
peran preventif pada pasien dengan risiko terjadi tidal besar secara independen dihubungkan dengan
ARDS.11, 12 timbulnya ARDS, sedangkan volume tidal kecil dapat
mengurangi angka kejadian dan kematian akibat
Terapi baru (Novel therapy) ARDS.14
Sebelumnya telah dibahas bahwa klirens cairan Selain itu, ventilasi mekanik pada pasien ARDS
alveolar dipengaruhi oleh katekolamin. Sebuah studi sering disertai dengan dissinkroni antara pasien-
meneliti efek pemberian salbutamol intravena ventilator yang dapat memperburuk oksigenasi dan
dibandingkan dengan plasebo terhadap 40 pasien dengan ventilasi. Untuk mengatasi hal ini umum diberikan
ARDS. Pasien yang mendapat salbutamol intravena sedasi dan bahkan agen pelumpuh otot (neuromuscular
mengalami pengurangan jumlah cairan di paru, namun blocking agents). Sebuah studi yang membandingkan
mengalami kejadian aritmia yang lebih tinggi. Studi ini pemberian cisatracurium dibandingkan dengan plasebo
dihentikan lebih awal karena terdapat peningkatan angka pada pasien ARDS berat dengan lung-protective
mortalitas pada kelompok pasien yang mendapatkan ventilation berdasarkan studi ARDSNet menyebutkan
salbutamol intravena.2 Studi serupa menggunakan bahwa terdapat penurunan signifikan angka kematian 90
albuterol aerosol untuk pasien ARDS, namun tidak hari pertama, angka kejadian barotrauma, dan gagal
memberikan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu organ. Mekanisme efek positif dari pemberian agen
pemberian 2 agonis belum direkomendasikan untuk pelumpuh otot tidak diketahui, namun diperkirakan
ARDS. Terapi sel punca (stem cell) untuk ARDS karena kejadian VILI yang lebih jarang. 12, 14
sedang diteliti lebih lanjut karena didapatkan hasil yang Dari segi teori, pemberian tekanan positif pada
menguntungkan saat dilakukan pemberian sel punca akhir ekspirasi atau yang sering disebut PEEP dapat
melalui endotrakeal maupun intravena pada binatang. 5 menguntungkan, karena dapat menghindari pembukaan-
penutupan siklik dari unit paru yang dapat menyebabkan
Ventilasi mekanik atelektrauma dan mengurangi volume tidal sehingga
Ventilasi mekanik merupakan terapi standar mengurangi volutrauma. Pemberian PEEP dengan cara
untuk ARDS dan bertujuan untuk lifesaving. memperbaiki oksigenasi dapat mengurangi FiO2,
Tatalaksana ventilator untuk ARDS mengalami banyak sehingga menurunkan risiko toksisitas oksigen. Di sisi
perubahan sejak 20 tahun terakhir, karena bertambahnya lain, PEEP yang terlalu tinggi pun dapat menyebabkan
penggunaan computed tomography untuk paru dan volume akhir inspirasi yang berlebihan dan volutrauma.
pemahaman lebih lanjut terhadap VILI.12 Klinisi juga familiar dengan efek PEEP yang dapat
ARDS ditandai dengan hipoksemia yang berat, menurunkan cardiac output dan tekanan darah. Data
penurunan komplians paru, dan awalnya diperkirakan eksperimental menyebutkan bahwa level PEEP yang
mengenai paru secara difus dan homogen sesuai dengan melewati nilai tradisional 5-12 cm H2O dapat
gambaran pada foto polos. Hal ini menjadi prinsip terapi meminimalkan kolaps alveolar siklik dari paru. 11 Level
oksigen pada ARDS, sehingga tampaknya hanya dengan optimal PEEP yang seharusnya diberikan untuk pasien
volume tidal yang besar pasien dapat mendapatkan ARDS masih menjadi kontroversi.4 Sebuah penelitian
ventilasi dan oksigenasi yang cukup. Namun dengan menyebutkan bahwa level PEEP yang lebih tinggi dapat
meningkatnya penggunaan computed tomography, maka mengurangi angka kematian sebanyak 10%, namun
diketahui bahwa kelainan pada ARDS sebenarnya pasien ALI tanpa ARDS tidak mengalami efek yang
heterogen, menunjukkan opasitas berbercak-bercak di baik, malah merugikan bila diberi level PEEP yang lebih
antara jaringan paru yang tampak normal. Distribusi tinggi.4, 14
heterogen jejas ini menyiratkan bahwa volume tidal Pada saat yang sama, volume tidal yang kecil dan
yang diberikan pada pasien akan mengembangkan tekanan yang diberikan pada lung-protective ventilation
Arief Bakhtiar, Rena Arusita Maranatha: Acute Respiratory Distress Syndrome 59

dapat mengarah pada de-recruitment paru yang progresif KESIMPULAN


dan memperberat hipoksemia dan atelektrauma. Untuk
melawan terjadinya hal ini disebut dengan manuver ARDS adalah sebuah sindrom yang disebabkan
recruitment. Manuver ini melibatkan peningkatan oleh sekelompok penyebab heterogen dan bukan
tekanan aliran udara selama beberapa saat, contohnya diagnosis yang spesifik. ARDS adalah kelainan yang
pemberian CPAP (continous positive airway pressure) progresif secara cepat dan awalnya bermanifestasi klinis
40 cm H2O selama 40 detik. Serupa dengan problem sebagai sesak napas (dyspneu and tachypneu) yang
yang dijumpai dalam pemberian PEEP, sulit kemudian dengan cepat berubah menjadi gagal napas.
menentukan pasien mana yang mendapatkan keuntungan ARDS pertama kali dideskripsikan pada tahun 1967
dari manuver recruitment dan mana yang akan oleh Asbaugh dkk kemudian AECC membuat definisi
mengalami overdistensi. Jaringan paru dengan perfusi yang akhirnya disempurnakan oleh kriteria Berlin. Tata
yang baik yang mengalami overdistensi dapat berakibat laksana ARDS meliputi terapi oksigen, terapi suportif
perpindahan darah ke alveoli yang tidak mengalami seperti hemodinamik, farmakoterapi, dan nutrisi. Masih
perfusi, sehingga terjadi perburukan right to left banyak studi yang dilakukan untuk mendapatkan
shunting dan hipoksemia.12, 14 outcome yang baik untuk pasien ARDS.
Memposisikan pasien ARDS dengan posisi
telungkup (prone position) telah disebutkan dapat DAFTAR PUSTAKA
memperbaiki oksigenasi.2, 17 Mekanismenya bermacam-
macam, namun faktor yang paling penting mungkin 1. Pneumatikos I and Papaioannou V. The New Berlin
adalah efek posisi telungkup terhadap dinding dada dan Definition: What Is, Finally, the ARDS? Pneumon:
Quarterly Medical Journal. 2012; 25: 365-8.
komplians paru. Pada posisi tengadah (supine position)
2. Lee W and Slutsky A. Acute Hypoxemic Respiratory
bagian paling posterior dan inferior paru adalah bagian Failure and ARDS. In: Broaddus VC, Ernst JD, Jr TEK
yang paling berat sakitnya pada kasus ARDS. Selain and Lazarus SC, (Eds.). Murray & Nadel's Textbook of
karena gravitasi, hal ini juga disebabkan oleh berat dari Respiratory Medicine. 6th Ed. Philadelphia: Elsevier,
2016, P. 1740-60.
jantung dan organ abdomen. Saat pasien diposisikan 3. Ranieri VM, Rubenfeld GD, Thompson BT, et al. Acute
telungkup, maka dinding toraks anterior akan terfiksasi Respiratory Distress Syndrome: The Berlin Definition.
dan berkurang kompliansnya, sehingga meningkatkan JAMA. 2012; 307: 2526-33.
4. Bauman ZM, Gassner MY, Coughlin MA, Mahan M and
proporsi ventilasi pada bagian posterior paru. Hasilnya
Watras J. Lung Injury Prediction Score is Useful in
adalah ventilasi lebih homogen dan memperbaiki Predicting Acute Respiratory Distress Syndrome and
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.2 Prone-Supine II Mortality in Surgical Critical Care Patients. Crit Care Res
Study, sebuah randomized controlled trial yang Pract. 2015; 2015: 157408-.
5. Saguil A and Fargo M. Acute Respiratory Distress
dilakukan di Spanyol dan Italia, menyebutkan bahwa Syndrome: Diagnosis and Management. American Family
posisi telungkup tidak memberikan cukup keuntungan Physician. 2012; 85: 352-8.
untuk pasien ARDS atau subgrup pasien dengan 6. Copetti R, Soldati G and Copetti P. Chest Sonography: A
hipoksemia sedang-berat.17 Useful Tool to Differentiate Acute Cardiogenic Pulmonary
Edema from Acute Respiratory Distress Syndrome.
Cardiovascular Ultrasound. 2008; 6: 16.
Outcome 7. Bellani G, Laffey JG, Pham T, et al. Epidemiology,
Meskipun terjadi pengurangan komplians paru Patterns of Care, and Mortality for Patients with Acute
Respiratory Distress Syndrome in Intensive Care Units in
dan oksigenasi yang berat pada saat terjadi ARDS, 50 Countries. JAMA. 2016; 315: 788-800.
pasien yang pulih seringkali memiliki tes fungsi paru 8. Sharif N, Irfan M, Hussain J and Khan J. Factors
yang mendekati normal 6-12 bulan setelahnya. Foto Associated within 28 Days In-Hospital Mortality of
toraks evaluasi biasanya normal dengan sedikit Patients with Acute Respiratory Distress Syndrome.
Biomed Res Int. 2013; 2013: 564547.
abnormalitas yang dapat termasuk penebalan pleura. 9. Kopko PM, Marshall CS, Mackenzie MR, Holland PV and
Meskipun didapatkan penanda yang normal di atas, Popovsky MA. Transfusion-Related Acute Lung Injury:
namun pasien yang pulih dari ARDS terus mengalami Report of a Clinical Look-Back Investigation. Jama. 2002;
287: 1968-71.
batasan fungsional pada hidup sehari-hari, dan
10. Koh Y. Update in Acute Respiratory Distress Syndrome. J
penurunan kualitas hidup paling tidak 5 tahun sejak Intensive Care. 2014; 2: 2-.
terjadi ARDS. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh 11. Fanelli V, Vlachou A, Ghannadian S, Simonetti U, Slutsky
ARDS atau komplikasinya, karena pada sebuah studi AS and Zhang H. Acute Respiratory Distress Syndrome:
New Definition, Current and Future Therapeutic Options.
ARDS didapatkan sama beratnya dengan sepsis atau Journal of Thoracic Disease. 2013; 5: 326-34.
trauma.7, 8
60 Jurnal Respirasi (JR), Vol. 4. No. 2 Mei 2018: 51-60

12. Levy B and Choi A. Acute Respiratory Distress Syndrome. 15. Wiedemann HP, Wheeler AP, Bernard GR, et al.
In: Loscalzo J, (Ed.). Harrison's Pulmonary and Critical Comparison of Two Fluid-Management Strategies in
Care Medicine. 2nd Ed. New York: McGraw-Hill Acute Lung Injury. The New England Journal of Medicine.
Education, 2013, P. 288-94. 2006; 354: 2564-75.
13. Blondonnet R, Constantin JM, Sapin V and Jabaudon M. 16. Acilu M, Leal S, Caralt B, Roca O, Sabater J and Masclans
A Pathophysiologic Approach to Biomarkers in Acute J. The Role of Omega-3 Polyunsaturated Fatty Acids in the
Respiratory Distress Syndrome. Disease Markers. 2016; Treatment of Patients with Acute Respiratory Distress
2016: 3501373. Syndrome: A Clinical Review. Biomed Research
14. Serpa Neto A, Cardoso SO, Manetta JA, et al. Association International. 2015; 2015: 653750.
between Use of Lung-Protective Ventilation with Lower 17. Agrawal SP and Goel AD. Prone Position Ventilation in
Tidal Volumes and Clinical Outcomes among Patients Acute Respiratory Distress Syndrome: An Overview of the
without Acute Respiratory Distress Syndrome: A Meta- Evidences. Indian Journal of Anaesthesia. 2015; 59: 246-
Analysis. JAMA. 2012; 308: 1651-9. 8.

You might also like