You are on page 1of 2

The witness is the person who give a statement in the court that qualify the certain

conditions about an event or situation that he see, hears and experience himself as the
evidence has occurred an event or situation, However, what if the collected witnesses do not
see or experience the incident directly but they only heard from others. Inside in legal terms,
witnesses are called testimonials

Based on this, this research in formulated as follows: How about the strength of the
witness testimonium de auditu in the divorce case in Religious court Malang city ? and How is
the consideration of judges about the witness testimony de auditu in religious court Malang
city ?. To answer the above questions the researcher uses a qualitative approach, The data is
collected ysubg documentation, interview that has been conducted with three judges, and
library research learning the book about witness testimony de auditu.

The result of the study concluded that according to the judge, the strength of the witness
testimony de auditu in the Religious Court malang city is not recognized as a tool of evidence,
but rather in practice The judge has the authority to examine the witness, and it is not wrong
for the judge to hear the witness' testimony, The witness was not as direct evidence. But the
testimony can be construed as a tool of proof of hypothesis with objective and rational
judgment nd it can serve as a basis fot proving something. And the judge’s consideration of
the use of the witness testimonium de auditu in divorce cases in religious courts malang city.
that is based on the article 16 (1) UU Number.14 year 1970 junco. UU Number.4 year 2004
about the main points of judicial authority, jurisprudence supreme court 11 november 1959
number. 308 K/SIP/1959. and This includes cese verstek so there is no objection.

I love you dini, thanks saying wkwk


Saksi adalah orang yang memberikan keterangan di muka pengadilan dengan memenuhi syarat
tertentu mengenai sesuatu peristiwa atau keadaan yang dilihat, didengar dan dialami sendiri
sebagaimana bukti peristiwa atau keadaan tersebut, Namun, bagaimana jika saksi yang
dihadirkan tidak melihat atau mengalami secara langusng tetapi hanya mendengar dari orang
lain. Di dalam istilah undang-undang saksi tersebut disebut testimony.

Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
bagaimana kekuatan saksi testimonium de aduitu dalam perkra perceraian di pengadilan agama
kota malang, dan bagaimana pertimbagnan hakim mengenai saksi de auditu di pengadilan agama
kota malang ?. untuk menjawab persoalan di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, yang datanya dikumpulkan dengan menggunakan dokumentasi, wawancara dengan
tiga orang hakim, dan studi pustaka dengan mempelajari buku buku mengenai testimonium de
auditu

Hasil penelitian disimpulkan bahwa menurut hakim, kekuatan keterangan saksi de auditu di
pengadilan agama kota malang tidak diakui sebagai alat bukti, namun dalam praktik siding
perkara perceraian, hakim mempunyai wewenang untuk memeriksa saksi tersebut, dan tidak ada
salahnya bagi hakim untuk mendengarkan keterangan saksi tersebut, akan tetapi penggunaan
saksi tersebut bukan sebagai bukti langsung, namun saksi tersebut tidak digunakan sebagai alat
bukti langsung, namun kesaksiannya dapat dikontruksikan sebagai alat bukti persangkaan
dengan pertimbangan yang objektif dan rasional dan persangkaan itu dapat dijadikan dasar untuk
membuktikan sesuatu, dan pertimbangan hakim dalam menggunaka saksi testimonium de auditu
dalam perkara perceraian di pengadilan agama kota malang, berdasarkan pasal 16 (1) UU
Nomer.14 tahun 1970 junco. UU Nomer .4 tahun 2004 mengenai pokok pokok kekuasaan
kehakiman, putusan mahkamah agung 11 november 1959 nomber. 308 K/SIP/1959, dan
perkara tersebut termasuk perkara verstek yang tidak ada sanggahan.

I love you dini, makasih saying wkwk

You might also like