You are on page 1of 4
Kelompok 7 1. Silfi Sindi Anita ( 1192108 ) 2. Rully Nur Hasanah ( 1192106 ) 3. Triananda Labib Nadhir (1192112 ) KASUS KEDUA Pak Anton mendapatkan resep dari Poliklinik Anak Rumah Sakit "Amanah" untuk putranya yang berusia 8 tahun, Amoxicillin Dry syrup, menurut petugas yang menyerahkan obat tersebut syrup ini habis dalam 4 hari dan harus diminum terus selama 4 hari 3xsehari 1 sendok obat (Sml), tetapi ternyata setelah 2 hari penyakitnya malah tambah parah sehingga harus opname. A. Permasalahan B. Kajian pelanggaran etika oleh apoteker C. Solusi D. Sanksi Jawab: A.Permasalahan Pada kasus diatas apoteker belum memenuhi hak pasien karena belum memberikan infomasi yang jelas dan benar mengenai obat yang diberikan atau diresepkan oleh dokter dari cara pemakaian, penyimpanan, efek samping dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penggunaan obat yang dikonsumsi sehingga memberi efek yang fatal atau buruk karena pasien tidak mendapatkan kenyamanan dan keselamatan dalam penggunaan obat (produk). B. Kajian Pelanggaran Etika oleh Apoteker Pelanggaran-pelanggaran yang terkait mengenai Apoteker yang tidak memberikan informasi yang jelas kepada pasien adalah : 1. Kode Etik Apoteker Indonesia Pasal 7: "Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya". Pasal 9 "Seorang Apoteker melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insane". 2. UU No. 23 Tahun 1982 tentang Kesehatan Yang menyatakan bahwa: Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. C. Solusi Dalam pencegahan pelanggaran kode etik apoteker tersebut diperlukan strategi antara lain: - Adanya kebijakan tentang pelayanan farmasi klinis dari pemerintah maupun pimpinan rumah sakit bersangkutan - Adanya dalam praktek KIE dalam pelayanan dfarmasi di rumah sakit - Adanya kegiatan riset dan pengembangan yang dilaksanakan serta pendidikan dan pelatihan - Adanya auditing sebagai proses umpan balik untuk perbaikan dan memberi jaminan kualitas yang dikehendaki - Mempertinggi kemampuan untuk memberdayakan farmasi rumah sakit - Kepentingan dan tujuan kegiatan farmasi klinis harus dimengerti dan disepakati oleh petugas-petugas kesehatan - Menjalin hubungan baik antara profesi medis dan farmasi D. Sanksi Karna kelalaian belum memberikan infomasi yang jelas dan benar mengenai obat yang diberikan atau diresepkan oleh dokter dari cara pemakaian, penyimpanan, efek samping dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penggunaan obat yang dikonsumsi sehingga memberi efek yang fatal atau buruk pasien tidak mendapatkan kenyamanan dan keselamatan dalam penggunaan obat (produk). Diberikan sanksi bisa berupa teguran lisan, peringatan, pembinaan khusus, penundaan sementara rekomendas izin praktik, hingga usul pencabutan izin praktik. KASUS I: Ganti obat/merek Karena suatu kondisi (stok kosong) obat X, yang diminta dalam resep tidak dapat dilayani.Setelah di cek ternyata IFRS mempunyai obat ¥ yang kandungannya sama dari pabrik lain. Harga obat pengganti memang lebih mahal, tetapi dengan pertimbangan agar pasien segera dapat di layani, tidak ada pasien yang membeli obat di luar RS dan efisiensi perputaran stok di IFRS, Apoteker segera memberikan obat Y tersebut, Setelah menerima obatnya, pasien yang bersangkutan minta dibuatkan kopi resep, namun Apoteker keberatan karena resep sudah ditebus semua. Namun karena pasien terus mendesak akhirnya Apoteker membuatkan kopi resep dan menuliskan obat Y, sesuai obat yang diterima pasien pada kopi resep tersebut. Solusi : - Apoteker mengganti merek obat dengan harga yang lebih mahal tanpa konfirmasi kepada pasien tidak boleh, Harusnya sampaikan kepada pasien alasan dan rekomendasi bahwa bedatapi sama isinya, - Apoteker ganti obat dengan harga lebih mahal tanpa konfirmasi Salah, harusnya konfirmasidulu ke pasien, - Sebaiknya Apoteker melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep dan menghimbau untukmematuhi formularium rumah sakit, - Apoteker tidak bersedia membuat kopi resep salah (copi resep adalah hak pasien). - Apoteker tidak mengikuti kaidah penulisan kopi resep (pce). Harusnya : R/ Obat Xxx $3 dd 1 det da obat Y Sanksi Karena apoteker tersebut melakukan pelanggaran kode etik yaitu kesengajaan maka sanksi yang diberikan dapat berupa pembinaan khusus, penundaan sementara rekomendasi ijin praktek, usul pencabutan izin prakek, bahkan dikeluarkan dari profesi nya untuk sementara waktu ataupun selamanya. TRIANANDA LABIB NADHIR/A1192112 Apoteker membeli obat di tempat yang tidak memiliki jin. Instalasi farmasi RS.Mitra sari tidak membeli obat pada PBF melainkan melalui PBAK (pedagan besar alat kesehatan) Apoteker penanggung jawab apotek di rs tersebut banyak membeli ke PBAK tidak melalui PBF yang terdaftar dan tidak diketahui oleh atasannya tersebut. Dasar hukum yang di langgar ‘© Menurut PP'51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian pasal 1 ayat 10” fasiltas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi adalah sarana yang digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan sediaan farmasi,yaitu pedagang besar farmasi dan instalasi sediaan farmasi + UURINo. tahun 1999 tentang perlindungan konsumen © Pasal 62 ayat (1) pelaku usaha yang melangger ketentuan sebbagaimana dimaksud dalam pasal 8 dipidana dengan pidanna penjara palinng ama 5 tahun dan didenda 2 miliar rupiah. Sanksi: Apoteker penaggungjawab melakukan tindakan yang “Kesengajaan’. Ini adalah bentuk pelanggaran berat sehingga sanksi bisa berupa pembinaan khusus, penundaan sementara rekomendesiizin praktik, usul pencabutan izin praktik, bahkan dikeluarkan dari keanggotaan organisasi profesi untuk sementara waktu ataupun selamanya.

You might also like