You are on page 1of 127

STRATEGI KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

GURU DALAM MENGELOLA KELAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI


SMP NEGERI 1 LAWANG WETAN

PROPOSAL TESIS
Diajukan Untuk Menenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar
Magister Pendidikan Bidang Manajemen Pendidikan

Oleh
Marwiyah
NIM : 20186013179

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2020
STRATEGI KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
GURU DALAM MENGELOLA KELAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI
SMP NEGERI 1 LAWANG WETAN

PROPOSAL TESIS

Oleh
Marwiyah
NIM : 20186013179

Disetujui Oleh :

Pembimbing I, Pembimbing II

Dr. H. Bukman Lian, M.M., M.Si Dr. Hj. Nila Kusumawati, M.Si

Disahkan Oleh
Ketua Program Studi
Magister Manajemen Pendidikan

Dr. Happy Fitria, M.Pd

ii
ABSTRACT

Marwiyah (20186013179). Principal's Strategy to Improve Teachers' Ability to


Manage Classroom and Student Achievement at SMP Negeri 1 Lawang Wetan.
Educational Management Study Program, Postgraduate Program, PGRI
University of Palembang. Main Advisor Dr. H. Bukman Lian, M.M., M.Si. and
Advisor, Dr. Hj. Nila Kesumawati, M.Si.

The background to the problem in this study is based on the importance of


teacher creativity, in managing the class and student achievement to create and
maintain a conducive learning process so that students feel comfortable and
happy in participating in the learning process. The results of this study are
expected, by implementing class management strategies can improve student
achievement in SMP Negeri 1 Lawang Wetan. This research is a field research
with a qualitative approach and the data sources of this research are the principal
and the teacher, while the data collection uses the method of observation,
interviews, and documentation with research instruments in the form of
observation guidelines and interview guidelines. The results showed that: (1) The
implementation of classroom management strategies included: (a) classroom
management skills carried out by adjusting the physical conditions of student
learning spaces, (b) seating arrangements for students in class; (2) there are
positive results from the application of classroom management strategies to
increase student achievement; (3) supporting factors: (a) school regulations,
vision, mission and school goals, (b) variations in learning strategies and
methods, (c) conducive school environment and regular classrooms.

Key words : principal strategy, teacher ability to manage class, student


achievement.

ABSTRAK

iii
Marwiyah (20186013179). Strategi Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Guru Dalam Mengelola Kelas Dan Prestasi Belajar Siswa Di
SMP Negeri 1 Lawang Wetan. Program Studi Manajemen Pendidikan,
Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang. Pembimbing Utama
Dr. H. Bukman Lian, M.M., M.Si. dan Pembimbing Pendamping Dr. Hj. Nila
Kesumawati, M.Si.

Latar belakang masalah pada penelitian ini didasari oleh pentingnya


kreativitas guru, dalam mengelola kelas dan prestasi belajar siswa untuk
menciptakan dan mempertahankan proses pembelajaran kondusif sehingga
peserta didik merasa nyaman dan senang dalam mengikuti proses kegiatan
pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan, dengan pelaksanaan strategi
pengelolaan kelas dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1
Lawang Wetan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan
pendekatan kualitatif dan sumber data penelitian ini adalah kepala sekolah dan
guru, sedangkan pengumpulan data mengunakan metode observasi,
wawancara, dan dokumentasi dengan istrumen penelitian berupah pedoman
observasi dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Pelaksanaan strategi pengeloaan kelas yang dilakukan meliputi: (a) ketrampilan
mengelola kelas dilakukan dengan mengatur kondisi fisik ruang belajar siswa, (b)
pengaturan tempat duduk siswa di kelas; (2) terdapat hasil yang positif dari
penerapan strategi pengelolaan kelas terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa; (3) faktor pendukung: (a) peraturan sekolah, visi, misi serta tujuan
sekolah, (b) variasi strategi dan metode pembelajaran, (c) lingkungan sekolah
yang kondusif dan ruang kelas yang teratur.

Kata kunci : strategi kepala sekolah, kemampuan guru mengelola kelas, prestasi
belajar siswa.

KATA PENGANTAR

iv
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan dan kekuatan sehingga
peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir proposal tesis ini. Tesis ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Pendidikan
(M.Pd.) pada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pasca Sarjana
Universitas PGRI Palembang. Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada bapak Dr. H. Bukman Lian, M.M., M.Si dan ibu Dr.Hj. Nila
Kusumawati, M.Si. Selaku pembimbing, yang telah memberikan bimbingan
selama penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Rektor Universitas PGRI
Palembang, Direktur Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang ibu Dr.
Happy Fitria, M.Pd dan Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas
PGRI Palembang, yang telah memberikaan kemudahan dalam pengurusan
administrasi penulisan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten Musi Banyuasin, Kepala Sekolah, para guru, staff
dan seluruh pegawai SMP Negeri 1 Lawang Wetan yang telah memberikan
kemudahan dalam pengumpulan data, serta pihak lain yang telah memberikan
bantuannya sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.
Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak
terimakasih, semoga Alla SWT senantiasa melimpahakn rahmat dan hidayah-nya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Sekayu, Juli 2020

Penulis

Marwiyah

DAFTAR ISI

v
HALAMAN JUDUL........................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii

ABSTRAK.....................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.....................................................................................v

DAFTAR ISI..................................................................................................vi

DAFTAR TABEL ..........................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................ix

BAB I

BAB II

BAB III

C. Sumber Data dan data.......................................................................48

D. Instrumen Penelitian...........................................................................50

E. Teknik Pengumpulan Data.................................................................55

F. Teknik Analisis Data..........................................................................57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................61

A. Deskripsi Data....................................................................................61

1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Lawang Wetan.........................61

a. Sejarah singkat SMP Negeri 1 Lawang Wetan.......................61

b. Profil SMP Negeri 1 Lawang Wetan.......................................63

c. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Lawang Wetan..............63

d. Keadaan siswa dan guru........................................................65

e. Sarana Prasarana...................................................................68

vi
f. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Lawang Wetan.................69

2 Deskripsi Penyajian Hasil Penelitian............................................72

a. Penyajian Data.......................................................................72

b. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................99

A. Kesimpulan........................................................................................99

B. Saran.................................................................................................100

DAFTAR PSUTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengkodean Sumber Data.........................................................49

Tabel 3.2 Pedoman Observasi...................................................................53

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara................................................................54

Tabel 4.1 Jumlah siswa SMP Negeri 1 Lawang Wetan ............................66

Tabel 4.2 Jumlah Rombel iswa SMP Negeri 1 Lawang Wetan.................66

Tabel 4.3 Data Keadaan Guru, Pegawai SMP Negeri 1 Lawang Wetan. . .67

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Lawang Wetan................69

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Langkah-Langkah Analisis Dalam Bagan Miles & Huberman . .58

Gambar Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Lawang Wetan.......70

viii
ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu lembaga pendidikan, kepala sekolah memiliki peran yang

sangat menentukan maju mundurnya sebuah lembaga pendidikan, karena

kepala sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan

sebuah lembaga pendidikan. Untuk itu, salah satu cara yang bisa ditempuh yaitu

melalui peningkatan mutu pembelajaran pendidikan, karena adanya peningkatan

mutu pembelajaran pendidikan akan dapat mengikuti perkembangan dunia ilmu

pengetahuan bahkan dapat mewarnai dinamika masyarakat.

Dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan, kepala

sekolah harus mengetahui segala perubahan dan perkembangan yang terjadi

dalam sekolah/lembaganya. Adanya tenaga pengajar yang professional dan

yang tidak professional dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran

pendidikan akan mempengaruhi proses belajar mengajar, karena mereka harus

mampu mewujudkan tujuan pendidikan dan juga menghasilkan peserta didik

yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta beriman dan

bertakwa kepada Allah swt.

Kepala sekolah merupakan kunci yang sangat menentukan keberhasilan

sekolah dalam mencapai tujuannya. Maka dari itu, kepala sekolah dituntut

senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja para staf yang ada di sekolah.

Melihat penting dan strategisnya posisi kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan

1
2

sekolah, maka seharusnya kepala sekolah mempunyai kemampuan relation yang

baik dengan segenap warga di sekolah, sehingga tujuan sekolah dan pendidikan

dapat dicapai secara optimal. Kepala sekolah sebagai tulang punggung mutu

pendidikan dituntut untuk bertindak sebagai pembangkit semangat, mendorong,

merintis, dan memantapkan serta sekaligus sebagai administrator. Dengan

perkataan lain, bahwa kepala sekolah adalah penggerak pelaksanaan

manajemen pendidikan yang berkualitas, termasuk kualitas guru dan kualitas

proses pembelajaran itu sendiri. Dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran

di sekolah kepala sekolah harus mengetahui segala perubahan dan

perkembangan yang terjadi di dalam sekolah yang dipimpinnya, adanya tenaga

pengajar yang professional dan yang tidak professional dalam usaha

meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan akan mempengaruhi proses

belajar mengajar, karena mereka harus mampu mewujudkan tujuan pendidikan

dan juga menghasilkan peserta didik yang mampu menguasai ilmu pengetahuan

dan teknologi, serta beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Kepala sekolah

merupakan kunci yang sangat menentukan keberhasilan sekolah dalam

mencapai tujuannya. Maka dari itu, kepala sekolah dituntut senantiasa

meningkatkan efektifitas kinerja para guru dan staf yang ada di sekolah. sekolah

sebagai tulang punggung mutu pendidikan dituntut untuk bertindak sebagai

pembangkit semangat, mendorong, merintis, dan memantapkan serta sekaligus

sebagai administrator bagi para guru di sekolahan.

Guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran dan

terciptanya peserta didik yang berkualitas. Guru menempati posisi strategis dan

merupakan komponen paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil

pendidikan yang berkualitas. Begitu pentingnya peran guru dalam sistem


3

pendidikan, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya sebagai

tenaga kependidikan yang berkompeten dan profesional. Oleh karena itu upaya

perbaikan apa pun yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan, tidak

akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa adanya guru yang

berkompeten, profesional, bermartabat, dan sejahtera. Guru menjadi subjek

pembelajaran bagi siswa. Sebagai subjek pembelajaran, guru memiliki tugas

yang berhubungan langsung dengan siswa. Sementara sasaran pembelajaran

adalah siswa yang merupakan pribadi-pribadi yang sedang berkembang. Oleh

sebab itu, kemampuan guru mengendalikan kelas pembelajaran sangat penting.

Prestasi belajar siswa merupakan tolak ukur keberhasilan sekolah dalam

mengelola proses pembelajaran. Oleh karenanya peningkatan prestasi belajar

saat ini menjadi prioritas utama bagi institusi pendidikan sebagai satu bagian dari

representatif kualitas pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Widodo

(2015:104) bahwa salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di

Indonesia adalah prestasi belajar yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh

Oktriany, Triastuti dan Prajoko (2015:99) mengemukakan bahwa output sekolah

bermutu tinggi apabila prestasi siswa tinggi, baik dalam prestasi akademik

maupun prestasi non akademik.

Pernyataan di atas didukung oleh pendapat Winkel (2011:97)

mengemukakan bahwa prestasi siswa adalah suatu bukti keberhasilan belajar

atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai

dengan bobot yang dicapainya. Dengan demikian, prestasi merupakan salah

satu ciri yang dapat menggambarkan tinggi rendahnya tingkat keberhasilan siswa

dalam belajar di sekolah (Danil, 2011:30).

Untuk mencapai prestasi yang diharapkan, perlu adanya usaha yang


4

maksimal dari segenap komponen pendidikan untuk meningkatkan mutu

pengelolaan pembelajaran di kelas. Komponen komponen tersebut menurut

Townsend dan Butterworth (2012:54), antara lain: (1) keefektifan gaya

kepemimpinan kepala sekolah; (2) partisipasi aktif dan rasa tanggung jawab guru

dan staff; (3) keberlangsungan proses belajar-mengajar yang efektif; (4)

kurikulum yang relevan; (5) memiliki visi dan misi yang terarah; (6) iklim sekolah

yang kondusif; dan (7) keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik.

Upaya dalam peningkatan mutu pembelajaran di lembaga pendidikan

memerlukan partisipasi semua pihak, kepala sekolah, guru, staf administrasi,

peserta, didik, orang tua (Usman, 2010:42).

Khususnya, untuk mendapatkan prestasi belajar siswa yang lebih baik

dan optimal, memerlukan guru yang mampu mengelola kelas dengan baik.

Arikunto (2012:143) mengemukakan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu

usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan

maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan

belajar mengajar seperti yang diharapkan. Oleh karenanya guru dituntut untuk

mampu mengelola kelas dengan berorientasi pada peningkatan prestasi siswa.

Sugihartono, dkk (2017:86) mengemukakan bahwa seorang guru hendaknya

bisa mengelola kelas dengan baik karena kelas merupakan tempat berhimpun

guru dan siswa dalam proses pembelajaran, dengan pengelolaan kelas yang

baik diharapkan siswa memiliki motivasi tinggi dan dapat mencapai hasil belajar

optimal.

Dalam kegiatan belajar mengajar tentunya seorang guru memiliki peran

sentral dan bertanggung jawab mengarahkan dan membimbing siswanya dalam

setiap proses pembelajaran berlangsung. Usman (2012:58) mengemukakan


5

bahwa sebagai pengelola kelas guru bertanggung jawab memelihara lingkungan

fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan

atau membimbing proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan

demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga

mengembangkan kebiasaan bekerja sama dengan siswa lainnya.

Kegiatan pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan yang erat

hubungannya dengan kegiatan pembelajaran dan sangat penting guna

tercapainya proses pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu dalam mengelola

kelas seorang guru tentunya perlu memperhatikan bagaimana menciptakan iklim

belajar yang tepat, mengatur ruang belajar, dan mengelola kegiatan belajar

mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar bisa berjalan sesuai dengan tujuan

yang sudah ditetapkan oleh sekolah .

Menurut Wiyani (2013:65) ada tiga kegiatan inti pada pengelolaan kelas,

yaitu sebagai berikut: (1) menciptakan iklim belajar yang tepat meliputi

kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, keluwesan, penekanan

pada hal-hal yang positif, dan penanaman disiplin diri; (2) mengatur ruang belajar

meliputi pengaturan tempat duduk peserta didik, pengaturan media pendidikan;

dan (3) mengelola kegiatan belajar mengajar meliputi keterampilan membuka

dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,

keterampilan memberi penguatan, keterampilan menggunakan media

pembelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan

mengelola kelas, keterampilan mengadakan variasi serta keterampilan mengajar

perorangan dan kelompok kecil.

Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tidak saja

menuntut kemampuan menguasai materi pelajaran, strategi dan metode


6

mengajar, menggunakan media atau alat pembelajaran. Tetapi guru harus

mampu menyediakan atau menciptakan situasi dan kondisi belajar yang kondusif

serta menyenangkan dapat terwujud jika guru mampu mengatur suasana

pembelajaran, mengkondisikan siswa untuk belajar dan memanfaatkan sarana

atau media pembelajaran serta dapat mengendalikan suasana yang

menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Warsono dan Hariyanto

2013:270).

Guru berada pada bagian yang paling depan dalam mensukseskan tujuan

pendidikan. Oleh karenanya, guru harus memiliki kompetensi dalam menjalankan

tugas dan fungsinya. Sebagaimana yang termuat dalam Undang undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang

menjelaskan bahwa guru adalah pendidik yang professional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar dan pendidikan menengah. Berkaitan dengan tugasnya sebagai seorang

pendidik, guru harus mamiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas. Karena

dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang

paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

bergantung kepada bagaimana guru melaksanakan proses belajar mengajar di

sekolah (Warsono dan Hariyanto, 2013:288).

Arikunto (2012:32) mengemukakan bahwa pengelolaan Kelas adalah

suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar

dengan maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana

kegiaan belajar mengajar seperti yang diharapkan. Pengelolaan kelas

merupakan ketrampilan seorang guru untuk terciptanya dan memelihara kondisi


7

belajar yang optimal serta mengembalikan kondisi yang sebaik mungkin jika

terjadi masalah, baik dengan mendisiplinkan atau melakukan kegiatan remedial

terhadap peserta didik di kelas (Hasibuan dan Moejiono, 2011:82).

Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas diperlukan

strategi yang efektif dari kepala sekolah sebagai pengawas akademik.

Pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah secara terus menerus dan

berkelanjutan untuk membina dan membimbing guru dalam meningkatkan kinerja

khususnya dalam mengelola kelas. Pengawasan pada hakekatnya adalah

memperbaiki hal belajar dan mengajar. Melalui supervisi kepala sekolah hadir

untuk membimbing pertumbuhan kemampuan dan kecakapan professional guru

(Suhardan, 2017:41).

Dengan demikian, kepala sekolah dengan perannya sebagai manager

seharusnya mempunyai kemampuan dalam mencari strategi yang tepat untuk

meningkatkan kualitas sumber daya guru yang ditunjang dengan kompetensi

yang cukup. Kepala sekolah harus mampu memberikan berbagai model

peningkatan mutu yang ditujukan kepada guru, baik itu dalam bentuk pemberian

insentif, pengadaan sarana satu guru satu laptop, seminar, penelitian tindakan

kelas dan sebagainya. Kepala sekolah yang mampu meningkatkan kualitas

sumber daya guru inilah yang mampu membawa kualitas peyelenggaraan

pendidikan di lembaga pendidikan selangkah lebih baik. Sebagai jalan untuk

mewujudkan adanya mutu di kalangan guru,maka dibutuhkan figur kepala

sekolah yang berkompeten.

Kepala sekolah merupakan sosok penting dalam merumuskan visi

sekolah menuju pengelolaan yang bermutu. Oleh karenanya kepala sekolah

melalui fungsi Manajerialnya memiliki peran besar dalam upaya meningkatkan


8

mutu pembelajaran di sekolah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Sergiovanni (2011:62) bahwa kualitas pendidikan yang diterima di sekolah akan

menghasilkan kualitas belajar sebagai produk dari keefektifan Manajerial kepala

sekolah. Dengan demikian, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan untuk

mentransformasikan ide dan imajinasi serta keinginan-keinginan besar melalui

gagasan berupa strategi yang efektif dan efisien, karena sekolah yang

berkualitas sangat bergantung pada pola kepemimpinan kepala sekolah, karena

dialah pimpinan tertinggi di sekolah dan dialah yang bisa mengambil keputusan

dalam segala hal. Oleh karena itu, kepala sekolah harus berperan aktif dalam

upaya meningkatkan prestasi siswa.

Fitrah (2017:40) mengemukakan bahwa peran kepala sekolah dalam

meningkatkan prestasi akademik siswa yang meliputi sebagai edukator, manajer,

administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator, sangat kompleks, maka

kepala sekolah harus benar-benar melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

visi misi serta program-program yang terlaksana, sehingga mampu merumuskan

dan menganalisis untuk program-program selanjutnya agar maksimal. Penelitian

yang dilakukan oleh Yusrizal dan Nasir (2016) yang mengemukakan bahwa

salah satu kendala dalam meningkatkan prestasi siswa adalah kepala sekolah

yang kurang tepat waktu dalam melaksanakan program peningkatan mutu.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa komponen penting dalam

upaya peningkatan mutu output pendidikan yaitu prestasi belajar siswa adalah

partisipasi kepala sekolah dan guru yang maksimal. Kepala sekolah merupakan

sosok penting dalam merumuskan visi sekolah menuju pengelolaan yang

bermutu. Oleh karenanya kepala sekolah melalui fungsi Manajerialnya memiliki

peran besar dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.


9

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sergiovanni (2011:62) bahwa kualitas

pendidikan yang diterima di sekolah akan menghasilkan kualitas belajar sebagai

produk dari keefektifan Manajerial kepala sekolah.

Penelitian ini di laksanakan di SMP Negeri 1 Lawang Wetan. Peneliti

memilih sekolah ini karena SMP Negeri 1 Lawang Wetan memiliki sumber daya

pendidikan dan sarana dan prasara yang cukup baik, kususnya sarana dan

prasarana di dalam kelas telah tersedia beberapa alat pendukung pembelajaran

di setiap kelasnya diantaranya setiap kelas terdapat 2 kipas angin, dua papan

tulis, 2 buah speaker, 1 buah cctv yang terpasang di pojok ruang kelas, 1 buah

lemari untuk menyimpaan media pembelajaran. kelengkapan sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh SMP Negeri 1 Lawang Wetan dinilai dapat

mendukung terlaksananya penelitian ini.

Dari hasil kegiatan observasi awal pada tanggal 2 sampai 10 Juni 2020,

peneliti menemukan beberapa indikator yang terkait dengan upaya kepala

sekolah SMP Negeri 1 Lawang Wetan untuk meningkatkan kemampuan guru

dalam mengelola kelas. Upaya kepala sekolah tersebut dilaksanakan melalui

proses pengawasan sebagai upaya untuk memantau dan menilai kinerja guru di

dalam mengelola pembelajaran di kelas. Hasil pantauan dan penilaian yang

dilakukan oleh kepala sekolah kemudian menjadi bahan evaluasi untuk

melakukan pembinaan terhadap guru. Kemudian kepala sekolah juga sudah

berupaya untuk meningkatan sarana dan prasarana belajar dikelas dengan

mengalokasikan anggaran untuk melengkapi sarana dan prasarana agar proses

belajar mengajar di kelas dapat berjalan dengan maksimal.

Selain rutin melaksanakan pengawasan baik itu pengawasan melalui

kunjungan kelas, kepala sekolah juga rutin memberikan informasi terkait


10

dengan pelatihan dan pengembangan kompetensi kepada guru agar guru dapat

mengikuti kegiatan tersebut dan dapat menggunakan pelatihan yang telah diikuti

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pengajar. Upaya kepala

sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas tersebut

dinilai belum efektif, karena masih ada beberapa siswa yang kurang antusias

dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa

siswa yang masih terlihat melakukan aktifitas diluar aktifitas belajar seperti

meminta izin untuk keluar disaat proses pembelajaran berlangsung, sesekali

terlihat berbicara dengan teman disebelahnya tanpa memperhatikan apa yang

sedang dijelaskan oleh guru, dan aktifitas aktifitas lainnya yang membuat

suasana kelas kurang kondusif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Djamarah

(2016:185) bahwa dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam

pengelolaan kelas dapat menerapkan prinsip pengelolaan kelas sebagai berikut:

(1) hangat dan antusias dalam proses belajar mengajar; (2) tantangan; (3)

bervariasi; (4) keluwesan; (5) penekanan hal positif; dan (6) peranan kedisiplinan.

Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti, peneliti menilai

bahwa kepala sekolah telah memiliki strategi dalam upaya meningkatkan

kemampuan guru dalam mengelola kelas dan prestasi siswa di SMP Negeri 1

Lawang Wetan. Akan tetapi, temuan awal ini belum dapat memberi jawaban

secara mendalam apakah strategi tersebut sudah tepat dan bagaimana dampak

strategi yang diterapkan oleh kepala sekolah terhadap peningkatan

kemampuan guru dalam mengelola kelas serta prestasi belajar siswa di SMP

Negeri 1 Lawang Wetan.

Oleh karenanya, peneliti akan meneliti lebih dalam terkait permasalahan


11

yang telah diuraikan. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan oleh peneliti

berjudul “Strategi Kepala sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan Guru

dalam Mengelola Kelas dan Prestasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Lawang

Wetan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diketahui bahwa

masalah yang diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Strategi kepala sekolah SMP Negeri 1 Lawang Wetan untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan prestasi

belajar siswa dilakukan melalui: (1) pengawasan dan pembinaan

terhadap kinerja guru di dalam mengelola pembelajaran di kelas; (2)

mengalokasikan anggaran untuk melengkapi sarana dan prasarana agar

proses belajar mengajar di kelas dapat berjalan dengan maksimal.

2. Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti, dikemukakan

bahwa kepala sekolah telah memiliki strategi dalam upaya

meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan prestasi

siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan, akan tetapi belum efektif, karena

dalam preses belajar mengajar dikelas masih ditemukan beberapa

siswa yang melakukan aktifitas diluar aktifitas belajar seperti meminta

izin untuk keluar disaat proses pembelajaran berlangsung, sesekali

terlihat berbicara dengan teman disebelahnya tanpa memperhatikan apa

yang sedang dijelaskan oleh guru, dan aktifitas aktifitas lainnya yang

membuat suasana kelas kurang kondusif.


12

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak keluar dari fokus

pembahasan, maka penelitian ini di batasi pada permasalahan sebagai berikut :

1. Strategi kepala sekolah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi program sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah yang

berkaitan dengan peningkatan kemampuan guru dan prestasi belajar

siswa.

2. Kemampuan guru dalam mengelola kelas yang terdiri dari: (1)

menciptakan iklim belajar yang tepat meliputi kehangatan dan

keantusiasan, tantangan, bervariasi, dan penekanan pada hal-hal yang

positif; (2) mengatur ruang belajar meliputi pengaturan tempat duduk

peserta didik, pengaturan media pendidikan; dan (3) mengelola kegiatan

belajar mengajar meliputi keterampilan membuka dan menutup

pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,

keterampilan memberi penguatan, keterampilan menggunakan media

pembelajaran, keterampilan membimbing diskusi serta keterampilan

mengajar.

3. Prestasi belajar yang terdiri dari prestasi akademik dan prestasi non

akademik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah dan identifikasi masalah di atas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : bagaimana strategi kepala

sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas

dan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan?


13

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui, memahami dan mendeskripsikan

secara rinci dan mendalam mengenai bagaimana strategi kepala sekolah dalam

upaya meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan prestasi

belajar siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran

terhadap kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan guru

dalam mengelola kelas dan prestasi belajar siswa.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan

dalam mengembangkan strategi untuk meningkatkan kemampuan

guru dalam mengelola kelas dan prestasi belajar siswa di SMP

Negeri 1 Lawang Wetan.

b. Bagi Guru

Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk memotivasi diri

dalam upaya meningkatkan kemampuan mengelola kelas dan

prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan.

c. Bagi Lembaga Pendidikan


14

Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi penyusunan

strategi program peningkatan kepala sekolah dalam upaya

meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan

prestasi belajar siswa.

d. Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi dan pengalaman yang cukup berharga

bagi peneliti untuk mengimplementasikan berbagai teori yang

berkaitan dengan upaya meningkatkan kemampuan guru dalam

mengelola kelas dan prestasi belajar siswa.

e. Bagi Pascasarjana Universitas PGRI Palembang

Sebagai sumber referensi dan literatur mahasiswa pascasarjana

yang tertarik mendalami manjemen pendidikan yang terkait dengan

strategi kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru

mengelola kelas dan prestasi belajar siswa.


BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teori yang Berkaitan dengan Variabel Penelitian

1. Prestasi Belajar Siswa

a. Prestasi Belajar

Dalam memberikan suatu argumen tentang pengertian prestasi

belajar, terlebih dahulu penulis akan menguraikan pengertian prestasi.

Pengertian prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap

seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Sedangkan belajar itu

sendiri sebagaimana pembahasan yang telah lalu lebih mengacu pada

proses perubahan baik dalam sikap, tingkah laku mampu dalam hal

pengetahuan, dengan demikian prestasi belajar tak lain. Tirtaraharja

(2010:85) memberikan defenisi prestasi belajar adalah taraf kemampuan

aktual yang bersifat terukur, berupa penguasaan ilmu pengetahuan,

keterampilan, sifat interaksi yang dicapai oleh murid dari apa yang

dipelajari di sekolah.

Sudjana (2010:82) bahwa prestasi adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman

belajar. Prestasi belajar merupakan hasil evaluasi pendidikan yang

dicapai oleh siswa setelah menjalani proses pendidikan secara formal

dalam jangka waktu tertentu dan hasil belajar tersebut berupa angka-

angka (Suryabrata, 2010:6). Hakikat prestasi belajar adalah prestasi

belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

mengajar. Selain itu Azwar (2014:58) juga mengartikan prestasi belajar

15
16

sebagai hasil perubahan yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif,

dan psikomotorik.

Aspek kognitif berisi hal-hal yang menyangkut aspek intelektual

(pengetahuan), aspek afektif (nilai dan sikap), aspek psikomotorik

(keterampilan). Sedangkan Nasution (2014:17), menyatakan bahwa

prestasi belajar siswa adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang

dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi merupakan keberhasilan

dalam proses belajar mengajar yang telah ditempuh siswa, bertujuan

untuk memperoleh atau mengembangkan ilmu pengetahuan. Prestasi ini

dituangkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru kepada

siswa Mahmud (2010:82) menjelaskan bahwa prestasi belajar diukur

dengan nilai-nilai tes hasil belajar dari lamanya bersekolah dan dalam

kurun waktu tertentu didokumentasikan pada buku rapor siswa. Menurut

Baharuddin dan Wahyuni (2011:18) prestasi merupakan hasil belajar

yang berasal dari informasi yang telah diperoleh pada tahap proses

belajar sebelumnya. Prestasi dapat berupa keterampilan mengerjakan

sesuatu, kemampuan menjawab soal, dan mampu mengerjakan tugas.

Menurut Sardiman (2014:46) Prestasi adalah kemampuan nyata

yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar.

Menurut Arifin (2016:24-25) prestasi belajar memiliki fungsi utama

anatara lain: (1) prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai anak didik; (2) prestasi belajar sebagai

lambang rasa keingintahuan; (3) prestasi belajar sebagai bahan

informasi dalam dimensi pendidikan; (4) prestasi belajar sebagai


17

indikator intern dan ekstern dalam institusi pendidikan. Indikator intern

dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat

produktifitas suatu institusi pendidikan.

Menurut Komariah dan Triatna (2016:56) prestasi menjadi tujuan

sekolah. Sekolah efektif adalah sekolah yang membuat prestasi tidak

hanya pada siswa tetapi pada semua komponen sekolah, namun

indikator yang paling utama adalah prestasi siswa. Prestasi siswa yang

dimaksud bukan hanya unggul dalam kecerdasaan kognitif belaka tetapi

juga pada aspek afektif dan psikomotorik. Hal senada juga diungkapkan

Suyanto dan Jihad (2013:122) yang menyatakan bahwa one in which

students progress further than might be expected from a consideration

of intake, siswa yang berprestasi dalam belajar memiliki ciri-ciri

perubahan yang diantaranya: (1) perubahan intensional; (2) perubahan

positif dan aktif; dan (3) perubahan efektif dan fungsional.

Faktor-faktor yang memperngaruhi prestasi adalah faktor intern

yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar.

Adapun yang termasuk di dalam faktor intern diantaranya adalah: (1)

badan sehat yang berarti segenap badan terbebas dari penyakit.

Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya;

(2) intelegensi; (3) perhatian; (4) minat; (5) bakat; (6) motivasi; (7)

kematangan.; (8) kesiapan. Disisi lain ada faktor ekstern yang

merupakan faktor yang ada di luar siswa. Ada beberapa faktor ekstern

yang berpengaruh ialah: (1) faktor keluarga; (2) faktor sekolah; (3) faktor

Masyarakat (Jamali dan Prasojo, 2013:12).

Menurut Slameto (2010:54-55) beberapa faktor yang


18

mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu

itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan kedalam faktor intern yaitu

kecerdasan atau intelegensi, minat, bakat, dan motivasi. Adapun faktor-

faktor ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya

diluar diri siswa yaitu: keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan

lingkungan masyarakat.

Suryabrata (2010:60) mengemukakan bahwa secara garis besar

membagi menjadi tiga ranah hasil belajar yaitu: (1) ranah kognitif,

berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yang terdiri dari enam aspek,

yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat

rendah, dan keempat aspek berikutnya, termasuk kognitif tingkat tinggi;

(2) ranah afektif, berkenaan dengan sikap, yang terdiri dari lima aspek,

yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi; (3) ranah psikomotor, berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan, dan kemampuan bertindak, yang terdiri dari enam aspek,

yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan

kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Crow dan Alice (2010:53) mengklasifikasikan prestasi menjadi

tiga bagian, yaitu: (1) Kemampuan bahasa, semakin berkembangnya

seseorang menuntut ia untuk memiliki penalaran yang lebih tinggi, hal

tersebut sangat bergantung pada penggunaan bahasa; (2) Kemampuan

matematika; (3) Kemampuan ilmu pengetahuan/sains Dalam dunia yang


19

dipenuhi dengan produk-produk kerja ilmiah, literasi sains menjadi suatu

keharusan bagi setiap orang. Setiap orang perlu menggunakan

informasi ilmiah untuk melakukan pilihan yang dihadapinya setiap hari.

Melalui studi ilmu pengetahuan bertambahlah pengetahuan siswa

tentang dunia. Lebih spesifik lagi.

Menurut Chaplin (2016:29) prestasi adalah suatu tingkatan

khusus dari kesuksesan karena mempelajari tugas-tugas, atau tingkat

tertentu dari kecakapan/keahlian dalam tugas-tugas sekolah atau

akademis. Secara pendidikan atau akademis, prestasi merupakan satu

tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis

yang dinilai oleh guru-guru, melalui tes-tes yang sudah dibakukan, atau

melalui kombinasi kedua hal tersebut. Djamarah (2016:120)

mendefinisikan prestasi akademik sebagai suatu hasil yang diperoleh,

dimana hasil tersebut berupa kesan-kesan yang mengakibatkan

perubahan dalam diri individu sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar.

Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi akademik merupakan

perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan

yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan

proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Sedangkan prestasi

non akademik adalah prestasi yang dicapai siswa dari kegiatan di luar

jam atau dapat di sebut dengan kegiatan ekstrakurikuler (Mulyono,

2013:188).

Dari beberapa pendapat mengenai pengertian prestasi belajar

siswa hasil dari sebuah proses belajar yang baik, ditandai dengan

adanya kemampuan baik itu penguasaan materi tentang pelajaran


20

maupun kemampuan diluar pelajaran yang diperoleh melalui kegiatan

ekstrakulikuler. Adapun prestasi belajar terbagi menjadi prestasi

akademik sebagai prestasi yang diperoleh melalui aktifitas belajar

akademik dan prestasi non akademik yaitu prestasi diluar proses

akademik. Kedua prestasi ini menjadi fokus pembahasan dalam

penelitian ini.

b. Prestasi Akademik dan Non Akademik

Setyaningrum, Sawiji dan Ninghardjanti (2018:67) membagi

prestasi menjadi dua, yaitu prestasi akademik dan prestasi non

akademik. Prestasi akademik menurut Bloom (Suryabrata, 2010:62)

merupakan hasil perubahan perilaku yang meliputi ranah kognitif, ranah

afektif dan ranah psikomotor yang merupakan ukuran keberhasilan

siswa. Menurut Departemen pendidikan nasional (2014) prestasi

akademik merupakan hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan

belajar di sekolah atau perguruan tinggiyang bersifat kognitif dan

biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi

akademik dinyatakan sebagai pengetahuan yang dicapai atau

keterampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran tertentu di

sekolah, biasanya ditetapkan dengan nilai tes (Suryabrata, 2010:63).

Prestasi non akademik adalah suatu prestasi yang tidak dapat

diukur dan di nilai menggunakan angka, biasanya dalam hal olah raga,

pramuka, PMR, atau kesenian semisal drum band, melukis, dan

sebagainya. Prestasi ini biasa di raih oleh siswa yang memiliki bakat

tertentu dibidangnya. Karena itu prestasi ini yang biasa dicapai oleh

siswa sewaktu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah


21

(Tirtonegoro, 2011:43). Adapun prestasi non akademik Menurut

Mulyono (2013:188) adalah prestasi atau kemampuan yang dicapai

siswa dari kegiatan diluar jam atau dapat disebut dengan kegiatan

ekstrakurikuler yaitu berbagai kegiatan sekolah yang dilakukan dalam

rangka kesempatan kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan

potensi, minat,bakat, dan hobi yang dimilikinya yang dilakukan diluar

jam sekolah normal.

Dari pendapat-pendapat tersebut diatas, dapat dikemukakan

bahwa prestasi akademik adalah suatu kemampuan yang dimiliki

seorang siswa dilihat dari sisi akademiknya, lebih tepat yang berkaitan

dengan mata pelajaran yang diterimanya selama mengikuti belajar-

mengajar di kelas. Prestasi akademik yang dicapai seorang siswa

dengan siswa meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor

yang merupakan ukuran keberhasilan siswa. Sedangkan prestasi non

akademik adalah prestasi yang dicapai oleh siswa diluar proses

akademik (diluar mata pelajaran) yang biasanya dicapai melalui

kegiatan ekstrakulikuler di luar sekolah. Oleh karena itu, prestasi non

akademik yaitu prestasi yang tidak dapat diukur dan dinilai

menggunakan angka akan tetapi melalui bakat, minat dan kemampuan

yang dimiliki siswa diluar jam pelajaran atau materi disekolah.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar sebagai hasil dari upaya yang selama ini

dilakukan melalui belajar, ternyata banyak dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Dari sekian faktor yang berpengaruh itu, secara garis besarnya
22

dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu faktor intern (dari dalam) diri

siswa dan faktor ekstern (dari luar) diri siswa (Mulyono, 2013:193-196),

sebagai berikut:

1) Internal

Faktor internal yang terdapat di dalam diri siswa terdiri dari

dua segi yaitu dari segi fisiologis dan biologis dan dari segi

psikologis: (a) Segi fisiologis dan biologis yang terdapat pada diri

siswa ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar. Faktor kesehatan jasmani turut berpengaruh dalam

pencapaian prestasi belajar yang baik, sehat berarti dalam keadaan

baik dan segenap bagian-bagiannya bebas dari penyakit; (b)

Psikologis juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Kondisi ini dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya pikiran

siswa. Kondisi ini dapat dipandang sebagai cara-cara berfungsinya

pikiran siswa dalam terhadap apa yang disajikan lebih mudah

dipahami dan efektif.

2) Eksternal

Faktor eksternal atau biasa dikatakan faktor dari luar, secara

garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (a) Faktor

keluarga adalah merupakan pelatih batas pertama dasar-dasar

kependidikan anak. Karena di dalam keluarga inilah untuk pertama

anak mulai mengenal alam sekitarnya, merasakan kasih sayang

hingga tumbuh menjadi dewasa. Dalam keluarga inilah berlangsung

dengan sendirinya pendidikan melalui tatanan pergaulan,

kewibawaan, kepatuhan yang bersifat pribadi dan wajar, tanpa


23

harus diumumkan untuk diketahui dan diikuti oleh keluarga lain.

Situasi kehidupan keluarga yang baik merupakan persiapan

yang baik pula untuk memasuki pendidikan sekolah. Untuk itulah,

orang tua dituntut sedapat mungkin menciptakan suasana damai

dalam keluarga, jauh dari pertengkaran dan percekcokan. Orang

tua yang mengerti sepenuhnya pendidikan, maka ia akan

memperlihatkan kondisi anaknya dalam belajar, sehingga anak

dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Olehnya dalam sebuah

buku menyatakan: Semakin tinggi perhatian orang tua terhadap

prestasi belajar anak-anaknya, semakin tinggi pula prestasi yang

akan dicapai anak-anak itu. Perhatian orang tua yang dimaksud

dalam asumsi tersebut adalah menyangkut segala aspek yang

dapat mempenaruhi peserta didik anak, misalnya mempersiapkan

sarana dan prasarana seperti ruang belajar khusus yang dapat

menunjang anak untuk belajar;

b) Faktor sekolah sebagai sarana pendidikan formal, di

sanalah anak-anak berkumpul dengan asumsi yang hampir sama.

Dengan adanya macam-macam anak yang datang dan keluarga

yang berbeda maka guru di sekolah bukan tidak mungkin akan

kewalahan menghadapi sikap anak yang datang dari keluarga yang

tidak menentu. Akhirnya prestasi anak yang tadinya disiplin bisa

saja terpengaruh oleh teman-teman yang lain yang prestasinya

lebih buruk. Selain itu pula salah satu faktor yang paling

berpengaruh prestasi belajar anak adalah sikap guru dalam

mengajar siswa. Hal ini penting mengingat banyaknya guru dalam


24

menghadapi anak sangat keras, sehingga anak merasa malas dan

takut bila berhadapan dengan mereka.

c) Faktor Lingkungan di samping faktor keluarga dan

sekolah, yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, lingkungan

masyarakat juga turut mempengaruhi peserta didik siswa. Bahkan

faktor ini lebih banyak dirasakan oleh seorang anak apabila sudah

beranjak dewasa. Karena ketika itu hubungan anak dengan

lingkungannya semakin luas. Sejauh mana seorang anak dapat

berkenalan dengan lingkungan, sejauh itu pula lingkungan dapat

mempengaruhi prestasi belajar seorang anak, sedangkan tidak

selamanya pengaruh lingkungan itu bersifat positif. Olehnya itu,

disinilah penting memilih situasi lingkungan yang dapat mendukung

prestasi belajar seorang anak. Dari beberapa faktor di atas dapat

diketahui bahwa apabila ada kesalahan diantara keluarga, sekolah

dan lingkungan, maka dipastikan pestasi seorang anak dapat

diarahkan tinggal bagaimana menggali potensi-potensi yang dimiliki

seorang anak untuk disesuaikan antara faktor internal dan

eksternal.

2. Kemampuan Guru dalam Pengelolaan Kelas

a. Guru

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6,

pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai

guru, dosen, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator, dan

sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi


25

dalam menyelenggarakan pendidikan.

Menurut Hasan (2015:377), yang dimaksud dengan guru adalah

orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.

Pengertian guru menurut KBBI di atas, masih sangat umum dan belum

bisa menggambarkan sosok guru yang sebenarnya, sehingga untuk

memperjelas gambaran tentang seorang guru diperlukan definisi-definisi

lain. Menurut Suparlan (2012:12), guru dapat diartikan sebagai orang

yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal,

maupun aspek lainnya.

Menurut Imran (2010:23), guru adalah jabatan atau profesi yang

memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan menengah.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat dikemukakan bahwa guru

adalah seseorang yang telah memperoleh surat keputusan (SK) baik

dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang

memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar

dan mendidik siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan utamanya untuk

mencerdaskan bangsa dalam semua aspek.

b. Pengelolaan Kelas

Menurut Hasan (2015:708) manajemen kelas adalah manajemen

untuk mencapai tujuan pengajaran di kelas secara efektif dan efisien.


26

Menurut Wragg (2010:48) pengelolaan kelas adalah segala sesuatu

yang dilakukan guru agar anak-anak berpartisipasi aktif dalam kegiatan

belajar-mengajar, bagaimanapun cara dan bentuknya. Menurut Mulyasa

(2011:91), pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk

menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya

jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Astuti (2012:35)

mengemukakan bahwa mengelola kelas adalah menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal, dan/atau mengembalikan ke

kondisi yang optimal dari gangguan dalam proses belajar.

Rohani dan Ahmadi (2015:116) membedakan antara

pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas, walaupun keduanya

memiliki hubungan yang sangat erat. Jika pengelolaan pengajaran

mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk

mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran, maka pengelolaan kelas

menunjuk pada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan

mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.

Yamin dan Maisah (2014:34) menjelaskan bahwa dalam proses

pembelajaran di sekolah dapat dibedakan adanya dua kelompok

masalah yaitu masalah pengelolaan kelas dan pengelolaan

pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pengelolaan kelas

dari teori-teori tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengelolaan kelas adalah keterampilan guru yang berupa kegiatan-

kegiatan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang optimal dan

kondusif, serta mengendalikannya ketika terjadi gangguan, sehingga


27

siswa dapat berpatisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan

begitu, pengelolaan kelas merupakan kunci penting untuk mewujudkan

tercapainya tujuan pembelajaran.

c. Tujuan Pengelolaan Kelas

Rohani dan Ahmadi (2015:117) mengungkapkan bahwa

pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi

terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Oleh karenanya,

kemampuan pengelolaan kelas yang efektif merupakan hal yang sangat

penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut

Wragg (2010:54) kemampuan pengelolaan kelas sering juga disebut

kemampuan menguasai kelas. Hal ini berarti seorang guru harus

mampu mengontrol atau mengendalikan prilaku muridnya sehingga

mereka terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Kemampuan pengelolaan kelas memiliki beberapa tujuan.

Menurut Suwarna, dkk (2016:82), tujuan keterampilan pengelolaan kelas

yaitu: (1) mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai

tujuan pembelajaran; (2) membantu siswa menghentikan tingkah

lakunya yang menyimpang dari tujuan pembelajaran; (3) mengendalikan

siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang

menyenangkan, untuk mencapai tujuan pembelajaran; dan (4) membina

hubungan baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa,

sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif.

Saifuddin (2014:74) mengemukakan bahwa tujuan dari

pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam

kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan


28

intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan

siswa belajar dan bekerja untuk terciptanya suasana sosial yang

memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,

emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.

kemudian Mulyadi (2012:53) menyatakan bahwa tujuan

pengelolaan kelas adalah: (1) mewujudkan situasi dan kondisi kelas,

sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

untuk mengembangkan kemampuan mereka semaksimal mungkin; (2)

menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi

terwujudnya interaksi pembelajaran; (3) menyediakan dan mengatur

fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan

peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial,ekonomi, budaya

dan sifat-sifat individualnya.

Dari penjelasan di atas, dapat dikemukakan bahwa, tujuan

pengelolaan kelas adalah agar guru mampu mengontrol atau

mengendalikan prilaku muridnya sehingga mereka terlibat secara aktif

dalam proses belajar mengajar antaralian terciptanya suasana disiplin,

perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada

siswa. Dengan pengelolaan kelas yang baik, maka guru dapat menjadi

fasilitas bagi kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan dapat

memberikan kepuasan dalam proses belajar mengajar.

d. Komponen pengelolaan kelas

Menurut Yamin dan Maisah (2014:37), terdapat beberapa prinsip

yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Prinsip-prinsip

tersebut yaitu: (1) kehangatan dan keantusiasan; (2) tantangan; (3)


29

bervariasi; (4) luwes; (5) penekanan pada hal-hal positif; (6) penanaman

disiplin diri. Selain prinsip-prinsip pengelolaan kelas, Astuti (2010:65)

juga mengungkapkan tentang hal yang perlu dihindari dalam

pengelolaan kelas. Hal yang perlu dihindari tersebut adalah: (1) campur

tangan yang berlebihan; (2) ketidaktepatan waktu kegiatan; (3) bertele-

tele; (4) pengulangan penjelasan yang tidak perlu.

Menurut Mulyasa (2011:91), terdapat dua komponen

keterampilan mengelola kelas. Komponen keterampilan mengelola kelas

tersebut adalah: (1) penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran

yang optimal; (2) keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian

kondisi belajar yang optimal. Keterampilan penciptaan dan

pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal ini terdiri dari enam,

yaitu: (1) menunjukkan sikap tanggap di kelas; (2) membagi perhatian

secara visual dan verbal; (3) memusatkan perhatian kelompok dengan

cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran; (4) memberikan

petunjuk yang jelas; (5) memberikan teguran secara bijaksana, dan; (6)

memberi penguatan ketika diperlukan.

Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi

belajar yang optimal menurut Mulyasa (2011:92) terdiri dari tiga hal.

Keterampilan tersebut yaitu: (1) modifikasi perilaku; (2) pengelolaan

kelompok; (3) menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan

masalah. Modifikasi perilaku terdiri dari tiga hal penting yaitu: (1)

mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan; (2)

meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan; (3) mengurangi

perilaku buruk dengan hukuman. Pengelolaan kelompok terdiri dari dua


30

hal penting yaitu: (1) peningkatan kerjasama dan keterlibatan dan; (2)

menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul. Sedangkan

menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah, terdiri

dari sembilan hal penting yaitu: (1) pengabdian yang direncanakan; (2)

campur tangan dengan isyarat; (3) mengawasi secara ketat; (4)

mengakui perasaan negatif peserta didik; (5) mendorong peserta didik

untuk mengungkapkan perasaannya; (6) menjauhkan benda-benda

yang dapat mengganggu konsentrasi; (7) menyususn kembali program

belajar; (8) menghilangkan ketegangan dengan humor dan; (9)

mengekang secara fisik.

Muijs dan Reynold (2018:117) mengemukakan elemen-elemen

manajemen kelas yang efektif adalah: (1) memulai pelajaran tepat

waktu; (2) penataan tempat duduk yang tepat di kelas; (3) mengatasi

disrupsi atau gangguan yang berasal dari luar kelas; (4) menetapkan

aturan dan prosedur yang jelas sejak awal tahun pembelajaran; (5)

peralihan yang mulus antar segmen pelajaran; (6) menangangi murid

yang berbicara selama pelajaran berlangsung; (7) memberikan

pekerjaan rumah; (8) mempertahankan momentum selama pelajaran;

(9) menghindari downtime, dan; (10) mengakhiri pelajaran.

Menurut Djamarah (2016:42), pengelolaan kelas yang baik akan

melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan

pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang

berarti. Sayangnya, pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat

dipertahankan. Hal tersebut disebabkan adanya gangguan yang tidak

dikehendaki datang secara tiba-tiba. Suatu gangguan yang datang


31

secara tiba-tiba dan berada di luar kemampuan guru adalah kendala

spontanitas dalam pengelolaan kelas. Dengan hadirnya kendala

spontanitas, suasana kelas biasanya akan terganggu yang ditandai

dengan pecahnya konsentrasi anak didik. Setelah kejadian itu, tugas

terberat guru adalah mengupayakan anak didik untuk kembali belajar

dengan mempertahankan tugas belajar yang diberikan oleh guru.

Dari penjelasan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa

komponen pengelolaan kelas merupakan bagian penting dalam

pengelolaan kelas, guru diharapkan dapat menciptaan dan

pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, serta keterampilan dlam

mengelola pembelajaran memulai pelajaran tepat waktu, penataan

tempat duduk yang tepat di kelas, mengatasi gangguan yang berasal

dari luar kelas, menetapkan aturan dan prosedur yang jelas dalam

proses pembelajaran, peralihan yang mulus antar segmen pelajaran,

menangangi murid yang berbicara selama pelajaran berlangsung,

kemampuan memberikan pekerjaan rumah yang tidak membebani

siswa, mempertahankan momentum selama pelajaran, menghindari

downtime, dan kemampuan dalam mengakhiri pelajaran.

3. Strategi Kepala sekolah

a. Strategi

Strategi dalam untuk kemajuan suatu organisasi sangatlah di

butuhkan, khususnya untuk pencapaian visi dan misi yang sudah di

tentukan baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.

Menurut David (2011:18-19) Strategi adalah sarana bersama dengan

tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi adalah aksi


32

potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan

sumber daya organisasi dalam jumlah besar. Jadi strategi adalah

sebuah tindakan aksi atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau

organisasi untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.

Menurut Tjiptono (2014:32) istilah strategi berasal dari bahasa Yunani

yaitu strategia yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang

jendral. Strategi juga bisa diartikan suatu rencana untuk pembagian dan

penggunaan kekuatan militer pada daerah-daerah tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan Menurut Pearce dan Robinson (2011:28), strategi

adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna

berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan.

Rangkuti (2013:183) berpendapat bahwa strategi adalah perencanaan

induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana organisasi

akan mencapai semua tujuan yang telah di tetapkan berdasarkan misi

yang telah di tetapkan sebelumnya. Menurut Stoner, Dkk (2013:75)

konsep strategi dapat di definisikan berdasarkan dua perspektif yang

berbeda yaitu: (1) dari perspektif apa suatu organisasi ingin dilakukan

(intens to do), dan (2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya

lakukan (eventually does).

Dari definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengertian

strategi adalah hal hal yang ingin lakukan untuk mencapai suatu tujuan

yang telah di tetapkan sebelumnya. Strategi juga dapat didefinisikan

sebagai suatu tindakan proses perencanaan untuk mencapai tujuan

yang telah di tetapkan, dengan melalukan hal-hal yang besifat terus


33

menerus sesuai keputusan bersama dan berdasarkan sudut pandang

kebutuhan pengguna.

b. Kepala Sekolah

Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu kepala dan sekolah.

kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi

atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana

menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo

(2015:133) mengartikan Kepala sekolah adalah seorang tenaga

fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di

mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana

terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang

menerima pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala

sekolah dapat didefinisikan sebagai Seorang tenaga fungsional guru

yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana

diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi

intraksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima

pelajaran. Dengan ini kepala sekolah bisa dikatakan sebagai pemimpin

di satuan pendidikan yang tugasnya menjalankan manajemen satuan

pendidikan yang dipimpin.

Mulyasa (2011:24) menyatakan bahwa kepala sekolah

merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan

dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui fungsi-fungsi

managerial seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

pemberian motivasi, pelaksanaan, pengorganisasian pengendalian,

evaluasi dan inovasi. Kepala sekolah adalah penanggungjawab atas


34

penyelenggaraan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga

pendidikan lainnya, pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan

prasarana juga sebagai supervisor pada sekolah yang dipimpinnya.

Kepala sekolah yang baik diharapkan akan membentuk

pelaksanaan pembelajaran yang baik pula. Jika pembelajaran di sekolah

baik tentunya akan menghasilkan prestasi yang baik pula baik siswanya

maupun gurunya. Mulyasa (2011:25) menyatakan bahwa kepala

sekolah bertanggungjawab atas manajemen pendidikan secara mikro,

yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran. Pada

dasarnya pengelolaan sekolah menjadi tanggungjawab Kepala sekolah

dan guru. Namun demikian dalam mencapai keberhasilan pengelolaan

sekolah peran serta dari para orang tua dan siswa, juga turut

mendukung keberhasilan itu. Di samping itu pencapaian keberhasilan,

pengelolaan tersebut harus didukung oleh sikap pola dan kemampuan

Kepala sekolah dalam memimpin lembaga pendidikan yang menjadi

tanggungjawabnya.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 13 tahun

2007 tentang Standar Kepala Sekolah, kepala sekolah harus memiliki

kompetensi atau kemampuan yang meliputi: (1) kompetensi kepribadian;

(2) managerial, (3) kewirausahaan; (4) supervisi dan (5) kompetensi

sosial. Pada pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 menyatakan bahwa

kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan

pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan

lainnya, dan pendayagunaan serta memeliharaan sarana dan

prasarana. Menurut Mulyasa (2011:98), kepala sekolah sedikitnya


35

harus mampu berfungsi sebagai educator, manager, administrator,

supervisor, leader, inovator, motivator. Wahjosumidjo (2015:144)

mempertegas fungsi kepala sekolah seiring berkembangnya zaman

menuju globalisasi harus dapat menyesuaikan diri sesuai dengan

fungsinya sebagai Kepala sekolah yang profesional.

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu: (1) Mendorong

timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri

para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing- masing;

(2) Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan para

siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri di depan demi

kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan

(Wahjosumidjo, 2015:126).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kepala sekolah adalah

guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Meskipun

guru yang mendapat tugas tambahan kepala sekolah merupakan

orang yang paling betanggungjawab terhadap aflikasi prinsif-prinsif

administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah. Sebagai orang yang

mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok Kepala sekolah

tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik,

maksudnya dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus

mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau

memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau

memberikan bimbingan. Berati kepala sekolah menduduki dua fungsi

yaitu sebagai tenaga kependidikan dan tenaga pendidik.

c. Strategi Kepala Sekolah Meningkatkan Mutu Tenaga Pendidik


36

Nurherliyany (2018:65) dalam penelitiannya mengemukakan

bahwa ada beberapa strategi yang diigunakan oleh kepala sekolah

untuk meningkatkan profesionalisme guru, antara lain adalah: (1)

dengan melaksanakan analisis terhadap motivasi guru, fasilitas

pembelajaran, pendekatan dan metode mengajar guru, dukungan biaya

untuk melengkapi sarana dan prasarana dan analisis tuntutan

masyarakat terhadap peningkatan profesionalisme guru; (2) dengan

pelaksanan perumusan tujuan dan sasaran, perumusan program

kegiatan dalam pembinaan guru dan pengorganisasian kegiatan

pembinaan guru oleh kepala sekolah; (3) dengan melakukan

pemeriksaan perangkat pembelajaran yang dimiliki guru, pelaksanaan

pembinaan guru dan penilaian kinerja guru; (4) melakukan analisis hasil

pelaksanaan strategi, analisis kelebihan dan kekurangan pelaksanaan

kegiatan dan pemberian umpan balik (feedback) dan tindak lanjut.

Menurut Suharto (2010:62), ada empat strategi yang dapat

dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan mutu tenaga

pendidik (guru) di sekolah diantaranya sebagai berikut :

1) Peningkatan melalui pendidikan dan pelatihan (off the job training).

Guru dilatih secara individual maupun dalam kelompok untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terbaik dengan

menghentikan kegiatan mengajarnya. Kegiatan pelatihan seperti ini

memiliki keunggulan karena guru lebih terkonsentrasi dalam

mencapai tujuan yang diharapkan. Namun demikian kegiatan

seperti ini tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama dan

terlalu sering. Semakin sering pelatihan seperti ini dilakukan,


37

semakin meningkat dampak kontra produktifnya terhadap efektivitas

belajar siswa.

2) Pelatihan dalam pelaksanaan tugas atau on the job training. Model

ini dikenal dengan istilah magang bagi guru baru untuk mengikuti

guru-guru yang sudah dinilai baik sehingga guru baru dapat belajar

dari seniornya. Pemagangan dapat dilakukan pada ruang lingkup

satu sekolah atau pada sekolah lain yang memiliki mutu yang lebih

baik.

3) Pelatihan lesson studi. Kegiatan ini pada prinsipnya merupakan

bentuk kolaborasi guru dalam memperbaiki kinerja mengajarnya

dengan berkonsentrasi pada studi tentang dampak positif guru

terhadap kinerja belajar siswa dalam kelas. Kelompok guru yang

melakukan studi ini pada dasarnya merupakan proses kolaborasi

dalam pembelajaran. Siswa dipacu untuk menunjukkan prestasinya,

namun di sisi lain guru juga melaksanakan proses belajar untuk

memperbaiki pelaksanaan tugasnya.

4) Melakukan perbaikan melalui kegiatan penilitian tindakan kelas

(PTK). Kegiatan ini dilakukan guru dalam kelas dalam proses

pembelajaran. PTK dapat dilakukan sendiri dalam pelaksanan

tugas, melakukan penilai proses maupun hasil untuk mendapatkan

data mengenai prestasi maupun kendala yang siswa hadapi serta

menentukan solusiperbaikan. Karena perlu ada solusi perbaikan,

maka PTK sebaiknya dilakukan melalui beberapa putaran atau

siklus sampai guru mencapai prestasi kinerja yang diharapkannya.


38

Dengan demikian, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan

oleh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik (guru)

disekolah melalui pemantauan dan pembinaan melalui supervisi

akademik, peningkatan melalui pendidikan dan pelatihan (off the job

training), pelatihan lesson studi, melakukan perbaikan melalui kegiatan

penilitian tindakan kelas (PTK) dan dengan meningkatan sarana dan

prasarana belajar. Dari beberapa strategi tersebut diharapkan guru

dapat bekerja atau mengajar siswanya dengan baik dan tujuan

pendidikan pun dapat tercapainya

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Abu (2020) dengan hasil penelitian menyatakan bahwa dalam

membina guru, kepala sekolah sebagai pemimpin dapat

mengikutsertakan guru-guru dalam penataran untuk menambah wawasan

para guru, mengarahkan guru untuk melaksanakan tugas-tugas dalam

pembelajaran, menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memaksa

terhadap para guru, berusaha menggerakkan guru agar menilai hasil

belajar siswa, bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan, memberi

fasilitas yang nyaman dan suasana yang mendukung untuk kenyamanan

dalam berkarya, Kepala sekolah memberi rasa aman dari kegelisahan

yang dialami bawahan, menjaga sikap dan perbuatannya, menghargai

hasil kerja bawahan dengan kenaikan pangkat, menghargai hasil kerja

bawahan dengan fasilitas yang memadai menghargai hasil kerja bawahan

dengan kesempatan mengikuti pendidikan, mengadakan rapat secara

rutin, memberikan contoh kepada bawahan, mengatur jadwal yang tepat


39

bagi bawahan, menyelesaikan permasalahan yang ada di sekolah secara

tepat, memberikan tugas yang jelas kepada bawahan. Persamaan

penelitian di atas dengan penelitian yang akan diteliti adalah sama sama

menjadikan kepala sekolah dan guru sebagai objek penelitian.

Perbedaannya adalah penelitian di atas menganalisis tentang pembinaan

guru oleh kepala sekolah dalam pengelolaan pembelajaran di Sekolah

Dasar. Sedangkan penelitian ini menganalisis strategi kepala sekolah

untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan

prestasi belajar siswa.

Ahmad dan Sumardjoko (2019) dengan hasil penelitian

menyatakan bahwa kepala sekolah merupakan unsur yang paling

berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk dapat

meningkatkan kualitas pendidikan maka diperlukan kepemimpinan

pembelajaran yang baik oleh kepala sekolah. Pelaksanaan

kepemimpinan pembelajaran di SMK Pelita Bangsa Sumberlawang

dilaksanakan dengan 3 dimensi, yaitu melalui perumusan misi sekolah,

pengelolaan pembelajaranyang baikdan membanguniklim sekolah yang

kondusif. Dalam pelaksanaan kepemimpinan pembelajaran di SMK Pelita

Bangsa Sumberlawang juga mengalami kendala yaitu dari segi guru, dari

segi kurikulum, dari segi manajerial dan juga dari segi sarana dan

prasarana pembelajaran. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian

yang akan diteliti adalah sama sama menjadikan kepala sekolah dan

prestasi belajar siswa sebagai objek penelitian. Perbedaannya adalah

penelitian di atas menganalisis tentang peran kepala sekolah sebagai

pemimpin pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa.


40

Sedangkan penelitian ini menganalisis strategi kepala sekolah untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan prestasi

belajar siswa.

Fathon, Supriyanto, dan Badaruddin (2020) dengan hasil

penelitian: (1) Kepala sekolah dalam menjalankan tugas sebagai

pemimipin untuk memberikan pengaruh yang baik kepada warga sekolah

agar mau mewujudkan tujuan bersama yaitu meningkatnya prestasi

belajar siswa dibidang non akademik namun dibidang akademik

khususnya hasil Ujian Nasionl mengalami penurunan; (2) Kepala sekolah

mampu menjalankan tugas sebagai manajer yang merencanakan,

melaksanakan, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan di sekolah; (3)

Kepala sekolah sebagai pemimpin kewirausahaan mampu menentukan

langkah-langkah strategis dengan inovasi, kreasi, pantang menyerah dan

kerja keras untuk meningkatkan prestasi belajar siswa; (4) kepala sekolah

sebagai supervisor untuk memastikan proses pembelajar dan layanan

kepada warga sekolah siswa khususnya berjalan sesuai program dan

perencanaan. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan

diteliti adalah sama sama menjadikan kepala sekolah dan prestasi belajar

siswa sebagai objek penelitian. Perbedaannya adalah penelitian di atas

menganalisis tentang peran kepemimpinan kepala sekolah dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan penelitian ini

menganalisis strategi kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan

guru dalam mengelola kelas dan prestasi belajar siswa.

Mayasari dan Syarif (2018) dengan hasil penelitian menunjukkan:

(1) Program kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru pada


41

SMA Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar disusun setiap awal semester

atau awal tahun pelajaran oleh tim pengembang sekolah yang meliputi

program tahunan, program semester dan sudah terdokumentasi dengan

baik. Pada umumnya berkaitan dengan pembelajaran yang berkualitas

yang dimulai dari RPP; (2) Pelaksanaan program dalam meningkatkan

kompetensi guru pada SMA Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar diawali

dengan menyampaikan arahan pada setiap awal semester. Dalam

melaksanakan manajemen sekolah strategi kepala sekolah/sekolah

menerapkan dengan prinsip kekeluargaan, namun bagi yang

meningkatkan kompetensinya diberikan penghargaan dan adanya

teguran bagi guru yang kurang peduli terhadap peningkatan

kompetensinya; (3) Evaluasi kepala sekolah dalam meningkatkan

kompetensi guru dilaksanakan pada setiap akhir semester melalui

penilaian kinerja guru yang dijabarkan dalam SKP; (4) Hambatan yang

dihadapi kepala sekolah antara lain kurangnya kesadaran guru dalam

menegakkan kedisiplinan, dan rendahnya disiplin baik guru maupun

peserta didik. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan

diteliti adalah sama sama menjadikan kepala sekolah dan prestasi belajar

siswa sebagai objek penelitian. Perbedaannya adalah penelitian di atas

menganalisis tentang strategi kepala sekolah dalam meningkatkan

kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa. Sedangkan penelitian ini

menganalisis strategi kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan

guru dalam mengelola kelas dan prestasi belajar siswa.

Nurherliyany (2018) dengan hasil penelitian menyatakan bahwa:

(1) analisis eksternal dan internal yang dilakukan kepala sekolah untuk
42

meningkatkan profesionalitas guru di SMP N 2 Jatiwaras dan SMPN 2

Salopa Kabupaten Tasikmalaya telah dilakukan dengan baik ditunjukan

dengan laksanakannya analisis terhadap motivasi guru, fasilitas

pembelajaran, pendekatan dan metode mengajar guru, dukungan biaya

untuk melengkapi sarana dan prasarana dan analisis tuntutan masyarakat

terhadap peningkatan profesionalisme guru; (2) Perencanaan strategi

kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalitas guru telah dilakukan

dengan baik ditunjukan dengan adanya pelaksaan perumusan tujuan dan

sasaran, perumusan program kegiatan dalam pembinaan guru dan

pengorganisasian kegiatan pembinaan guru oleh kepala sekolah; (3)

Pelaksanaan strategi kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalitas

guru secara umum telah dilakukan dengan baik; (4) Evaluasi strategi

kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalitas guru telah dilakukan

dengan baik karena dilakukan dengan sesuai dengan indikator seperti

analisis hasil pelaksanaan strategi, analisis kelebihan dan kekurangan

pelaksanaan kegiatan dan pemberian umpan balik (feedback) dan tindak

lanjut. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan diteliti

adalah sama sama menjadikan strategi kepala sekolah sebagai objek

penelitian. Perbedaannya adalah penelitian di atas menganalisis tentang

strategi kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru.

Sedangkan penelitian ini menganalisis strategi kepala sekolah untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan prestasi

belajar siswa.

Hartasani (2017) dengan hasil penelitian menyatakan bahwa

supervisi kunjungan kelas dapat meningkatkan kompetensi guru dalam


43

mengelola kelas di SMP N 4 Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Hal ini

dapat dilihat dari kompetensi guru dalam mengelola kelas di SMP N 4

Pasaman Kabupaten Pasaman Barat yang mengalami peningkatan.

Rata-rata kompetensi guru dalam mengelola kelas di SMP N 4 Pasaman

Kabupaten Pasaman Barat pada siklus I adalah 73.02 (cukup). Rata-rata

ini menjadi meningkat pada siklus II dengan rata-rata 82.02(baik). Dengan

demikian Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas

melalui Supervisi Kunjungan Kelas di Sekolah Menengah Pertama Negeri

4 Pasaman Kabupaten Pasaman Barat dapat ditingkatkan melalui

supervisi kunjungan kelas. Persamaan penelitian di atas dengan

penelitian yang akan diteliti adalah sama sama menjadikan kemampuan

guru dalam mengelola kelas sebagai objek penelitian. Perbedaannya

adalah penelitian di atas menganalisis tentang meningkatkan kompetensi

guru dalam pengelolaan kelas melalui supervisi kunjungan kelas.

Sedangkan penelitian ini menganalisis strategi kepala sekolah untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan prestasi

belajar siswa.

Warsono (2016) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

perencanaan pengelolaan kelas dilakukan dengan mengatur fasilitas,

pengelolaan pengajaran dan pengaturan siswa, pelaksanaan pengelolaan

kelas dilakukan dengan menerapkan beberapa prinsip pengelolaan kelas

dan beberapa pendekatan, pengawasan dilaksanakan secara terus

menerus, factor pendukung dan faktor penghambat pengelolaan kelas

adalah lingkungan fisik, sosial kondisi emosional dan Organisasi.

Marulloh (2016) dengan hasil penelitian menyimpulkan bahwa supervisi


44

klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas. Hal

ini ditunjukkan kenaikan nilai rata-rata kemampuan guru dalam mengelola

kelas pada siklus I, II, dan III berturut-turut adalah 77, 80, dan 89, 98.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan diteliti adalah

sama sama menjadikan kemampuan guru dalam mengelola kelas

sebagai objek penelitian. Perbedaannya adalah penelitian di atas

menganalisis tentang pengelolaan kelas dalam meningkatkan belajar

siswa. Sedangkan penelitian ini menganalisis strategi kepala sekolah

untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan

prestasi belajar siswa.

Murniati dan Harun (2015) dengan hasil penelitian menunjukkan:

(1) Strategi Kepala Sekolah dalam perencanaan peningkatan mutu

adalah Melibatkan seluruh personil sekolah, Kepala Sekolah memberi

kesempatan kepada guru dalam perencanaan mutu, Kepala Sekolah

bekerjasama dengan komite dalam menyusun anggaran sekolah; (2)

Strategi Kepala Sekolah dalam peningkatan mutu adalah Guru yang

mengajar harus sesuai dengan kualifikasinya, pembelajaran sesuai

kurikulum, membantu dan menasehati guru, dalam penerimaan Siswa

mengadakan tes; (3) Strategi Kepala Sekolah dalam pengawasan

peningkatan mutu adalah melakukan supervisi pengajaran dengan

menggunakan teknik kelompok dan teknik perseorangan terhadap

kegiatan peningkatan mutu di sekolah; (4) Hambatan dalam pelaksanaan

peningkatan mutu adalah Kepala sekolah tidak dapat membagi waktu dan

mengontrol seluruh kegiatan sekolah. Kurangnya kemampuan guru dalam

mengoperasikan sarana sekolah yang terlalu canggih. Evaluasi siswa


45

yang melibatkan wali murid dengan guru terhambat karena orangtua/wali

tidak mau menerima kekurangan dari anaknya. Persamaan penelitian di

atas dengan penelitian yang akan diteliti adalah sama sama menjadikan

strategi kepala sekolah sebagai objek penelitian. Perbedaannya adalah

penelitian di atas menganalisis tentang Strategi Kepala Sekolah Dalam

Peningkatan Mutu SD. Sedangkan penelitian ini menganalisis strategi

kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola

kelas dan prestasi belajar siswa.

Fitria, Happy (2015) dengan judul penerapan model pembelajaran

koorperatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi di

SMA Negeri 10 Palembang. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

hasil tes pada kelas x.1 yang menggunakan model pembelajaran

korperatif, tipe explicin instruction diperoleh nilai rata-rata 81,83,

peningkatan ini dikarenakan pada kelas tersebut diterapkannya model

pembelajaran yang tepat yaitu model korperatif, tipe explicin instruction

hal ini akan memberikan kesan bagi siswa yang tentu nya ini akan

menjadi konsep embelajaran yang tidak akan terlupakan oleh siswa.

Penerapan pembelajaran koorperatif dilakukan dengan langkah langkah:

(1) menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa; (2) persentase den

demonstrasi guru; (3) mencapai kejelasan; (4) memberikan latihan

terbimbing secara maksimal; (5) menyelesaikan permasalahan dan

memberikan umpan balik; (6) memberikan kesempatan untuk latihan

secara mandiri di dalam kelas; (7) setelah sselesai siswa melakukan

kegiatan tanya jawab; (9) guru bersama siswa menyimpulkan dan

menutup kegiatan belajar. Model pembelajaran yang ditetapkan ini


46

merupakan salah satu penerapan model pembelajaran berkelompok yang

mampu menggajak siswanya untuk lebih berani mengeluarkan pendapat

mereka pada saat diskusi, dengan model pembelajaran ini dapat lebih

merangsang dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar

berpikir kreatif dan mengunakan ide-ide mereka.

Melalui pembelajaran kooperatif siswa bukan hanya belajar dan

menerima materi yang diberikan oleh guru, tetapi para siswa dapat juga

bekerja sama dengan teman-temannya yang lain sehingga hasil belajar

yang diperoleh siswa akan lebih baik dari hasil yang sebelumnya. Dari

manfaat belajar dengan model baru ini dapat memebrikan kesempatan

kepada setiap siswa untuk lebih baik lagi dari sebelumnya, dan akan

membbuat siswa lebih aktif belajar dan dapat saling membantu sesama

siswadalam kegiatan pembelajaran, sehingga pada akhirnya para siswa

memperoleh hasil yang lebih baik dari hasil sebelumnya dan siswa yang

aktif akan meperoleh hasil yang lebih baik dari pada siswa lain yang

kurang aktif dalam proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan model

pembelajar ini dapat memberikan pengaruh yang baik pada proses

pembelajaran di sekolah. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian

yang akan diteliti adalah sama sama menjadikan proses pembelajaran

disekolah sebagai objek penelitian. Perbedaannya adalah penelitian di

atas memfokuskan menganalisis tentang penerapan model pembelajaran

koorperatif terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

Sedangkan penelitian ini mempokuskan menganalisis strategi kepala

sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas

dan prestasi belajar siswa.


47
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Lawang Wetan Kabupaten

Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan

mulai bulan Juni 2020 sampai dengan Agustus 2020.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan dalam sebuah

penelitian untuk mencapai tujuan penelitian, metode penelitian atau sering juga

disebut metodologi penelitian adalah sebuah desain atau rancangan penelitian.

Rancangan ini berisi rumusan tentang objek atau subjek yang akan diteliti,

perosedur pengumpulan data, teknik-teknik pengumpulan data dan analisis data

yang berkenaan dengan fokus masalah. Metode penelitaian merupakan cara

yang digunakan oleh peneliti dalam merancanng, pengolah data, melaksanakan

dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu.

Menurut Arikunto (2012:74) bahwa penelitian deskriptif adalah penelian

yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang

sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Peneliti tidak mengubah atau menambah atau mengadakan manipulasi terhadap

objek atau wilayah penelitian, peneliti hanya memotrer apa yang terjadi pada diri

objek atau wilayah yang diteliti kemudian memaparkan apa yang terjadi dalam

bentuk laporan penelitian secra lugas seperti apa adanya.

47
48

Menurut Nawawi (2014:63) metode deskriptif adalah prosedur

pemecahaan masalah yang diselidiki dengan mengambarkan atau melukiskan

keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain)

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Penelitian desriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang

ditunjukan untuk mengambarkan fenomena-fenomena yang ada dan sedang

berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Menurut Furchan (2012:48)

penelitian deskriptif mempunyai karakteristik: (1) Penelitian deskriptif

cenderungmenggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah

secara teratur dan ketat, mengutamakan objektivitas dan dilakukan secara

cermat; (2) Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan.

Metode deskriptif dalam penelitian ini didasari oleh maksud dari peneliti

yang ingin mengkaji dan menganalisa permasalah yang ditemukan. Adapun

metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang digunakan

untuk menyelesaikan penelitian ilmiah dengan tujuan untuk memecahkan

masalah yang sedang diteliti yaitu tentang strategi kepala sekolah dalam upaya

meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan prestasi belajar

siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan.

C. Sumber Data dan Data

Pada penelitian ini data yang diperlukan berkaitan dengan objek

penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang berkaitan langsung dengan tema penelitian

ini. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil

kepala bidag kurikulum, wakil kepala bidang kemahasiswaan, wakil kepala


49

bidang hubungan masyarakat, wakil kepala sekola bidang sarana dan

prasarana, guru dan staff tata usaha dan dokumen-dokumen yang ada

kaitannya dengan penelitian. Semua data yang terekam dalam catatan

lapangan akan dibaca berkali-kali untuk dipilih yang memiliki kaitannya

dengan fokus penelitian dan diberi kode berdasarkan sub fokus peneliti dan

sumbernya. Pemberian kode amat dibutuhkan guna memudahkan pencarian

data secara bolak-balik. Secara rinci pengkodean dibuat berdasarkan pada

tehnik pengumpulan data kelompok informan seperti telihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 3.1
Pengkodean Sumber Data

Teknik
Kod
Pengumpula Sumber Data Kode
e
n Data

Kepala Sekolah KS
Wakil Kepala Bidang Kurikulum W. kur
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan W. kesis
Wawancara Wakil Kepala Bidang Hubungan W. humas
W
Masyarakat W.
Wakil Kepala Bidang Sarana dan sarpras
Prasarana G
Guru TU
Staff Tata Usaha

Kepala Sekolah
Wakil Kepala Bidang Kurikulum KS
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan W. kur
O Wakil Kepala Bidang Hubungan W. kesis
Observasi
Masyarakat W. humas
Wakil Kepala Bidang Sarana dan W.
Prasarana sarpras
Guru G

Dokumentasi D Kepala Sekolah KS


Wakil Kepala Bidang Kurikulum W. kur
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan W. kesis
50

Wakil Kepala Bidang Hubungan W. humas


Masyarakat W.
Wakil Kepala Bidang Sarana dan sarpras
Prasarana G
Guru

Penggunaan kode pada tahap ini dimaksudkan untuk memudahkan

pemasukan data ke dalam matrik cek data, guna memudahkan penentuan

tingkat kejenuhan data pada setiap sub fokus penelitian dan menghindari

kesulitan analisis karena banyaknya data di akhir periode pengumpulan

data.

2. Sumber data sekunder

Yaitu data pendukung dalam penelitian ini yang didapatkan dari buku-

buku referensi, pendapat para ahli, artikel yang terkait dengan variabel

penelitian dan penelitian terdahulu yang relepan, dokumentasi peneliti serta

hasil observasi mengenai deskripsi keadaan sekolah di SMP Negeri 1

Lawang Wetan.

D. Istrumen Penelitian

penelitian deskriptif merupakan penelitian dimana yang bertindak sebagai

istrumen pokok atau istrumen kunci sekaligus sebagai pengambil data ialah

peneliti itu sendiri, dengan cara peneliti mengamati subjek, bertanya, mendengar

mengambil dan meminta data yang dibutuhkan untuk penelitian, data tersebut

harus valid sehingga tidak sembarangan narasumber yang diwawancarai, dalam

hal ini kondisi informan juga harus jelas sesuai kebutuhan penelitian agar data

dapat diakui kebenarannya. Penelitian deskriptif mempunyai setting yang alami

sebagai sumber langsung dari data dan peneliti itu adalah instrumen kunci,
51

dalam penelitian deskriptif yang diuji adalah datanya, selain itu, temuan atau data

dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan

peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti

(Sugiyono, 2011:215).

Instrumen pendukung dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara,

dan dokumentasi serta alat dokumentasi yang digunakan peneliti. Dalam

penelitian ini dibutuhkan manusia sebagai peneliti karena manusia dapat

menyesuaikan sesuai dengan keadaan lingkungan. Oleh karena itu, peneliti

sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti siap melakukan

penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan, validasi terhadap peneliti sebagai

instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian deskriptif,

penguasaan wawasan terhadap bidang yanag diteliti, kesiapan peneliti untuk

memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya, yang

melakukan validasi adalah peneliti itu sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh

pemahaman terhadap metode deskriptif, penguasaan teori dan wawasan

terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

Selain itu, peneliti juga dibantu dengan pedoman observasi dan pedoman

wawancara.

Mulyasa (2011:53) berpendapat bahwa dalam penelitian deskriptif peneliti

harus berinteraksi langsung dengan lingkungan yang diteliti, baik dengan

manusia nya maupun bukan manusia yang ada dalam lingkungan yang diteliti,

kehadiran seorang peneliti di lapangan mesti dijelaskan, apakah kehadirannya

diketahui subjek penelitian atau tidak, hal ini terkait dengan keterlibatan peneliti

apakah peneliti terlibat langsung aktip atau pasif. Keikutsertaan peneliti saat

pengambilan data dapat menentukan keabsahan data yang dikumpulkan dalam


52

penelitian, kehadiran peneliti memungkinkan adanya peningkatan kepercayaan

terhadap data yang diperoleh (Nugrahani dan Hum, 2012:87), Hal itu dapat

dijelaskan sebagai berikut: (1) peneliti memiliki kesempatan untuk dapat

mempelajari kebudayaan subjek penelitian sehingga dapat menguji ketidak

benaran informasi baik berasal dari diri sendiri maupun berasal dari informan,

seperti tidak jujur, berpura-pura dan menipu; (2) peneliti memiliki kesempatan

untuk membangun kepercayaan kepada para subjek dan pada diri peneliti

sendiri. Hal ini juga penting untuk mencegah subjek melakukan usaha coba-

coba; (3) peneliti memilik kesempatan untuk mengenali lingkungan subjek

penelitian, sehingga lebih mudah menghindari kemungkinan timbulnya diskorsi;

(4) Memungkinkan peneliti dapat bersikap terbuka terhadap pengaruh konseptual

dan pengaruh secara bersama pada peneliti dan subjek. Istrumen penelitian

adalah pedoman tertulis yang berkaitan tentang wawancara, observasi atau

daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk memperoleh informasi, kegunaan

instrumen penelitian antara lain: (1) Sebagai alat pencatat informasi yang

disampaikan responden; (2) Sebagai alat bantu mengorganisasikan proses

wawancara; (3) Sebagai alat evaluasi peneliti.

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang dipergunakan oleh peneliti

untuk mengukur data yang hendak dikumpulkan peneliti, instrumen pengumpulan

data pada umumnya tidak terlepas dari metode pengumpulan data. Jika metode

pengumpulan datanya adalah interview atau wawancara mendalam, maka

instrumen penelitiannya adalah pedoman wawancara terbuka atau wawancara

terstruktur yang digunakan peneliti untuk sebagai acuan dalam mewawancari

subjek penelitiannya, sedangkan jika metode pengumpulan datanya adalah

observasi atau pengamatan, maka istrumennya adalah pedoman observasi atau


53

dalam kata lain ialah pedoman pengamatan terbuka atau tidak terstruktur yang

digunakan oleh peneliti sebagai acuannya dalam mengamati subjek/objek yeng

sedang diteliti (Mulyadi, 2012:136). Adapun istrumen penelitian yang dugunakan

di dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara.

Instrumen tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2
Pedoman Observasi

Fokus
No Aspek-Aspek Yang di Observasi
Penelitian
1 Strategi 1. Kegiatan kepala sekolah yang berkaitan
Kepala dengan pemantauan dan pembinaan guru
Sekolah dalam mengelola kelas
2. Kegiatan kepala sekolah yang berkaitan
dengan peningkatan prestasi belajar siswa
3. Kegiatan kepala sekolah yang berkaitan
dengan peningkatan kemampuan guru melalui
pelatihan
4. Kegiatan kepala sekolah yang berkaitan
dengan dorongan kegiatan penelitian tindakan
kelas (PTK)
5. Kegiatan kepala sekolah yang berkaitan
dengan peningkatan sarana dan prasarana
belajar
2 Kemampuan 1. Kemampuan guru dalam Memulai pelajaran
Guru Dalam tepat waktu
Mengelola 2. Kemampuan guru dalam menata tempat
Kelas belajar dikelas
3. Kemampuan guru dalam Mengatasi disrupsi
atau gangguan yang berasal dari luar kelas
4. Kemampuan guru dalam menetapkan aturan
dan prosedur yang jelas sejak awal tahun
pembelajaran
5. Kemampuan guru dalam menjelaskan materi
belajar
6. Kemampuan guru untuk menangangi murid
yang berbicara selama pelajaran berlangsung
7. Kemampuan guru mengelola pekerjaan rumah
siswa
8. Kemampuan guru untuk mempertahankan
54

momentum selama pelajaran


9. Kemampuan guru untuk Menghindari
downtime
10. Kemampuan guru untuk mengakhiri pelajaran.
3 Prestasi 1. Prestasi akademik siswa yang diukur dari hasil
Belajar Siswa belajar siswa
2. Prestasi non akademik siswa yang diukur
melalui prestasi siswa di luar jam belajar atau
materi sekolah.

Tabel 3.3
Pedoman Wawancara

Fokus Nara
Indikator Deskripsi Pertanyaan
Penelitian Sumber
Strategi 1. Pemantauan dan Kepala 1. Bagaimana kegiatan
Kepala pembinaan melalui Sekolah pemantauan yang
Sekolah supervisi akademik dilakukan oleh kepala
2. Peningkatan melalui Wakil sekolah?
pendidikan dan kepala 2. Bagaiaman kegiatan
pelatihan (off the job sekolah pembinaan yang
training). bidang dilakukan oleh kepala
3. Pelatihan lesson kesiswaan sekolah?
studi 3. Bagaimana peningkatan
4. Melakukan Guru kompetensi guru melalui
perbaikan melalui pendidikan dan pelatihan?
kegiatan penilitian 4. Bagaimana pelaksanaan
tindakan kelas penilaian diri guru?
(PTK). 5. Bagaimana peningkatan
5. Peningkatan sarana sarana dan prasarana
dan prasarana pembelajaran di sekolah?
belajar
Kemampuan 1. Memulai pelajaran Wakil 1. Bagaimana ketepatan
Guru Dalam tepat waktu kepala waktu guru dalam
Mengelola 2. Penataan tempat sekolah memulai pembelaajaran?
Kelas duduk yang tepat di bidang 2. Bagaimana guru
kelas kurikulum melakukan penataan
3. Mengatasi disrupsi tempat duduk yang tepat
atau gangguan yang Guru di kelas?
berasal dari luar 3. Bagaimana guru
kelas mengatasi gangguan yang
4. Menetapkan aturan berasal dari luar kelas?
dan prosedur yang 4. Bagaimana guru
jelas sejak awal menetapkan aturan dan
tahun pembelajaran prosedur yang jelas sejak
5. Peralihan yang awal tahun?
55

mulus antar segmen 5. Bagaimana guru


pelajaran mengelola peralihan
6. Menangangi murid segmen belajar?
yang berbicara 6. Bagaimana guru
selama pelajaran mengatasi gangguaan
berlangsung yang bersal dari dalam
7. Memberikan kelas?
pekerjaan rumah 7. Bagaimana cara guru
8. Mengakhiri pelajaran. memberikan tugas diluar
jam belajar?
8. Bagaimana strategi guru
mengakhiri pembelajaran?
Prestasi 1. Prestasi Akademik Guru 1. Bagaimana hasil prestasi
Belajar 2. Prestasi Non belajar akademik siswa?
Siswa Akademik 2. Bagaimana hasil prestasi
non akadmeik siswa?

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi. Hal ini didasari oleh pendapat Fauzan

(2012:84) bahwa keberhasilan suatu penelitian naturalistik sangat tergantung

kepada ketelitian dan kelengkapan catatan yang disusun melalui observasi,

wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Adapun Teknik-teknik pengumpulan

data tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Observasi

Menurut Suhartono (2011:46) observasi adalah pengamatan dengan

menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-

pertanyaan. Observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara

yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan berupa

peristiwa, tempat, atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar

(Sutopo, 2018:62). Dalam teknik ini peneliti melakukan pengamatan secara


56

langsung di tempat dan objek yang diamati yaitu kepala sekolah dan guru

SMP Negeri 1 Lawang Wetan.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan, memahami

kondisi lapangan dan mencatat semua yang mendukung data penelitian.

Karena penelitian kualitaif menggunakan purposive sampling sebagai teknik

sampling dimana, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, (Sugiyono, 2011:60).

Oleh karena itu, observasi dalam penelitian ini dilakukan kepada seluruh

stakeholder sekolah yang dianggap dapat memberikan informasi akurat

terkait pengumpulan data dalam penelitian ini. Adapun pedoman observasi

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2. Wawancara

Moleong (2011: 67) mengemukakan wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit,

dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan

terwawancara (interviewer). Sugiyono (2011:94) mengemukakan bahwa

yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan

juga kuesioner (angket) adalah obyek (responden) yaitu orang yang paling

tahu tentang dirinya sendiri, apa yang dinyatakan oleh subyek kepada

peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interpretasi subyek tentang

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama

dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, penulis
57

melakukan wawancara langsung kepada beberapa responden berdasarkan

fokus penelitian.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperdalam

keabsahan data yang telah didapatkan melalui alat pengumpul data yang

lain. Dalam proses studi dokumentasi, penelitian menggunakan kamera

serta alat perekam sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data.

Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti tentang aktifitas di sekolah yang

berkaitan dengan pengelolaan kelas dan prestasi belajar siswa SMP Negeri

1 Lawang Wetan adalah dengan mengumpulkan dokumen pendukung data

penelitian seperti foto-foto sarana dan prasarana, kegiatan akademik dan

lain sebagainya.

4. Studi Pustaka

Menurut Ruslan (2013:97) studi pustaka dilakukan untuk

memperkaya pengetahuan mengenai berbagai konsep yang akan digunakan

sebagai dasar atau pedoman dalam proses penelitian. Peneliti juga

menggunakan studi pustaka dalam teknik pengumpulan data. Studi pustaka

dalam teknik pengumpulan data ini merupakan jenis data sekunder yang

digunakan untuk membantu proses penelitian, Studi pustaka dalam

penelitian ini buku-buku reperensi, artikel terkait penelian dan penelitian

sebelumnya.

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2011:195) menyatakan bahwa analisis data deskriptif adalah

suatu cara yang digunakan untuk mengambarkan atau menganalisa, membuat


58

deskripsi faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antarfenomena yang diselidiki. Analisis data biasanya dilakukan bersamaan

dengan proses pengumpulan data sampai diperoleh kesimpulan. Teknik analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data

dan penarikan kesimpulan. Data yang telah diperoleh akan diolah dengan

menggunakan penelitian kualitatif, lalu melakukan analisis domain untuk

memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh pada objek penelitian

melalui proses reduksi data, display dan verification (Miles and Huberman,

2013:120). Berikut langkah-langkah analisis dalam bagan Miles & Huberman.

Pengumpulan
Data Penyajian Data

Reduksi Kesimpulan
Data

Gambar 3.1

Teori Miles dan Huberman (2013)

1. Pengumpulan data

Tahahapan awal data dikumpulkan dengan melakukan mengamatan

langsung di lokasi penelitian, kemudian selanjutnya melakukan wawancara,

pengamatan/observasi dang dokumentasi dengan informan penelitan.


59

Peneliti pada tahap ini mencatat semua data yang diperoleh kedalam

catatan pra lapangan yang berisikan apa yang didengar, dialami, dirasakan

dan temuan yang dilihat oleh peneliti di lokasi penelitian selama penelitian

berlangsung, yang mana semua ini merupakan bagian dari bahan

pengumpulan data yang dapat digunakan peneliti untuk tahapan berikutnya.

Pengunpulan data ini dimaksud adalah pengumpulan data hasil wawancara,

data hasil observasi dan dokumentasi yang berhubungan strategi kepala

sekolah dalam mengelola kelas dan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1

Kecamatan lawang wetan.

2. Reduksi Data

Miles dan Huberman (2013:127) mengemukakan bahwa reduksi data

merupakan suatu kegiatan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data mentah yang

didapat dari catatan-catatan yang terpilih di lapangan. Dalam mereduksi

data, semua data lapangan ditulis sekaligus dianalisis, direduksi, dirangkum,

dipilih hal-hal yang pokok, dan lebih mudah dikendalikan. Dalam penelitian

ini, peneliti mencatat ulang ke dalam buku catatan data yang diperoleh dari

hasil observasi, wawancara dengan semua informan. Setelah itu peneliti

memilih data mana sesuai dengan pokok masalah dalam penelitian ini.

kemudian data yang telah dipilah pilah disajikan secara sistematis dalam

bentuk deskripsi kualitatif.

3. Penyajian Data

Informasi yang telah tersusun kemudian disajikan secara sistematis

dalam rangka memperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai temuan


60

penelitian. Informasi yang disajikan sesuai dengan fokus sasaran penelitian

yaitu strategi kepala sekolah meningkatkan kemampuan pengelolaan kelas

guru dan prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Lawang Wetan.

4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Pada tahap ini, setelah peneliti mendapatkan data yang diinginkan,

peneliti melakukan penarikan kesimpulan serta verifikasi data yang telah

diperoleh melalui alat pengumpul data, sehingga data yang tadinya belum

pasti kebenarannya dapat menjadi data yang valid. Verifikasi dilakukan

melalui data pendukung yang memiliki tingkat kebenaran yang ilmiah.

Kemudian peneliti juga melakukan treangulasi data untuk memastikan

bahwa data yang diperoleh memiliki tingkat kevalidan yang tinggi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Dalam bab ini akan di uraikan tentang gambaran umum serta data dari

hasil penelitian yang di dapat oleh peneliti melalui pengamatan (observasi) dan

hasil wawancara (interview) serta deskripsi informasih lainnya yang berhubungan

dengan strategi kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam

mengelola kelas dan prrestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan.

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Lawang Wetan

a. Sejarah singkat SMP Negeri 1 Lawang Wetan

SMP Negeri 1 Lawang Wetan berada di desa Ulak Paceh

tepatnya di jalan Lintas Propinsi Sekayu – Lubuk Linggau Dusun I Desa

Ulak Paceh Kecamatan Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin

Propinsi Sumatera Selatan. Bersebelahan dengan gedung SMK Negeri

1 Lawang Wetan yang menempati areal tanah seluas 19.175 M.

Pada awal berdiri SMP ini adalah SMP Negeri 2 Babat Toman

didirikan pada tahun 1986 bernama SMP Negeri Ulak Paceh kemudian

berganti nama menjadi SLTP Negeri 5 Babat Toman pada tahun 1990.

Kemudian pada tahun 2004 kembali berubah menjadi SMP Negeri 4

Babat Toman. Dan kemudian semenjak tahun 2008 menjadi SMP

Negeri 2 Babat Toman. Kemudian pada tahun 2011 di karenakan

adanya pemekaran wilayah kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin

61
62

yang awal mulanya SMP ini masuk wilayah Kecamatan Babat Toman

dan pada saat pemekaran masuk ke dalam wilayah kecamatan baru

yaiu kecamatan Lawang Wetan. Terhitung sejak bulan Januari tahun

2011 SMP Negeri 2 Babat Toman berubah nama menjadi SMP Negeri

1 Lawang Wetan. Sejak pemekaran kecamatan tersebut SMP ini

bernama SMP Negeri 1 Lawang Wetan. Seiring dengan perkembangan

pendidikan yang sangat pesat saat ini SMP Negeri 1 Lawang Wetan

memiliki 15 (lima belas) ruang belajar, 1 (satu) ruang kantor guru, 1

(satu) ruang kepala sekolah, 1 (satu) ruang tata usaha, 1 (satu) ruang

perpustakaan, 1 (satu) ruang laboratorium IPA, 1 (satu) Ruang multi

Media.

Dari awal berdirinya sampai dengan saat ini SMP Negeri 1

Lawang Wetan telah dipimpin oleh 9 orang kepala sekolah, kepala

sekolah yang pertama R.A. Hamzah Nur mulai bertugas, dari tahun

1985 sampai dengan tahun 1990, sekarang sudah pensiun. Kepala

sekolah kedua adalah bapak Abdul Hamid Bakar, B.A, mulai bertugas

tanggal 10 Juli 1990 s.d. tahun 1997, dan sekarang sudah pensiun.

Selanjutnya kepala sekolah ketiga, bapak Drs. Paku Alamsyah, mulai

bertugas tahun 1997 sampai tahun 2004. Kepala sekolah keempat

adalah bapak Drs. Husein mulai bertugas tahun 2004 samapai tahun

2007, sekarang sudah pensiun, kepala sekolah kelima bapak Anwar,

S.Pd mulai bertugas tahun 2007 sampai tahun 2010 sekarang sudah

pensiun, kepala sekolah keenam ibu Dra. Rita Susnani mulai bertugas

tahun 2010 sampai tahun 2014 sekarang bertugas di SMP Negeri 1

Babat Supat, selanjutnya kepala sekolah ketujuh bapak Syamsul Edwar,


63

S.Pd mulai bertugas tahun 2014 sampai tahun 2016 sekarang bertugas

di SMP Negeri 4 Sekayu. Kepala sekolah kedelapan adalah bapak Muri,

S.Pd.,M.Si terhitung mulai tanggal 31 Maret 2016 sampai 17 Oktober

2016, Kepala sekolah sekarang adalah ibu Ani Suryani, S.Pd terhitung

mulai tanggal 17 Oktober 2016 sampai sekarang.

b. Profil SMP Negeri 1 Lawang Wetan

1. Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Lawang Wetan

Alamat ( Jalan/Kec./Kab/Kota) : Jl. Lintas Provinsi Sekayu –

Lubuk Linggau Ds.1 Desa Ulak Paceh Kecamatan Lawang

Wetan Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel

No. Telp :

2. Nama Kepala Sekolah : ANI SURYANI,S.Pd

3. Kategori Sekolah : SBI/SSN/Rintisan SSN*)

4. Tahun didirikan / Th.Beroperasi : 1985 / 1986

5. Kepemilikan Tanah / Bangunan : (Milik Pemerintah/Pribadi)

a. Luas Tanah / Status : 19175 m2/SHM/HGB/Hak

Pakai / Akte Jual-Beli/Hibah*)(sertakan copy-nya)

b. Luas Bangunan : 1896 m2

6. No. Rekening Rutin Sekolah : 149-09-80342, Nama Bank

Sumsel Babel Cabang Sekayu

7. Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi pukul 07:15 s/d 14:00

c. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Lawang Wetan

Suatu lembaga pendidikan harus memiliki visi, misi dan tujuan.

Karena ketiga komponen ini merupakan dasar, arah dan orientasi dari

pelaksanaan pendidikan yang dilaksanakan oleh setiap lembaga


64

pendidikan. Dengan adanya visi, misi dan tujuan maka suatu lembaga

pendidikan mempunyai semangat dan motivasi yang harus dicapai demi

meningkatkan kualitas pendidikan. Dibawah ini merupakan visi, misi dan

tujuan yang telah dicanagkan oleh SMP Negeri 1 Lawang Wetan.

a. Visi Sekolah

Sekolah Berprestasi, Sehat, Disiplin, Terampil, Berbudi Pekerti

Luhur, Berwawasan lingkungan.

b. Misi Sekolah

1) Melaksanakan Pembelajaran Yang aktif dan Efektif

2) Menumbuhkan Etos Kerja Yang Tinggi

3) Mendorong Siswa Untuk Meningkatkan MotovasI dan

Prestasi

4) Menumbuhkan Lingkungan Yang Wiyata Mandala

5) Menumbuhkan Lingkungan Adiwiyata

6) Menumbuhakan Penghayatan Agama Yang Dianut

7) Menciptakan Pengelolaan Administrasi Yang Baik

8) Menumbuhkan Semangat Kreatifitas Warga Sekolah

c. Tujuan Sekolah

1) Mewujudkan budaya disiplin, tepat waktu masuk dan

pulang sekolah

2) Unggul Dalam Prestasi Akademik

3) Unggul Dalam Persaingan Masuk SMA / MA / SMK Negeri

4) Unggul dalam Prestasi Pengembangan Diri

5) Terwujudnya Lingkungan Belajar yang Aktif, Asri, Nyaman,


65

Bersih dan Sehat

6) Terwujudnya Sekolah berbasis IMTAK dan IMTEK

7) Terwujudnya Sekolah Berbasis Pendidikan Karakter

Bangsa

8) Mewujudkan sekolah yang berbudaya lingkungan,

berperilaku dan beriskap ramah lingkungan

9) Menumbuhkan etos kerja yang tinggi untuk mencapai guru

kreatif, yang profesional,demokratif dan bertanggung jawab

10) Terwujudnya Sekolah yang berbasis 8 Standar Nasional

Pedidikan dengan mengacuh pada KTSP dan Kurikulum

Plusnya.

MOTTO : “AKTIF SMART RELIGIUS INOVATIF “

d. Keadaan siswa dan guru

Kedaan siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan tahun ajaran

2019/2020, jumlah kelas 6 kelas yang terdiri dari kelas 1 sampai

dengan kelas 6, jumlah siswa sebanyak 520 (lima ratus dua) orang

siswa yang terdiri dari 336 orang siswa perempuan dan 184 orang

siswa laki-laki dan pada tahun 2020/2021 yaitu sebanyak 535 (lima

ratus tiga puluh lima) orang siswa yang terdiri dari 329 orang siswa

perempuan dan 206 orang siswa laki-laki dengan keseluruhan

rombongan belajar kelas 1 sampai dengan kelas 6 tahun 2019

sebanyak 17 rombongan belajar dan tahun 2020 sebanyak 18

rombongan belajar, penjelasan lebih rincih dapat dilihat pada tabel

4.1 dan tabel 4.2 dibawah ini :


66

Tabel 4.1
Jumlah siswa SMP Negeri 1 Lawang Wetan
Tahun 2019-2020
Jumlah Siswa
Kelas
2019 2020
VII 186 Siswa 192 Siswa
VIII 177 Siswa 176 Siswa
IX 157 Siswa 167 Siswa
Jumlah 520 Siswa 535 Siswa
Sumber : dokumen SMP Negeri 1 Lawang Wetan

Tabel 4.2
Jumlah Rombongan Belajar siswa SMP Negeri 1 Lawang Wetan
Tahun 2019-2020

Jumlah Rombongan Belajar


Kelas
2019 2020
VII 6 Rombel 6 Rombel
VIII 6 Rombel 6 Rombel
IX 6 Rombel 6 Rombel
Jumlah 18 Rombel 17 Rombel
Sumber : dokumen SMP Negeri 1 Lawang Wetan

Sedangkan jumlah guru dan pegawai di SMP Negeri 1 Lawang

Wetan sebanyak 38 orang yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 1

orang wakil kepala sekolah bidag kurikulum, 1 orang wakil kepala

sekolah bidang kesiswaan, 1 orang wakil kepala sekolah bidang

hubungan masyarakat, 1 orang wakil kepala sekolah bidang sarana dan

prasarana, 1 orang bendahara sekolah, 17 orang guru berstatus PNS,

21 orang berstatus guru honorer, staff tata usaha , pegawai sekolah,

dengan rincian sebagai berikut :


67

Tabel 4.3
Data keadaan guru dan Pegawai SMP Negeri 1 Lawang Wetan
Tahun 2020

Masa
Kerja Mapel Yang
No Nama Pangkat/Gol Ket
Ditempuh
THN BLN
Pembina
1 ANI SURYANI,S.Pd 28 4 KEPALA SEKOLAH
Tk.1,IV/b
2 MARJANI,S.Pd.I Pembina,IV/a 27 3 B.Inggris GURU
UDUR
3 Pembina,IV/a 27 4 IPA Terpadu GURU
MANURUNG,S.Pd
4 YUARNA Pembina/IV/a 22 6 PKn GURU
GURU/WAKA
5 HERMANSYAH,S.Pd Pembina/IV/a 22 4 PJOK
SARPRAS
GURU/WAKA
6 FARIDA HAR,S.Ag Penata,III/c 18 3 PAI
KURIKULUM
7 SURATMI,S.Pd Penata,III/c 17 1 B.Indonesia GURU
GURU/WAKA
8 HERTATI,S.Ag Penata,III/c 17 1 PAI
KESISWAAN
KHAIRUN
9 Penata,III/c 17 1 B.Indonesia GURU
NISAK,S.Pd
10 SUPARTI,S.Ag Penata,III/c 17 1 PAI GURU
11 ROSITAH,S.Pd Penata,III/c 18 3 PKn GURU
GURU/WAKA
12 RITA EFRIANI,S.Pd Penata,III/c 15 1 IPS Terpadu
HUMAS
13 MURWANI,S.Pd Penata,III/c 10 6 Matematika GURU
14 EKAWATI,S.Pd Penata,III/c 14 9 B.Indonesia GURU
15 MINARNI,S.Pd Penata/III/c 15 3 IPS Terpadu GURU
Pengatur
16 BAHARUDIN 25 4 - BENDAHARA
Tk.1, II/d
17 SOMAD Juru, I/c 17 1 - STAF TU
DEDY
18 B.Inggris GURU
DAMHURI,S.Pd
DESI LILIS
19 IPA Terpadu GURU
SURYANI,ST
20 YENI FITRIANI,SE Seni Budaya GURU
AJIE FAHMI
21 B.Inggris GURU
PADLI,S.Pd
22 RUSMIATI,S.H.I Prakarya GURU
23 ACECE,S.Pd IPS Terpadu GURU
YOANITA
24 BK/BP GURU
LIANI,S.Pd
25 MARLINA,S.Pd Seni Budaya GURU
26 SERI HARTATI,S.Pd IPA Terpadu GURU
68

RIZMI SEPTA
27 Seni Budaya GURU
P,S.Pd
LUKMAN
28 PJOK GURU
HAKIM,S.Pd
VERA RIANA
29 Matematika GURU
PRATIWI,S.Pd
INTAN PUSPA
30 B.Indonesia GURU
SARI,S.Pd
ARPAN
31 Matematika GURU
SUSANTO,S.Pd
NOPTA
32 Prakarya GURU
ALPARIZI,S.Pd
OPERATOR
33 AMILAH,SE -
DAPODIK
STAF URUSAN
34 MINARNI,SE -
KEPEGAWAIAN
PENJAGA
35 IPAN THOMAS -
SEKOLAH
WIWIN TEKNISI
36 -
JULIANTI,S.Hum PERPUSTAKAAN
STAF URUSAN
37 RENI RATNA SARI -
KESISWAAN
CLEANING
38 APRIZAH -
SERVICE

Sumber : Dokumen data guru SMP Negeri 1 Lawang Wetan (2020)

e. Sarana dan Prasarana

SMP Negeri 1 Lawang Wetan dibangun diatas tanah seluas

19.175 m2 dan luas bagunan 1.896 m2. Bangunan gedung terdiri dari 1

lantai yang dipergunakan untuk 15 ruang belajar, 1 ruang kantor guru,

1 ruang kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang perpustakaan, 1

ruang laboratorium IPA, 1 Ruang multi Media, toilet guru laki-laki dan

perempuan, toilet siswa laki-laki dan perempuan, 1 ruang UKS, 1 Buah

mushola, kantin sekolah, 1 ruang gudang, tempat parkir siswa dan guru,

serta halaman/lapangan upacara. Untuk menunjang kelancaran proses

pembelajaran sekolah difasilitasi dengan berbagai sarana lain sebagai

berikut :
69

Tabel 4.4
Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Lawang Wetan
Tahun ajaran 2020
No Keterangan Banyak Status Kondisi
1 Meja guru/kepala sekolah/TU 40 Unit Baik
2 Kursi guru/kepala sekolah/TU 45 Unit Baik
3 Meja siswa 600 Unit Ada
4 Kursi siswa 600 Unit Rusak
5 Lemari 5 Unit Baik
6 Papan tulis 20 Unit Baik
7 Komputer 10 Unit Baik
8 LCD Proyektor 1 Unit 1 baik 1 rusak
9 Internet/Wifi 1 Unit Baik
10 Kursi Tamu 2 Set Baik
Sumber : Dokumen SMP Negeri 1 Lawang Wetan, 2020

f. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Lawang Wetan

Dalam sautu organisasi diperlukan adanya kegiatan-kegiatan

manajemen yang baik dan terarah. Slah satu fungsi manajemen itu adalah

pengorganisasian, yaitu suatu proses penentuan dan pengelompokan

peraturan dan macam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai

tujuan, menempatkan orang-orang pada tanggung jawab masing-masing

sehingga mempermudah pimpinan untuk mengadakan pengawasan dan

meminta tanggung jawab atas tugas yang telah dibebankan pada masing-

masing bagian. menetapkan wewenang secara langsung didelegasikan

kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas. Dengan adanya

penyusunan organisasi tersebut SMP Negeri 1 Lawang Wetan dalam

kegiatannya akan berjalan dengan lancar sebagaimana yang diharapkan

oleh sebuah organisasi. Adapun struktur organisasi SMP Negeri 1 Lawang

Wetan dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini :


70

Ketua Komite Sekolah Kepala Sekolah Korwil Kec. Lawet

Kasubag TU

Wakil kesiswaan Wakil Sarpras Wakil kurikulum Wakil Humas

Tanaga Administrasi Tanaga Administrasi

Pembina Ekstrakulikuler Pembina Ekstrakulikuler

Guru Guru Guru Guru

Guru Piket / Satpam/ Cleaning Service

Peserta Didik

Gambar 4.1
Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Lawang Wetan

Berdasarkan struktur organisasi pada gambar 4.1, maka pembagian

tugas masing-masing komponen dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Ketua Komite Sekolah

Komite sekolah bertugas sebagai pengawas, pembina sekaligus

pemberi nasihat kepada sekolah, termasuk kegiatan-kegiatan


71

perkembangan sekolah. Ketua Komite SMP Negeri 1 Lawang

Wetan saat ini adalah bapak Muzalani,S.H.,M.Si.

2. Koordinator Wilayah Kecamatan Lawang Wetan

Korwil bertugas sebagai pengawas pendidikan, termasuk

pengawasan kegiatan-kegiatan perkembangan sekolah di wilayah

kecamatan lawang wetan. Koordinator Wilayah Kecamatan Lawang

Weta saat ini adalah bapak Drs.H. Zulkarnain,M.Si.

3. Kepala Sekolah

Kepala sekolah betugas sebagai pengawas, pembina guru, siswa

dan seluruh staff pegawai dan siswa/siswi. Kepala sekolah SMP

Negeri 1 Lawang Wetan saat ini adalah ibu Ani Suryani,S.Pd.

4. Wakil Kepala Sekolah Bagian kesiswaan

Waka kesiswaan bertugas menyusun dan mensosialisasikan tata

tertib siswa yang akan diterapkan kepada siswa, mengatur dan

mengkoordinir ketertiban, kedisiplinan dan kehadiran siswa di

sekolah serta masalah-masalah yang berhubungan dengan

kesiswaan.

5. Wakil Kepala Sekolah Bagian sarana dan prasarana

Waka Sarpras bertugas merencanakan dan melaksanakan program

pengembangan dan pemeliharaan sarana prasarana di sekolah,

mengkoordinir pelaksanaan inventaris, memberikan intruksi dan

memastikan dilaksanakannya instruksi tersebut.

6. Wakil Kepala Sekolah Bagian kurikulum

Waka Kurikulum bertugas mengumpulkan dan menyimapan

dokumen kurikulum sekolah, menyusun perencanaan program


72

pembelajaran semeseran dan atau tahunan yang mencakupi

menyusun program remedial dan pengayaan, menyusun dan

menjabarkan kalender pendidikan, menyusun pembagian tugas

guru, menyusun jadwal pembelajaran.

7. Wakil Kepala Sekolah Bagian hubungan masyarakat

Waka Humas bertugas mengatur dan menyelengarakan huungan

baik antara sekolah dengan komite sekolah, menampung saran dan

pendapat masyarakat demi kemajuan sekolah, menyelengarakan

hubungan baik antara sekolah dengan orang tua/ wali murit.

8. Tenaga Administrasi

Tenaga Administrasi bertugas membuat kerangka proram kerja tata

usaha sekolah, mengelola data keuangan sekolah, mengurus

administrasi ketenagakerjaan dan juga siswa, menyusun data

administrasi perlengkpan sekolah, menyusun sekaligus menyajikan

data statistic sekolah.

9. Guru

Guru bertugas mengajar, mendidik dan melatih, meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan, mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengembangkan

keterampiilan para siswa/siswi disekolah

2. Penyajian Data

1) Strategi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan

Guru dalam Mengelola Kelas dan Prestasi Belajar Siswa di SMP

Negeri 1 Lawang Wetan.


73

Dalam menjalankan tugas sebagai kepala Sekolah di SMP

Negeri 1 Lawang Wetan tentu salah satunya yaitu untuk meningkatkan

kemampuan guru dalam mengelola kelas dan prestasi belajar siswa di

sekolah tersebut terutama dalam hal strategi pengelolaan kelas dan

prestasi belajar siswa tersebut adapun hasil wawancara peneliti dengan

subjek yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya berikut adalah

urainnya :

Berdasarkan hasil wawancara mengenai bagaimana kegiatan

pemantauan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah

mengatakan bahwa:

“kegiatan pemantauan yang dilakukan kepala sekolah untuk

meningkatkan kemampuan guru yaitu dengan memberikan

suport, motivasi, melakukan kegiatan diskusi kelompok yang

terpokus pada permasalahan yang berkaitan dengan

pengelolaan kelas dan prestasi belajar siswa. Kemudian saya

melakukan pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara

dan pendokumentasian. Semua kegiatan yang dilakukan tidak

menganggu proses pembelajar yang sedang berlangsung”.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian wakil kepla

sekolah bidang kesiswaan dengan pertanyaan yang sama,ia pun

menyatakan bahwa :

“dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola

kelas dan prestasi belajar siswa kepala sekolah selalu

melakukan melakukan pemantauan kepada para guru kelas


74

dan para siswanya, guru yang mengajar dikelas yang mana ia

berhubungan langsung dengan siswa diberikan pengarahan oleh

kepala sekolah 1 bulan sekali diadakan pertemuan guru dan

kepala sekolah, guru diberikan motivasi bagaiman pengeloaan

kelas yang baik agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik

dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 1 dan 2, dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan bahwa :

“Kepala sekolah telah memberikan suport, dan motivasi kepada

kami dengan cara menyetujui semua program yang kami miliki,

salah satu program tersebut adalah adanya program diskusi rutin

yang merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yaitu

metode demontrasi yang dimiliki oleh guru untuk peningkatan

pembelajaran siswa agar siswa dapat memahami dan mengerti”.

Pertanyaan selanjutnya mengenai bagaimana kegiatan

pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah, kepala sekolah

mengatakan bahwa :

“cara saya dalam melakukan pembinaan terhadap guru-guru di

sini yaitu dengan membuat pertemuan khusus untuk

membahasan tentang pengelolaan kelas dan prestasi siswa.

Dengan begini saya bisa melihat, mengawasi dan membina para

guru untuk mengelola kelas sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa dan kedisiplinan siswa”.


75

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian wakil kepla

sekolah bidang kesiswaan dengan pertanyaan yang sama, ia pun

menyatakan bahwa :

“kepala sekolah melakukan pembinaan kepada guru dapat

dikatakan sudah cukup baik dan tepat, dimana disetiap bulan selalu

dilakukan pertemuan khusus kepala sekolah dengan para guru untuk

membahas tentang pengelolaan kelas yang baik dan prestasi belajar

siswa disekolah, setiap guru yang kurang baik dalam melakukan

tugasnya diberikan pengarahan dan motivasi serta diberikan pelatihan

bagaimana cara melakukan tugas dengan baik”.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 1 dan 2, dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan bahwa :

“cara kepala sekolah dalam melakukan pembinaan kepada guru-

guru di sini yaitu kepala sekolah membuat agenda pertemuan

setiap satu bulan sekali dan selalu menghadirii pertemuan untuk

membahasa tentang prestasi belajar siswa dan pengelolaan

kelas, jika beliau tidak dapat hadir maka waka kesiswaan yang

mengantikannya, dengan begini beliau mengatahui

kedisiplinan guru yang terlibat langsung dalam pengelolaan

kelas dan prestasi belajar siswa”.

Hal ini juga dapat dilihat dari hasil observasi penelitian, bahwa

memang benar ada pertemuan rutin tujuannya untuk melakukan

pengawasan, dan pembinaan kepada guru guru disekolah untuk


76

meningkatkan kemampuan guru dalama mengelola kelas dan prestasi

belajar siswa.

Pertanyaan selanjutnya mengenai peningkatan kompetensi guru

melalui pendidikan dan pelatihan, kepala sekolah menjawab :

“Pelaksanaan peningkatan kompetensi guru di SMP Negeri 1

Lawang Wetan dari tahun ketahun ada peningkatan.

Peningkatan tersebut diindikatori dari hasil pelaksanaannya yaitu

guru mampu memberikan pelayanan pendidikan kepada siswa

dengan baik serta meningkatkan kinerja gurunya dalam

membenahi materi dan metodologi pembelajaran tersebut, guru

bisa menerapkan sepuluh kompetensi dasar yang diperlukan

dalam menjalankan tugas mengajar yaitu menguasai bahan ajar,

mampu mengelola sumber belajar, mengelola kelas,

menggunakan media, menguasai landasan pendidikan,

mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi belajar

siswa untuk kepentingan pengajaran, memahami prinsip-prinsip

dan menerapkankan hasil penelitian guna keperluan

pengajaran”. Dengan demikian, kegiatan kepala sekolah

mendorong guru untuk mengikuti seminar maupun pelatihan

bertujuan agar guru selalu mengetahui perkembangan terbaru

dan meningkatkan keprofesionalannya.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian wakil kepla

sekolah bidang kesiswaan dengan pertanyaan yang sama,ia pun

menyatakan bahwa :
77

“kepala sekolah memberikan kesempatan kepada semua guru

untuk di sekolah ini untuk dapat meningkatkan kemampuan

guru, dimana guru diberikan kesempatan yang sama untuk

mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada, setiap guru yang masih

kurang baik dalam melaksanakan tugasnya diberikan

kesempatan untuk belajar dan mengikuti pelatihan pengelolaan

tugas”.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 1 dan 2, dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan bahwa :

“ya, kepala sekolah selalu memberikan kesempatan kepada

guru-guru disini untuk meningkatan profesionalisme guru di

Peningkatan tersebut mampu memberikan pelayanan pendidikan

kepada siswa dengan baik serta meningkatkan kinerja gurunya

dalam membenahi materi dan metodologi pembelajaran tersebut.

memberikan saran atau solusi dalam pengambilan keputusan.

Pertanyaan selanjutnya mengenai pelaksanaan penilaian dari

guru, jawaban yang di berikan kepala sekolah yaitu :

“Penerapan penilaian adalah bagian dari profesionalitas seorang

guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Proses

pembelajaran berjalan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat

dalam peraturan sekolah dan produktivitas kerja meningkat,

supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme

guru, dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi


78

yang tepat, dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik

terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru,

jadi supervisi merupakan kegiatan dalam upaya meningkatkan

profesionalitas guru yang menitik beratkan pada bimbingan,

arahan, dan bantuan kepada guru agar proses belajar mengajar

berjalan dengan baik. Artinya dengan melakukan supervise

terhadap guru, maka hasil belajar mengajar siswa/peserta didik

akan baik dan meningkat.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian wakil

kepala sekolah bidang kesiswaan dengan pertanyaan yang sama, ia

pun menyatakan bahwa :

“penilaian yang dilakukan kepada guru yaitu bagaimana kegiatan

pembelajaran di kelas telah sesuai dengan tujuan sekolah,

bagaimana tugas guru dalam mengelola kelasnya apakah guru

dapat mengelola kelasnya dengan baik, sehingga proses belajar

dikelasnya berjalan dengan baik dan dapat memberikan

pemahaman kepada siswa denagn bahan ajaran yang mudah

dipahami”.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 1 dan 2, dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan bahwa :

“Akhlak merupakan cermin perbuatan dan tingkah laku pada

segenap warga sekolah, telah diimplementasikan kepala sekolah

sebagai bukti peningkatan yang tertuang dalam salah satu misi.

Di samping itu, hasil pengamatan peneliti, ditemukan bahwa


79

keteladanan kepala sekolah terlihat dalam bentuk sikapnya yang

disegani oleh guru, pegawai maupun para siswa, karena

memberikan contoh/teladan yang baik “.

Pertanyaan selanjutnya yaitu mengenai bagaimana sarana dan

prasarana pembelajaran sekolah, kepala sekolah memberi jawaban :

“Pembinaan terhadap lembaga pendidikan tidak akan berjalan

dengan baik apabila tidak didukung dengan sarana dan

prasarana yang memadai. Oleh karena itu, usaha untuk

memenuhi penyelenggaraan pembinaan fasilitas pendidikan

adalah salah satu fungsi yang harus senantiasa dikembangkan

terus menerus. Saya melakukan peningkatan kualitas sarana

dan prasarana yang pokok dan memadai untuk kelancaran

pendidikan, seperti 15 ruang kelas, 1 ruang laboratorium IPA, 1

ruang laboratorium bahasa, 1 ruang UKS, 1 Mushola, dan 1

ruang perpustakaan

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian wakil kepla

sekolah bidang kesiswaan dengan pertanyaan yang sama,ia pun

menyatakan bahwa :

“ sarana dan prasarana di sekolah ini sudah cukup baik raung

kelas sudah mengcukupi sesuai dengan jumlah siswa sehingga

tidak adanya kekurangan kelas, sarana yang lain juga sudah

cukup baik seperti, kursi belajar, meja belajar, peralatan olaraga,

alat tulis di setiap kelas. Namun masih ada yang kurang baik

seperti komputer di sekolah ini hanya ada 3 komputer yang

masih berfungsi dengan baik”.


80

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 1 dan 2, dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan bahwa :

“kebijakan yang diambil kepala sekolah dalam upaya

peningkatan sarana dan prasarana sudah sangat memadai

sesuai dengan kebutuhan sekolah, untuk medukung peningkatan

kualitas pendidikan disekolah telah dilakukan perbaikan

bergabagai sarana dan prasaranan di sekolah seperti perbaikan

dan panambahan ruang kelas yang saat ini sudah mencapai 15

kelas, perbaikan ruang UKS, penambahan buku buku terbaru di

perpustakaan sekolah serta membenahi toilet-toilet siswa yang

mengalami kerusakan.”

2) Kemampuan guru dalam mengelola kelas di SMP Negeri 1

Lawang Wetan

Dalam menjalankan tugas sebagai seorang guru di SMP Negeri

1 Lawang Wetan tentunya terutama untuk meningkatkan pengelolaan

kelas yang lebih efektif dan kreatif dan selanjutnya yaitu guru juga harus

bisa memecahkan permasalahan yang ada di kelas terutama harus bisa

mengatasi siswa di kelas dan bisa menjalankan fungsi-fungsinya

sebagai seorang guru adapun hasil wawancara peneliti dengan subjek

yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya berikut adalah urainnya :

Dimana kita ketahui bahwa sebagai guru tentunya salah satu

tugasnya yaitu untuk meningkatkan mutu pengelolaan kelas yang lebih

baik dalam proses belajar mengajar: peneliti mengajukan pertanyaan


81

mengenai bagaimana ketepatan waktu guru dalam memulai

pembejaran, peneliti mewawancarai wakil kepala sekolah bidang

kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kurikulum mengatakan bahwa:

“ketepatan waktu guru dalam mengajar sudah cukup baik setiap

dimulai nya proses pembelajar para guru telah siap mengajar

dikelas terlihat dimana guru telah bersiap siap memasuki kelas,

dan sertiap pergantian mata pelajaran guru selalu tepat waktu

dalam memulai kelas terlihat anatar guru yang telah

menyelesaikan tugasnya dengan guru yang akan mengajar

berikutnya dikelas tersebut saling menyadari waktu tugasnya”.

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru

mengenai bagaimana ketepatan waktu guru dalam memulai

pembelajaran, guru 1 dan 2 menjawab bahwa:

“ketika guru memasuki kelas maka hal yang baik dilakukan

bukanlah langsung memulai pembelajaran, tetapi terlebih dahulu

menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan semua

anggota kelas, kemudian barulah dapat dimulai pembelajaran

dengan baik”.

Dengan pertanyaan peneliti mewawancarai subjek penelitian

ynag lainnya yaitu guru 3 dan 4, dengan pertanyaan yang sama, ia juga

menjawab bahwa:

“ketepatan guru dalam memulai pembelajaran telah sesuai

dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya, guru sesalu

disiplin waktu dalam memulai kelas nya dalam setiap pergantian


82

jam piket mengajar dikelas, semua kelas di sekolah memulai

proses belajar mengajar dengan kerja sama yang baik antara

guru kelas dan warga kelas”

Pertanyaan selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada

wakil kepala sekolah bidang kurikulum mengenai bagaimana guru

melakukan penataan tempat duduk yang tepat dikelas, wakil kepala

sekolah bidang kurikulum menjawab bahwa :

“penataan tempat duduk siswa pada umumnya sama yaitu

panataan temapat duduk seperti proses belajar biasanya, namun

dari beberapa guru ada yang menerapkan penataan tempat

duduk dikelas sesuai dengan kebutuhan belajar pada saat itu

dimana guru mengatur tempat duduk siswanya sesuai dengan

tema belajar pada hari itu, dan hal ini cukup baik dalam

merangsang siswa untuk belajar dikelas dengan baik dan lebih

fokus mendengarkan dan memahami materi pembelajaran yang

diberikan guru”.

Selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru

mengenai bagaimana guru melakukan penataan tempat duduk yang

tepat dikelas, guru 1 dan 2 menjawab bahwa :

“strategi penataan tempat duduk yang diterapkan dikelas antara

lain yaitu secara reward dan pendekatan kekuasaan strategi ini

menjadikan kelas lebih kondusif saat pembelajaran dan siswa

dapat meningkatkan prestasi belajarnya”

Dengan pertanyaan yang sama kemudan peneliti mewawancarai


83

subjek penelitian yang lainnya yaitu guru 3 dan 4, ia juga menjawab

bahwa:

“selain mengunakan formasih tempat duduk seperti umum

biasanya, saya juga mengunakan formasih tempat duduk format

U dan kolom baris, dengan menempatkan anaa-anak yang

mengalami kelainan yaitu silinder minus pada matanya pada

posisi yang nyaman untuk dia melihat , selain itu juga

menenpatkan anak-anak yang sering menggangu teman-

temannya pada posisi di depat atau ditengah-tengah agar siswa

tersebut tidak dapat berjalan jalan saat pembelajaran

berlansung, dan menganti-ganti formasih tempat duduk sesuai

dengan keadaan dan kegiatan pembelajaran yang sesuai”.

Pertanyaan selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada

wakil kepala sekolah bidang kurikulum mengenai bagaimana guru

mengatasi gangguan yang beras dari luar kelas, ia menjawab bahwa :

“dalam mengatasi gangguan belajar dari luar kelas guru-guru

melakukan pendekatan kepada siswa didalam kelas guru juga

memberikan materi pembelajaran yang menantang namun

mudah dan dapat dipahami siswa dikelas, guru juga memberikan

tugas kepada siswa diakhir jam belajar selesai sehingga siswa

lebih pokus ke proses belajar di kelas dari pada gangguan dari

luar kelas”.

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru

mengenai bagaimana guru mengatasi gangguan yang beras dari luar


84

kelas, guru 1 dan 2 menjawab bahwa :

“untuk mengatasi gangguan dari luar kelas biasanya dapat

dilakukan dengan penggunaan kata-kata yang baik dan tepat

kemudian mengunakan bahan pembelajaran dengan sajian yang

menantang, seperti mengaruskan siswa melakukan praktek

langsung pembelajaran sehingga siswa terfokus pada

pembelajaran dan tidak menanggapi gangguan dari luar kelas”.

Dengan pertanyaan yang sama peneliti mewawancarai subjek

penelitian ynag lainnya yaitu guru 3 dan 4, ia juga menjawab bahwa:

“banyak sekali kemungkinan gangguan yang beras dari luar

kelas, dan kemungkinan rasa jenuh pada diri siswa ketika proses

belajar mengajar di kelas berlangsung, hal ini mengharuskan

guru memahami keingginan dan kenyamanan siswa sehingga

tidak gampang jenuh dengan melalui prinsip bervariasi agar

menciptakan pembelajaran yang menarik dan tidak monoton”.

Pertanyaan selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada

wakil kepala sekolah bidang kurikulum mengenai bagaimana guru

menetapkan aturan dan prosedur yang jelas sejak awal tahun, ia

menjawab bahwa :

“Dalam menetapkan aturan sejak awal guru telah mengikuti

prosedur aturan sekolah disetiap proses belajar di setiap

tahunnya, namun setiap guru juga diperbolehkan mempunyai

aturan sendiri di dalam kelasnya jika aturan tersebut positif dan

dapat meningkatkan kemajuan sekolah dan prestasi belajar”.


85

Selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru

mengenai bagaimana guru menetapkan aturan dan prosedur yang jelas

sejak awal tahun, guru 1 dan 2 menjawab bahwa :

“pada awal tahun ajaran dimulai para guru menerapkan strategi

pengelolaan kelas dan metode yang berpariatif, sesulit apapun

materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran akan lebih

mudah dipahami peserta didik. Karena metode yang berpariatif

dengan banyak melibatkan pesrta didik dapat menambah gairah

dan merangsang peserta didik agar lebih akatif dalam mengikuti

proses pembelajaran. Dalam mengkondisikan peserta didik yang

membuat gaduh dan menyimpang mengunakan metode

pendekatan terlebih dahulu, selanjutnya memberikan saran dan

nasehat”.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 3 dan 4 dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan oleh guru 3 dan 4, bahwa :

“pada awal tahun pelajaran dimulai guru dan pihak sekolah telah

menetapkan aturan dan prosedur prose belajar yairu dengan

mengunakan metoded pembelajaran yang berpariatif sehingga

membuat siswa nyaman dalam proses belajar mengajar dan

menciptakan ruang kelas yang semakin kondusip dengan

metode pembelajaran yang kreatif dan tidak monoton, kemudian

untuk mengatasi siswa/siswi yang sering membuat gaduh dan

menyimpang ddengan mengunakan metode pendekatan terlebih

dahulu kemudian selanjutnya guru menegur dan menasehati


86

siswa dan memberikan arahan dan peebelajran yang baik”.

Pertanyaan selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada

guru mengenai guru mengelola peralihan segmen belajar, guru 1 dan 2

menjawab bahwa :

“peralihan antar kelas para guru dapat mengelola dengan baik

dan kerja sama para guru juga baik dimana disetiap pergantian mata

pelajaran dikelas guru memberikan kesempatan 5-10 menit kepada

siswa untuk rehat dari rutinitas belajar mereka, dan guru memberikan

kesempatan kepada para siswa untuk buang air kecil dan sebagainya

setelah itu proses pembelajarn dimulai kembali oleh para guru”.

Pertanyaan selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada

guru mengenai guru mengelola peralihan segmen belajar, guru 1 dan 2

menjawab bahwa :

“dalam mengelola peralihan segmen belajar antar kelas guru

memberikan waktu 5-10 menit untuk siswa merehat sejenak

pikiran mereka agar kembali pokus ke pembelajaran yang

diberikan agar tidak memberikan ketegangan pemikiran para

siswa karena terlalu banyak pembahasan pelajar yang diberikan

tanpa jedah waktu belajar sehingga membuat siswa bisa berpikir,

belajar dan menyerap ilmu yang diberikan guru secara baik”.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 3 dan 4 dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan oleh guru 3 dan 4, bahwa :

“dalam proses peralihan segmen belajar kelas dari satu mata


87

pelajaran ke proses belajar mata pelajaran lainnya siswa dan

guru mempunyai waktu 5-10 menit untuk rehat sejenak untuk

mengembalikan fokus pikiran dari satu proses untuk memasuki

proses belajar yang selanjutnya sehingga dalam pembelajaran

berikutnya para siswa dan guru tidak jenuh telah telah pokus

kembali untuk memulai proses pembelajaran dengan baik

sehingga terjalin kerja sama yang baik antara guru dan warga

kelasnya dan memberikan kesempatan yang lebih banyak

kepada para siswa untuk lebih memahami pelajaran yang

diberikan oleh guru.”

Pertanyaan selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada

guru mengenai bagaimana guru mengatasi gangguan yang berasal dari

dalam kelas, guru 1 dan 2 menjawab bahwa :

“menciptakan kelas yang kondusif di kelas melalui prinsip

kehangatan dan keantusiasan dengan pendekatan-pendekatan

terhadap siswa sembari memberi motivasi siswa dan juga

antusias terhadap tugas dan aktifitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung, selain mengajar guru juga

menciptakan kelas yang kondusif melalui prinsip tantangan

dengan mengunakan strategi pembelajaran kooperatif,

pembelajaran berbasis masalah, pembeljaran peningkatan

kemampuan berpikir siswa dan menyiapkan media pembelajaran

yang sesuai dengan materi yang dapat menantang siswa untuk

lebih semangat belajar dan tidak merasah jenuh dikelas”.


88

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 3 dan 4 dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan oleh guru 3 dan 4, bahwa :

“menciptakan kelas yang kondusif melalui prinsip tantangan,

guru mengunakan pendekatan pemecahan masalah jenuh

belajar dikelas dengan cara memberikan tugas tugas kelompok

kemudian berdiskusi antara kelompok, memelihara semangat

belajar siswa dan dalam menyampaikan materi yang diajarkan

mengunakan bahasa yang mudah dipahami dan sertai kata kata

yang lucu yang membuat semua siswa terlihat senang, nyaman,

dan tidak mudah bosan”.

Pertanyaan selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada

guru mengenai bagaimana cara guru memberikan tugas diluar jam

belajar, guru 1 dan 2 menjawab bahwa :

“dalam memberikan tugas diluar jam belajar para siwa diberikan

tugas rumah baik secara mandiri dan kandang kala dengan

berkelompok, tugas rumah yang diberikan sesuia dengan

pembelajaran yang telaah dipelajari sebelumnya disekolah, hal

ini untuk menambah wawasan belajar siswa dan mengulangi

pembelajaran yang telah dipelajari disekolah dirumah agar siswa

lebih memahami pelajar yang tersebut dan jika masih ada

pelajaran yang belum dapat dipahami siswa, maka siswa dapat

bertanya kepada guru sehingga mereka dapat paham dan

mengerti dengan baik”.


89

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 3 dan 4 dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan oleh guru 3 dan 4, bahwa :

“guru memberikan tugas sesuai dengan yang telah dipelari siswa

disekolah, pemebrian tugas diberikan secar indivudu dan secara

berkelompok, setelah tugas dikerjakan kemudian dibahas

disekolah agar dapat dipasikan oleh guru bahwa pembelajran

yang diberikan telah dapat dipahi oleh siswanya dan jika masih

ada beberapa yang belum dapat dipahami oleh siswa guru

memberikan arahan sehingga siswa memahami. Dan untuk

tugas kelompok yang diberikan adalah untuk memberikan

pembelajaran kepada para siswa agar bersosialisasi dan

bekerjasama dengan teman-temannya untuk lebih memeahami

pelajaran yang diberikan guru”.

Pertanyaan selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada

guru mengenai bagaimana strategi guru mengakhiri pembelajar, guru 1

dan 2 menjawab bahwa :

“untuk mengetahui perkembangan pembelajaran yang didapat

siswa biasanya selalu memberikan permaslahan dalam

pembelajaran dan kemudian memberikan tugas diskusi

kelompok. Melalui tugas diskusi kelompok tersebut siswa akan

menemukan permasalahan dan berusaha untuk mencari solusi,

hal ini mengharuskan siswa lebih berfikir kritis dan berusaha

mengembangkan pemikiran dan kreatifitasnya dan salah satu


90

kelompok maju untuk menjelaskan hasil diskusinnya, sehingga

para siswa memahami pelajaran yang diberikan”.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 3 dan 4 dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan oleh guru 3 dan 4, bahwa :

“strategi guru dalam mengakhiri pembelajaran dengan cara

memberikan tugas kepada siswa dan siswa secara langsung

menjawab, memaparkan dan menjelaskan hasil dari tugas yang

telah diberikan sehingga memberikan pengaruh yang besar

dalam kegiatan belajar mengajar dikelas siswa lebih

berkonsentrasi dalam belajar karena diakhir pembelajar diberikan

tugas yang siap untuk dijawab oleh para siswa.

3) Prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan

Dalam menjalankan tugas sebagai seorang, tugas utama

seorang guru adalah meningkatkan prestasi belajar siswa dan

selanjutnya yaitu guru juga harus bisa memecahkan permasalahan yang

ada di kelas terutama harus bisa mengatasi siswa yang kurang

memahami pembelajaran yang diberikan dan menjalankan fungsi-

fungsinya sebagai seorang guru adapun hasil wawancara peneliti

dengan subjek yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya berikut

adalah urainnya : peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru

mengenai bagaimana hasil prestasi belajar akademik siswa, guru 1 dan

2 menjawab bahwa :

“peningkatan prestasi akademi siswa mulai meningkat dengan


91

terbentuknya sikap dan tanggung jawab yang mulai terbentuk,

semangat belajar juga mulai terbentuk, sosalisasi dengan teman,

kesopanan dan jiwa kepemimpinan. Sikap tanggung jawab

tersebut dapat ditunjukkan dengan siswa yang mau mengerjakan

yang guru berikan, sedangkan sosialisasi dilihat dari saat

diberikan tugas secara berkelompok siswa memulai mengerjakan

dengan bersama sama dan membagi pekerjaan, siswa aktip

bertanya kepada guru, siswa melakukan diskusi dengan baik

disaat diberikan tugas diskusi kelompok di kelas.”

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 3 dan 4 dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan oleh guru 3 dan 4, bahwa :

“peningkatan prestasi belajar siswa efektif meningkat dimana

terlihat dari beberapa siswa dikelas yang semakin semangat dan

aktif dalam proses belajar mengajar berlangsung di kelas, siswa

mengerjakan tanggung jawab tugas yang diberikan guru dengan

tepat waktu dan dengan hasil yang baik, meskipun cara siswa

ketika dalam proses pembelajaran berbeda-beda namun mereka

tetap mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik,

peningkatan keaktipan siswa dalam proses pembelajaran dapat

dilihat dari keseharian proses pembelajaran siswa bertanya

kepada guru jika dia kurang mengerti dengan pelajaran yang

berlangsung dan disetap pengerjaan tugas di akhir

pembelajaran hari itu siswa dapat mengerjakan tugas yang

diberikan dengan cukup baik”.


92

Pertanyaan selanjutnya, peneliti mengajukan pertanyaan kepada

guru mengenai bagaimana hasil prestasi belajar non akademik siswa,

guru 1 dan 2 menjawab bahwa :

“prestasi belajar siswa non akademi juga meningkat dapat dilihat

dari cara siswa yanga sangatlah kreatif, mereka terlihat antusias

dan mempuyai semangat belajar yang tinggi. Seorang guru tidak

hanya memandang siswa bahwa dia cerdas dari segi pandai

berhitung tetapi anak yang kreatif juga tergolong anak yang

cerdas karena kepandaian bukan hanya dari satu sisi. Para

siswa di mempunyai prestasi yang sangat baik, meraka sering

mengikuti lomba-lomba yang ada di sekolah maupun bersaing di

tingkat sekolahan baik itu cerdas cermat, jalan santai dan pentas

seni baik itu menari, menyanyi dan menghafal surah-surah

pendek. Prestasi siswa yang mereka raih merupakan hal yang

sangat membanggakan bagi dirinya sendiri maupun orang tua

mereka dan juga sekolah tentunya”.

Selanjutnya peneliti mewawancarai subjek penelitian yang lain

yaitu guru 3 dan 4 dengan pertanyaan yang sama, adapun yang

dinyatakan oleh guru 3 dan 4, bahwa :

““prestasi non akademi siswa semakin mebaik diman para siswa

terlihat antusias dan mempuyai semangat yang tinggi dalam

kegiatan-kegiatan non akademik yang diselengarakan baik di

sekolah sendiri maupun kegiatan diluar sekolah. Para siswa di

mempunyai semangat dan prestasi yang sangat baik, meraka


93

sering mengikuti lomba-lomba yang ada di sekolah maupun

bersaing di tingkat sekolahan baik itu cerdas cermat, jalan santai

dan pentas seni baik itu menari, menyanyi dan menghafal surah-

surah pendek dan kegiatan kegiatan lainnya nya diluar kegiatan

akademik sekolah. Prestasi siswa yang mereka raih mendorong

dan lebih memotivasi mereka untuk lebih bersemangat belajar

untuk menjadi yang terbaik”.

4) Hambatan Strategi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan

Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas dan Prestasi Belajar

Siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan

Pada dasarnya, setiap segala sesuatu sudah pasti ada yang

menjadi hambatan, walaupun hambatan atau kendala yang di hadapi

sangat sedikit. Tetapi apapun kendala atau hambatan yang terjadi

pastinya ada jalan keluar untuk menyelesaikannya, begitu juga halnya

dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas

dan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan peneliti

mewawancarai kepala sekolah. Akan tetapi mengenai hambatan apa

saja yang dihadapi oleh kepala SMP Negeri 1 Lawang Wetan, peneliti

lebih memfokuskan kepada kepala SMP Negeri 1 Lawang Wetan

hambatan yang dialami dan hambatan yang sulit untuk dihadapi. Kepala

SMP Negeri 1 Lawang Wetan mengatakan bahwa :

“Dalam upaya meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola

kelas dan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan

ini yang menjadi hambatan adalah kurangnya pemahaman guru


94

tentang pengelolaan kelas yang baik dan kuranfnya kesadaran

siswa dalam menyiapkan peralatan sekolah dari rumah, karena

penyiapan perlengkapan sekolah harus disiapkan benar-benar

dari rumah siswa itu sendiri. Jika perhatian perlatan tersebut

kurang diperhatikan maka didapat pembelajaran siswa akan

keteteran disekolah karena siswa tidak dapat mengikuti

pembelajran dengan baik.”

“selain hambatan diatas hambatan lain yaitu pendampingan

belajar dari orang tua dan faktor dari siswa itu sendiri, cara ini

dapat membantu guru dalam pembelajaran disekolah karena

pekerjaan rumah telah dikerjakan, dan orang tua dapat

mengulang pelajaran yang telah diberikan disekolah sehingga

siswa lebih paham, sehingga orang tua dan guru dapat saling

bekerja sama dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain

pendampingan belajar yang kurang, orang tua siswa ada juga

yang kurang merespon dengan hasil belajar anak mereka

dengan tidak mengambil hasil UTS dan UAS siswa”.

Pertanyaan selanjutnya yaitu cara kepala sekolah dalam

menanggulangi hambatan yang terjadi. kepala sekolah memberikan

jawaban bahwa :

“tentunya setiap masalah ada solusinya jadi dalam

menanggulangi hambatan yang terjadi ketika saya melakukan

pertemuan rutin dengan guru guru untuk membahas tentang

pengelolaan kelas yang baik dan memberikan arahan kepada

guru untuk dapat mengelola kelas dengan baik dan mengatasi


95

dan meningkatkan prestasi belajar siswa, memberikan pelatiha

pelatihan kepada guru tentang pengelolaan kelas dan

peningkatan prestasi belajar siswa”.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Strategi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Kemampuan Guru

dalam Mengelola Kelas dan Presasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1

Lawang Wetan.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa, strategi kepala sekolah

untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dan prestasi

belajar siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan dengan cara melakukan

pembinaan terhadap guru-guru dengan berdiskusi membuat pertemuan

khusus untuk membahasan tentang pengelolaan kelas dan prestasi belajar

siswa. Kepala sekolah melihat, mengawasi dan membina para guru untuk

mengelola kelas sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan

kedisiplinan siswa.

Kepala sekolah membuat perencanaan program-program

pengelolaan kelas untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik di SMP

Negeri 1 Lawang Wetan. Kegiatan perencanaan program-program di

sekolah dilakukan oleh kepala sekolah bersama orang- orang yang

dipercaya kepala sekolah, atau orang- orang yang bersedia bekerja sama

dengan Kepala Sekolah.

Sedangkan perencanaannya secara formal dilakukan hanya satu

tahun sekali pada Rapat penyusunan Rancangan Anggaran dan Kegiatan

Sekolah (RKAS) yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada awal
96

tahun ajaran baru. Selain itu terdapat juga rapat-rapat pada awal sebelum

pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara kondisional dan sesuai

kebutuhan jika memang ada yang diperlukan untuk mengadakan rapat guna

membahas metode pelaksanaan program- program sekolah.

Kemudian untuk perencanaan program- program kegiatan harus

sesuai dengan visi dan misi sekolah. Karena untuk mewujudkan visi dan misi

sekolah tentunya terdapat strategi- strategi yang berisi kegiatan- kegiatan

dalam mewujudkan visi dan misi sekolah. meskipun juga tidak memungkiri

bahwa perencanaan program yang terbaik adalah perencanaan program

yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.

Berdasarkan uraian temuan penelitian dan teori yang ada terkait

dengan perencanaan strategi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

peserta didik, menurut peneliti maka SMP Negeri 1 Lawang Wetan perlu

melakukan perencanaan kegiatan yang lebih terstruktur dan kegiatannya

juga harus terdokumentasikan.

2. Pelaksanaan Strategi Kepala Sekolah untuk Meningkatkan

Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas dan Prestasi Belajar

Siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa program- program yang

sudah dilakukan oleh SMP Negeri 1 Lawang Wetan untuk meningkatkan

kemampuan guru mengelola kelas dan prestasi belajar siswa sudah cukup

banyak, yaitu mulai dari program yang berupa kegiatan antara lain, kegiatan

tutor sebaya yang dilakukan oleh siswa di luar jam pelajaran membentuk

kelompok-kelompok siswa yang berdiskusi mengenai mata pelajaran dan


97

terdapat beberapa anak yang memiliki kemampuan lebih dalam mata

pelajaran tertentu sebagai tutor bagi teman- temannya. Kemudian program

sekolah yang berupa pembuatan sarana dan prasarana guna menunjang

proses belajar mengajar disekolah, ruang kelas yang dilengkapi dengan

prasarana atau media pembelajaran yang berhubungan dengan mata

pelajaran tertentu untuk menunjang terlaksananya program moving class.

Ada juga program sekolah berupa pembinaan para guru, dan

pembinaan organisasi siswa berupa OSIS dan pembinaan ekstra kurikuler

yaitu program kegiatan seperti koperasi siswa, pmr, seni musik, seni tari,

seni drama, sastra, olahraga, paskib. Selain itu untuk melaksanakan

program- program tersebut juga dibutuhkan semua peran serta warga

sekolah. Selain program- program yang dijabarkan ada pula program

sekolah yang merupakan gagsan yang belum sempat terlaksana.

3. Evaluasi Terhadap Hasil Strategi Kepala Sekolah Untuk

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Mengelola Kelas Dan

Prestasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 1 Lawang Wetan.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa, evaluasi terhadap hasil

pelaksanaan strategi Kepala Sekolah di SMP negeri 1 Lawang Wetan

terbagi menjadi beberapa bagian yaitu pelaksanaan strategi berjalan dengan

lancar dan tertib dikarenakan dalam hal penyusunan strategi Kepala Sekolah

sudah merinci sedemikian rupa mengenai jadwal, metode pelaksanaan,

biaya, sumber daya yang mendukung terlaksananya program baik materiil

maupun non materiil. Untuk kelemahannya dalam pelaksanaan strategi

sekolah yaitu Kepala Sekolah kurang perhatian terhadap program-program

yang berhubungan pengelolaan kelas dan lebih perhatian terhadap program-


98

program lainnya seperti program ekstrakuliuler sekolah. Tetapi pelaksanaan

kegiatan sekolah dalam upaya meningkatkan kemapuan guru mengelola

kelas dan prestasi belajar siswa berjalan dengan tertib dan lancar.

Sedangkan terdapat pihak eksternal yang melakukan tindakan

korektif terhadap pelaksanan strategi Kepala Sekolah yaitu komite sekolah

dan wali murid. Pihak- pihak tersebut merupakan aspek yang paling penting

bagi proses pelaksanaan kegiatan. Dari pernyataan tersebut maka dapat

dijabarkan bahwa pendidikan di sekolah akan dapat menjadi berkualitas jika

semua kebijakan dan program pendidikan sekolah tersebut mendapat

dukungan dari semua komponen pendukung dan masyarakat.

Oleh sebab itu semua komponen atau pihak- pihak yang

berhubungan dengan sekolah wajib ikut serta dalam usaha mencapai tujuan

sekolah. Sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang- Undang No 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab III Pasal 4 Ayat 6

bahwa “ Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua

komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan

pengendalian mutu layanan pendidikan”. Diharapkan dengan mendapat

dukungan dari semua komponen maupun stakeholder pendidikan, maka

program kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan guru mengelola

kelas dan prestasi belajar siswa berjalan dengan lancar.

Berdasarkan temuan dari teori yang ada terkait evaluasi terhadap

hasil pelaksanaan strategi Kepala Sekolah maka SMP Negeri 1 Lawang

Wetan perlu melakukan tidakan korektif dari pihak- pihak eksternal maupun

pihak- pihak internal serta melakukan tindak lanjut dari hasil evaluasi.
99
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan pembahasan uraian yang

disajikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan pada

penelitian ini sebagai berikut:

1. Berdasarkan deskripsi strategi pengelolaan kelas, bahwa: ketrampilan

guru dalam mengelola kelas dilakukan dengan mengatur kondisi fisik

ruang pembelajaran seperti alat-alat dan media pembelajaran, penataan

keindahan, mengatur tempat duduk peserta didik, dan mengatur

ventilasi atau cahaya dan udara yang cukup untuk mendukung proses

kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam pengaturan peserta didik di

kelas, dilakukan dengan melakukan pendekatan individu, modifikasi

tingkah laku peserta didik, melakukan teguran kepada peserta didik

yang menyimpang, bersikap luwes dan terbuka terhadap peserta didik.

Dalam mengelola interaksi perilaku belajar di dalam kelas ditinjau dari

kehangatan dan keantusiasme siswa dalam belajar, penggunaan bahan

ajaran yang menantang akan meningkatkan gairah belajar, variasi

media dan gaya serta pola interaksi, perlu keluwesan tingkah laku guru,

penonjolan dari segi-segi positif, mengembangkan disiplin diri, secara

keseluruhan sudah cukup baik, hanya saja, guru kurang menggunakan

variasi media pembelajaran dengan menggunakan media elektronik.

99
100

2. Berdasarkan hasil analisa penulis, ditemukan adanya dampak positif

dari penerapan strategi pengelolaan kelas terhadap peningkatan

prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata

peserta didik yang selalu meningkat pada setiap ulangan harian yang

dilaksanakan setiap selesai penyampaian materi pembelajaran,

meningkatkanya prestasi belajar siswa di setiap ujian tengah semester

dan akhir semester pembelajaran dan peningkatan prestasi siswa

dibidang non akademik dapat dilihat dari antusiasme siswa dalam

mengikuti perlombaan-perlombaan baik yang diadakan pihak sekolah

maupun perlombaan-perlombaan diluar sekolah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, dajukan saran-saran kepada

beberapa pihak, yaitu lembaga sekolah, guru kelas, para peneliti, para orang tua

siswa dan juga kepada siswa/siswi khususnya di SMP Negeri 1 Lawang Wetan.

Saran-saran yang diajukan sebagai berikut :

1. Strategi kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru

mengelola kelas dan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Lawang

Wetan belum bisa dikatakan efektif dan maksimal, karena masih ada

banyak kekurangan, baik dari sarana maupun kemampuan guru dalam

mengelola kelas dan prestasi belajar siswa, Oleh karena itu guru

dengan kemampuannya sebaiknya dapat memanfaatkan fasilitas dan

alat pembelajaran dengan maksimal dan berkoordinasi dengan wakil

kepala sekolah bidang sarana dan prasarana untuk melengkapi sarana

pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar strategi pengelolaan kelas


101

dapat diterapkan dengan maksimal untuk membuat peserta didik tidak

bosan dalam mengikuti proses pembelajaran yang berkesan dan

nyaman, sehingga akan berdampak pada motivasi dan prestasi belajar

peserta didik khususnya dalam pembelajaran di kelas.

2. Dalam pelaksanaan strategi pengelolaan kelas untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Lawang Wetan pastinya tidak

lepas dari faktor penghambat dan pendukung. Setiap faktor yang

menghambat sebaiknya selalu dievaluasi dan dapat bekerja sama

dengan pihak sekolah untuk mencari solusi bersama-sama sehingga

dapat meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Untuk faktor-

faktor yang mendukung pelaksanaan strategi pengelolaan kelas

disarankan utuk selalu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan

maksimal, sehingga akan membantu dalam proses peningkatan prestasi

belajar peserta didik dengan efektif dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Abu, S. N. (2020). Pembinaan Guru oleh Kepala Sekolah dalam Pengelolaan


Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jurnal Bahana Manajemen Pendidikan,
2(1), 704-712.

Ahmad, W., dan Sumardjoko, B. (2019). Peran Kepala Sekolah Sebagai


Pemimpin Pembelajaran dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di
SMK Pelita Bangsa Sumberlawang Sragen. Universitas Muhammadiyah
Surakarta).

Arifin, Z. (2016). Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik dan Prosedur) Cetakan


ke 8. Jakarta: Rosda Karya.

Arikunto, S. (2012). Tentang Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan


Evaluative. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Astuti, A. (2012). Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Student Team


Achievement Divisions (STAD) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS. Skripsi FIP UPI: Tidak
diterbitkan.

Azwar, S. (2014). Pendekatan Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baharudin dan Esa, N. W. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Chaplin, J. P. (2016). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo.


Persada

Crow, L. D dan Alice, C. (2010). Psikology Belajar. Surabaya; Bina Ilmu

Danil, D. (2011). Upaya Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Prestasi


Siswa Di Sekolah (Study Deskriptif Lapangan di Sekolah Madrasah
Aliyah Cilawu Garut). Jurnal Pendidikan Universitas Garut 03 (1): 30-40.

David, F. R. (2011). Manajemen Strategis: Konsep, Edisi 7, Jakarta: PT.


Prenhallindo.

Departemen Pendidikan Nasional. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


ke 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Djamarah, S. B. (2016). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathon, Z; Ek, S. M. H; dan Badaruddin, M. A. (2020). Kepemimpinan Kepala


Sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SD
Muhammadiyah Sukorejo Kendal Tahun 2018/2019., Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Fauzan, A. (2012). Metodologi Penelitian kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Fitrah, M. (2017). Peran Kepala sekolah Dalam Meningkatkan Prestasi akademik


siswa. Jurnal Penjaminan Mutu: 31(42).

Fitria, H (2015). Penerapan Model Pembelajaran Koorperatif Terhadap Hasil


Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 10
Palembang. Seminar Pendidikan Nasioanal: Universitas PGRI
Palembang.

Furchan, A. (2012). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Hartasani, H. (2017). Meningkatkan Kompetensi Guru Dalam Pengelolaan Kelas


Melalui Supervisi Kunjungan Kelas di SMP N 4 Pasaman. Jurnal
Manajemen Pendidikan, 2(3), 649-660.

Hasan, A. (2015). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen.


Pendidikan Nasional.

Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. (2011). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Imran, Ali. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Jaya.

Iskandar. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan.


Kualitatif). Jakarta: GP Press.

Koentjaraningrat. (2012). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:


Gramedia Pustaka

Komariah, A dan Triatna, C. (2016). Visionary leadership menuju sekolah efektif.


Jakarta; Bumi Aksara.

Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Mayasari, E. dan Syarif, M. (2018). Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan


Kompetensi Guru terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Peukan
Bada Aceh Besar. Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman, Vol. 4 No. 1, Hal:
141-164.

Miles and Huberman, (2013). Analisis Data Kualitatif Terjemahan oleh Tjetjeb
Rohendi Rohandi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, L. J. (2011) Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja


Rosdakarya.

Muijs, D. dan David, R. (2018). Effective Teaching. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


Mulyadi. (2012). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta:
Salemba Empat.

Mulyasa, E. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan


Implementasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyono. A. (2013). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta.

Murniati, A. R. dan Harun, C. Z. (2015). Strategi Kepala Sekolah Dalam


Peningkatan Mutu di SD Negeri 1 Peukan Bada Aceh Besar. Jurnal
Administrasi Pendidikan: Program Pascasarjana Unsyiah Vol. 3 No. 3.

Nasution. (2014). Didaktik: Azas-Azas Mengajar. Baandung: IKIP Bandung.

Nawawi, H. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia


Indonesia

Nugrahani, F. dan Hum. M. (2012). Metode Penelitian. Jakarta: Grafindo

Nurherliyany, M. (2018). Strategi Kepala sekolah dalam Meningkatkan


Profesionalitas Guru: Studi Pada SMP N 2 Jatiwaras dan SMP N 2
Salopa Kabupaten Tasikmalaya. Indonesian. Journal of Education
Management and Administration Review, Vol.1 No. 2. Hal: 169-176.

Oktriany, H. W. R; Triastuti, Y. S; dan Prajoko, (2015). Strategi Peningkatan


Prestasi akademik siswa Menggunakan Diagram Ishikawa Di SMA
Negeri 1 Suruh. Prosiding Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pearce I. J. A. dan Robinson, R. B. (2011). Strategic Management : Formulation,


Implementation and Control, Twelfth Edition. New York: Mc. Graw Hill.

Pedoman Penulisan Tesis Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.


(2020). Palembang: Universitas PGRI Palembang.

Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar. Yogyakarta: Diva


Press.

Rangkuti, F. (2013). Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta. :


PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rohani, A. dan Ahmadi, A. (2015). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka


Cipta.

Ruslan, A. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-1. Yogyakarta: Ar-


ruzz Media

Saifuddin. A (2014). Pengelolaan Pembelajaran Teoretis dan Praktis.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sardiman, A. M. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Sergiovanni. (2011). The Principalship: A Reflective Practice Perspective.


Boston: Allyn and Bacon Inc.

Setyaningrum, D. F; Sawiji, H; dan Ninghardjanti, P. (2018). Pengaruh Keaktifan


Berorganisasi dan Prestasi Belajar Terhadap Kesiapan Kerja
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran
Angkatan 2013 Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal Informasi
Dan Komunikasi Administrasi Perkantoran), 2(2).

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Stoner, J. A. F, dkk (2015). Manajemen, Jilid I. PT Prenhallindo

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Sugihartono., dkk (2017). Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhardan, D., dkk. (2017). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharto. (2017). Cara Mengembangkan Kompetensi Guru


(Http://Guru/pembaharu.Com/Sdm/Pendidik/Menerapkan-Penjaminan-
Mutu-Guru-Sesuai-Standar-Nasional-Pendidikan/) (di akses tanggal 11
Juli 2020).

Suharto, E. (2010). Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji


Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Suhartono. (2011). SPSS 16.0. Analisis Data Statistika dan Penelitian (edisi
kedua). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suparlan. (2012). Menjadi Guru Efektif. Jakarta: Hikayat Publishing.

Suwarna., dkk .(2016), Pengajaran Mikro, pendekatan Praktis dalam Menyiapkan


Pendidik Profesional. Jogyakarta: Tiara Wacana.

Suryabrata, S. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sutopo. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta, Sebelas Maret.


University Press.

Suyanto dan Asep, J. (2013). Menjadi Guru Profesional, Strategi Meningkatkan


Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Erlangga Group
Tirtarahardja, U. (2010). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tirtonegoro, Su. (2011). Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.


Jakarta: Bumi Aksara.

Tjiptono, F. (2014). Strategi Pemasaran, edisi kedua, cetakan ketujuh.


Yogyakarta : Gramedia

Townsend, D dan Butterworth. (2012). Your Child's Scholl. New York: A Plime
Book.

Trochim, W. M. (2012). The Research Methods Knowledge Base 2nd Edition.


http://www.socialresearchmethods.net/kb/
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Usman, H. (2010). Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Wahjosumidjo, (2015). Kepemimpinan Kepala sekolah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Warsono dan Hariyanto (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Assesment.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Warsono, S. (2016). Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Belajar Siswa.
Manajer Pendidikan, 10(5).

Winkel, W. S. (2011). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT


Gramedia.

Wiyani, A. N . (2013). Manajemen Kelas. Yogjakarta : Ar-Ruzz Media

Wragg, E. C. (2010). Penggelolaan Kelas (diterjemahkan oleh Anwar Jasin).


Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia..
Yamin, M. dan Maisah. (2014). Manajemen Pembelajaran Kelas.Strateg,
Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.
Yusrizal, S. B dan Usman, N. (2016). Strategi Kepala sekolah Dalam
Meningkatkan Prestasi akademik siswa Pada SMP Negeri 2 Unggul
Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Administrasi Pendidikan
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Vol 4. No.2. Hal: 137-147.
LAMPIRAN

Lampiran 1.
Istrumen Penelitian (Pedoman Observasi)
Fokus
No Aspek-Aspek Yang di Observasi
Penelitian
1 Strategi 1. Kegiatan kepala sekolah yang berkaitan
Kepala dengan pemantauan dan pembinaan guru
Sekolah dalam mengelola kelas
2. Kegiatan kepala sekolah yang berkaitan
dengan peningkatan prestasi belajar siswa
3. Kegiatan kepala sekolah yang berkaitan
dengan peningkatan kemampuan guru melalui
pelatihan
4. Kegiatan kepala sekolah yang berkaitan
dengan dorongan kegiatan penelitian tindakan
kelas (PTK)
5. Kegiatan kepala sekolah yang berkaitan
dengan peningkatan sarana dan prasarana
belajar
2 Kemampuan 11. Kemampuan guru dalam Memulai pelajaran
Guru Dalam tepat waktu
Mengelola 12. Kemampuan guru dalam menata tempat
Kelas belajar dikelas
13. Kemampuan guru dalam Mengatasi disrupsi
atau gangguan yang berasal dari luar kelas
14. Kemampuan guru dalam menetapkan aturan
dan prosedur yang jelas sejak awal tahun
pembelajaran
15. Kemampuan guru dalam menjelaskan materi
belajar
16. Kemampuan guru untuk menangangi murid
yang berbicara selama pelajaran berlangsung
17. Kemampuan guru mengelola pekerjaan rumah
siswa
18. Kemampuan guru untuk mempertahankan
momentum selama pelajaran
19. Kemampuan guru untuk Menghindari
downtime
20. Kemampuan guru untuk mengakhiri pelajaran.
3 Prestasi 1. Prestasi akademik siswa yang diukur dari hasil
Belajar Siswa belajar siswa
2. Prestasi non akademik siswa yang diukur
melalui prestasi siswa di luar jam belajar atau
materi sekolah.
Lampiran 2.
Istrumen Penelitian (Pedoman Wawancara)
Fokus Nara
Indikator Deskripsi Pertanyaan
Penelitian Sumber
Strategi 1. Pemantauan dan Kepala 1. Bagaimana kegiatan
Kepala pembinaan melalui Sekolah pemantauan yang dilakukan
Sekolah supervisi akademik oleh kepala sekolah?
2. Peningkatan melalui Wakil 2. Bagaiaman kegiatan
pendidikan dan kepala pembinaan yang dilakukan oleh
pelatihan (off the job sekolah kepala sekolah?
training). bidang 3. Bagaimana peningkatan
3. Pelatihan lesson studi kesiswaan kompetensi guru melalui
4. Melakukan perbaikan pendidikan dan pelatihan?
melalui kegiatan Guru 4. Bagaimana pelaksanaan
penilitian tindakan kelas penilaian diri guru?
(PTK). 5. Bagaimana peningkatan sarana
5. Peningkatan sarana dan dan prasarana pembelajaran di
prasarana belajar sekolah?
Kemampuan 1. Memulai pelajaran tepat Wakil 1. Bagaimana ketepatan waktu
Guru Dalam waktu kepala guru dalam memulai
Mengelola 2. Penataan tempat duduk sekolah pembelaajaran?
Kelas yang tepat di kelas bidang 2. Bagaimana guru melakukan
3. Mengatasi disrupsi atau kurikulum penataan tempat duduk yang
gangguan yang berasal tepat di kelas?
dari luar kelas Guru 3. Bagaimana guru mengatasi
4. Menetapkan aturan dan gangguan yang berasal dari
prosedur yang jelas luar kelas?
sejak awal tahun 4. Bagaimana guru menetapkan
pembelajaran aturan dan prosedur yang jelas
5. Peralihan yang mulus sejak awal tahun?
antar segmen pelajaran 5. Bagaimana guru mengelola
6. Menangangi murid yang peralihan segmen belajar?
berbicara selama 6. Bagaimana guru mengatasi
pelajaran berlangsung gangguaan yang bersal dari
7. Memberikan pekerjaan dalam kelas?
rumah 7. Bagaimana cara guru
8. Mengakhiri pelajaran. memberikan tugas diluar jam
belajar?
8. Bagaimana strategi guru
mengakhiri pembelajaran?
Prestasi 3. Prestasi Akademik Guru 5. Bagaimana hasil prestasi
Belajar Siswa 4. Prestasi Non Akademik belajar akademik siswa?
6. Bagaimana hasil prestasi non
akadmeik siswa?
Lampiran 3
PROFIL SMP NEGERI 1 LAWANG WETAN

 Sejarah

SMP Negeri 2 Babat Toman didirikan pada tahun 1986 bernama SMPN Ulak Paceh
kemudian dig anti menjadi SLTP Negeri 5 Babat Toman pada tahun 1990. Berubah kembali pada
tahun 2004 menjadi SMPN 4 Babat Toman. Saat ini semenjak tahun 2008 menjadi SMPN 2 Babat
Toman karena pemekaran wilayah kecamatan.Terhitung Januari 2011 berubah nama karena
pemekaran wilayah kecamatan menjadi SMP Negeri 1 Lawang Wetan. SMP Negeri 1Lawang
Wetan memiliki 15 ( lima belas ) ruang belajar, 1 ( satu ) ruang kantor guru 1 ( satu ) ruang kepala
sekolah, 1 ( satu ) ruang tata usaha, 1 ( satu ) ruang perpustakaan, 1 ( satu ) ruang laboratorium
IPA, 1 ( satu ) Ruang multi Media.

Sampai saat ini SMP Negeri 1 Lawang Wetan telah dipimpin oleh 8 orang kepala sekolah
yang pertama R.A. Hamzah Nur mulai bertugas, dari tahun 1985 sampai dengan tahun 1990,
sekarang sudah pensiun. Kedua, Abdul Hamid Bakar, B.A, mulai bertugas tanggal 10 Juli 1990 s.d.
tahun 1997 sekarang sudah pensiun. Selanjutnya ketiga Drs. Paku Alamsyah, mulai bertugas tahun
1997 sampai tahun 2004. Kepala sekolah keempat bernama Drs. Husein mulai bertugas tahun 2004
samapai tahun 2007, sekarang sudah pensiun, Kepala Sekolah Kelima Anwar,S.Pd mulai bertugas
tahun 2007 sampai tahun 2010 sekarang sudah pensiun, Kepala Sekolah Keenam Dra. Rita
Susnani mulai bertugas tahun 2010 sampai tahun 2014 sekarang bertugas di SMPN 1 Babat Supat,
selanjutnya Kepala Sekolah Ketujuh Syamsul Edwar,S.Pd mulai bertugas tahun 2014 sampai tahun
2016 sekarang bertugas di SMPN 4 Sekayu sedangkan kepala sekolah sekarang adalah
Muri,S.Pd.,M.Si terhitung mulai tanggal 31 Maret 2016 sampai 17 Oktober 2016, Sedangkan kepala
sekolah sekarang adalah Ani Suryani,S.Pd terhitung mulai tanggal 17 Oktober 2016 sampai
sekarang.

SMP Negeri 1 Lawang Wetan berada di desa Ulak Paceh tepatnya di jalan Propinsi Dusun I
Desa Ulak Paceh Kecamatan Lawang Wetan Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera
Selatan bersebelahan dengan gedung SMKN 1 Babat Toman yang menempati areal tanah seluas
19175 M, mempunyai 15 ruang belajar, kantor,perpustakaan, laboratorium dan gudang, musholah.
Proses belajar mengajar diadakan Pagi hari pukul 07.30 s.d 12.30 WIB.

 Profil Sekolah
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Lawang Wetan
Alamat ( Jalan/Kec./Kab/Kota) : Jl. Provinsi Ds.1 Desa Ulak Paceh Kecamatan Lawang
Wetan Kabupaten Nama
Kepala Sekolah : ANI SURYANI,S.Pd
Kategori Sekolah : SBI/SSN/Rintisan SSN*)
Tahun didirikan / Th.Beroperasi : 1985 / 1986
Kepemilikan Tanah / Bangunan : Pribadi
Luas Tanah / Status : 19175 m2 / SHM/HGB/Hak Pakai / Akte Jual-Beli/Hibah*)
Luas Bangunan : 1896 m2
No. Rekening Rutin Sekolah : 149-09-80342 , Nama Bank Sumsel Babel Cabang
Sekayu

 Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

Visi :
Sekolah Berprestasi, Sehat, Disiplin, Terampil, Berbudi Pekerti Luhur, Berwawasan
lingkungan.

Misi :
1. Melaksanakan Pembelajaran Yang aktif dan Efektif
2. Menumbuhkan Etos Kerja Yang Tinggi
3. Mendorong Siswa Untuk Meningkatkan Motovasi dan Prestasi
4. Menumbuhkan Lingkungan Yang Wiyata Mandala
5. Menumbuhkan Lingkungan Adiwiyata
6. Menumbuhakan Penghayatan Agama Yang Dianut
7. Menciptakan Pengelolaan Administrasi Yang Baik
8. Menumbuhkan Semangat Kreatifitas Warga Sekolah

Tujuan ( Target )
1. Mewujudkan budaya disiplin, tepat waktu masuk dan pulang sekolah
2. Unggul Dalam Prestasi Akademik
3. Unggul Dalam Persaingan Masuk SMA / MA / SMK Negeri
4. Unggul dalam Prestasi Pengembangan Diri
5. Terwujudnya Lingkungan Belajar yang Aktif, Asri, Nyaman,Bersih dan Sehat
6. Terwujudnya Sekolah berbasis IMTAK dan IMTEK
7. Terwujudnya Sekolah Berbasis Pendidikan Karakter Bangsa
8. Mewujudkan sekolah yang berbudaya lingkungan,berperilaku dan beriskap ramah
lingkungan
9. Menumbuhkan etos kerja yang tinggi untuk mencapai guru kreatif, yang
profesional,demokratif dan bertanggung jawab
10. Terwujudnya Sekolah yang berbasis 8 Standar Nasional Pedidikan dengan mengacuh
pada KTSP dan Kurikulum Plusnya

MOTTO : “AKTIF SMART RELIGIUS INOVATIF “

 Data siswa dalam 3 ( Tiga ) tahun terakhir :


Jml Jumlah ( Kls
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Pendafta VII+VIIII+IX )
Tahun r
Jumlah Jumlah Jumlah Rombo
Ajaran ( Calon Jml Jml Jml
Rom.Be Rom.Bel Rom.Bel Siswa ngan
Siswa Siswa Siswa Siswa
lajar ajar ajar Belajar
Baru)
2018 / 182 167 159 508
182 org 6 rbl 6 rbl 5 rbl 17 rbl
2019 org org org org
2019/20 186 177 157 520
188 org 6 rbl 6 rbl 6 rbl 18 rbl
20 org org org org
2020 192 176 167 535
260 org 6 rbl 6 rbl 5 rbl 17 rbl
/2021 0rg 0rg org org

 Data Guru dan Pegawai

Masa Kerja
Mapel Yang
No Nama Pangkat/Gol TH Ket
BLN Ditempuh
N
1 ANI SURYANI,S.Pd Pembina Tk.1,IV/b 28 4 KEPALA SEKOLAH
2 MARJANI,S.Pd.I Pembina,IV/a B.Inggris GURU
UDUR
3 Pembina,IV/a 27 4 IPA Terpadu GURU
MANURUNG,S.Pd
4 YUARNA Pembina/IV/a 22 6 PKn GURU
5 HERMANSYAH,S.Pd Pembina/IV/a 22 4 PJOK GURU/WAKA SARPRAS
6 FARIDA HAR,S.Ag Penata,III/c 18 3 PAI GURU/WAKA KURIKULUM
7 SURATMI,S.Pd Penata,III/c 17 1 B.Indonesia GURU
8 HERTATI,S.Ag Penata,III/c 17 1 PAI GURU/WAKA KESISWAAN
9 KHAIRUN NISAK,S.Pd Penata,III/c 17 1 B.Indonesia GURU
10 SUPARTI,S.Ag Penata,III/c 17 1 PAI GURU
11 ROSITAH,S.Pd Penata,III/c 18 3 PKn GURU
12 RITA EFRIANI,S.Pd Penata,III/c 15 1 IPS Terpadu GURU/WAKA HUMAS
13 MURWANI,S.Pd Penata,III/c 10 6 Matematika GURU
14 EKAWATI,S.Pd Penata,III/c 14 9 B.Indonesia GURU
15 MINARNI,S.Pd Penata/III/c 15 3 IPS Terpadu GURU
16 BAHARUDIN Pengatur Tk.1, II/d 25 4 - BENDAHARA
17 SOMAD Juru, I/c 17 1 - STAF TU
18 DEDY DAMHURI,S.Pd B.Inggris GURU
DESI LILIS
19 IPA Terpadu GURU
SURYANI,ST
20 YENI FITRIANI,SE Seni Budaya GURU
AJIE FAHMI PADLI,
21 B.Inggris GURU
S.Pd
22 RUSMIATI,S.H.I Prakarya GURU
23 ACECE,S.Pd IPS Terpadu GURU
24 YOANITA LIANI,S.Pd BK/BP GURU
25 MARLINA,S.Pd Seni Budaya GURU
26 SERI HARTATI,S.Pd IPA Terpadu GURU
27 RIZMI SEPTA P,S.Pd Seni Budaya GURU
28 LUKMAN HAKIM,S.Pd PJOK GURU
VERA RIANA
29 Matematika GURU
PRATIWI,S.Pd
INTAN PUSPA SARI,
30 B.Indonesia GURU
S.Pd
ARPAN
31 Matematika GURU
SUSANTO,S.Pd
NOPTA
32 Prakarya GURU
ALPARIZI,S.Pd
33 AMILAH,SE - OPERATOR DAPODIK
STAF URUSAN
34 MINARNI,SE -
KEPEGAWAIAN
35 IPAN THOMAS - PENJAGA SEKOLAH
WIWIN JULIANTI,
36 - TEKNISI PERPUSTAKAAN
S.Hum
STAF URUSAN
37 RENI RATNA SARI -
KESISWAAN
38 APRIZAH - CLEANING SERVICE

Ulak Paceh, Juli 2020


Kepala Sekolah,

ANI SURYANI,S.Pd
Pembina Tingkat I
NIP 19640424 198903 2 004

Lampiran 4.
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN

You might also like