You are on page 1of 10
_ASFIKSIA NEONATORUM (ICD-10: P21) No. Dokumen No. Revisi Halaman | RSUP Dr. SARDITO AOD OS ° ing | : Disusun oleh: Diperiksa oleh KSM Kesehatan Direktur Medik dan ; Anak: Keperawatan PANDUAN pat rerbi Ditetapkan oleh: PRAKTIK 20 api oni ~ Direbgy Utama KLINIS . . l | de Rukmono iswishanto, M-Kes, SpOG(K) i NIP 196404111990101001 1, Pengertian 2. Anamnesis ‘Asfiksfa neonatorum adalah gangguan pertukaran udara pada saat ahir yang bila berlanjut akan menyebabkan hipoksemia yang progresif hiperkapnea, asidosis metabolik, ensefalopati dan disfungsi sistem | multiorgan (1) _ [Anamnesis dilakukan kepada ibu hamil, Keluarga, dan didapat dari | catatan medis: A. Faktor risiko asfiksia 1) Faktor fou | 1) Faktor Anteparrtum i. Sosioekonomi rendah ii, Primipara iii, Kehamilan multipel iv. Infeksi saat kehamilan Hipertensi dalam kehamilan | Anemia | Diabetes metitus Vili, Perdarahan antepartum ix. Riwayat kematian bayi sebelumnya 2) Faktor intrapartum i. Penggunaan anestesi atau opioat ii, Partus lama Persalinan sulit dan traumatik Ketuban bercampur mekoneum (meconiun-stained amniotic fluid/MSAF) v. Ketuban pecah dini Vi. Induksi oksitosin vii. Kompresi tali pusat Vili. Prolaps tali pusar | ix, Trauma lahir ivbayi a) Fakior antenatal i. Malpresentasi (sungsang, distosia bahu, dil) ii, Prematuritas Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) iv. Pertumbuhan Janin Terhambat (PST) 2) | RSUP Dr. SARDJITO ASFIKSIA NEONATORUM (ICD-10: P21) | (No. Dokumen 404,P.048 No. Revisit Halaman 0 20 PANDUAN PRAKTIK KLINIS. y. Anomali kongenital vi, Pneumonia intrauterine vii. Aspirasi mekonium yang berat ) Faktor posnatal i, Sumbatan jalan napas ii. Infeksi kongenital (1.2) B. Kondisi bayi saat lahir meliputi: usaha bernapas bayi, tonus otot, usia kehamilan C. Kondisi setelah lahir: tanda atau gejala komplikasi dari asfiksia 1) Kejang 2) Penurunan kesadaran 3) Tonus otat yang lemas | 4) Distres pemapasan 5) Takikardia |__ 6) Keneing atau diuresis Pemeriksaan Fisik Didapat tanda-tanda sebagai berikut: A. Lahir tidak menangis atau napas megap-megap B. Tonus otot jelek C. Sianosis sentral 4. Pemeriksaan Penunjang ‘Analisis gas darah tali pusat Darah rutin gula darah elektrolit vureum, kreatinin USG kepala mmoam >| & Kriteria Diagnosis Diagnosis asfiksia pada bayi lahir dalam ditegakkan apabila didapatkan semua tanda di bawah ini: ‘A.Analisis gas darah ali pusat_-menunjukkan _asidosis metabolik/campuran (pH <7,0) Skor Apgar 0-3 pada menit ke-S atau lebih Ensefalopati neonatus/gejala sisa neurologis (Kejang, koma, hipotonia) D. Disfungsi organ multisistem (1) 1) Sistem saraf: ensefalopatineonatus, kelainan gambaran ultrasonografi 2) Sistem kardiovaskular: Kelainan LJ dan tekanan darah (gangguan sirkulasi) B, | \c. | RSUP Dr. SARDJITO PANDUAN PRAKTIK KLINIS ASFIKSIA NEONATORUM (ICD-10: P21) No.Dokumen | _ No. Revisi Halaman 404.P.048 | 0 310 3) Sistem pernapasan: apnea atau takipnea, —_kebutuhan suplementasi oksigen, bantuan napas tekanan positif atau | ventilator mekanik | 4). Sistem urogenital: hematuria, oliguria, anuria, peningkatan kreatinin serum 5) Fungsi hati: Peningkatan SGOT/SGPT 6) Sistem hematologi: trombositopenia, peningkatan jumlah retikulosit Diagnosis asfiksia pada bayi Jahir Iuar yang dirujuk dari fasi | terbatas ditegakken apabila minimal 2 kriteria terpenuhi: ‘A. Bukti riwayat episode hipoksik perinatal (misal episode gawat janin) B. Nila apgar <5 pada menit ke-10 atau bayi mi bantuan ventilasi selama > 10 menit C. Manifestasi neurologis, seperti kejang, hipotoinia atau koma | (ensefalopati neonatal) D, Disfungsi multiorgan, seperti gangguan kardiovaskular, gastrointestinal, hematologik, respirasi atau renal ‘memerlukan Jika, pemeriksean AGD tali pusat tidak dapat dilakukan dan/atau riwayat episode hipoksik perinatal tidak diketahui, diagnosis asfiksia dapat | ditegakkan berdasarkan ICD X: A. Asfiksia Berat 1) Denyut jantung saat lahir 100 kali/menit cenderung turun atau abil 2) Tidak 3) Sianosis 4) Tonus otot jelek i apgar menit pertama 0-3 la napas spontan atau megap-megap ia ringan sedang 1) Pernapasan normal tidak bisa dipertahankan dalam 1 menit periama | 2) Denyut jantung > 100 kati/menit | 3). Terdapat tonus otot | 4) Memberikan respon terhadap rangsangan 3) Nilai apgar menit pertama 4-7 (3) RSUP Dr. SARDJITO PANDUAN PRAKTIK KLINIS ASFIKSIA NEONATORUM (ICD-10: P21) ‘No. Dokumen | No. Revisi Halaman 404.P.048 0 4no 6. Diagnosis sia berat (P21.0) ‘Asfiksia ringan sedang (P21.1) Asfiksia, unspecified (P21.9) 7. Diagnosis Banding DORE . Perdarahan akut . Sepsis Penyakit metabolic ). Efek maternal anesthesia 8. Tata Laksana Resusitasi neonatus sesuai dengan prosedur 1) Antisipasi asfiksia untuk semua persalinan a) Cari informasi terkait kondisi berikut ini: ~ Umur kehamilan + Jumlah janin Kondisi air ketuban: jemih, keruh atau hijau bercampur mekoneum ~ Informasi terkait faktor risiko asfiksia lainnya 'b) Lekukan informed consent apabila belum dilakukan oleh | dokter kebidanan ©) Membentuk tim: terdiri dari minimal 1 dokter yang terlatih resusitasi dan 2 perawat 4) Lakukan penjelasan mengenai kondisi persalinan ke semua anggota tim @) Lakukan persiapan alat 2) Pada saat bay’ lahir lakukan penilaian a) Apakah bayi tampak cukup bulan b) Apakah bayi menangis kuat ) Apakah tonus ototnya baik 3) Apabila bayi lehir tidak cukup bulan ATAU tidak menangis ATAU bernapas megap-megap ATAU tonus otot jelek maka lakukan prosedur langkah awal resusitasi sebagai berikut a) Seiclah potong tali pusat letakkan bayi dibawah pemancar panas ») Posisikan bayi pada posisi menghidu dengan cara mengganjal bahu bayi ) Lakukan penghisapan lendir apabila diperlukan 4) Keringkan dengan kain linen yang lembut dan hangat mulai dari kepala sambil memberikan rangsang taktil RSUP Dr. SARDIITO PANDUAN PRAKTIK KLINIS ASFIKSIA NEONATORUM (ICD-10: P21) No.Dokumen | No.Revisi__| Halaman 404.P.048 | 0 | S/10 4) €) Berikan rangsang taktil tambahan bila diperlukan dengan menyentil atau mengusap telapak kaki bayi 1) Posisikan kembail bayi dalam posisi menghidu g) Pasang pulse oksimeter di tangan kanan untuk mengukukur SpO2 bayi h) Target saturasi oksigen berdasarkan usia pasca lahir Lakukan penilaian: hitung denyut jantung bay (hitung selama 6 detik dan hasil dikalikan 10), usaha bernapas dan oksigenasi (mengukur SpO2 ditangan kanan) a) Lakukan ventilasi tekanan_positif (VTP) jantung bay! <100 X/menit ATAU bayi ATAU bayi bernapas megap-megap b) Lakukan pemasangan CPAP dengan setting PEEP 5-7 ¢mH,0, Flow 10 liter/menit dan F102 21% apabila denyut Jjantung bayi >100 dan bayi bernapas spontan adekuat tetapi masih ada kesulitan bernapas (merintih, napas cepat, retraksi subkostal) dan saturasi sesuai target menurut umur. = Jika denyut jantung bayi >100 dan bayi bernapas spontan adekuat tetapi dengan atau tanpa kesulitan bernapas (merintih, napas cepat, retraksi subcostal) dan saturasi < target menurut umur, naikkan FIO2 30-40% Ventilasi tekanan positif a) Lakukan ventilasi tekanan positif sebanyak 20-30%/30 menit »b) Fraksi oksigen yang digunakan = Bila usia kehamilan <35 minggu: 21-30% = Bila usia kehamilan >35 minggu: 21% ©) Lakukan evaluasi efektifitas ventilasi dengan memeriksa kenaikan denyut jantung dan gerakan dinding dada dalam 15 detik pertama | ‘Apabila denyut jantung meningkat dan dinding dada bergerak, lanjutkan VTP sampai 30 detik Apabila denyut jantung tidak meningkat dan dinding dada lanjutkan VTP sampai 30 detik ut jantung tidak meningkat dan dinding dada tidak bergerak lakukan langkah koreksi = Cara melakukan langkah koreksi ASFIKSIA NEONATORUM (ICD-10: P21) PANDUAN PRAKTIK KLINIS | No. Dokumen | No. Revisi Halaman 404.P.048 | 0 6/10 4) Lakukan kompresi dada kombinasi dengan VTP apabila | setelah Iniubasi dan VTP 30 detik denyut jantung <60 ximenit ~ Kompresi dada kombinasi dengan VTP harus dilakukan i. Perbaiki posisi bayi dan perlekatan sungkup dan | dilakukan VTP ulang. Bila dinding dada bergerak, | Jakukan VTP selama 30 detik fi, Bila dinding dada tidak bergerak setelah diperbaiki | posisi dan perlekatan sungkup lakukan langkah isap lendir dan buka mulut lebar-lebar. Bila dinding dada bergerak, lakukan VTP selama 30 detik iii, Bila dinding dada tidak bergerak setelah isap lendir dan buka mulut lebar-lebar, tingkatkan tekanan. Bila dinding dada bergerak, lakukan VTP selama 30 detik iv. Bila dinding dada tidak bergerak setelah tekanan VTP Gitingkatkan, lakukan pemasangan jalan napas alternatif (pasang pipa endotracheal atau laringeal mask airway). Setelah VTP efektif 30 detik lakukan penilaian denyut jantung i. Apabila denyut jantung >100x/menit, eck usaha apes. Bila pasien mulai bemapas hentikan VTP perlahan. Bila pasien belum ada usaha napas lanjutkan VTP. Bila pasien sudah bemapas adekuat tetapi ada Kesulitan bernapas berikan CPAP dengan setting flow 10 Iwmenit, FiO2 sesuai target FiO dan PEEP 5-7 emH0 fi, Apabila denyut jantung <100 tetapi >60. x/menit lanjutkan VTP dan lakukan langkah koreksi bila perlu iii, Apabila denyut jantung <60 x/menit, lakukan intubasi kemudian lakukan VTP selama 30 detik dengan FiO2 disesuaikan dengan target saturasi oleh dua orang FiO> cinaikkan 100% apabila akan dilakukan kompresi dads | Dalam 1 menit akan memberikan 90 kompresi dan 30 VIP Lakukan evaluasi setiap 1 menit kompresi RSUP Dr. SARDJITO “ | | ASFIKSIA NEONATORUM (ICD-10: P21) | No. Dokumen 404.P.048 Halaman | 70 PANDUAN PRAKTIK KLINIS | Apabila denyut jantung >100x/menit, eek usaha napas. Bila pasien mulai berapas hentikan VTP perlahan. Bila pasien belum ada usaha napas lanjutkan ‘VIP. Bila pasien sudah bernapas adekuat tetapi ada kesulitan bernapas berikan CPAP dengan setting Flow 10 Ivmenit, FiOz sesuai target FiO2 dan PEEP 5- 7emH,0 ii, Apabila denyut jantung <100 tetapi >60.x/menit Janjutkan VTP dan lakukan langkah koreksi bila perlu iii, Apabila denyut jantung <60x/menit, lakukan pemberian obat ¢) Berikan epinefrin apabila setelah kompresi dada dengan VTP selama 1 menit tetapi denyut jantung <60 x/menit = Jalur intravena (lebih dianjurkan) dan intra trakhea = Konsentrasi adrenalin adalah 1:10.000 = Dosis ravens: 0,1-0,3 ml/keBB/x ratrakhea: 0,5-1 ml/kgBB/x + Kompresi dan VP tetap dilakukan | = Lakukan evaluasi denyut jantung setelah diberikan adrenalin i, Apabila denyut jantung >100x/menit, cek usaha | napas. Bila pasien mulai bemapas hentikan VTP | perlahan, Bila pasien belum ada usaha napas lanjutkan VTP. Bila pasien sudsh bernapas adekuat tetapi ada Kesulitan bernapas berikan CPAP dengan setting Flow 10 Ivmenit, FiO: sesuai target FiO2 dan PEEP 5 7 omH20 ii, Apabila denyut jantung <100 tetapi >60 x/menit | Janjutkan VTP dan lakukan langkah koreksi bila perlu | iii, Apabila denyut jantung <60 x/menit, pertimbangkan semberian cairan untuk menambah volume darah 1) Berikan cairan penambah volume darah apabila setelah | pemberian adrenalin denyut jantung <60 x/menit dan ada ugaan kehilangan dareh pada bayi “airan yeng digunakan: 0,9% NaCI atau Ringer Laktat mi/Kg BB RSUP Dr. SARDJITO ASFIKSIA NEONATORUM (ICD-10: P21) No. Dokumen | No. Revisit Halaman 404.P.048 | 0 8/10 PANDUAN PRAKTIK KLINIS | B F. ~ Jalur inavena (lebih dianjurkan —melal umbilikalis)(2 Terapi oksigen sesuai indikasi 1) Berikan ventilator bila pasien tidak bemapas atau masih megap- megap 2) Berikan CPAP bila ada napas spontan tetapi masih ada distres pernapasan Pemantauan pasca resusitasi 1) Pemeriksaan tanda vital tiap 30 menit sampai bayi stabil 2) Apabila terjadi hipertensi pulmonal lakukan manajemen untuk hipertensi pulmonal 3) Apabila sch stabil pemeriksaan tanda vital dilakukan setiap 2-3 jam 4) Monitor diuresis dengan target minimal 1 mi/kgBB/jam 5) Monitor kejadian Hypoxic Ischaemic Encephalopathy dengan memerikse skor Thomson(1,2) Pemenuhen kebutuhan nutrisi dan cairan 1) Berikan cairan rumatan dengan dosis sesuai berat lahir a) Apabila berat lahir <2500 g, dimulai dengan 80 ml/Kg BB }) Apabila berat ahir >2500 g, dimulai dengan 80 ml/Kg BB 2) Berikan eairan yang mengandung glukosa dengan tanpa natrium dan kalsium untuk 24 jam pertama 3) Natrium dan kalsium mulai diberikan setelah diuresis > 1 ml/kgBB/jam 4) Tambahken kalsium mulai 24 jam pertama (apabila nkan) venta memuu )Nutrisi sebisa mungkin melalui enteral 6) ASI lebih diutamakan )Apetileas.pan enteral belum memungkinkan, nisi parenteral oiermia 1) Lakukan resusitasi dibawah pemanear panas 2) Segera keringkan bayi baru lahir 3) Monitor sulsu tubuh tiap 30 menit bila ada hipotermia Penceg nngjemen hipoglikemia vriksaan skrining kadar gula darah 2) Lakukan manajemen hipoglikemia sestai PPK hipoglikemia r - | @ ASFIKSIA NEONATORUM (ICD-10: P21) | eI} No. Dokumen No. Revisi Halaman REGED ERRBIT: 404.P.048 0 9/10 | PANDUAN PRAKTIK KLINIS _ = a ] G. Pencegahan infeksi 1) Lakukan tindakan pencegahan infeksi secara maksimal H. Aminofillin (4.5) 1) Tujuan: mencegah gangguan ginjal yang terjadi akibat asfiksia 2) Waktu pemberian: dalam 1 jam pertama setelah lahir | 3). Dosis: 5 mg/KgBB dosis tunggal diberikan dalam 30 menit | 4) Jatur:intravena 9, Edukasi | A. Penjelasan ke orang tua terkait terapi yang akan dilakukan | |B. Penjelasan tentang prognosis dan kemungkinan gangguuan tumbuh } | kembang C. Penjelasan tentang ASI dan manfaatnya untuk tumbuh kembang bayi | terutama dengan asfiksia 10. Prognosis ‘Du [Ti Indikator Medis | Asfiksia teratasi Perkiraan lama hari rawat $-30 hari “12. Syarat pulang Asfiksia teratasi d pasien rawat inap an tidak ada komplikasi atau komplikasi teratasi 13. Penclaah Kritis | 1. de. Tunjung Wibowo, SpAK, | | 2. Dr. dr. Ekawaty LH, SpAK, | 3. dr. Setya Wandita, SpAK, ; : 5. dr, Alifah Anggraini, MSe, SpAK, 14. Daftar Pustaka tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana | Asfiksia, 2019, | 2. Weiner GM, Zaichkin J, Kattwinkel J. Textbook of Neonatal Resuscitation [Intemet]. Weiner GM, Zaichkin J, Kattwinkel J, editors. American Heart Association and American Academy of Pediatrics: 2016. Available from: www.aap.org RSUP Dr. SARDJITO ASFIKSIA NEONATORUM (ICD-10: P21) No. Dokumen | No. Revisi Halaman 404,P.048 0 10/10 PANDUAN PRAKTIK KLINIS. World Health Organization. International statistical classification of diseases and related health problems, 10th revision (ICD-10). World Heal Organ [Internet]. 2016;1(Chapter V):332-45. Available from: hitp:/Avww.who.int/classifications/ied/iedonlineversions/en! Bhatt GC, P, Bitzan M, Das RR. Theophylline and | aminophylline for prevention of acute kidney injury in neonates and | children: A systematic review. Arch Dis Child. 2019;104(7):670-9. | Merrikhi AR, Ghaemi S, Gheissari A, Shokrani M, Madihi Y, Mousavinasab F. Effects of aminophyllinein preventing renal failure in premature neonates with asphyxia in Isfahan-Iran. J Pak Med Assoc. 2012:62(3 Suppl 2):1-5. Ketua KSM Anak fo Nugroho, Sp.A(K) ‘NIP 196012031986031004

You might also like