You are on page 1of 3

Nama : Aissyah Sulistyoninggrum

Npm :
Prodi : PAI/ Semester 3
Mata Kuliah : Tafsir Tarbawi

BAHAN PENGAJARAN DALAM ALQURAN

A. Tafsir ayat ke 12-19 surat Luqman

‫ِظ' ُه يَا‬ ُ ‫) َوإِ ْذ َقا َل لُ ْق َم''انُ اِل ْب ِن ' ِه َو ُه' َ'و َيع‬12( ‫ان ْالح ِْك َم َة أَ ِن ا ْش ُكرْ هَّلِل ِ َو َمنْ َي ْش ُكرْ َفإِ َّن َما َي ْش ُك ُر ِل َن ْفسِ ِه َو َمنْ َك َف َر َفإِنَّ هَّللا َ غَ نِيٌّ َحمِي ٌد‬ َ ‫َولَ َق ْد آَ َت ْي َنا لُ ْق َم‬
ْ َ
ْ‫ ُكر‬N ‫صالهُ فِي عَا َم ْي ِن أ ِن اش‬ ُ ُ
َ ِ‫ص ْينَا ا ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬ ‫إْل‬ َّ ‫) َو َو‬13( ‫ك لَظل ٌم َع ِظي ٌم‬ ْ ُ ‫هَّلل‬
َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِا ِ إِ َّن ال ِّشر‬ َّ َ‫بُن‬
‫ا‬NNً‫ ُّد ْنيَا َم ْعرُوف‬N‫ا ِح ْبهُ َما فِي ال‬N‫ص‬ َ َ َ ِ‫و‬ ‫ا‬N ‫م‬ ُ ‫ه‬‫ع‬ ْ ‫ط‬ ُ ‫ت‬ ‫اَل‬ َ ‫ف‬ ‫م‬ ‫ل‬ْ
ٌ ِ ِ ِ ‫ع‬ ‫ه‬ N ‫ب‬ َ‫ك‬N َ ‫ل‬ ‫ْس‬
َ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ ِ ِ‫ي‬ ‫ب‬ ‫ك‬
َ ‫ر‬ ْ
‫ش‬ ُ ‫ت‬ ‫ن‬ ْ َ ‫أ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫ك‬َ ‫َا‬‫د‬ َ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ج‬
َ َِ ْ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫و‬ ) 14 ( ‫ر‬
ُ ‫ي‬‫ص‬ ‫م‬ ْ
‫ال‬
ِ َ َّ ِ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ك‬َ ْ
‫ي‬ ‫د‬
َ ِ َ ِ َ ‫لِي‬
‫ل‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ل‬‫و‬
ُ
‫ رْ د ٍَل فَتَك ْن فِي‬Nَ‫ا َل َحبَّ ٍة ِم ْن خ‬NNَ‫ك ِمثق‬ ْ ُ Nَ‫ا إِ ْن ت‬NNَ‫ي إِنه‬ َّ ُ ُ ْ ُ
َّ َ‫ا بُن‬NNَ‫) ي‬15( َ‫ون‬NN‫ا كنت ْم تَ ْع َمل‬NN‫أنَبِّئك ْم بِ َم‬NNَ‫رْ ِج ُعك ْم ف‬NN‫ي َم‬ ُ ُ ُ ُ َ
َّ ‫ي ث َّم إِل‬ ُ َ
َّ ‫اب إِل‬N َ
َ Nَ‫بِي َل َم ْن أن‬N‫َواتَّبِ ْع َس‬
ْ
ْ ِ‫رْ ب‬N‫اَل ةَ َوأ ُم‬N‫الص‬ َّ ‫ي أَقِ ِم‬ ْ
‫هَ َع ِن‬N‫ُوف َوا ْن‬ ِ ‫ال َم ْعر‬N َّ َ‫ا بُن‬Nَ‫) ي‬16( ‫ي ٌر‬Nِ‫ف خَ ب‬N‫ي‬ ٌ ‫ا هَّللا ُ إِ َّن هَّللا َ لَ ِط‬Nَ‫ت بِه‬ ِ ‫أ‬Nَ‫ض ي‬ ِ ْ‫ت أَوْ فِي اأْل َر‬ ِ ‫ص ْخ َر ٍة أَوْ فِي ال َّس َما َوا‬ َ
‫هَّللا‬
‫ا إِ َّن َ اَل‬NN‫ض َم َر ًح‬ ْ‫ر‬َ ‫أْل‬‫ا‬ ‫ي‬ ِ ‫ف‬ ‫ش‬ ‫م‬
ْ َ ‫ت‬ ‫اَل‬ ‫و‬
َ ‫اس‬ َّ ‫ن‬ ‫ل‬ ِ ‫ل‬ ‫ك‬ َ َّ
‫د‬ N َ
‫خ‬ ْ‫ِّر‬
‫ع‬ N ‫ص‬َ ُ ‫ت‬ ‫اَل‬‫و‬َ )17 ( ‫ور‬N N‫م‬
ُ ُ ‫أْل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ِ ‫ز‬Nْ N‫ع‬ َ ْ
‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ك‬َ N ِ ‫ل‬ َ
‫ذ‬ ‫ن‬َّ ِ ‫إ‬ ‫ك‬ َ َ ‫ب‬‫ا‬ N ‫ص‬
َ َ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ْ‫ر‬ ِ ‫ب‬ ْ‫اص‬ ‫و‬َ ‫ر‬ َ
‫ك‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬
ُ ‫ْال‬
ِ ِ ِ ِ ِ
:31/‫ان‬NN‫) [لقم‬19( ‫ير‬N ِ N‫ت ْال َح ِم‬ ُ ْ‫و‬N‫ص‬ َ َ‫ت ل‬ ِ ‫ َوا‬N‫ص‬ ْ َ ‫ر اأْل‬N َ N‫ك إِ َّن أَ ْن َك‬ َ ِ‫صوْ ت‬ َ ‫ك َوا ْغضُضْ ِم ْن‬ َ ِ‫ص ْد فِي َم ْشي‬ ِ ‫) َوا ْق‬18( ‫ور‬ ٍ ‫ي ُِحبُّ ُك َّل ُم ْختَا ٍل فَ ُخ‬
]19-12

Ayat 12 Menerangkan bahwa Luqman mendapat hikmat dari Allah sesudah pada ayat
11 diterangkan bahwa orang-orang yang zalim senantiasa dalam kesesatan yang nyata.
Sekarang datang ayat 12 ini, menerangkan bahwa Allah telah mengurniakan Hikmat kepada
Luqman. Sebab itu Luqman terlepas dari bahaya kesesatan yang nyata. Maka di dalam ayat
ini diterangkanlah bahwa Luqman telah mendapat hikmat itu. Dia telah sanggup mengerjakan
suatu amal dengan tuntutan ilmu-nya sendiri. Terpuji oleh orang yang berakal budi.

Ayar 13 Yaitu bahwasanya inti hikmat yang telah dikurniakan oleh Allah kepada
Luqman telah disampaikannya dan diajarkannya kepada anaknya, sebagai pedoman utama
dalam kehidupan. Yaitu menganiaya diri sendiri, memperbodoh diri sendiri.

Ayat 14 Wasiat kalau datang dari Allah sifatnya ialah perintah. Tegas- nya ialah
bahwa Tuhan memerintahkan kepada manusia agar mereka menghormati dan memuliakan
kedua ibu- bapaknya. Sebab dengan melalui jalan kedua ibu-bapak itulah manusia dilahirkan
ke muka bumi. Sebab itu sudah sewajamya jika keduanya dihormati. Dibayangkanlah di
ujung ayat ini keharusan yang mesti ditempuh. Yaitu lambat atau cepat ibu-bapak itu akan
dipanggil oleh Tuhan, dan anak yang ditinggalkan akan bertugas pula mendirikan rumah
tangga, mencari teman hidup dan beranak bercucu; untuk semuanya akhimya pulang jua
kepada Tuhan.

Ayat 15 Ilmu yang sejati niscaya diyakini oleh manusia. Manusia yang telah berilmu
amat payah buat digeserkan oleh sesamanya manusia kepada sesuatu pendirian yang tidak
berdasar ilmiah. Bahwa Allah itu adalah Esa, adalah puncak dari segala ilmu dan hikmat.
Satu waktu seorang anak yang setia kepada orang tua-nya akan didesak, dikerasi, kadang-
kadang dipaksa oleh orang tuanya buat mengubah pendirian yang telah diyakini. Sekarang
terjadi ibu- bapak yang wajib dihormati itu sendiri yang mengajak agar menukar ilmu dengan
ke-bodohan, menukar Tauhid dengan syirik.
Ayat 16 Yang dimaksud ialah sesuatu amalan, sesuatu amal dan usaha, sesuatu jasa
kebajikan sebesar biji sawi dari dalam batu, biji sawi adalah amat halus. Kalau biji sawi itu
terletak di dalam batu, sehingga tersembunyi, tidak ada orang lain yang menampak "ataupun
di semua langit," terletak jauh di salah satu dari pada langit yang tujuh tingkat, "ataupun di
bumi," tersembunyi entah di mana. Sehingga sejak dari yang serba kasar dan besar sampai
kepada yang serba halus dalam pengetahuanNya semua. Tidak ada orang yang tau, tidak ada
orang yang perduli, karena sebesar biji sawi sangatlah-halusnya. Maka amalan yang kecil
sebeiar biji sawi itu, yang jauh tersembunyi di dalam batu' sehingga tidak akan ada orang
yang melihatnya ataupun mengetahuinya. Sebab itu jika berbuat baik janganlah semata-mata
ingin hendak diketahui oleh manusia. Sebab tidaklah dapat semua manusia mengetahui
semua amal usaha kita.

Ayat 17 Untuk memperkuat pribadi dan meneguhkan hubungan dengan Allah, untuk
memperdalam rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat dan perlindungan-nya yang selalu kita
terima, dirikanlah sembahyang. Dengan sembahyang kita melatih lidah, hati dan seluruh
anggota badan selalu ingat kepada Tuhan. Yakni kalau kita ingin hendak jadi manusia yang
berarti dalam pergaulan hidup di dunia ini. Sembahyang peneguh peribadi, amar ma'ruf nahi
munkar dalam hubungan dengan masyarakat, dan sabar untuk mencapai apa yang dicita-cita.

Ayat 18 Ini adalah termasuk budi-pekerti, sopan-santun dan akhlak yang tertinggi.
Yaitu kalau sedang bercakap berhadap-hadapan dengan seseorang, hadapkanlah muka engkau
kepadanya. Menghadapkan muka adarah alamat dari menghadapkan hati. Dengarkanlah dia
bercakap, simakkan baik-baik. Kalau engkau bercakap dengan seseorang, padahal mukamu
engkau hadapkan ke jurusan lain, akan tersinggunglah perasaannya. Dirinya tidak dihargai,
perkataannya tidak sempurna didengarkan. Congkak, sombong, takabbur, membanggakan
diri, semuanya itu menurut penyelidikan ilmu jiwa, terbitnya ialah dari sebab ada perasaan
bahwa diri itu sebenamya tidak begitu tinggi harganya.

Ayat 19 Jangan cepat mendorong-dorong, takut kalau-kalau lekas payah. Jangan


lambat tertegun-tegun, sebab itu membawa malas dan membuang waktu di jalan; bersikaplah
sederhana. Sebab itu tidak ada salahnya jika orang bercakap yang lemah lembut; dikeraskan
hanyalah ketika dipakai hendak mengerahkan orang banyak kepada suatu pekerjaan besar.
Atau seumpama seorang komandan peperangan ketika mengerahkan perajuritnya tampil ke
medan perang.

B. Tafsir ayat ke 2 surat al-Jum'at

‫ضاَل ٍل ُمبِي ٍن‬ َ ‫ث فِي اأْل ُ ِّميِّينَ َر ُسواًل ِم ْنهُ ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ِه ْم آَيَاتِ ِه َويُ َز ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِكت‬
َ ‫َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َوإِ ْن َكانُوا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِي‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي بَ َع‬
2 :62/‫[الجمعة‬

Mereka adalah ummi, bukan kaum terpelajar dan bukan kaum yang mempunyai
sejarah peradaban yang tinggi. Ayat Menerangkan dengan jelas sekali perubahan pada diri
orang yang ummi itu setelah kedatangan Rasul Allah yang timbul dalam kalangan mereka
sendiri. Sebelum Rasul itu dibangkitkan, terdapat berbagai kesesatan yang nyata. Karena
mereka bukan saja ummi yang buta huruf, bahkan lebih dari itu, ummi buta agama, ummi buta
jalan yang benar.
C. Tafsir ayat ke 59 surat an-Nisa

ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَإ ِ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّرس‬
‫ُول إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
52/‫) [النساء‬59( ‫ك َخ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ تَأْ ِوياًل‬ َ ِ‫تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل َ ِخ ِر َذل‬

Ayat ini dengan sendirinya menjelaskan bahwa masyarakat manusia, dan di sini
dikhususkan masyarakat orang yang beriman, mestilah tunduk kepada peratuan. Peraturan
Yang Maha Tinggi ialah Peraturan Allah. Inilah yang pertama wajib ditaati. Oleh sebab itu
maka dijelaskan bahwa Islam memberikan lapangan luas sekali tentang siapa yang patut
dianggap “Ulil-Amri” itu, yang patut diajak musyahwarat adalah semua orang.
Dengan ini dapat disimpulkan :
1. Tentang taat kepada Allah, menjadi kewajiban bagi semua, tidak ada tawar-
menawar.
2. Tentang taat kepada Rasul, menjadi kewajiban semua, tidak ada tawar-menawar.
3. Tentang taat kepada Ulil-Amri menjadi kewajiban bagi semua. Bagai- mana
menyusun Ulil-Amri, apakah dipilih atau ditunjuk, terserahlah kepada kebijaksanaan kamu,
menurut ruang dan waktu, asal: "Tunaikanlah amanat kepada ahlinya".
Tetapi diayat 59 ini ditegaskan bahwa kalau terjadi perselisihan, hendaklah
dikembalikan kepada Allah dan Rasul. Hal yang demikian terjadi kalua Ijtihad Ulil-Amri itu
tidak sesuai dengan pandangan umum, atau dirasa jauh dari pangkalan.

You might also like