You are on page 1of 6
EFEKTIVITAS EKSTRAK UMBI BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Crocidolomia pavonana F. PADA TANAMAN SAWI Hasnah dan Ilyas Abubakar ‘Staf Pengajar Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuban Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ABSTRACT Crocidolomia pavonana F. is an important pest on mustards. Damage caused by this pest could be 100 percent if not controlied. Objective of the research was to find an effective concentration of garlic extract to control C. pavonana F. The research was conducted at Experimental Farm of Agriculture Faeully, Syiah Kuala University, Darussalam Bands Acch. ‘Treatments were arranged by Completely Randomized Design (CRD) non fuetorial with 7 level concentrations based on LCs of 20.69 ml L"! or 20.69 percent. The concentrations of treatment were 10, 20, 30, 40, $0, 60, and 70 ml L" of water. ‘The treatment was replication four times. The Result showed that the garlic extracts were effective to control C. pavonana, Obscrvation on larva mortality was carried out until the end of larva period of 3 day after application (DAA), The observation on 3 DAA. showed that the lowest mortality of C. pavanana (50 percent) was found at concentration of 10 ml L” and the highest mortality (97.5 percent) was at concentration of 70 ml L*. The higher concentration of garlic extract epplied resulted in the lower of Percentage of C. pavonana pupae formed and adult came out. The lower percentage of attacked leaves (0.70 percent) was found at concentration of 70 ml Land the highest percentage (29.29 percent) was at 10 mis. Keywords: Garlic extract, Crocidolomia pavonana, mustard PENDAHULUAN Hama yang banyak menimbulkan kerugian pada tanaman sawi adalah Crocidolomia pavonana F. Hama ini dapat menyebabkan kerusaken berat pada tanaman sawi karena larvanya memakan daun muda serta pucuk (Uhan 1995). Kerusakan yang ditimbulkan oleh C. ‘pavonana dapat menurunnya kualitas dan kuantitas hasil (Udiarto & Sastrosiswojo 1997). Apabila_— tidak ~—_dillakukan pengendalian, kehilangan hasil yang diakibatkan serangan CG pavorsana dapat meneapsi 100 % terutama pada musim kemarau’ “ (Sudarwohadi 1975 dalam Setiawati 2000). C. pavonana merupakan hama fangsung pada tanaman sawi, yan menyerang daun tanaman sejak di pembibitan hingga panen, dengan memakan daun schingga tanaman menjadi gundul dan kualitasnya menurun (Susanto 1985). Menghadapi masalah hama pada tanamen hortikultura, pemerintah telah menerapkan konsep pengendalian hama terintegrasi, yang salah satu komponen 108 utamanya adalah pemanfaatan insektisida nabati (Kardinan 1999). Mardini Tobing (1994), menyatakan bahwa insektisida nabati relatif lebih mudah didapat, aman terhadsp organisme bukan sasaran dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan polusi. Indonesia terkenal kaya akan keanekaragaman hayati yang bermanfaat, termasuk jenis tanaman yang mengandung senyawa aktif insektisida, salah satu diantaranya adalah umbi bawang putih (lllium sativum L). Penggunaan ckstrak tanaman sebagai salah satu sumber insektisida _nabati didasarkan atas pemikiran bahwa terdapat mekanisme pertahanan tumbuhan akibat interaksinya dengan serangga pemakan tumbuhan, salah satunya _ menghasilkan senyawa metabolik sekunder oleh tumbuhan yang bersifat penolak (repellent), penghambat makan (antifeedanvYfeeding deterrent), penghambat — perkembangan (insect growth regulator/IGR), penolak peneluran (Ovipasition repellentideterrent), ‘Agzista Vol. 11 No.2,2007 dan sebagai bahan kimia yang mematikan serangga dengan cepat (Prijino 19992), Umbi bawang putih 4. sativum mengandung zat-zat yang bersifat racun bogi serangga hama antara lain, alisin, aliin, minyak atsiri, saltivine, silenium, scordinin, dan metilalin trisulfida (Soetomo, 1987). Ekstrak bawang putih dapat berfungsi sebagai penolak kehadiran serangga (Novizan 2002) serta efektif untuk mengendalikan beberapa hama pada tanaman pangan dan hortikultura (Subiakto 2002). Pestisida dari bawang putih juga dapat berfungsi_ untuk mengusir keong, siput dan bekicot, babkan —mampu membasmi siput dengan merusak sistem saraf, Minyak atsiri yang terkandung dalam bawang putih mengandung komponen aktif bersifiat asam (Port 2002). Hasil penelitian Amiranti (2005), menunjukkan bahwa aplikasi ckstrak bawang putih 4. sativum L dengan Konsentrasi 3 ppm dalam pelarut aquades menghasilkan kematian larva Culex pipiees quinguesfasciatus sebesar 93,60 %, dalam pelarut ctanol sebesar 92,00 % sedangkan dalam pelarut metanol scbesar 96,8 %. Penambahan ekstrak umbi bawang putih pada media buatan terhadap turunan serangea Sitophidlus zeamays M (NF;) pada ‘konsentrasi 2 % menghasilkan turunan 67,8 % sedangkan pada konsentrasi 6 % hanya menghasilkan 22.4% Peningkatan konsentrasi ckstrak umbi bawang putih menjadi 7% menycbabkan S. zeamays tidak menghasilkan turunan (Andriana 1999). Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka telah dilakukan _penelitian tentang pengaruh ekstrak umbi bawang putih A. sativum terhadap mortalitas dan aktivitas maken dari C. pavonana pada tanaman sawi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh, sejak bulan Oktober 2005 sampai Juni 2006. Pengujian dilapangan dilakukan ‘untuk mengetahui efektifitas ekstrak umbi bawang putih tethadap mortafiias iarva dan persentase luas daun yang terserang Agiista Vol. 11 No.2, 2007 Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dani 7 taraf Konsentrasiekstrak umbi bawang_putih aitu 10 - 7 L" farutan yang disusun an nila! LC. yang diperoleh yaitu 206,9 mi/100 ml aquades ‘dan terdapat 4 tulangan. Susunan _perlakuan _penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Scluruh data hasil pengamatan pada setiap peubah dihitung dengan snalisis ragam. Jika terdapat perbedaan —antar —_perlakuan. dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 0,05 (Gomez & Gomez. 1995), Pembuatan ekstrak. Umbi bawang putih di kupas lalu diumbuk atau diblender, filtrat yang dihasitkan di campur dengan minyak tanah dengan perbandingan 1:2 (250 ¢ bawang putih dalam $00 ml minyak tanah). Campuran ini diendapkan sclama 24 jam atau lebih. Pelaksanaan penelitian diawati dengan japan media tumbuh. Tanah yang diambil dilapangan dibersihkan dan. dihancurkan kemudian dimasukan ke dalam polibag dengan volume 10 kg/polibag. Pemupukan diakukan satu minggu sebetum penanaman dengan pupuk Urea, TSP, dan KCL dengan dosis masing-masing 370 kg urea ha'', 85 ke TSP ha'', dan 480 kg hav Kel (Suwandi et al, 1993). Bibit sawi yang berumur 15 hari dipindahkan ke dalam polibag, sebanyak satu tanaman. Masing- masing polibag langsung disungkup pada saat tanam. Infestasi larva dilakukan pada 10 hari setelah tanam (HST) sebanyak 10 larva instar || C. Pavonana/tanaman, Aplikasi ekstrak dilakukan pada sore hari, sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan dengan menyemprotkan secara merata, menggunakan hand sprayer ukuran 1 liter yang dilakukan satu jam setelah infestasi larva dan dilakukan pada sore hati. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiraman dilakukan sebanyak satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Penyiangan gulma ilakulcan untuk menghindari_persaingan gulma dengan tanaman. Penyiangan dilakukan setiap kali terdapat gulma selama Psnclitian, sehingea kordisi tanaman bebas dari gulma. 109. ‘Tabel 1. Susunan perlakuan Perlakuan Konsentrasi mi" laratan 10 10 ml Ekstrak umbi bawang putih + 990 mi aquades 20 20 mi Bkstrak umbi bawang putih + 980 ml aquades 30 30 mi Ekstraks umbi bawang putih + 970 ml aquades 40 40 ml Ekstrak umbi bawang putih + 960 ml aquades 30 50 mul Ekstrak umbi bawang putih +950 ml aquades oo (60 mi Ekstrak umbi bawang putih + 940 ml aquades 70 70 mi ekstrak umbi bawang putih +930 ml aquades Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu: Mortalitas larva Larva C. pavonana yang diamati sejak satu hari setelah aplikasi sampai semua larva uji menjadi pupa atau salah satu perlakuaan telah menunjukkan kematian 100%. M Mortalitas larva uji dihitung dengan menggunakan rumus Abbot (1925) dalam Prijono (19996) yaite = Po= =x 100% n Keterangan: Py = Mortalitas larva f= Jumlah larva yang mati f= Jumlah larva seluruhnya Persentase pupa yang terbentuk. Persentase pupa yang terbentuk dihitung secara kumulatif dari setiap perlakuan, ssjak satu hari larva memasuki fase prapupa sampai terbentuknya pupa. Persentase pupa yang terbentuk ‘menggunakan rumus : jumlah pupa yang terbentuk Jumlah larva awal 100% Persentase imago yang muncul. Persentase imago yang muncul dihitung secara kumulatif dari setiap perlakuan, sejak satu hari larva membentuk - pupa sampai munculnya imago. Persentase imago diitung dengan menggunakan rumus = = Jumlahimago yang muncul 1g 99, Jumlah larva awai 10 Persentase luas daun yang terserang. Persentase luas daun yang terserang diamati pada saat 25 HST dengan menggunakan alat green leaf area meter. Besarnya persentase dihitung dengan rumus = Keterangan : P = Persentase lus daun terserang a = Total luas daun seluruhnya/tanaman b = Total luas daun setelah terserang hama C. pavonana/tanaman HASIL DAN PEMBAHASAN Mortalitas Larva Crocidotomia pavonana Data hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak umbi bawang putih pada berbagai Konsentrasi berpengaruh hnyata terhadap mortalitas larva C. Pavonana. Revata mortalitas larva C. Pavonana dapat dilihat pads Tabel 2. Pada Tabel 2 dapat dilihat —bahwa aplikasi ckstrak umbi bawang putih berpengaruh terhadap tarva C. Pavonana. Secara/umum mortalitas larva setelah aplikasi ekstrak umbi bawang putih terus mengalami peningkatan pada semua konsentrasi yang dicobakan. Pada 3 Hari Setelah Aplikasi (HSA), mortalitas terendah adalah 50% yang dijumpai pada konsentrasi 10 ml L* larutan serta tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 20, 30 dan 40 vnl L larutan. Sedangkan mortalitas testinggi dijumpai_pada konsentrasi 70 mi L"lanutan yaitu 97,3 % dan tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 60 ml L larutan. Pengamatan visual terhadap gejala kemcunan yang ditimbulkan pada larva C. pavonana setelsh aplikasi ekstrak umbi Agzista Vol. 1 No. 2, 2007 bawang —putih di tandai_— dengan berkurangnya oktivitas dan nafsu_makan schingga berakhir dengan Kematian. Kematian ini ditandai dengan perubahan warna tubuh larva menjadi hitam Kecoklatan sampai hitam, tubuh lunak serta membusuk, apabifa ditekan mengeluarkan cairn yang berwama hitam. Gejala Keracunan ini diakibatkan olch senyawa aktif yang di kandung oleh ekstrak umbi bawang putin. Tabel 2. Rerata persentase mortalitas larva C. pavonana setelah aplikasi ekstrak bawang puts Periakuan ‘Mortalitas Tarva (96) (ral L" tarutan) THSA 2HSA 3 HSA 10 30,00 475A 30,0A 20 35,0 Ab 500A 55,08 30 40,0 Ab 52,5 Ab 55,00 40 50,0 Be 60,0 Ab 67,5 Ab 50 55,0 70,0 Be 7135B 60 759D 525C 92,5C 70. 750D 850C 91.5C BNT(0.05) 9.48 12,10 13.12 ‘Ketcrangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada teat p 0,5 (UjiBNT), Da lah dirastermas! dengan aes Vs Hal mengindikasikan bahwa senyawa aktif dalam umbi bawang putih mampu menimbulken kematian pada larva C. pavonana. Umbi bawang putih A. sativum mengandung zat-zat yang bersifat racun bagi serangga hama, antara lain, alisin, alin, — minyak atsiri, saltivine, silenium, scordinin, dan metilalin trisulfida (Soctomo, 1987). Sulfur dapat merusak sistem pernafasan dan akan menekan sistem saraf yang pada akhimya akan menyebabkan kematian (Wikipedia, 2004). Ekstrak bawang putih dapat berfungsi sebagai penolak Kehadiran serangga atau repelen (Novizan 2002). Ekstrak bawang. putih efektif untuk mengendalikan beberapa hama —_(Subiakto, 2002). Sesuai dengan penelitian Amiranti 2005 ekstrak umbi bawang putih dapat bersifat Iarvasida pada Culex pipiens guinquefasciatus. Persentase Pupa CG pavonana yang Terbentuk Data hasil analisis ragem menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak umbi bawang putih pada berbagai konsenirasi berpengaruh hnyata terhadap persentase pupa C. Pavonana yang terbentuk. Rerata persentase Pupa yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 3. Agrista Vol. LL No. 2, 2007 ekstrak umbi bawang putih berpengaruh terhadap reratapersentase pupa yang terbentuk. Persentase pupa yang terbentuk terendah pada konsentrasi 70 ml L tarutan yaitu 2,5 % dan tertinggi pada konsentrasi 10 ml L" larutan yaitu 50 %, dan tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 20, 30, 40, dan 50 mi L" tarutan. Terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, semakin meningkat pula mortalitas larva C. pavonana, Ekstrak umbi bawang putin menunjukkan efektifitas yang baik terhadap mortalitas larva sehingga berpengaruh terhadap pupa yang terbentuk. Stadium pupa merupakan stadium tanpa makan schingga tingginya kematian pupa dapat disebabken —adanya akumulasi_ dari gangguan yang diterima sewaktu stadium larva (Klock & Kubo, 1991), Persentase Imago C pavonana yang Muncul Data hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi ckstrak umni bawang putih berpengaruh nyata terhadap imago C. pavonana yang muncul. Rata-rata imago C. Pavonana yang muncul dapat di lihat pada Tabel 4. i Terlihat bahwa konsentrasi 60 dan 70 ml L" larutan tidak dijumpai imago C. pavonana yang muncul. Hal ini disebabkan daya racun dari ekstrak umbi bawang putih sangat berpengaruh terhadap _persentase imago yang muncul. Sifat khas dari bawang. puth adalah kandungan belerang yang tinggi, bau khas yang dikeluarkan oleh adanya dialil suifids. Dialil sulfida dapat digolongkan sebagai insektisida organik (Anonymous, 2004). Tabel 3. Rerata persentase pupa C. pavonana yang terbentuk setelah aplikasi ckstrak umbi bawang putih, Perlakuan (ml L" farutan) 10 20 30 40 50 60 Pupa yang terbentuk (%) 50¢ asc 70 BNT(0,05) ‘Keicrangan : Angka yang diikat olch horaf yang sama tdak berbeda nyata pada twat p=003 (Uy BNT). Data telah diransformasi dengan Are Sin \x Tabel 4. Rerata persentase imago C. pavonana yang muncul setelah aplikasi ckstrak umbi bawang putil, Perlakuan (ml Warutan) Imago yang Muncal (@%) 10 25D 20 5c 30 12,5 B 40 0B 50 0B 60 OA 70 OA BNT(0.05) 318 Kétéraiigan + Angka yang diikat olch huraf yang samo tidak bevbeda nyata pada taral p= 005 (Uji BNT), ‘Data telah ditransformasi dengan Arc-Sin vx Persentase Luas Daun Terserang Larva G pavonana Data hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak umbi bawang putih pada berbagai konsentrasi_ berpengaruh nnyata terhadap persentase luas daun yang tetserang larva C. pavonana. Rerata persentase Iuas daun yang terserang larva CC. pavonana dapat dilihat pada Tabel 5. Terlihat bahwa persentase Iuas daun yang terserang oleh larva C. pavonana paling rendah dijumpai pada konsentrasi 70 ml L” tarutan yaitu 0,70 % dan konsentrasi tertinggi dijumpai pada 10 ml L ekstrak umbi bawang putih sebesar 29,92 %. Perbedaan tingkat serangan larva CC. pavonana disebabkan karena perbedaan tingkat konsentrasi ekstrak umbi bawang, putih yang di aplikasikan pada tanaman sawi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase luas daun terserang sangat erat kaitannya terhadap jumlah populasi larva C. pavonana yang masih hidup pada stadia larva. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin banyak pula senyawa aktif dalam larutan—tersebut, —_schingga distribusinya lebih merata pada bagian ‘tubuh larva dan tanaman sawi. Hal ini akan mengakibatkan larva C. pavonana {ebih banyak yang mati seria memperkecil persentase daun yang terserang. Seperti Pernyataan Nasir ef al., (1994) baliwa, salah satu faktor penentu tingkat serangan hama adalah jumlah populasi hama tersebut. “Agrista Vol. 11 No. 2,2007 Tabel 5. Rerata persentase Iuas daun terserang larva C. pavonanar setelah aplikasi ekstrak bawang putih: Perlakuan (ml L Jarutan) Luas Daun Terserang (2%) 10 29,92 E 20 2138D 30 13,18C 40 9A9C 50 616B 60 135A 70 0.70 A. BNT(0.05. 3,78 ‘Keterangan : Angka yang dian ofch huruf yang sama tidak berbeda nynia pada tara p= 0,03 (Uji NT), SIMPULAN DAN SARAN Ekstrak —umbi bawang —_putih berpengaruh terhadap mortalitas, rerata waktu kematian, persentase pupa yang terbentuk, rerata imago yang, muncul, dan rerata persentase Inias daun yang terserang C.Pavonana. Konsentrasi yang efektif dan efisien untuk mengendalikan hama_ ini adalah 60 ml L"! larutan. Perlu dilakukan penelitian lanjutan di apangan untuk mengetahul berapa lama daya tahan insektisida ekstrak umbi bawang putih terhadap pencucian, penguapan dan tingkat toksisitas, DAFTAR PUSTAKA Amiranti, P. 2005. Studi pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum L) Terhadap perkembangan pra dewasa nyamuk Culex pipiens q. Skripsi (tidak Gipublikasikan) Fakultas Kedoktoran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Andriana, R. 1999. Kajian daya insektisida ekstrak umbi bawang putih (Allium sativum) dan ekstrak daun nona terhadap serangea Sitophillus zeamais. Skripsi (tidak dipublikasikan) Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonymous. 2004, Scjarah penelitian bawang pputih, hutp:/www.rich.co.id/rebiogarlic. Html. (2 Desember 2004) Gomez, KA. & AA. Gomez 1995. Prosedur stutistik untuk penelitian pertanian. (Alih bahasa E, Sjamsuddin Agrisia Vol. II No, 2,2007 & JS. Baharsjah), Indonesia Press. Jakarata. Kardinan, A. 1999. Pestisida nabati: Ramuan dan Apli Penebar Swadaya. Jakarata. Klock, JA & I. Kubo. 1991. Defense of plant through regulation of insects feeding beharviour. Entomologist. 74: 18-33 Mardiningsih, S.L & S.L. Tobing 1994. Efikasi bubuk fada hitam terhadap Sitophilus zeamays. hal. 3-S. Dalam : DJ. Sitepu, et al. (Editor) Has Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Proseding Bogor, 1-2 Desember 1993. Nasir, D. K., Zen., Syafril. Taufik & 1. Manti, 1994. Dinamika —populasi wereng coklat dan musuh alaminya pada beberpa varietas pedi sawah. Hal: 176-183. Dalam : E. Soenarjo 1., Rusdi & Burhaman (Ed). Risalah Seminar Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang. Novizan. 2002. Membuat dan memanfantkan pestisida _ramah Jingkungan, PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Port, G. 2002. Bawang putih membuat siput lari. PT. Kompas Cyber Media, ttp-//www.google.co.id/search?hi=id&e ‘g=bawang+putih+membuat+siput+lari meta, (Diakses 3 November 2004). Prijono, D. 1993 b. Prinsip-prinsip uji hayati. Hal: 45-63. Dalam. BW. Nugroho, Dadang, & D. Prijono (penyunting). Bahan pelatihan Pengembangan dan Peinanfualan Insektisida Alami, Pusat Kajian Universitas 3

You might also like