You are on page 1of 181
REPRESENTASI BUDAYA PENDIDIKAN DALAM FILM LASKAR PELANGI (Cultural Studies dalam Film Bertema Pendidikan dan Sosial Produksi Miles Film dan Mizan Productions) SKRIPSI Jura Pro om Stal Uy Kommunihass Tina Plt U 5 alia Agen Tinayasa Oleh: MIN KURNIATI NIM. 050361 KONSENTRASI ILMU JURNALISTIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG - BANTEN 2009 ABSTRAKSI TIN KURNIATI. 050361, REPRESENTASI BUDAYA PENDIDIKAN DALAM FILM LASKAR PELANGI (Kajian Cultural Studies dalam Film bertema Pendidikan dan Sosial produksi Miles Film dan Mizan Productions). Konsentrasi Jurnalistik. Prodi Komunikasi, Fakultas Tima Sosial dan Tmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Banten, 2009, Film tidak lagi dimaknai sokedar sebagai karya soni, tetapi lebih sebagai praktik sosial dant komunikasi massa. Dalam perspekti? praktik sosial, film melibackan interaksi_ yang Kompleks dan dinamis dari clemen-clemen pendukung proses produksi, cistribusi-maupun chsibisinya. Scdangkan film dalam perspcktif komunikast massa dimaknai sebagai representasi pesan yang disampaikan pada Ihalayak. Representasi sebagai bogian terbesar dari cultural studies yang terpusat pada pertanyaan tentang bagaimana dunia dikonstruksi dan digambarkan secara sosial dati kita dan olch kita dimaknai dalam film sebagai satu warisan budaya fantar generasi, Maka film sebagai salah satu wadah komunikasi massa juga berfungsi sebagai transmisi budaya pada masyarakat Film Laskar Pelangi yang bertemakan pendidikan dan sosial dipahami sebagai representasi realitas budaya yang mempertihatkan bagaimana suatu budaya ‘bekerja dan hidup dalam suatu mosyarakat. Sehingga film dapat dikatakan sebagai ‘media efektif dalam pembelajaran budaya olch masyarakat. Penelitian ini adalah penelivian studi budays atau culm! studies dengan ppondekatan riset kualitati, Melalui unit analisis berupa film Jaskar pel digunskenlah analisis Semiotika Barthes yang dapat mengungkap penanda, ppetanda, makna denotasi serta makna konoiasi yang ada. Schingga ditemukan sejumiah mitos dan ideologi yang tersembunyi dibalik representasi budaya yang ditampilkan dalam film tersebut, ‘Adapun hasil dari penelitian ini berupa sejumilah konsep yang terkit dengan studi bbudaya, seperti konsop marginalisasi masyarakal, hegemoni kekuasaan, konsep idemtitas, Konsep gender, modernisasi, etnograft yang terksit dengan Kerangka pokok antropologi, serta materialisme kulfural, Keseluruhan konsep tersebut mencerminksn sejumlah temuan budaya pendidikan seperti masih lemahnyea sektor pendidiisan karena pemerataan anggaran pendidikan yang belum maksimal, ‘masih pretensiusnya pendidikan karena lebih mementingkan gengsi daripada skill, skurangnya penghargaan terhadap proses, pendidikan masih diukur dari angka- angka statistik belaka, seria komersialisasi pendidl ABSTRACT TIN KURNIATI. 050361, THE REPRESENTATION OF EDUCATION CULTURE IN LASKAR PELANGI’S FILM (The Cultural Studies in education and social film’s theme, produce by Miles Film and Mizan Productions). Journalistic’s Concentrate. Communication’s Programe. The Faculty of Social and Politic. Sultan Ageng Tirtayasa’s University. Banten, 2009, ‘The film i no fonger interpreted as Works oF art, but asa social practice and mass communication. In the perspective of social practices, film involves a complex interaction and dynamic from the supporting clements of the process production, distribution and exhibition. While the film is in mass communication perspective, it mean as representations of the massage that send to the audience. Representation as the largest part af the cultural studies centered on a question of hhow the world is constructed and socially represented by us and of us interpreted the film as a cultural heritage between generations, So the film is as one of the mass communication forum that also serves as a cultural transmission in the community. Laskar Pelangi representation of reality culture. It shows how a culture working and living in a society. So the film can be considered asan effective medium in learning’s caltare ofthe society. This research film that theme of education and social is understood as a s-a study of cultural studies with qualitative research approaches. Through the analysis unit of the film laskar pelangi, Semiotics Barthes's analysis is used to reveal markers, an indication, the meaning of denetation and connotation’ sign. In order to find a number of myths and ideologies that hidden ‘bching the cultural representations which appear in the film. The results of this investigation are s number of concepts related 10 cultural studies, sch as the concept af marginalization society, hegemony of power, the concept of identity, the concept of gender, modemity, ethnography associated ‘with the main framework of onthropology. and cultural materialism, The overall concept reflects a number of education culture such as the education sectors is still ‘weak because the distribution of the education budget is not maximized, the education is still pretensius because it’s more interest for prestige rather than skill, lack of respect for the process, education is measured by statistics, and an educate ccommersialiation, KATA PENGANTAR, Film merupakan salch satu bentuk komunikasi massa berapa sebuah karya cipta seni dan budaya serta dibuot betdasarkan osas sinematogmafi dengan direkam ‘menggunakan pita seluloid, video, maupun hhasil penemuan teknologi lainaya dengan ataupun tanpa suara dan dapat dipertunjukkan pada khalayak: Perkembangan dunia perfilman di Indonesia bagaikan aie laut yang pasang surut mengikuti dinamika perkembangan zaman. Hingga tak. satupun_ dapat ‘menerka kapankah dunia perfilman Indonesia mengalami mass emas ataupan Jjostru terpuruk dalam globalisasi Kemajuan dunia, Khalaysk sebagai penikmat film bukan lagi individu yang hanya menelan mentah-mentah atas apa yang disajikan media. individu abad 21 menupaken indiida yang dianggap_sudah memahami konsep perkembangan kemajuan media khususnya dunia. perfilman. ‘Schingga sebagai pelakur dunia film pun dituntut untuk selalu mempersembahkan film-film berkualitas agar tidak ditinggalkan audience-nya, Kebutuhan pentkmat film inilah yang menciptakan sebuah motif atau dorongan agar mercka memperoleh kepnasan yang sesuai dengan harapan mereka. Moka dari itu, dalam kesemapatan kali ini, peneliti mencoba mengkaji lebih dalam ‘mengenai Representasi Budaya dalam sebuah Film dengan mengkajinya melalui studi budaya dan _mengkonstruksinya dalam bentuk analisis semiotik. Adapun objok Kajian pada penclifian ini Represeniosi Budaya Pendidikan yang digambarkan delam Film Laskar Pelongi. Representasi merupakan kajian inti dari studi budaya yang berupaya menggali lebih dalam mengenai realitas yang berusaha digambarkan para sineas ke dalam film. Sedangkan film Laskar Pelangi sendiri dipitih atas dasar kesuksesan yang diraih pasea pemutarannya dibioskop. Dari data yang diperoleh, film ini berhasil menarik sek 4 juta penonton hingga pertengahan November 2008. Bahkan orang nomor satu di Indonesia, yakni Presiden Susilo Bambang Yuchoyono pun tak tuput menonton film garapan Mira Lesmana dan Riti Reza ini Dengan berakhimya penyusuman skripsi, maka dengan ini penalis bermaksud menyampaikan laporannya, Laporan ini berisi tentang hasil penelitian melalui benupa Representasi Budaya. Pendidikan dalam Film Laskar Pela kkajian Culture States Alhamdulillah, puji syukur kehadirat. Allah SWT, tentunya keberhasilan ink pun tidak lepas dari dukungan berbagai pihok. Untuk itu, dalam kesempatan ini, ppenulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing schingga penclitian ini dapat terisksana dengan bak. Terima kasih pula penulis sampaikan kepade: 1. Drs. H. Ahmad Sihobuddin, M.Si solaku Dekan FISIP Untirta 2. Dm. Rehmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Prodi Iimu Komunikasi 3. MuhammatlJaiz, $.S0s., M.Pé selaku dosen pembimbing I penyusunan skripsi serta Isti Nursih Wahyuni, Sp selaku dosen pembimbing I penyusunan skripsi sekaligus sebagai Sekretaris Prodi Limu Kemunikasi 4. Yearry Panji, S.Sos, M.Si, terima Kasih banyak tas segala inspirasi dan bimbingan dalam penyusunan penelitian ini Gola Gong, Deviani Setyorini, S.Sos, M.CMS, dan Teguh Iman Prasety: MSi, terima ‘asih atas kesediaan waktunya menjadi narasumber datam penalitian ini Pak Agung, Pak Fki, Pak Enjang, serta bu Dewi selaku staf Fisip dan prodi, terimakasih menmdahican urusan akademis dalam penyusunan skripst ini ‘Terima kasih tak terilai untuk bapak, ibu, Rikei dan Syahla adikku, Fit dan Sisea sepupuku, Soekartono serta selumuh keluarga besar sams segala pengertian, perhatian, baniuan moril dan materll sexta kesih sayang tak terhingga yang telah diberikan selama ini. Terimakasih juga untuk Pak Muhibuddin atas bukunya, Rio atas pinjaman koleksinya, Lia aias kesediaan meminjamkan laptopnya, serta pita lain yang telah membantu seai teknis dalam peayusunan skrips! ini Sahabotku Rahma, Ihsan, Wolan dan alumnus SMANITRA lainnya. ‘Terimakasih telah mau direpotkan dalam pencarian bahan-bahan skripsiiu. "Keciprut”, sahabaiku Reyhan dan Vicky plus Novi, terima kasih selaha menjadi pemberi semangat abadi dan pemberi masukan yang tidak kenal lela dalam menghritisi penelitian ini, Sahabat-sahabatica Diah, Listia, Nadjela, Icha, Desy, Mia, Aga, Supri, Agus, Wahya, Anf, Yulian dan kawan seperjuangan Iainnya di Kelas Juma yang tidak lelah memberikan bantuan tampa pamrih, ‘Tak lupa sahabat-sahabetius Rita, Kattike, Satria, tha, Denti, Linda dan kawan-kawan lainnya di Kelas Humas yong tidak lelah memberi dukungon moral 12, Kepada bapak penjual kaset ved pinggir stasiun kota Jakarta, terimakasih telah imembohongi driku dengin menjul kaset bajakan palsu Laskar pelangt yang isinya pertunjukan wayang golek. Terimakasih sudah membuathu Kapok untae tidak menyentuh prod bajatcan, Terima kasih pula stas semua dukungan yang telah diberikan, balk secara meteril maupun mori, stas pengorbanan wakiu, tenage dan fikran. Muda muidahan penyusunan skripsi ini dapat membawa_manfx i. Khususmya bagi penulis, dan bagi pembace pada umumnya, Besar harapan saya ager skripsi ini ili salah satu sumber hacaan tambahan (pihak-pibek lain, referensi, smeskipun saya menyadari sepenubnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini mesih Jjaub dari sempurna, mengingat keterbetasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun dari berbagei pibak sangatlah saya harapkan. Dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit pula kesulitan yang dihadapi, {tapi berkat rahmat Allah SWT dan bantuan seria dorongan berbagai pthak, pada akhimya skripsi ini dapat disclesaikan, Dan pada saat ini kami ueapkan terima ‘kasih kembali kepada semua pihak yang telah membantu Akhir kata, somoga skripsi ini dapat membawa manfuat kepada semua pak dan diterima di sisi Allah swt, sebagai amal ibadah, Mudah-mudahan Allah swt, melimpabkan rahmat dan hidayah-Nya pada kita semua, Amien, ‘Tangerang, 13 September 2009 in Kurniati DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRAKSI KATA PENGANTA\ DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN . DAFTAR TABEL DAFTAR PENGGALAN SCENE 2.0. DAFTAR LAMPIRAN BABI PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang rr 1.2 Hdentifikasi Masalah 1.3 Perumusan Masala... 1.4 Tyjuan Penalisan 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis foot 15.2. Aspek Praktis .ccnnnnnnninnncn BABII TINJAUAN PUSTAKA occ 2.1 Deskripsi Teori ss 2.1L Komunikasi Massa 2 Film schagai Komunikasi Massa so... A Cultural Studiesuisesinnnninnarannn 5. Teori Semiotike Roland Barthes rangka Pemikiran ‘Film dan Representasi Realitas. Semiotika FHM. owen 22K 2 ‘Budaya dan Pendidikan - ‘Laskar Pelangi Representasi Budaya Pendidikan le 20 2 28 2s 31 35 BAB II] METODOLOGI PENELITIAN 40. 3.1 Metode Penelitian 40 3.2 Unit Analisis armeacaameeace Ab 3.3 Teknik Pengumpalan Data al 33.1 Obscrvasi. sis come al 332 Wawancara 2 BAA DokMRRRA macs nennnncniiiemimnnmennensnsiionsnecy, 42 3.4 Analisis Data 43 BAB IY HASIL PENELITIAN ais cinies: 4.1 Deskripsi Film Laskar Polangi 4s 4.1.1 Filmografi Film Laskar Pelangi anenaeoe 45 4.1.2. Penokohan dalan Film Laskar Pelangi esncmases: AB 4.13. Sinopsis Film... cemseatn auc: J 4.2 Konstruksi Film Laskar Pelangi 7 42.1 Repeescutasi Budaya Pendidikan Kecerdasen dalam Film Laskar Polangi - 0 42.2 Representasi Budaya Pendidikan Agama dalam Film Laskar | Pelangi . 1 4.23. Representasi Budaya Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam Film Laskar Pelangi 129 4.3 Analisis Scene Kunci dalam Film Laskar Pelangi 138 43.1 Analisis Representasi Budaya Pendidikan Kecerdasan 142 43.2 Analisis Represeniasi Budaya Pendidikan Agama sores 152 4.33 Analisis Representasi Budaya Pendidikan Kesejahteraan Relntigh cncnanmeaiannamnarnaramaamnamnann: 18% BAB V PENUTUP 161 5.1 Kesimpulan ncn 161 5.2 Rekomendasi .. oa ae 162 DAFTAR PUSTAKA iscccnsseniniininnsnnninnin cca: Hi LAMPIRAN - LAMPIRAN ‘TENTANG PENULIS Film is the geantast washer, becouse tt teaches nat only theough brain, bust theough the whole body. Vsevolod Padovkin BABI PENDAHULUAN 11 Latar Belakang, Sciring semakin pesatnya cra globalisasi dengan kemajuan teknologi informasi disegala bentuk. Hal ini menimbulkan pula berbagai perkembangan teknologi informasi pada Kehidupan dan kebutuhan masyarakat, Salah satu bentuknyayakni porkembangan media massa yang diantaranya berupa potkembangan film di dunia. Film diartikan sebogai gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula ppelesetan untuk “berpindah gambar’) maupun ‘sinema’, Gambar-hidap adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film diasilkan dengan fekaman dari orang dan benda (termasuk fantosi dan figur palsu) dengan kamera, dan‘atan oleh animasi (www.wikipedis.com). Film sebagai suat bentuk komunikasi massa dikelola menjadi suatu komoditi. Di dalamnya ada produser, pemain dan seperangkst kesenian lain yang ‘menduikung, seperti seni musik, seni rupa, seni teater, seni suara dan lainnye ‘Semus unsur tersebut terkumpul menjadi konmunikator dan bertindak sebagai agen transfonmasi buclaya (Baksin, 2002: 129). Sedangkan pesan-pesan Komunikasi terwujud dalam cerita dan mist yang, dtibawa fil tersebut ceramgkum dalam bentuk jenis-jenis film yang ada. Schingga seorang sulredara mampu mengemasnya sesuai dengan tendensi masing-masing dari film tersebut, seperti fungsi hiburaa, fungsi informatif, Fangsi edukasi, ‘maupun fungsi persuasit pada penontonnya Sehubungan dengan hal itu, menurut Ardianto dan Komala (2004:138) terdapattah berbagaijenis lm yang dibedakan menurut sifataya yang terdiet dari film cerita (story fin), n berita (nevesree!), film dokumenter (documentary Jilm), dan film kartun (Cartoon film), Jenis film yang digunakan dalam penetivian inj adalah film cerita berupa film yang sudab dituliskan dalam bentuk naskah (sevipe), Kermudian diperankan eh bintang fila yang naranya sudah tak asing di tetinga penontonnya, Filta i imenyajikan cerita. yang mengendung berbagai unsur yang dapat meayentul perasaan manusia, Film jenis ini bersifat aucitif visual yang disajikan dalam bentuk gambar ‘yang dapat dilihat sorta suara yang dapat didengar dan dinikmati Khaleyak. Film ini nzimnya dipertunjukkan di godung pertunjukan atau gedung bioskop (cinema) dan didistribusiken sebagai barong dagangan yang dipcruntukkan semua publik dimanapun mereka berada, Maka tak salah bila para produser saling berlomba- Jomba memproduscri film cori ini sebaik-baiknys dan ssbagus-bagusnya demi ‘memuaskan Kebutuban khalayak akan film yang berkualtas, Menilik Perfilman di Indonesia, film pertama di negeri ini berjudul “Leh van Java" yang diptoduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh seorang bemama David. Lalu disusul oleh “Eulis Agia” produksi Kouger Corporation pada 1927/1928, yang kesemuanya masih merupakan film bisu dan produksiaya masih didominasi oleh warga Belanda serta wanga Cina. Selang beberspa waktu, muncullah Film bicara yang pertama, Film ita ditutisotch penutis Indonesia yang bernama Saerun dengan judul “Terang Rulan” ddan dibintangi oleh Roekiah dan R Mochtar Pada penghujung tahun 1941 pasca Perang Asia Timur Raya pecah, perfilman di Indonesia diambil oleh Jepang ketika pemerintah Relanda takluk i hadapan Jepang, Perusahaan-perusahaan film seperti Wong Brothers, South Pasific, dan Muli Film pun tak toput diambil Tepang, Pasca Kemerdekaan, dunia perfilman Indonesia Kembali berubah. Perusahaan Film Nippon Ejga Sha (cama pengganti perusahiaan NV Multi Film pada zaman Belanda) diserahkan secara resi pada tangyal 6 Oktober 1945 kepada pemerintah Indonesia yeng diwakili R.M Soctanto di Ishimoto, Jepang Sejak itu ldhirlah Berita Film Indonesia (BFP). Dan mulai saat itu pula perkembangan film di Indonesia makin marak hhingga meneuat pada dokade tahun 1980-an, Dengan dipelopori “Sticoting Hibura Maiaram” yong sudah berdici scjok zaman revolusi, mulailah berditi berbagai perusahaan Film bertaraf Nasional hingga tercipta pula Persatuan Artis Republik Indonesia, Pasang surut dunia perfiiman Indonesia terjadi pasca dekade tersebut. Permasalahan silih berganti hingga menyebabkan Panitia Perancang Undang- undang Perfilman (PPFU) tidak memadai lagi untuk mencakup seluruh kegiatan perfiiman, Hingga pada akhimya timbul dekadensi pada dunia perfilman Indonesia memasuki dekade 1980-an. Namun memasuki abad ke-20, perfilman nasional telah bangun dari tidurnya, konspirasi ini ditandai dengan munculnya rasa optimistis insan muda jim dalam berkarya. Mungkin hanya dunia filmlah yang akan mampu ‘membanggakan hati mereka yang tengah dilanda kerisis identi, starus. dan kepercaysan sebagai bangsa Indonesia (Prisgunanto, 2004:229). Dunia perfitman Indonesia kembali bergairah pasca tayangnya film Ada Apa dengan Cinta kemudian disusul dengan film bergenre anak-anak dengan tema petualangan, yakni Kisah Perualangan Sherina pada tahun 2000 silam, Hingga ‘nampa pula melahirkan berbagai film bergenre anak-anak yang mengedepankan sisi penidikan, seperti file Unah Rena, Joshua Oh Joshua.hingga film Denias. Dan pada akhir Okiober 2008 lala, Miles Films dan Mizan Production ‘memproduseri film bertajuk Laskar Pelangi. Film Laskar Pelangi merupakan film cerita panjang (feawre length jilms). Film jenis ini menupakan film berdurasi lebih dati 60 monit, lazimaya berdurasi 90-100 menit (Efendi, 2002: 13). Laskar Pelangi dapat dikatakan schegai film fenomenal. Bahkan menurut Harian Tempo pada 14 November 2008, Mira Lesmana selaku Produscr film, mengotakan bahwa film ini berhasil mengalahkan film Avat-ayat Cinta dalam hal {jumlah penonton, yakni hingga mencopsi 4 juta penonton, Sedangkan film Ayai- ‘avai Cinta banye mencapai 3,7 juta penonton (www korantempo.com), Penonton Laskar Pelangi tak hanya dari Kalangan pelajar yang menjadi segmentasi wloma ditayangkannya film ini, Namun dari semua kalanigan termasuke ‘orang nomor satu di Indonesia, yakni Presiden Susilo Bambang Yudhono dan beberopa tokoh pemerintahan lainaya yang turut serta menonton film tersebut. Film Laskar Pelangi didasarkan pada sebuah novel bertajuk sama, karya Andrea Hirata, menceritakan kisah Kehidupan sepultih anak Belitong dalam perjuangan mereka menempuh pendidikan yang serba kurang dan terbaias. Meski hanya ersekolah di sebuah SD Muhammadiyah yang reot dan lusvh, naman keinginan kust sepuluh anak Relitong tak lantas membuat mereka menyerah dalam mengecam pendidikan di bangku sekolah. Perjuangan tek kenal Jetah mereka menjadikan kesepaluh tokoh ini mampu menghadirkan realitas budaya pendidikan yang tersaji dalam bentuk fii Laskar Pelangi Film Laskar Pelangi berusala menyajikan sua representast dari realita bbudaya pendidikan yang bekerja dan hidup dalam masyarakst, Representasi sendiri dimaknai suatu produksi makna melalui sistem penandaan yang tersedia seperti dialog, tulisan, vidco, film, fotografi, dan scbogoinya (Juliastuti dalam Newsletter Kunci, 2002). Representasi juga merupakan bagian terbesar bahkan unsur utama cultural saidies, yang dapat dipabomi sebagai studi kebudayaan sebagai praktck signifikansi representasi, Bagaimana dunia dikonstuksi dan direpresentasikan sccara sosial kepada dan oleh kita (Barker, 2008.9). ‘Masyarakat memiliki persepsi bahwa masa depan yang adil, makmur dan sejahtera hanya dapat diraih oleh kemampuan seseorang yang memadai, Namun sedikit sekali yong sadar bahwa ada kekuaton struktur dan suprastruktur yang _mempersulit seseorang menggapai kesuksesan hidup, diantaranya pemerintahan, ideologi, sistem Keyakinan, politik pahkan pendidikan. Kemudian timbul anggapan bahwa kemampuon tersebut hanya dapat dikuasai dengan cara sekolah, ‘Sehingga baik guru, masyorakat dan pemerintah pun masuk dalam jerat kapitalis ‘hingga akhirnya takut menatap masa depan Ketika tak membawa bekal emampuon yang layak Dan gums pun Kini tokut tak dapat membekali siswa ‘mereka dengan kemampuan yang cukup lronisnya ketika tujuan ustama bersekolah adalah mendapatkan Kerja, maka dunia kerja pun mematok harga yang sangat mahal, yakni dengan berbeks! ijasah ‘anda tulus sekotah, Kontan saja segats cara ditakukan agar seseorang dgpatlulus ‘yan meskipun penguasaan Kompetensi yang semestinya diperlukan i dunia kerja diabuikan. Kebijakan pemeriniah untuk mengembalikon kewenangan kkelulasan sisva pada dewan guru pun masih menjacli problematika tersendiri bagi ‘guru yang ingin siswanya meraih masa depan terbaik, Permasalahannyo timbul ketika berianya budaya pendidikan seperti apaksh yang menycbabkan permasalahon ini terjadi? ‘Atas dasar masalah tersebut, penctiti merase tertarik untuk mengkaji bagaimana kisah laskar pelangi yang telah dikonstruksi menjadi sebuah karya film berupays menyajikan representasi budaya pendidikan khususnya budaya pendidikan kecerdasan, budaya pendidikan agama dan budaya pendidikan kkesejahteraan Keluarga Indonesia Khususnya di daerah Beli ng yang. menjedi setting vtama fie i Sehingga nentinya akan dapat dijadikan pembelajaran budaya dalam bentuk cnitural studies berupa stuéi badaya deni membongkar ideologi yang mungkin tersembunyi alau sengaja disembunyikan dalam budaya yang terdapat pada Film Laskar Pelangi (Andianto dan Q-Aness, 2007: 178) 12 Identifikasi Masatan Berdasarkan masslah di atas maka peneliti merine! permasalahan yang akan ditelti sebagai belt: |. Bugaimana representasi budayapendidikan Kecerdasan yang dligambarkan datam film Laskar Pelangi? 2. Ragaimana representasi budaya pendidikan agama yang, digembarkan ‘alam film Laskar Pelangi? Bagaimans representasi budaya pendidikan kesejahteraan keluarga yang dligambarkan dalam film Laskar Petangi? 1.3 Perumasan Masalah Berdasarkan identifikasimasalah i ates dan untuk memudahkan pembshasan selanjuinya, maka pencliti merumuskan mesalah sebagai beri “Bagaimana Representasi Budaya Pendidikan dalam Film Laskar Pelangi?” 14 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah di tas, maka diketahuilah tujunn- tujuan dari ponetitian yang dilakuikan ini, yaitw : 1. Untuk mengetahui represeniasi budaya pendidikan kecerdasan yang digamborkan dalam film Laskar Pelangi 2. Untuk mengetshui representasi budaya pendidikan agama yang ddigamborkan dalam film Laskar Pelangi 3. Untuk mengetahui representasi budaya pendidikan kesejahteraan keluarga yang digambarkan dalam film Laskar Pelangi LS Kegunaan Penelitian LS.L_ Aspek Teoritis Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu kornunikast, terutama pada kajian media massa Khususaya kajian cfturad siudies yang mencoba mengkajt representasi budaya pendidikan dalant film Laskar Pelangi. Aspek Praktis Penelitian ini dibarapkan dapat memberikan informasi mengenai representasi budaya pendidikan pada kehidupan masyarakat yang digambarkan dalary film Laskar Pelangi. Dengan kata lain, penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelay mengenai representasi budaya pendidikan dalam suatu kajian media massa khususnya film melalui pondckaten cultural studies (studi budaya) Solain itu, dari hosil penelitian ini juga diharmpkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pemerintah hususnya dinas pendidikan dan ebudayaan dalam melihat tealitas budaya pondicikan yang ada i Indonesia, Schinggs nantinya akan dapat dijedikan dasor untuk menentukan langkah selanjutnya demi memajukan dunia pendidikan Indonesia, Dalam penclitian int diharapkan pula dapat menjadi baban masukan bagi sineas muda untuk terus berkreasi dan menemukan inovasi-inovasi terbaru dalam pembuatan film yang berkualitas serta dapat menjadi pijakan untuk penelitian sejenis pada masa yang akan datang, 24 BABI ‘TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Teori 24 Komunikasi Massa Menurut Bittner Mass Communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people, Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah bosar orang (Bittner dalam Ardianto dan Kemala, 2005: 3), Definisi Komunikasi massa yang febi rinci dikemukakan ofch abl Komunikasi yang lain, yaitu Gerbner, Gerbner dalam Ardianto dan Komala (2005:3-4), mengatakan batwa “Mass comnunication is the technologically and instinutionaity bused produetion and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies.” (Komunikasi massa adalah produksi dan distibusi yang berlandaskan teknologi dan Jembaga dari arus pesan yang berkclanjutan serta paling lues dimiliki orang dalam masyaakat industri), Dari definisi Gerbner tergambar bahwa kemanikasi massa menghasiikan suatu produk yang disebarkan, didistribusikan kepada Italayak Iuas secara terus menerus dalam jarak waktw yang fetap. Proses tersebut dilakukan oleh lembaga dan dengan menggunakan_ teknologi tertentu, Joseph a Devito dalam buku Communicotogy: An turoduetion t The Study of Communication, menemukakan definisi komuntkasi massa dengan lebib tegas, ya: Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang dityjukan pada massa, kepade khalayak yang Iuer biasa banyaknya, Ini tidak berarti hohwa khalayak meliputi seturuh pendadak atau semua orang yeng membaca atau semua orang yang menonton televise, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada ‘urmmnya agok sukar untuk didefinisikan, Keduua, Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan stau visual, Komunikasi rmassa_barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didofinisikan-menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, aja, film, buku dan pita (Devito datam ftendy, 1984:21) ‘Sehingga komunikasi mass adalah salah satu bentuk komunikasi yang dlityjukan kepada Khalayak yang luas, terscbar, heterogen, dan anonim melalui media massa (cetak atau elektronik) sehinggn pesan yang. sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat dalam Ardianto dan Komala 2004:7). Dari pengertian tersebul, maka sejumiah karakteristik omunikasi massa (Elvinaro dan Komala 2004: 7), yan a, Konunikatornya terlenibagakan, karene komunikesi massa melibatkan Jembaga dan komunikatomya bergerak dalam organisesi yang kompleks, b. Pesannya bersifat wmuns, komunikasi massa bersifat terbuka yang dlitujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, Hingga pesannys pun bersifat umum yang berupa fakia, peristiwa atau opini. & Komunikannya anonim dan heterogen, dalam komunikasi massa Komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim), karena Komunikasinya melaui media massa dan tidak tatap muka. Komunikasinya hterogen Karena terdiri dari betbagai lapisan masyarakat yang berbeda dan dapat diketompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang bbudaya, agama dan tingkat ekonomi. 1d. Monimbutkan keserempakan, kornunikasi massa. memiliki Kelebihan dalam fal jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang relatit banyak Gan tidak terbatas, “Keserempakan media massa yakni eserempakan Kontak dengan sejurmlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut, satu sama lain dalam keadaat terpisah, & Konunikasinya mengutamakan isi hetimbaing hubungan, pesan haus disusun sedemikion rupa berdasarkan sistem terientu dan disesuikan dengan karakieristik media massa yang digunakan. J Sifaua satu arah, Komunikasi masse tidak niclakukan Kontak Jangsung aniara kemunikator dengan komunikannya, Komunikasi ini teriadi melaui media massa, komunikator aktif menyampoikan pesan don Komunikan aktif menerima pesan. Namun tidak keduanya tidak mampu melakukan feed back dalam proses komunikasinya, sohingga ikatakan bersifat satu arah & Stimulasi lat indera “ierbaras’, komunikasi massa _terbatas penggunaanaya sesuai dengan media massa yang diguaakan Komunikan. Seperti media cet, radio, televisi tau babkan film yang rmasing-masing memilikistimulasi inde manusia yong. sifataya terbatas, A. Unpen daiikaya tertndo. Komunikasi massa melalui media massa tidak mampa menjalankan funy impan balik, karena sifatnya yang satu ara SSelanjurnya, para pakar mengemukakan sejumlah fungsi komunikast massa, Kendati dalam sejumiah fungsi tersebut terdapst persamaan dan perbeciaan, Menurut Karlinah, dkk (1999) dalam Ardianto dan Komata (2004:19), fangsi konmunikasi secara umur yaite 4 Fungsi Informasi, media massa adalah penyebar_informasi_ bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Rerhagai informasi yang dibutubkan ‘khaloyak sesuai dengan kepentingan Khalaysk yang selalu merasa haus akan informasi atas segala sesuatu yang tejadi disekitarya, |}. Fungst pendididan, media massa mampu menyajikan hel-hal yang betsifat mendidik dengan pengsjaran nila, ctika sertaaturan-aturan yang berlaisu kepada khalayak. 6 Fungsi mempengardhi, media massa mampu mempengaruhi khalayak sesuai dengan apa yang diinginkan media. Socara implisitterdapat dalam tojuleditorial, features, iM, artikel, dan sebagainya, 4. Fungsi proses pengembangan mental, media massa rsampu menambah ‘wavasan khalayak schingga intelektuaitas khalayak akan berkembang. $erbagai pemberitaan mengenai peristiwa yang disampaikan media juga makin menambah pengelaman dan keiergantungan khalayak dalam pengembangan mentainya. . Fungsi Adgptasi Lingkungan, proses penyampsian pesan dari omunikator kepada Komunikan memertukan penyestiaian agar tetap tercipta tujuan komunikasi berapa kesamaan makna diantara pelaku komunikasi f Fungst Memaniputasi Cingongan, komunikasi massa merupakan alat Konto wtama den pengaturan tingkungan Adapun funigsi Komunikasi massa secara khusus menurut DeVito dalam Ardianto dan Kemala (2004:23), yakni untuk meyakinkan khalayok, rmenganygrahkan status sehinggs prestise meningkat, membius, meneiptakan rasa kebersatuan, privatisasi (kecenderungan penariken diri) serta hubungan parasosial 2.1.2 Film sebagai Komunikasi Massa Gambar bergerek (film) adalah bentuk dominan dari komunikesi ‘massa visual, Lobi dari rotusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya (Ages, tall dalam Ardianto dan Komala, 2004:134). ‘Sedangkan menurut Peraturan Pemerintsh Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1994 Pasal | ayat 2 tentang Definisi Film. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi. Film direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan‘atau tbahan hasil penemusn feknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuron melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara yang ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronike atau lainnya, Film juga sebagai salah satu bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk: menyampaikan pesan dari cerita yang ditayangkan. Unsur rinsik dan eksterinsik dari filmlsh yang _mampu menarik pechatian Ikhatayak untuk menonton film tersebut. ‘Sepert halaya tetevisi siaran, tujuan khalayek menonion film terutama adalah untuk memperoleh hiburan, Akan tetapi dalam film dapat pula terkandung fungsiinformatif maupun edukati, babkan persuastf Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional digunakan sebagai media cdukasi untuk pembinaan gencrasi muda dalam rangka nation and character building (Effendy dalam Ardianto dan Komala, 2004136) Berbagai fungsi tormasuk fimgsi edukatif dapat tercipta apabila. film nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan schari-hori secara berimbang. Berdasorkan pengertion dan fungsi dari film, maka sejumlah faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film menurut Ardianto dan Komala (2004:136), yaitu: a. Layar yang tuas atau tebar, layar jenis ini memberikan keteluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan film. Bahkan dengan kemajuan telnologi, layar film sudah ada yang tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian ayata (rou!) dan menimbulkan kesan tidak berjarak b. Pengambilan gambar, shot dalam film bioskop memungkinkan dari Jarak jaub atau exreme long shoot dan paranomie shor, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh, Schingga terkesan artstik dalam suasana yang sesungguhnya dan menjadikan film makin menarik © Konventrast penuh, peneipiaan swasana mutai dari ditucupnya pintu-pint hingga lampu yang dimatikan menimbulkan kesan bahwa penonton terbebas dari hinuk pikuk suata di luar (hiasanya kedap Suara) dan pada akhimya penonton dapat berkonsentrasi pemul Seat menonton fil. dd. entifikasi Psikologis, suasana di bioskop membuet fikiran dan perasaan Khalayak Jarut dalam cerita yang disajikan, Karena penghayatan yang amet mendalam, secara tidak sedar sescorang mengidentifikasikan dirt sebagai salah Satu pemeran dalam film tersebut. Scbagai scorang komunikator, penting untuk mengetahui jenis-jenis film agar dapat memenfaatkan film terscbut sesuai dengan karateristiknya. Adopun pengelompokkan film menurat Ardianto dan Komala (2004:138), antara lain: a.Film Corita, jenis film yang megandung suatu cerita yang lazim ipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan didisiribusikan sebagai barang dogangan. b. Film Berita, film mengenai fakta, pristine yang benar-benar terjadi, ‘etdapat nilsi berita yang penting dan menarik bagi khalayak ¢. Film Dokumenter, karya cipisan mengenai kenyataan, hasil intrepretasi pembuatnya mengenai kenyatsan dari flm tersebut d. Film Kartun, fm animasi yang segmentasi utamanya adalah anak-anake Namun semua kalangan juga menyukainya dikarenakan sisi kelucuan 2 biasanya tak lepas hadir dalam tiap tayangannya, 2.4.3 Budaya dan Pendidikan Buda auw kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddiavah, yang merupskan bentuk jamak dari buddéi (bud atau akal) dliartkan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, Dalam bahasa Ingeris, kebudaysan discbut culture, yang beresal dati kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagei_ mengolah tanah atau bertani, Kata culture juga kadang diterjomahkan sebagai "kultur atau budaya” dalam bahasa Indonesia (swwid. wikipedia.org), Budaya berkensan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut melalui budayanya (Sihabudin, 2007:15), Definisi lainnya, ialah: “Budaya merupakan tatananpengetahuan, —pengalaman, )-makna, hirarki, agama, waktu, peranan, bubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan Bela Seokh wdlor teee omg der peel ke gencrasi melalui suatu usaha individu dan usaha kelompok” (Mulyana dan Rakhimat, 1990:18), ‘Sedangkan menurut ilmu antropologi, kebudayzan adalah keseluruhan, sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milk disi-manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1979:1 80). Kebudaynan juga disebut peradaban, yang meliputi pemabarnan perasaan suatw bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercaysan, seni, moral, hukum, adatistiadat (Kebissaan) dan pembawaan lainnya yang diperoteh dari anggota masyarakat (Taylor dalam Sulaeman, 200019) Buchya dapat menarpakkan ditt daam pots-pola bahasa dan dalarn berbagai Kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai mode! bagi tindakan penyeswaian dist dan gaya Komunikasi yang memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masyerakut ci lingkungan dan dalam waktu tertentu, Demikianlsh budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, kersa dan rasa sedangkan kebudayaan adalah hasil dori cipta, karsa dan rasa terscbut (Kocntjaraningvat, 1979:181). 4 Honigman dalam karyanya The World Of Man (1959), kebudayaan rmomiliki tiga wujud, yakni ideas (gagasan,nilai dan peraturan), activities (indakan berpola dari manusia dalam masyarakat), dan artifais (bendo- bbenda hail karya manusia) Woujud pertama merupakan wujud ideal dari kebudayaan sebagai hasil sistem budaya yang bersifat abstrak. Wujud kedus dapat dikatakan sebogat sistem sosial berupe aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan dan bergaul. Dan wujud Ketiga disebut pula kebudayaan fsik: berupa seluruh total dari hasil fisik, aktivitas, perbuatan dan karya yang bersifat paling Konkret (Honigman dalam Keentjaraningrat, 1979:186-188). Is Kluekhohn dalam Karangannya Universal Categories of Culture, ‘mengungkapkan bahwa kebudayaan memiliki tujuh unsur universal, yaina bbahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, mata pencarian, sistem religi dan kesenian. Tiap. fap unsur Kebudaysan universal menjelma dalam Ketiga wajud kebudayaan berupa stem badaya, sistem sosial dan unsur-unsur kebudayaan Aisik (Kluekhobn dalam Koenjaraningrat, 1979203) Sclanjuinya berkenaan dengan pendidikan, John Dewey dalam Yusut cae 24) memformulasitan pengertian pendidikan sebagai herikut: ued process of experiencing of revising or ng experiences. He interprets education as follows: Since ue growh, a living eveanure lives as wally and positively at one stage as at another, wih the same tasiriasic fullness and the same ‘absolut clain Hance edtucaiian means the enterprice of supling the ‘conditions which tasure growth, ar edudancy: of Ife prespective of age. Tho process of edueation isa continues process of adjustmonl, having as its aim at every stage a added eapacity growth.” (Pendidiken adalzh sua proses: pengalamsn yang. temus-menerus, fermasuk perbaikan dan penyusiman Kembali pengitaman. Karena Kehidupan itu adalah merupakan pula proses pertumbuhaa, male Pendidikan membanlu pertumbukan atau kehidupan yang tepat taps Gibatasi oleh usio. roses pendidikan im adalah statu proses [Penyesuaian ferus-menervs, paca setiap fase yong menambah kecakapan di dalam pertumbuhan sescorong, Pendidikan juga berarti sogala useha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kke ara kedewasaan (Purwanto: 3), Definisi lainnya dari pendidiikan ialah suatu usaha yang sadar, teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang- orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan wbiar sesuni dengan cita-cita pendidikan (indrakusuma, 1973:27), Adapun tujuan unum dati pendidikan yakni membawa anak kepada Kedewasaannya, yang berarti ia -harus dapat menentukan senciri dan bertangzung jawab sendiri (Purwanto:19). Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantoro, tujuan pendiikan ialah agar anak, sebagai manusia (individu) dan. sebagai anggota-masyarakat (manusia sosial), dapat _menceps ‘esclamatan dan kebshaginan setinggi-tingginya (Indrakusuma, 1973:70), Dalam bahasan pendiikan terdapat sejumiah aspek yaw aypek pendidikan budi pekerti atau pendidikan akhlak, pendidikan kecerdasan, pendicikan sosial, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan estetika, pendidikan jasima pendidikan agama serta pendidikan kesejehteraan eluarga (Indrakusuma, 1979:52). Pendidikan kecerdasan sendisi menurut Howard Gardner, scorang abli psokologi, dalam karyanya “Frames of Mind”, mencakup tujuh kecerdasan, yokni kecerdasan linguistik, Kecerdasan musikal, Keeerdasan logis- imatematis, Kecerdasan spesial, kecerdasan tubub-kinestetik, keverdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal (www. beranda.blogsome.com), Solain itu, terdapat kesatuan dalam pembinaan kepribadian anak di rumah, pembinaan di sekolsh maupan pembinoan dalam masyarakat, yakni pendidikan formal, pendidikan informal, pendicikan nonformal dan pendidikan insidental (Yusuf, 1982:61}), 20 uttural Studies Culwural studies erasal dart Cenire for Contemporary Culuiral Smudies (COCS) di Universitas Birmingham, Awl kemunculannya didasari teh beberapa arya tlis Richard Hoggan, Raymond Williams, EP ‘Thompson, dan Stuart Hall stitah cultural sindies pertara kali dipopulerkan oleh Swart Hall, professor sosiologi di Open University, Milton Keynes, Inggris. Hall sengkritik para ilmiuan Komunikasi yang mienggunakan pendekatan empitis, vantivtif dan cendevung tiny melihat hubungan kausalitas data praktek omunikas! massa Tujuan Mall adalah memberdayakan dan memberikan kekuatan pada imasyarakat yang termajinalkan atau terpinggirkan terutama dalam ranah omunikasi massa, Hall yakin bahwa fungsi media massa pada dasarnya adalah untuk menjoga kelanggengan kekuasaan yang dominen, Media penyiaran maupun media cetak hanya dimiliki oleh sckelompok orang. “Media juga dianggap mengoksploitasi pihok-pihak yang miskin dan lemah Hall mengklaim bahwa banyak penelitian Komunikasi gage! untuk mengungkap pertarungan Kekuasaan dial pratek media massa ‘Menurutnya adalah Kesalahan jika memisahkan komunikesi dari disiplin ‘imum Isinnya, Jka hal tersebult dilakukan make kita telah memisahkan pesan komunikasi dengan ranah budaya di mana sehiarusnya mereka berada. Oleh Karena ita, karya Hall lebih disebut sebagai Cultural Studies daripada ‘Media Studies. (Hall dalam Griftin, 2003), 2 Cultural studies merupakan studi budaya demi membongkar ideologi yang mungkin tersembunyi atau sengaja disembunyikan dalam budaya (Ardianto dan Q-Ances, 2007:178), Media dianggap sebagai alat yang kust dati ideologi yang dominan, media juga memiliki potensi untuk membangkitkan Kesadaranmasyarakat tentang masalah-masalah Kelas, Kekwaszan dan dominasi. Pata titik inilah eudeurel studies terkait: dengan Studi Komunikasi massa, walaupun studi budaya tidak sama dengan studi media, Terjemahan bebas dari euléural studies adalah kajian atau studi tentang budaya, tapi herbeda dengan pemataman badaya dalam antropologi Badaya dalam Cultural studies adalah kescturukan cara hidup. Kebudayaan sekaligus meliputi seni, nila, noma-norma dan benda-benda simbotik dalam kehidupan schari-hari, la harus dimengerti dalam totalitas relasi-elasi sosial (Ardianto dan Q-Ances, 2007:179), Kebudayaan harus dimengerti dalam representasi dan praktok schari-hari. Jaditoori kebusdayaan ‘merupakan stual tenteng relasi antarelemen dalam hicup sosial. Adopun definisi Cultural Studies menurut Stuart Hall dalam Chris Barker (2000:6), yaknis “Culture studies is a discursive formation, that is, “a eluster (or formation) of ideas. tage and practices, which provide ways of talking about, forms of knowledge and conduct associated wuth, 44 particular topic, social activity or institutional site in society Culture studies is constituted by a regulated way of speaking ‘about objects (which brings into view) and around key concepts ideas and concern. Further, Culture studies had @ moment at which i named it self even thowgh that naming marks only a cut ‘or snapshoot of an ever-evolving intelleesual project (Cultural studies merapakan pembentukan wacana, yait “kluster (atau bangunan) gagasan-gagasan,eitra-citra dan praktik-praktik, yang menyediakan cara-cara untuk membicarakan topic, aktivitas sosial tertentu alu arena institusional dalam rasyarskat. Cara-cara tersebut dapat berbentuk pengetahuan dan tindakan yang terkait dengannys', Cuinural studies dibangun oleh suatu cara berbicara yang. tertata. porihal objck-objck (yang iawanya sebagai permasalahan) dan yang berkumpul di sekitar Konsep-konsep kunci, gagasan-gagasan dan _pokok-pokok pethatian, Selain ity, studi budayn memiliki suatu momen ketiiea dia menamsi dirinya sendiri, meskipan penaraan itu hanya menandai penggalan atau kiasan dari suntu proyek intelekal ‘yang terus berubah). Bagi Barker, representasi merupukan inti ulama dalam Cultural studies, Represents! adalah bagaimana dunia ini dikenstruksiken dan diepresentasitan secara sosil kepada dan oleh kita (Backer: 20008). ‘Menurut Baran dan Davis (2000218), Cultura sulioe berfokus pada bgeimana individa membangun pengertian mereka tentang dunia sesal, Aajan ini sanget memperanyakan pertanyaan peating tentang peran media serca menghargai kemampuan konsumsi kayak. Disisi lain, uly studies hanya mempunyai sedikit Kekuatan untuk menjelaskan pada level macroseople, terlalu berfokus seeara sempit pada individu dibandingkan dengan dampak pada mesyarakat. Kajian ini secara tipikal kekurangan pembuktian arena hanya sebatasberasarkan pengamatan subjekti? dan Ketika ditakukan pembuktian ilmiah, seringkali ‘menerapkan metode riset non tradisional Namun begitu, sasaran cultural studies adalah mengekspose bagaimana ideologi dari kelompok-kelompok dominan dipertahankan dan bagaimana idcologi itu bisa ditentang. Schingga cultural siwdies memperluas wilayah kajian Komunikcasi ke eral kajian yang membongkar tidak hanya mendeskripsikan muatan media. 2B 21S Teo ‘Semiotika Roland Barthes Semiotik adalah itm yang mengkaji tanda dalam kehidupan rmanusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang hamis kita heri makns (Hoed, 20083), Secara epistemologis, semioit berasal dari kata ‘Yunani semeion ‘yang berait tanda, Tanda itu didefinisikan sebagai sesuat yang otas dasa konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili ssesuatu yang fain, Atau dengan kata lain tanda adalah representasi cbjek (Endraswara, 2003:64), Secara terminologis, semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan Iwas objek-objck, peristiwa-peristina, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco dalam Sobur, 2001: 95). Roland Barthes dilahirkan pada tahun 191S dan meninggal pada tahun 1980, Barthes mempelajeri kesusastraan Proncis dan Klasik i Universitas Paris, Dia mengajar bahase Francis pada beberapa universitas cdi Rumania dan Mesir sebelum bergobung dengan Centre National de la Recherche Sciemifique, mengebéikan disinya dalam penelitian-penelitian di bidang sosiologi dan leksikologi, Dia pemah pula menjadi Directeur a’Btudes pada seksi VI di Beole Practique de Hawes Eiudes dan memberikan sebuah kuliah tentang sosiologi tanda, simbol dan representasi kolektif seria kritik semiotik (Budiman, 1999:11), ‘Teori semiotik Barthes diturunkan dari teori bahasa menurut de Saussure, Menurut Saussure, semiologi atau semiotika merupakan sebuah 24 imu yang mengkaji Kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat ‘Tujuannya menunjukkan bagaimana terbentuknya tanda-tanda berserta kaidah-keidah yang mengoturnya (Saussure dalam Sobur, 2003:12). Soussure mengemukakan empat konsep teoritis, yakni Konsep fangue (ahasa) — parofe (praktik berbahasa), signifians (penanda) — signifie (petanda), simagmanik (sustunan yang bersifat linear) — paradigmatik (Chubungan antar tnda), dan stadron# (gejala bahasa dipandang pada kuran wakiu terientu) - diakvoni (geiala bahasa dipandang dari segi proses perkembangannya) (Saussure datam Hoed, 20089), Barthes mengembangkan model dikotomis penanda-penanda menjadi lebih dinamis. Barthes mengembangkan dua konsep, yang periama konsep —hubungan —sintagneatit-paradigmatik, Barthes mengembangkannya dengan berbicara mengenai sinfagme dan sistent sebagai dasar untuk menganalisis gejala kebudayean sebagai tanada, Sintagme adalah suatu susunan yang didasari olch hubungen sintagmatik. Roland Barthes hdir sebagai tokoh Past-Sirukturalis dalam ilrmu somiotik dimana ia menjelaskan konsep kedua dengan sistem ponanda (signifier) dan sistem petanda (signified) yang menjelaskan makna senotasi dan konotosi (Piliang, 2003:184) Dalam Kehidupan sosial budaya, pemaksi tanda tidak hanya memaknainya sebagai denotasi (makna yong dikenal secara umum) yang ‘oleh Barthes disebut sebagai sistem pertama, ‘Tetapi juga terjadi Pengembangan makaa yang disebut konotasi (sistem Kkedua), Konotasi 25 adalah mskna baru yang diberikan oleh pemakai tanda sesuai dengan keinginan, latar belakang pengetahuan atau konvensi baru yang ada dalam mmasyarakatnya, Dengan kata lain, Konotasi digunakan untuk menjelaskan bagaimana gejala budayamemperoleh makna khusus dari anggota mmasyarakat, Bila konotasi_ menjadi tetap dalam masyarakat- maka menjadi mitos, sedangkan bila mites sudah menjadi mantap, maka ia menjadi feologi (Barthes dalam Hoes, 200817), Dalam visual semiotik yang diungkapkan Barthes digunakan teknik amalisa Yayering’ yaitu yang pertama adalah Layer Denotasi (Tahap primer, analisa permukaan) dan yang kedua adalah Layer Konotasi (Tahap ssckunder, analisa makna) Anatisa Semiotika Barthes, dijabarkan dengan: a. The first layer (denmotative meanings) What or who és being depicted here (apa dan siapa yang digambarkan disini), seperti kategorisasi, Kelompok (grup) dengan individu, jarak dan lingkungan text bb. The second layer (comotative meanings) What ideas and values are expressed through what és represented, and through the way in which it is represented (bagaimana ide dan nilat diekspresikan melalui apa yang digambarkan dan auelalui jalan yang ddigambarkan), berupa bahasan tentang, konsep yang lebih luas, seperti mite ideotogi dan budaya. Bagan 1 Peta Tanda Roland Barthes Signifier | Sigaified (penanda) (petanda) Denatative sign (tanda denotatif) CONNOTATIVE SIGNIFIER CONNOTATIF SIGNIFIED (PENANDA KONOTATIF) — (PETANDA KONOTATIF) TAL CONNOTAT IGN (TANDA KON ‘Sumber: Paul Cobley dan Lizta Jansz dalam Sobur (2003-69), Inirodueing Semiotics. Dari peta tanda tersebut, terlihat bahwa tanda denotatif menggambarkan relasi antara penanda dan petanda, Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda Konotatif; Jadi, tanda Konotatif tidak hanya sekedar memiliki makna tambshan namun juga ‘mengandung kedua bagian tanda dnotatif yang molandasi keberadannya. Barthes memibuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makaa dari tanda-fanda, Fokus perhation Barthes lebih tertuju pada gagasan tentang signifikansi dua tahop (1wa order signification) seperti telibat pada bagan 2: Bagan 2 Sistem analisa bertingkat Barthes ‘Tahap Pertama ‘Tahap Kedua Realiss ———> Tands, ————+ Bodaya Bein —> Kona Desotisi > Pensnda [: Peanda li ——+ Kdealogi! Mites! Budaya Dua taranan pertandaan Barthes. Pada tatanan kedua, sistem tancla dari tatanan pertama disisipkan ke dalam sistem nilai budaya. (Fiske, 2007:122) 7 ‘Signifikast wahap pertama merupakan hubungon antara signifier dan signified i dalam sebuah tanda terhadap realias ekstemal, Disebut juga dengan denotasi, makns paling ayata dati tanda, Konotasi menunjukkan signifixasi tahap kedus, Konovasi menggambarkon interaksi yang terjadi Ketika tanda bertemn dengan perasaan atau emosi penggunanya seta nilai- nila) dari Kebudayaannya (Fiske, 2007:118) Selanjuinya, pada signifikasi tahap Kedua yang berhubungan dengan isi, anda bekerja melalui mitos (nya), Mitas adalah bagaimana kebudayaan imenjeleskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejata alam. Mitos merupakan produk Kelas sosial yang sual mempunyai satu dominasi. Mitos juga berarti cerita yang digunakan suatu Kebudayaan untuk ‘menjelaskan atau memahami aspek dari realitas atau alam i, manusia dan dewa, bails dan Mitos primitif mengenai hidup dan m buruk. Sedangkan mitos masa Kini misalnya mengenai ferininitas, maskulinites, ilmu pengctahuan dan kesaksesan Bagi Barthes, mitos merupakan cara berfikir dari suntu kebudayaan fontang sesuatu, cara untuk mengkonseptualisasikan atau memahami sesuat, Mitos juga merupakan mata rantai dari konsep-Konsep terkait (Barthes dalam Fiske, 2007:121), Barthes menempatican ideologi dan mitos, karena baik di dalam mitos ‘maupun ideoiogi, hubungan antara penanda Konotatif dan petanda Konotati terjadi secara termotivasi. Ideologi ada selama kebudayaan ada, dan itulah 22 28 sebabnya Konotasi dibicarakan sebagai suatu ekspresi budaya (Barthes dalam Sobur, 2003:71), Kebudayaan mewujudkan dirinya di dalam teks-teks dan ideologi pun mewujudkan dirinya mefalui berbagai Kode yang masuk pada teks dats bentuk penanda penting seperti tokob, tatar, sudut pandang dan tain-tain, Kerangka Pemikiran 2.2.1 Film dan Representasi Realitas Alas dasar pemikiran behwa film metupakan salah satu media komu asi massa paling poluler selain televisi, Film menjadi berbeda Dentuknya dengan media audio-visual lainnya seperti televisi karen film yang mampu membentuk (mungkin juge dibentuk) identies film itu send, ‘Sama artinya dengan menonton film berseda dengan menonton felevisi, Karena pembuatan film adaleh upaya para sineas menyajikan reprosentasi atau realitas ke dalam bentuk sinematografi Menurut Berger dan Luckamn dalam Pradana (2006) pada karyanya The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociology of Kuowledge, di dalomaya digambarkan tentang proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu seeara intens menciptakan satu realita yang dimiliki dan dialami secara subjektif. Berger dan Luckman ‘memisahkan pemahaman "kenyataan" dan pengetahuan, Realitas sosial diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas yang diakui tan dimiliki keberadaannya (being) yang tidak tergantung terhadap Kehendak kita sendiri, Sedangkan pengetauan didefinisikan sebugui Kepastian batvwa reatias-realitas tersebut nyata (rea/) dan memiliki Karakter yang spesifk, Reatitas sosia!dikonsiruksikan metal proses ckstermalisas, objektivasi dan interalisas 4. Fkstemalisasi merupakan usaha pencurahan dan ekspresi ditt manusia ke jk. Proses ini dalam dunia, bak dalam kegiatan mental maupun fis merupakan bentuk ekspresi ditt untuk menguatkant eksistensi individu alam masyarnkat, Pada tahap ini, masyarakat ditihat sebagai produk buatan manusia, b. Objektivasi merupakan basil yang telah dicapai, baik mental maupan fisik dari kegiatan eksctemalisasi: manusia tersebut. Pada. tahap ini maxyarakat dilihat sebagai realitas objektif. ©. Internalisasi merupakan peaycrapan Kembali dunia objektif ke dalam kkesadaran sedemikian rupa schingge subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial, Dimana manusia menjadi hasil dari masyarakat, Ekstcmalisasi, obektivasi dan internalisasi, ketiganya merupakan dialektis dalam proses reproduksi ralitas sosial. Tiap manusia adalah agen sosial yang mengeksternalisasikan realitas sosial. Hasil dari ekstemalisasi tersebut_membentuk objektivasi pada ‘masyarakat, Dan pada akhimya ekstemalisasi dan objektivasi tersebut dalam suatu individu sebagai produk sosial menjadi pengetahuan dan identitas sosial sesuai dengan peran institusional yang terbentuk dan yang diperankan, Representasi_sendiri merupakan proses sosial dan produk dari representing, Representasi menunjuk baik pada peoses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda representasi juga berarti proses perubahan konsep ‘deotogi yang abstrak dalam bentuk konikrit Representasi juga berarti Konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedis: dialog, tlisan, video, film, fotografi, dsb. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna ‘melalui bahasa Juliastuti dalam Newsletter Kunci, 2000) Menurut Stuart Hall representasi adalah salah satu praktek pening yang memproxuksi Kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat lus, kebucayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi? Seseorang dikatakan berasal dari Kebudayaan yong sama jika manusia-manusia yang ada disitu menibagi pengslaman yang sama, membagi kode-kode cbudayaan yang sama, berbicara dalam "bahasa’ yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama (Hall dalam Newsletter Kunci, 2000), Salah satu fiangsi Komunikasi yakni sebagai warisan budaye antar gencrasi.. Maka film sebagai salah sotu wadoh komunikasi massa juza berfungsi scbagai transmisi budaya pada masyarakat. Film dipshami sebagai reprosentasi cealitasbudaya masyarakat. Sebab film digunakan sebogsi erminan atau gambaran yang memperlihatkan bagaimana suaiu budaya bbekerja dan hidup dalam suatu masyarakat. Schingga film dapat dikatakan sebagai media efektif dalam pembelajarain budaya oleh masyarakat. Karena melalui film kita belajar bbudaya yang berada dalam masyarakat. ul 2.2.2 Semiotika Film ‘Oey Hong Lee menyebutkan, film sebagai alat komunikasi massa yang Kedua muncul di dunia, mempunyai masse pertumbuhannya pada aki abad Ke-19, dengan kata lain pada wakm unsursunsur yang merintongi petkemangan surat kahar sudah lenyap (Lee dalam Sobur, 2003:126). In berarti bahwwa dari perrmutaan sejarahnya film dengan tebi mudah dapat menjadi alat komunikasi yang sejati, Karena tidak mengatar unsur= unsur teknik, politik, ekonomi, sosial dan demografi yang pada abad ke-18 dan ke-19 merintangi kemajuan surat kab Film merupakan bidang kajian yang sangat relevan bagi analisis struktural atau semiotika, Seperti dikemukakan oleh Yan Zoest, film dibongun dengan tanda semata-mata, Tanda-tanda ity termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik demi mencapai efek yang diarapkan (Zoest dalam Sobur, 2003:128). Hal terpenting dalam film adalah gambar don suara yakni kata yang diucapkan (ditambah souad effect) dan musik film. Sistem semiotika yang lebih penting dalam film odalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakri tanda-tonda yang mengambarkan sesuatu. Schingga dengan kata lain, semiotika film merupakan proses pemaknaan atas tand-tanda yang terdapat dalam film yang akan ditelit Adapun tanda-tanda tersebut dapat berupa tanda audio (suara, bahasa verbal, dialog tokoh, musik, sound effect) serta tanda visual (gambar, bahasa nonvetbal/gestureimimik wajah, serta latar, Slain itu, dalam film pun terdapat ata babasa yang lebih akrab, seperti pemotongan (cn), pemiearan gambar (:o0m-),pengecitan gambar (2oom-oui), memudar (fade, dan pelarutan (ssohw), Selanjunya ada gerakan dipercepat (speed up), gevakan lambat (slow moon), dan ef Khusus (special effect). Baha tersebut juga mencakup kode-kode representasi yang lebih halus, yang tercakup dati penggambaran visual dan linguist hingga simbol-simbol yang abstrik dan arbiter seta metafora Dari berbagai tanda dalam semiotika film, dikenal pula istifah mise da scene yang terkait dengan penempatan posisi dan pergerakan aktor pada set (blocking), serta sengaja dipersiapkan untuk menciptakan sebuah adegan scene) dan sinematografi yang berkaitan dengan penempatan kamera, Memunut Browell dan Thompson (1993:45), mise in scene berarti mencmpatkan sesuatu pada satu layer, Dengan kata lain, mise in scene merupakan segala sesuatu yang tampil dikamera baik set, property shooting, aktor, kostum dan pencahayaan. Mise én scene terdiri atas: a. Actor's Performance + Script merupakan sebuah naskah yang berisi semua kalimat yang diueapkan oleh pemain film © Movement merupakan ‘semua hal dan berbagai tindakan yang dilakukan oleh pemain film b. Sound ator belakang suara berupa suara pemain, lagu, sound effet, atau nat sound (Suara disekeliling pemain film). Suare yang dapat didengar B rmendampingi Visualisasi gambar pads layar, Adapun kategori suara menurut Denitto, yak «Spoken werd betupa perkatsan, komentar, dialog maypun monolog dari seorang pemain film. «Natura! sound berupa semua suara selain ueapan pemain film dan ‘musik yang berfungsi sebagai ilusi realitas dan simbolisasi keadaan, Music berupa instrumen atau yanyian yong berfungsi untuk ‘membantu transisi antar sequence, membentuk sussana latar tempat, rmembentuk kesan emosi pemain lebih hidup, untuk membentuk atmosfir, menambah kesan dramatis ataupun sekedar menyampaikan pesan non verbal &. Production Design Setting berupa lokasi pengambilan gambar «Property berupa segala peralatan atau barang yang mendukung pelaksanaan produksi film «Costume berupa segala pokaian yang dipakai oleh pemain film Sedangkan menurut Navatama (2004:73-78), ada tiga hol yang rmenentukan dalam penempatan kamera pada sinematografi, yakni: a. Camera angle merupakan posisi pembingkaian gambar dalam berhubungan dengan subjek yang ditampilkan, adapun sejumlai posisi kamera, yaitu © high angle, menempatkan posi kamera di atas atau lebih tinggi dari subjek untuk memberi kesan subjek lebih Keil, lomah dan tak berdaya # low engle, menempatkan posisi kamera di bawah subjck yang smenimbulkan efak kesan subjek lebih besar dan berwibawa, ¢ eve Level, menompatkan posisi Karaoca sejajar dengan mata subjok yang member kesan netral Jarak Kamera menentukan jauh dekatnya frame dari elemen-clemen ‘yang ditampilkan dalam sebuah shoot, adapun jenis-jenis shoot vaitu: + xtreme Long Shoot (ELS), menempatkan kamera sangat-sangat jauh dalam membuat pembingksian gambar, digunakan untuk imengambil komposisi gambar panorama atau pemandangan alam. + Fery Long Shoot (VLS), tata bahasa gambar yang panjang dengan menempatkan posisi kamera yang jauh dan luas namun lebih kecil dari BLS + Long Shoet (LS), pengambilan gambar manusia sebagai subjek dari kepala hingga kaki yang mengesankan keleluasaan susasana objek + Mediuns Long Shoot (MLS), pengambilan gambar manusia sebogai subjek yong memotong sampai lutut dengan suasana keseluruhan situasi yang masih telihat, + Medium Shoot (MS), pengambilan gambar manusia sebagai subjck hanya sebatas tongan binggn kepala agar ckspresi dan emosi subjok terlihat jelas, 35 + Medium Close Up (MCU) menempatkan shoot subjelesebats dada hingga kepala uote kepeuan pengambiln gambar profil, babasa tubuh don emo subjel yang menimbulkan hubungan kedekatan, + Close Up (CU), pengambilan gambar yang memnfokuskon pada lepala hingga Joher untuk memperoleh efek kesan ekspres, ceaksi dan emosi subj + Big Close Up (BCU), pengambilan gambar wajah dati dahi hingga dag untuk mengesankan Kedalaman pandengan mata, rast Naja dan emosi subjee + Extreme Close Up (ECU), pengumbilan shoor yang, memfbkuskan untuk memperihatkan bagian yang diperbesar tau deta c.Pergorakan Kamera + Pergerakan kamera seca horizontal (pan) dan vertikal i). + Porgerakan kamera yang mendekat mu menjoubi subjek atau babkan meng subjek (dol/oack) 22.3 Laskar Pelang Filly sebagai bontuk Komunikasi massa yang dikelola menjadi susta omoditi tent dari berbagai hal yang Kompleks. Di datammnya terdapat produser, sutadara, pain dan ssjumlah kesenian lain, seperti seni musik, seni tester, seni rupa, seni suara dan Iainnya Semus unsur tersebut ‘erkumpal menjadi aktor penyampai pesan (komunikator) dan. bertindak sesuai dengan fungsi film sebagai komonikasi massa yakni sebagai agen tansformasi budaya (Mediator, Vol.3, No.1, 2002). Transmisi budaya ini yang berupaya menyajikan suatu represeniasi dari reatitas ke dalam dunia sinematografi, Begitupun dengan Film laskar pelangi yang berupaya merepresentasikan realitas budaya pendidikan didalamnya. Film ini berupaya merepresentasikan Kehidupan sepuluh anak bolitong yang berjuang menggapai pendidikan meskipun diterpa keterbatasan serana dan prasarana Adapun pengertian budaya vakni daya dari budi berupa cipta, karsa ddan rasa (Soetaeman, 2000.22), Sedangkan kebudayaan merupakan basi dari budaya (Koentjaraningrat, 1979181). Budaya berkenaan dengan cara rmanusia hidup, Manusia belajar berfikir, merasa, mempercayai dan ‘mengusahakan apa yang patut melalui budayanya (Sihabudin, 2007:15). Sedangkan pendidikan merupakan proses _pemindahan maupun penyempumaan yang melibatkan dan mengikutsertakan bermacam-macam Komponen dalam rangka meneapai tujuan yang diharopken (Yusuf, 1982.21), Hingga bila keduanya digabungkan menjadi budeya pendidikan merupakan proses pemindahan daya dari budi berupa eipta, karsa dan rasa dari seorang pendidik pada soorang yang dididik. Dalam film ini terdapet dua tokoh inti selain kesepuluh anggota laskar pelangi, yakni Pak Marfan dan Ibu Muslimah yang berperan sebagai gura sekolah Muhamadiyeh yang berusaha memberikan pendidikan pada anak didiknya, Meskipan dilanda Keterbatasan, namun mereka tetap mengajar sesuai dengan aspekcaspek pendidikan seperti pendidikan Kecerdasan, pendidikan agama, seria pendidikan kesejahteraan keluarga, Dari realitas yang digambarkan pada film laskar pelangi, diterapkanlah sa hertingkat Bahes yang menghasikan rekonstraks! sejumlah tanda seperti audio, visual serta tanda fain, akbiraya dapat membentuk rakna konotasi pertama yakni herupa sejumiah representast pendkdiken Berikut adalah tae! yang menjelaskan penerapzn sistem anatisa beringkat barthes pada penelitian yang akan dilakukan: Bogan Penerapan Sistem Analisa Bertingkat Barthes pada Penelitian ~Tahap Takap Portama Kedua Realitas > Tanda ——> Buda enc Apa > Ferenc sap yng ersonl don eeSa he bie + Pembentitu sap Taba pods Tuan sl ir + Sue > Pembeaniin kan Sino ‘rac bik sees tin bunk + Dialog Jo renbentian ooh ‘emausin 5 ae ‘melakulean hal = Sou baieap Efect le Pelatihan das tenectn ‘Visual: Febiasoaa dalam usher tngha Ika Jag + ins Nor a cer endian (cemre) + Sint waa Hite: Si beme ingwistik Laskar pat Bene | penbeatieis maa + Gres Pelangi = Korda ii fo | tenbentian - sik! a remeron Kecendans pit |_ Pembentlan a8 “Tanda ais Alu ert Karakesr tehoh Tat babes fincas ase up. oe shoot long ‘hoot cm ln, soomont fade disove Teertaan inet ls Pembortakaa ecerdasan inuaperconal le Pembertakan ceria nlupersonat Pensithan Keseahieraan Relaarg ' Pembestukan Skip hidup sang sulce daa da, hhomat, cert, shat dan Sjahter darn ‘awa keluarsa ‘+ Pembertutan situ At ruts berpanispas engines etidupan Aetuarys 1 Porabentutan sik egal semandang hina dan senda teshadap pekerjaan mah ‘ange “sPenbenukaa esadirat shag agian Kelusrgs yang meri tnggungjawab © Bday Pendidikan ecentisen + Budase Pendidikan Pendidikan Kesejahteran Kelutga Sumber: ah peneliti dari Sistem Analisa Bertingkat Barthes (Sobur, 2001:127) Setelah penerapan sistem analisa Barthes tersebut dilakukan, Kemudian hasilaya kembali dianalisis hingga terungkap sejumiah ideologi, mites ataupun budeya yang tersembunyi pada tataran makna konotasi kedus, [Rerikut rabel yang menjelaskan kerangka berfikir penetitian: Bagan4 Kerangka Berfikir Penelitian [LM LANKAN PELANGE t SIGNIFIER (Penands) 1 SIGNIFIED Weanday q DENNOTATIVE SIGN J [Tanda Denotat) 1 KONNOTATIVESIGN | (Tanda Kanousi 1) DENNOTATIVE SIGN ? (Tanda Denousi 2) i KONNOTATIF SION 2 (Handa Kenewsst 2) Sumber: Diolah pensit dari Peta Tanda Roland Barthes (Sobur, 2003:69) Dari reality berupo film laskar pelongi skan ditemukan sejumlah signifier (penanda) dan signified (potenda) berupa mise in scone (32, propemi, aktor, kostum) dan sinemaingrafi (penempatan kamera) yang boentoknya terlat dari audio, visual sertasejumlah tanda lainnya, Kemuian imenghasitkan sebuch makna denotasi yang selanjutnya: merepresentasikan ‘maka konotasi pertama berupa representssi pendidiiean dan makna konoasi pertam itu menjadi makna denotasi kedua yang merepresentasikan makna Konoiesi kedua berupa budaya yang tersembunyi pada film laskar plang 40 BABI METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penetitian Penelitian ini merupakan penelitian studi budaya (Cuitural Snudies), yang benipaya membongkar ideologi yang mungkin tersembunyi atau sengaja disembanyikan dalam bucaya (Ardianto dan Q-Anees, 20075178). Cultural studies memperluas kajian komunikasi ke anh kajian yang_membongkar (merekonsiruksi) tidak hanya mendeskripsikan mustan media Pendckatan yang di gunakan adalah riset kualitatif. Riset kualitatif adalah Fiset yang data-datanya berupa satement-statement atau pemyataan-pemyataan ddan berasal dari pendckatan interpretif (subjektif) (Kriyantono, 2006: 52) Metode ini bertujuan uniuk menjeleskan fenomena melalui pengumpulan data sedalam-dalamaya sorta tidak mongutamakan besamya, populasi ota sempling. arena yang ditckankan adalah kedolaman (kualitas) data bukan bbanyaknya (kuartitas) data (Kriyantono, 2006:58). ‘Berdasarkon pendckatan kualitaif, maka ponelitian ini menggunakan jenis rset deskriptf Kualifatif, Penalitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi melainkan bertujuan-membuat deskripsi yang secara sistematis faktual dan akurat (Kriyantono, 2006:69), Seiain itu, penelitian int ditujukan juga untuk mengidentifikasi masalah, ‘membuat perbandingan ateu evaluasi, serta pembelajaran ates suatu pengalaman (Rakhmat, 1984225), al 3.2 Unit Analisis Dalam penelitian ini tidak dikenal istilah populasi yang merupakan keseluruhan objek atau fenomena yang ditaliti (Kriyantono, 2006:149), Riset ‘kualtatif tidak bertujuan membuat generalisasi ail ist. Hasil rset lebih bersitat kontekstual can Kasuistik, yang berlaku pada waktw dan tempat tertentu sewakt rivet difakukan (Kriyantono, 2006:161), Maka dalam penelitian ini, hanya dikenal unit analisis, yakni Film Laskar Pelangi, yang digunakan peneliti sevara keseluruhan sebagai objek penelitian yang akan ditelit Adapan unit analisis yang dikenal sebagai unit produksi, yakni mise in scene yang terkait dengan segala sesuatu yang tampil div kamera bik penampilan pemain film, suara dan desain produksi (lokasi, properti, dan kostum) setta sinematografi yang berksiten dengan penempatan kamera dalam film 3.3. Teknik Pengumpulan Data ‘Adopun untuk mengumpulkan data yang di porlukan maka ponelitit ‘menggunakan teknik pengumpulan data. schagai berikut 331 Observa Pencliti melakukan kegiatan pengamotan melalui panca indera pada Film Laskar Pelangi. Peneliti mencoba menemukan unsur representasi bbudaya dalam film Laskar Pelangi melalui pengamatan panca indera secara terfokus dan mendalam, Metode observasi difokusian untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena rset ku itatif yang mencakup interaksi (perilaieu) dan pereakapan {yang terjal di antara subjek yang diteliti (Kriyantono, 2006:107), Lewat observasi ini, penolit akan melihat sendiei pemahaman yang tidak terucapan (race understanding, bagnimana reo digonaksn langsung (chvory in-use), dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tergalt seat wawancara (Alva, 2002185), Melatui observast ini pula, penetist benupays membongkar berhagai hil yang berkenaan dengan unsur ideolegt berupa unsur budaya pendidiken yang terdapat di datamnya Wawancara Peneliti melakuken wawancera pada sejuinlah informan demi memperoleh informasi berupa data primer maupun sekunder atau data tambahan terkait dengan Representasi Budaya dalam Film Laskar Pelangi. Sejurnlah informan atau narasumber yang diwawancarai peneliti yakni Gola Gong, seloku pemulis skenario, sutradara serta salah satu pengamat film i Banten, Deviani Sctyorini, $S0s, MSCM, selaku pengamet cultral studies dan dosen pengajar di Prodi Komunikasi FISIP Untirta, sera Teguh Iman Prasctya, SE, M.Si, sclaku pengamat budaya dan dosen pengajar antropologi di Prodi Komunikasi Fisip Untir. ‘Adopun jenis wawancora yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancam terstruktur berupa pemberian pertanyaan yang telah disusun secara sistematis (structured interview) maupun wawancara mendalam (depth inverviow) guna menemokon data yang lengkap dan mendalam (Kriyantono, 2006: -98). B 333 Dokumentasi [Benupa pengumpulan data dengan cara merijuk pada buku-buku tau literaturctiteratur yang berkaitan dengan masalah-masalah penelitian Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data (Keiyantono, 2006: 116), Adapan dokumentasi yang digunaken diantarenyapenggunaan ddokumen privat berupa literarur yang clidapatkan Gari berbugai sumer, serta dokumen publik berupa dvdved Film Laskar Pelangi. 34 Analisis Data Analisis data dimaksudkan untuk menganalisis data dari basi! catatan lapangen, atau dari sumber informasi yang dipecolch, Setelah data terkumpul ‘maka dilakukanlah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kkategori dan satuan uraian dasar (Kiryantono, 2006:163). Cultural Studies erupaya membongkar idoologi yang mungkin tersembunyi, sehingza dalam analisis datanya digunakan analisis semiotika Barthes yong akan metekonstruksi (membongkar) dan mendekonstruksi (menyusun kembali) film Loskar Pelangi. Secara lebih inci, uraian ringkas mengenai langkah-langkah analisisnya diolah dari analisis semiotik dalam Kriyantono (2006:270), berikut & Inventarisasi data, yaitu dengan cara mengumpulkan data sebanyak- banyaknya baik melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi 'b. Ketegorisasi model semiotiknya, menentukan model semiotik yang digunakan, yakni model semiotika Roland Barthes, Klasifikasi data, identtikasi teks (tanda}, alasan-alasan tanda tersebut dipilih, tentukan pola semiosis dan tentukan Kekhasan wacananya dengan rmempertimbangkan elemen semiotika dalam scene yang dianggap mewakilt representasi budaya pendicikan Penentuan scene tersebut menentukan penanda (signifier) petanda (signified), makna denotasi pertama (dennotative sign 1), alu makna konotasi periamna (honnorative sign 1) yang juga mecupakan makna denotasi tahap kedua [dennosative sign 2) berupa representasi pendidikan. Analisis data secara cultural studies merupakan pembshasan makna konotesi tahap kedua (Aonnowative sign 2) yang ditarik berdssarkan ideologi, intepretan kelompok, frame-work budaya, pragmatik, aspek sosial, komunikatif, lapis maka, intorickstualitas, Kaitan dengan tanda lain, hukum yang mengatumya, serta berasal dari kamus maupun ensikolopedia. Ponarikan kesimpulan, penilaian terhodap data-data yang telah ditemnkan, dibahas dan dianalisis sclama penclitian. Selanjutnya analisa data kemudian dipaparkon secara ebjektif schingga depot ‘menjaga keutuhan dan keorisinilan konsep objek penelitian. 45 BABIV HASIL PENELITIAN 41 Deskripsi Film Laskar Pdangi 41-1 Filmografi Laskar Pelangi Judul Film, + Laskar Pelangi Tahun Produksi +2008 Jenis Film + Berwarna Durasi 120 ment Produser + Mira Lesmana Sutradara + Riri Reza Penulis skenario : Salman Aristo Produksi home-video = Jive Collection Produksi film ¢ Miles Films dan Mizan Productions Cosnniter + Mira Lesmana dan Riri Reza Co-produser + Patut Widjanarko dan Gangsar Sokrisno Produsereksekuti? _: Bakhtiar Rakhman dan Haidar Bagir Associate producer = Avesina Soebli Lite producer + Toto Prasetyanto Sinematograti + Yau Sugand Fditor Dono Waluyo Musil Aksan dan Titi Sjuman 46 Penata artstik : Eros Elin Penata suara +: Dwi Budi dan Satrio Budiono Penata kostum Penata rias = Jemy Octavianus Casting, + Ismaya Nugraha, Koorinator casting: Nanda Giri Assisten sutradara = Titien Wotimena dan Rivano Setyo Utaana Premier terbatas September 2008 Pemutaran perdana +25 September 2008 Website wo. laskarpetangithemovie.com Pemain © Cumin’ © Zalfani © Thranagara © Ferdian © Slamet Rahardjo © Veris Yamarno, © Tora Sudiro ‘© Suharyadi Syah Ramadan © Lukman Sardi © Yogi Nugraha © Aro Boyu © Febriansyain © Mathias Mucus © Suhendra /A Hen © Ricke Dich Pitaloka © Muhamed Syukur Ramadan © Robby Tumewu © Dewi Ratih Ayu Savitri Alex Komang, © Yepri Yanuar © Teuku Rif Wikana © Matchetla EL. Jolla Kondo © Jajang C Noer © Levine a7 Penghargean Film terbsik di Berlin Internasionat Film Festival 2009, Official Selection Hongkong Intemasional Film Festival 2009, Best Film dan Best Editor Nomination di Asian Film Award 2009, Kategori film texpuji, sutradara terbaik, penata: musik terpuji, penata artistik terpuli, pemeran utama wanita tempi, dan pemeran pembantu pria torpuii dalam Festival Film Bandung ko-22 pada Jutn‘at 24 April 2009. Pendateng. baru terbwik, pemeran wanita terbaik, pemeran pria torbaik, soundtrack film terbaik, dan film terbaik dalam Indonesia ‘Movie Award pada Sabiu, 16 Mei 2009. Penghargaan Pendidikan dari Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo bagi penulis novel laskar pelangi, sertakru film lskar pelangi, termasuk suiradara, produser dan penulis scenario dan sejumish pemainnya pada Peringotan Hari Guru Nasional i Depdiknas Jakarta, Selasa, 25 September 2008 ‘Tho Golden Butterfly Award Kategori film terbaik di Intermasional Festival Films for Children and Young Adults di Hamedan, Iran a8 4.1.2 Penokohan dalam Film Laskar Pelangi Tokoh-tokoh yang berperan sebagai anggota Laskar Pelangi, yaitu 1. Zulfanny sebagai kal: Tokoh ‘aku’ dalam film ini. Ukal merapakan teman sebangku tokoh yang bernama Lintang. Kegemarannya menulis puis 1a menyukai A Ling, sepupunya A Kiong, yang ditemuinya pertama kali stat membeli Kapur tlis di sebuah ‘oko Kelontong hernama Toko Sinar Haropan, Pada akhimya hubungan mereka rerpaksa berekhir ‘oleh jarak akibat kepergian A Ling ke Jakarta untuk menemani apaknya, Ferdian sebagai Lintang : Seorang anak pesisir mis n, dan berperan pula sebagai teman schangku Tkal yang sangat pintar dibandingkan anggota laskar pelangi lainnya. Ayahnya bekerja sebagai nelayan miskin ‘yang harus menanggung kehidupan seluruh enggota keluarge yakni satu ‘orang anak lelaki (Lintang) beserta tiga orang anak perempuan yang masih kocil-kecil dan tanpa seorang ibu. Lintang telah memunjukkan ‘minat besar untuk bersckolah scmenjek hari pertama berada di sekolah. Ja solalu akti didalam Kelas dan pandai dalam bidang matematike, tenitama kemampuan menghitung tanpa perl menuliskannya dikertas, Namun semenjak ayahnya meninggal, pun berhenti sekolah agar ia dapat bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya. 3. Veris Yamarno sebagai Mahar: Anak lelaki berparss rupnwan, berkulitcoldat dan bertubu Kurus ini memiliki bakat dan minat besar pada seni, Pertama kali diketahui ketika tanpa sengaja 18a Muslimah mendenger Mahar bermyznyi "Bunga Seroja”” Ketika laskar pelangi

You might also like