You are on page 1of 14

ANALISIS DEGRADASI SINYAL PADA JARINGAN SERAT OPTIK BACKBONE

LAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

Libianko Sianturi1,2, Tumpal Aprianto Silaen1


1
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas HKBP Nommensen
Jl. Sutomo No 4A, Medan 20234, Indonesia.
2
E-mail: Libianko_96@yahoo.com

ABSTRACT
Internet Backbone Network of HKBP Nommensen University has been made of optical fiber network. This
implementation is the right thing for the optical fiber network known as a high information capacity, high reliability
and its future proven ability. With optical fiber, growing demand for data transmission rates in the future will be
accommodated.
In the optical installation, there are challenges as it relates to the number of arch beams in construction in the
building UHN. Optical fiber installation be followed every beams and arches (the contour of the building) because it
is assumed that when the optical fiber is passed beam beams penetrate it threatened to reduce the resistance of
structural beams and walls of the building itself. Optical fiber installation following the curve of the beam is thought
to have resulted in a power loss in the optical fiber network itself in accordance with the nature and behavior of light
which is distributed in the optical fiber.
In this study, the result that the optical fiber that connects the server with multiple hub / swith in building I and
building L, resulted in attenuation of 0.011 to 0.024 dB / Km caused by macrobending loss and assuming optimum 3
dB / km due to specification technical installation. Thus, the attenuation that appears in some of the optical fiber
installations reached the threshold level allowable of 3.0 dB / km for a wavelength of 850 nm. In addition, based upon
the measurement, the optical fiber that connects the server to the hub / switch in the building L, there is the
phenomenon of dispersion.
---------
Keywords: optical fiber, macrobending loss, power loss, attenuation, dispersion.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Backbone (tulang punggung) jaringan LAN (Local Area Network) Universitas HKBP
Nommensen berupa jaringan serat optik. Implementasi tersebut merupakan hal yang tepat karena
jaringan serat optik dikenal dengan kapasitas informasi yang tinggi, realibilitas yang tinggi serta
kemampuan future proven-nya. Dengan serat optik, pertumbuhan kebutuhan atas kecepatan
transmisi data di masa yang akan datang, akan dapat terakomodir.
Kinerja sistem komunikasi optik ditentukan oleh degradasi sinyal di dalamnya. Degradasi
ini diakibatkan oleh 2 hal yaitu dispersi dan attenuasi. Dispersi adalah efek pelebaran pulsa yang
terjadi sepanjang saluran pada serat optik. Dispersi disebabkan oleh perbedaan waktu propagasi
antara mode - mode yang berbeda. Hal ini terjadi karena mode - mode tersebut merambat melalui
arah dan panjang lintasan yang berbeda, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk tiba di ujung
saluran akan berbeda. Attenuasi adalah fenomena penurunan level atau daya sinyal setelah sinyal
tersebut melewati jarak tertentu. Attenuasi ini diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu absorbsion,
scattering loss, splicing, radiation Loss microbending dan macrobending (pembengkokan) pada
saat instalasi. Di sisi lain, setiap serat optik memiliki attenuasi tertentu akibat ketidakmurnian
material ketika proses produksi yang tidak sempurna (biasanya dinyatakan dalam bentuk
spesifikasinya). Degradasi sinyal yang diakibatkan oleh attenuasi pada serat optik merupakan salah
satu faktor yang membatasi jarak transmisi, karena penerima optik memerlukan level daya
minimum untuk memperoleh kembali sinyal dengan kualitas yang baik.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja serat optik LAN UHN melalui
tahapan studi atas disain awal dan implementasi, survey, perhitungan, hingga analisis terhadap
degradasi sinyal pada serat optik di LAN Universitas HKBP Nommensen.

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, pembahasan dan cakupannya dibatasi pada:


1. Degradasi sinyal dilihat berdasarkan dispersi dan attenuasi.
2. Jaringan LAN yang dianalisis adalah serat optik yang menghubungkan server (Gedung I Lt 2)
dengan beberapa Hub yang terdapat di gedung I dan Gedung L.
3. Jaringan LAN dimaksud adalah sesuai konfigurasinya berdasarkan realisasi disain LAN
tersebut.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendahuluan

Sistem komunikasi serat optik adalah sistem komunikasi yang menggunakan serat optik
sebagai media komunikasi dan menggunakan cahaya sebagai pembawa (carrier). Serat optik
dalam hal ini adalah suatu helaian optik tipis berbentuk silinder yang terbuat dari optik transparan
yang dapat menyalurkan cahaya dari sumber (source) ke tujuan (destination) yang jaraknya relatif
jauh. Struktur serat optik terdiri dari inti (core), selubung (cladding), dan pembungkus luar (jacket)
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kabel Serat Optik

Sistem komunikasi serat optik terdiri dari beberapa komponen seperti ditunjukkan pada
Gambar 2. Komponen utama jaringan optiknya dalah transmitter, serat optik, repeater, dan
receiver. Transmitter pada sistem komunikasi serat optik terdiri dari beberapa komponen seperti
drive circuit, light source, dari transmitter akan dilanjutkan ke repeater. Dari repeater akan di
lanjutkan ke receiver yang berfungsi sebagai penerima (receiver) yang terletak pada ujung lain
serat. Dalam sistem tersebut, modulasi gelombang cahaya dilakukan dengan merubah sinyal listrik
termodulasi menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian merubahnya kembali
menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal listrik dapat dirubah kembali menjadi
gelombang suara.
Gambar 2. Sistem Transmisi Serat Optik [1].

2.2. Spektrum Gelombang Elektromagnetik Dan Cahaya

Pada bagian transmitter, sinyal elektrik diubah menjadi sinyal optik oleh optoelektronik
berupa LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) seperti LED (Light
Emiting Diode) atau LD (Laser Diode). Cahaya tersebut akan tiba di receiver dan diubah kembali
menjadi sinyal elektrik oleh detektor atau photodiode.

Gambar 3. Spektrum Gelombang Elektromagnetik [1].


Mengacu pada Gambar 3, gelombang electromagnetik yang digunakan pada sistem
komunikasi serat optik adalah band diantara infrared (IR) dan Variable Light, yaitu: Near IR (λ =
0,77 µm – 2 µm) dan Red (Visible Light) (λ = 0,77 µm – 2 µm).

2.3. Jenis Serat Optik

Jenis serat optik dapat dibagi berdasarkan beberapa hal antara lain: berdasarkan profil indeks
bias, berdasarkan mode, berdasarkan sifat optik, dan berdasarkan materialnya.

2.3.1. Serat Optik Berdasarkan Indeks Bias

Berdasarkan indeks bias maka serat optik itu dapat dibagi menjadi 2 yaitu serat optik step
indeks dan serat optik graded indeks. Serat optik step indeks cahaya yang menjalar pada sumbu
dipantulkan dengan sudut tertentu hingga sampai pada ujung lainnya. Sedangkan pada serat graded
indeks serat optik mempunyai indeks bias cahaya yang merupakan fungsi dari jarak terhadap
sumbu/poros serat optik.

2.3.2. Serat Optik Berdasarkan Mode

Berdasarkan mode, serat optik dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu singlemode dan
multimode. Singlemode adalah sebuah sistem transmisi data berwujud cahaya yang didalamnya
hanya terdapat satu buah indeks sinar tanpa terpantul yang merambat sepanjang media. Single
mode dapat membawa data dengan lebih cepat dengan multi mode. Serat optik multimode
mempunyai ukuran/diameter inti yang lebih besar dengan rekomendasi dari CCITT G.651 sebesar
50 µm dan dilapisi oleh jaket selubung (cladding) dengan diameter 125 µm, berkas sinar yang
masuk dengan sudut yang berbeda - beda akan mempunyai tingkat kelengkungan yang berbeda.

2.3.3. Serat Optik Berdasarkan Sifat Optik

Sedangkan berdasarkan sifat optik itu sendiri maka serat optik terdiri atas : Active Fiber,
Passive Fiber, Hi-bi Fiber, Photo Sensitive Fiber, Photomic Crystal Fiber.

2.3.4. Serat Optik Berdasarkan Material

Berdasarkan material pembuatannya, serat optik dibagi atas: serat optik silika, serat optik
plastik, serat optik kaca halida. Serat optik silica dimana pembawa cahaya (core/inti) terdiri dari
komposisi Silikon (SiO2) yang dimasukkan sejumlah kecil Germanium (Ge), Flour (F) atau Fospor
(P) yang mengendalikan indeks penyebaran atau membantu proses pembuatan serat optik.

2.4. Degradasi Sinyal Serat Optik

Degradasi sinyal pada sistem komuniksasi serat optik diakibatkan oleh 2 hal yaitu dispersi
dan attenuasi. Dispersi adalah efek pelebaran pulsa yang terjadi sepanjang saluran pada serat optik.
Dispersi disebabkan oleh perbedaan waktu propagasi antara mode - mode yang berbeda. Hal ini
terjadi karena mode - mode tersebut merambat pada serat melalui arah dan panjang lintasan yang
berbeda, dengan demikian waktu yang dibutuhkan akan mencapai tujuan berbeda pula.
z=0 z=L
Dispersi

ISI

Gambar 4. Ilustrasi dispersi pada serat optik [3].

Pada Gambar 4, efek negatif dispersi adalah munculnya ISI (intersymbol interference)
mengakibatkan munculnya error dalam transmisi data. Cara mengatasi dispersi adalah dengan
memberikan jarak (waktu) sebelum pengiriman data berikutnya yang pada akhirnya akan
mengakibatkan pada lambatnya transmisi data.
Attenuasi merupakan fenomena pelemahan sinyal ketika sinyal tersebut berpropagasi
melalui serat optik. Jika sinyal mengalir terlalu jauh, maka level sinyal akan menurun dan jika
menurun hingga dibawah batas ambang, maka komunikasi akan terganggu.

z=0 z=L
Attenuasi

Gambar 5. Ilustrasi attenuasi pada serat optik [3].

Attenuasi dapat terjadi karena beberapa faktor dan dapat dibagi didalam beberapa bagian
yaitu absorbsion, scattering loss, splicing, radiation Loss. Absorbtion terjadi karena kerusakan
atomic dalam komposisi bahan gelas, biasanya disebabkan oleh sinar gamma, absorbtion dapat
juga terjadi karena Extrinsic Absorbtion oleh atom pengotoran dalam bahan gelas, dan juga karena
Intrinsic Absorbtion oleh atom unsure pokok bahan. Scattering Loss terjadi akibat
ketidakhomogenan struktur material pembuatan bahan serat optik, atau karena perbedaan indeks
bias bahan. Radiation Loss dapat terjadi karena 2 hal yaitu: macrobanding dan microbanding.
Macrobending dapat terjadi karena pembengkokan pada sebuah kabel serat optik. Pembengkokan
ini dapat terjadi karena instalasi serat optik mengikuti disain bagunan dan inilah yang dapat
menyebabkan timbulnya rugi daya yang cukup serius, dan lebih jauh lagi kemungkinannya
terjadinya kerusakan mekanis (pecahnya serat optik).

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendahuluan

Pada penelitian dengan judul Analisis Rugi-rugi Pada Backbone Jaringan Internet Di
Universitas HKBP Nommensen Medan, Peneliti melakukan beberapa hal seperti: melakukan studi
terhadap serat optik dan rugi-rugi yang terjadi didalamnya, melakukan riset untuk pengamatan
kondisi dan spesifikasi serat optik dijaringan LAN UHN, melakukan observasi termasuk
pengukuran lengkungan kabel serat optik pada beberapa batang penyangga di gedung I dan
gedung L UHN Medan.
3.2. Menghitung Macrobending Loss

Untuk mendapatkan besar macrobending loss pada serat optik, terdapat beberapa parameter
yang dibutuhkan seperti:
- Sumber cahaya/laser yang digunakan dan spesifikasinya.
- Kabel serat optik yang digunakan beserta karakteristiknya seperti: jenis serat optik, ukuran
serat optik, konstanta attenuasi (redaman), Numerical Aperture, panjang kabel serat optik, dan
lain – lain.
- Jumlah lengkungan yang dilewati kabel saluran serat optik dari server ke suatu Hub/Swicth.
- Jari – jari lengkungan dan banyaknya tiang penyanggah (menyatakan banyaknya lengkungan).
Secara teori, macrobending Loss dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑅
αbend = c 𝑒𝑥𝑝[− 𝑅𝑐] ………………………………………………… (2)
𝑟
Rc = ……………………………………………………………… (3)
𝑁𝐴
𝑃𝑖𝑛 1 𝑃𝑖𝑛
Redaman = 10 Log dB = ln Neper …… (4)
𝑃𝑜𝑢𝑡 2 𝑃𝑜𝑢𝑡

1 neper = 8,686 dB
𝑅𝑢𝑔𝑖 𝑟𝑢𝑔𝑖
Faktor Redaman = α = dB/Km …………………… (5)
𝐿

NA = √𝑛12 − 𝑛22 …………………………………………………… (6)


dimana: αbend adalah redaman karena lengkungan, L merupakan panjang serat dalam kilometer,
C adalah konstanta attenuasi (dB/Km) dan R menyatakan jari-jari lengkungan. rcore sebesar 25 µm,
rcladding sebesar 62,5µm dan NA adalah Numerical Aperture, dan n1 serta n2 masing masing
menyatakan indeks bias core dan cladding.

3.3. Mengukur Lengkungan Serat Optik

Untuk mendapatkan nilai lengkungan serat optik, beberapa cara yang dilakukan adalah
dengan mengukur jari – jari setiap lengkungan sebagai berikut:
1. Menyediakan alat bantu seperti tangga, meter, alat tulis dan peralatan lainnya.
2. Sudut balok penyangga yang dilewati oleh instalasi serat optik yang akan diukur, seperti pada
Gambar 6.
3. Gambar 6, menunjukkan instalasi optik mengikuti konstruksi bangunan. Pada masing - masing
lengkungan terdapat radius lengkungan yaitu R1, R2, R3, dan R4, yang analoginya dapat
ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 6. Lengkungan Kabel Serat Optik
4. Dengan demikian, maka pada masing masing lengkungan dapat dihitung besar
macrobendingloss yang terjadi. Lengkungan di setiap sudut dapat dibuat dalam segmen seperti
di ilustrasikan pada Gambar 7.

R2 R3
R1 R4

Gambar 7. Ilustrasi Lengkungan Pada Satu Balok

Jari – jari pada lengkungan Gambar 7, diasumsikan sama dengan jari – jari pada semua sisi
lengkungan, sehingga panjang jari - jari lengkungan di setiap lengkungan dapat ditentukan.

Gambar 8. Desain Instalasi Serat Optik di UHN Medan.


Instalasi kabel serat optik yang akan diamati seperti Gambar 6, Gambar 7, dan Gambar 8
diperoleh pernyataan bahwa disain instalasi kabel serat optik di UHN Medan mengikuti desain
interior dan kontur bangunan.

Gambar 9. Peta sistem jaringan serat optik UHN Medan.

3.4. Peta Jaringan Serat Optik UHN


Secara peta fisik sistem jaringan serat optik di UHN dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini:
Dari gambar peta fisik diketahui bahwa instalasi serat optik di UHN Medan dimulai dari
ruang server utama yang berada di lantai 2 Gedung I ke beberapa switch yang berada di beberapa
gedung yang berada di UHN Medan, seperti :
1. Server ke swicth yang berada di Gedung Bahasa dan Seni Lt.1 Ruang PD II.
2. Server ke swicth yang berada di Gedung Bahasa dan Seni Lt.2 Ruang Tata Usaha.
3. Server ke swicth yang berada di Gedung Hukum Lt.1 Ruang PD III.
4. Server ke swicth yang berada di Gedung Hukum Lt.2 Ruang Perpustakaan.
5. Server ke swicth yang berada di Gedung Teknik Lt.1.
6. Server ke swicth yang berada di Gedung Dosen Lt.1.
7. Server ke swicth yang berada di Gedung Dosen Lt.2.
8. Server ke swicth yang berada di Gedung Rektorat Lt.1.
9. Server ke swicth yang berada di Gedung Rektorat Lt.3.
10. Server ke swicth yang berada di Gedung Rektorat Lt.4.
11. Server ke swicth yang berada di Gedung L Lt.3 Ruang 13 A.
Dari gambar peta fisik diperoleh pemahaman bahwa selain serat optik yang digunakan
sebagai LAN di UHN ada kabel UTP, kabel UTP digunakan dibeberapa bagian bangunan seperti
yang berada di Gedung L Lt.1 Ruang Beton, Gedung L Lt 2 Ruang Lab.Bioteknologi, Gedung L
Lt.4 Ruang L 4A. kabel UTP di Gedung L di hubungkan ke Swicth yang berada di Gedung L Lt.3
Ruang 13 A.
Berdasarkan Gambar 10, peta fisik dapat dilihat sistem jaringan LAN UHN dari server ke
beberapa switch yaitu dari server ke switch Gedung I, dan kemudian dari server ke switch Gedung
L. Data penelitian ini berdasarkan batasan masalah di sub bab 1.4 ; maka yang harus diteliti adalah
Gedung I dan Gedung L yang di lewati oleh kabel serat optik antara lain: server ke gedung I lantai
1, server ke gedung I lantai 3, server ke gedung I lantai 4, dan server ke gedung L lantai 3.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Pendahuluan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap saluran pada sistem instalasi serat optik
di UHN pangkal saluran yang dimaksud adalah pada panel utama yang terdapat pada Ruangan PSI
(Pusat Sistem Informasi) seperti ditunjukkan pada Gambar 10.

Gigab
it
Gambar 10. Pangkal Saluran Pada Panel Utama.

Gambar 11. Pangkal Saluran Pada Panel Utama dan pembagiannya


Titik beban sistem yang diasumsikan pada ujung saluran terdapat pada masing-masing hub/
switch, seperti diperlihatkan pada Gambar 12.

Gambar 12. Ujung Saluran (Switch/ Hub) Serat Optik.

Berdasarkan Gambar 12, dijelaskan bahwa titik beban sistem yang disalurkan diasumsikan
pada ujung saluran yaitu switch. Dalam switch biasanya terdapat routing, dan routing berfungsi
sebagai media utama untuk melakukan koneksi dengan computer lain dalam LAN (Local Area
Network).

4.2. Pengaruh Lengkungan Serat Optik

Serat optik yang diteliti adalah serat optik dari server ke switch, setelah diperoleh data
hasil pengamatan sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Lengkungan di Setiap Gedung


Jaringan Jumlah balok Banyak lengkungan
Server – Gedung I Lantai 1 12 48
Server – Gedung I Lantai 3 12 48
Server – Gedung I Lantai 4 12 48
Server – Gedung L Lantai 3 22 88

Pada Tabel 1. Diperoleh data bahwa jumlah balok dan banyaknya lengkungan yang terdapat pada
setiap lantai adalah sesuai dengan hasil penelitian di lokasi.
4.3. Data Spesifikasi Serat Optik

Adapun data-data dari hasil pengamatan dan mencari dari sumber informasi sebagai saluran
pada sistem penyaluran serat optik di UHN dapat dinyatakan pada Tabel 2, dimana beberapa data
pendukung seperti :
Core diameter (diameter inti) = 50µm.
rcore = ½ d = ½ x 50 = 25µm.
Cladding diameter (diameter selubung) = 125µm.
rcladding = ½ x 125 = 62,5µm
Panjang gelombang (λ) = 850 nm

Tabel 2. Data spesifikasi kabel serat optik


Fiber Attribute MM 50/125
Cladding Diameter 125 ± 1 µm
Cladding Non-Cicularity ≤1%
Core/Cladding Concentricity error ≤ 1,5 µm
Cladding/Coating Concentricity error ≤ 6 µm
Core Diameter 50 µm
Coating Diameter 245 ± 10 µm
Colored Fiber Diameter 255 ± 10 µm
Proff test stress
0,69 GN/m2(100 kpsi)
(Equivalent to 1% starain for 1s dwell time)
Zero-Dispersion Wavelength 1297 – 1361 nm
Zero-Dispersion Slop ≤ 0,101 ps/(nm2.km)
Numerical Aperture (NA) 0,200 ± 0,015
Bandwidth ≥ 500 MHz.km @ 850 nm
≥ 500 MHz.km @ 1300 nm
Macrobend Attenuation ≤ 0,5 dB @ 850 nm
(100 turns- 75 mm Diameter) ≤ 0,5 dB @ 1300 nm
Coating Strip Force
2,2 N ≤ F ≤ 4,4 N
(@ 00C to + 45 0C)
Attenuation at 850 nm (Cabled) ≤ 3,0 dB/km
Attenuation at 1300 nm (Cabled) ≤ 1,0 dB/km
Attenuation difference between 1300 nm and 1380 nm ≤ 1,5 dB/km

4.4. Data Pendukung


Dalam perhitungan rugi - rugi pada backbone jaringan internet diperoleh data sebagai
berikut :
1. Serat optik di UHN adalah tipe multimode.
2. Ukuran diameter dari setiap kabel serat optik sama, maka jari-jari (r) yang dipakai adalah
rcore = 25µm.
3. Jari-jari setiap lengkungan (R) yang di bagi atas 4 bagian yaitu R1, R2, R3, R4 = 57 cm.
4. Panjang kabel serat optik disetiap blok atau jarak antara blok ke blok yang lainnya rata -
rata (4, 81m).
5. Panjang setiap blok penyangga yang di lewati serat optik sama.
Tabel 3. Jumlah Blok di Setiap Gedung
Jaringan Jumlah blok Panjang kabel
Server – Gedung I Lantai 1 11 52,91 m
Server – Gedung I Lantai 3 11 52,91 m
Server – Gedung I Lantai 4 11 52,91 m
Server – Gedung L Lantai 3 21 101,01 m

4.5. Analisis Perhitungan Macrobending


Untuk menghitung besar macrobending, maka: Perhitungan bending loss pada titik R1 :
Data: C = 3,0 dB/km
R = 57cm = 0,0057 Km
rcore = 25 µm
25.10−6
Rc = = 125.10−6
0,200
Sehingga dapat diperoleh bahwa bending loss sebesar:
𝑅
αbend = Cexp[− ]
𝑅𝑐
0,00057 Km
αbend = 3,0 dB/Km exp [− ]
125.10−6
αbend = 3,0 dB x exp [ - 0,456.10-3]
αbend = 3,0 dB x 0,00063
αbend = 0,0019 dB/Km

Maka dalam satu lengkungan αbend = 0,0019dB, Jadi dalam satu balok terdapat 4 buah lengkungan,
sehingga αbend dalam satu balok:
αbend x 4 lengkungan
0,0019dB x 4 = 0,0076dB
Jadi, αbend/site = 0,0076dB/Km

Analisis perhitungan αbend di Gedung I terdapat 11 balok yang dilewati instalasi serat optik maka
αbend yang terdapat di gedung I :
αbendGI = αbend/site x 11 balok
αbendGI = 0,0076dB x 11 balok
αbendGI = 0,0836dB/Km

Dari hasil perhitungan macrobending yang terjadi maka dapat dihitung αbend di Gedung I dari lantai
1, lantai 3, lantai 4 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4. Rugi - rugi macrobending Gedung I.


Jaringan αbend/GI
Server – Lantai 1 Gedung I 0,0836 dB
Server – Lantai 3 Gedung I 0,0836 dB
Server – Lantai 4 Gedung I 0,0836 dB

Instalasi serat optik di gedung L melewati 21 balok maka αbend di gedung L :


αbendGL = αbend/site x 21 balok
αbendGI = 0,0076 x 21 balok
αbendGL = 0,1596dB/Km

dari hasil perhitungan untuk selanjutnya terdapat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Rugi - rugi macrobending Gedung L


Jaringan αbend/GL
Server – Lantai 3 Gedung L 0,1596 dB

Dari hasil perhitungan maka macrobending loss yang terjadi di UHN Medan, dapat
disimpulkan bahwa macrobending loss di Gedung I sebesar 0,0836 dB dan untuk macrobending
loss yang terjadi di ke Gedung L sebesar 0, 1596 dB.

4.6. Analisa Hasil Perhitungan


Dari hasil perhitungan, loss yang terjadi dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut
:
Untuk perhitungan Loss pada Gedung I adalah :
a. Server – Lantai 1 Gedung I:
αbend = 0,0019dB/Km dan L (panjang kabel) = 77,75 m = 0,07775 Km
𝐿𝑜𝑠𝑠
α= , maka Loss = α . L
𝐿
Loss = 0,0019dB/Km x 0,07775 Km
Loss = 0,02443 dB.
b. Server – Lantai 3 Gedung I
α = 0,0019dB
L (panjang kabel) = 0,07832 Km
Loss = 0,0019dB x 0,07832 Km
Loss = 0,02425 dB.
c. Server – Lantai 4 Gedung I
α = 0,0019dB dan L (panjang kabel) = 82,08 m = 0,08208 Km
Loss = 0,0019 dB x 0,08208 Km
Loss = 0,02314 dB.
Untuk perhitungan Loss pada gedung L adalah :
αbend di gedung L = 0,0019 dB
L (panjang kabel) = 161,27 m = 0,16127 Km
Loss = 0,0019 dB x 0,16127Km
Loss = 0,01178 dB
Dari perhitungan di atas maka rugi - rugi lekungan total (αTotal) dinyatakan dalam Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Data macrobending loss.
Panjang αbend/Km Loss (dB)
Jaringan
(Km)
Server – Lantai 1 Gedung I 0,07775 0,0836 dB/Km 0,02443
Server – Lantai 3 Gedung I 0,07832 0,0836 dB/Km 0,2425
Server – Lantai 4 Gedung I 0,08208 0,0836 dB/Km 0,02314
Server – Lantai 3 Gedung L 0,16127 0,1596 dB/Km 0,01178

5. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Total attenuasi sama dengan batas threshold attenuasi yang diijinkan. Hal ini terjadi pada
beberapa jaringan penghubung server ke switch/ hub yang diakibatkan oleh lengkungan
akibat instalasi serta spesifikasi jaringan dan sistem yang diimplementasikan.
2. Terdapat jaringan antara server dengan switch/ hub yang tidak dihubungkan dengan
menggunakan serat optik, akan tetapi dihubungkan dengan menggunakan jaringan kabel
koaksial.
3. Pada rugi – rugi backbone yang terdapat di UHN Medan mengakibatkan rugi – rugi skala
macro, dan rugi – rugi lengkungan tersebut menyebabkan daya yang sampai pada ujung
switch semakin melemah.
4. Dari data perhitungan dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa attenuasi yang
muncul pada jaringan serat optik penghubung server dengan switch/ hub adalah 0,08
dB/km hingga 0,16 db/ Km dan loss sebesar 0,11 dB hingga 0,02 dB. Attenuasi dan loss
ini masih akan semakin bertambah melewati batas redaman konstanta kabel serat optik.

6. DAFTAR PUSTAKA
Gerd Keiser,1983 ”Optical Fiber Communications”, Mc Graw Hill Int.
Book Co., Tokyo.
Joseph C. Palais, 2005, “Fiber Optics Communications”, Prentice Hall, New
Jersey, 2005.
Regis J.”Bud” Bates, 2001, “Optical Switching and Networking Handbook”,
Mc Grow Hill Telecom.
Corning, “Fiber Optic Technology” The International Engineering
Consortium.
Nortel Networks, “Introduction to Optical Transmission in a
Communications Network” The International Engineering Consortium.
Phaethon Communications, “Light without limits: Taming dispersion in
tomorrow’s high speed networks”, The International Engineering
Consortium forum tutorials.
LuxN, “Optical Access”, The International Engineering Consortium forum
tutorials.
Luxpath Network, “Optical Ethernet”, The International Engineering
Consortium forum tutorials.
Alcatel, “Optical Networks”, The International Engineering Consortium
forum tutorials.
Yafo Networks, “Polarizations Mode Dispersion”, The International
Engineering Consortium forum tutorials.
Jason P. Joe, Vinod M. Vakkarane, 2005, “Optical Burst Switched
Network”, Springer Science.

You might also like