You are on page 1of 47

ASURANSI JIWA:

TEORI DAN TANTANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA


DI INDONESIA

Maria A. Wikantari
Dosen FIPPS Universitas Indraprasta PGRI
mwikantari@gmail.com; maria.wikantari@unindra.ac.id

ABSTRACT

This study is about "Life Insurance: Theory and Challenges of Life Insurance
Companies in Indonesia" which aims to give an overview of the meaning of risk,
types of life insurance, and the challenges of life insurance companies in
Indonesia.

This study only discusses the theory and challenges of the insurance companies in
Indonesia. The purpose of this study is to make a systematic description, factual,
and accurate information on the facts, including the challenges of a life insurance
companies and the relationship between the phenomenon which was investigated.

Based on the results of studies on life insurance, it is found the definition, types,
benefits, functions and challenges of life insurance in Indonesia. An
understanding of risk and life insurance is expected to encourage people to be
able to consider the decision to choose life insurance and health insurance.

According to the Life Insurance Association of Indonesia (AAJI), life insurance


penetration is still small compared to the Indonesian population. These conditions
may be favorable for life insurance companies in marketing their products.
However, great challenges also faced by the life insurance companies in
Indonesia due to weaker macro economic situation, tighter regulation and a lack
of public understanding about life insurance.

Keywords: Life Insurance, Health Insurance, Risk, Minimum Solvency Ratio.

1
ABSTRAK

Kajian ini berjudul “Asuransi Jiwa: Teori dan Tantangan Perusahaan


Asuransi Jiwa di Indonesia” yang bertujuan memberi gambaran tentang makna
risiko, jenis-jenis asuransi jiwa, dan tantangan perusahaan asuransi jiwa di
Indonesia.
Kajian ini hanya membahas teori dan tantangan perusahaan asuransi di
Indonesia. Tujuan dari kajian ini adalah untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta termasuk tantangan
perusahaan asuransi jiwa dan hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Berdasarkan hasil kajian tentang asuransi jiwa, ditemukan pengertian,
jenis, manfaat, fungsi dan tantangan asuransi jiwa di Indonesia. Pemahaman
mengenai risiko dan asuransi jiwa diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk
dapat mempertimbangkan keputusan mengikuti asuransi jiwa dan asuransi
kesehatan.
Menurut Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), penetrasi asuransi jiwa
masih kecil dibanding populasi masyarakat Indonesia. Kondisi ini dapat
menguntungkan bagi perusahaan asuransi jiwa dalam memasarkan produknya.
Namun demikian, tantangan besar juga harus dihadapi oleh perusahaan asuransi
jiwa di Indonesia karena situasi makro ekonomi yang melemah, regulasi yang
makin ketat dan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai asuransi jiwa.

Kata kunci: Asuransi Jiwa, Asuransi Kesehatan, Risiko, Batas Tingkat


Solvabilitas Minimum.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak masyarakat yang kurang atau belum memahami arti dari

asuransi secara umum, bahkan asuransi sering dianggap seperti judi atau

penipuan oleh masyarakat. Sering juga masyarakat tidak mengerti dan tidak

paham benar tentang produk asuransi yang sebenarnya dibutuhkan.

Jiwa seseorang dapat diasuransikan untuk keperluan selama hidupnya

maupun untuk waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Pihak-pihak yang

mengikatkan diri secara timbal balik itu disebut penanggung dan tertanggung.

Penanggung adalah perusahaan asuransi yang menjalankan usaha asuransi

dengan menerima premi dari tertanggung atau pemegang polis asuransi.

Secara umum usaha asuransi merupakan suatu cara yang memberikan

perlindungan kepada tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang.

Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung akan

mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung

dan tertanggung.

Asuransi berhubungan erat dengan risiko dimana setiap orang pasti

akan menghadapi risiko, misalnya pada tingkat kehidupan keluarga atau

rumah tangga, permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila salah satu

anggota keluarga menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia. Untuk

mengurangi segala risiko, dalam hal ini jenis usaha asuransi jiwa akan

3
dibutuhkan karena perusahaan asuransi jiwa memberikan jasa berupa proteksi

akibat berbagai risiko yang mungkin terjadi.

Namun demikian, amat disayangkan bahwa banyak masyarakat

menganggap asuransi jiwa tidak penting karena mereka beranggapan masih

mempunyai kerabat atau keluarga sehingga mereka bisa meminta bantuan

kepada kerabatnya apabila terjadi risiko. Kondisi tersebut menyebabkan

demand untuk asuransi jiwa masih sangat rendah dibanding dengan negara-

negara Asia lainnya (lihat tabel 1), sementara supply asuransi jiwa di

Indonesia sudah mencapai 46 perusahaan di Indonesia (lihat gambar 1). Tabel

1 menyatakan bahwa penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih 1.1% atau

hanya sekitar 4% dari penduduk Indonesia yang mempunyai asuransi jiwa

individu. Penetrasi asuransi jiwa di Indonesia sangat rendah didandingkan

dengan Singapore 4.3% yang berpenduduk hanya 4.9 jiwa.

Tabel 1: Perkembangan Asuransi di negara-negara Asia (2011)

MATURE (MATANG)
Negara Ramalan 2013 Populasi Premi Penetrasi Asuransi
Perubahan Penduduk Asuransi Jiwa Jiwa 2011 (premi %
Produk 2011 2011 (dalam dari Produk
Domestik Bruto (dalam juta) juta dolar AS) Domestik Bruto)
Hong Kong 4.50% 7.1 24,556 10.1%
Jepang 1.70% 126.8 524,668 8.8%
Korea 4.00% 49.0 79,161 7.0%
Singapore 4.50% 4.9 11,275 4.3%
Taiwan 4.60% 23.3 64,133 13.9%

DEVELOPING (BERKEMBANG)
Negara Ramalan 2013 Populasi Premi Penetrasi Asuransi
Perubahan Penduduk Asuransi Jiwa Jiwa 2011 (premi %
Produk 2011 2011 (dalam dari Produk
Domestik Bruto (dalam juta) juta dolar AS) Domestik Bruto)
China 8.70% 1,363.7 134,539 1.8%
India 7.50% 1,232.8 60,442 3.4%
Malaysia 5.00% 28.4 9,307 3.3%
Thailand 5.50% 68.6 9,218 2.7%

4
EMERGING (TAHAP MEMASUKI)
Negara Ramalan 2013 Populasi Premi Penetrasi Asuransi
Perubahan Penduduk Asuransi Jiwa Jiwa 2011 (premi %
Produk 2011 2011 (dalam dari Produk
Domestik Bruto (dalam juta) juta dolar AS) Domestik Bruto)
Indonesia 6.70% 235.3 9,437 1.1%
Filipina 5.00% 95.4 1,890 0.8%
Vietnam 6.20% 88.8 818 0.7%
Sumber: Bank of Japan, Reserve Bank of Australia, New Zealand Treasury,
ADB, Swiss Re., diolah (Ernst & Young, 2013:2-3)

Gambar 2

Asuransi Jiwa
2%

8%
Swasta (29)
Swasta Asing (16)
32%
58% Reasuransi (4)
BUMN (1)

Sumber: Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) – 15 November 2012.

Topik kajian ini dipilih karena penulis ingin menyajikan pemahaman

mengenai asuransi, khususnya asuransi jiwa dan asuransi kesehatan sehingga

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berasuransi. Kedua jenis

asuransi tersebut hanya dapat dioperasikan oleh perusahaan asuransi jiwa.

Namun demikian, hal yang paling penting untuk dipahami adalah bahwa

asuransi jiwa dan asuransi kesehatan dirancang untuk menutupi dua situasi

yang sangat berbeda.

Oleh karena itu, kajian ini mempunyai manfaat bagi masyarakat dan

akademisi. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

5
melakukan investasi untuk proteksi individu dan keluarga. Bagi akademisi,

diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan pandangan lebih jauh

tentang investasi proteksi dan akhirnya dapat membantu dalam mengambil

keputusan untuk mengikuti asuransi jiwa.

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka timbul rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari asuransi?

2. Apa yang dimaksud dengan risiko dan ketidakpastian?

3. Apa prinsip-prinsip asuransi?

4. Apa jenis-jenis asuransi?

5. Apa perbedaan asuransi jiwa dengan asuransi kesehatan?

6. Apa manfaat asuransi jiwa dan asuransi kesehatan?

7. Faktor apa yang dapat mendorong masyarakat untuk mengikuti asuransi

jiwa?

8. Tantangan apa yang dihadapi perusahaan asuransi jiwa di Indonesia?

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi

Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah

asuransi dengan perusahaan asuransi mengenai pengalihan risiko dari nasabah

kepada perusahaan asuransi.

Menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 Pasal 1, tentang

Perasuransian, asuransi atau pertanggungan didefinisikan sebagai perjanjian

antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri

kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan

penggantian kepada tertanggung, karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak

ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu

peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Institusi yang mengelola asuransi disebut sebagai perusahaan asuransi.

Perusahaan asuransi menurut ketentuan Undang-undang Nomor 2 tahun 1992

dapat mengelola produk asuransi jiwa, asuransi kerugian dan atau asuransi

umum. Ruang lingkup perusahaan asuransi jiwa hanya dapat

menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi jiwa, asuransi kesehatan,

asuransi kecelakaan diri dan usaha anuitas (pembayaran secara berkala dalam

jumlah yang sama), serta menjadi pendiri dan pengurus dana pensiun.

7
Didalam pasal 246 kitab undang-undang hukum dagang (KUHD)

disebut bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, dimana

penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi,

untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan,

atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat

diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti.

Menurut Robert Irwin Mehr yang diterjemahkan oleh Sula (2004:26),

asuransi adalah A device for reducing risk by combining a sufficient number of

exposure units to make their individual losses collectively predictable. The

predictable loss is then shared by or distributed proportionately among all

units in the combination  (Suatu alat untuk mengurangi risiko keuangan,

dengan cara pengumpulan unit-unit dalam jumlah yang memadai, untuk

membuat agar kerugian individu secara kolektif dapat diperkirakan. Kerugian

yang dapat diprediksi itu kemudian dibagi dan didistribusikan secara

proporsional diantara semua unit dalam gabungan tersebut).

Arthur Williams Jr. dan Richard M. Heins (Williams, 1987:214)

mendefinisikan asuransi berdasarkan dua sudut pandang yaitu: pertama

adalah  Insurance is the protection against financial loss by an insurer

(Asuransi adalah perlindungan terhadap risiko finansial oleh penanggung),

sedangkan kedua adalah  Insurance is a device by means of which the risks of

two or more persons or firms are combined through actual or promised

contributions to a fund out of which claimants are paid (Asuransi adalah alat

yang mana risiko dua orang atau lebih atau perusahaan-perusahaan

8
digabungkan melalui kontribusi premi yang pasti atau yang ditentukan sebagai

dana yang dipakai untuk membayar klaim).  

Hartono (2001:72) berpendapat bahwa asuransi sebagai alat peralihan

risiko, artinya ia dapat dipakai sebagai salah satu wahana untuk mengadakan

peralihan risiko. Risiko pihak yang satu (tertanggung) dialihkan kepada pihak

lain (penanggung). Peralihan dapat dengan suatu perjanjian. Satu-satunya

perjanjian yang memungkinkan hanyalah perjanjian asuransi atau perjanjian

tanggungan, yang dapat berposisi sebagai tertanggung dapat merupakan

individu atau perorangan, kelompok orang atau suatu institusi bahkan

masyarakat luas. Sedangkan yang dapat berposisi sebagai penanggung adalah

perusahaan asuransi sebagai lembaga institusi.

Penulis dapat menyimpulkan pengertian dan pendapat diatas bahwa

asuransi adalah suatu alat untuk mengalihkan risiko yang tidak dapat

diprediksi kapan akan terjadinya. Asuransi adalah transaksi pertanggungan

yang melibatkan dua pihak yaitu tertanggung dan penanggung. Penanggung

akan mengganti setiap kerugian yang akan diderita oleh tertanggung sesuai

premi yang dibayar, sebagai akibat dari peristiwa yang semula belum dapat

ditentukan kapan terjadinya. Oleh karena itu, tertanggung diwajibkan

membayar sejumlah uang kepada penanggung sesuai nilai pertanggungannya.

B. Risiko dan Ketidakpastian

Sepanjang hidup manusia selalu dihadapkan dengan kemungkinan

peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan risiko antara lain meninggal

9
dunia baik secara alamiah, sakit, atau kecelakaan; cacat badan karena sakit

atau kecelakaan; kemerosotan kesehatan; usia lanjut; dan pengangguran.

1. Pengertian Risiko dan Ketidakpastian

Emmet Vaughan dalam bukunya Fundamentals of Risk and

Insurance yang diterjemahkan oleh Darmawi (2004:19) mengemukakan

beberapa definisi risiko sebagai berikut:

a. Risk is the chance of loss (risiko adalah kesempatan kerugian)

b. Risk is the possibility of loss (risiko adalah kemungkinan kerugian)

c. Risk is uncertainty (risiko adalah ketidakpastian)

Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan risiko adalah hazard,

peril, dan loss. Hazard adalah suatu keadaan bahaya yang dapat

memperbesar kemungkinan terjadinya peril (kejadian bencana). Peril

adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian (loss). Loss

adalah kerugian yang diderita seseorang akibat dari suatu peril yang tidak

diharapkan tetapi terjadi.

Risiko selalu dihubungkan dengan ketidakpastian yang mungkin

akan terjadi seperti yang dikemukakan oleh Emmet Vaughan. Risiko tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena manusia merupakan

objek risiko. Risiko dapat terjadi pada aspek-aspek kehidupan seperti

keuangan, bisnis, teknis, politik, hukum, dan pada semua sektor lainnya.

Namun demikian, terdapat perbedaan antara risiko dengan

ketidakpastian. Risiko mengacu kepada expected risks (risiko yang telah

diperkirakan), sebagai contoh aktivitas pasar modal dimana risiko dapat

terdeteksi. Ketidakpastian mengacu kepada unexpected risks (risiko yang

10
belum atau tidak diperkirakan), sebagai contoh pencurian atau bencana

alam dimana risiko tidak dapat diperkirakan. Keduanya memang sama-

sama risiko, tetapi berbeda dalam hal sifat “bisa diperkirakan atau tidak”.

Risiko adalah ketidakpastian yang dapat diukur, telah diketahui tingkat

probabilitas kejadiannya atau dapat dikuantitaskan besaran kerugiannya.

Perbedaan antara risiko dengan ketidakpastian terletak pada “ada dan

tidaknya informasi” tentang ketidakpastian tersebut.  Ketidakpastian yang

tidak ada informasinya bukan disebut risiko (Djohanputro, 2008:31).

Jenis-jenis risiko mencakup sebagai berikut:

a. Risiko pribadi (personal risk), sebagai contoh mati muda, cacat

fisik, dan kehilangan pekerjaan.

b. Risiko harta (property risk), sebagai contoh harta hilang atau rusak,

kehancuran rumah karena bencana alam sehingga harus mengeluarkan

biaya untuk tempat tinggal sementara dan renovasi rumah.

c. Risiko tanggung gugat (liability risk), sebagai contoh memberi

ganti rugi kepada orang akibat perbuatan yang tidak disengaja yang

dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Jenis-jenis ketidakpastian mencakup sebagai berikut:

a. Ketidakpastian ekonomis.

b. Ketidakpastian berkaitan dengan alam.

c. Ketidakpastian yang manusiawi.

Dengan demikian, konsep ketidakpastian mengimplikasikan

keraguan mengenai masa yang akan datang yang didasari pada kekurangan

dan ketidaksempurnaan pengetahuan.

11
Teori risiko mempunyai kaitan yang erat dengan asuransi karena

teori risiko dapat memberikan suatu gambaran untuk waktu yang akan

datang dengan lebih dahulu memberikan ramalan terhadap suatu prospek.

Menurut penulis, risiko disini adalah risiko yang dapat diukur tingkat

kerugiannya.

Oleh karena risiko itu selalu ada, maka seseorang selalu harus

berupaya agar kerugian yang timbul itu tidak terlalu besar sehingga tidak

memengaruhi kehidupan. Penanganan risiko kini telah menjadi inti ilmu

tersendiri yang dinamakan manajemen risiko. Manajemen risiko

digunakan untuk menghadapi kemungkinan suatu kerugian yang bisa

terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya, ada beberapa metode

untuk menangani risiko tersebut, yaitu (Naja, 2009:113):

a. Risks avoidance (penghindaran risiko) adalah tidak melakukan sesuatu

kegiatan yang dapat melibatkan terjadinya suatu kerugian.

b. Risks reduction (penurunan risiko) adalah mengurangi kemungkinan

terjadinya risiko atau mengurangi nilai kerugian yang mungkin terjadi.

c. Risks retention (pertahanan risiko) adalah tidak melakukan apapun

terhadap risiko kerugian yang mungkin terjadi.

d. Risks sharing (pembagian risiko) adalah membagi risiko kepada pihak

lain, maka apabila terjadi kecelakaan pihak yang bersangkutan tetap

akan menerima risiko namun kerugiannya tidak akan terlalu besar.

e. Risks tranfer (pengalihan risiko) adalah pengalihan risiko kerugian

kepada pihak lain, misalnya kepada perusahaan asuransi dengan cara

membayar premi.

12
Tidak semua orang bersikap rasional dengan menerapkan prinsip-

prinsip manajemen risiko tersebut diatas. Ada orang yang tidak perduli

dengan risiko yang dihadapinya dan orang tersebut mengambil atau

menerima suatu risiko apa adanya. Orang yang berperilaku demikian

disebut pengambil risiko (risk taker). Apabila semua orang bersikap

sebagai pengambil risiko, maka usaha asuransi tidak akan pernah ada.

Sebaliknya, jika seseorang bersikap sebagai penghindar risiko (risk

averter) maka orang tersebut akan berusaha menghindari, mengurangi,

atau mentransfer risiko yang mungkin terjadi pada diri orang tersebut.

Apabila banyak orang bersikap menghindari risiko, maka demand

terhadap usaha asuransi akan tumbuh (Thabrany, 1999:34)

2. Risiko yang Dapat Diasuransikan (Insurable Risk)

Dasar yang melandasi bahwa risiko dapat diasuransikan dan siapa

yang bisa mengasuransikannya adalah konsep insurable interest. Suatu

insurable interest ada hanya apabila tertanggung (pemegang polis) akan

menderita suatu kerugian yang disebabkan oleh peristiwa yang

menyebabkan kerusakan atau menimbulkan kerugian pada objek yang

diasuransikan oleh tertanggung (Naja, 2009:114).

Untuk dapat mengetahui jenis risiko yang dapat diasuransikan,

berikut ini adalah empat bentuk klasifikasi risiko:

a. Risiko murni (pure risk) adalah bentuk risiko yang kalau terjadi akan

menimbulkan kerugian (loss) atau tidak menimbulkan kerugian (no

loss).

Contoh: risiko kebakaran dan risiko kecelakaan.

13
b. Risiko spekulatif (speculative risk) adalah risiko yang kalau terjadi

dapat menimbulkan kerugian (loss), tidak menimbulkan kerugian (no

loss) atau mendatangkan keuntungan (gain).

Contoh: risiko produksi dan risiko moneter (kurs valuta asing).

c. Risiko fundamental (mendasar) adalah risiko yang kalau terjadi

dampak kerugiannya bisa sangat luas atau bersifat malapetaka atau

bencana.

Contoh: risiko perang, gempa bumi dan polusi udara.

d. Risiko khusus (particular risk) adalah risiko yang kalau terjadi,

dampak kerugiannya bersifat lokal tidak menyeluruh.

Contoh: risiko kebakaran, risiko kecelakaan dan pencurian.

Dari empat bentuk-bentuk risiko tersebut diatas, hanya ada dua

bentuk risiko yang dapat dialihkan kepada perusahaan asuransi yaitu risiko

murni dan risiko khusus (Fuad dkk, 2010:39). Dengan demikian, risiko

murni dan risiko khusus tersebut yang akan melengkapi delapan syarat

atau delapan elemen agar risiko dapat diasuransikan (insurable risk)

sebagai berikut:

a. Risiko tersebut harus bersifat homogen atau ada dalam jumlah yang

cukup banyak (homogeneus similarly).

Contoh: bangunan yang terancam terbakar, jumlahnya cukup banyak,

begitu juga mobil yang terancam bahaya kecelakaan atau pencurian.

b. Bentuk risikonya harus risiko murni (pure risk).

c. Selain berbentuk risiko murni, juga harus merupakan risiko khusus

(particular risk).

14
d. Kerugian atau kerusakan yang diakibatkan terjadinya dari suatu

peristiwa yang bersifat kebetulan (fortuitous) dan merupakan suatu hal

yang bisa terjadi, bisa juga tidak terjadi.

e. Risikonya  bukan suatu hal  yang  bertentangan  dengan

kebijaksanaan umum  atau kebijaksanaan Pemerintah (not against

Public policy).

Contoh: risiko terkena denda tilang karena melanggar peraturan

lalulintas tidak dapat diasuransikan.

f. Objek risiko dan dampak kerugian yang mungkin timbul, harus dapat

diukur atau dinilai dengan uang (financial value).

g. Mereka yang akan mengalihkan risiko tersebut kepada perusahaan

asuransi atau akan mengasuransikan, harus mempunyai insurable

interest atau kepentingan yang melekat pada objek pertanggungan

asuransi atau objek risiko yang sah dilindungi hukum.

h. Atas peralihan risiko tersebut harus dapat ditetapkan jumlah premi

asuransi yang wajar (reasonable premium).

Salah satu cara menghindarkan risiko murni dan risiko khusus

adalah dengan asuransi. Dengan demikian, besarnya kerugian dapat

diminimalkan. itu sebabnya risiko murni dan risiko kadang dikenal dengan

istilah risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk). Dalam hal  risiko

murni dan risiko khusus tidak ada kemungkinan untung atau memperoleh

sesuatu, melainkan yang ada hanya dua kemungkinan, yaitu tidak terjadi

kerugian atau terjadi kerugian akibat suatu kejadian diluar kendali orang

15
yang menghadapi risiko tersebut. Inilah jenis risiko yang ditanggung oleh

sistem asuransi.

3. Bagaimana Sistem Asuransi Berfungsi

Kerugian finansial yang ditimbulkan oleh suatu kejadian bisa

dikurangi melalui sistem asuransi. Asuransi pada dasarnya adalah suatu

sistem manajemen risiko dimana kepada pesertanya ditawarkan

kesempatan untuk secara bersama-sama menanggung kerugian ekonomi

yang mungkin timbul, dengan cara membayar premi kepada perusahaan

asuransi (Thabrany dkk, 2005:21).

Beberapa kondisi yang mendukung konsep bahwa sistem asuransi

dapat berfungsi yaitu:

a. Adanya ketidakpastian akan terjadinya kerugian (Uncertainty of loss).

b. Hal yang diasuransikan dapat diukur dalam nilai uang (Measurabiltiy

of loss).

c. Jumlah peserta cukup besar (Large number of insured).

d. Kerugian yang potensial terjadi jumlahnya cukup besar (Significant

size of potential loss).

e. Gotong royong yang adil atau adanya cara untuk menanggung risiko

secara bersama-sama (Equitable sharing).

C. Prinsip-prinsip Asuransi

Industri asuransi, baik asuransi kerugian maupun asuransi jiwa, memiliki

prinsip-prinsip yang menjadi pedoman bagi seluruh penyelenggaraan kegiatan

perasuransian antara lain:

16
1. Insurable Interest

Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan atau dipertanggungkan.

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa agar suatu perjanjian asuransi

bisa dilaksanakan maka objek yang diasuransikan haruslah suatu

kepentingan yang dapat diasuransikan, yaitu kepentingan yang dapat

dinilai dengan uang (Naja, 2009:117). Maksud penjelasan tersebut adalah

hubungan kepentingan secara hukum dan finansial yang mengakibatkan

kerugian keuangan bagi si pemohon asuransi, contohnya bila orang tua

meninggal maka anak akan mengalami kerugian ekonomi karena anak

memiliki ketergantungan finansial terhadap orang tuanya.

2. Utmost Good Faith

Prinsip keterbukaan dimana didalam prinsip ini terkandung arti bahwa

penutupan asuransi baru sah apabila didasari itikad baik.

3. Proximate Cause

Prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab utama terjadinya risiko.

Menurut Fuad dkk (2010:91), Proximate Cause adalah suatu penyebab

aktif dan efisien yang bergerak dalam suatu rantai peristiwa yang

membawa suatu akibat tanpa intervensi sesuatu penyebab lain yang

bekerja secara aktif dan yang datang dari suatu sumber baru dan

independen.

4. Indemnity

Prinsip ganti rugi dimana perusahaan asuransi hanya mengganti sesuai

dengan harga yang wajar. Tertanggung tidak boleh mendapatkan

keuntungan karena terjadinya kerugian yang ditanggung tersebut. Prinsip

17
ini tidak berlaku bagi kontrak asuransi jiwa dan kecelakaan karena jiwa

dan anggota badan seperti tangan dan kaki tidak dapat dinilai dengan uang.

5. Subrogation

Prinsip yang memberi hak penanggung yang telah membayar kerugian

untuk mengambil alih hak penggantian dari pihak ketiga yang dipunyai

tertanggung apabila kerugian itu diklaim oleh tertanggung pada polis

(Tunggal, 2005:61).

6. Contribution

Prinsip kontribusi timbul apabila atas suatu objek yang diasuransikan pada

lebih dari satu perusahaan asuransi, maka apabila terjadi kerugian yang

dijamin dan salah satu perusahaan asuransi telah membayar penuh

kerugian tersebut, maka hak menuntut ganti rugi pada perusahaan lain

jatuh kepada perusahaan asuransi yang telah membayar penuh penggantian

kerugian tersebut. Prinsip ini tidak berlaku dalam asuransi jiwa.

D. Jenis-jenis asuransi

Ada empat jenis asuransi yang dikenal dalam industri asuransi.

Keempatnya biasanya dikelompokkan dalam dua macam asuransi, yaitu

pertama adalah asuransi jiwa dan kesehatan (life and health) dan kedua

adalah asuransi harta benda dan kerugian (property and casualty), dimana

asuransi jiwa dan kesehatan dioperasikan oleh perusahaan asuransi jiwa

sedangkan asuransi harta benda dan kerugian dioperasikan oleh perusahaan

asuransi kerugian.

1. Asuransi jiwa (Life Insurance)

18
a. Asuransi jiwa tradisional dibagi menjadi:

1) Term Life (Berjangka)

Asuransi berjangka hanya memberikan proteksi dalam jangka

waktu tertentu saja. Proteksinya bisa sesingkat naik pesawat dari

Jakarta ke Bali atau selama nasabah mengadakan kredit

kepemilikan rumah di bank selama 10 tahun atau kredit mobil

dengan perusahaan pembiayaan selama 3 tahun. Jika tidak terjadi

risiko, uang asuransi tidak dikembalikan atau hangus. Asuransi

jenis ini memiliki premi paling murah diantara asuransi lainnya.

Akan tetapi, uang pertanggungannya bisa besar, mencapai

miliaran dengan premi yang tidak terlalu menguras isi kantong.

Asuransi jenis term life tidak memiliki nilai tunai. Jika pada masa

berakhirnya kontrak asuransi si tertanggung masih sehat walafiat,

kontrak berakhir dan tidak ada uang yang diberikan kepada

tertanggung.

2) Whole Life (Seumur hidup)

Jenis asuransi ini melindungi tertanggung hinggal akhir usia,

biasanya ditanggung sampai umur 99 tahun. Masa pembayaran

premi ditentukan dari awal. Asuransi ini mengandung nilai

tabungan. Masa proteksinya pun lebih panjang, hingga mencapai

99 tahun. Pada asuransi whole life, ketika kontrak berakhir dan

tertanggung masih sehat walafiat, ada nilai tunai yang diberikan.

Selain itu, jika tidak dapat membayar preminya, pemegang polis

19
dapat mengambil dana atau melakukan pinjaman dari nilai tunai

ini.

3) Endowment (Dwiguna)

Asuransi jiwa dengan nilai tabungan yang lebih besar. Pada

tahun-tahun tertentu nilai tabungan dapat ditarik sesuai sesuai

dengan program. Jenis asuransi ini biasanya asuransi dana

pensiun dan asuransi pendidikan. Asuransi ini merupakan produk

asuransi berjangka yang memiliki keuntungan ganda. Sifatnya

seperti asuransi berjangka sekaligus sebagai tabungan. Premi

asuransi endowment jauh lebih mahal dibandingkan dengan

asuransi berjangka atau whole life.

b. Asuransi jiwa non tradisional:

1) Unit Link (gabungan term dan investasi)

Unit link merupakan asuransi non tradisional yang merupakan

asuransi dengan dua kantong, kantong untuk proteksi dan kantong

investasi. Uang premi yang dibayarkan sebagian digunakan untuk

membayar proteksi dan sebagian lagi ditempatkan pada reksa

dana dalam bentuk unit link. Pemegang polis akan diminta

memilih di mana akan ditempatkan investasinya, apakah pada

reksadana saham, reksadana campuran, reksadana pendapatan

tetap, atau pasar uang. Unit link terkait erat dengan pasar modal

sehingga produknya cukup rumit dan tidak mudah dipahami.

Meskipun demikian, asuransi jenis unit link mempunyai sisi

positif dimana nasabah dapat berdisiplin untuk berinvestasi secara

20
berkala, baik bulanan maupun tahunan karena pembayaran

investasi ditagihkan bersamaan dengan pembayaran premi. 

2. Asuransi Kesehatan (Health Insurance)

Asuransi kesehatan kadang-kadang juga disebut asuransi kesehatan dan

kecelakaan atau asuransi sakit dan kecelakaan. Asuransi kesehatan

bertujuan untuk meringankan beban biaya yang disebabkan oleh gangguan

kesehatan akibat sakit atau kecelakaan. Asuransi ini memberikan

perlindungan terhadap risiko berupa biaya tindakan pengobatan atau yang

bersangkutan tidak dapat bekerja karena sakit atau kecelakaan. Asuransi

kesehatan mencakup berbagai pengeluaran biaya termasuk biaya obat,

perawatan rumah sakit, tindakan bedah dan juga perlindungan terhadap

hilangnya pendapatan apabila si tertanggung cacat.

3. Asuransi Harta Benda (Property Insurance)

Asuransi harta benda termasuk perlindungan terhadap rumah berikut

isinya, bangungan komersil dan industri, alat-alat, furnitur, barang

inventaris, data dan catatan perusahaan, barang habis pakai, kendaraan dan

lain-lain. Ada dua jenis kerugian harta benda yaitu langsung (hilang,

dicuri, rusak, dihancurkan) dan tidak langsung (sewa rumah, hilangnya

pendapatan dari menyewakan dan hilangnya keuntungan).

4. Asuransi Kerugian (Casualty Insurance)

Asuransi kerugian mencakup kerugian yang terjadi akibat suatu kejadian

seperti pemerkosaan terhadap seseorang yang mengakibatkan cedera atau

menjadi sakit. Asuransi kecelakaan ini terutama menanggung kerugian

yang timbul akibat adanya klaim cedera atau kerusakan yang diajukan oleh

21
orang lain. Jenis lainnya adalah asuransi yang menanggung kerugian

akibat penipuan, keamanan, mesin-mesin industri dan penerbangan.

E. Pembahasan Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan

1. Pengertian Asuransi Jiwa

Pengertian asuransi jiwa sudah tercakup dalam Pasal 1 ayat (1)

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992. Apabila Pasal 1 ayat (1) Undang-

undang Nomor 2 Tahun 1992 dipersempit hanya melingkupi jenis asuransi

jiwa, maka asuransi jiwa adalah perjanjian, antara dua pihak atau lebih

dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung

dengan menerima premi untuk memberikan suatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang diasuransikan.

Pengertian asuransi jiwa menurut Fuad dkk (2010:54) pada

hakekatnya adalah pengalihan atau pelimpahan risiko (risk shifting) atas

kerugian keuangan (financial loss) oleh tertanggung kepada penanggung.

Risiko yang dilimpahkan kepada penanggung bukanlah risiko hilangnya

jiwa seseorang, melainkan kerugian keuangan akibat hilangnya jiwa

seseorang atau karena mencapai usia lanjut sehingga tidak produktif lagi.

Asuransi jiwa memberikan uang pertanggungan kepada yang

ditinggalkan yaitu anak, orang tua, atau yang lainnya sesuai dengan ahli

waris yang ditunjuk bila tertanggung meninggal. Sifat risiko asuransi jiwa

adalah pasti terjadi dan bisa terjadi setiap saat. Asuransi jiwa akan

memberikan jaminan agar lebih tenang jika terjadi apa-apa yang tidak

diinginkan, termasuk kesehatan, ancaman kecelakaan atau kematian.

22
Kerjasama usaha asuransi jiwa dikoordinir oleh perusahaan

asuransi, yang bekerja atas dasar hukum bilangan besar, yang

menyebarkan risiko kepada orang-orang yang mau bekerjasama atau

disebut dengan istilah the law of large numbers. Pengertian the law of

large numbers sendiri adalah memindahkan dampak kerugian atau risiko

dari seorang individu kepada sebuah kelompok dan membagi kerugian

atau risiko tersebut kepada seluruh anggota kelompok.

The law of large numbers diterapkan pada perusahaan asuransi

sebagai metode untuk memprediksi kemungkinan kerugian di hari depan.

Perusahaan asuransi mengumpulkan informasi tertentu tentang

sekelompok orang agar dapat mengenali atau mengidentifikasikan pola

kerugian yang dialami oleh orang-orang tersebut. Berdasarkan keterangan

dan data yang dikumpulkan, perusahaan asuransi dapat memprediksi

jumlah kerugian yang akan timbul dalam kelompok tertentu dengan lebih

akurat, artinya perusahaan asuransi dapat memprediksi jumlah yang akan

meninggal, cacat atau sakit dari kelompok tertentu tersebut (Fuad dkk,

2010:45).

Asuransi jiwa cenderung disebut sebagai asuransi untuk biaya

besar atau kadang kala disebut sebagai tabungan untuk mendapat uang

besar karena asuransi jiwa berbeda dengan asuransi kesehatan yang hanya

mengandalkan sebuah kartu yang manfaat-manfaatnya sudah diatur secara

terperinci.

Sistem pada asuransi jiwa adalah manfaat langsung diberikan

secara tunai tanpa harus menunggu tagihan rumah sakit. Manfaat asuransi

23
jiwa juga sebagai tabungan untuk memperoleh uang besar karena tabungan

masa tua berdiri sendiri tanpa berdampak kepada manfaat lainnya dimana

semuanya sudah dirancang dan direncanakan di awal.

Asuransi jiwa juga diatur dalam KUHD Buku 1 Bab X pasal 302

dan pasal 308 KUHD yang membolehkan orang mengasuransikan

jiwanya. Akan tetapi, definisi asuransi dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-

undang Nomor 2 Tahun 1992 yang dijadikan titik tolak pembahasan.

Menurut ketentuan Pasal 302 KUHD, jiwa seseorang dapat

diasuransikan untuk keperluan orang yang berkepentingan, baik untuk

selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian.

Selanjutnya, dalam Pasal 308 KUHD ditentukan bahwa orang

yang berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa

diketahui atau tanpa persetujuan orang yang diasuransikan jiwanya.

Berdasarkan kedua pasal tersebut, jelaslah bahwa setiap orang

dapat mengasuransikan jiwanya. Asuransi jiwa dapat diadakan selama

hidup atau selama jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian.

Sehubungan dengan uraian pasal-pasal perundang-undangan di

atas, Purwosutjipto (1992:9) memperjelas lagi pengertian asuransi jiwa

dengan mengemukakan definisi pertanggungan jiwa adalah perjanjian

timbal balik antara penutup (pengambil) asuransi dengan penanggung

dengan mana penutup asuransi mengikatkan diri selama jalannya

pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan

penanggung sebagai akibat langsung dari meninggalnya orang yang

jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya suatu jangka waktu yang

24
diperjanjikan mengikat diri untuk membayar sejumlah uang tertentu

kepada orang yang ditunjuk untuk penutup asuransi sebagai penikmatnya.

Definisi Purwosutjipto menekankan bahwa penanggung akan

membayar satu orang yang ditunjuk oleh pengambil asuransi sebagai

penikmatnya. Ini hanya untuk asuransi jiwa selama hidup, tidak termasuk

untuk yang berjangka waktu tertentu.

2. Jenis dan manfaat asuransi jiwa

a. Asuransi Jiwa Berjangka (Term Life)

Ciri khas ini terletak pada proteksi maksimum dengan preminya yang

relatif rendah. Jenis produk ini menarik bagi calon tertanggung yang

mempunyai kebutuhan asuransi besar, namun daya belinya terbatas.

Nasabah yang cocok dengan polis ini adalah:

1) Calon pemegang polis yang ingin memproteksi masa depan

anaknya.

2) Calon pemegang polis yang baru meniti karir.

b. Asuransi Jiwa Seumur Hidup (Whole life)

Ciri khas asuransi ini adalah jenis dasar asuransi jiwa permanen yang

memberi proteksi asuransi seumur hidup. Nasabah yang cocok dengan

produk ini adalah:

1) Calon pemegang polis yang ingin memiliki proteksi jiwa

sekaligus menghasilkan dana tabungan yang dapat dipakai untuk

kebutuhan darurat.

2) Calon pemegang polis yang membutuhkan proteksi penghasilan

permanen.

25
3) Calon pemegang polis yang ingin mendapat sejumlah

pertumbuhan modal investasi.

c. Asuransi Jiwa Dwiguna (Endowment)

Ciri khas asuransi ini adalah proteksi yang memberikan jumlah uang

pertanggungan saat tertanggung meninggal dalam periode tertentu,

dan sekaligus memberikan seluruh uang pertanggungan jika ia masih

hidup pada masa akhir penanggungan. Selain memiliki nilai tunai, ada

juga dana yang dikeluarkan secara berjangka sebelum masa kontrak

asuransi berakhir, misalnya untuk dana pendidikan anak.

Nasabah yang cocok dengan produk ini adalah:

1) Calon pemegang polis yang hendak menabung untuk kepentingan

pendidikan anak.

2) Calon pemegang polis yang ingin mengumpulkan uang untuk

membeli rumah.

3) Calon pemegang polis yang ingin memiliki dana pensiun.

Asuransi jiwa dapat menyediakan manfaat sebagai berikut:

a. Critical illness (penyakit kritis) yang biasanya sebagai program

tambahan atau disebut dengan istilah rider.

b. Kecelakaan yang mengakibatkan meninggal atau cacat tetap total.

c. Meninggal karena sakit.

d. Tabungan masa tua.

Asuransi jiwa seharusnya dimiliki oleh orang-orang yang sudah

berkeluarga, telah bekerja dan mempunyai tanggungan karena asuransi

jiwa berfungsi menanggulangi risiko kehilangan nilai ekonomi seperti

26
kondisi aset sekarang, berapa lama aset tersebut akan menghasilkan

pendapatan dan berapa besar pendapatan yang dapat dihasilkan dimasa

depan.

3. Pengertian Asuransi Kesehatan

Asuransi kesehatan menurut Suryono (2008:102), merupakan

asuransi yang objeknya jiwa. Tujuan asuransi kesehatan adalah

memperalihkan risiko biaya sakit dari tertanggung sehingga kewajiban

penanggung adalah memberikan biaya atau pelayanan perawatan

kesehatan kepada tertanggung.

Ilyas (2003:1) dalam bukunya “Mengenal Asuransi Kesehatan”,

mengutip pendapat Black dan Skipper (1994) yang menyampaikan bahwa

ada dua komponen dalam asuransi kesehatan yaitu transfer risiko dari

individu kepada kelompok dan berbagi kerugian (sharing of losses)

diantara anggota kelompok. Berdasarkan pengertian tersebut, Black dan

Skipper mendefinisikan asuransi sebagai: “a social instrument whereby

individuals transfer the financial risks associated with loss of health to the

group of individuals, and which involves the accumulation of funds by the

group from these individuals to meet the uncertain financial losses from

an illness or for prevention of an illness”.

Asuransi kesehatan merupakan salah satu jenis produk asuransi

yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para

asuransi tersebut apabila mereka mengalami gangguan kesehatan atau

mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan yang

27
ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu rawat jalan dan

rawat inap .

Pengertian Asuransi kesehatan memberikan proteksi dalam

bentuk sejumlah dana untuk biaya berobat dan rumah sakit, bila seseorang

terkena penyakit tertentu. Asuransi kesehatan merupakan salah satu bentuk

asuransi yang membantu mengurangi risiko akibat sakit. Dengan asuransi,

risiko perorangan dirubah menjadi risiko kelompok dengan cara

membayar sejumlah uang yang disebut premi kepada suatu badan

penyelenggara sebagai pengganti biaya yang mungkin harus dikeluarkan

untuk pelayanan kesehatan pada saat sakit. Agar risiko dapat disebarkan

secara merata dan luas, maka jumlah peserta harus cukup banyak; ini yang

disebut dengan hukum jumlah besar atau the law of large numbers.

Pembiayaan kesehatan melalui asuransi memberikan beberapa

keuntungan, antara lain:

a. Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

b. Membebaskan peserta dari kesulitan menyediakan.

c. Memungkinkan dapat diawasinya biaya dan mutu pelayanan

kesehatan.

Beraneka ragam penawaran program asuransi kesehatan di

Indonesia akhir-akhir ini memberikan keuntungan tersendiri bagi

masyarakat Indonesia, persaingan yang semakin ketat mendorong

perusahaan asuransi di Indonesia berlomba-lomba untuk menciptakan

produk asuransi kesehatan yang memberikan manfaat yang semakin

maksimal untuk nasabahnya.

28
Asuransi kesehatan merupakan salah satu bentuk asuransi yang

membantu mengurangi risiko akibat sakit. Asuransi kesehatan cenderung

disebut sebagai asuransi untuk biaya kecil karena asuransi kesehatan

cenderung digunakan untuk biaya-biaya kesehatan yang standar atau

dengan kata lain kerugian finansial yang dialami masih dalam tingkat

rendah.

Biasanya asuransi kesehatan menggunakan sistem cashless (kartu

asuransi tanpa uang tunai) sehingga nasabah tidak dipusingkan untuk

menyediakan uang dalam membayar pelayanan rumah sakit. Asuransi

kesehatan biasanya sudah ditanggung oleh kantor tempat dimana nasabah

bekerja dan dibayar setiap tahunnya hingga dapat diperpanjang sesuai

kebutuhan.

4. Jenis dan manfaat asuransi kesehatan

Asuransi kesehatan menyediakan manfaat tertentu apabila

tertanggung jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Ada dua jenis

asuransi kesehatan yaitu santunan biaya pengobatan (medical expense

coverage) dan santunan pendapatan karena cacat (disability income

coverage). Santunan biaya pengobatan meliputi pembayaran biaya rumah

sakit, biaya bedah atau operasi dan kuitansi dokter serta biaya pengobatan

lain yant terkait, sepanjang manfaatnya dituangkan dalam polis. Santunan

pendapatan menyediakan pembayaran sejumlah income tertentu sepanjang

tertanggung tidak dapat bekerja lagi karena cacat.

Jenis asuransi kesehatan bila ditinjau dari jumlah peserta yang

ditanggung terbagi menjadi:

29
a. Asuransi kesehatan perorangan.

b. Asuransi kesehatan kelompok.

Pada dasarnya asuransi kesehatan memberikan manfaat tertentu

apabila tertanggung mengalami sakit, kecelakaan atau menerima

pelayanan medis. Jenis manfaat yang ditawarkan asuransi kesehatan ada

dua program yaitu:

a. Program utama yang terdiri dari rawat inap.

b. Program tambahan yang terdiri dari rawat jalan, gigi, melahirkan dan

kacamata. Ada juga program tambahan berupa santunan penyakit

kritis (critical illness) seperti program dalam asuransi jiwa.

Asuransi rawat inap meliputi biaya rawat inap di rumah sakit yang

meliputi biaya kamar, jasa dokter, obat-obatan, laboratorium, penunjang

diagnostik, dan pembedahan. Penggolongan asuransi rawat inap biasanya

dilakukan berdasarkan kelas kamar. Rawat Inap dapat dibeli oleh

kelompok maupun perorangan.

Asuransi rawat inap dapat mempunyai manfaat tambahan berupa

rawat jalan, gigi, melahirkan dan kacamata. Dengan kata lain, asuransi

tambahan tersebut harus menjadi satu dengan asuransi rawat inap.

Asuransi rawat jalan meliputi biaya dokter, diagnosis atau lab, dan obat.

Besarnya biaya yang ditanggung biasanya ditentukan dengan limit

maksimum untuk masing-masing komponen per kunjungan atau per tahun

dan frekuensi maksimum kunjungan dalam satu tahun. Pembatasan juga

dapat diberlakukan dengan mewajibkan rujukan dokter umum sebelum

kunjungan ke dokter spesialis, atau pertanggungan hanya diberikan bila

30
pelayanan kesehatan dilakukan oleh penyedia layanan yang terdaftar.

Biaya rawat jalan, rawat gigi, melahirkan atau kaca mata, biasanya tidak

dijamin dalam asuransi kesehatan perorangan.

5. Perbedaan Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan

Uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa perbedaan antara

asuransi jiwa dan asuransi kesehatan terletak pada jenis atau bentuk,

manfaat dan masa pertanggungannya. Asuransi jiwa lebih jauh manfaatnya

bagi orang-orang yang kita sayangi. Dari segi risiko, meninggal dunia dan

usia lanjut dikelola oleh asuransi jiwa sedangkan cacat badan dan

kemerosotan kesehatan dikelola oleh asuransi kesehatan.

Beberapa perbedaan antara asuransi jiwa dan asuransi kesehatan

antara lain sebagai berikut: 

a. Aneka ragam dan variasi pada asuransi kesehatan lebih banyak jika

dibandingkan dengan asuransi jiwa, sehingga pada perhitungan premi

banyak digunakan banyak macam ragam tabel morbiditas (keadaan

tidak sehat), sedangkan asuransi jiwa hanya digunakan satu macam

tabel mortalitas (kematian).

b. Jumlah dibayarkan untuk klaim asuransi jiwa sudah dapat dipastikan

sesuai yang tercantum dalam polis, sedangkan jumlah klaim pada

asuransi kesehatan bisa tidak menentu.

c. Pada asuransi kesehatan dimungkinkan terjadi klaim lebih dari satu

kali sedangkan asuransi jiwa hany terjadi sekali saja pada saat

kematian tertanggung.

31
d. Inflasi, perubahan perekonomian dan perubahan dalam praktek

pembeli pelayanan kesehatan lebih besar pengaruhnya terhadap

jumlah manfaat yang dibayarkan untuk klaim asuransi kesehatan

dibandingkan dengan klaim asuransi jiwa.

e. Premi asuransi kesehatan bisa berbeda untuk setiap daerah sedangkan

asuransi jiwa sama untuk semua wilayah.

f. Sistem pada asuransi jiwa adalah manfaat langsung diberikan secara

tunai tanpa harus menunggu tagihan rumah sakit.

F. Manfaat Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan

Baik asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan mempunyai manfaat

yang sama antara lain sebagai berikut:

1. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang

diderita oleh satu pihak.

2. Meningkatkan efisiensi karena tidak perlu secara khusus mengadakan

pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang

memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.

3. Transfer risiko dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau

perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas risiko ke perusahaan

asuransi.

4. Pemerataan biaya yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang

jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti ataupun membayar sendiri

kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.

32
5. Manfaat umum asuransi kesehatan untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan terhadap masyarakat. Manfaat asuransi kesehatan ini akan

sangat terasa pada saat seseorang mengalami gangguan kesehatan dimana

membutuhkan pengobatan yang memerlukan biaya besar, seperti yang

anda ketahui biaya kesehatan pada saat ini sangat mahal dan terus

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada saat itulah seseorang

akan merasakan betapa berartinya uang pertanggungan yang diberikan

perusahaan asuransi untuk menanggung biaya kesehatan.

6. Manfaat khusus asuransi kesehatan adalah mengurangi risiko

ketidakpastian, mengubah risiko perorangan menjadi risiko kelompok

maksudnya adalah dana yang terkumpul dari masing-masing penduduk

digunakan untuk kepentingan bersama. Hal ini yang disebut risk sharing

atau bentuk gotong royong.

7. Manfaat umum asuransi jiwa adalah mempertahankan kesejahteraan

keluarga dan membayar biaya tertentu.

8. Manfaat khusus asuransi jiwa adalah sebagai jaminan dana untuk keluarga

jika tertanggung meninggal dunia, standar kualitas hidup keluarga, biaya

pendidikan anak, tabungan hari tua dan sebagai dana tambahan jika

tertanggung memiliki penyakit serius atau kecelakaan yang fatal.

G. Faktor yang Mendorong Masyarakarat untuk Mengikuti Asuransi Jiwa

Banyak anggapan masyarakat bahwa kebanyakan orang-orang yang

membeli produk asuransi jiwa adalah mereka yang secara finansial sudah

lebih dari cukup, padahal asuransi jiwa mempunyai prinsip bukan untuk

33
membuang uang sisa melainkan untuk menjaga kondisi keuangan seseorang

agar tidak jatuh.

Berdasarkan uraian yang didukung oleh beberapa teori dari para ahli,

penulis dapat menyimpulkan mengenai beberapa pertimbangan masyarakat

sebelum mengikuti asuransi jiwa dimana inti utama adalah mengantisipasi

risiko. Pertama adalah tidak adanya dana darurat untuk mengatasi risiko baik

kematian, sakit maupun cacat tetap, kedua adalah jaminan pekerjaan saat ini

apakah bisa menjamin masa depan termasuk risiko pekerjaan yang tinggi

seperti pekerja lapangan, terakhir adalah jumlah keluarga yang ditanggung.

H. Tantangan Perusahan Asuransi Jiwa di Indonesia

Prospek pertumbuhan di industri asuransi secara umum di Indonesia

dihambat oleh tingkat transparansi kelembagaan, regulasi yang ketat, dan

pengungkapan kepada masyarakat. 

Kepercayaan nasabah atas sebuah perusahaan asuransi dilandasi oleh

faktor kesehatan keuangan perusahaan. Kekuatan modal menjadi salah satu

faktor keberhasilan dalam persaingan, semakin besar modal yang dimiliki

semakin dipercaya oleh masyarakat. Kinerja tersebut diukur dari tingkat Risk

Based Capital (RBC) dari setiap perusahaan asuransi umum maupun jiwa.

RBC atau Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah jumlah

dana yang dibutuhkan untuk memberikan ganti rugi atas kerugian yang

diderita oleh nasabah dan secara umum dapat memenuhi kewajiban

menjalankan usaha dengan memiliki aset dan kekuatan modal melebihi dari

total kewajiban yang dimilikinya. Komponen-komponen BTSM terdiri dari:

34
kegagalan pengelolaan kekayaan, ketidakseimbangan antara nilai kekayaan

dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang, perbedaan antara beban klaim

yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan, ketidakseimbangan pihak

reasuradur (perusahaan yang diserahkan sebagian risiko oleh perusahaan

asuransi) untuk memenuhi kewajiban membayar klaim.

Penerapan RBC diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor

424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan

Perusahaan Reasuransi, Pasal 2 yaitu ‘Perusahaan Asuransi dan Perusahaan

Reasuransi  setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas  paling sedikit

120% (seratus dua puluh persen) dari risiko kerugian yang mungkin

timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan

kewajiban’.

Berdasarkan pasal 6B Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, perusahaan asuransi harus

memiliki modal minimal Rp70.000.000.000 (tujuh puluh miliar rupiah) pada

akhir 2012. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-

LK) kembali mendesak industri asuransi segera memiliki modal absolut

minimal Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah), dalam rangka penguatan

modal serta penciptaan produk asuransi baru.  Aturan modal minimum yang

harus dipenuhi perusahaan asuransi baik jiwa maupun kerugian sebesar

Rp70.000.000.000 (tujuh puluh miliar rupiah) pada tahun 2012 akan menjadi

Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) pada tahun 2014.

Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK Nomor 62

(PSAK 62) tentang kontrak asuransi yang merupakan konvergensi

35
International Financial Reporting Standards (IFRS) atau standar laporan

keuangan internasional, mulai diterapkan pada akhir tahun 2012. PSAK 62

memberikan panduan yang lebih spesifik terkait dengan pengakuan dan

pengukuran pendapatan, beban, dan liabilitas yang timbul dari kontrak

asuransi. Jadi pencatatan laporan keuangan tidak lagi berdasarkan entitas,

melainkan membedakan transaksi premi proteksi dan investasi. Regulator

bertujuan agar semua perusahaan asuransi di Indonesia siap dengan PSAK 62

atau IFRS sebab jika penerapan ini menunggu lebih lama, kesenjangan antara

standar akuntasi lokal dan standar akuntasi internasional akan semakin lebar.

Pertanggungjawaban keuangan kepada para tertanggung di dalam

asuransi jiwa mempengaruhi penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan

sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur estimasi, misalnya estimasi jumlah premi

yang belum merupakan pendapatan, estimasi jumlah klaim yang terjadi namun

belum dilaporkan dan pihak tertanggung (pembeli asuransi) membayar premi

asuransi terlebih dahulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang

menimbulkan kerugian yang diperjanjikan terjadi.

Unsur-unsur pendapatan asuransi yang sesuai dengan SAK yaitu:

1. Pendapatan underwriting (premi tanggungan sendiri), yang terdiri dari

premi kotor, dikurangi premi reasuransi dan dikurangi atau ditambah

kenaikan atau penurunan premi yang belum merupakan pendapatan.

2. Cadangan teknis adalah dana yang harus disisihkan untuk memenuhi

kewajiban kepada tertanggung atau pemegang polis. Cadangan teknis

terbagi menjadi:

a. Cadangan premi yang belum merupakan pendapatan.

36
b. Cadangan klaim dalam proses.

c. Cadangan klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan.

d. Cadangan klaim untuk bencana tidak terduga.

Penerapan PSAK 62 atau IFRS ini berpengaruh pada RBC karena bisa

menggerus modal perusahaan hingga 20%. Akibatnya, dikhawatirkan

beberapa industri bisa terkena Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) karena

tidak memenuhi persyaratan modal minimum yang bisa mempengaruhi tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap industri perasuransian (www.neraca.co.id,

28 Desember 2012).

Saat ini, RBC di industri asuransi dilakukan dengan menggunakan

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dimana perhitungan cadangan teknisnya

dengan metode Gross Premium Valuation (GPV) atau penilaian premi kotor

dan untuk perhitungan kewajiban pemegang polis (liabilitas) dengan metode

Gross Premium Reserve (GPR) atau cadangan premi kotor. Sedangkan aturan

yang baru, perhitungan RBC dilakukan dengan Standar Akuntansi Pemerintah

yaitu dengan metode net premium atau premi netto.

Menurut Kamus Asuransi (Ali dkk, 2007:133), GPV adalah nilai

sekarang dari premi kotor di masa yang akan datang dikurangi dengan nilai

sekarang dari maslahat (ahli waris) dan biaya-biaya polis di masa yang akan

datang. Sementara itu, GPR menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan,

mencerminkan nilai kini estimasi pembayaran seluruh manfaat yang

diperjanjikan, termasuk seluruh opsi yang disediakan, dan nilai kini estimasi

seluruh biaya yang akan dikeluarkan serta mempertimbangkan penerimaan premi

di masa yang akan datang.

37
Net Premium atau premi netto menurut Kamus Asuransi (Ali dkk,

2007:212), adalah (1) pembayaran premi dikurangi komisi agen; (2) premi asli

dikurangi suatu premi kembali; (3) pembayaran netto hanya untuk biaya asuransi,

dikurangi biaya-biaya atau ketidaktentuan; (4) suatu premi partisipasi, dikurangi

pembayaran dividen-dividen atau diantisipasi.

PSAK 62 atau IFRS juga menjadi tantangan yang harus dihadapi

perusahaan asuransi karena PSAK 62 atau IFRS itu belum sepenuhnya

dipahami oleh perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia

(www.investor.co.id, 3 Juli 2013).

Hasil Biro Riset Infobank menyatakan pada 2013 industri asuransi

secara umum di Indonesia menghadapi tantangan yang lebih berat dibanding

2012 akibat tantangan perekonomian makro yang cukup besar. Menurut

Direktur Biro Riset Infobank Eko Supriyanto, kondisi ekonomi makro akhir-

akhir ini terganggu beberapa hal, antara lain inflasi akibat tersendatnya

pasokan harga pangan, tingginya angka penjualan otomotif dan properti, serta

kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi (www.investor.co.id, 3

Juli 2013).

Selain dari tantangan tersebut, industri asuransi jiwa mempunyai

hambatan dari masyarakat atas pandangan terhadap asuransi pada umumnya

dan asuransi jiwa pada khususnya. Hal ini terlihat dari penetrasi asuransi jiwa

yang masih kecil dibanding populasi masyarakat Indonesia. Kenyataan ini

didukung oleh Ketua Umum AAJI yang mengatakan bahwa dari total

penduduk Indonesia sebesar 240 juta jiwa, hanya sekitar 43,7 juta orang atau

hanya sekitar 18 persen dari total penduduk Indonesia yang memiliki

38
perlindungan asuransi jiwa. Dari 43,7 juta orang tersebut, hanya sekitar 11 juta

orang atau hanya 4,5 persen dari total populasi yang memiliki asuransi jiwa

individu (Kompas, 3 Mei 2013).

Tingkat kemiskinan di Indonesia dalam tabel 2 juga merupakan

tantangan bagi perusahaan asuransi jiwa karena penduduk miskin adalah

penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan

yaitu Rp.211 ribu per bulan, menurut Data Sosial Ekonomi Badan Pusat

Statistik bulan Maret 2010. Garis Kemiskinan terdiri dari garis kemiskinanan

makanan dan garis kemiskinan bukan makanan (biaya perumahan, listrik,

angkutan, pendidikan).

Tabel 2: Kemiskinan di Indonesia 1976-2011

Penduduk Miskin (%) Jumlah Penduduk Miskin (juta)


Tahun
Kota Desa Kota Desa
1976 38,80 40,40 10,0 44,2
1984 23,14 21,18 9,3 44,2
1987 20,14 16,44 9,7 20,3
1990 16,75 14,33 9,4 17,8
1993 13,45 13,79 8,7 17,2
1996 13,60 19,90 9,6 24,9
1998 21,90 25,70 17,6 31,9
1999 15,10 20,20 12,4 25,1
2000 14,58 22,14 12,1 25,2
2001 9,76 24,95 8,5 28,6
2002 14,46 21,10 13,30 25,10
2003 13,57 20,23 12,20 25,10
2004 12,13 20,11 13,56 23,61
2005 11,37 19,51 12,40 22,70
2006 13,47 21,81 14,49 24,81
2007 12,52 20,37 13,56 23,61
2008 11,65 18,93 12,77 22,19
2009 10,72 17,35 11,91 20,62
2010 9,87 16,56 11,10 19,93
2011 9,23 15,72 11,05 18,97
Data: BPS (1994; 2001; 2009; 2012) (dikutip dalam Kuncoro, 2013:202).

Tabel Kemiskinan di atas menunjukkan bahwa tahun 2011 terdapat 30

juta jiwa jumlah penduduk miskin baik kota maupun desa, yang belum bisa membeli

39
produk asuransi jiwa sehingga produk asuransi jiwa masih minim untuk masyarakat

miskin.

Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim mengatakan bahwa rendahnya

pemahaman akan pentingnya berasuransi ini merupakan tantangan utama dari

industri asuransi jiwa selama ini. Ada beberapa kelemahan yang cukup

menjadi persoalan antara lain penetrasi asuransi jiwa yang masih rendah,

kesadaran masyarakat akan pentingnya berasuransi, pun penyebaran distribusi

asuransi yang belum merata ke pelosok Indonesia (www.infobanknews.com,

21 November 2012).

40
BAB III

KESIMPULAN

Asuransi memang dibeli dengan harapan tidak akan pernah dipakai. Sama

seperti halnya membeli alat pemadam kebakaran, dibeli agar siap menghadapi

risiko kebakaran, tetapi berharap tidak akan pernah terjadi risiko kebakaran.

Kajian ini dapat memberikan kesimpulan atau menjawab permasalahan

yang dipaparkan dengan mengawali pengertian asuransi. Asuransi adalah suatu

alat untuk mengalihkan risiko. Pengertian risiko adalah ketidakpastian yang bisa

diperkirakan atau diukur, maka ketidakpastian yang tidak bisa diperkirakan tidak

termasuk risiko. Perbedaan antara risiko dengan ketidakpastian terletak pada “ada

dan tidaknya informasi” tentang ketidakpastian tersebut. Ketidakpastian yang

tidak ada informasinya bukan disebut risiko.

Risiko sangat erat hubungannya dengan asuransi mengingat fungsi asuransi

mendorong masyarakat untuk lebih memikirkan masa depannya. Berbagai produk

asuransi diciptakan dan dipasarkan agar masyarakat dapat berjaga-jaga terhadap

hal-hal yang tidak diinginkan dimasa mendatang. Asuransi juga mendorong

masyarakat agar tidak tergantung pada pihak lain apabila terjadi risiko. Oleh

karena itu asuransi berfungsi sebagai manajemen risiko.

Adapun asuransi harus mempunyai prinsip-prinsip, pertama insurable

interest yang maksudnya adalah objek yang diasuransikan harus mempunyai

kepentingan secara hukum dan finansial apabila terjadi musibah atas objek yang

diasuransikan sehingga berhak menerima ganti rugi. Prinsip kedua utmost good

faith yaitu itikad baik. Prinsip ketiga proximate cause yaitu mencari penyebab

41
utama terjadinya suatu risiko. Prinsip keempat indemnity yaitu prinsip ganti rugi

dimana perusahaan asuransi hanya mengganti sesuai dengan harga yang wajar.

Prinsip kelima subrogation yaitu perusahaan asuransi hanya mengganti sesuai

dengan harga yang wajar. Prinsip keenam contribution yaitu perusahaan asuransi

hanya wajib membayarkan ganti rugi secara pro rata sesuai dengan tanggung

jawab menurut perbandingan yang seimbang.

Jenis-jenis asuransi ada empat macam yaitu asuransi jiwa yang terdiri dari

tradisional dan non tradisional, asuransi kesehatan, asuransi harta benda dan

asuransi kerugian.

Perbedaan dan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan terletak pada manfaat

dan masa pertanggungan. Asuransi jiwa dirancang untuk membayarkan sekaligus

(lump sum) dalam peristiwa kematian baik akibat sakit atau kecelakaan sedangkan

asuransi kesehatan dirancang untuk melindungi nasabah agar tidak mengeluarkan

uang untuk biaya pengobatan yang besar. Asuransi jiwa dapat berlangsung

selama seumur hidup atau sesuai jangka waktu yang diinginak nasabah sedangkan

asuransi kesehatan dapat berlansung hanya satu tahun kemudian diperpanjang

sesuai keinginan nasabah.

Penulis juga menyimpulkan bahwa asuransi jiwa dan asuransi kesehatan

wajib dimiliki oleh masyaraat karena keduanya saling mendukung. Asuransi jiwa

tetap penting walaupun sudah punya asuransi kesehatan dari kantor karena

perusahaan tidak akan menanggung tertanggung jika tertanggung tidak produktif

lagi.

Asuransi kesehatan sangat membantu nasabah pada saat jatuh sakit dan

harus di rawat inap dan inipun biasanya sudah disertai dengan asuransi jiwa yang

42
juga penting karena uang yang diperoleh bila meninggal sewaktu-waktu, bisa

membantu keluarga yang ditinggalkan. Asuransi kesehatan dapat melindungi

masyarakat dari kesulitan ekonomi dalam pembiayaan kesehatan.

Faktor yang mendorong masyarakat untuk mengikuti asuransi jiwa adalah

tidak adanya dana darurat untuk mengatasi risiko baik kematian, sakit maupun

cacat tetap dan jaminan pekerjaan saat ini apakah bisa menjamin masa depan.

Tantangan perusahaan asuransi jiwa di Indonesia disebabkan oleh

kurangnya pemahaman masyarakat tentang asuransi, pendidikan penduduk

Indonesia rata-rata masih rendah maka demand terhadap asuransi dan kesadaran

membayar iuran rutin menjadi tantangan berat (KUPASI, 2013:19). Tantangan

lain di masa depan adalah kemiskinan, situasi makro ekonomi yang melemah

akibat kenaikan harga BBM bersubsidi, tuntutan penerapan PSAK 62 atau IFRS

dan batas waktu pemenuhan modal minimum.

43
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Ali, Hasymi dkk. 2007. Kamus Asuransi. Penerbit Jakarta: Bumi Aksara.

Darmawi, Herman. 2004. Manajemen Risiko. Penerbit Jakarta: Bumi Aksara.

Djohanputro, Bramantyo. 2008. Corporate Risks Management. Penerbit Jakarta:


PPM.

Fuad, Noor dkk. 2010. Dasar‐Dasar Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan.
Penerbit: Bidang Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Ahli Manajemen
Asuransi Indonesia.

Hartono, Sri Redjeki. 2001. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi.


Penerbit Jakarta: Sinar Grafika.

Ilyas, Yaslis. 2003. Mengenal Asuransi Kesehatan: Review Utilisasi


Manajemen Klaim dan Fraud (Kecurangan Asuransi Kesehatan).
Penerbit Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (KUPASI). 2013. Asuransi Buat Apa?


Mari Berdamai dengan Risiko. Penerbit Jakarta: Gagas Bisnis Indonesia.

Kuncoro, Mudradjad. 2013. Indikator Ekonomi. Penerbit Yogyakarta: UPP


STIM YKPN.

Mehr, Robert I. 1985. Life Insurance Theory And Practice. Penerbit: Business
Publication Inc.

Murti, Bhisma. 2000. Dasar-dasar Asuransi Kesehatan. Penerbit Yogyakarta:


Kanisius.

Naja, H.R. Daeng. 2009. Pengantar Hukum Bisnis Indonesia. Penerbit


Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Prakoso, Djoko. 2000. Hukum Asuransi Indonesia. Penerbit Jakarta: Rineka


Cipta.

Prodjodikoro, Wirjono. 1991. Hukum Asuransi di Indonesia. Penerbit Jakarta:


PT Intermasa Jakarta.

Purwosutjipto, H.M.N. 1992. Pengertian Pokok Hukum Dagang. Penerbit


Jakarta: Djambatan.

44
Salim, Abbas. 1998. Asuransi dan Manajemen Resiko. Penerbit Jakarta: PT
Raja Grafindo Perkasa.

Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep
dan Sistem Operasional. Penerbit Jakarta: Gema Insani Press.

Thabrany, Hasbullah. 1999. Introduksi Asuransi Kesehatan. Penerbit Jakarta:


Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.

---------------------------- 2001. Asuransi Kesehatan di Indonesia. Pusat Ekonomi


Kesehatan UI Depok.

Thabrany, Hasbullah dkk. 2005. Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan Bagian-A.


Penerbit Jakarta: Perhimpunan Ahli Manajemen Jaminan dan Ahli
Asuransi Kesehatan Indonesia.

Tunggal, Hadi Setia. 2005. Dasar-dasar Asuransi. Penerbit Jakarta: Harvarindo.

Williams, C. Arthur Jr. dan Heins, Richard M. 1987. Risk Management and
Insurance. Penerbit: McGraw-Hill Book Company.

Peraturan Perundang-undangan:
Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 62
tentang Kontrak Asuransi. 2010. Ikatan Akuntan Indonesia. Penerbit
Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang


Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September


2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tanggal 11 Februari


1992 tentang Usaha Perasuransian.

Kitab Undang-undang Hukum Dagang

Surat Kabar, Jurnal, Tesis:


Assurance, Tax, Transactions, Advisory. 2013 Asia-Pacific Insurance Outlook.
Ernst & Young. 2013. Halaman 2-3.. EYGM Limited

45
Kompas. Masyarakat Indonesia Belum Sadar Asuransi. Didik Purwanto.
Jumat 3 Mei 2013.

Kompas. Mengenal Jenis-jenis Asuransi. Joice Tauris Santi. Selasa 18 Oktober


2011.

Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik edisi 8 Januari
2011.

Suryono, Arief. 2009. Asuransi Kesehatan Berdasarkan Undang-Undang


Nomor 3 Tahun 1992. Jurnal Dinamika Hukum Vol. 9. 3 September
2009. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

-------------------. 2008. Asuransi Kesehatan Menurut Peraturan Pemerintah


Nomor 69 Tahun 1991. HUMANIS. Jurnal Sosial Ekonomi Humaniora
Volume 2 Nomor 2. Nopember 2008. Lembaga Penelitian Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Ngadina. 2006. Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jasa Raharja


Terhadap Korban Kecelakaan Lalulintas Di Jalan Raya. Tesis
Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro,
Semarang.

Internet:
http://www.darakonsultanasuransi.com/index.php/risk-management-and-
risiko/48-manajemen

http://portalkeuangan.com/asuransi-di-indonesia

http://www.investor.co.id/moneyandbanking/industri-asuransi-hadapi-tantangan-
besar-makro

http://wartaekonomi.co.id/berita12789/riset-ifrs-tantangan-bagi-industri-asuransi-
indonesia.html

http://www.infobanknews.com/2012/11/aaji-tantangan-asuransi-jiwa-di-masa-
depan-kian-besar

http://m.neraca.co.id/harian/article/23330/Industri.Asuransi.Setuju.PSAK.62.Diter
apkan

46
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama
Maria Assumpta Wikantari

Riwayat Pendidikan
1. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia 1994 (Sarjana Sastra)
2. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada 2008 (Master of
Business Administration)
3. Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila – Program Doktor Bidang Studi
Manajemen Bisnis 2013 sampai sekarang

Riwayat Pekerjaan
1. Monsanto Co. Rep. Office 1994-1996
2. Baker and McKenzie Law Firm 1996-2003
3. Adnan Buyung Nasution Law Firm 2003-2006
4. Halliburton Indonesia 2006-2008
5. Manulife Financial 2008-2011
6. AIA Financial 2011-2013
7. AJB Bumiputera 2014-2016
8. BNI Life Insurance 2016 - sekarang
9. Universitas Indraprasta PGRI sebagai dosen 2011- sekarang

Riwayat Organisasi
1. Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) sebagai anggota

Jakarta, Januari 2014

47

You might also like