Professional Documents
Culture Documents
Natural Levee
• Oxidative
• Ripe
• Settlement
dome
Changes of
• Storage function
• Flood hazard
• Dryness
• Rain fed area
• Very acid
• Toxic
• Compacted
• Hydrophobic
lake
•Pelindian mengubah suasana reduktif, menghilangkan
kemasaman terlarutkan, juga sekaligus menghilangkan nutrisi
yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
•Ayunan air harian (pasang-surut), iklim dan salinitas air
merupakan agensia yang berperilaku terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi setelah lahan rawa direklamasi. Dapat
berdampak positif, sangat mungkin berdampak negatif. Susupan air
payau/asin mampu memperbaiki nutrisi, perkebunan kelapa
menjadi penghasilan utama secara turun temurun (Riau).
•Air yang keluar dari areal gambut selalu berwarna kecoklatan
keruh atau bening, ini menunjukkan terjadinya
pelarian/pelindian material halus/koloidal dan terlarutkan
secara sinambung.
•Air hanya berfungsi sebagai bahan pengencer dari bahan
terlarutkan, bukan bahan penetral kemasaman.
Proses Pembentukan Gambut
Diemont (1986)
Permukaan laut berada dalam kondisi stabil 5000 tahun lalu.
Beberapa abad kemudian terjadi dengan cepat deposisi sedimen
perluasan daratan pantai. Beberapa daratan itu tertutup oleh
komunitas hutan bakau.
Komunitas bakau itu membuat daerah menjadi stabil dan
mengakibatkan terjadinya perluasan tanah-tanah yang akhirnya
membentuk daerah mangrove dan lagoon yang mampu mengurangi
kadar garam (freshwater) yang mengakibatkan terjadinya hutan
gambut tropika atau danau berair segar.
Danau berair segar itu secara bertahap menampung bahan organik
yang dihasilkan oleh tumbuhan, berkembang menjadi hutan gambut
tropika yang dipengaruhi oleh air tanah gambut, dikenal sebagai
gambut topogen yaitu terbentuk berdasarkan kondisi topografi dan
geomorphologi.
Di atas gambut topogen itu terbentuklah hutan gambut ombrogen.
Fuchsman (1980)
Tumbuhan yang hidup, sebagai bahan pembentuk gambut, mengandung protein,
karbohidrat, lipid dan polyfenol seperti lignin. Dalam jumlah kecil, terdapat asam
nukleat, pigmen, alkoloid, vitamin-vitamin dan bahan organik lain maupun
anorganik.
Bahan-bahan ini sifatnya khusus tergantung spesies tumbuhan, jaringan tumbuhan,
dan bagian tumbuhan. Beberapa komponen bahan ini sifatnya tidak larut air,
misalnya selulosa. Sedangkan senyawa karbohidrat disimpan sebagai cadangan
dalam bentuk pati.
gula ini secara cepat larut dalam air dan langsung menjadi bahan metabolisme mikroba.
Pati juga mengalami peristiwa yang sama, segera larut dan dirubah menjadi gula melalui
proses enzimasi pada tumbuhan yang mati atau oleh mikroba.
Hemiselulosa, pektin, dan getah-getahan lebih lambat dihancurkan dan lebih
bertahan dalam jumlah bervariasi sebagai penyusun gambut bersama-sama dengan
selulosa.
Protein tanaman dalam jumlah besar dimanfaatkan oleh mikroba. Sejumlah nitrogen
dalam protein memang hilang, diduga dalam bentuk garam amonium yang tercuci
oleh residu yang tidak larut. Protein dalam bentuk asam amino atau turunannya
menjadi bahan penyusun atau merupakan bagian dari asam humat gambut.
Asam amino pada asam humat dapat diisolasi dan diidentifikasi melalui
chromatografi setelah dihidrolisis menggunakan asam hidroklorat.
Berbagai lipid dari tumbuhan hidup terhadap dalam bentuk tak larut dalam air.
Termasuk di dalamnya lemak, minyak tumbuhan, asam lemak bebas, getah-getah
tumbuhan, steroid dan terpenten.
Rangkuman
Gambut terbentuk setempat/insitu, hasil penimbunan bahan organik dari
lingkungannya sendiri
Laju deposisi lebih cepat dari dekomposisi disebabkan oleh suasana
anaerob dari lingkungan yang jenuh/lewat jenuh air
Penyusun gambut terutama dari bahan non-klorofil (ranting, batang, akar)
Susunan gambut terdiri atas bahan sisa/residu pelapukan bahan dasar dan
hasil polimerisasi/kondensasi
Penyusun utama gambut adalah C, H, dan O yang berbentuk gugus
koloidal aromatis, bermuatan negatif dari anion organik.
Tingkat dekomposisi alami ditentukan oleh durasi kestabilan muka air
setempat (dikaitkan dengan evolusi perubahan muka air laut)
Kesuburan gambut lebih ditentukan oleh keadaan lingkungan, relatif subur
pada di daerah cekungan dan pantai. Masam - sangat masam pada daerah
yang memungkinkan hasil dekomposisi keluar dari lingkungannya.
Kadar abu menentukan tingkat kesuburan gambut (tidak termasuk kadar
deposit bahan mineral dalam gambut)
Tingkat Pelarutan dan pelindian
Selulose, Lignin,
Karbohidrat, Protein tannin, dll.
lainnya
`
Asam Amino,
Petid (Hasil
Komponen dekomposisi dan Komponen
Penolik (hasil resintesis) Penolik (hasil
metabolisme) dekomposisi)
Konsentrasi/
Polimer
Substansi
Humik
Tanah Sulfat Masam Potensial
Rawa mineral yang dalam proses pengisiannya terjadi di daerah pantai
(sedimen marin) yang kaya dengan bahan organik, sulfat dan besi.
Bahan organik berasal dari sisa tumbuhan yang terhambat dekomposisinya
karena suasana reduksi, besi (umumnya oksida besi) berasal dari lahan
atasan dan dalam suasana reduksi akan menjadi besi fero. Sulfat berasal
dari air laut yang selanjutnya juga tereduksi menjadi sulfida.
Bentuk interaksi fero dan sulfida akhirnya menjadi pirit (FeS2) yang bila
kandungannya > 0,75 % disebut sebagai tanah sulfat masam potensial atau
tanah yang mengandung bahan sulfidik.
Lingkungan alami lahan berpirit
Suasana reduktif, kandungan pirit dan bentuknya
Keberadaan material penetral kemasaman
Keadaan tereduksi
Keracunan besi fero
Keracunan sulfida
Keracunan CO2 dan asam organik
Ciri lapangan tanah sulfat masam potensial
Tanah bersuasana jenuh air atau selalu tergenang
Warna tanah kekelabuan dan tidak mengandung
bercak/karat kemerahan
Tanahnya lunak (mentah) mudah keluar dari sela jari
tangan bila tanah tersebut dikepal
Bila tanah diambil dan dibiarkan terbuka di udara, warna
tanah cepat berubah menjadi lebih kelam
Pemberian peroksida (H2O2) pada tanah ini akan
menyebabkan terjadinya reaksi cepat berupa buih panas
yang disertai oleh bau belerang. pH tanah setelah reaksi
reda < 2.50
Tanah Sulfat Masam Aktual
Pengahawaan tanah sulfat masam potensial akibat
pembuatan saluran drainasi akan mengoksidasi
pirit dan menyebabkan terjadinya pemasaman
tanah (pH tanah menjadi kurang dari 3.5) dan
tanahnya disebut tanah sulfat masam aktual
(lempung belang atau cat clay), dengan ciri khas
becak jarosit: K/NaFe3(SO4)2(OH)6
Becak jarosit mudah hilang bila dijenuhi air,
dengan > pH 4, menjadi K/Na2SO4 + Fe2O3 suatu
becak berwarna coklat kemerahan/kekuningan.
Air genangan jernih tanpa suspensi koloid.
Ciri tanah sulfat masam aktual
Tanah bersuasana tidak jenuh air (oksidatif)
Warna tanah kelabu coklat kehitaman, mengandung bercak
kekuningan di permukaan tanah (disebut jarosit)
Tanahnya keras (matang) tanah tidak terperas ke luar dari sela jari
tangan bila tanah tersebut dikepal
pH tanah < 3.5 (luar biasa masam) dan tidak ada tanaman budidaya
yang mampu tumbuh (kecuali rumpuit purun atau pohon gelam)
Air saluran yang ada di sekitas tanah ini umumnya jernih, sangat
masam (terasa sepet atau pahit bila dicicipi). Air terebut mengandung
sulfat dan besi yang bila terminum dapat menyebabkan
murus/mencret, tidak dapat digunakan sebagai air untuk kebutuhan
rumah tangga). pH air dapat < 2.0.
Identifikasi tanah sulfat masam
Test pH dalam keadaan aerob, keberadaan jarosit
Test potensi kemasaman
Test secara inkubasi
Test kemasaman aktual
PERATURAN PEMERINTAH
No. 150 Tahun 2000
K r ite r ia K e r u s a k a n T a n a h U n tu k L a h a n B a s a h (R a w a )
M e to d e
No. S ifa t D a s a r T a n a h Am bang P e r a la ta n
P e n g u k u ra n
K r itis
1 S u b s id e n s i g a m b u t > 3 5 c m /5 th P e n g u k u ra n P a to k s u b s id e n s i
d a r i a ta s p a r it la n g s u n g
2 K e d a la m a n la p is a n < 25 cm pH R e a k s i o k s id a s i C e p u k p la s tik
b e r p ir it d a r i H 2 O 2 ≤ 2 ,5 d a n p e n g u k u ra n H 2 O 2 p H m e te r /p H
p e r m u k a a n ta n a h la n g s u n g s tic k s k a la 1 /2
s a tu a n , m e te r a n
3 K e d a la m a n a ir > 25 cm P e n g u k u ra n M e te r a n
ta n a h d a n g k a l la n g s u n g
4 R e d o k s (m V ), u n tu k > -1 0 0 T e g a n g a n lis tr ik p H m e te r , e le k tr o d a
ta n a h b e r p ir it p la tin a
5 R e d o k s (m V ), u n tu k > 200 T e g a n g a n lis tr ik p H m e te r ,
gam but e le k tr o d a p la tin a
6 p H (H 2 O ) 1 : 2 ,5 < 4 ,0 ; > 7 ,0 p o te n s io m e tr ik p H m e te r ; p H s tik
7 D a y a h a n ta r lis tr ik > 4 ,0 m S /c m T a h a n a n lis tr ik E C m e te r
(D H L )
8 J u m la h m ik r o b ia < 1 0 2 c fu /g r P la tin g te c h n iq u e P e tr id is h , c o lo n y
ta n a h c o u n te r .
o U n tu k la h a n b a s a h y a n g tid a k b e rg a m b u t d a n k e d a la m a n p irit > 1 0 0 c m ,
k e te n tu a n k e d a la m a n a ir ta n a h d a n n ila i re d o k s tid a k b e rla k u .
o T e b a l g a m b u t, k e m a ta n g a n d a n k e d a la m a n la p is a n b e rp irit tid a k b e rla k u
k e te n tu a n -k e te n tu a n n y a jik a ra w a b e lu m te ru s ik /m a s ih d a la m k o n d is i
a s li/a la m i/h u ta n a la m .
PENILAIAN KERUSAKAN
LAHAN RAWA
PRINSIP DASAR
TIDAK MENGUBAH FUNGSI RAWA
PENILAIAN KERUSAKAN TANAH LAHAN BASAH
Noo Parameter Kisaran Nilai Keterangan
1 Iklim Skor Akhir
Curah hujan (mm/th) > 2500 80
< 2500 100 <12.15 sangat rusak;
2 Hidrologi
tipologi Luapan A 100 12.15-1929 rusak;
B 90
C dan D 80 19.30-26.44 agak
dan posisi lahan leeve 100 rusak
backswamp 80
3 Landuse Alami Primer 100 26.45-33.59 baik;
Alami Sek. 90
Sawah 80 >33.59 sangat baik
Kebun 90
4 Tanah
Tebal gambut (cm) < 100 100
100 - 200 80
dan tingkat dekomposisi > 200 60
Saprik 100
Hemik 80
Fibrik 60
Jeluk Sulfidik/ <25 60
Sulfurik (cm) 25-50 80
50-100 90
>100 100
Fraksi Pasir (%) <80 % 100
>80 % 60
Nilai Redoks (mV) <200 100
>200 80
pH <4.0:>7.5 80
4.0 – 7.5 80-100
DHL (mS) >4 80
2-4 80-100
<2 100
Terima kasih, atas perhatiannya