You are on page 1of 10

Jurnal AgroBiogen 5(1):39-48

TINJAUAN
Potensi Pemanfaatan Perangkat Diagnostik ELISA serta
Variannya untuk Deteksi Patogen Tanaman
Yadi Suryadi, Ifa Manzila, dan M. Machmud
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111

ABSTRACT PENDAHULUAN
Prospect of the Use of Serological Diagnostic Kits ELISA Penyakit merupakan salah satu kendala utama
and Its Variants for Detection of Plant Pathogens. Y. produksi berbagai tanaman pertanian di Indonesia,
Suryadi, Ifa Manzila, and M. Machmud. Diseases are termasuk tanaman pangan dan hortikultura. Sebagai
major constrains to agricultural crop productions in Indone-
contoh, penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri
sia. In the current free world trade system, the chances of
introduction of plant quarantine agents are higher, and are
Ralstonia solanacearum (RS) tersebar luas dan me-
difficult to control, due to importation of seeds and other nimbulkan kerugian hingga 60% pada kacang tanah
planting materials. Principles of the plant disease control dan tanaman Solanaceae, terutama kentang (Mehan
include exclusion and eradication. Early and accurate dis- et al. 1994). Penyakit layu bakteri juga telah meluas ke
ease diagnosis is an early and important step for a success- berbagai sentra produksi pisang di Indonesia, seperti
ful disease control. Enzyme-linked Immunosorbent Assay Lampung dan Sumatera Barat, dan menimbulkan ke-
(ELISA) is a promising technique for an aneffective and rugian yang besar (Subandiyah 2002). Penyakit hawar
efficient disease diagnosis. Some advantages of technique
bakteri (Pseudomonas syringae pv. glycinea, PSG) dan
over the conventional and molecular diagnostic techniques
are economical use of reagents, high sensitivity, relatively
bisul bakteri (Xanthomonas axonopodis pv. glycines)
simple and quick, suitable for large numbers of samples, pada tanaman kedelai dapat menurunkan hasil 11-
and adaptable for automation. In the past decade, several 20% (Suryadi 1989). Akhir-akhir ini, epidemi beberapa
variants and kits of ELISA had been introduced, such as penyakit padi, seperti hawar daun bakteri (Xanthomo-
Indirect ELISA, F(ab’)2 ELISA, Dot Blot ELISA, and Immuno nas oryzae pv. oryzae, XOO), kerdil hampa (Rice
Fluorescence Assay (ELFA). Based on the solid membrane Ragged Stunt Virus, RRSV), dan tungro (Rice Tungro
used, the Dot Blot ELISA some variants were developed, Spherical Virus, RTSV, dan Rice Tungro Bacilliform
such as the NCM-ELISA, Tissue Blotting ELISA, dan Paper Virus, RTBV) juga meningkat di berbagai daerah di
ELISA. The ELISA variants had different limit of detection
Indonesia (Widiarta 2006, Triny et al. 2007, Praptana
levels. The limit detection of the variants for bacteria is
ranging from 102-105 cells/ml, while those for viruses were
dan Yasin 2008).
from 1-10 ng/ml. The times required for the ELISA tests Benih merupakan sumber penular penyakit yang
ranging from 5-48 hours. Models and components of ELISA sangat penting, karena sebagian besar patogen ta-
kits for some viral and bacterial plant pathogens had been naman bersifat ‛tular benih’ (seed borne). Benih ter-
developed, but more are still needed since generally for infeksi atau terkontaminasi patogen dapat menjadi
each pathogen needs a different kit. The commercially
sumber epidemi penyakit di lapang. Benih terinfeksi
available ELISA kits are limited in numbers, some of them
are for pathogens that are not present in Indonesia. dapat menunjukkan gejala penyakit atau tidak berge-
Production of ELISA kits for domestic uses will be more jala (latent infection). Sejalan dengan program pening-
effective and efficent, particularly for pathogens that are katkan produksi pangan nasional, pemerintah meng-
present in the country. The ELISA kits are applicable not only impor benih dan bahan tanaman lain, seperti jagung,
fo detection and identification of pathogens, but also for padi, dan kentang. Hal ini memberi peluang masuknya
ecological study of the pathogens in conjuction with Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK),
epidemiological study of the disease. This paper is a brief termasuk patogen tanaman belum terdapat di Indone-
review on the ELISA technique and its variants and potential
sia (OPTK A1) yang berbahaya (Badan Karantina
uses for detection of plant pathogens.
Pertanian 2004a).
Key words: ELISA variants, diagnostic kit, plant disease Keberhasilan pengendalian penyakit tanaman sa-
diagnosis.
ngat ditentukan oleh keberhasilan mendiagnosis pe-
nyakit secara cepat dan akurat. Tahapan kegiatan
diagnosis meliputi deteksi dan identifikasi patogen se-
cara lengkap mencakup faktor-faktor biologis dan non
Hak Cipta © 2009, BB-Biogen
40 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 5 NO. 1

biologis. Di masa lalu, diagnosis penyakit dan identifi- peka dan dapat dikuantifikasi (Converse dan Martin
kasi penyakit tanaman berdasarkan gejala, peng- 1990).
amatan morfologi, serta reaksi fisiologi dan biokimia. Tahapan umum ELISA meliputi penempelan
Teknik konvensional memerlukan waktu lama (2-4 (trapping) Ag atau Ab pada media reaksi (solid phase),
minggu), banyak bahan kimia, mahal, dan kepekaan- seperti cawan ELISA, diikuti penambahan konjugat Ab-
nya rendah (Thomas et al. 1989). Teknik molekuler enzim, dan diakhiri dengan penambahan substrat
seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) cepat, aku- serta bufer penghenti reaksi (blocking buffer). Uraian
rat, dan peka, tetapi bahan kimianya harus diimpor rinci tentang berbagai teknik serologi termasuk ELISA
dengan harga mahal, dan tidak dapat diadopsi oleh se- dijumpai di pustaka acuan (Thomas et al. 1989,
mua laboratorium atau digunakan langsung di lapang, Converse dan Martin 1990, Randles et al. 1996)
sehingga tidak efisien. Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay (ELISA) merupakan teknik serologi canggih yang Komponen Perangkat ELISA
menjanjikan untuk deteksi dan identifikasi patogen
Komponen utama perangkat ELISA terdiri atas
tumbuhan (Seal dan Elpninstone 1994, Converse dan
Ab, Ag, imunoprob, substrat, reagen penghenti reaksi
Martin 1990). Teknik ini dapat diterima secara luas
(blocking reagent), bufer, dan cawan ELISA. Perangkat
oleh penggunanya, karena: (1) efisien menggunakan
ELISA dapat dirakit sendiri oleh peneliti atau diperoleh
bahan kimia, 1,0 ml antiserum dapat digunakan untuk
secara komersial dari berbagai perusahaan di luar
menguji 10-20 ribu sampel; (2) bahan kimia yang di-
negeri, seperti Agdia Inc. (Folkhart, Indiana), dan
gunakan tidak berbahaya dan memiliki daya simpan
Neogen Inc. (Scotland).
lama; (3) bahan yang diuji dapat langsung berupa eks-
trak tanaman sakit tanpa harus mengisolasi patogen- Antibodi. Ab adalah immunoglobulin (Ig) dari he-
nya terlebih dahulu; (4) mempunyai kepekaan deteksi wan yang diimunisasi Ag patogen sasaran (AgP). Ber-
tinggi (1-10 ng virus/ml dan 103-104 sel bakteri/ml); dasarkan teknik produksi dan spesifisitas reaksinya, Ab
(5) prosedurnya relatif sederhana dan cepat, antara 5- dibedakan menjadi Ab poliklonal (PAb) dan Ab mono-
24 jam; (6) hasilnya dapat kuantifikasi; (7) dapat digu- klonal (MAb), sedangkan menurut bentuk molekulnya
nakan untuk menguji sampel dalam jumlah besar dibedakan menjadi Ab dan F(ab’)2. Ab juga dibedakan
sekaligus; dan (8) dapat digunakan langsung di lapang menjadi Ab primer (AbP) dan Ab sekunder (AbS). AbP
(Thomas et al. 1989, Converse dan Martin 1990). Se- adalah Ab yang homolog atau bereaksi dengan AgP,
iring dengan perkembangannya, teknik ELISA meng- diproduksi dengan mengimunisasi hewan, seperti
alami berbagai modifikasi baik dari segi praktis mau- mencit dan kelinci, dengan AgP. AbS atau anti-AbP
pun kehandalannya (robustness), sehingga muncul adalah Ab yang diproduksi dengan mengimunisasi he-
berbagai variannya (Randles et al. 1996, Seal 1997). wan lain seperti kambing (goat) dengan AbP. Teknik
produksi Ab dan modifikasinya diuraikan secara rinci
Makalah ini merupakan bahasan pustaka tentang
oleh Ball et al. dan Jordan (Hampton et al. 1990).
teknik ELISA dan beberapa variannya serta peluang
pemanfaatan teknik dan perangkat diagnostik ELISA Antigen. Ag yang digunakan sebagai AgP pada
untuk deteksi dan identifikasi patogen tanaman. teknik ELISA adalah partikel virus, sel bakteri, propagul
jamur, atau senyawa protein dan polisakarida patogen
yang antigenik, dapat merangsang timbulnya Ab pada
DASAR TEKNIK ELISA DAN PERKEMBANGAN
hewan yang diimunisasi. AgP digunakan sebagai kon-
VARIANNYA
trol positif pada uji ELISA. Cara pembuatan Ag virus
Dasar Teknik ELISA dab Ag bakteri dibahas masing-masing secara rinci
oleh Brakke serta deBoer dan Schaad (Hampton et al.
Sebagai teknik serologi, prinsip dasar ELISA
1990).
adalah reaksi antara antigen (Ag) dengan antibodi
(Ab) menjadi molekul Ag-Ab yang lebih besar dan mu- Imunoprob (Immunoprobe). Imunoprob untuk
dah mengendap. Perbedaannya, penggamatan hasil ELISA dibuat dengan mengkonjugasikan Ab dengan
reaksi pada serologi biasa berdasarkan endapan mole- suatu enzim menjadi ‛konjugat Ab-enzim’. Konjugat ini
kul Ag-Ab, sedangkan pada ELISA berdasarkan peru- dapat dibuat dengan mengkonjugasikan AbP atau AbS
bahan warna yang terjadi pada substrat pereaksi se- dengan enzim tertentu. Enzim yang digunakan untuk
suai dengan label atau imunoprob (immuno probe) membuat konjugat beragam, yang paling umum
konjugat Ab-enzim. Perubahan warna terjadi akibat adalah Alkaline Phosphatase (AP) dan Horse-radish
hidrolisa enzimatik pada reaksi antara konjugat Ab- Peroxidase (HRP) (Converse dan Martin 1990). Cara
enzim dengan substratnya, sehingga hasil ELISA lebih pembuatan imunoprob diuraikan secara rinci oleh
MacKenzie (1990).
2009 Y. SURYADI ET AL.: Potensi Pemanfaatan Perangkat Diagnostik ELISA 41

Substrat dan bahan kimia lain. Senyawa kimia substrat, dan diakhiri dengan penambahan blocking
yang digunakan sebagai media (substrate) untuk reak- reagent (Converse dan Martin 1990).
si enzimatik berbeda-beda, bergantung pada enzim Varian ELISA adalah modifikasi atau pengem-
yang dugunakan. Enzim AP memerlukan p-nitrophenyl bangan DAS-ELISA untuk meningkatkan efektifitas dan
phosphate (PNPP) yang dilarutkan dalam diethanola- efisiensinya, terutama sensitivitas (akurasi dan kepe-
mine 10%. Substrat ini dihidrolisis oleh enzim menjadi kaan) dan kecepatan (waktu) reaksi serta efisiensi
p-nitrophenyl (PNP) yang berwarna kuning. Enzim biaya. Varian-varian ELISA yang potensial digunakan
HRP menggunakan substrat tetramethyl benzidine untuk deteksi dan identifikasi patogen tumbuhan
(TMB) yang dilarutkan dalam dimethylsulsulfoxide adalah DAS-ELISA Langsung, DAS-ELISA Tidak Lang-
(DMSO), substrat ini dihidrolisis menjadi enzim men- sung (Indirect DAS-ELISA, IDAS-ELISA), F(ab’)2 ELISA,
jadi produk berwarna biru (Priou 2001). Dot Blot ELISA, dan Enzyme-linked Fluorescence Assay
Reagen lain yang diperlukan dalam ELISA adalah (ELFA) (Hampton et al. 1990).
bufer, blocking reagent, dan pelarut substrat. Bufer da- DAS-ELISA Langsung. Teknik ini disebut DAS-
sar yang paling sering digunakan dalam ELISA adalah ELISA Langung, karena pengujian dilakukan dengan
bufer fosfat (Phosphate-Buffered Saline, PBS) dan bu- DAS-ELISA menggunakan imunoprob AbP-enzim.
fer karbonat. Bufer lain, seperti bufer ekstraksi, bufer Tahapan reaksinya diawali dengan melekatkan AbP ke
pencuci, bufer Ab, bufer konjugat, dan bufer substrat lubang cawan ELISA diikuti secara berturut-turut de-
dibuat dengan menambahkan senyawa kimia tertentu ngan menambahkan AgP, konjugat AbP-enzim,
seperti Tween-20, polyvinylpirrolidone (PVP), dan substrat, dan diakhiri dengan blocking reagent. Jika
2-mercaptoethanol pada bufer dasar. Senyawa yang reagen yang pertama kali dimasukkan adalah AgP dan
sering digunakan untuk blocking reagents adalah diikuti langsung dengan konjugat AbP-enzim, maka
bovine serum albumin (BSA), ovalbumin (OA), gelatin, varian ini disebut ELISA Langsung, karena AgP tidak
susu skim, NaOH, dan asam sulfat (H2SO4) (Lazarovits diapit AbP.
1990).
DAS-ELISA Tidak Langsung. Teknik ini dinama-
Cawan ELISA. Tempat reaksi ELISA yang mula- kan tidak langsung karena imunoprob yang digunakan
mula digunakan adalah cawan polystyrene berlubang bukan AbP-enzim, tetapi AbS-enzim. Tahapan reaksi-
96 buah yang disebut cawan ELISA (ELISA plate) atau nya sama dengan DAS-ELISA Langsung, bedanya ha-
cawan mikrotiter (microtiter plate). Cawan lain yang nya pada imunoprob yang digunakan. Menurut
terbuat dari polyvinyl dan bahan plastik lain juga telah Randles et al. (1996) dan Smith dan Elphinstone
digunakan. Cawan ELISA yang diproduksi oleh berba- (1994), DAS-ELISA Tidak Langsung lebih sensitif di-
gai perusahaan dengan bahan dan merek berbeda bandingkan DAS-ELISA Langsung untuk deteksi bakteri
memiliki kualitas pengikatan Ab (Ab binding capacity) patogen tanaman. Teknik DAS-ELISA Langsung biasa-
yang bervariasi, sehingga pengguna perlu melakukan nya digunakan untuk deteksi virus tanaman (Converse
uji coba untuk memperoleh hasil optimal (Converse dan Martin 1990).
dan Martin 1990).
F(ab’)2-ELISA. Tahapan teknik F(ab’)2-ELISA pa-
Seiring dengan perkembangan ELISA, berbagai da dasarnya juga sama dengan DAS-ELISA, dapat di-
bahan lain telah digunakan untuk tempat reaksi, se- lakukan F(ab’)2-ELISA Langsung dan F(ab’)2-ELISA
perti manik-manik plastik (plastic beads), membran Tidak langsung. Pada teknik ini Ab yang digunakan
nitroselulosa (nitrocellulose membrane, NCM), adalah F(ab’)2, yaitu Ab yang merupakan modifikasi
formvar, dan berbagai jenis kertas juga digunakan se- dari Ab. Imunoprob yang digunakan adalah AbP-enzim
bagai tempat reaksi (Thomas et al. 1989, Makkouk dan pada F(ab’)2-ELISA Langsung, sedangkan pada F(ab’)2-
Kumari 2002). ELISA Tidak langsung menggunakan AbS-enzim. Pro-
tein A Staphylococcus aureus telah digunakan sebagai
Perkembangan Varian ELISA komponen imunoprob untuk meningkatkan kualitas
Teknik ELISA yang mula-mula diadopsi untuk hasil, baik dikonjugasikan dengan AbP-enzim maupun
deteksi patogen tumbuhan adalah Double Antibody AbS-enzim. F(ab’)2-ELISA setahap lebih pendek dari-
Sandwich ELISA (DAS-ELISA). Teknik ini disebut DAS- pada DAS-ELISA, tetapi memerlukan dua tahapan per-
ELISA, karena dalam reaksi, AgP diapit (sandwiched) siapan lain, yaitu mengubah Ab menjadi F(ab’)2 dan
oleh dua lapis Ab, yaitu AbP dan Ab pada konjugat pembuatan konjugat Ab-Enzim-Protein A Staphylo-
(imunoprob). Tahapan reaksi diawali dengan melekat- coccus aureus. Beberapa pengguna di luar negeri me-
kan AbP ke lubang cawan ELISA, diikuti berturut-turut nyukai varian ini, karena lebih peka dan efisien waktu,
dengan menambahkan AgP, konjugat AbP-enzim, dan sedangkan imunoprob F(ab’)2-enzim-Protein A dapat
dibeli. IDAS-ELISA dan F(ab’)2-ELISA sesuai untuk ber-
42 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 5 NO. 1

bagai tujuan, termasuk deteksi virus yang berkerabat setara dengan DAS-ELISA, tetapi lebih cepat dan prak-
jauh (Converse dan Martin 1990). tis. Di samping itu, membran yang telah tetesi sampel
Diagram beberapa varian teknik ELISA untuk Ag dapat disimpan beberapa minggu sebelum peng-
deteksi patogen tanaman berdasarkan susunan urutan ujian (Nakano et al. 1994, Priou 2001).
reaktan (pereaksi) yang dimasukkan ke dalam cawan Di samping NCM, membran plastik lain telah di-
ELISA disajikan pada Gambar 1. gunakan pada Dot Blot ELISA di antaranya nylon,
Dot Blot ELISA. Tempat reaksi pada teknik ELISA polyvinylidine difluoride (PVDF), diazobenzyloxyme-
terdahulu adalah cawan ELISA, sedangkan pada Dot thyl (DBM), dan diazophenyl-thioether (DPT), masing-
Blot ELISA menggunakan membran plastik atau masing jenis membran memiliki kelebihan dan ke-
kertas. Tahapan umum Dot Blot ELISA diawali dengan kurangannya (Hammond dan Jordan 1990). Selain
penetesan (dot blotting) Ag atau ekstrak tanaman uji membran plastik, berbagai jenis kertas seperti kertas
(virus, bakteri, jamur) pada membran kemudian di- saring, kertas tulis, kertas fotokopi, kertas tisu dan
tambahkan secara berturut-turut AbP, imunoprob, kertas merang juga telah digunakan (Heide dan Lange
substrat, dan blocking reagent. Imunoprob yang digu- 1988, Lin et al. 1990, Mariano et al. 1995, Makkouk dan
nakan biasanya Goat Anti-Rabbit (GAR) yang dikon- Kumari 2002).
jugasikan dengan enzim AP atau HRP, sedangkan Enzyme-Linked Fluorescent Assay (ELFA). Se-
substratnya adalah nitroblue tetrazolium/bromochloro suai dengan namanya, maka teknik ELFA mengguna-
indoleacetyl phosphate (NBT/BCIP) yang berwarna kan senyawa kimia yang dapat berfloresensi, seperti
ungu pada reaksi positif. Uraian secara rinci tentang methylumbelliferyl phosphate (MUP) atau 4-methylum-
Dot Blot ELISA untuk virus tanaman dibahas oleh belliferyl β-D-galactopyranoside (MUG), sebagai peng-
Hammond dan Jordan (1990), sedangkan untuk ganti PNPP atau TMB untuk substrat imunoprob yang
bakteri dan fitoplasma oleh Lazarovits (1990). menggunakan enzim AP atau HRP. Reaksi ELFA dapat
Teknik Dot Blot ELISA yang menggunakan mem- dilakukan pada cawan ELISA atau membran dan hasil
bran nitroselulose (NCM) disebut NCM-ELISA (Nakano reaksi Ab-Ag sangat spesifik. MUG lebih disukai daripa-
da MUP, karena MUP memiliki kelemahan, yaitu dapat
et al. 1994, Priou 2001), sedangkan yang menggunakan
mengalami degradasi secara spontan, sehingga me-
kertas juga disebut tissue blotting (Heide dan Lange
nimbulkan latar belakang (background) yang mem-
1988, Lin et al. 1990). Teknik ini mempunyai kepekaan
pengaruhi kualitas hasil. Teknik ini memiliki kepekaan
setara dengan teknik Biotin-Avidin ELISA dan 10-25 kali
lebih peka daripada DAS-ELISA (Hill 1990).

APLIKASI TEKNIK DAN PERANGKAT ELISA


A D Sejak diadopsi pertama kali untuk deteksi virus
tanaman pada awal 1970-an (Clark dan Adams 1977),
teknik ELISA telah digunakan di luar negeri untuk de-
teksi dan identifikasi berbagai patogen tanaman ter-
B E
masuk virus, fitoplasma, bakteri, nematoda, dan ja-
mur. Lebih dari 100 jenis patogen utama tanaman per-
tanian telah dideteksi dengan ELISA Teknik ini juga te-
lah digunakan untuk kajian epidemiologi dan mene-
lusuri proses infeksi pada tanaman (Converse dan
C F Martin 1990). Perangkat ELISA dan komponen ELISA
Gambar 1. Diagram enam varian teknik ELISA yang menunjukkan
untuk berbagai patogen tanaman juga telah diproduksi
susunan reaktan (pereaksi) untuk deteksi virus patogen dan dikomersialisasikan oleh berbagai perusahaan,
tanaman. [A] = DAS-ELISA Langsung, [B] = F(ab')2 seperti Sigma-Aldrich (sigma-aldrich-sea.com), Agdia
ELISA Tidak Langsung, [C] = DAS-ELISA Tidak Lang- (http://www.agdia.com), dan Neurogen Inc. (htttp://
sung, [D] = DAS-ELISA dengan konjugat Protein A yang
dilekatkan pada lubang cawan ELISA, [E] = ELISA Lang- www.neogeneurope.com).
sung dengan Ag virus dilekatkan pada lubang cawan, Aplikasi teknik dan perangkat ELISA di Indonesia
[F] = ELISA Tidak Langsung dengan Ag dilekatkan pada
lubang cawan. Y = Ab virus, V = F(ab')2 virus, YE = umumnya masih terbatas pada taraf penelitian. Peng-
konjugat Ab virus-enzim, ● = Ag (virus), A = protein A, gunaan praktis perangkat ELISA telah dilakukan oleh
AE = konjugat Protein A-enzim, A-E = konjugat Ig hewan petugas Badan Karantina Pertanian, terutama untuk
pertama-enzim.
intesepsi OPTK.
Sumber: Converse dan Martin (1990).
2009 Y. SURYADI ET AL.: Potensi Pemanfaatan Perangkat Diagnostik ELISA 43

Aplikasi DAS-ELISA. Teknik DAS-ELISA Langsung


1,2

dan Tidak Langsung paling sering digunakan untuk


3 12
1

Absorbance (A450 nm)


deteksi virus dan bakteri in planta. Lebih dari 15 bak- 0,8

teri patogen dan risosfir telah dideteksi menggunakan 0,6

DAS-ELISA Teknik ELISA Tidak Langsung lebih banyak


digunakan untuk deteksi bakteri dan fitoplasma, uji
0,4

spesifisitas Ab, dan identifikasi bakteri tanah dan risos- 0,2


1 2 4
5 6
7 8 9
10 11 13 14 15 16 17
18
19 20 21
22
23 24 25
26 27
28
29
30 31
32
33
34
35 36 37 38
39 40 41 42 43

fir. Lamka et al. (1991) mengembangkan teknik ELISA 0

Langsung untuk Pantoea stewartii, penyebab penyakit Samples

Gambar 2. Contoh kasus hasil deteksi Maize Mosaic Virus (MMV),


layu Stewart (Stewart’s wilt) yang belum ada di Indo-
OPTK A1, dari 40 sampel benih jagung manis hibrida
nesia. Randles et al. (1996) menggunakan DAS-ELISA asal dengan teknik DAS-ELISA. 1 = bufer (kontrol nega-
untuk deteksi bakteri Xanthomonas campestris pv. tif), 2 = kontrol negatif (Agdia, Agdia Inc.), 3 = kontrol
campestris (XCC) dan Curtobacterium michiganense positif MMV (Agdia Inc.), 4-43 = sampel dari lot benih
yang diuji. 12 = sampel lot benih NK22 bereaksi positif.
pv. sepedonicus (CMS). Varian DAS-ELISA dengan pe-
rangkat dan Ab spesifik juga telah dibuat untuk deteksi Sumber: Tim PSI Thailand (2004, tidak dipublikasi).
jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense ras 4 (foc-4)
Tabel 1. Aplikasi teknik dan perangkat DAS-ELISA serta variannya
penyebab penyakit ’Panama’ pada pisang, bakteri X.
untuk deteksi virus dan bakteri patogen tanaman.
campestris pv. phaseoli penyebab hawar pada buncis,
dan jamur Ascochyta spp. (Thomas et al. 1989). Tanaman Patogen sasaran Sumber referensi

Di Indonesia, DAS-ELISA telah digunakan untuk Padi RRSV, XOO Suryadi et al. (2006), Suryadi et
deteksi dan identifikasi beberapa virus dan bakteri al. (2007)
Kedelai PSG, XAG, SMV, Suryadi dan Machmud (2006), Hill
patogen. Jumanto et al. (2001) menggunakan DAS- dan virus lain (1990)
ELISA Langsung untuk deteksi RTV pada padi dan Kacang RS, PMV, PMV, Hobbs et al. (1987), Machmud
serangga vektornya, bahkan untuk seleksi ketahanan tanah PmoV, PStV dan Suryadi (2006)
Ubi jalar Virus daun: SPFMV, Manzila et al. (1997), Gibson et al.
varietas padi terhadap penyakit tungro. Suryadi et al. SPCFV, SPLV, (1998), Karyeija et al. (2001),
(2007) menggunakan DAS-ELISA Tidak Langsung de- SPMMV, C6, C8 Gutierrez et al. (2003), Machmud
ngan PAb-RS9819 untuk deteksi bakteri RS dari biji dan et al. (2004), Kwak et al. (2006)
tanaman kacang tanah dengan kepekaan deteksi 104 Tomat RS, Tomato Mosaic Suryadi (tidak dipublikasi)
Virus
sel/ml, serupa yang dilaporkan Smith (1994) dan seta- Kentang RS, CMS, Potato Heide dan Lange (1988),
ra dengan deteksi menggunakan PAb yang dilakukan Virus S, X and Y, Charlotte dan Northcote (1989),
di CIP, Peru (Priou 2001). PLRV Priou (2001), Gunawan et al.
(2001), Machmud dan Suryadi
Perangkat ELISA Tidak Langsung produksi Agdia (2006)
Inc., Lockhart, Indiana, telah digunakan Badan CMS = Clavibacter michiganense pv. sepedonicus, RRSV = Rice
Karantina Pertanian untuk mengintersepsi bakteri layu Ragged Stunt Virus, XOO = Xanthomonas oryzae pv. oryza, RS =
Stewart (Pantoea stewartii syn: Erwinia stewartii) dan Ralstonia solanacearu, PStV = Peanut Stripe Virus, PSG = Pseudo-
monas syringae pv. glycinea, XAG = Xanthomonas axonopodis pv.
virus MMV (Maize Mosaic Virus) pada benih jagung
glycines, SPFMV = Sweetpotato Feathery Mosaic Virus, SPCFV =
yang diimpor dari Thailand dan India 1999 dan 2000 Sweet Potato Corky Virus, SPLV = Sweet Potato Leaf Roll Virus,
sebagian contoh jagung asal Thailand terinfestasi P. SPMMV = Sweet Potato Mild Mottle Virus.
stewartii dan dimusnahkan (Machmud et al. tidak di-
publikasi). Teknik dan perangkat ini juga telah diguna- cepat, sederhana, memerlukan sedikit reagen, dan ke-
kan oleh Tim Pemeriksaan Pra-pengapalan, Badan pekaannya setara dengan varian ELISA lain. Di antara
Karantina Pertanian, untuk intersepsi OPTK A1 pada varian Dot Blot ELISA, yang paling populer adalah
benih jagung manis yang akan diimpor dari Thailand NCM-ELISA. Teknik ini telah digunakan untuk deteksi
dan India (Badan Karantina Pertanian 2004b). Tim ini Escherichia coli, berbagai patovar X. Campestris, E.
melaporkan bahwa salah satu sampel yang diambil amylovora, E. carotovora, Pseudomonas lachrymans,
dari 40 lot jagung NK22, yaitu Lot No. 12 positif Spiroplasma citri, Curtobacterium fascians (Lazarovits
mengandung virus MMV (Gambar 2). 1990).
Beberapa contoh aplikasi teknik ELISA Langsung Lin et al. (1990) menggunakan NCM-ELISA untuk
dan Tidak Langsung untuk deteksi patogen tanaman deteksi virus dan MLO dengan hasil memuaskan.
disajikan pada Tabel 1. Nakano et al. (1994) mengembangkan dan mengguna-
Aplikasi Dot Blot ELISA. Dot Blot ELISA sangat kan teknik serta perangkat NCM-ELISA untuk deteksi 6
ideal untuk deteksi bakteri dan prokariota lain baik virus ubi jalar (SPFMV, SPCFV, SPLV, SPMMV, C-6, dan
dari biakan murni maupun ekstrak tanaman karena C-8) di CIP, Lima, Peru. Perangkat dan protokol NCM
44 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 5 NO. 1

ELISA untuk 6 virus ubi jalar tersebut juga telah dipro- daerah. Perangkat ini juga telah digunakan untuk men-
duksi dan dikomersialkan oleh International Potato deteksi keberadaan keenam virus tersebut pada kolek-
Center (CIP), Lima, Peru. Perangkat ini telah diguna- si plasma nutfah ubi jalar Papua yang ditanam di
kan untuk deteksi virus ubi jalar di berbagai negara di Lembang. Keenam virus tersebut terdapat pada seba-
Amerika Tengah dan Selatan, Afrika, Asia Tenggara, gian plasma nutfah dengan intensitas infeksi SPFMV
serta di Cina (Nakano et al. 1994), dan Korea (Kwak et 49,2%, SPMMV 11,9%, SPCFV 13,4%, SPLV 11,9%, C-6
al. 2006) dengan hasil yang baik. Di CIP Peru, Priou 1,4%, dan C-8 1,4% (Machmud et al. 2004). Asadi
(2001) juga mengembangkan NCM-ELISA untuk detek- (2003, 2004) memanfaatkan NCM-ELISA untuk deteksi
si RS pada kentang dengan kepekaan deteksi 104 virus kerdil kedelai (Soybean Stunt Virus, SSV) dan
sel/ml. menyeleksi ketahanan plasma nutfah kedelai terhadap
Modifikasi NCM-ELISA telah dilakukan untuk me- penyakit kerdil kedelai.
ningkatkan efisiensinya. Mariano et al. (1995) melaku- NCM-ELISA juga telah digunakan untuk deteksi
kan modifikasi NCM-ELISA untuk deteksi RS pada um- beberapa bakteri patogen tanaman lainnya, seperti
bi kentang dengan menggunakan 8 jenis kertas pro- CMS, PSG, RS, dan XOO. Suryadi dan Machmud (2006)
duksi Filipina sebagai pengganti NCM yang relatif ma- mendeteksi PSG pada benih dan tanaman kedelai dari
hal dan harus diimpor dan hasilnya dinyatakan setara lapang menggunakan PAb-PSG dengan kepekaan
dengan hasil NCM-ELISA. Makkouk dan Kumari (2002) deteksi 104-105 sel/ml (Tabel 1). Gunawan et al. (2001)
juga mencoba mengganti NCM dengan 6 jenis kertas, dengan perangkat NCM-ELISA asal CIP, Peru, berhasil
termasuk kertas saring dan kertas fotokopi, untuk mendeteksi RS dari ekstrak tanaman kentang asal
deteksi tiga virus, Alfalfa Mosaic Virus (AMV), Bean Lembang. Suryadi et al. (2006, 2007) yang mengadopsi
Yellow Mosaic Virus (BYMV), Broad Bean Stain Virus NCM-ELISA untuk deteksi RS pada tanaman kacang
(BBSV), dan Barley Yellow Striate Mosaic Virus tanah dan XOO pada benih padi juga berhasil baik
(BYSMV), hasilnya juga dinyatakan cukup baik dan da- dengan kepekaan deteksi 104 sel/ml. Pada tahun 2005,
pat menekan biaya uji 40-50% daripada biaya dengan Machmud et al. (tidak dipublikasi) menggunakan
menggunakan NCM. teknik NCM-ELISA dengan Mab-CMS (Agdia Inc.,
Varian Dot Blot ELISA mengunakan berbagai jenis Lockhart, Indiana) untuk mengintersepsi bakteri
kertas sebagai pengganti NCM telah digunakan untuk Curtobacterium michiganense pv. sepedonicus (CMS),
beberapa jenis patogen. Di Filipina, Mariano et al. OPTK A1, dari umbi benih kentang asal Skotlandia,
(1995) telah menggunakan 8 jenis kertas termasuk hasilnya menunjukkan bahwa beberapa contoh umbi
kertas filter dan produk kertas lokal serta menyatakan benih kentang positif mengandung CMS.
dapat digunakan untuk deteksi RS pada umbi kentang, Contoh penampilan hasil uji NCM-ELISA untuk
hasilnya setara dengan yang menggunakan NCM. deteksi bakteri RS disajikan pada Gambar 3, dan bebe-
Makkouk dan Kumari (2002) juga telah menggunakan rapa patogen tanaman yang telah dideteksi dengan
kertas, termasuk kertas fotokopi dan kertas tulis untuk NCM-ELISA disajikan pada Tabel 2.
deteksi Alfalfa Mosaic Virus (AMV), Bean Yellow
Mosaic Virus (BYMV), dan Broad Bean Stain Virus
1 2 3 4
(BBSV) pada jaringan faba bean serta Barley Yellow
Striate Mosaic Virus (BYSMV) pada jaringan barley A
Mereka menyatakan bahwa penggunaan kertas biasa
dapat menghemat biaya uji lebih dari 40-50%. Varian
Dot Blot ELISA dengan penambahan disodium B
ethylenediaminetetraacetate (Na2-EDTA) 0,02 M ke da-
lam bufer ekstraksi juga telah dibuktikan dapat me-
ningkatkan kepekaan NCM-ELISA untuk deteksi Potato C
Virus X (PVX) dan Potato Virus Y (PVY) dari ektrak
daun kentang (Lazarovits 1990). Gambar 3. Hasil deteksi bakteri Ralstonia solanacearum (RS) dari
Di Indonesia, perangkat NCM-ELISA dari CIP, tanaman kacang tanah dan kentang dengan teknik
NCM-ELISA menggunakan Pab-RS9819. Baris A nomor
Peru, telah digunakan untuk deteksi virus pada sampel 1, 2, dan 3 = sampel kacang tanah terinfeksi RS, Baris B
tanaman dari berbagai sentra produksi ubi jalar di nomor 1, 2, dan 3 = sampel kentang terinfeksi RS.
Jawa Tengah dan Jawa Timur (Manzila et al. 1997) Bercak A4 dan B4 = kontrol positif. Baris C nomor 1, 2,
dan 3 = kontrol negatif (bufer), tidak ada bercak. Reaksi
dengan 6 Ab virus ubi jalar (SPFMV, SPCFV, SPLV,
positif ditandai dengan bercak biru.
SPMMV, C-6, dan C-8). Keenam virus tersebut terdapat
Sumber: Suryadi (tidak dipublikasi).
pada kultivar ubi jalar yang ditanam di berbagai
2009 Y. SURYADI ET AL.: Potensi Pemanfaatan Perangkat Diagnostik ELISA 45

Aplikasi teknik ELFA. Hill (1990) menyatakan Teknik ini telah digunakan dengan baik untuk deteksi
bahwa teknik ELFA dapat digunakan untuk semua pa- beberapa jenis virus dan bakteri patogen dari biji atau
togen yang dapat dideteksi dengan teknik ELISA lain. umbi, di antaranya Soybean Mosaic Virus (SMV) pada
kedelai dan Lettuce Mosaic Virus (LMV) pada lettuce,
Tabel 2. Beberapa patogen tanaman pertanian yang telah dideteksi dan Clavibacter michiganense pv. sepedonicus (CMS)
dengan teknik dan perangkat NCM-ELISA.
pada umbi kentang. Kendala teknik ELFA adalah mun-
Tanaman Patogen sasaran Sumber referensi culnya reaksi floresensi yang terjadi secara otomatis
Padi RRSV, XOO Suryadi et al. (2006), Suryadi et
(autofluorescence) pada beberapa jenis tanaman, se-
al. (2007) hingga mempengaruhi hasil pengamatan.
Kedelai PSG, XAG, SMV Suryadi dan Machmud (2006), Pada Tabel 3 disajikan kepekaan atau limit detek-
dan virus lain Hill (1990), Asadi (tidak
dipublikasi) si beberapa varian teknik ELISA untuk deteksi bebera-
Kacang RS, PStV Machmud dan Suryadi (2006) pa jenis patogen.
tanah
Ubi jalar Virus daun: SPFMV, Manzila et al. (1997), Gibson et
SPCFV, SPLV, al. (1998), Karyeija et al. (2001), PELUANG DAN TANTANGAN PEMANFAATAN
SPMMV, C6, C8 Gutierrez et al. (2003), Machmud PERANGKAT ELISA
et al. (2004), Kwak et al. (2006)
Tomat RS Suryadi (tidak dipublikasi) Peluang pemanfaatan teknik dan perangkat
Kentang RS, CMS, Potato Priou (2001), Machmud et al. ELISA untuk diagnosis penyakit tanaman di Indonesia
Virus X and Y (tidak dipublikasi), Charlotte dan
Northcote (1989), Gunawan et al. sangat baik, paling tidak karena dua faktor utama,
(2001) yaitu (1) kondisi geografik Indonesia, dan (2) sistem
CMS = Clavibacter michiganense pv. sepedonicus, RRSV = Rice perdagangan bebas dunia. Indonesia yang terletak di
Ragged Stunt Virus, XOO = Xanthomonas oryzae pv. oryza, RS = daerah tropik dan beriklim basah menjadi tempat yang
Ralstonia solanacearu, PStV = Peanut Stripe Virus, PSG = Pseu- sangat kondusif bagi kehidupan berbagai patogen
domonas syringae pv. glycinea, XAG = Xanthomonas axonopodis
pv. glycines, SPFMV = Sweet Potato Feathery Mosaic Virus, yang mengancam produksi pertanian, sehingga pe-
SPCFV = Sweet Potato Corky Virus, SPLV = Sweet Potato Leaf Roll mantauan dan pengendalian penyakit perlu diutama-
Virus, SPMMV = Sweet Potato Mild Mottle Virus. SMV = Soybean kan. Pemantauan dan pengendalian penyakit memer-
Mosaic Virus, SSV = Soybean Stunt Virus.
lukan teknik dan perangkat diagnosis yang efektif dan
efisien seperti ELISA.
Tabel 3. Kepekaan deteksi beberapa varian teknik ELISA untuk ber-
bagai bakteri patogen tanaman. Dalam sistem perdagangan bebas, ekspor dan
impor komoditas pertanian semakin meningkat dan
Nama bakteri Limit deteksi Teknik Sumber referensi
(CFU/ml) ELISA sulit dibatasi. Impor komoditas pertanian berpeluang
membawa masuk patogen yang tidak ada di Indonesia
Rhizobium spp. 103-105 DAS McLaughlin dan
Chen (1990) (OPTK A1). Ekspor produk pertanian juga berpeluang
Azospirillum basilense 104 DAS McLaughlin dan membawa patogen dan memerlukan sertifikat sanitasi
4
Chen (1990) tanaman (phytosanitary certificate). Meningkatnya per-
Erwinia amylovora 10 IDAS, Lazarovits (1990)
NCM
dagangan komoditas tersebut membuat pekerjaan pa-
E. carotovora pv. 104 IDAS Converse dan ra petugas karantina pertanian dan sertifikasi benih
atroseptica
4
Martin (1990) menjadi semakin berat, harus berkerja lebih keras, ce-
E.carotovora pv. 10 NCM Lazarovits (1990) pat, dan efisien. Hal ini perlu didukung oleh keter-
carotovora
Clavibacter 106 NCM Lazarovits (1990) sediaan teknologi deteksi dan identifikasi yang tepat
michiganense pv. guna.
sepedonicus
Corynebacterium 104 NCM Lazarovits (1990)
Beberapa peluang lain untuk pemanfaatan teknik
fascians dan perangkat ELISA adalah:
Pantoea stewartii 105 IDAS Converse dan
1. Teknik produksi PAb, MAb, dan konjugat Ab-enzim
Martin (1990)
Pseudomonas 10 4
IDAS Lazarovits (1990) telah dikembangkan oleh beberapa lembaga pene-
lachrymans
4 5
litian di Indonesia, lebih lanjut oleh stakeholders
P. syringae pv. glycinea 10 -10 NCM Suryadi dan untuk produksi perangkat dan komponennya se-
Machmud (2006)
Ralstonia solanacearum 104 IDAS, Rajeshwari et al. cara massal dalam rangka komersialisasi.
(sin.: Ralstonia NCM (1998), Smith 2. Model perangkat, komponen, dann protokol DAS-
solanacearum) (1994), Seal
(1997), Priou
ELISA Tidak Langsung dan NCM-ELISA telah dirakit
(2001), Suryadi et di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bio-
al. (2006) teknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB-
*CFU/ml = colony forming unit atau sel hidup per ml. Biogen) untuk deteksi beberapa patogen utama
46 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 5 NO. 1

tanaman, (PSg, RS, RSSV, dan XOO) dan dapat di- KESIMPULAN
sosialisasikan kepada stakeholders untuk produksi
Sejak pertama kali diadopsi, teknik DAS-ELISA
masal dan komersialisasinya.
mengalami berbagai modifikasi dan perkembangan
3. Sosialisasi manfaat dan aplikasi praktis teknik dan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensinya. Bebe-
perangkat ELISA dapat dilakukan kepada para rapa varian ELISA yang banyak digunakan adalah DAS-
penggunanya, terutama mahasiswa, peneliti, petu- ELISA Langsung, ELISA Tidak Langsung, F(ab’)2 ELISA,
gas karantina, dan petugas sertifikasi benih melalui Dot Blot ELISA, dan ELFA. Teknik ELISA di samping un-
pelatihan dan lokakarya, seperti untuk uji kesehat- tuk deteksi dan identifikasi patogen juga dapat diguna-
an benih, intersepsi OPTK, serta kajian ekologi kan untuk kajian taksonomi, ekologi patogen, dan
patogen dan epidemiologi penyakitnya. epidemiologi penyakit. Berdasarkan jenis membran
4. Perangkat ELISA yang dirakit secara utuh dapat di- reaksi yang digunakan, Dot Blot ELISA dibedakan
gunakan untuk deteksi patogen yang ada di Indo- menjadi NCM-ELISA, tissue blotting ELISA, dan ELISA
nesia, sedangkan untuk OPTK A1, seluruh kompo- kertas. Kepekaan atau limit deteksi teknik ELISA untuk
nen perangkat ELISA dapat dibuat di dalam negeri, bakteri berkisar antara 102-105 sel/ml dan untuk virus
kecuali AbP atau konjugat AbP-enzimnya harus di- sekitar 1-10 ng/ml. Waktu pengujian berkisar antara 5-
impor. 48 jam, bergantung pada jenis patogen yang dideteksi
5. Beberapa lembaga penelitian memiliki sumber da- dan penyediaan sampel uji. Kebanyakan komponen
ya dan keterampilan memadai guna mengembang- dan perangkat ELISA yang digunakan di Indonesia saat
kan teknologi ELISA untuk patogen lain di Indone- ini masih harus diimpor dengan harga mahal. Model
sia dengan mengoptimalkan penggunaan sumber dan komponen perangkat ELISA untuk beberapa pato-
daya lokal dan membatasi impor. gen telah dirakit dan berpeluang diproduksi masal
6. Perangkat dan komponen ELISA yang diproduksi di untuk komersialisasi di Indonesia. Teknik dan perang-
dalam negeri dapat: (a) mendukung upaya pengen- kat ELISA perlu dikembangkan untuk patogen utama
dalian penyakit yang efektif, (b) mengurangi biaya lain. Penggunaan teknik ELISA perlu disosialisasikan
operasional pengendalian dengan menyediakan melalui lokakarya dan pelatihan untuk perakitan dan
produk lokal yang harganya lebih terjangkau, dan penggunaan teknik dan perangkatnya. Kerja sama de-
(c) mengurangi ketergantungan terhadap produk ngan stakeholders perlu dilakukan untuk produksi
impor, dan (4) memberikan peluang bisnis dan masal perangkat ELISA untuk tujuan komersial.
lapangan kerja domestik.
Beberapa kendala dan tantangan yang dapat ter- DAFTAR PUSTAKA
jadi dalam aplikasi teknologi dan perangkat ELISA Asadi. 2003. Kendali genetik ketahanan kedelai terhadap
adalah: penyakit virus kerdil kedelai (SSV). Zuriat 15(1):1-11.
1. Hanya beberapa lembaga pemerintah di Indonesia Asadi. 2004. Keefektifan metode seleksi modifikasi bulk dan
yang saat ini memiliki sarana dan prasarana serta pedigree kedelai dan ketahanan terhadap penyakit virus
sumber daya manusia yang berpengetahuan dan kerdil kedelai (SSV) generasi F7 kedelai. Zuriat
keterampilan yang memadai tentang teknologi 15(1):64-76.
ELISA, sehingga belum dapat sepenuhnya mendu- Badan Karantina Pertanian. 2004a. Laporan hasil pemerik-
kung program sosialisasi dan pemanfatannya. saan pra-pengapalan (Pre-Shipment Inspection, PSI)
2. Sebagian besar bahan baku untuk komponen benih jagung hibrida dari Thailand. Tim PSI Thailand,
Badan Karantina Pertanian. 16 hlm.
ELISA masih harus diimpor dari luar negeri. Bebe-
rapa perusahaan komersial yang menjual perang- Badan Karantina Pertanian. 2004b. Bahan temu teknis
kat dan komponen ELISA di antaranya adalah OPTK. Temu Koordinasi Karantina Tumbuhan. Badan
Karantina Pertanian.Charlotte, L. and E.N.F.
Agdia Inc., Elkhart, Indiana, USA (http://www.agdia.
Northcote. 1989. Detection of potato viruses X and Y in
com), dan Neurogen Inc. (htttp://www. sap extracts by a modified Indirect Enzyme-Linked
neogeneurope.com), Scotland. Immunosorbent Assay on nitrocellulose membranes
3. Teknik dan sebagian komponen perangkat ELISA (NCM-ELISA). Plant Disease 73:11-14.
untuk setiap patogen berbeda, terutama Ab dan Clark, M.F. and A.N. Adams. 1977. Characteristics of the
konjugat Ab-enzimnya, sehingga perlu dilakukan microplate method of enzyme-linked immunosorbent
penelitian berkelanjutan secara bertahap guna assay for the detection of plant viruses. J. Gen. Virol.
mengembangkan teknik dan membuat komponen 34:475-483.
ELISA untuk masing-masing patogen.
2009 Y. SURYADI ET AL.: Potensi Pemanfaatan Perangkat Diagnostik ELISA 47

Converse, R.H. and R.R Martin. 1990. ELISA methods for borne Erwinia stewartii in corn seeds. Phytopathology
plant viruses. In Hampton, R., E. Ball, and S. De Boer 81:839-846.
(Eds.). Serological Methods for Detection and Identifica-
Lazarovits, G. 1990. The dot immunobinding assay (DIA)-
tion of Viral and bacterial Plant Patogens. APS Press,
St Paul, Minn. p. 179-196. Bacteria. In Hampton, R., E. Ball, and S. De Boer
(Eds.). Serological Methods for Detection and
Gibson, R.W., I. Mpembe, T. Alicai, E.E. Carey, R.O.M. Identification of Viral and bacterial Plant Patogens. APS
Mwanga, S.E. Seal, and H.J. Vetten. 1998. Symptoms, Press, St Paul, Minn. p. 248-261.
etiology and serological analysis of sweet potato virus
Lin, L., Y.H. Hsu, and H.T. Hsu. 1990. Immunological
disease in Uganda. Plant Pathol. 47:95-102.
detection of plant viruses and a mycoplasma like
Gunawan, O., R.S. Basuki, Z. Abidin, dan A. Asgar. 2001. organism by direct tissue blotting on nitrocellulose
Strategi pengendalian penyakit layu bakteri (R. solana- membrane. Phytopathology 80:824-828.
cearum) pada kentang di Pangalengan. Laporan Kerja
Machmud M., Y. Suryadi, and I. Manzila. 2004. Detection
Sama Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) de-
of sweet potato viruses in sweet potato germplasm from
ngan International Potato Center (CIP), Bogor. 43 hlm.
Irian Jaya. Dalam Hardaningsih et al. (Eds.). Prosiding
Gutierrez, D.L., S. Fuentes, and L.F. Salazar. 2003. Sweet Teknologi Inovatif Agribisnis Kacang-kacangan dan
Potato Virus Disease (SPVD): Distribution, incidence, Umbi-umbian untuk Mendukung Ketahanan Pangan.
and effect on sweet potato yield in Peru. Plant Disease Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. hlm. 487-490.
87:297-302.
Machmud, M. dan Y. Suryadi. 2006. Deteksi dan identify-
Hammond, J. and R.L. Jordan. 1990. Dot blot (viruses) and kasi strain R. solanacearum dengan teknik ELISA Tidak
colony screening. In Hampton, R., E. Ball, and S. De Langsung. Penelitian Pertanian 25(2):91-99.
Boer (Eds.). Serological Methods for Detection and
MacKenzie, D.J. 1990. Preparation of antibody-enzyme
Identification of Viral and Bacterial Plant Patogens. APS
conjugates. In Hampton, R., E. Ball, and S. De Boer
Press, St Paul, Minn. p. 237-248.
(Eds.). Serological Methods for Detection and
Hampton, R., E. Ball, and S. de Boer. 1990. Serological Identification of Viral and bacterial Plant Patogens. APS
methods for detection and identification of viral and Press, St Paul, Minn. p. 87-92.
bacterial plant patogens. A Laboratory Manual. APS
Makkouk, K.M. and S.G. Kumari. 2002. Low-cost paper can
Press, St. Paul, Minn. 389 p.
be used in tissue-blot immunoassay for detection of
Heide, M. and L. Lange. 1988. Detection of potato leaf roll cereal and legume viruses. Phytopathol. Mediterr.
virus and potato viruses M, S, X, and Y by dot 41:275-278.
immunobinding on plain paper. Potato Res. 31:367-373.
Manzila, I., M. Machmud, A. Braun, dan S. Peter. 1997.
Hill, J.H. 1990. Enzyme-linked Fluorescent Assay. In Deteksi virus ubi jalar menggunakan teknik NCM-
Hampton, R., E. Ball, and S. De Boer (Eds.). Serological ELISA. Dalam Risalah Kongres Nasional XIV dan
Methods for Detection and Identification of Viral and Seminar Ilmiah PFI, Palembang. hlm. 86-91.
bacterial Plant Patogens. APS Press, St Paul, Minn.
Mariano, J.S., J.D.G. Dar, and T.M. Lorezco. 1995. Local
p. 231-235.
papers as substitute for nitrocellulose membrane in the
Hobbs, H.A., D.V.R. Reddy, R. Rajeshwari, and A.S. detection of bacterial wilt latent infection of potato.
Reddy. 1987. Use of direct antigen coating and protein Philippine J. Plant Industry 60(1).
A coating ELISA procedures for detection of three
McLaughlin, R.J. and T.A. Chen. 1990. ELISA methods for
peanut viruses. Plant Disease 71:747-749.
plant patogenic prokaryotes. In Hampton, R., E. Ball,
Jumanto, Bahagiawati, I. Manzila, H. Purwanti, M.A and S. De Boer (Eds.). Serological Methods for
Suhendar, M. Iman, R. Habib, D. Damayanti, Detection and Identification of Viral and bacterial Plant
Syamsudin, dan Suyono. 2001. Produksi perangkat Patogens. APS Press, St Paul, Minn. p. 198-204.
diagnostik dan peningkatan efisiensi teknik deteksi dan Mehan, V.K., B.S. Liaou, Y.J. Tan, A.R. Smith, D.
identifikasi penyakit dan hama tumbuhan. Laporan Hasil McDonalds, and A.C. Hayward. 1994. Potato.
Penelitian APBN Tahun Anggaran 2001. BB-Biogen,
Information Bull. No 35. ICRISAT, India. 23 p.
Bogor.
Nakano, M., S. Fuentes, and L.F. Salazar. 1994. Sweet
Karyeija, R.F., J.F. Kreuze1, R.W. Gibson, and J.P.T.
potato virus diseases detected in the tropics of South
Valkonen. 2001. Variability of Sweet Potato Feathery and Central America and Southeast Asia. JIRCAS
Mottle Virus in Africa. African Crop Sci. J. 9(1):293-299. Workshop Paper 1:58-65.
Kwak, H.E., M.K. Kim, M.N. Chung, S.H. Lee, J.W. Park, Praptana, R. H. dan M. Yasin. 2008. Peranan bioteknologi
K.H. Kim, and H.S. Choi. 2006. Virus disease dalam pengelolaan penyakit tungro. Iptek Tanaman
incidences of sweet potatoes in Korea. Plant Pathol. J. Pangan 3(1):98-111.
22(3):239-247.
Priou, S. 2001. NCM-ELISA kit for the detection of R.
Lamka, G.L., J.H. Hill, D.C. McGee, and E.J. Braun 1991. solanacearum in potato. Instructions for use. CIP Lima
Development of an immunosorbent assay for seed- Peru. 26 p.
48 JURNAL AGROBIOGEN VOL. 5 NO. 1

Rajeshwari, N., M.D. Shylaja, M. Krishnappa, H.S. Shetty, Suryadi, Y., M. Machmud, I. Manzila, dan Jumanto. 2003.
C.N. Mortensen, and S.B. Mathur. 1998. Development NCM-ELISA cara praktis untuk deteksi patogen tanam-
of ELISA for the detection of R. solanacearum in an. Berita Puslitbangtan 8:4-5.
tomato: Its application in seed health testing. World J.
Suryadi, Y. dan M. Machmud. 2006. Deteksi P. syringae pv.
Microbiol. Biotechnol. 14:697-704.
glycinea menggunakan antibodi poliklonal dan NCM-
Randles, J.W., R.A.J. Hodgson, and E. Weffels. 1996. The ELISA. Berita Biologi 8(1).
rapid and sensitive detection of plant patogens by
molecular methods. Australasian Plant Pathol. 25:71- Suryadi, Y., T.S. Kadir, dan M. Machmud. 2006. Deteksi
85. Xanthomonas oryzae pv. oryzae, penyebab hawar daun
bakteri pada tanaman padi. Penelitian Pertanian
Seal, S. 1997. Molecular methods for detection and discrim- 25(2):108-115.
ination of R. solanacearum. In Prior, P., C. Allen, and J.
Elphinstone (Eds.). Bacterial Wilt Disease: Molecular Suryadi, Y., I. Manzila, M. Machmud, dan Jumanto. 2007.
and Ecological Aspects. Springer, Berlin. p. 103-109. Kajian efektifitas antibodi untuk deteksi patogen bakteri
layu dan virus kerdil hampa. Agrivita 29(1):71-79.
Seal, S. and J. Elphinstone. 1994. Advances in identifyca-
Thomas J.E., W.C. Wong, and D.H. Goanlock. 1989.
tion and detection of P. solanacearum. In Hayward, A.C.
and G.L. Hartman (Eds.). The Disease and Its Causa- Modern methods for the detection of plant pathogens.
Queensland Agric. J. Jan-Feb 1989. p. 49-53.
tive Agent, P. solanacearum. CAB International,
Wallingford, UK. p. 42-57. Triny S.K., Y. Suryadi, IN. Widiarta, and IG.K. Dana
Smith, A.R. 1994. Serological techniques for the detection of Arsana. 2007. Survey of bacterial leaf blight in Bali. In
Pseudomonas solanacearum. In Mehan, V.K. and D. Kasim et al. (Eds.). Rice Industry, Culture and
McDonalds (Eds.). Techniques for Diagnosis of P. Environment. Book 2. Proc. Internat’l. Rice Conf.
solanacearum and for Resistance Screening Against Tabanan, Bali. p. 555-560.
Groundnut Bacterial Wilt. ICRISAT Patancheru, India. Widiarta, IN. 2006. Integrasi pengendalian penyakit tungro
p. 18-22. secara terpadu dalam pengelolaan tanaman terpadu.
Subandiyah, S. 2002. Report on the banana disease Dalam Hermanto et al. (Eds.). Risalah Seminar
workshop in Padang, West Sumatra, Indonesia. Puslitbang Tanaman Pangan 2007. hlm. 41-52.
Bacterial Wilt Newsletter 17:20.
Suryadi, Y. 1989. Pengaruh tingkat inokulum Pseudomonas
syringae pv. glycinea pada perkembangan penyakit
hawar kedelai. Dalam Prosiding Kongres PFI X dan
Seminar Ilmiah, Denpasar, Bali. hlm. 126-129.

You might also like