You are on page 1of 27

CASE 2 RETAIL DISPLAY

Definition: the display of products which makes them appealing, attractive, accessible,

engaging, and enticing to shoppers in a retail store. Visual merchandising utilizes

displays, color, lighting, smells, sound, digital technology and interactive element to

catch customers’ attention and persuade them to make purchases. Visual merchandising

helps convey the image the brand and reflects the personality of the target markets that

the retail store wants to attract. Also know as: product merchandising, retail display,

merchandising design.

Win customers by using retail display systems that are customer friendly: in other

words, harness the powerful psychology of shopping. People love to shop . in fact, a

great number of people consider shopping a relaxing leisure activity or event their

hobby, with Business Network (BNET) stating that 39 percent people in the United

Stated “love to shop”. So, retailers in general have an eager audience that is ready and

willing to buy it’s products-but, they also have significant competition and so they

must woo and win the attention of their potential customers. One key way to attract and

keep the attention of shoppers is to create an environment that is conducive to shopping-

and one key way to do that is to use compelling, interchangeable store fixtures and retail

display systems to keep your store fresh. Interesting and appealing.

Here are several more important tips ;

1) You can’t use yesterday’s store fixture to capture the attention of today’s shoppers. An
educational site the United Kingdom-BizEd-published an article titled “The Psychology Of
Shopping.” This article reported that retail giants of the 1970s relied heavily upon the philosophy
of “pile it high, sell it cheap” and they found success with that philosophy. Since then, though,
retailers are using increasingly sophisticated ways to capture the attention of shoppers-which
means that you, as a retailer, also need to use contemporary strategies, which include attractive
retail fixture, to keep customers satisfied.

2) Choose retail displays and fixture that are uniquely suited to your target market. Here’s a great
example of how not to structure your retail space. A blogger at a site for petite female shoppers
was complaining that retailers-meaning those who cater to the petite-use retail displays that are
not within comfortable reach of its customers. Now, does that make any sense? Of course no.
Take a detailed look at your own store. In what ways are the store fixture retail displays that
you’re using not compatible with your customers needs?

3) Design your space using retail display systems that make it easy for your customers to keep
shopping. The BizEd article also pointed out how successfully some retailers lay out their stores
using retail displays that allow and even encourage a customers to keep browsing. Nothing
blocks the customers from this path. So, again, take a look at your own store. What store fixture
or other items make it difficult for your customers to continue to navigate through all of your
products? Remember, too, that an average person’s field of vision tends to be around 170
degrees. Keep that in mind as you design your retail space.

Finally, here is a fun quote from a 1924 publication about the psychology of clothes-and, really it
also relates to the way you lay out your retail displays! According to this publication, “dress has
a tremendous influence upon individuals, upon both the wearer and the beholder. The
consciousness of being becomingly and fittingly dressed for the occasion, whatever that occasion
may be, strengthens and insures one’s self- confidence tremendously, give poise and self-
command, encourages the brain to forget forward, emboldens the timid tongue, and quickens
one’s wits along the avenue of resourcefulness, inventiveness, graceful speech, and tact. In fact
all one’s faculties and inspired by theconsciouness of being properly attired

Yes, dress does have a tremendous psychological impact on the people wearing them – and the
way in which you arrange your retail fixtures have a tremendous psychological impact upon the
customers who walk inside your front door. Make your retail space a friendly welcoming place
through the strategic use of contemporary compelling store fixtures today

Discussion:
What is retail display?
Are there any tips that can implemented in making a good restil display?
Does dres have psychological impact on the people wearing wearing them in Minishop?
Step 1 Mencari unfamiliar term ( Istilah asing yang belum diketahui )
1. interchangeable store fixtures
2. pile it high, sell it cheap
3. increasingly sophisticated
4. dress has a tremendous influence
5. The consciousness of being becomingly and fittingly
6. encourages the brain to forget forward
7. inventiveness
8. theconsciouness
9. tremendous psychological impact
10. contemporary compelling store fixtures

Step 2 & 3 Menentukan rumusan masalah dan jawabannya


1. Pada paragraf kedua dinyatakan orang orang senang berbelanja, di amerika dinyatakan
oleh BNET bahwa 39% orang amerika suka berbelanja dan menjadikan kegiatan tsb sbg
aktivitas yg santai dan dijadikan sbg hobi, apa saja alasan – alasan yang mendukung
pernyataan tersebut?
: faktor faktor yg mendukung itu karena berbelanja itu merupakan kebutuhan yg ingin
dicapai oleh orang orang, mereka tertarik dengan produk yg dijual dengan
tampilan,warna yang menarik untuk diri sendiri menjadikan itu faktor orang amerika suka
untuk berbelanja dan juga berbelanja saat ini lebih mudah untuk diakses menjadikan itu
kegiatan yg santai juga hobi untuk setiap orang di amerika.
: bisa dihubungkan dengan psikologi karena berbelanja itu salah satu kegiatan
pelampiasan. Kadang orang orang itu pelampiasan nya berbeda, salah satunya yaitu
dengan berbelanja karena itu merupakan sebuah kegiatan melepaskan emosi dan ini juga
berhubungan dengan perilaku konsumtif. Karena mereka orang orang yg memiliki
keinginan yg banyak tertarik untuk berbelanja, dan ini juga bisa dihubungkan dengan
kasus psikologi tadi. Orang orang yg memiliki pendapatan lebih, orang orang meluapkan
emosi dgn berbelanja dan mendapatkan hal yg mereka mau, disini mereka tidak begitu
butuh barangnya tetapi sekedar menyenangkan diri sendiri ( menghibur diri sendiri ).
2. Para retailer atau toko eceran menggunakan strategi yg canggih untuk menarik perhatian
para customer/ pembeli. Strategi yang canggih itu bagaimana?
: menggunakan teknologi teknologi yang memudahkan pengaturan toko, juga strategi
bagaimana membuat penataan toko yg menarik yg kekinian dan sesuai dengan selera
pelanggan
3. Di teks ada bergantung pada “Tumpuk tinggi, jual murah”. Apakah ketergantungan ini
efisien dalam menarik perhatian konsumen? Dan apa benefit bagi pengecer yg
bergantung pada cara ini?
: untuk menghemat pengeluaran karena tidak perlu gudang
4. Bagaimana cara menentukan target pasar yg tepat untuk bisnis ritel yg kita miliki ? visual
merchandising seperti apa yang sesuai dengan masing masing target pasar?
: yang utama dilihat dari produk yg kita jual. Misal di bidang fashion, jika bajunya unik
dan mengikuti tren jaman bisa kita asumsikan ini cocok untuk anak muda/remaja. Selain
itu juga bisa ditentukan dari lokasi, kita harus bisa mencari lokasi yg cocok dgn produk
yg kita jual dan juga tidak banyak kompetitor.
: visual merchandising , menyesuaikan dengan musim yg dialami. Contoh ssaat musim
hujan salju toko bisa menambahkan visual yang menaarik seperti menambahkan pohon/
jaket jaket dingin, menambahkan visual yg bisa menarik untuk dilihat. Dan juga toko
fashion menambahkan kaca lebih banyak agar menarik konsumen.
5. Bagaimana cara mneyusun barang agar pembeli nyaman? Karena pada tips 3 itu
membahas kenyamanan pembeli?
: mengelompokan barang sesuai jenisnya, bisa menggunakan rak agar barang tersusun
rapi dan juga mudah dijangkau oleh pembeli, tempatkan barang yang paling banyak
diminati dibagian belakang toko, tempatkan barang ditempat yang mudah terlihat oleh
pembeli, memberi lorong yg cukup luas ditoko agar pembeli bisa lebih nyaman untuk
melihat-lihat barang, memberikana penerangan yang cukup pada toko, dan cantumkan
label harga pada tiap barang.
6. Apa faktor yang menjadikan penurunan keinginan berbelanja orang amerika dari 50%
menjadi hanya 36%
: turunnya keinginan belanja berati turunnya minat beli, ini disebabkan karena harga
produk naik terus karena kualitas produk yang menurun, pelayanan dari toko kurang
bagus, lokasi toko kurang strategis, kondisi ekonomi dari konsumen sedang tidak bagus
atau menurun.
7. Bagaimana pengaplikasian dari teknologi digital dari visual merchandising ini
: penggunaan dari teknolgi digital ini yaitu memanfaatkan dari audio visual dengan cara
memutar lagu dari tokonya, ada tv, ada yg menggunakan display yg berisi informasi ttg
harga suatu produk
8. Maksud dari ramah pelanggan ( kriteria dari tampilan retail yang ramah pelanggan )
: pelayanan yang ramah, kondisi toko yang berish dan rapih, pelayannya yg siap siaga
untuk membantu pembeli mendapatkan produk yg mereka inginkan dan mungkin
penataan dari toko yang memudahkan pelanggan untuk menjangkau produk yang mereka
inginkan.
9. Mengapa visual merchandising dapat meningkatkan citra merk sebuah produk?
: karena yg kita tahu tujuan yg utama dari strategi sebuah usaha itu memikat pelanggan,
jadi yg pertama dilihat oleh pembeli itu adalah visual merchandising ( yg menarik minat )
dari bisnis tsb/gaya penjualan nya.
10. Dikasus ini membahasa ttg psikologi penggunaan baju, tapi keseluruhan membahas
visual merchandising. Apakah kedua hal itu ada hubungannya?
: hubungannya ini mengenai suasana hati. Ketika kita menggunakan baju formal suasana
hati akan terasa jadi lebih semangat. Jika kita datang ke toko ritel dengan visual
merchandising yang baik ( penatan barang, musik, pencahayaan yg cukup) akan membuat
suasana hati pembelinya nyaman.
Step 4 Mind Mapping

Tingkat belanja masyarakat

 kebutuhan yg ingin dicapai oleh orang


orang
Alasan orang – orang
 tertarik dengan produk yg dijual
senang berbelanja
 salah satu kegiatan melepaskan emosi
perilaku konsumtif

menggunakan teknologi teknologi yang memudahkan

Strategi canggih bisnis retail pengaturan toko, juga strategi bagaimana membuat
penataan toko yg menarik dan sesuai dengan selera
pelanggan

Dilihat dari produk yang dijual, mengikuti tren


jaman bisa kita asumsikan ini cocok untuk
anak muda/remaja. Selain itu juga bisa
Target pasar bisnis retail
ditentukan dari lokasi, kita harus bisa mencari
lokasi yg cocok dgn produk yg kita jual dan
juga tidak banyak kompetitor.

 mengelompokan barang sesuai jenisnya


 tempatkan barang yang paling banyak
diminati dibagian belakang toko
Kenyamanan pembeli
 tempatkan barang ditempat yang mudah
terlihat oleh pembeli
 memberikan penerangan yang cukup pada
toko
turunnya keinginan belanja berati turunnya minat beli,
Faktor penurunan keinginan ini disebabkan karena harga produk naik terus karena
berbelanja kualitas produk yang menurun, pelayanan dari toko
kurang bagus, lokasi toko kurang strategis, kondisi
ekonomi dari konsumen sedang tidak bagus atau
menurun.

visual
merchandising
memanfaatkan dari audio visual
dengan cara memutar lagu dari
tokonya, ada tv, ada yg menggunakan
pengaplikasian teknologi digital display yg berisi informasi ttg harga
visual merchandising
suatu produk

tujuan yg utama dari strategi sebuah usaha itu


memikat pelanggan, jadi yg pertama dilihat oleh
pembeli itu adalah visual merchandising ( yg
menarik minat ) dari bisnis tsb/gaya penjualan nya.

hubungannya ini mengenai suasana hati. Ketika kita


menggunakan baju formal suasana hati akan terasa jadi
lebih semangat. Jika kita datang ke toko ritel dengan
PSIKOLOGI
visual merchandising yang baik ( penatan barang,
musik, pencahayaan yg cukup) akan membuat suasana
hati pembelinya nyaman

 pelayanan yang ramah


 kondisi toko yang berish dan rapih
 pelayannya yg siap siaga untuk
kriteria dari tampilan retail yang membantu pembeli
ramah pelanggan  penataan dari toko yang
memudahkan pelanggan untuk
menjangkau produk
Step 5 Learning Objective
1. Strategi canggih retail display untuk menarik perhatian konsumen
2. Komponen – komponen retail display
3. Faktor yang mendukung strategi retail display
4. Jenis – jenis / cara penataan retail display
5. Penerapan teknologi dalam retail display
6. Tampilan retail display yang memudahkan pelanggan untuk berbelanja
7. Pengaruh display terhadap keputusan pembelian produk
8. Hubungan psikologis dengan retail display

Pembagian rumusan masalah


Masalah 1 : Dwina & Emi
Masalah 2 : Sastra & Fazh
Masalah 3 : Fadhlan & Fahira
Masalah 4 : Elis & Diva
Masalah 5 : Emi & Fahira
Masalah 6 : Elis & Dwina
Masalah 7 : Fadhlan & Sastra
Masalah 8 : Diva & Fazh
Step 7 Hasil temuan masalah
MASALAH 1 : Strategi canggih retail display untuk menarik perhatian konsumen

 Membuat website brand

Memasarkan produk kali ini tidak lagi hanya melalui penjualan langsung lewat toko atau
booth fisik dan hanya menjangkau daerah yang didatangi saja. Di era digital ini,
memasarkan produk membuat jangkauan konsumen yang bisa melihat produk yang kita
jual jadi lebih luas. Lewat internet, kita bisa memasarkan produk yang dijual lewat blog
atau website yang berisikan detail produk. Lewat website atau blog pula, kita bisa
memiliki toko tanpa harus membuat toko fisik yang memakan modal besar untuk
menyewa tempat dan memikirkan lokasi penjualan yang strategis. Blog gratis atau
domain website murah telah banyak bertebaran di internet sehingga kita bisa
memanfaatkan hal ini untuk mempromosikan produk dengan jangkauan yang lebih luas.

 Menggunakan media sosial

Media sosial telah menjadi strategi promosi yang perlu dimiliki oleh brand karena saat ini
media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar untuk orang berbelanja. Penggunaan
media sosial sebagai media promosi dan penjualan dapat menyampaikan pesan atau
produk ke konsumen dengan lebih cepat, mudah, dan efisien.

 Membuat blog

Saat ini visual telah lebih banyak menarik perhatian banyak orang. Karena itu kehadiran
vlog sebagai media audio visual adalah media yang semakin banyak diterima dan
digemari oleh banyak orang yang merupakan calon pembeli. Vlog merupakan video yang
diunggah ke internet, khususnya youtube. Lewat vlog,  kita bisa lebih memperlihatkan
detail barang yang dijual.

 Memanfaatkan iklan gratis

Internet kali ini telah menyediakan banyak platform untuk dijadikan media iklan produk
yang gratis. Penggunaan iklan gratis di internet juga lebih efisien dan menjangkau
konsumen yang lebih luas. Dengan memanfaatkan fitur iklan gratis ini, biaya untuk
promosi produk pun akan lebih kecil dan hemat.

 Letakan produk dengan jelas dan rapi

Atur dengan susunan yang teratur dan menarik sehingga barang yang berukuran kecil
tidak tertutup dengan barang yang berukuran besar. Susun dengan memperhatikan
kombinasi warna yang menarik.
 Tentukan ciri khas susunan produk.

Untuk beberapa bisnis yang besar, ciri khas dari cara menata produk merupakan patokan
konsumen untuk kembali ke toko tersebut.

 Manfaatkan pendingin udara dan kehadiran musik.

Bisa buat kenyamanan konsumen bertambah.

MASALAH 2 : Komponen – komponen retail display


Titik Fokus
Titik fokus pada visual merchandising yaitu tampilan produk harus bisa memberikan pesan
singkat atau informasi pada konsumen hanya dalam kurun waktu 3-5 detik. Jadi, penataan
produk yang baik harus membuat konsumen mampu mengetahui produk apa yang dijual dalam
waktu singkat dengan hanya melihat tampilan produknya.
Warna
Pemilihan warna sangat berpengaruh terhadap kesan yang ingin disampaikan untuk menarik
perhatian konsumen. Oleh karena itu, pilihlah warna yang sesuai dengan kesan yang ingin
disampaikan.
Tema
Suasana yang ditampilkan juga bergantung pada tema yang dikonsepkan. Tema ini juga dapat
memengaruhi citra toko di mata konsumen.
Brand Logo
Brand logo memiliki keterkaitan dengan pemilihan warna. Usahakan pemilihan warna pada toko
senada dengan warna brand logo agar terjadi keselarasan tampilan antara warna toko dengan
warna brand logo.
Props (Atribut)
Perlu adanya props (atribut) tambahan untuk menguatkan kesan toko dan produk. Props (atribut)
yang digunakan bisa berupa bentuk, warna, atau karakter.
Kerapian dan Kebersihan
Selain menarik, tampilan toko dan produk juga harus rapi dan bersih. Kerapian dan kebersihan
dapat membuat konsumen menjadi lebih nyaman ketika berbelanja.
Pergantian Tampilan
Pergantian tampilan perlu dilakukan secara berkala agar tampilan tidak monoton dan
membosankan. Kalau di negara-negara 4 musim, biasanya pergantian tampilan akan dilakukan
setiap 3 bulan sekali mengikuti pergantian musim, karena produk yang dijual pun juga akan
berubah sesuai musim. Misalnya, saat musim panas, produk buah-buahan musim panas seperti
semangka, nanas, dan melon akan lebih banyak muncul dibandingkan saat musim dingin.
bagaimana menciptakan tampilan merchandise untuk meng-komunikasi kan
pesan Penjualan dan trend  toko kepada calon pelanggan untuk memberikan informasi dan
pengalaman berbelanja yang nyaman dan menimbulkan rasa ingin membeli.
Visual merchandise mengkombinasikan kemampuan menata produk, graphicdan interior untuk
menstimulasi dan menciptakan display sedemikian rupa sehingga didapatkan tampilan yang
terlihat seperti yang diinginkan, seperti menciptakan suasana ceria, semangat, hangat atau cozy
yang membuat orang tertarik untuk membeli.
Seperti membuat window display ataupun display pendukung interior secara keseluruhan dari
sebuah department store misalnya outlet dari suatu brand terlihat menarik dan bisa menggugah
konsumen untuk masuk dan membeli produk yang dijual di dalamnya.
Elemen dalam VM menyangkut desain dept store/outlet (retail), Ada lima elemen yang penting
untuk dikelola untuk menciptakan lingkungan belanja yang berkesan, yaitu :
1.Display
2.Signage
3.Graphics
4.Merchandising dan
5.point of sale (POS).

Beberapa pe-retail memunculkan Display jendela (Store window display) yang menampilkan


beberapa produk sebagai bagian dari materi display yang ingin dikedepankan, atau menampilkan
design dengan tema-tema tertentu, ide atau gaya tertentu dari ritel dan brand tersebut.
Para designer VM harus selalu mengikuti perubahan trend yang terjadi dimasyarakat supaya
tampilan produk  yang ditawarkan pada masyarakat dapat berjalan efektif dan efisien sesuai
tujuan, dengan prinsip bagaimana menaikkan volume penjualan dengan sentuhan kreatif yang
menarik.
Visual merchandising dapat menciptakan tampilan penawaran produk yang bagus , untuk
menstimulasi konsumen yang melihatnya dapat tertarik dan mempengaruhi perilaku konsumen
agar tergerak hatinya untuk membeli produk yang ditawarkan di dalamnya. VM juga akan
memperkuat citra produk yang ditonjolkan oleh toko / produsen melalui beragam iklannya.
Beragam elemen bisa digunakan oleh seorang Visual Merchandising dalam menciptakan display
yang menarik. Mulai dari warna, penerangan, tata ruang, informasi mengenai produk yang akan
disampaikan dalam beragam bentuk, sampai pada beragam tambahan seperti wewangian tempat,
suara dan tata cahaya yang membutuhkan teknologi tertentu untuk menciptakan ambience yang
diinginkan. Semua ini harus diciptakan oleh designer dan diproduksi oleh Team yang ahli.

MASALAH 3 : Faktor yang mendukung strategi retail display


1. Customer service
Menurut Levy & Weitz (2009, p.544-545), ada 5 persepsi yang dapat digunakan untuk menilai
customer service, yaitu:
a. Tangible, meliputi tampilan dari fasilitas fisik, peralatan, personil, dan material komunikasi.
b. Reliability (kehandalan), meliputi kemampuan melakukan pelayanan secara terpercaya dan
akurat, seperti melakukan pelayanan sesuai dengan perjanjian.
c. Responsiveness (daya tanggap), meliputi kemampuan menyediakan layanan yang cepat.
d. Assurance (kepastian), meliputi kemampuan memiliki pengetahuan yang cukup, karyawan
sopan pada pelanggan, dan kemampuan untuk menyampaikan kenyamanan pada pelanggan.
e. Empathy, meliputi rasa peduli dan memberikan perhatian khusus pada konsumen.
2. Location
Menurut Berman & Evans (2007, p.304-312), dalam memilih dan mengevaluasi lokasi yang
akan dipakai, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan retailer yaitu:
a. Pedestrian traffic, meliputi jumlah dan tipe pejalan kaki yang melalui lokasi itu. Lokasi dengan
pedestrian traffic yang tinggi merupakan lokasi yang bagus.
b. Vehicular traffic, meliputi jumlah dan tipe kendaraan yang melewati lokasi tersebut.
c. Parking facilities, meliputi jumlah dan kualitas tempat parkir yang tersedia, jarak tempat parkir
dengan toko, dan ketersediaan petugas parkir.
d. Transportation, meliputi ketersediaan angkutan umum dan kemudahan akses dari jalan utama.
e. Store compotition, meliputi kesesuaian jumlah dan ukuran toko-toko yang ada di lokasi dan
keberadaan toko-toko lain yang saling berdekatan.
f. Specific site, meliputi visibility (kemudahan toko dilihat oleh orang-orang di jalan),
penempatan toko di lokasi, ukuran dan bentuk toko yang dipilih, dan kondisi bangunan toko.
g. Term of occupancy, meliputi sistem kepemilikan toko dan biaya-biaya yang terkait dengan
keberadaan toko.
h. Overall rating, merupakan pertimbangan pemilihan lokasi secara keseluruhan.
3. Store design & display
Menurut Sullivan & Adcock (2002, p.140), ada beberapa elemen yang membentuk store design
sebuah toko yaitu:
a. Design element, yang terdiri dari:
 Architecture, meliputi tampilan toko dari luar (store exterior) dan ukuran toko.
 Layout, meliputi bagaimana keseluruhan area penjualan dibagi menjadi beberapa area
penjualan yang spesifik.
 Display, yaitu bagaimana menampilkan barangbarang yang dijual kepada pelanggan.
 Community building Menawarkan kesempatan pada pelanggan untuk mempelajari tentang
suatu produk dan service yang dapat mendukung hobby mereka.
b. Social element, merupakan elemen yang berkaitan dengan people yaitu antara pramuniaga
toko dengan pelanggan. Social element terbagi menjadi:
 Low-contact social environtment, yang dilakukan ketika retail secara dominan memakai
konsep selfservice.
 Moderate-contact social environtment, yang dilakukan ketika pelanggan meminta layanan
sebagai bagian dari proses belanja.
 High-contact social environtment, yang dilakukan ketika retail secara dominan menawarkan
layanan kepada konsumen.
c. Ambient element, yaitu bagaimana menciptakan suasana berbelanja yang nyaman bagi
pelanggan yang dapat dilakukan dengan:
 Visual dimensions, meliputi lighting dan warna (color) yang terdapat di toko.
 Aural dimensions, meliputi volume, tempo, dan jenis lagu yang diputar di toko.
 Olfactory dimensions, meliputi aroma (scent) yang terdapat di dalam toko.
 Tactile dimensions, meliputi temperatur yang terdapat di ruangan toko. Menurut Levy & Weitz
(2009, p.512-531), ada beberapa strategi untuk dapat menciptakan sebuah desain toko yang baik,
yaitu: a. Store design, terdiri dari:
 Layouts, yaitu penataan toko yang menarik dapat memberikan kenyamanan pada konsumen.
 Signage and Graphics, yaitu papan penanda dan gambar seperti foto.
 Feature area, yaitu area di dalam toko yang sengaja didesain semenarik mungkin untuk
menarik perhatian konsumen.
b. Space management, yaitu pengaturan pengelolaan barang di dalam toko.
c. Visual merchandising, yaitu presentasi barang dan toko dengan tujuan untuk menarik
perhatian konsumen potensial.
d. Atmospheric, yaitu cara mendesain toko yang nyaman melalui visual merchandising, lighting
(pencahayaan), colors (pemilihan warna), music, dan scent (pemilihan aroma) yang dapat
mempengaruhi persepsi danmosional konsumen yang pada akhirnya menarik konsumen untuk
melakukan pembelian.
4. Merchandise assortment
Retailer harus melakukan assortment planning dengan baik agar produk yang dijual sesuai
dengan kebutuhan target konsumennya. Menurut Sullivan & Adcock (2002, p.168- 173),
assortment planning terdiri dari 2 tahapan proses yaitu:
a. Analysis process, terdiri dari:
 Target shopper analysis Retailer harus dapat mengenali konsumennya (customer identity),
benefit (produk apa yang dibutuhkan), dan need (mengapa produk itu dibutuhkan).
 Categories of purchase Dalam menghadapi konsumen yang melakukan perencanaan
pembelian, retailer harus meyakinkan bahwa produk yang akan dibeli produk yang tepat.
Namun, bagi yang tidak memiliki perencanaan, retailer harus dapat menawarkan pilihan produk
yang tepat agar konsumen tertarik untuk membelinya.
 Degree of choice, yaitu retailer harus dapat memutuskan apakah akan menyediakan pilihan
produk yang banyak ataukah sedikit.
 Quality, yaitu retailer harus memutuskan kualitas produk yang akan dijual.
 Geographic variation Saat retailer membuka toko di tempat yang berbeda-beda, retailer harus
dapat menyesuaikan produk-produk yang dijual dengan tipe konsumen di masing-masing tempat.
 Competitor analysis Retailer harus memperhatikan retailer lain yang berada dalam satu
kawasan yang sama khususnya yang menjual produk sama karena dapat menimbulkan terjadinya
persaingan yang ketat.
 Product & capacity analysis Retailer harus dapat menyesuaikan produk-produk yang dijual
dengan kapasitas tokonya.
b. Decision process, yaitu tahapan di mana retailer harus dapat menawarkan keseluruhan produk
yang dijual pada konsumen dan menyediakan kuantitas yang relevan untuk masing-masing
produknya.
5. Communication Mix
Menurut Levy & Weitz (2009, p.447-454), ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan informasi seputar retailer pada konsumen, di antaranya:
a. Paid impersonal communication, terdiri dari:
 Advertising, yaitu bentuk komunikasi berbayar yang memakai media umum seperti koran, TV,
radio, direct mail, dan internet.
 Sales promotion, menawarkan nilai lebih dan insentif agar pelanggan tertarik mengunjungi
toko atau membeli barang selama jangka waktu tertentu.
 Store atmosphere, merupakan kombinasi dari karakter toko yang terdiri dari architecture,
layout, sign and display, colors, lighting, temperature,sounds, dan smell yang dapat menciptakan
image di pikiran pelanggan.
 Web site Pemakaian web site dilakukan untuk membangun brand image, memberikan
informasi (lokasi toko dan ketersediaan produk), dan menjual produk atau jasa yang ditawarkan.
 Community building, merupakan kegiatan di mana pelanggan yang memiliki kesenangan yang
sama diberikan kesempatan mempelajari segala sesuatu terkait dengan produk atau jasa yang
dijual yang dapat mendukung hobby mereka. b. Paid personal communication
 Personal selling, yaitu bentuk komunikasi secara face to face.
 E-mail, yaitu bentuk komunikasi yang mendukung pengiriman pesan melalui internet.
 Direct mail, mengacu pada brosur, katalog, dan iklan yang dikirimkan langsung pada
pelanggan.
 M-commerce, yaitu komunikasi melalui wirelesshandheld devices, seperti telepon selular dan
personal digital assistant (PDAs).
c. Unpaid impersonal communication
Salah satu bentuknya adalah publicity. Publicity merupakan bentuk komunikasi tidak berbayar
yang menceritakan seputar retailer dengan media umum. d. Unpaid personal communication,
yaitu bentuk komunikasi tidak berbayar antara retailer dan pelanggan dengan melalui word of
mouth.
6. Price
Menurut Berman & Evans (2007, p.510-516), strategi harga dapat digolongkan pada tiga
orientasi, yaitu:
a. Demand-oriented, yaitu penetapan harga berdasarkan tingkat permintaan konsumen.
b. Cost-oriented, yaitu penetapan harga dengan menambahkan biaya perolehan produk (harga
pokok produk) tiap unitnya dengan biaya operasional dan besarnya profit yang diinginkan.
c. Competition-oriented, yaitu penetapan harga yang dilakukan dengan mengikuti harga pesaing.
Konsumen akan mencari nilai (value) ketika membeli produk yang berasal dari kualitas dan
harga serta nilai tambah dari merek produk (Gilbert, 2003). Penetapan harga yang sesuai dengan
value mendorong terjadinya repeat purchase, meningkatkan kunjungan konsumen, dan
menciptakan serta mempertahankan minat konsumen (Ma’ruf, 2006).

 Hal-hal yang harus diperhatikan pada display :


a. Tekstur Tekstur mampu memberikan kesan emosional tertentu kepada pengunjung.
b. Tata Cahaya (lighting)
Penggunaan jenis lampu seperti highlight atau spotlight didasarkan pada kesan apa yang ingin
kita tampilkan karena tiap-tiap lampu mempunyai karakter cahaya yang berbeda-beda.
c. Warna atau Aksen
Hal pertama yang kita lihat dalam cahaya adalah warna. Oleh karena itu untuk menampilkan
sesuatu kita menggunakan warna. Untuk toko mainan atau hobby, kita hrus jeli dalam
menggunakan warna yang atraktif untuk menarik minat perhatian pengunjung tertutama anak-
anak.
d. Teknik display
Terbagi menjadi presentasi produk, pendukung produk, dan integrasi produk. Produk-produk
tersebut dapat ditunjukkan secara tunggal atau kelompok dimana produk lain saling
berhubungan.
Menurut Mehta & Chugan, dalam Sudarsono (2017), terdapat beberapa dimensi dimensi penting
yang mendukung pengadaan visual merchandising dalam sebuah toko yaitu:
1. Window display adalah tampilan depan dari sebuah toko yang membantu konsumen
memutuskan apakah akan memasuki toko atau tidak.
2. Mannequin display merupakan salah satu alat komunikasi bagi ritel fashion yang digunakan
untuk memamerkan atau menjelaskan tren saat ini.
3. Floor Merchandising merupakan penataan peraltan-peralatan yang mendukung pelaksanaan
bisnis ritel dalam menciptakan ruang gerak bagi customer didalam toko
4. Promotional signage merupakan salah satu elemen dari visual merchandising yang membantu
meningkatkan penjualan dengan memberikan informasi mengenai produk dan menyarankan item
atau pembelian khusus

 Faktor-faktor Visual Marchandising


Menurut Sopiah (2008) beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan oleh peritel untuk
meningkatkan keunggulan kompetitifnya dari peritel lainnya yaitu:
1. Variasi kategori barang yang tersedia (bredth)
2. Kedalaman jenis barang yang tersedia per aktegori (dept)
3. Keunikan barang
4. Harga
5. Mutu
6. Jam buka dan jam tutup toko
7. Fasilitas kredit
8. Suasana toko dan rancangan interior
9. Tata letak toko
10. Rancangan eskterior toko

Menurut Ma’ruf (2012) ada syarat-syarat penataan barang (Display product) mengenai lima
macam syarat-syarat Display product, yaitu:
1. Rapih dan bersih, kerapihan dan kebersihan barang maupun tempat pajang sangat penting
untuk menarik pembeli supaya bersedia melihat dari dekat. Hal tersebut merupakan satu syarat
penting dalam display.
2. Mudah dilihat, dijangkau dan dicari Kebutuhan untuk merasa nyaman dalam berbelanja adalah
tersedianya kemudahan-kemudahan. Kemudahan dalam mencari barang, mendapatkan informasi
produk, dan jangkau.
3. Lokasi yang tepat, hal ini disesuaikan dengan keadaan toko, display juga diatur menurut
kelompok barang atau menurut kelompok yang berhubungan. Dengan demikian, diharapkan
lokasi dapat mengarahkan pembeli untuk membeli semua barang.
4. Aman, display yang baik, aman dari segi barang dan pembeli.
5. Menarik. Mencakup perpaduan warna, bentuk kemasan, kegunaan barang serta adanya
tema/tujuan yang pada akhirnya bermuara pada suasana belanja yang menyenangkan.
MASALAH 4 : Jenis – jenis / cara penataan retail display

Macam-macam teknik penataan display

a. Teknik vertikal display


Teknik ini merupakan teknik pemajangan barang yang disusun secara vertikal ke atas
atau barang disusun tegak dalam rak. Display jenis ini dapat dilakukan dengan cara
barang yang disusun merupakan produk yang sama dan memiliki ukuran yang
berbeda. Produk dengan ukuran besar diletakkan pada bagian bawah sedangkan rak di
atasnya diisi produk dengan ukuran yang lebih kecil.
Tak hanya itu, komposisi warna kemasan produk juga perlu diperhatikan dalam
penataan barang jenis ini. Yaitu letakkan produk menghadap arah yang sama
sehingga warna yang terlihat juga menjadi mirip. Jenis display dengan teknik vertikal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan rak gondola wall atau island sehingga
penyusunan barang dapat terlihat lebih rapi.
b. Teknik floor display
Teknik jenis ini merupakan teknik pemajangan barang yang disusun langsung di
lantai tanpa menggunakan rak. Biasanya jenis teknik ini digunakan pada toko-toko
atau minimarket yang memiliki area cukup luas.
Hal yang perlu diperhatikan pada teknik jenis floor display adalah barang yang
disusun merupakan produk yang sama. Selain itu, dalam penyusunan harus
menggunakan alas palet agar produk yang paling bawah tidak rusak saat proses
pembersihan lantai. Dan yang terakhir, penataan barang jenis ini perlu diperhatikan
lokasi penempatan yang strategis agar mudah dilihat dan tidak mengganggu arus
barang maupun konsumen.
c. Teknik jumble display
Teknik jenis ini juga dikenal dengan sebutan display promo. Teknik ini biasanya
digunakan pada minimarket atau supermarket yang menawarkan barang-barang
promo sehingga produk ditempatkan pada rak promo. Tak hanya itu, teknik jumble
display juga perlu diperhatikan letak penempatannya yaitu pada area terbuka dan luas
sehingga para konsumen dapat melihat dengan mudah.
d. Teknik impulse buying display
Display jenis ini dapat pula dinamakan dengan pameran. Produk yang dijual akan
ditempatkan di tempat strategis yang sering dilalui konsumen agar mudah terlihat.
Hal ini bertujuan agar konsumen tertarik untuk membeli produk tersebut. Display
jenis ini biasanya menggunakan rak gondola atau rak display yang berada di dekat
kasir.
e. Teknik cut cases display
Teknik jenis ini merupakan teknik pemajangan barang dengan menumpuk tanpa
mengeluarkan produk dari kemasan karton. Akan tetapi, kemasan karton dipotong
setengah sehingga produk dapat terlihat walaupun disusun menumpuk. Display jenis
ini biasanya digunakan untuk produk makanan atau minuman dalam botol dan kaleng.
f. Teknik merchandise mix display
Teknik jenis ini merupakan teknik pemajangan yang bertujuan untuk menawarkan
produk lain yang berhubungan dengan produk yang dibeli konsumen. Pemajangan
produk memanfaatkan pemajangan komplementer dengan menggunakan dua produk
yang saling berkaitan.
Biasanya produk tersebut menggunakan dua barang yang ditempatkan saling
berdekatan. Sehingga, para konsumen yang membeli produk tertentu diingatkan
untuk membeli produk lain sebagai pelengkap. Contohnya seperti kopi dan krimer,
spageti dan saos, minuman dan camilan yang ditempatkan saling berdekatan agar
konsumen juga turut membeli produk tersebut.
g. teknik wall display
Teknik jenis ini merupakan teknik pemajangan yang bertujuan untuk menawarkan
produk lain yang berhubungan dengan produk yang dibeli konsumen. Pemajangan
produk memanfaatkan pemajangan komplementer dengan menggunakan dua produk
yang saling berkaitan.
Biasanya produk tersebut menggunakan dua barang yang ditempatkan saling
berdekatan. Sehingga, para konsumen yang membeli produk tertentu diingatkan
untuk membeli produk lain sebagai pelengkap. Contohnya seperti kopi dan krimer,
spageti dan saos, minuman dan camilan yang ditempatkan saling berdekatan agar
konsumen juga turut membeli produk tersebut.

MASALAH 5 : Penerapan teknologi dalam retail display

Industri ritel adalah industri yang terus berubah dengan cepat, begitu pula dengan teknologinya.
Teknologi ritel adalah teknologi yang dapat memudahkan proses bisnis ritel, sehingga dapat
meningkatkan performa bisnis ritel.

Sebagai pemilik bisnis ritel, kita harus mampu berpacu dengan perubahan tersebut agar kita
mampu bertahan dalam tingkat persaingan yang begitu tinggi di industri ini. Kita memang tidak
dapat memprediksi industri ritel secara akurat, namun setidaknya bisa mendapatkan gambaran
yang bagus tentang apa yang akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan dengan melihat
teknologi ritel yang sedang populer saat ini.

1. AR&VR
Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) semakin populer di kalangan retailer pada
tahun ini. Kemampuan kedua teknologi ini dalam bisnis ritel adalah teknologi ini mampu
menghadirkan customer experience yang hebat dan juga menarik lebih banyak pengunjung. VR
memungkinkan pengunjung toko untuk memasuki “dunia lain” atau realita semu dan membuat
mereka seolah-olah berada di sana, sementara AR menghadirkan berbagai visualisasi tambahan
dalam realita yang sebenarnya, biasanya berupa gambar, teks, benda bergerak, dan lain-lain.

Beberapa retailer yang menggunakan kedua konsep ini adalah Amazon, IKEA, Zara, dan
Adidas. Zara menyediakan aplikasi AR yang mengizinkan pengunjung untuk mendapatkan
informasi visual mengenai harga pakaian dan bahkan melihat bagaimana pakaian tersebut
dikenakan oleh para model hanya dengan memfokuskan kamera smartphone mereka pada area
tertentu di dalam toko.

2. Pelacakan pengiriman

Kini sudah banyak e-commerce yang memberikan kemudahan bagi para pelanggannya untuk
melacak status pengiriman pesanan mereka sendiri melalui aplikasi. Jika dahulu hanya pemilik
toko yang bisa melacak kurir, kini pelanggan pun bisa. Ini merupakan salah satu strategi terbaik
untuk meningkatkan pengalaman pelanggan.

3. Pencarian via suara

Konsumen cenderung memilih metode berbelanja yang menurut mereka paling praktis. Salah
satu metode berbelanja yang saat ini paling digemari oleh konsumen adalah voice-based
shopping. Melalui aplikasi seperti Google Home, Amazon Alexa, dan HomePod, konsumen
hanya perlu menyebut atau meminta produk yang mereka inginkan dan kemudian mendapatkan
berbagai rujukan dalam hitungan detik.

4. Self-service kiosk

Sekarang bukan hanya kafe dan restoran yang menyediakan teknologi ini, tetapi juga berbagai
toko ritel. Penggunaan self-service kiosk dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belanja
yang lebih memuaskan untuk pelanggan. Dengan menggunakan teknologi ritel ini, pelanggan
dapat mengecek ketersediaan, menemukan ukuran atau warna produk yang tepat, dan bahkan
melakukan pembayaran dengan memasukkan data kartu kredit. Jadi, tidak ada lagi antrian
panjang di kasir.

5. Cloud POS

Cloud POS masih menjadi salah satu teknologi  ritel paling populer pada tahun ini. Sistem ini
tidak hanya membantu mereka mempercepat proses checkout bagi pelanggan, tetapi juga
menyimpan data penting seperti detail kartu kredit pelanggan secara lebih aman. Staf tidak harus
bergantung pada mesin kasir, karena mereka dapat mengelola pembayaran menggunakan
smartphone atau tablet mereka bahkan ketika sekalipun listrik sedang padam. Sistem ini juga
merupakan opsi yang terjangkau untuk pengusaha ritel kecil.
6. Otomatis pemasaran

Kini telah semakin banyak retailer yang menyadari betapa signifikannya solusi otomatis
terhadap efisiensi aktivitas bisnis mereka, termasuk juga pemasaran. Semakin banyak pelanggan,
maka semakin kompleks campaign yang harus dijalankan, sebab pelanggan memiliki
karakteristik dan preferensi yang berbeda. Software otomatisasi pemasaran mengizinkan retailer
untuk mensegmentasikan pelanggan dan membuat campaign yang tertarget. Campaign dapat
dikustomisasi dan disesuaikan dengan preferensi pelanggan, begitu pula dengan newsletter.
Retailer juga dapat memberikan trigger untuk mengirim campaign berdasarkan aksi yang
dilakukan oleh pelanggan mereka, misalnya; Amazon mengirimkan email tentang rekomendasi
produk kepada pelanggan mereka setelah mereka membeli produk yang serupa.

Penggunaan teknologi canggih, seperti misalnya “running text” dalam bentuk elektronik, atau
dalam contoh retail outlet untuk produk elektronik, adanya produk – produk yang menunjang
yang memungkinkan pengunjung untuk mencoba produk tersebut secara langsung, juga
merupakan sarana penunjang dalam membuat display produk menjadi lebih menarik minat
konsumen.

Teknologi layar sentuh adalah cara terbaik untuk menarik orang lebih dalam ke visual tertentu
untuk mempelajari lebih lanjut tentang produk tertentu atau lini produk. Ini dapat berupa game
“pilih petualangan Anda sendiri” atau bahkan menggabungkan realitas virtual / augmented
reality.

1. Face Recognition (Pengenalan Wajah)

Sejumlah retailers top memiliki kehadiran online dan offline. Teknologi pengenalan wajah
membantu pengecer secara proaktif dalam memerangi pengutilan dan kejahatan ritel lainnya.
Selain itu, dapat menuntun konsumen dari pengalaman belanja online ke lokasi gedung peritel.
Ketika pelanggan diidentifikasi melalui teknologi facial recognition, staf toko dapat langsung
respon kepada kebutuhan unik pelanggan dengan lebih baik.

2. Recommendation Engines

Alat teknologi canggih lainnya untuk pengecer adalah mesin rekomendasi (recommendation
engines) yang membantu pelanggan menemukan hal-hal yang mereka tidak tahu bahwa mereka
membutuhkannya, dan untuk membantu menawarkan opsi ke konsumen pada waktu yang
relevan dalam pengalaman belanja mereka. Mesin rekomendasi telah menjadi semakin baik dari
waktu ke waktu. Semakin banyak data algoritma dalam menilai perilaku belanja pelanggan,
semakin baik rekomendasinya. Pengecer diuntungkan dengan meningkatnya permintaan dan
meningkatnya kepuasan pelanggan. Amazon, Netflix, dan Spotify adalah sebagian mesin
rekomendasi yang mungkin sudah Anda kenal.

3. Robotic Store Assistants (Robot Asisten Toko)

Tren teknologi lain yang mengubah belanja adalah robot asisten toko. Robot seperti Pepper dapat
membantu pembeli menemukan barang yang mereka cari dan menjawab pertanyaan. Mereka
bahkan dapat mengirim email spesifikasi penawaran atau kupon. Contohnya, toko perlengkapan
rumah, Lowe’s yang memiliki LoweBot untuk membantu layanan pelanggan di dalam toko.

MASALAH 6 : Tampilan retail display yang memudahkan pelanggan untuk berbelanja

1. Window Display

Apa fungsi dari window display? Ada banyak. Pertama, untuk memberikan kesan menarik
kepada calon pengunjung. Bisa juga dengan untuk sekedar ngasih liat produk kita, orang-orang
yang sebelumnya cuma pengin lewat dan jalan-jalan, jadi tertarik dan masuk ke toko kita. Selain
itu, window display juga bisa untuk toko memajangkan produk-produk terbaru atau andalannya.

2. Interior Display

Berbeda dengan window display yang posisinya ada di bagian depan, interior display adalah tipe
penataan produk yang terdapat di dalam ruangan/gedung toko. Pernah masuk ke dalam toko tas
lalu di bagian tengah toko ada semacam rak gahul yang memajang tas-tas unggulan toko itu?
Itulah interior display. Sejatinya, interior display itu dibagi menjadi 3 jenis: 1) merchandise
display, 2) store sign and decoration, dan 3) dealer display.

Merchandise display, seperti pada gambar di atas juga terbagi menjadi 3, yaitu open, closed, dan
architectural. Open adalah untuk penataan yang terbuka secara langsung (konsumen dapat
menyentuh), closed adalah yang tertutup (biasanya untuk benda berharga/mewah), dan
architectural adalah benda-benda yang dipajang untuk diberi tahu cara penggunaannya

3. Exterior Display

eksterior adalah penataan produk untuk di luar ruangan. Tujuan exterior display adalah untuk
mengenalkan produk baru. Atau, jika ada kegiatan tertentu, seperti pameran. Berhubung menata
barangnya di luar, tipe display ini juga mempermudah koordinasi antara tim advertising dan
merchandising sebuah toko.

4. Solari Display

Kalau solari adalah tipe penataan produk (display) yang menggunakan media lain dan
ditempatkan di department store. Misalnya, mannequin-mannequin yang dipakaikan baju
produksi toko tersebut.
Tampilan retail display yang memudahkan pelanggan untuk berbelanja.

Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat tampilan retail yang memudahkan
pelanggan untuk berbelanja, yaitu sebagai berikut:

a. Bagian dalam toko (general interior)


General interior toko menjadi salah satu kunci keberhasilan dari keseluruhan strategi
menciptakan suasana toko (store atmosphere) yang nyaman. Hal ini bertujuan agar
konsumen yang berada dalam toko memiliki keinginan membeli produk ketika
melihat display. Display yang baik harus mampu menarik perhatian pengunjung dan
membantu mereka agar mudah mengamati, memeriksa, dan memilih barang,
kemudian melakukan pembelian. Elemen-elemen desain interior terdiri atas:
 Pemilihan lantai (flooring). Penentuan jenis lantai (kayu atau keramik),
desain, dan warna lantai sangat penting karena persepsi konsumen dibangun
berdasarkan apa yang mereka lihat.
 Pewarnaan dan pencahayaan (colors and lightning). Setiap toko harus
mempunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau menarik
perhatian pengunjung ke salah satu ruangan dalam toko. Tata cahaya yang
baik mempunyai mutu dan warna yang dapat membuat produk-produk yang
ditawarkan terlihat lebih menarik.
 Perabot toko (fixtures). Pemilihan dan cara penyusunan peralatan penunjang
membutuhkan ketelitian dan harus dilakukan dengan benar agar hasilnya
sesuai keinginan. Hal ini karena terdapat perbedaan bentuk, karakter, dan
harga pada setiap jenis produk.
 Suhu udara (temperature). Pengelola toko harus selalu memperhatikan suhu
ruangan agar selalu dalam kondisi nyaman bagi pengunjung. Hal ini dapat
dilakukan dengan menyesuaikan jumlah AC yang dipasang dengan luas toko.
 Jarak antar-rak (width of aisles). Pengaturan jarak yang baik antara rak satu
dan rak lainnya akan menciptakan kenyamanan bagi lalu lintas pengunjung.
Khusus untuk dead areas atau area khusus/area mati dalam toko, seperti toilet
dan sudut ruangan, pengaturan jarak antar-rak dapat disiasati dengan
penambahan aksesori. Contoh: menggunakan cermin dan tanaman agar tidak
terkesan janggal.
 Karyawan. Karyawan yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, dan
mempunyai pengetahuan mengenai produk yang dijual akan meningkatkan
citra perusahaan dan loyalitas konsumen dalam memilih toko untuk
berbelanja.
 Variasi produk. Pengelola toko harus memutuskan mengenai variasi, warna,
ukuran, mutu, lebar, dan kedalaman produk yang akan dijual. Mereka harus
memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tren apa yang sedang diminati
pasar.
 Kebersihan. Kebersihan toko menjadi salah satu faktor utama pemilihan lokasi
berbelanja dan loyalitas konsumen. Oleh karena itu, pengelola toko harus
mempunyai rencana yang baik dalam pemeliharaan kebersihan, baik bagian
interior maupun eksterior.
b. Bagian luar toko (exterior)
 Bagian muka toko (storefront). Bagian muka atau depan toko meliputi
kombinasi papan nama, pintu masuk, dan konstruksi bangunan. Storefront
harus mencerminkan keunikan, kekokohan, atau hal-hal lain yang sesuai
dengan citra toko tersebut. Bagi konsumen baru, penampilan luar toko sangat
menentukan hasrat untuk masuk dan berbelanja di toko tersebut. Oleh karena
itu, desain storefront harus dimaksimalkan oleh pemilik toko.
 Simbol (marquee). Marquee adalah tanda yang digunakan untuk memajang
nama atau logo toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan,
penulisan huruf, atau penggunaan lampu neon. Marquee terdiri dari nama atau
logo saja, atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya.
Penempatan marquee yang tepat harus berada di luar toko. Hal ini agar
memunculkan kesan berbeda antara toko tersebut dan yang lainnya.
 Pintu masuk (entrance). Tata letak pintu masuk toko harus
mempertimbangkan kenyamanan bagi lalu lintas pengunjung yang akan
masuk dan keluar toko.

MASALAH 7 : Pengaruh display terhadap keputusan pembelian produk


Display yaitu keinginan membeli sesuatu, yang tidak didorong oleh seseorang, tapi
didorong oleh daya tarik, atau oleh penglihatan ataupun oleh perasaan lainnya. Dari pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa display adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang yang
mengarahkan pembeli agar tertarik.
Adapun tujuan pelaksanaan display yaitu :

1 Untuk menarik perhatian (attention interest) para pembeli. Hal ini dilakukan

menggunakan warna-warna, lampu-lampu dan sebagainya.

1. Untuk dapat menimbulkan keinginan memiliki barang-barang yang di pamerkan di toko

(attention, interest).

2. Kemudian para konsumen masuk ke dalam toko dan melakukan pembelian (desire +

action).
Display harus diatur dengan baik supaya dapat membantu konsumen untuk mendapatkan barang-
barang dengan cepat, penyusunan barang-barang yang memudahkan orang melihat, mencari dan
menjangkau, hal ini sangat menentukan terjadinya keputusan pembelian impulsif. Apabila
konsumen tertarik dan puas terhadap barang tersebut maka dapat memberikan manfaat
diantaranya hubungan antara perusahaan dan konsumen menjadi harmonis, hal ini akan menjadi
dasar yang baik untuk melakukan pembelian ulang. Konsumen, serta membentuk suatu
rekomendasi dari mulut ke mulut yang dapat menguntungkan perusahaan sehingga dapat terlihat
bahwa hubungan display dengan keputusan pembelian impulsif konsumen erat kaitannya, karena
tanpa adanya display, maka salah satu faktor yang dapat meningkatkan keputusan pembelian
konsumen tidak akan terpenuhi

Menurut Hawkins, Mothersbaugh & Best (2007) ada beberapa tahapan yang dilalui konsumen
ketika mereka akan membeli sebuah produk atau jasa, yaitu :
– Need recognition: Tahap dimana konsumen merasakan adanya kebutuhan atau keinginan
terhadap sebuah produk atau jasa.
– Information Seach: setelah mereka menyadari akan adanya sebuah kebutuhan atau keinginan
biasanya mereka akan mulai mencari informasi-informasi dan alternatif-alternatif mengenai
produk atau jasa tersebut.
– Evaluation of Alternatives: Jika sudah mengumpulkan banyak informasi, biasanya mereka
akan mulai memilah – milah mana saja produk yang menurut mereka bisa dijadikan sebagai
pilihan atau alternatif, sehingga akan mudah bagi mereka untuk mengambil keputusan priduk
atau jasa manakah yang ingin mereka pilih
Hal yang selanjutnya perlu diperhatikan oleh pemasar adalah adanya situasai tertentu dan
aktivitas pemasaran yang akan mempengaruhi dan menentukan prilaku konsumen dalam
melakukan sebuah pembelian. Seperti yang terlihat dalam bagan yang dibuat oleh Hawkins,
Mothersbaugh & Best ((2007) dibawah ini:
Dari bagan diatas terlihat beberapa aktivitas pemasaran yang mempengaruhi konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian, diantaranya adalah: kebutuhan akan produk yang bermutu,
packaging yang “eye-cacthing”, pengiklanan yang menarik, presentasi yang mudah dimengerti,
pemasaran dan distribusi melalui retail outlet. Retail outlet saat ini tampaknya menyadari betul
tentang hal ini, sehingga kemudian mereka membanjiri pasar dengan beragam jenis strategi
pemasaran, untuk menarik konsumen sebanyak – banyaknya, salah satunya dengan cara
mendesain sebuah display produk yang menarik minat konsumen, dan membuat sebuah produk
memiliki nilai tambah dan nilai jual yang tinggi. Sebuah retail outlet harus bisa memikirkan dan
membuat sebuah display yang tidak saja terlihat menarik, dan membuat pengunjung yang
melintas menoleh dan berhenti didepan tokonya, tetapi kemudian masuk ke dalam, dan pada
akhirnya berbelanja disana.
Sementara itu menurut Clow & Baack (2010) display produk adalah sebuah strategi pemasaran
yang sangat efektif bagi sebuah industry ritel, khususnya produk fashion, dimana perusahaan
melihat semakin banyaknya fenomena “Impulsive Buying” di kalangan masyarakat, dan disadari
atau tidak salah satu penyebabnya adalah: sebuah desain display produk yang indah, menarik dan
menggoda”.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa sebuah display produk yang menarik, adalah merupakan
sebuah strategi pemasaran yang sangat ampuh saat ini, terlebih bagi perusahaan retail. Display
produk ternyata mampu mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian, terbukti dengan
semakin banyaknya “Impulsive Buyer”. Selanjutnya apabila diteliti lebih lanjut bisa saja prilaku
“Impulsive Buying” menjadi sebuah prilaku yang akan sangat diminati oleh pemasar dan
pengusaha ritel, mengapa? karena “Impulsive Buying” akan memotong hampir sebagian besar
proses pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian.
Dengan adanya display yang menarik, pengusaha ritel dan pemasar mengharapkan konsumen
tidak perlu lagi melalui tahap mencari informasi-informasi dan alternatifnya kemudian
mengevaluasi alternatif-alternatif tersebut yang mungkin saja awalnya sudah berniat untuk
membeli produk mereka, tetapi karena adanya informasi dan alternative lain yang lebih baik,
sehingga konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut, harapan pengusaha ritel dan
pemasar adalah konsumen melewati toko mereka, melihat display pada etalasenya, menjadi
sangat tergoda karenanya, memutuskan masuk ke dalam toko dan keluar dengan belasan kantong
belanja.

MASALAH 8 : hubungan psikologis dengan retail display


Psikologis konsumen merupakan perilaku konsumen yang didorong oleh jiwa/mental dari
konsumen itu sendiri untuk melakukan segala aktivitasnya. Psikologis menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan konsumen. Keputusan pembelian itu
meliputi keputusan pembelian yang telah direncanakan maupun keputusan pembelian yang tidak
direncanakan (impulse buying).
Seperti yang dijelaskan oleh Kotler dan Keller (2009:166)bahwa proses pengambilan keputusan
dan keputusan akhir pembelian dihasilkan dari rangsangan pemasaran dan lingkungan yang
memasuki kesadaran konsumen, dan sekelompok proses psikologis digabungkan dengan
karakteristik konsumen tertentu. Faktor psikologis menjadi bagian dari pengaruh lingkungan di
mana seseorang tinggal pada waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh di masa lalu atau
antisipasinya pada waktu yang akan datang. Motivasi pada faktor psikologis merupakan
dorongan hati konsumen untuk melakukan pembelian secara tiba tiba yang didasari atas
kebutuhan konsumen. Persepsi sebagai penilaian seseorang terhadap suatu produk yang akan
dibeli. Pembelajaran merupakan pengalaman seseorang setelah menggunakan produk.
Selanjutnya memori menjadi salah satu pengaruh konsumen untuk melakukan keputusan
pembelian berdasarkan informasi produk yang diingat.
Faktor psikologis yang teridiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori mempengaruhi
seseorang dalam melakukan keputusan pembelian yang spontan (impulse buying). Hal ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2013) bahwa faktor psikologis
konsumen yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori mempengaruhi
impulse buying baik secara bersama-sama maupun parsial. Meskipun terdapat pertimbangan
pertimbangan lain yang terdapat pada lingkungan sekitar. Namun pada akhirnya konsumen itu
sendiri yang akan menentukan keputusan pembelian.

You might also like