You are on page 1of 14

Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019

ISBN 978-623-7482-00-0

PELATIHAN PENANGANAN RISIKO BAHAN BERBAHAYA DI


LABORATORIUM KIMIA BAGI LABORAN

I Dewa Putu Subamia 1), I Gusti Ayu Nyoman Sri Wahyuni2), Ni Nyoman Widiasih3)
1Jurusan Kimia FMIPA UNDIKSHA,2Jurusan Fisika dan Pengajaran IPA FMIPA UNDIKSHA,
3Jurusan Biologi FMIPA UNDIKSHA

Email: idewaputusubamia@gmail.com

ABSTRACT

The ability to handle hazardous substances in high school chemistry laboratories in Buleleng Regency
is still low, impacting the magnitude of the potential for workplace accidents in the laboratory. This community
service activity (P2M) aims to increase the knowledge and skills in handling hazardous materials in the
laboratory for high school chemistry laboratory assistants in Buleleng Regency so that they are able to
anticipate potential work hazards and accidents in the laboratory. The problem is the ability to handle risks of
hazardous materials is still inadequate so it needs to be improved. The solution is through training and
assistance in increasing the ability to handle risks of hazardous chemicals. The method applied is the training
and assistance method. Implementation of activities in the form of in service and on service in the form of
lectures, discussions, workshops and practice (learning by doing). Implementation of activities includes
identification of potential risks, ways of handling and managing potential hazards, procedures for handling
chemicals safely in the laboratory. Evaluation of this activity is carried out on the process and product of
activities and their sustainability. The result of the activity is that there is an increase in the laboratory's ability
in handling hazardous substances in the chemical laboratory

Keywords: safe culture, reinforcement, risk of danger

ABSTRAK

Kemampuan penanganan bahan berbahaya di laboratorium kimia SMA di Kabupaten Buleleng masih
rendah, berdampak pada besarnya potensi kecelakaan kerja di laboratorium. Kegiatan pengabdian masyarakat
(P2M) ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penanganan risiko bahan berbahaya di
laboartorium bagi Laboran Kimia SMA di Kabupaten Buleleng sehingga mampu mengantisipasi potensi
terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja di laboratorium. Permasalahannya adalah kemampuan penanganan risiko
bahan berbahaya masih belum memadai sehingga perlu ditingkatkan. Solusinya melalui pelatihan dan
pendampingan peningkatan kemampuan penanganan risiko bahan kimia berbahaya. Metode yang diterapkan
adalah metode pelatihan dan pendampingan. Pelaksanaan kegiatan berupa in service dan on service dalam
bentuk ceramah-diskusi, workshop dan praktek (learning by doing). Pelaksanaan kegiatan meliputi identifikasi
potensi risiko, cara-cara penanganan dan penanggulangan potensi bahaya, prosedur menangani bahan kimia
secara aman di laboratorium. Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan serta
keberlanjutannya. Hasil kegiatan adalah terdapat peningkatan kemampuan laboran dalam penanganan bahan
berbahaya di laboartorium kimia.

Kata kunci: budaya aman, penguatan, risiko bahaya

PENDAHULUAN tersebut dapat dihindari (Karimi


Zeverdegani S, PhD. et al. 2017). Lebih
Di sebagian besar tempat kerja seperti lanjut disebutkan bahwa bahan kimia
industri, laboratorium dan lingkungan, memiliki toksisitas dan risiko bahan kimia
efek yang merugikan kesehatan akibat yang berbeda, sehingga memahami
paparan bahan kimia beracun yang tingkat risiko bahan kimia sangat penting.
digunakan harus diperkenalkan sehingga Laboran (tenaga laboratorium) sekolah
kekhawatiran terhadap risiko bahan kimia merupakan salah satu tenaga kependidikan

692
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

yang sangat diperlukan untuk mendukung hidup manusia serta makhluk hidup
peningkatan kualitas proses pembelajaran lainnya (Danial A, et al. 2017).
di sekolah melalui kegiatan laboratorium Dalam kesehariannya Laboran Kimia
(Vivi Charmeilia, 2017). Laboran senantiasa berhadapan dengan bahan-
bertanggung jawab menyediakan fasilitas bahan di laboratorium (termasuk bahan
laboratorium (bahan maupun alat) untuk kimia berbahaya), sehingga sangat
berbagai kegiatan dan aktivitas yang akan berpotensi terpapar oleh bahan-bahan
dilakukan di laboratorium mancakup kimia. Untuk menghindari dampak negatif
perawatan, pengelolaan laboratorium, akibat bersinggungan dengan bahan-bahan
persiapan uji coba/praktikum, bimbingan kimia, mereka membutuhkan pengetahuan
praktik hingga pendampingan saat mengenai bahan kimia dan keterampilan
aktivitas kerja/percobaan dilakukan menangani risiko bahan kimia.
(Subamia, I.D.P,dkk. 2018). Oleh karena Keamanan di laboartorium kimia
itu, laboran harus memiliki kompetensi merupakan hal yang sangat penting bagi
dalam bidang yang berhubungan dengan tenaga, pengguna, maupun lingkungan
bidang-bidang ilmu di laboratorium laboratorium. Salah satu faktor yang
tempatnya bekerja. Menurut sering mengancam kemamana di
permendiknas No. 26 tahun 2008 tentang laboratorium adalah kebiasaan kurang
standar tenaga laboratorium baik “bad practice”. Misalnya, setelah
sekolah/madrasah, salah satu kompetensi terjadi kecelakaan baru dipikirkan upaya
yang harus dimilki laboran sekolah adalah untuk mengatasi. Seharusnya melakukan
kompetensi profesional. Kompetensi upaya-upaya preventif jauh lebih baik.
professional yang harus dimiliki antara Caranya adalah dengan menerapkan
lain: menangani bahan-bahan berbahaya praktek-praktek baik “best practice”
dan beracun, menangani limbah secara rutin untuk menjaga keselamatan
laboratorium, serta menjaga keamanan dan keamanan di laboratorium. Misalnya,
dan keselamatan kerja (K3) di melakukan pengecekan (kontrol) secara
laboratorium. rutin terhadap kondisi alat-alat/bahan-
Karakteristik kegiatan di laboratorium bahan di laboratorium termasuk
kimia, identik dengan aktivitas yang pengecekan instalasi listrik, air maupun
melibatkan penggunaan bahan kimia. gas. Laboran dan Pengelola Laboratorium
Dalam artian, penggunaan bahan-bahan Kimia harus memiliki kemampuan
kimia tidak dapat dihindari dalam pengembangan “budaya keselamatan dan
kegiatan laboratorium kimia. Penggunaan keamanan” menghasilkan laboratorium
bahan-bahan tersebut sudah barang tentu yang aman dan sehat bagi lingkungan,
berpotensi berbahaya (Subamia, I.D.P, pengguna dan petugas laboratorium
dkk. 2018. hal.157). Baik secara langsung (Moran, L dan Masciangioli ,T. 2010).
maupun tidak langsung, paparan bahan- Dengan kata lain, tercipta budaya aman
bahan kimia dapat membahayakan “safety culture” di laboratorium. Dengan
kesehatan manusia dan lingkungan. demikian mereka tidak perlu lagi merasa
Bahkan lebih parah lagi, khawatir, cemas atau takut bekerja di
ketidakmengertian tentang bahan-bahan labortorium kimia.
kimia dapat mengancam kelangsungan

693
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

Hasil angket pendahuluan yang telah Berdasarkan hasil identifikasi


dilakukan terhadap Laboran dan Pengelola permasalahan diketahui kemampuan
Laboratorium Kimia SMA mengenai penanganan risiko bahan berbahaya
penanganan risiko bahan berbahaya dan tenaga laboratorium kimia SMA masih
budaya aman menunjukkan sebagai perlu ditingkatkan. Hasil diskusi
berikut. Dari 27 responden, 25 orang mengenai permasalahan prioritas dengan
(92,6%) menyatakan sangat penting dan 2 pihak terkait, disepakati permasalahan
orang (7,4%) menyatakan penting pokok yang berkaitan dengan kemampuan
(Subamia,I.D.P, dkk., 2017). Hal ini yang dibutuhkan dalam pekerjaan mereka
menunjukkan bahwa masalah penanganan sebagai prioritas permasalahan. Rumusan
bahan kimia berbahaya dan budaya aman permasalahannya yang berusaha ditangani
merupakan sesuatu yang sangat penting. dlam kegiatan pengabdian ini adalah: (1)
Namun, hasil observasi di sekolah-sekolah kemampuan laboran dalam penanganan
SMA di Buleleng, ditemukan kenyataan risiko bahan berbahaya di Laboran Kimia
bahwa tenaga laboratorium (laboran) SMA di Buleleng masih perlu
kimia belum memiliki kemampuan yang ditingkatkan.
memadai untuk menangani risiko bahan Tujuan kegiatan P2M ini adalah
kimia berbahaya dan belum sepenuhnya meningkatkan kemampuan penanganan
menerapkan “budaya aman” di risiko bahan berbahaya di laboratorium
laboartorium. kimia bagi laboran kimia SMA di
Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan Buleleng sehingga mampu mengantisipasi
antara harapan yang diinginkan dengan potensi terjadinya bahaya, memperbaiki
yang diterapkan dalam kesehariannya. tingkat keselamatan dan keamanan di
Jika kondisi tersebut tidak segera laboratorium serta tercipta kondisi
ditangani, tentu berpotensi menimbulkan laboratorium yang tanpa risiko.
risiko bahaya atau terjadinya kecelakaan METODE
dan tidak akan trercipta suasana aman di
laboratorium. Untuk itu, segera Metode yang digunakan untuk mencapai
dibutuhkan suatu upaya yang dapat tujuan yang telah dirumuskan di depan
memberi solusi terhadap permasalahan adalah metode pendidikan-pelatihan
tersebut. (workshop) dan pendampingan.
Berdasarkan paparan di atas, keterampilan Pelaksanaan kegiatan berupa in service
penanganan risiko bahan kimia berbahaya dan on service dalam bentuk ceramah-
merupakan salah satu aspek penting yang diskusi, workshop dan praktek (learning
harus dikuasai oleh laboran kimia. by doing). Materi inti pelatihan yang akan
Demikian pula menerapkan “budaya dilaksanakan meliputi identifikasi potensi
aman” di laboratorium merupakan hal risiko bahaya di laboratorium kimia SMA,
yang wajib dibudayakan. Oleh karena itu, cara-cara penanganan dan
tanggung jawab dan kepedulian terhadap penanggulangan potensi bahaya di
peningkatkan kemampuan penanganan laboratorium kimia, mengembangkan
risiko bahan berbahaya dan penguatan prosedur dan peralatan khusus untuk
budaya aman bagi mereka penting menangani dan mengelola bahan kimia
dilakukan. secara aman, penyusunan nilai-nilai best
practice dan budaya aman (safety culture)
694
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

di laboratorium, praktek penanganan Pelaksanaaan kegiatan ini dibagi menjadi


gangguan keamanan dan keselamatan tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan
kerja dan penerapan budaya aman di kegiatan inti dan evaluasi. Pada tahap
laboratorium. persiapan dilakukan koordinasi dengan
Bentuk kegiatan berupa penyajian materi pihak Dinas Pendidikan Kabupaten
tentang prinsip-prinsip penanganan risiko Buleleng dan sekolah perihal rencana
bahan kimia (meliputi: mengenali sifat- pelaksanaan kegiatan P2M, mohon
sifat bahan kimia baik melalui label dan ijin/permakluman berkaitan dengan
MSDS bahan, jenis-jenis risiko, upaya kegiatan P2M yang akan dilakukan.
preventif menanggulangi risiko bahan Koordinasi ke sekolah-sekolah dan
kimia berbahaya, teknik dan strategi identifikasi peserta pelatihan. Sosialisasi
penanganan risiko bahan kimia berbahaya. program pelatihan ke sekolah-sekolah
Penyuluhan/penyadaran mengenai risiko SMA di kabupaten Buleleng dan
bahan berbahaya. Diskusi tentang pendataan/pendaftaran calon peserta
permasalahan-permasalahan urgen terkait pelatihan. Kegiatan lainnya yang
penangan risiko bahan kimia. Workshop dilakukan adalah penyusunan modul
tentang teknik penanganan bahan kimia materi pelatihan dan instrumen penilaian
berbahaya dan beracun dan penyusunan pelaksanaan kegiatan, rapat koordinasi tim
SOP penanganan risiko bahan kimia. pelaksana: finalisasi persiapan
Pelatihan peningkatan pengetahuan dan pelaksanaan kegiatan P2M, serta
kemampuan penanganan risiko bahan pengadaan alat/bahan penunjang
kimia berbahaya. Pendampingan praktek pelaksanaan kegiatan.
penanganan risiko bahan kimia Kegiatan inti, yang dilakukan pada tahap
Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap ini adalah penyajian materi pelatihan
proses dan produk kegiatan. Evaluasi tentang penanganan risiko bahan
proses berkaitan dengan kehadiran berbahaya dan kecelakaan kerja di
peserta, semangat mengikuti kegiatan, dan laboratorium dan diskusi. Kegiatan
kerja sama. Evaluasi proses dilakukan dirangkai dengan praktek/demonstrasi
selama kegiatan berlangsung. Evaluasi mengenai pengenalan dan penanganan
produk dilakukan terhadap hasil karya bahan kimia berbahaya. Selanjutnya,
SOP penanganan risiko bahan kimia workshop/praktek merancang
berbahaya dan tindakan preventif poster/instruksi kerja penanganan bahan
keselamatan kerja di laboratorium. berbahaya di laboratorium kimia.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan juga Kegiatan penyajian materi dan diskusi
dilakukan melalui angket respon peserta yang telah dilaksanakan bertujuan untuk
dan evaluasi keberlanjutannya. memberikan pemahaman peserta tentang
Pelaksanaan program kegiatan ini landasan teori penanganan bahan kimia
dinyatakan berhasil jika hasil evaluasi berbahaya yang mencakup pengertian
proses, produk dan respon minimal bahan kimia berbahaya, identifikasi sifat
terkategori baik. bahn kimia pada label dan pada buku
MSDS (Material Safty Data Sheet
HASIL DAN PEMBAHASAN (MSDS). 2006), penanganan potensi risiko
bahan kimia berbahaya serta upaya

695
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

penanggulangannya. Tiap bahan kimia mungkin (Moran, L dan Masciangioli ,T.


punya tingkat bahaya yang berbeda, 2010).
penting bagi pengguna membaca dan Salah satu resiko yang sulit diprediksi dan
mengikuti instruksi label peringatan. paling berbahaya di laboratorium adalah
Sebagai pekerja yang bertugas menangani kadar racun beragam bahan kimia. Tidak
bahan berbahaya harus memiliki ada zat yang sepenuhnya aman, dan
pengetahuan dan kemampuan melindungi semua bahan kimia menghasilkan efek
kesehatannya, orang lain, dan menangani beracun kepada sistem kehidupan, dalam
bahan berbahaya tersebut (Budimarwanti, bentuk yang berbeda beda. Sebagian
C. 2015). bahan kimia dapat menyebabkan effek
berbahaya setelah paparan pertama,
misalnya asam nitra korosif. Sebagian bisa
menyebabkan efek berbahaya setelah
terpapar berulang kali atau dalam durasi
lama, seperti karsinogenik klorometil,
metil eter, dikloromethan, n-heksan, dan
lain-lain (Faizal Riza Soeharto. 2013)
Cara sederhana dalam dalam melakukan
identifikasi bahaya dengan melakukan
1A pengamatan. Namun, pelaksanaannya
tentu tidak mudah dan sederhana sehingga
perlu dilakukan secara sistematis (Ramli,
2010). Denga mengulangi atau
menjalankan sejumlah teknik identifikasi
bahaya, jumlah bahaya residual akan
dapat dikurangi. Kita tidak mungkin
langsung menghilangkan seluruh bahaya
tersebut. Temuan pada setiap inspeksi
1B harus dicatat sehingga dapat dijadikan
Gambar 1. Penyajian materi pelatihan acuan ketika memutuskan tindakan
tentang penanganan risiko bahan korektif yang diperlukan dan untuk
berbahaya. (1A) Nara sumber menyajikan membandingkannya dengan inspeksi
materi, (1B) Peseta menyimak sebelumnya (Moran dan Masciangioli,
2010).
Budaya baru keamanan dan keselamatan Teknik pengidentifikasian bahaya
laboratorium menekankan adanya merupakan teknik untuk mengetahui
perencanaan eksperimen, yang meliputi potensi bahaya dari suatu bahan, alat, atau
perhatian terhadap penilaian risiko dan sistem. Dalam praktiknya, suatu intitusi
pertimbangan bahaya secara regular atau lembaga sering mengalami kesulitan
terhadap diri pekerja dan orang lain. dalam menentukan bahaya, ini disebabkan
Setiap pekerja di laboratorium harus begitu banyak kegiatan yang harus
diberi informasi tentang potensi bahaya diidentifikasi (Ramli, 2010). Teknik
bahan kimia dan menguranginya sedikit identifikasi bahaya dapat dibagi

696
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

dikelompokkan atas: metode pasif, bahaya tentang bahaya bahan kimia di


dapat dikenal dengan mudah jika laboratorium.
mengalami sendiri secara langsung. (3) Demikian pula kegiatan diskusi
Metode ini rawan, karena tidak semua berlangsung sangat baik. Respon
bahaya dapat menunjukkan eksistensinya peserta maupun tanggapan dari nara
sehingga dapat terlihat; metode sumber berlangsung baik. Banyaknya
semiproaktif, disebut juga belajar dari pertanyaan yang muncul dari peserta
pengalaman orang lain karena kita tidak menunjukkan adanya respon positif
perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini dari peserta terhadap materi pelatihan,
lebih baik dari yang pasif, namun kurang disamping juga menunjukkan bahwa
efektif; metode proaktif, merupakan banyak hal yang masih perlu diketahui
metode terbaik untuk mengidentifikasi terkait dengan penanganan bahan
bahaya dimana mencari bahaya sebelum kimia, keterampilan teknik
bahaya tersebut menimbulkan akibat atau penanganan bahan berbahaya, dan
dampak yang merugikan (Ramli, 2010). keterampilan menangani kecelakaan
kerja di laboratorium.
(4) Hal lain yang dapat direkam dari
kegiatan diskusi adalah bahwa
pengetahuan awal peserta dalam hal
penanganan bahan kimia terutama
mengenai bahan kimia berbahaya
masih kurang. Namun setelah
diberikan pelatihan, tingkat
pemahaman peserta pelatihan
menunjukkan hasil yang baik.
Selanjutnya peserta diajak praktek
Gambar 2. Demonstrasi mengenal sifat mengenali risiko bahaya suata bahan
bahan kimia, identifikasi label kimia dan cara-cara penanganan
risikonya. Melalui kegiatan praktek
Hasil penyajian materi dan diskusi yang menangani risiko bahaya bahan kimia ini,
telah dilakukan pada bagian inservice peserta dilatih hingga terampil mengenali
kegiatan P2M ini dapat dideskripsikan sifat-safat bahan, jenis risiko bahaya, dan
sebagai berikut. cara penanganannya. Kegiatan ini juga
(1) Secara umum kegiatan berlangsung diisi dengan praktek menyusun prosedur
sangat baik. Peserta sangat antusias operasional standar bekerja dengan bahan
dan bersungguh-sungguh mengikuti kimia berbahaya oleh peserta. Tujuan
sesion demi sesion sajian materi kegiatan ini adalah melatih laboran
pelatihan yang disajikan oleh nara mengenal dengan baik sifat/jenis bahan
sumber. kimia yang ada di laboratorium tempat
(2) Peserta menyatakan kegiatan tersebut mereka bekerja.
sangat bermanfaat dan telah Pengenalan bahan kimia hal yang sangat
menambah wawasan mereka terutama penting terkait dengan pekerja akan
menilai karakteristik keselamatan dari

697
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

setiap bahan kimia yang digunakan dalam kelembaban dan / atau suhu tinggi, yang
eksperimen atau operasi untuk akan menentukan penggunaan SOP risiko
menentukan apakah itu menghadirkan tinggi.
risiko tinggi, sedang, atau rendah. Kegiatan on service (pendampingan)
Karakteristik terkait keselamatan bertujuan untuk mendampingi laboran di
termasuk toksisitas dan bahaya kesehatan laboratorium masing-masing untuk
(akut dan kronis), mudah terbakar, menerapkan praktek-praktek baik dalam
reaktivitas, dan apakah bahan kimianya mengelola (menangani) bahan kimia.
adalah oksidator atau bekas peroksida. Kegiatan ini diisi dengan diskusi dan
Informasi ini dapat diperoleh dari Sistem mencari solusi tentang permasalahan-
Harmonisasi Global Pelabelan (GHS), permasalahan yang sering dihadapi oleh
Lembar Data Keselamatan, dan sumber laboran terutama dalam hal penanganan
literature lainnya bahan kimia berbahaya.
(www.dels.nas.edu/global/ Salah satu topik diskusi yang muncul
/bcst/Chemical-Management). adalah mengenai penangan bahan kimia
Pekerja juga akan mempertimbangkan berbahaya. Prinsip utama dalam
skala percobaan atau operasi. Misalnya, menangani bahan-bahan berbahaya
laboratorium standar dapat meminta SOP tersebut adalah mendapat informasi
Risiko Sedang jika hanya sejumlah kecil sebanyak mungkin lebih dahulu sebelum
(mililiter) yang sangat mudah terbakar dan menanganinya. Tidaklah mungkin dapat
pelarut yang cukup beracun akan mengenal cara penanganan dari semua
digunakan tetapi SOP Risiko Tinggi jika jenis bahan kimia, bukan saja tidak praktis
pelarut yang sama akan digunakan secara tetapi masing-masing memiliki sifat yang
substansial skala yang lebih besar. Bahan berbeda. Berikut adalah tabel sejumlah
kimia tertentu, berapapun jumlahnya, bahan kimia di labioratorium kimia, jenis
dapat menimbulkan risiko tinggi dalam bahaya dan cara penanganan risiko
kondisi cuaca buruk, seperti tingkat bahayanya.

Tabel 1. Jenis Risiko Bahan Kimia dan Cara Penanganannya


Contoh bahan Simbol Bahaya Jenis Risiko Arti Simbol Cara Penangan
yang ada (rumus Bahaya Risiko bahaya
molekul) (Tindakan)
Irritant Bahan yang Hindari kontak
Natrium
dapat langsung dengan
Hidroksida
menyebabkan kulit. Contoh :
(NaOH),
iritasi, gatal-
Heksanol (Xi) gatal dan dapat
(C6H5OH), Klorin
menyebabkan
(Cl2)
luka bakar pada
kulit.

698
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

Harmful Bahan yang Jangan dihirup,


Diklorometan;
dapat merusak jangan ditelan dan
Etilen glikol
kesehatan tubuh hindari kontak
bila kontak langsung dengan
langsung dengan kulit.
(Xn) tubuh atau
melalui inhalasi.
Toxic Bahan yang Jangan ditelan
Metanol
bersifat beracun, dan jangan
(CH3OH),
dapat dihirup, hindari
Benzena (C6H6)
menyebabkan kontak langsung
(T) sakit serius dengan kulit.
bahkan .
kematian bila
tertelan atau
terhirup.
Very Toxic Bahan yang Hindari kontak
Kalium sianida,
bersifat sangat langsung dengan
Hydrogen sulfida,
beracun dan tubuh dan sistem
Nitrobenzene dan
lebih sangat pernapasan.
Atripin.
berbahaya bagi
(T+) kesehatan yang
juga dapat
menyebabkan
sakit kronis
bahkan
kematian.
Corrosive Bahan yang Hindari kontak
Asam Klorida
bersifat korosif, langsung dengan
(HCl), Asam Slfat
dapat merusak kulit dan hindari
(H2SO4), Natrium
jaringan hidup, dari benda-benda
Hidroksida
dapat yang bersifat
(NaOH (>2%))
menyebabkan logam.
(C)
iritasi pada kulit,
gatal-gatal dan
dapat membuat
kulit
mengelupas.
Minyak terpentin. Flammable Bahan kimia Jauhkan dari
yang benda-benda yang
mempunyai titik berpotensi
nyala rendah, mengeluarkan
mudah terbakar api.
dengan api
bunsen,
permukaan
metal panas atau
loncatan bunga
api.

699
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

Highly Mudah terbakar Hindari dari


Aseton dan
Flammable di bawah sumber api, api
Logam natrium.
kondisi terbuka dan
atmosferik biasa loncatan api, serta
atau mempunyai hindari pengaruh
titik nyala pada kelembaban
(F+) rendah (di tertentu.
bawah 21°C)
dan mudah
terbakar di
bawah pengaruh
kelembapan.
Extremely Bahan yang Jauhkan dari
Dietil eter
Flammable amat sangat campuran udara
(cairan), Propane
mudah terbakar. dan sumber api.
(gas).
Berupa gas dan
udara yang
(F+) membentuk
suatu campuran
yang bersifat
mudah meledak
di bawah
kondisi normal.
Explosive Bahan kimia Hindari
KClO3, NH4NO3
yang mudah pukulan/benturan,
meledak dengan gesekan,
adanya panas pemanasan, api
atau percikan dan sumber nyala
bunga api, lain bahkan tanpa
(E)
gesekan atau oksigen
benturan. atmosferik.
Oxidizing Bahan kimia Hindarkan dari
Contoh :
bersifat panas dan
Hidrogen
pengoksidasi, reduktor.
peroksida,
dapat
Kalium perklorat.
menyebabkan
(O) kebakaran
dengan
menghasilkan
panas saat
kontak dengan
bahan organik
dan bahan
pereduksi.
Dengerous Bahan kimia Hindari kontak
Tetraklorometan,
For the yang berbahaya atau bercampur
Petroleum bensin.
Environmen bagi satu atau dengan
t beberapa lingkungan yang
komponen dapat
lingkungan. membahayakan

700
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

Dapat makhluk hidup.


menyebabkan
kerusakan
ekosistem.

Sulfur, Picric Flammable Padatan yang Hindari panas


acid, Magnesium. Solid mudah terbakar atau bahan mudah
terbakar dan
reduktor, serta
hindari kontak
dengan air apabila
bereaksi dengan
air dan
menimbulkan
panas serta api.
Acetone, Benzene Flammable Cairan yang Hindari kontak
Liquid mudah terbakar. dengan benda
yang berpotensi
mengeluarkan
panas atau api.
.
Acetelyne, LPG, Flammable Simbol Jauhkan dari
Hydrogen. Gas pengaman yang panas atau
digunakan pada percikan api.
tempat
penyimpanan
material gas
yang mudah
terbakar.

Carbon, Spontaneou Material yang Simpan di tempat


Charcoal-non- sly dapat secara yang jauh dari
activated, Carbon Combustibl spontan mudah sumber panas
black. e terbakar. atau sumber api.
Substances
Calcium carbide, Dengerous Material yang Jauhkan dari air
Potassium When Wet bereaksi cukup dan simpan di
phosphide keras dengan tempat yang
air. kering/tidak
lembab.
Calcium Oxidizer Material yang Hindarkan dari
hypochlorite, mudah panas dan
Sodium peroxide, menimbulkan reduktor
Ammonium api ketika
dichromate kontak dengan
material lain
yang mudah
terbakar dan

701
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

dapat
menimbulkan
ledakan.

Benzol peroxide, Organic Merupakan Hindarkan dari


Methyl ethyl Peroxide simbol panas dan
ketone peroxide. keamanan bahan reduktor
kimia yang
digunakan
dalam
transportasi dan
penyimpanan
peroksida
organik.

Oksigen, Non Simbol Hindari kontak


Nitrogen Flammable pengaman yang dengan benda
Gas digunakan pada yang berpotensi
transportasi dan mengeluarkan
penyimpanan panas atau api.
material gas
yang tidak
mudah terbakar.
Calcium cyanide, Poison Simbol yang Hindari kontak
Carbon digunakan pada langsung, tertelan.
transportasi dan Segera cuci
penyimpanan tangan
bahan-bahan
yang beracun
(belum tentu
gas).
Chlorine, Methil Poison Gas Simbol yang Jauhkan dari
bromide, Nitric digunakan pada pernapasan kita.
oxide. transportasi dan
penyimpanan
material gas
yang beracun.
Acrylamide, Harmful Bahan-bahan Jauhkan dari
Amonium yang berbahaya makanan atau
bagi tubuh. minuman.

Inhalation Bahan-bahan Jangan dihirup.


Gas halogen (Br
Hazard yang dapat
Br2, Cl2, uap
merusak sistem
eter, uap
inhalasi atau
kloroform
pernapasan
(sumber: Material Safty Data Sheet (MSDS). 2006)
kimia di laboratorium juga sangat penting.
Pengetahuan dan keterampilan
Keamanan kerja di laboratorium terjamin
penanganan dan penyimpanan bahan

702
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

apabila peyimpan bahan rapih dan diterima, disimpan dan digunakan, maka
terencana. Ruang penyimpanan harus ada keterangaan yang ada dalam MSDS
yang khusus dengan ventilasi dan tersebut harus dipahami. Menangani
penerangan yang baik. Dalam bahan berbahaya tanpa mengetahui
penyimpanan tidak boleh diletakkan informasi tersebut di atas dapat
bersama atau bersebelahan sifat bahan mengakibatkan kecelakaan kerja dan sakit
yang bertentangan. Keteraturan dan akibat kerja.
kebersihan harus dipelihara terus menerus. Topik lain yang muncul dari laboran di
Penyimpanan, pengambilan dan salah satu sekolah mitra adalah mengenai
pengembalian bahan harus diikuti penanganan tumpahan bahan berbahaya.
prosedur yang menjamin keamanan. Untuk menangani tumpahan minor
Keamanan kerja laboratorium adalah lakukan hal berikut: (1) identifikasi
kriteria dengan bobot tinggi dalam kriteria tumpahan dengan memeriksa MSDS, (2)
untuk memilih peralatan eksperimen gunakan informasi tentang sifat fisik dan
kimia. kimia dari bahan untuk menilai respond an
atau evakuasi yang perlu dilakukan, (3)
dekontaminasi peralatan, pakaian, dan
personel termasuk korban paparan, (4)
buang peralatan dan pakaian yang
terkontaminasi (jika diharuskan), (5)
pastikan prosedur tindakan darurat
tersedia dan diaplikasikan.
Pada kegiatan pendampingan ini mitra
didampingan praktek penanganan
masalah-masalah teknis terkait penangann
risiko bahan berbahaya. Melalui program
pendampingan tersebut peserta merasa
lebih percaya diri (tidak ragu-ragu lagi)
menggunakan bahan kimia saat
praktikum.
Secara keseluruhan kegiatan yang
direncanakan dalam program P2M ini
sudah berjalan dengan baik. Salah satu
Gambar 3. Pendampingan on service ke penilaian yang dilakukan adalah penilaian
sekolah mitra (doc. Tim kinerja, yang mencakup 10 aspek. Dari 10
pelaksana, 2019) aspek keterampilan yang dinilai antara
lain: kehadiran peserta, pemilihan topik,
Informasi spesifikasi bahan juga dapat pemilihan objek poster, semangat
dilihat melalui Material Safety Data Shet mengikuti kegiatan, keterampilan menata
(MSDS). Dalam MSDS terdapat image poster, keterampilan menyusun
keterangan mengenai suatu bahan yaitu instruksi kerja, keterampilan menangani
identitas, sifat, penanganan dan lain-lain potensi bahaya bahan kimia, inovasi,
yang berkaitan dengan keselamatan. kreasi, dan kerja sama. Hasil penilaian
Untuk itu sebelum bahan kimia tersebut

703
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

kinerja menunjukkan kinerja peserta DAFTAR RUJUKAN


pelatihan dalam mengikuti kegiatan
terkategori baik. Hal ini menunjukkan Budimarwanti,C. 2015. Perawatan Bahan
bahwa kegiatan pelatihan ini dapat untuk Persiapan Praktikum Kimia.
meningkatkan kemampuan dan http://staff.uny.ac.id/sites/default/
keterampilan peserta pelatihan. files/tmp/PERAWATAN%20BAHA
Namun demikian, untuk menjaga N
keberlanjutannya upaya pendampingan %20PRAKTIKUM%20KIMIA.pdf.
secara simultan terus masih dibutuhkan. diakses tgl. 9 Januari 2019.
Disamping itu, diperlukan suatu upaya
sebagai respon terhadap keluhan para Danial A, et al. 2017. Analisis Risiko
pengelola laboratorium. Berdasarkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
keluhan yang mereka sampaikan dapat dengan Analisis Bahaya dan
ditangkap bahwa sangat diperlukan adalah Metode Analisis Konsekuensi-
tenaga lab (laboran) di masing-masing Kemungkinan. Jurnal Mahasiswa
sekolah. Selama ini tugas-tugas persiapan Jurusan Teknik Sipil, 1, 403.
dan penataan laboratorium dibebankan
kepada guru kimia. Untuk itu, diperlukan Faizal Riza Soeharto. 2013. Bekerja
tindakan dari pihak pengambil kebijakan dengan Bahan Kimia Melalui
maupun stake holder lainnya. Manajemen Bahan Kimia dan
Manajemen Kesehatan dan
SIMPULAN Keselamatan Kerja (K3) di
Laboratorium Kimia. Jurnal Info
Berdasarkan hasil kegiatan dan Kesehatan, Vol 11, Nomor 2
pembahasan dapat disimpulan secara Desember 2013.
umum kegiatan pengabdian pada Karimi Zeverdegani S. Barakat S. Yazdi.
masyarakat ini terlaksanan dengan sangat M. 2016. Chemical Risk
baik. Kegiatan ini telah memfasilasi Assessment in A Chemical
kesempatan untuk meningkatkan Laboratory Based on Three
pengetahuan dan keterampilan Different Techniques. JOHE.
(kompetensi) bagi laboran kimia SMA di Summer 2016
Kabupaten Buleleng dalam hal
penanganan risiko bahan kimia berbahaya. Material Safty Data Sheet (MSDS). 2006.
Pelatihan yang telah diselenggarakan Complies with OSHA Hazard
dapat meningkatkan kemampuan peserta Communi cations Standard 29 CFR
menangani risiko bahan berbahaya. 1910.1200.
Peserta pelatihan menyambut positif https://www.osha.gov/oilspills/msds
kegiatan ini karena merasa memperoleh /msds-2.pdf. diakses tanggal 3
banyak informasi tentang pengetahuan Nopember 2016.
dan keterampilan penanganan risiko bahan
kimia yang merupakan bagian tak Moran, L dan Masciangioli,T. 2010.
terpisahkan dari aktivitas mereka sehari- Keselamatan dan Keamanan
hari. Laboratorium Kimia. National
Academy of Sciences. The

704
Prosiding SENADIMAS Ke-4, Tahun 2019
ISBN 978-623-7482-00-0

National Academies Press. Subamia, I.D.P.,dkk. 2018. Analisis


Washington, DC. Risiko Bahan Kimia Berbahaya di
Laboratorium Kimia Organik dan
Ramli, S. 2010. Pedoman Praktis Metode Pencegahannya. Laporan
Manajemen Risiko. Ed 1. Jakarta: Hasil Penelitian. DIPA BLU
Dian rakyat Undiksha 2018. Undiksha: Tidak
dipublikasikan
Subamia, I D.P., dkk. 2017. Identifikasi,
Karakterisasi, dan Solusi Alternatif Vivi Charmeilia. 2017. Tugas Pokok dan
Pengelolaan Limbah Laboratorium Fungsi Kepala, Laboran serta
Kimia FMIPA Undiksha. Teknisi laboratorium.
Prosiding Seminar Nasional Riset http://fsk16a-
Inovatif. ISBN: 978-602-6428-11- vivi.blogspot.co.id/2017/02/tugas-
0. Singaraja: Lembaga Penelitian pokok-dan-fungsi-kepala-
dan Pengabdian kepada laboran.html. (diakses tanggal 3
Masyarakat. Universitas Desember 2017).
Pendidikan GaneshaUndiksha. (www.dels.nas.edu/global//bcst/Ch
emical-Management

705

You might also like