You are on page 1of 20
© Respon Imun Adaptif Topik : Respon Imun Adaptif Tutor: dr. Fera Ibrahim, MSc, PhD, SpMK (Kk) (Dept. Mikrobiologi) ‘A. Pendahuluan Sistem imun adaptif merupakan respon imun yang bekerja secara spesifik terhadap suatu antigen tertentu dengan melibatkan sel T dan sel 8. Ada dua macam, antara lain antibody mediated (humoral) dan cell mediated (seluler) di mana humoral membutuhkan sel B sementara seluler membutuhkan sel T. Produksi sel limfosit B dan T sama-sama dari sumsum tulang perbedaannya terladi pada tempat pematangan. Di mana pematangan sel T di kelenjar timus sementara sel B tetap di sumsum tulang. Selanjutnya akan dikirim ke kelenjar limfoid perifer. Proliferasi sel T dibantu oleh timosin di mana timosin ini akan berkurang di usia 30-40 tahun maka orang di atas usia tersebut akan mengalami aging dan rentan terhadap penyakit. Sel B akan diperantarai oleh antibodi di mana spesifik tethadap antigen. Sel T akan diperantarai sel sendiri dan tidak memproduksi antibodi melainkan linfokin (zat aktif secara imunologis), sel T efektor, dan sel supresor. B. Maturasi Sel Limfosit Secara umum maturasi sel limfosit terjadi dari mulai Hematopoietic stem cell sampai menjadi sel naif. Berikut prosesnya: Seoara garis besar, pematangan galur sel limfosit menjadi sel T ‘maupun sel 8 terjadi berdasarkan instruksi yang diberikan oleh reseptor permukaan sel yang akan menginduksi regulator transkripsi yang spesifik di mana regulator tersebut akan ‘menginstruksikan untuk membentuk sel B atau sel T dari sel progenitor. Kemudian untuk menentukan sel B atau sel T terdapat faktor transkripsi yang akan menginstruksikan ke mana takdir sel T dan sel B tersebut, berikut macam-macam faktor transkripsi: - _ Faktor Transkripsi untuk Membentuk Sel T: * © Noten 1 © GATAS - Faktor Transkripsi untuk Membentuk Sel 8 : + ES AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 11 C2 Respon Imun Adaptif * BF © EA © PaxS Berikut skema pembentukan sel T dan sel B sesuai dengan faktor transkripsinya : + Gambar 2.2 Faktor Transkripsi dalam Penentuan Limfosit B atau Tt Untuk melakukan pematangan sel, limfosit akan melakukan proses yang disebut dengan seleksi klona. Berikut perkembangan dan seleksi klon B Gambar 2.3 Seleksi Positif dan Negatif Sel Limfosit B/T* AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 2 (C2 Respon Imun Adaptif Dari gambar di atas diketahui bahwa sel yang mengalami seleksi negatif merupakan sel yang memiliki ikatan kuat dengan seffantigens.* Untuk itu perlu adanya receptor editing agar menjadi lemah (karena jika Kuat dapat mengakibatkan reaktivitas terhadap sel sendiri).2 Jika terjadi kegagalan dalam proses editing maka akan terjadi kematian yang disebut dengan clonal deletion. * Selain itu, clonal deletion tangsung dapat terjadi tanpa proses editing terlebih dahulu yaitu melalui mekanisme apoptosis. * Proses-proses tadi itu disebut dengan mekenisme toleransi terhadap self-antigens di mana proses tersebut terjadi di organ primer maka disebut central tolerance.* Lebih detil lagi, pematangan sel limfosit juga melalui cara gene rearrangement. yaity rekombinasi V(D)J. Berikut mekanisme rekombinasi V(D)J : 1. Sinapsis Terjadi pembentukan foop pada kromosom yang memiliki coding segment. Di mana kedua coding segment memiliki RSSs (Recombination Signal Sequences). Hal ini dilakukan untuk persiapan dalam melakukan _pembelahan, pemrosesan, dan penggabungan. Pembelahan (Cleavage) © Terjadi penempelan RAG-1 dan RAG-2 (RAG adalah Recombination-activating gene) yang membentuk kompleks yang disebut V(D)J rekombinase © Tugas RAG-1 mirip dengan restriksi endonuklease yaitu mengenali sekuens DNA tepat di bagian pelekatan antara heptamer (dilambangkan no 7 di gambar 2.4) | neue dengan coding segment oie: oan Kemudian RAG-1 akan membelah bagian tersebut 5 s Namun RAG-1 dapat melakukan itu jika aktit seaman Aktifnya RAG-1 harus diinduksi oleh RAG-2 RAG-1 dan RAG-2 ini akan melakukan holding pada segmen gen selama proses pelipatan kromosom (sinapsis) © Kemudian terjadi pelepasan ujung 5° dan ujung 3° sehingga heptamer dapat bergabung sementara ujung 5' dan ujung 3’ berpisah dari gabungan heptamer © Selanjutnya ujung 5” dan ujung 3° akan membentuk hairpin covalent oo0° Gambar 2.4 V(D)J Recombination* 3. Pembukaan hairpin dan pengakhiran Dalam tahap ini akan terjadi pembukaan struktur hairpin tadi dengan enzim endonuklease yaitu artemis. Selain itu juga menggunakan enzim DNA-PK, eksonuklease, serta TdT (deoxynucleotidyl transferase) yang menambahkan basa ke ujung DNA yang telah dirusak. Artemis ini diinduksi oleh DNA-PK yang akan direkrut oleh ubiquitios yaitu Ku70 dan Ku80. ———SS AUTHORED Y : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 13 Gambar 2.5 Junctional Diversity’ 4, Penggabungan Voining) Setelah ditambahkan basa nitrogen akibat rusaknya ujung- jung DNA tadi, selanjutnya adalah penggbungan dua DNA tersebut. Penggabungan dilakukan dengan menggunakan ‘enzim DNA ligase IV dan XRCC4. Berikut maturasi limfosit secara spesifik : _ 0-0 d-8-5-8 Gambar 2.6 Pematangan Sel Limfosit T* AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 14 C2 Respon Imun Adaptif Pematangan dari Pro-T sampai menjadi sel T imatur terjai pada Kelenjar timus sementara keberadaan naive mature T cell berada di kelenjar limfoid perifer. Pematangan sel T tidak berhenti di situ karena pematangan yang sebenarnya terjadi di kelenjar timus. Berikut prosesnya : moana Cae Sse ieee Soleoe eee Necpnaen etme TERRE ters, se er OS = we = a =o oo EE SE Gambar 2.7 Pematangan Sel Limfosit B* ‘Sebelum tahir (fase embrionik), sel B dimatangkan di yolk sae, hati, dan sumsum tulang janin.? Selanjutnya setelah lahir pematangan akan terjadi di sumsum tulang.? Pematangan limfosit ini terjadi melalui proses seleksi (positif dan negatif?. —SSS AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN a5 © Respon Imun Adaptif Pematangan dari Stem cell sampai menjadi naive mature B ceil terjadi di sumsum tulang sementara sel B matur berada di kelenjar limfoid perifer. Kemudian selain pematangan sel B, juga ada pembentukan subset dari sel B yang memiliki tiga macam sel B berdasarkan asainya : * Fetal Liver Hematopoietic stem cell yang ada di fetal liver akan matang membentuk B-1 Cell. * Bone Marrow Hematopoietic stem cell yang ada di bone marrow akan matang di limpa dan membentuk sel 8 transisional 8-2 yang akan berdiferensiasi menjadi follicular B-2 cell (FOB) dan marginal zone 8-2 cell (MZB). =P 0-0-8-8 — Gambar 2.8 Subset Sel Limfosit BY Surface marker pada stem cell pada perkembangan selanjutnya akan hilang. Jika ingin tahu ada stem cell atau tidak dapat dicari penanda permukaan tersebut dengan teknik pewaraan seperti fluorosens. Untuk mendeteksi keberadaan masingmasing fase dari sel T maupun sel B dapat dikethaui penanda permukaannya. Selain itu dapat mengetahui juga apakah sel T atau sel B tersebut sudah dewasa atau belum. Setiap masing- ‘masing penanda memiliki fungsi masing-masing dan bahkan dapat digunakan virus untuk masuk ke dalam sel. ©. Perkembangan Limfosit 1. Limfosit T Sel T akan menjadi dua macam, antara lain : - Sel Top © SelT Helper Untuk mengaktivasi makrofag yang menelan mikroba yang dipresentasikan oleh makrofag tersebut. T helper akan teraktivasi dengan cara berikatan ke suatu antigen yang telah dipresentasikan oleh APCs. Di mana CD4 akan berikatan ke antigen tersebut. Selanjutnya T ——_——SSEE AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURR: MAN 16 (C2 Respon Imun Adaptif helper akan mengeluarkan sitokin untuk aktivasi makrofag, inflamasi, dan aktivasi sel T dan B linfosit. pete Berikut klasifikasinya : ew Menstimulasi produksi |gG serta aktivasi makrofag. Menjalankan —fungsinya dengan cara Log ot mengeluarkan IFN-y. T helper 1 ini bekerja dalam pertahanan terhadap mikroba intraseluler. (FN) (Fv, > 12 Mengaktivasi sel mast dan eosinofil, memproduksi ge serta T helper alternatif untuk aktivasi makrofag Menjalankan fungsinya dengan mengeluarkan IL-4, IL-5, dan IL-13. Melakukan ‘Ampliication proteksi terhadap cacing parasit. 7, faa] > TT Melaksakanan fungsi_—_inflamasi dengan it cats menginduksi mobilisasi neutrofil dan monosit. Melakukan fungsinya dengan mengeluarkan IL- 217A, IL-17F, dan IL-2. Melakukan_ proteksi terhadap bakteri ekstrasel dan fungi. — a Gambar 2.44 Kinerja Tid 2 —a Macao = AW Naive T cot Grace oe SN es Pr Se nen oe on =e ae _. = SS se Gambar 2.10 Subset T Helper * Sel T Sitotoksik Membunuh sel di mana telah terinfeksi bakteri. Sel T sitotoksik (CD8) berikatan ke antigen yang dipresentasikan bersama MHC kelas | yang akan mengakibatkan sel T itu teraktivasi di mana akan terjadi dua macam kiona yaitu sel T sitotoksik aktif dan sel T sitotoksik memori. Cara-cara sel T sitotoksik membunuh adalah dengan mengeluarkan granzym (enzim untuk membuat sel terinfeksi melakukan eles apoptosis), granulisin (membunuh mikroba), dan perforin (membuat pori-pori pada sel agar granulisin dapat masuk). SE AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN a7 Gambar 2.12 KinerjaT.2 Respon Imun Adaptif Fast on OT interacis wth Fas on target cot i Gambar 2. 1.4 Mekanisme Kerja Sel T Sitotoksik * » Ci] © Sel T Regutator Sebagai immunorepresor agar tidak terjadi respon imun yang berlebihan. - Sel TVS Limfosit B Reaksi antibodi merupakan reaksi untuk menghasilkan antibodi oleh sel plasma. Sel B awalnya inaktif kemudian aktif karena berikatan ke antigen (mikroba). Setelah aktif akan datang sel T helper yang akan menstimulasi sel B sehingga sel Gambar 2.13 Kinerja To 7 * B akan membentuk sel plasma dan sel B memori. Berikut macam-macam immunoglobulin : * IgM > Termasuk pentamer > Hanya ada 5-10% di dalam tubuh > Mengaktivasi komplemen seta _memperbanyak fagositosis Kelas pertama antibo Menembus plasenta Memberikan kekebalan tubuh pada bayi Pelindung dari mikroorganisme dan antigen vvvvg § Bentuknya dimer Sekitar 10-15% Termasuk Ig untuk sekresi Terdapat di saliva, mukosa, asi, dan sekresi usus Melindungi selaput mukosa dari bakteri dan virus serta metawan patogen yang masuk > > > > AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 18 (C2 Respon Imun Adaptif ° le » Terletak di sel mast dan basofil » Reaksi hipersensitivitas dan alerg) terhadap cacing parasit + ip > Umumnya ditemukan di permukaan limfosit > _Reseptor sel B TABLE 5-2 Human Antibody isotypes Serum Serum Inotope ot Subtypes Concentration Nalite ‘atvoty _(H Chain) (oa/ot) (days) _ Secreted Form Fame cy gat 35 6 "QA (mer) 5 Mucosal immunity (at era) Monomer, timer, 0 None Trace 3 None "Nave B cell angen receptor a Me None om 2 We os ‘Defense ageinat helminthic © Monomer parastes, mediate Inpersensioity 6 ‘or m5 a ‘961 Vy ‘Opsnizvon, complement OLR Ror Monomer civ anbody- ependentco-medared cs ‘netic, neonatal srmancy feedback oben ofBcels co ‘None 15 5 om on, "Nave 5 call angen w Pentamer cepa, complement Be sewaton oe Gambar 2.15 Macam-Macam Immunoglobulin D. Proses dan Produksi immunoglobulin in vivo dan in vitro Antibodi merupakan protein yang disekresikan untuk melakukan pertahanan dir terhadap patogen ekstraseluler dengan berbagai cara. Pembentukan immunogiobin terjadi seiring dengan pematangan sel B di mana dimulai dari immature sel 8 telah memiliki IgM selanjutnya saat mature akan memiliki lgM dan lg0. Antibodi dan antigen bekerja secara spesifik, tetapi antigen sangat banyak dan berbeda-beda. Tetapi hanya memiliki lgM dan \gD sehingga haus terjadi gene rearrangement yang mengakibarkan pembentukan banyak antibodi. Sangat banyak AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 19 (C2 Respon Imun Adaptif varietas dari immunoglobulin diakibatkan adanya affinity maturation dan isotype switching. Di mana Isotype switching adalah proses perubahan IgM menjadi jenis lain. Di mana jika sel BT dependen membutuhkan sel T helper akan menghasilkan IgG, eA, dan IgE karena antigennya bersifat protein sementara sel B-T independen yang antigennya bersifat non-protein akan ‘menghasilkan IgM. Gambar 2.16 Pengalihan Kelas* SSS Gambar 2.17 Mekanisme Gene Rearrangement Membentuk Ig? AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 20 (C2 Respon Imun Adaptif Sinyal dari sitokin akan mengakibatkan sel B membentuk immunoglobulin spesifik di mana sitokin itu akan menghasilkan enzim AID yang akan mengubah sitosin menjadi urasil, selanjutnya UNG akan menghapuskan urasil sehingga aktivasi enzim APE untuk memotong bagian antara VDJ dan C. Jika © alfa akan ‘menghasilkan Iga, Cmikro akan menghasilkan IgM, sementara jika C gamma menghasilkan IgG. E. Antibodi Polikional dan Monokional Intinya antibodi poliklonal merupakan antibodi yang dibentuk untuk dapat berikatan kepada beberapa epitop semenara antibod monokional merupakan antibodi yang dibentuk untup dapat berikata kepada satu jenis epitop yang spesifik. Berikut ‘mekanisme pembentukan antibodi monoklonal : ‘Mengisolasi sel limpa dari tikus yang diimunisasi eget tga © © ¢ oKoKe) Canpran slp temasuk at capt oon beberapa yang menghasilkan dalam medium seleksi HAT, ‘antibodi anti-X tidak menghasilkan antibod! J OG © ‘Selekst in vitro dalam medium HAT] - ¥ oJ + S > S wes * ‘Sal-kion”(seliap sumur /mengandung progeni satu sel) bel bs! be | See | antibodi ant-x dan mengembangkan klon positf ¥ 3g 5G isha aon 1220 9 [isnatat Gambar 2.18 Pembentukan Antibodi Monoklonalz AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN, 2 © Respon Imun Adaptif F. Interaksi Antigen-Antibodi 1. Teori Lock and Key? = Tiap antibodi memiliki susunan asam amino yang berbeda-beda - _ Sehingga bentuk lipatan antibodi pun berbeda-beda = Akibatnya kemampuan untuk mengenali antigen pun berbeda-beda - Maka dapat dikatakan reaksi antigen-antibodi seperti teori lock and key Gambar 2.19 Teori Lock and Key? 2. Epitop dan Paratop? ~ Epltop (Determinan Antigen) Komponen dari antigen yang akan berikatan ke reseptor antibodi secara spesifiksehingga__ menginduksi pembentukan antibod, - Paratop Komponen antibodi atau TCR yang akan mengikat epitop dari antigen. ~ Agretop Bagian antigen yang dapat berikatan dengan MHC kelas II ec ¥ TOR Gambar 2.20 Epitop, Paratop, dan Agretop? Se AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 2 © Respon Imun Adaptif Berdasarkan bentuknya, epitop dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, antara lain : “Contormatonat Trea “Keoanagone dormant Setermnant soem, (rented by poteciyas) * x = ‘Determinant oot ‘y senatraton senauredpraen, | Stool potas Gambar 2.21 Jenis-lenis Epitop* 3, Struktur Molekuler Antibodi2-+ Saat dilakukan pemecahan molekul antibodi menggunakan enzim papain, dihasilkan : a) Fab (Fragment Antigen Binding) yang masih dapat berikatan secara spesifik dengan antigen. Di mana Fab ini akan menggandeng antigen dalam proses opsonisasi. b) Fe (fragmen ke 3 yang bisa dikristalkan dari larutan) yang sudah tidak bisa berikatan dengan antigen. Di mana Fe ini akan menjadi pelekat ke sel imun saat reaksi opsonisasi. Antibodi (Ig) disusun oleh 4 rantai polipeptida dasar yang menyusun : 1. Dua Rantai Berat (Heavy Chain) - 450 asam amino * iM + * A © gD © ie 2. Dua Rantai Ringan (Light Chain) - 230 asam amino Gambar 2.22 Struktur Molekul a, Kapa ‘Antibodi* © Lambda ‘Struktur antibodi diikat oleh ikatan disulfida 4, Faktor Yang Memengaruh Ikatan Antigen Antibodi> Berikut faktor-faktor yang memengaruhi ikatan antara antigen dan antibodi : + Temperatur Semakin ekstrem suhu maka akan semakin sulit antigen dan antibodi untuk berikatan. + PH ‘Semakin ekstrem pH maka akan semakin sulit antigen dan antibodi untuk berikatan. el AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 23 © Respon Imun Adaptif + lon kuat lon kuat ini memiliki afinitas tinggi maka dapat menghalangi antibodi untuk berikatan ke antigen. + Terapi enzim untuk sel darah merah Banyak terapi untuk sel darah merah mengandung enzim proteolitik seperti papain, fisin, dan bromelin yang dapat merusak antibodi. + Konsenterasi antigen dan antibodi ‘Semakin rendah konsenterasi antigen dan antibodi akan ‘semakin rendah juga intensitas ikatan antara antigen dan antibodi. Berikut grafiknya : RMD» a =e | oe a Dilation of the system Gambar 2.23 Grafik Konsenterasi Antigen dan Antibodi terhadap Kekuatan Agiutinasi® + Zigositas (umlah situs antigen per sel) ‘Semakin sedikit situs maka semakin sulit berikatan. + Durasi inkubasi Semakin lama durasi inkubasi maka akan semakin sulit untuk berikatan. G__Mekanisme Interaksi Respon Imun Humoral dan Seluler 42 Mekanisme interaksi antara imun humoral dan seluler terjadi pada saat aktivasi antibodi oleh bantuan T helper. Intinya humoral akan bekerja pada antigen dari ekstrasel sementara seluler akan menghancurkan sel-sel yang mengalami infeksi antigen. Berikut ‘mekanismenya : 1. Terjadi penempetan antigen ke Ig membran (mig) yang menghasilkan sinyal 2. Sinyal itu menginduksi ekspresi MHC Kelas Il dan kostimulator 87 3. Kompleks AgAb tadi masuk ke sel secara endositosis selanjutnya dilakukan proteolisis yang akan diikat olen MHC kelas I 4. Terjadi presentasi antigen dan MHC kelas II di permukaan sel ——_—_———_— SEE AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 24 Respon Imun Adaptif 5, Sel Th yang memiliki CD4* mengenali MHC kelas Il, selanjutnya ‘Th mengekspresikan CD40L untuk berikatan ke CD40 dari sel B 6. Kemudian B? pada sel B berikatan ke CD28 dari sel T helper 7. Akibatnya, Th helper mengeluarkan sitokinssitokin yang merangsang pembentuka dua macam sel B 8. Short lived dan long lived di mana short term diproduksi di ekstrafolikular sementara long term di germinal center 9. Intinya sel B akan membentuk sel plasma dan sel memori H. Inflamasi Akut dan Kronik Peradangan merupakan proses respon protektif yang melibatkan sel host, pembuluh darah, protein, dan mediator lain untuk eliminasi sebab utama dari jejas. Manifestasi peradangan antara lain dolor, rubor, kalor, tumor, dan fungsio laesa. Tahapan respon peradangan : Recognition Recruitmen Removal Regulation Resolution SALLE Macam-macam peradangan : 4. Akut - Sebentar (menit-jam) - Bekerja altif adalah neutrofil + Luka ringan - Sangat terlihat gejalanya Komponen utama peradangan akut antara lain = - Perubahan vaskular * Vasodilatasi pembuluh darah ‘© Perubahan dinding plasma * Aktivasi sel endotel (peningkatan adhesi leukosit dan migrasi leukosit) Di mana terjadi erithma karena peningkatan aliran darah, statis akibat pembuluh darah yang berukuran keeil yang, ———S AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRAGHMAN 25 e— Sc waar in Gambar 2.24 Interaksi T helper dan MHC! © Respon Imun Adaptif terkonsenterasi oleh sel darah merah, dan marginasi karena akumulasi leukosit di permukaan endotel ~ Cellular event ‘¢ Migrasi leukosit dari sirkulasi dan akumulasi di tempat yang mengalami jejas ‘*Aktivasi leukosit menjadi neutrofil (polimorfonuklear) Akan ada rekrutmen leukosit di mana akan terjadi marginasi, adhesi (rolling), serta transmigrasi secara diapedesis. Selanjutnya akan ada akvitasi leukosit dengan melakukan fagositesis, destruksi intraselular dari mikroba yang, difagositosis, sekresi substansi antimikroba serta neutrofil extracellular trap (NET). Kronik - Hari sampai tahunan - Bekerja altif adalah monosit > makrofag, limfosit ~ Luka parah + Gejalanya kurang terlihat dan bahka tidak terlihat Akan dicirikan oleh tiga macam antara lain infiltrasi sel mononuklear (makrofag, limfosit, dan sel plasma), Penghancuran jaringan, serta perbaikan dengan cara angiogenesis dan fibrosis. Monosit akan berdiferensiasi menjadi makrofag di mana makrofag dibag) dua jenis berdasarkan cara aktivasinya : a) Makrofag Tipe | Melalui jalur Klasik di mana akan memiliki aktivitas microbicidal (fagosit jejas) di mana dirangsang oleh sitokin IFN-gamma. Kemudian hasilnya adalah ROS, NO, enzim lisosom, IL-4, IL-12, IL-23, dan kemokin. Diaktivasi T helper L b) Makrofag Tipe Il Melalui jalur alternatif yang dirangsang oleh IL laindain. Diaktivasi T helper 2. Sementara T helper 17 akan memanggil neutrofil lebih banyak dengan mengeluarkan IL-17 dan TNF. Limfosit dalam inflamasi kronik akan membentuk siklus untuk mengaktivasi secara terus menerus. Dan limfosit ini akan menjadi jembatan penguhubung antara adaptive dan innate. See AUTHORED BY : IQBAL TAUFIQQURR: C2 Respon Imun Adaptif Berikut penjelasan lebih jelas mengenai inflamasi akut dan kronik : 4. Inflamasi Akut ~ _ Respon cepat terhadap jejas dengan datangnya leukosit ke tempat jejas NORMAL Limfosit otau makrotng ide yang kadang kad ‘menempat Ate: WY Acratinas weit! Emigras! ! g) Depass! fibrin dan otnen | @ pane wos ; Peniagkatan alran darah 1 Gambar 2.26 Inflamasi Akut® - Komponen utama yang terladi pada inflamasi akut antara lain: * Vasodilatasi kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler Inflamasi akut akan menyebabkan bocornya endotel yang ada pada arteriol, kapiler, maupun venula. Berikut macam-macam penyebab kebocoran (peningkatan permeabilitas) sel endotel : 1) Kontraksi endotel © Dipicu oleh histamin, bradikinin, dan leukoterin ‘© Hanya terjadi di venula pascakapiler kecil AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 2 (C2 Respon Imun Adaptif 2) Retraksi Sel Endotel © Terjadi reorganisasi sitoskeleton endotel sehingga sel endotel mengalami retraksi satu sama lain kemudian hubungan antar sel terganggu © Terladi karena pengeluaran sitokin oleh TNF (Tumor Necrosis Factor) serta Interleukin 1 (IL-1) 3) Jejas Endotel Langsung Diakibatkan oleh cedera berat seperti infeksi atau luka bakar ¢ Menyebabkan nekresis dan lepasnya sel endotel © Lepasnya sel endotel diikuti dengan adhesi trombosit dan thrombosis (perbaikan pembuluh darah) o Terjadi di venula, kapiler, maupun arteriol 4) Jejas Endotel Bergantung Leukosit © Diakibatkan arena akumulasi leukosit pada jaringan © Leukosit bisa melepaskan spesies oksigen toksin serta enzim proteolitik © Dua jejas itu mengakibatkan lepasnya sel endotel © Terai pada venula dan kapiler pulmonalis. di mana leukositnya melekat di endotel tersebut 5) Peningkatan Transitosis © Diakibatkan oleh VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) © Terbentuk kanal-kanal dari fusi vesikel tanpa selubung © Terladi di venula 6) Kebocoran dari Pembuluh Darah Baru © Saat angiogenesis, bakal pembuluh masih bocor sampai ke sel endotel © Diakibatkan karena_ VEGF —_(meningkatkan transitosis) yang baru dikeluarkan oleh endotel untuk membuat pembuluh darah baru © Terjadi di tempat angiogenesis Perpindahan leukosit dan terakumulasi di tempat jejas. © Kemotaksis ini diinduksi oleh kemokin, C5a, leukotrien Bs, dan produk bakteri Demam (kalor) akibat IL-1, IL-6, dan TNF serta rangsangan prostaglandin Nyeri (dolor) akibat prostaglandin dan bradil AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 28 (C2 Respon Imun Adaptif * Dan akan terjadi kerusakan jaringan (fungsio laesa) akiobat enzim lisosom, neutrofil, makrofag, metabolit oksigen, serta nitrat oksida *Akibat dari inflamasi akut ini akan terjadi : Pembuangan mediator kimia serta normalisasi permeabilitas vascular + Pembentukan jaringan parut atau fibrosis * Kemajuan kea rah inflamasi kronik 2. Inflamasi Kronik Merupakan inflamasi yang bersifat_panjang bisa sampai bertahun-tahun. Hathal yang terjadi di inflamasi kronik antara lain: ‘+ Infittrasi Sel Mononuklear © Destruksi Jaringan © Perbaikan Jaringan Perbedaan antara inflamasi akut dan kronik : Gambar 2.27 Perbedaan Infiamasi Akut dan Inflamasi Kronik® |. Interaksi Imun Bawaan dan Adaptif Aktivasi limfosit ada dua macam sinyal : 1. Sinyal satu = sinyalnya antigen 2. Sinyaldua —_: hasil dari respon sistem imun bawaan Peran APCs dalam interaksi sistem imun bawaan dan adaptif antara lain adalah mengekspresikan antigen yang akan dikenali oleh sel Thelper sehingga mengaktivasi sel T efektor. Se AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 2 (C2 Respon Imun Adaptif Daftar Pustaka 1. Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and molecular immunology. 7th Ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2012. 2. Garna KB. Rengganis |. Imunologi Dasar. 10th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2012. 3. Delves PJ, Martin SJ, Burton R, Roitt IM. Roitt’s essential immunology. 11th Ed. Malden: Blackwell Publishing: 2006. 4. Smith C, Marks AD, Lieberman M. Marks’ basic medical biochemistry a clinical approach. 2nd ed. Lippincott Williams & Wilkins 5. Reverberi R, Reverberi L. Factors affecting the antigen-antibody reaction. Blood Transfus [Internet]. 2007 [cited 5 April 2016);5(4). Available from: http://www.nebi.nim.nih.gov/pmc/articles/PMC2581910/ 6. Cotran, RS., Kumar, V. Robbins, S.L. 2007. Pathology Basic of Disease. 8'* edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company. AUTHORED BY IQBAL TAUFIQQURRACHMAN 30

You might also like