You are on page 1of 47
Bab 5 Blaya Bahan Baku BAB 5 BIAYA BAHAN BAKU Setelah divraikan akuntans! biaya overhead pabrik dalam bab 3 dan bab 4, dalam bab § ini diuraikan akuntansi biaya bahan baku. Seperti halnya dengan akuntansi biaya overhead pabrik. Pembahasan akuntansi biaya bahan baku ini didasatkan pada model akuntansi dalam per. usahaan yang produksinya berdasarkan pada pesanan. Dalambab 5 inidiuraikan secara mendalam mengenai elemen biaya yang membentuk harg2 Pokok bahan baku yang dibeli dan berbagai metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi. Uraian dalam bab ini diakhiri dengan pembahasan mengenai berbaga: masalah khusus akuntansi yang bersangkutan dengan bahan baku ELEMEN BIAYA YANG MEMBENTUK HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIBEL! Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi, Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengolahan sendiri. Di dalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya menge- luarkan biaya sejumlah harga bell bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan biaya-biaya pem- belian, pergudangan, dan biaya-biaya perolehan lain. Timbul masalah mengenai elemen biaya apa saja yang diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku yang dibeli. Sebelum dibahas elemen-elemen biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli, berikut ini diuraikan sistem pembelian lokal bahan baku. Pengetahuan mengenai sistem Pembelian ini penting untuk dipelajari agar dapat diperoleh gambaran elemen-elemen yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli. Sistem Pembelian Transaksi pembelian lokal bahan baku melibatkan Bagian-bagian Produksl, Gudang, Pem- belian, Penerimaan Barang, dan Akuntansi. Bukti-bukti pembukuan yang dibuat dalam transaksi 128 Bab 5 Blaya Bahan Baku pembelian lokal bahan baku adalah: surat permintaan pembelian, surat order pembelian, laporan Penerimaan barang dan faktur dari penjual. Sistem pembelian lokal bahan baku terdiri dari prosedur Permintaan pembelian, prosedur order pembelian, prosedur penerimaan barang, prosedur pen- catstan penerimaan barang di gudang, dan prosedur pencatatan utang. Uraian tiap prosedur tersebut secara terinci dapat diikuti berikut ini. Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku. Jika persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai jumlah tingkat minimum pemesanan kembali (reorder point), Bagian Gudang kemudian membuat surat permintaan pembelian (purchase requisition) untuk dikirimkan ke Bagian Pembelian (lihat contoh surat permintaan pembelian pada gambar 5.1). ° No. SPP: 476880 SURAT PERMINTAAN PEMBELIAN Tangg Gunakan lembar yong berbeda untuk tiop borang yang saudara mint. Dari bagion .. Digunoken untuk ,, Kuantitas | No, Port otau No.Katalog | Ukuron Penjelasan lengkap Untuk diist oleh Bagian Pembetian Kirim ke, Bebankan ke Dep. .. Harga |Toto! | No Pemasok| per unit|Harga| sop Tanggal diperiukan... Diperiukan oleh. Disetujul oleh Harga yang lalu .. Pemasek yong lalu Yo untuk dibeli Gambar 5.1. Surat Permintaan Pembelian Bab 5 Biaya Bahan Baku Prosedur Order Pembelian. Bagian Pembelian-melaksanakan pembelian atas dasar surat permintaan pembelian dari Bagian Gudang. Untuk pemilihan pemasok, Bagian Pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga (purchase price quotation) kepada para pemasok, yang berisi permintaan informasi harga dan syarat-syarat pembelian dari masing- masing pemasok tersebut. Setelah pemasok yang dianggap baik dipilih, Bagian Pembelian kemudian membuat surat order pembelian untuk dikirimkan kepada pemasok yang dipilih (lihat contoh surat order pembelian pada gambar 5.2). Prosedur Penerimaan Bahan Baku. Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusa- haan sesuai dengan surat order pembelian yang diterimanya. Bagian Penerimaan yang bertugas menerima barang, mencocokkan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yang diterima dari pemasok dengan tembusan surat order pembelian. Apabila bahan baku yang diterima telah sesuai dengan surat order pembelian, Bagian Penerimaan membuat laporan penerimaan barang untuk dikirimkan kepada Bagian Akuntansi (lihat contoh laporan penerimaan barang pada gambar 5.3) Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang. Bagian Peneri- maan menyerahkan bahan baku yang diterima dari pemasok kepada Bagian Gudang. Bagian Gudang menyimpan bahan bake tersebut dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima dalam kartu qudang (stock card) pada kolom “diterima”. Kartu gudang ini diguriakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat mutasitiap-tiap jenis barang gudang. Kartu gudang hanya berisi intormasikuantias tiap-tiap jenis barang yang disimpan di gudang dan tidak berisi informasi mengenai harganya. Catatan dalam kartu gudang ini dikontro! dengan catatan yang diselenggarakan oleh Bagian ‘Akunlansi yang berupa kartu persediaan (sebagai rekening pembantu persediaan). Bagian Gudang di samping mencatat mutasi barang gudang dalam kartu gudang, juga mencatat bareng dalam kartu barang (inventory tag), yang ditempeikan atau digantungkan pada tempat penyim- panan masing-masing jenis barang. Perbedaan antara kartu gudang, kartu barang, dan katy persediaan dapat dilihat pada gambar 5.4, 5.5, dan 5.6. Prosedur Pencatatan Utang yang Timbul dari Pembelian Bahan Baku. Bagian Pem- belian menerima faktur pembelian dari pemasok. Bagian Pembelian memberikan tandatangan di atas faktur pembelian, sebagai tanda persetujuan bahwa faktur dapat dibayat karena pemasok telah memenuhi syarat-syarat_pembelian yang ditentukan oleh perusahaan. Faktur pembelian yang telah ditandatangani oleh Bagian Pembelian tersebut diserahkan kepada Bagian Akuntansi. Dalam transaksipembelian bahanbaku, Bagian Akuntansi memeriksa ketelitian perhitungan dalam faktur pembelian dan mencocokkannya dengan informasi dalam tembusan surat order pembelian yang diterima dari Bagian Pembelian dan laporan penerimaan barang yang diterima dari Bagian Penerimaan. Faktur pembelian, yang dilampiri dengan tembusan surat order pembe- liandan laporan penerimaan barang dicatat oleh Bagian Akuntansi dalam jurnal pembelian. Setelah dicatat dalam jurnal pembelian, faktur pembelian beserta dokumen pendukungnya tersebut dicatat dalam Kartu persediaan (sebagai rekening pembantu persediaan bahan baku) pada kolom “diterima”. 80 Bab 5 Biaya Bahan Baku Toko Buku X SURAT ORDER No. 8765438909 Jin. Sowa 94 Yogya PEMBELIAN Nomor ini horus dicantumkan da- T 74 lam faktur, slip Kepada: Pembungkusan dan korespon- u i) densi i r 4 Tanggo: Kirim ket pia Tanggat diperluken; ——__ (eS Spesifikasi Barang Harga Jumiah Satuan Harga Nama Barang 1 Kuantitas | | Penting: Penerimaan barang ditutup setelah jam 16.00, kecuali dengan janji khusus. eS SS a ee Bt Kepala Bagian Pembelian Gambar 5.2. Surat Order Pembelian Bab 5 Biaya Bahan Baku LAPORAN PENERIMAAN BARANG No. 879650 Barang diterima melalui gt ee op ae Vika melalui truk kite, tulis nama pengemudi: Nama pengirim Dikirim dari No. Mobil |[Nomor Segel dan Kondisi Segel_|Nomor SOPD TNomor SOPr mnt Bungkus| Macam | Ukuran atau |Penjelasan Tengkap mengenat | Tanda pada Kondisi pada atau biji Pembungkus| unit barang, merek, mutu, dsb. | pembungkus| Berat| saat diterims Ss +— I Diterime oleh: Diperiksa oleh: SOPb: Surat Order Pembetian SOPn: Surat Order Pengiriman Gambar 5.3. Laporan Penerimaan Barang Faktur pembelian dan dokumen pendukungnya kemudian dicatat dalam kartu utang (sebagai rekening pembantu utang) untuk mencatat timbulnya utang kepada pemasok yang bersangkutan. Biaya yang Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Dibell Menurut prinsip akuntansi yang lazim semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkannya dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan elemen harga B2 ‘Sab 5 Blaya Bahan Baku KARTU GUDANG No. Kede Gudang Noma Barang Lokasi Spesifikosi Min. Mox. Setuan Diterima Ty Dipakat T Sisa No | Ne. Tat | Bunti | Kuontites | TI} suxei | Kuontites Kuantites | Keterangan i— ae SSS a | Gambar §.4, Kartu Gudang Pokok bahan baku yang dibeli. Oleh karena itu, harga pokok bahan baku tidak hanya berupa harga yang tercantum dalam faktur pembelian saja. Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli {harga yang tercantum dalam faktur pembelian) ditambah dengan biaya-biaya pembelian dan diaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah. Harga beli dan biaya angkutan merupakan elemen yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku, sedangkan biaya-biaya pesan (order costs), biaya penerimaan, Pembengkaran, pemeriksaan, asuransi, pergudangan, dan biaya akuntansi bahan baku, meru- Bab 5 Biaya Bahan Baku O Kuantitas Max:..... PT EL SARI Kuantitas Min: KARTU BARANG No Kede Persediaan Nama Barang: . No Kode Bar ang Spesifikasi: Lokasi Gudang Diterima Dipakai Sisa Tg Kuantitas Tol Kvantitas Kuantitas | Keterangan Gambar 5.5. Kartu Barang pakan elemen-elemen biaya yang sulit diperhitungkan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Di dalam praktek, pada umumnya harga pokok bahan baku hanya dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok. Hal ini dilakukan karena pembagian biaya pembelian kepada masing-masing jenis bahan baku dalam faktur seringkali memerlukan biaya akuntansi yang mungkin lebih besar bila dibandingkan dengan mantaat ketelitian perhitungan harga pokok yang diperoleh. Sebagai akibatnya, biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku dan untuk menjadikan bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah, pada umumnya diperhitungkan sebagai unsur biaya overhead pabrik. ‘Apabila di dalam pembelian bahan baku, pemasok memberikan potongan tunai (cash discount), maka potongan tunai ini diperlakukan sebagai pengurangan terhadap harga pokok bahan baku yang dibeli. 134 Bab 5 Biaya Bahan Baku KARTU PERSEDIAAN No. Kode Gudeng Name Barang Lokasi Spesifikasi Min. Mox. Sotuan Diterima Dipakai Sisa No. ~ THe Hg Ha Bukti |Kuent] Sat} Umi }Kuan | Sot amt Kuant | Sat Imi + }— |e t Gambar 5.6. Kartu Persediaan ‘Seringkali di dalam pembelian bahan baku, perusahaan membayar biaya angkutan untuk berbagai macam bahan baku yang dibeli. Hal ini menimbulkan masalah mengenai bagaimana mengatokasikan biaya angkutan tersebut kepada masing-masing jenis bahan baku yang diangkut. Periakuan terhadap biaya angkutan ini dapat dibedakan sebagai berikut: 14. Biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli. 2. — Biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, namun diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik. Bab 5 Blaya Bahan Baku Biaya Angkutan Diperlakukan Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli. Apabila biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, maka alokasi biaya angkutan kepada masing-masing jenis bahan baku yang dibeli dapat didasarkan pada: Perbandingan Kuantitas Tiap Jenis Bahan Baku yang Dibeli Contoh 1 Perusahaan membeli 3 macam bahan baku dengan jumiah harga dalam faktur sebesar Rp 500.000. Biaya angkutan yang dibayar untuk ketiga macam bahan baku tersebut adalah sebesar Rp 300.000. Kuantitas masing-masing jenis bahan baku yang tercantum dalam Jaktur adalah bahan baku A = 400 kg; bahan baku B = 350 kg: bahan baku C = 50 kg Pembagian biaya angkutan kepada tiap-tiap jenis bahan baku disajikan dalam gambar 5.7. Berat Aiokasi % Biaya Angkutan Kg (1): 800 (2) x Rp 300.000 Jenis eee easels pene Sema Bahan Baku (1) 2) @) A 400 50,00 Rp 150.000 B 350 43,75 131.250 c 50, 6,25 18.750 800. Rp 300.000 esse Gambar 5.7 Alokasi Biaya Angkutan atas Dasar Perbandingan Kuantitas Tiap Jenis Bahan Baku yang Dibeli Pembagian biaya angkutan atas dasar perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli hanya dapat dilakukan jika bahan baku tersebut mempunyai satuan ukuran yang sama atau satuan ukurannya dapat disamakan. Perbandingan Harga Faktur Tlap Jenis Bahan Baku yang Dibell Contoh 2 Perusahaan membeli 4 macam bahan baku dengan harga faktur tiap-tiap jenis bahan sebagai berikut: bahan baku A Rp 100.000, bahan baku 8 Rp 150.000, bahan baku C Rp 225.000, dan bahan-baku D Rp 125.000. Biaya angkutan yang dikeluarkan untuk keempat jenis bahan baku tersebut adalah sebesar Rp 48.000. Jika biaya angkutan BE Bab 5 Blaya Bahan Baku tersebut dibagikan atas dasar perbandingan harga faktur tiap-tiap jenis bahan baku tersebut, harga pokok tiap jenis bahan baku akan dibebani dengan tambahan biaya angkutan sebesar Rp 0,08 (yaitu Rp 48.000 : Rp 600.000). Pembagian biaya angkutan sebesar Rp 48.000 tersebut disajikan dalam gambar 5.8. Pembagian Biaya Angkutan Harga Pokok Harga Faktur (1) x Rp 0,08 Bahan Baku Jenis Bahan Baku “ @) (1)+0) as Re 100.000 Re 8.000 Ro 108.000 8 150.000 12.000 162.000 c 225.000 18.000 243.000 o 125.000 10.000 135.000 Re 600.000 Rp 48.000 Rp 648.000 Gambar 5.8 Aiokasi Biaya Angkutan atas Dasar Perbandingan Harga Faktur Tiap Jenis Bahan Baku yang Dibeli Biaya Angkutan Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli Berdasarkan Tarif yang Ditentukan Di Muka Contoh 3 Untuk menyederhanakan perhitungan harga pokok bahan baku, biaya angkutan dibeban kan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif yang ditentukan di muka (prede- termined rate). Penghitungan tarif dilakukan dengan menaksir biaya angkutan yang akan dikeluarkan dalam tahun anggaran tertentu. Taksiran biaya angkutan ini kemudian dibagi dengan dasar yang akan digunakan untuk mengalokasikan biaya angkutan tersebut. Pada saat terjadi pembelian bahan baku, harga faktur bahan baku harus ditambah dengan biaya angkutan sebesar tarif yang telah ditentukan. Biaya angkutan yang sesungguhnya dikeluarkan dicatat dalam rekening Biaya Angkutan. Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya angkutan atas dasar tarif dan biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut: (@) Pembebanan biaya angkutan kepada bahan baku yang dibeli atas dasar tarif yang ditentukan di muka adalah sebagai berikut: Bab 5 Blaya Bahan Baku Persediaan Bahan Baku x (Tari biaya angkutan x dasar pembebanan). Biaya Angkutan oe (b) Pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya dikeluc:kan adalah s2>agai berikut: Biaya Angkutan x Kas x (©) Apabila pada akhir periode akuntansi dalam rekening Biaya Angkutan terdapat selisih biaya angkutan yang dibebankan atas dasar tarif dengan biaya engkutan yang sesungguhnya terjadi, yang jumlahnya material, maka selisih tersebut dibagikan ke rekening Persediaan Bahan Baku, Persediaan Barang Dalam Pros2s, Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan dengan jumal sebagai berikut Persediaan Bahan Baku Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan Produk Jadi Harga Pokok Penjualan Biaya Angkutan x RRR (Biaya angkutan sesungguhnya lebih besar dari biaya angkutan ya7q dibebankan atas dasar tarif) Apabila saldo rekening Biaya Angkutan tidak material, selisih tersebut ditutuc langsung ke rekening Harga Pokok penjualan Contoh 4 Biaya angkutan yang diperkirakan akan dkeluarkan dalam tahun 19X1 adalah sebesar Rp 2.500.000, dan jumlah bahan baku yang diangkut diperkirakan sebany 2k 50.000 kg Jadi tarif biaya angkutan untuk tahun 1978 adalah sebesar Rp 50 per kg banan baku yang diangkut. Dalam tahun 19X1 jumlah bahan baku yang dibeli dan alokasi biaya angkutan atas dasar tarif disajikan dalam gambar 5.9. Jika misainya biaya angkutan yang sesungguhnya dibayar dalam tahur: 19X1 adalah sebesar Rp 2.400.000, maka jurnal yang dibuat dalam tahun 19X1 untuk rencatet bahan baku yang dibeli tersebut adalah sebagai berikut: (2) Jurnal pembelian bahan baku: Persediaan bahan baku Rp 3.500.000 Utang Dagang Fo 13.500.000 138 Bab 5 Blaya Bahan Baku aN EENEEEeneeeeeeeeeeeeene Angkutan yang Dibebankan Harga Pokok atas Dasar Tarit Bahan Baku Berat Jenis kg Harga Faktur (1)x Rp50 2+@) Bahan Baku (1) @ @) (4) A 25.000 Rp 5.000.000 Re 1.250.000 Rp 6.250.000 B 15.000 4.500.000 750.000 5.250.000 c 10.000 4.000.000 500.000 4.500.000 Rp 13.500.000 Re 2.500.000 Rp 16.000.000 Gambar-5.9 Biaya Angkutan Dibebankan Kepada Bahan Baku atas Dasar Tarif yang Ditentukan Di Muka (b) _Jumal pembebanan biaya angkutan atas dasar tarit: Persediaan Bahan Baku Rp 2.500.000 Biaya Angkutan Rp 2.500.000 (©) Jurnal pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya terjadi Biaya Angkutan Rp 2.400.000 Kas Rp 2.400.000 (4) Jurnal penutupan saldo rekening Biaya Angkutan ke rekening Harga Pokok Pen- jualan Biaya Angkutan Rp 100.000 Harga Pokok Penjualan Rp 100.000 Biaya Angkutan Tidak Diperhitungkan Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli, Tetapi Diperlakukan Sebagai Elemen Biaya Overhead Pabrik. Dengan cara ini, biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, namun diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik. Pada awal tahun anggaran, jumlah biaya angkutan yang akan dikeluarkan selama satu tahun ditaksir. Jumlah taksiran biaya angkutan ini diperhitungkan sebagai elemen biaya overhead pabrik dalam penen- 139 Bab 5 Blaya Bahan Baku tuan tarif biaya overhead pabrik. Biaya angkutan yang sesungguhnya dikeluarkan kemudian dicatat dalam sebelah debit rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Biaya Unit Organisasi yang Terkait Dalam Perolehan Bahan Baku Di muka sudah diuraikan bahwa harga pokok bahan baku terdiri dari harga faktur ditambah biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya untuk menyiapkan bahan baku dalam keadaan siap untuk diolah. Dalam pembelian bahan baku, unit organisasi yang terkait dalam pembelian bahan baku adalah Bagian Pembelian, Bagian Penerimaan, Bagian Gudang dan Bagian Akuntansi Perse- dian. Oleh karena itu apabila biaya pembelian akan diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku, maka biaya-biaya Bagian Pembelian, Gudang, dan Akuntansi Persediaan harus diperhi- tungkan. Biaya-biaya masing-masing bagian yang terkait dalam pembelian bahan baku tersebut sebagian besar belum dapat diperhitungkan pada saat bahan baku yang dibeli diterima di gu dang. Dengan demikian akan timbul kesulitan dalam memperhitungkan biaya pembelian sesung- guhnya yang harus dibebankan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Untuk mengatasi hal ini perlu dibuat tarif pembebanan biaya pembelian kepada setiap jenis bahan baku yang dibeli. ‘Jika biaya pembelian dibebankan kepada bahan baku yang dibeli atas asar tarf, maka perhitungan tarif biaya pembelian dilakukan sebagai berikut. 4. Jumlah biaya tiap bagian yang terkait dalam transaksi pembelian bahan baku tersebut diperkirakan selama satu tahun anggaran. 2. Ditentukan dasar pembebanan biaya tiap-tiap bagian tersebut dan ditaksir berapa jumlahnya dalam tahun anggaran. 3. _ Ditentukan tari pembebanan biaya tiap-tiap bagian tersebut dengan cara membagi biaya tiap bagian dengan dasar pembebanan Dasar dan tarif biaya pembelian untuk tiap bagian yang tersangkut dalam transaksi pem- belian bahan baku disajikan dalam gambar 5.10. Jurnal pembebanan biaya pembelian kepada harga pokok bahan baku atas dasar tarif adalah sebagai berikut: Persediaan Fo Biaya Bagian Pembelian yang Dibebankan Biaya Bagian Penerimaan yang Dibebankan Biaya Bagian Gudang yang Dibebankan Biaya Bagian Akuntansi Persediaan yang Dibebankan HR E Biaya-biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh Bagian Pembelian, Penerimaan, Gu- dang, dan Akuntansi Persediaan didebitkan dalam rekening biaya masing-masing begian yang dibebankan. Bila terjadi selisih dalam rekening-rekening biaya masing-masing bagian yang 140 Bab 5 Blaya Bahan Baku Bagian Dasar Pembebanan Tar Pembebanan Biaya Pembelian Pembelian Jumlah trequensi pembelian Tarif per transaksi pembelian atau tar setiap jumlah harga atau volume pembelian faktur pembelian Penerimaan Jumlah macam bahan yang Tar per macam bahan yang diterima diterima Gudang ——_Jumlah macam bahan, Tari per macam bahan; per mater kubik 2:au per nila kuantitas, atau nilai rupiah rupiah bahan baku yang disimpan di gucang. Akuntan- Jumlah frequensi pembelian Tarif per transaksi pembelian, si Per- % sediaan Gambar 5.10 Dasar Pembebanan Biaya Pembelian Tiap Bagian yang Terkait Dalam Pengadaan Bahan Baku dibebankan, perlakuannya sama dengan perlakuan terhadap selisih yang terdapat dalam reke- ning Biaya Angkutan Elemen Biaya yang Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Diimpor Apabila bahan baku diimpor, elemen harga pokoknya akan berbeda dengan 2oabila bavan baku tersebut dibeli dari dalam negeri. Dalam perdagangan luar negeri, harga Darang yang disetujui bersama antara pembeli dan penjual akan mempengaruhi biaya-biaya yang men.adi tanggungan pembeli. Bahan baku dapat diimpor dengan syarat harga free alongsice ship (FAS), free onboard (FOB), cost and freight (C & F), atau cost, insurance, and freight (C.1&F». Padaharga C & F pembeli menanggung biaya asuransi laut dan penjual menanggung biaya anc~utan lautnya Pada harga C.1 & F, pembeli hanya menanggung biaya-biaya untuk mengeluarkan banan baku cari pelabuhan pembeli dan biaya-biaya lain sampai dengan barang tersebut diterima di gudang pembeli. Dalam harga C.| & F biaya angkutan laut beserta asuransi lautnya sudah c perhituncsan oleh penjual dalam harga barang. Lihat perhitungan harga pokok bahan baku yang diimpor pada halaman 141. PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIPAKAI DALAM PRODUKSI Karena dalam satu periode akuntansi seringkali terjadi fluktuasi harga, maa harga bell bahan baku juga-berbeda dari pembelian yang satu dengan pembelian yang lain. C:2h karena itu persediaan bahan baku yang ada di gudang mempunyai harga pokok per satuan yang berbeda-beda, meskipun jenisnya sama. Hal ini menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi Untuk mengatasi masalah ini diperlukan berbagai macam metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi (materials costing methods), di antaranya 2dalah 141 Bab 5 Blaya Bahan Baku Harga pokok bahan baku yang diimpor terdiri dari: Harga FOB Rp xx Angkutan laut (ocean freight) *x Harga C & F Rp xx Biaya asuransi (marine insurance) Crewe ay 4H) xx Harga C.1 & F Rp xx Biaya-biaya bank xx Bea masuk & biaya pabean lainnya xx Pajak penjualan impor xx Biaya gudang Xx Biaya expedisi muatan kapal laut (E.M.K.L) xx Biaya transport lokal x. + Harga pokok bahan baku Rp xx (a) Metode identifikasi khusus. (b) Metode masuk pertama keluar pertama (c)_ Metode masuk terakhir keluar pertama. (0) Metode rata-rata bergerak (e) Metode biaya standar. (f) Metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan Sebelum diuraikan tiap-tiap metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai tersebut di atas, berikut ini dijelaskan prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku dari gudang. Transaksi pemakaian bahan baku melibatkan bagian-bagian Produksi, Gudang dan Akuntansi Persediaan. Bukti pembukuan yang dibuat dalam transaksi pemakaian bahan baku adalah bukti permintaan barang (materials requisition) Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Bahan Baku Bagian Produksi yang membutuhkan bahan baku, mengisi bukti permintaan barang (perik- sa gambar 5.11). Kolom-kolom yang diisi informasi adalah kolom nomor urut, nama dan nomor kode kelompok, nomor urut barang dan jumiah satuan yang diminta, dan pusat biaya (dalam hal ini Bagian Produksi) yang memerlukan bahan baku. Setelah bukti permintaan barang tersebut diotorisasi oleh yang berwenang, tiga lembar bukti permintaan barang tersebut dibawa ke Bagian Gudang. Bagian Gudang menyiapkan bahan baku sesuai dengan yang tercantum dalam bukti permintaan barang, dan menyerahkannya kepada Bagian Produksi yang membutuhkannya 42 Bab 5 Blaya Bahan Baku PT EL SARI BUKTI PERMINTAAN BARANG Jenis Pemakaian:; [] Produksi No. BPB: C1 Reparasi & Pemelihar Tanggal: 0 investasi Nama dan Kode Kuantitas Pusat | Diisi oleh Bag Akuntansi | Barang . Diminta | Diserahkan | Satuan | Bia¥@ | 9 sat Jurnlahi | Diminta Disetujui: Diserahkan: | Diterima Dicatat i Gambar 5.11. Bukti Permintaan Barang Bagian Gudang mengisi jumlah bahan baku yang diserahkan pada kolom "diserankan" dalam bukti permintaan barang, dan setelah diotorisasi oleh Kepala Bagian Gudang bukti permintaan barang tersebut dikirimkan ke Bagian Akuntansi Bagian Gudang mencatat pemakaian bahan baku ini di dalam kartu gudang pada kolom “dipakai" dan mencatatnya pula dalam karlu barang. Bagian Akuntansi mengisi informasi haraa satuan dan menghitung dan mencantumkan jumlah harga pokok bahan baku yang dipakai dalam bukti permintaan barang tersebut. Informasi mengenai harga satuan diperolen dari kartu persediaan bahan baku yang bersangkutan. Bagian Akuntansi kemudian mencatat pemakaian bahan baku tersebut ke dalam kartu persediaan dan menyerahkan bukti permintaan barang tersebut kepada pemegang jurnal memorial (atau pemegang jurnal pemakaian bahan baku, jika perusahaan menggunakan jurnal khusus ini). Atas dasar bukti permintaan barang tersebut pemegang jurnal memorial (atau pemegang jurnal pemakaian bahan baku) mencatat pernakaian bahan baku ke dalam jurnal tersebut 143 Bab 5 Blaya Bahan Baku Metode Pencatatan Biaya Bahan Baku Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan metode persediaan fisik (physical inventory method). Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan. Dalam maetode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan bahan baku dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui berapa biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi, harus dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan bahan baku yang masih ada di gudang pada akhir periode akuntansi. Harga pokok persediaan ditambah dengan harga pokok bahan baku yang dibeli selama periode dikurangi dengan harga pokok persediaan bahan baku yang masih ada pada akhir periode merupakan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi selama periode yang bersangkutan Metode persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produknya dikumpulkan dengan metode harga pokok pro ses. Metode mutasi persediaan adalah cocok digunakan dalam perusahaan yang harga pokok produknya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method). Dalam metode ini, se tiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga pokok per satuen berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang harga per satuannya berbeda dengan harga per satuan bahan baku yang sudah ada di gudang, ha-us dipisahke> penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa dahan tersebut dibeli. Da'am metode in tiap-tiap jenis bahan baku yang ada di gudang jelas identitas harga pokoknya, sehingga setiz pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokoknya secara tepat. © Kesulitan yang timbul dari pemakaian metode ini adalah terletak dalam peny Mpanan bahen baku di gudang. Meskipun jenis bahan bakunya sama, namun jika narga pokok per satuanny berbeda, bahan baku tersebut harus disinpan secara temisah, agar mudah iden\ i pada pemakaiannya nanti. Metode ini merupakan metode yang paling teliti dalam penentuan hatoa pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi, namun sering kali tidak praktis. Metode in sangat etektif dipakai apabila bahan baku yang dibeli bukan merupakan barang standar dan dibeli untuk memenuhi pesanan tertentu. Perusahaan yang memakai metode harga ¢okok pesanan seringkali memakai metode identifikasi khusus untuk bahan baku yang tidak disediakan dalam persediaan gudang (yang hanya secara insidental dibeli untuk memenuhi spesit.kasi pemesen dan memakai metode penentuan harga pokok yang lain untuk bahan baku yang biasa dipa‘ai dalam produksi. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First-in, First-out Method). Melode m2- suk pertama, keluar pertama (metode MPKP) menentukan biaya bahan baku dengan angaaj bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang, digunaken untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai. Perlu ditekankan di sini bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya tidak harus sesuai dengan aliran fisik bahan baku dalam produksi. wa Bab 5 Blaya Bahan Baku Contoh 5 Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 Januari 19X3 terdiri dari: 600 kg @ Ap 2.400 = Rp 1.440.000 400 kg @ Rp 2.500 = Rp 1.000.000 Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan Januari 19X3 disajikan dalam gambar 5.12. Kuantitas Harga bell Tgl ‘Transaksi kg per kg Jumlah 6/1 Pemakaian 700 15/1 Pembelian 1.200 Rp 2.750 Fp 3.300.000 17/1 Pembelian 500 Rp 3.000 1,500.000 21/1 Pemakaian 1.100 Jumiah pembelian Rp 4.800.000 ‘Gambar 5.12 Data Kuantitas dan Harga Bahan Baku yang Dibeli Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pembelian, dicatat dalam jurnal pembelian dengan jurnal sebagai berikut: Persediaan Bahan Baku ~ Utang Dagang ~~ Jika perusahaan menggunakan metode mutasi persediaan dalam pencatatan perse- diaannya, pembelian bahan baku tersebut dicatat juga dalam kartu persediaan (sebagai buku pembantu persediaan) pada kolom “pembelian”. Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pemakaian bahan baku dicatat dalam jumal umum (atau jurnal pemakaian bahan baku) dengan jurnal sebagai berikut Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku xx Persediaan Bahan Baku x Pemakaian bahan baku ini dicatat pula dalam kartu persediaan pada kolom “pemakaian”. Data transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan Januari tersebut di atas, jika dicatat dalam kartu persediaan dengan metode MPKP, tampak dalam gambar 5.13. 145 Bab 5 Blaya Bahan Baku SI Kuan- Harga Kuan- Hg Jumlah titas perkg Jmi — titas per kg Jmih Rp kg Rp Rp kg Rp Pp Kete- tita: Tgl rangan kg 11 Saldo Awal 600 2.400 1.440.000 400 2.500 1.000.000 6/1 Pemakaian : : : 600 2.400 1.440.000 100 2.500 250,000 300 2.500 750.000 15/1 Pembelian 1.200 2.750 3.300.000 300 2.500 750.000 1.200 2.750 3.300.000 17/1 Pembelian 500 3.000 1.800.000 900 2.500 750,000 1.200 2.750 3.300.000 500 3.000 1.500.000 21/1 Pemakaian 300 2.500 750,000 400 2.750 1.100.000 800 2.750 2.200.000 500 3.000 1.500.000 dmlpembelian 1.700 4.800.000 ml pemakaian 1,800 4.640.000 Sisa akhir 900 2.600.000 ——_—_—_———— Gambar 5.13 Kartu Persediaan: Diselenggarakan dengan Metode MPKP Pemakaian bahan baku pada tanggal 6 Januari sebanyak 700 kg ditentukan harga pokok- nya berdasarkan anggapan bahwa bahan baku yang masuk pertama ke gudang, dipakai yang pertama kali. Oleh karena 600 kg lebih awal berada di gudang, maka 700 kg bahan baku yang - dipakai tersebut dianggap berasal dari 600 kg yang harga pokoknya Rp 2.400, ditambah sisanya (700 kg - 600 kg) berasal dari 400 kg bahan baku yang harga pokoknya Rp 2.500 per kg. Setelah perusahaan membeli 1.200 kg bahan baku pada tanggal 15 Januari, persediaan bahan baku yang ada di gudang terdiri dari dua macam: a. Sisa bahan baku sebanyak 300 kg, dari 400 kg persediaan awal yang telah dipakai pada tanggal 6 Januari sebanyak 100 kg. b. Bahan baku dari pembelian tanggal 15 Januari sebanyak 1.200 kg yang harga pokoknya Rp 2.750 per kg. Persediaan bahan baku sebanyak 1.500 kg (300 kg +1.200 kg) tersebut dipisahkan penca- tatannya dalam kartu persediaan karena harga pokok per kilogramnya berbeda. 6 Bab 5 Blaya Bahan Baku Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan baku, perhitungan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi tampak dalam gambar 5.14. EE EEEEEEIEIESISEEIE! Persediaan awal 1.000 kg Rp 2.440.000 Pembelian 1.700 kg 4.800.000 Jumlah bahan baku yang tersedia untuk diolah Rp 7.240.000 Persediaan akhir (dengan MPKP): 400 @ Rp 2.750 Rp 1.100.000 500 @ Rp 3.000 ‘ 1.500.000. rae 2.600.000 Biaya bahan baku bulan. Januari Rp 4.640.000 EU IEEEE EEE! Gambar 5.14 Metode MPKP dengan Metode Persediaan Fisik Dari gambar 5.14 tersebut dapat terlihat bahwa perhitungan biaya bahan baku dengan metode MPKP menghasilkan jumlah yang sama baik menggunakan metode mutasi persediaan maupun metode persediaan fisik. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (Last-in, First-out Method). Metode ma- suk terakhir, keluar pertama (metode MTKP) menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk dalam persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi ‘Atas dasar data transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku dalam contoh § di atas, pencatatan harga pokok bahan baku yang dipakai dengan menggunakan metode MTKP tampak dalam gambar 5.15. Pemakaian bahan baku pada tanggal 6 Januari sebanyak 700 kg ditentukan harga pokok- riya berdasarkan anggapan bahwa bahan baku yang masuk terakhir ke gudang, dipakai yang pertama kali, Oleh karena 400 kg persediaan awal masuk ke gudang lebih belakangan, maka 700 kg bahan baku yang dipakai tersebut dianggap berasal dari 400 kg yang harga pokoknya Rp 2.500, ditambah sisanya sebanyak 300 kg (700 kg - 400 kg) berasal dari 600 kg bahan baku yang harga pokoknya Rp 2.400 per kg Setelah perusahaan membeli 1.200 kg bahan baku pada tanggal 15 Januari, persediaan bahan baku yang ada di qudang terdiri dari dua macam: a Sisa bahan baku sebanyak 300 kg, dari 600 kg persediaan awal yang telah dipakai pada tanggal 6 Januari sebanyak 300 kg 147 Bab 5 Blaya Bahan Baku —_——— Pembellan Pemakalan Sisa Kuan. Harga Kuan- Harga Kuan- Hg K tits perkg Jumiahtitas per kg mi per kg Jmin Tol rangan kg Rp Rp kg Rp Rp Rp Rp 4/1 Saldo Awal 600 2.400 1.440.000 400 2.500 1.000.000 6/1 Pemakaian - : 400 2.500 1.000.000 300 2.400 720,000 300 2.400 720.000 15/1 Pembelian *1.200 2.750 3.300.000 300 2.400 720.000 1.200 2.750 3.300.000 17/1 Pembelian 500 3.000 ‘1.500.000 300 2.400 720.000 1.200 2.750 3.300.000 500 3.000 1.500.000 21/1, Pemakaian 500 3.000 1.500.000 300 2.400 720.000 600 2.750 1.650.000 600 2.750 1.650.000 Jmih pembelian 1.700 4.800.000 Jmih pomakaian 1.800 4.870.000 ‘Sisa akhir 900 —_——$—<_—_ _ Gambar 5.15 Kartu Persediaan: Diselenggarakan dengan Metode MTKP b. Bahan baku dari pembelian tanggal 15 Januari sebanyak 1.200 kg yang harga pokoknya Rp 2.750 per kg. Persediaan bahan baku sebanyak 1.500 kg (300 kg +1.200 kg) tersebut dipisahkan penca- tatannya dalam kartu persediaan karena harga pokok per kilogramnya berbeda. Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan baku, perhitungan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan menggunakan MTKP tampak dalam gambar 5.16. Dari gambar 5.16 tersebut dapat terlihat bahwa perhitungan biaya bahan baku metode mutasi persediaan dan metode persediaan fisik adalah. berbeda, meskipun keduanya meng- gunakan metode MTKP. Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method). Dalam metode ini, perse- diaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok per 148 Bab 5 Blaya Bahan Baku a Persediaan awal 1.000 kg Rp 2.440.090 Pembelian 1.700 kg 4.800.090 Jumlah bahan baku yang tersedia untuk diolah Rp 7.240.690 Persediaan akhir (dengan MTKP): 600 @ Rp 2.400 Rp 1.440.000 300 @ Rp 2.500 750.000 ene 2.190 Biaya bahan baku bulan Januari Rp 5.050.690 Gambar 5.16 Metode MTKP dengan Metode Persediaan Fisik satuannya berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gucang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata persatuan yang baru. Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan jumlah satuar Dahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata per satuan bahan baku yang ada di gu ini disebut pula dengan metode rata-rata tertimbang, karena dalam menghitung re pokok persediaan bahan baku, metode ini menggunakan kuantitas bahan baku s penimbangnya. Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku dalam contoh 5 di ates. bila dicatat dengan memakai metode rata-rata bergerak tampak dalam gambar 5.17. Untuk menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai pada tanggal 6 .=7wari, harus ditentukan lebih dahulu harga pokok rata-rata persediaan bahan baku yang ada ci sudang pada tanggal 1 Januari. Harga pokok rata-rata persediaan awal bahan baku dihitung set 2gai berikut total harga pokok dibagi total kuantitas (Rp 2.440.000 : 1.000 kg = Rp 2.440). +arga pokok 700 kg bahan baku yang dipakai tanggal 6 Januari adalah sebesar 700 kg x Rp 2.440 = Rp 1.708.000. Setelah pembelian bahan baku pada tanggal 15 Januari, persediaan bahan t2«u yang ada di gudang menjadi 1.500 kg dengan total harga pokok Rp 5.008.000 (Rp * 708.000 + Rp 3.300.000). Karena bahan baku dari pembelian tersebut mempunyai harc2 pokok per kilogram yang berbeda dengan harga pokok rata-rata persediaan yang ada di gud29 pada saat itu, maka perlu dilakukan penghitungan harga pokok rata-rata yang baru, se:ziah adanya pembelian tersebut. Harga pokok rata-rata yang baru pada tanggal 15 Januari dihicung sebagai berikut: (Rp 1.708.000 + 3.300.000) : (300 kg + 1.200 kg) = Rp 3.339. Jika perusahaan menggunakan metode persediaan fisik dalam pencatatan oiaya bahan baku, perhitungan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan motzde rata-rata tertimbang (kuantitas bahan baku dipakai sebagai angka penimbang) tampak dalam cambar 5.18. 149 Bab 5 Blaya Bahan Baku Pembelian Pemakalan Sisa Kuan- Harge Kuan- Herga Kuan- Hg Ke titas perkg © Jumlah tits per kg mi titas per kg Jmih Tol rangan kg Re Rp kg Rp Rp kg Rp Re 1/1 Sakdo Awal 600 2.400 1.440.000 400 2.500 1.000.000 1,000 2.440 2.440.000 6/1 Pemakaian : - : 700 2.440 1.708.000 15/1 Pembelian 1.200 2.750 3.300.000 300 2.440 1.708.000 1,200 2.750 3.300.000 1.500 3.339 5.008.000 17/1 Pembelian 500 3.000 —‘1.500.000 1.500 3.339 5.008.000 $00 3.000 1.500.000 be ere ee 2,000 3.254 6.508.000 21/1 Pemakaian 1.100 3.254 8.579.400 900 93.254 2.928.600 Im pembelian 1.700 4.800.000 Jml pemakaian 1.800 5.287.400 ‘Sisa akhic 900 2.928.600 a Gambar 5.17 Kartu Persediaan: Diselenggarakan dengan Metode Rata-Rata Bergerak Persediaan awal 1,000 kg Rp 2.440.000 Pembelian 1.700 kg 4.800.000 Jumlah bahan baku yang tersedia untuk diolah 2.700 kg @ Rp 2.681 Rp 7.240.000 Persediaan akhir (dengan metode rata-rata tertimbang): 900 kg @ Rp 2.681 2.412900 Biaya bahan baku bulan Januari Rp 4.827.100 Gambar 5.18 Metode Rata-Rata Tertimbang dengan Metode Persedizan Fisik 160 Bab 5 Blaya Bahan Baku Seperti halnya dengan metode MTKP, dari gambar 5.18 tersebut dapat terlihat bahwa perhitungan biaya bahan baku metode mutasi persediaan dan metode persediaan fisik adalah berbeda, meskipun keduanya menggunakan metode rata-rata bergerak. Metode Biaya Standar. Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga standar (standard price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datangHarga standar merupakan harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan kepada produk pada harga standar tersebut. Jurnal yang dibuat pada saat pembelian bahan baku adalah sebagai berikut: Persediaan Bahan Baku xx (Kuantitas x hafga standar per satuan) Selisin Harga x Untuk mencatat bahan baku yang dibeli sebesar harga standar. Selisin Harga x Utang Dagang x Untuk mencatat harga sesungguhnya bahan baku yang dibeli Selisih harga standar dengan harga sesungguhnya tampak dalam rekening Selisih Harga. Setiap akhir bulan saldo rekening Selisih Harga dibiarkan tetap terbuka, dan disajikan dalam !aporan keuangan bulanan. Hal ini dilakukan karena saldo rekening Selisih Harga setiao akhir bulan mungkin saling mengkompensasi, sehingga hanya pada akhir tahun saja saldo rekening Selisih Harga perlu ditutup ke rekening lain. Pemakaian bahan baku dalam produksi dicatat sebesar hasil kali kuantitas bahan baku sesungguhnya yang dipakai dengan harga standarnya dan dijurnal sebagai berikut Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku x Persediaan Bahan Baku x Perlakuan terhadap saldo rekening Selisih Harga pada akhir tahun tergantung pada meterial tidaknya saldo tersebut. Jika material, saldo rekening Selisih Harga di tutup ke rekening-rekening Persediaan Bahan Baku, Persediaan Barang Dalam Proses. Persediaan Produk Jadi dan Harga Pokok Penjualan, atas dasar perbandingan elemen biaya bahan baku yang terkandung di dalam tiap rekening tersebut, atau atas dasar perbandingan satuan ekui- valensinya. Jika saldo rekening Selisih Harga tidak material, saldo tersebut langsung ditutup ke rekening Harga Pokok Penjualan Jumal yang dibuat pada saat pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut: Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku x Persediaan Bahan Baku xx Untuk mencatat pemakaian bahan baku sebesar kuantitas x harga standar. 151 Bab 5 Blaya Bahan Baku Pencatatan pembelian dan pemakaian bahan baku dengan metode biaya standar dapat dillhat dalam gambar 5.19. Persediaan Barang Dalam Proses Utang Dagang Solisih Harga Bahan Baku Biaya Bahan Baku x —— xx x) ex ——_5 x Kuantitas yang dibeli x | Kuantitas yang dibeli x |Kuantitas yang dibeli x harga faktur harga standar harga standar Gambar 5.19 Pencatatan Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku dengan Metode Biaya Standar Metode Rata-Rata Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan. Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan penghitungan harga pokok rata-rata per satuan tiap jenis perse- Gian bahan baku yang ada di gudang. Harga pokok rata-rata per satuan ini kemudian digunakan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dalam bulan ber- ikutnya. MASALAH-MASALAH KHUSUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAN BAKU Dalam bagian ini diuraikan akuntansi biaya bahan baku, jika dalam proses produksi terjadi sise’bahan (scrap materials), produk cacat (defective), dan produk rusak (spoiled goods). Sisa Bahan (Scrap Materials) Di dalam proses produksi, tidak semua bahan baku dapat menjadi bagian produk jadi. Bahan yang mengalami kerusakan di dalam proses pengerjaannya disebut sisa bahan. Per- lakuan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual sisa bahan itu sendiri. Jika harga jual sisa bahan rendah, biasanya tidak dilakukan pencatatan jumlah dan harganya sampai saat pen- jualannya. Tetapi jika harga jual sisa bahan tinggi, perlu dicatat jumlah dan harga jual sisa bahan tersebut dalam kartu persediaan pada saat sisa bahan diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. Jika di dalam proses produksi terdapat sisa bahan, masalah yang timbul adalah bagaimana memperiakukan hasil penjualan sisa bahan tersebut. Ada tiga cara perlakuan terhadap hasil penjualan sisa bahan: 1. Dipertakukan sebagai pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan sisa bahan tersebut. 2. _Diperlakukan sebagai pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. 152 Bab 5 Blaya Bahan Baku 3. _ Dipertakukan sebagai penghasilan di luar usaha (other income). Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagal Pengurang Blaya Bahan Ba- ku yang Dipakai Dalam Pesanan yang Menghasilkan Sisa Bahan Tersebut. Jika sisa bahan terjadi karena karakteristik proses pengolahan pesanan tertentu, maka hasil pen- jualan sisa bahan dapat diidentifikasikan dengan pesanan tersebut. Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut: KasPistang Dagang ~ Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku mx Hasil penjualan sisa bahan ini juga dicatat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan dalam kolom “biaya bahan baku” sebagai pengurang biaya bahan baku pesanan tersebut. Hasil Penjualan. Sisa Bahan Diperlakukan Sebagal Pengurang Terhadap Blaya Overhead Pabrik yang Sesungguhnya Terjadi. Jika sisa bahan tidak dapat diiden- tifkasikan dengan pesanan tertentu, dan sisa bahan merupakan hal yang blasa terjadi dalam proses pengerjaan produk, maka hasil penjualannya dapat diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Jurnal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut Kas/Piutang Dagang ~ Biaya Ovethead Pabrik Sesungguhnya ~ Hasil Penjualan Sisa Bahan Diperlakukan Sebagal Penghasilan Di Luar Usaha (Other Income). Dalam dua perlakukan terhadap sisa bahan tersebut di atas, hasil penjualan sisa bahan digunakan untuk mengurangi biaya produksi. Hasil penjualan sisa bahan dapat pula diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha dan tidak sebagai pengurang biaya produksi. Jumal yang dibuat pada saat penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut: Kas/Piutang Dagang x Hasil Penjualan Sisa Bahan x Hasil penjualan sisa bahan disajikan dalam laporan rugi laba dalam kelompok Penghasilan Di Luar Usaha (Other Income) Pencatatan Sisa Bahan Jika jumlah dan nilai sisa bahan relatit tinggi, maka diperlukan pengawasan terhadap persediaan sisa bahan. Pemegang kartu persediaan di bagian akuntansi perlu mencatat mutasi persediaan sisa bahan yang ada di gudang. Cara pencatatan persediaan sisa bahan dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut ini: 153 Bab 5 Blaya Bahan Baku 1. Bagian Akuntansi Persediaan menyelenggarakan catatan mutasi persediaan sisa bahan dalam kartu persediaan. Pada saat sisa bahan ditransfer dari bagian Produksi ke bagian Gudang, Bagian Akuntansi Persediaan menerima laporan jumiah sisa bahan dari bagian Gudang. Bagian Akuntansi Persediaan mencatat kuantitas sisa bahan tersebut ke dalam kartu persediaan. Pada saat persediaan sisa bahan tersebut di jual, dibuat jurnal seperti yang telah diuraikan di atas. Bagian Akuntansi Persediaan melakukan pencatatan mutasi persediaan sisa bahan hanya dalam kuantitasnya saja, tanpa nilai rupiahnye. 2. _Bagian Akuntansi Persediaan tidak hanya menyelenggarakan pencatatan mutasi perse- diaan sisa bahan dalam kuantitasnya saja, tetapi juga nilai rupiahnya. Jika Bagian Akuntansi Persediaan menyelenggarakan catatan mutasi persediaan sisa ba- han, baik dalam kuantitas maupun nilai rupiahnya, pencatatan persediaan sisa bahan dan penjva- lannya dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode berikut ini: Contoh 6 Bagian Produksi menyerahkan 2.000 kg sisa bahan ke bagian Gudang. Sisa bahan tersebut ditaksir dapat laku dijual Rp 5.000 per kg. Sampai dengan akhir periode akuntansi sisa bahan tersebut telah laku dijual sebanyak 1.250 kg dengan harga jual Rp 6000 per kg Metode | Jurnal penyerahan sisa bahan dari bagian Produksi ke bagian Gudang, jika hasil penjuaian sisa bahan dipertakukan sebagai penghasilan di luar usaha, adalah sebagai ber*wt Persediaan Sisa Bahan Rp 1.000.000 (2,000 x Rp 5.000) Hasil Penjualan Sisa Bahan Rp 10.000.069 Dalam jumnal ini, rekening yang dikredit tergantung dari perlakuan terhaca> hasil peniva.an sisa bahan. Jika hasil penjualan sisa bahan diperiakukan sebagai pengurans terhadap biaya bahan baku pesanan tertentu, maka yang dikredit dalam jurnal tersebut di atas adalah rekening Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku. Tetapi bila hasil penjualan sisa ba"an diperlakukan sebagai pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya, r2*a yang dikredit dalam jurnal tersebut di atas adalah rekening Biaya Overhead Pabrix Sesu-gguhnya, Juma’ penjualan Sisa Bahan tersebut adalah sebagai berikut Kas/Piutang Dagang Rp 7.509.000 (1.250 x Rp 6.000) Persediaan Sisa Bahan Ro 7.500.000 Pada akhir periode akuntansi perlu dibuat jurnal penyesuaian (adjusting journal entry) karena adanya persediaan sisa bahan yang belum laku dijual sebanyak 750 +g. Dengan jurnal 154 Bab 5 Blaya Bahan Baku pertama telah dicatat hasil penjualan 2.000 kg sisa bahan, padahal kenyataannya yang telah Firoaligasikan baru 1.250 kg. Oleh karena ity hasil penjualan sisa bahan sebesar Rp 10.000.000 tersebut harus dikurangi sebesar Rp 3.750.000 (750 x Rp 5.000) yaitu jumlah hasil penjualan yang belum direalisasikan, Jumal penyesuaian yang dibuat pada akhir periode akuntansi adalah sebagai berikut: Hasil Penjualan Sisa Bahan Rp 3.750.000 Penghasilan yang Belum Direalisasikan Rp 3.750.000 Pada akhir periode akuntansi juga perlu dibuat jurnal penyesuaian apabila terjadi perbedaan antara taksiran harga jual sisa bahan dengan harga jual sesungguhoya. Dalam periode akuntansi tersebut terdapat selisin harga jual taksiran dengan harga jual sesungguhnya Bebesar Rp 1.000 per kg (Rp 6.000 - Rp 5.000), padahal jumlah sisa bahan yang telah terjual sebanyak 1.250 kg. Oleh karena ity jumiah selisih harga jual adalah sebesar Fip1 250.000 (1.250 kg x Rp 1.000). Jumiah selisih harga jual yang terjadi dalam suatu periode akuntansi Gigunakan untuk menyesuaikan rekening yang semula dikredit pada jural pertama di atas ‘Jurnal penyesuaian karena adanya selisih harga jual adalah sebagai berikut: Persediaan Sisa Bahan Rp 1.250.000 Hasil Penjualan Sisa Bahan Rp 1.250.000 Untuk menyesuaikan rekening hasil penjualan yang semula dikreditkan tertalu kecil Jurnal pencatatan persediaan dan penjualan sisa bahan serta jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi dilukiskan dalam gambar no. 5.20. Neraca yang disajikan pada akhir periode akuntansi akan berisi Persediaan Sisa Bahan sebesar Rp 3.750.000 di kelompok aktiva dengan Penghasilan yang Belum Direalisasikan Sebesar Rp 3.750.000 di kelompok hutang lancar. Hal ini berarti bahwa meskipun dalam kelompok aktiva terdapat kekayaan berupa sisa bahan sebesar Rp 3.750.000, namun kekayaan tersebut belum direalisasikan sampai dengan tanggal neraca tersebut, sehingga dengan kata tain perusahaan pada saat tersebut tidak mempunyai apa-apa. Laporan rugi laba untuk periode ‘akuntans! tersebut menyajikan hasil penjualan sisa bahan sebesar Rp 7.500.000 (Rp 0.000.000 + Rp 1.250.000 - Rp 3.750.000) yaitu jumiah hasil penjualan sisa bahan yang nyata-nyata direalisasikan dari penjualan sisa bahan. Metode Il Perbedaan metode | dan metode Il terletak pada jurnal yang dibuat pada saat sisa bahan diserahkan ke gudang dan penjualannya. Jurnal penyerahan sisa bahan dari bagian Produksi ke bagian Gudang adalah sebagai berikut: Persediaan Sisa Bahan Rp 10.000.000 (2.000 x Rp 5.000) Penghasilan yang Belum Ditealisasikan Fp 10.000.000 155 Bab 5 Blaya Bahan Baku Hasil Penjualan Sisa Bahan Persediaan Sisa Bahan Kas 3.750.000 | 10.000.000 ——) 19.000.000 | 7.500.000} 7.500.000 R/t 7500000 | 1.250.000 <—— 1.250.000 | N 3.750.000 #47.500,000 11.250.000_| 11.250.000 11,250,000 | _11.250.000 7.500.000] 7.500.000 Pendapatan yang Belum Direalisasikan N 3.750.000 | 3.750.000 3.750.000 3.750.000 Gambar 5.20. Jumal Pencatatan Persediaan dan Penjualan Sisa 8ahan serta Jurnal Penyesuaian Adanya Persediaan Sisa Bahan yang Belum Laku Dijual dan Selisih Harga Jura! penjualan sisa bahan: Kas/Piutang Dagang Rp 7.500.000 (1.250. x Rp 6.000) Hasil Penjualan Sisa Bahan Rp 7.500.009 Penghasilan yang Belum Direalisasikan Rp 6.250.00 (1.250 x Rp 5.000) Persadiaan Sisa Bahan Ro 6.250.009 Apabila terdapat persediaan sisa bahan yang belum laku dijual dan terjadi selisih harga jual pada akhir periode akuntansi tidak periu dibuat jurna! penyesuaian seperti pada ™etode | Jurnai-jurnal yang dibuat dalam metode it ini dilukiskan dalam gambar 5 21. Neraca dan laporan rugi laba yang dibuat pada akhir periode dengan metode Il ini akan menyajikan informasi yang sama dengan yang disajikan dengan metode | Produk Rusak (Spoiled Goods) Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk rusak berbeda 166 Bab 5 Biaya Bahan Baku Pendapatan yang Belum Direalisasikan Persediaan Sisa Bahan Hasil Penjualan Sisa Bahan —) 6.250.000 | 10,000.00 —} 10.000.000 | 6.250.000 RM 7.500.000] 7.500.000 N 3.750.000 3.759.000 jeooonce [ommooo eam] voomece | rsco00) _reeo eee kas ; Ly rse0.000 | 7.500.000 Gambar 5.21. Jumnal Pencatatan Persediaan dan Penjualan Sisa Bahan dengan sisa bahan karena sisa bahan merupakan bahan yang mengalami keru proses produksi, sehingga belum sempat menjadi produk, Perlakuan terhadap produk rusak adalah tergantung dari sifat dan sebab terjac ~ya’ an dalam 1. Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu atau faki2r luar biasa yang lain, maka harga pokok produk rusak dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang bersangkutan. Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil penjualannya diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan yang menghasilkan produk rusak tersebut 2. Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses pengolanan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya produk rusak dibebankan kepada produksi secara keseluruhan, dengan cara memperhitungkan kerugian tersetut di dalam tarif biaya overhead pabrik. Oleh karena itu, anggaran biaya overhead pabrik yang akan digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead terdiri dari elemen-elemen terikut ini: Biaya bahan penolong Re Biaya tenaga kerja tak langsung Biaya reparasi dan pemeliharaan Biaya asuransi Biaya overhead pabrik lain Rugi produk rusak (hasil penjualan - harga pokok produk rusak) HH g Biaya overhead pabrik yang dianggarkan Pe. R 157 Bab 5 Blaya Bahan Baku dan tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus berikut ini: Tait biaya overhead pabrk = Bi@¥a overhead pabrik yang dianggarkan Dasar pembebanan Jika terjadi produk rusak, maka kerugian yang sesungguhnya terjadi didebitkan dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Pencatatan Produk Rusak-Jika Produk Rusak Dibebankan Kepada Pesanan Tertentu Contoh 7 PT Eliona Sari berproduksi atas dasar pesanan. Dalam bulan Januari 19X7 perusahaan merierima pesanan pembuatan 1.000 satuan produk A. Karena pesanan ini merupakan pesanan yang membutuhkan ketepatan spesifikasi yang ditentukan pemesan, maka produk rusak yang terjadi dibebankan kepada pesanan ini. Untuk memenuhi pesanan tersebut perusahaan memproduksi 1.100 satuan produk A dengan biaya produksi sebagai berikut: biaya bahan baku Rp 75.000 biaya tenaga kerja langsung Rp 175.000 dan biaya overhead dibebankan atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Pada saat pesanan tersebut selesai dikerjakan ternyata terdapat 109 satuan produk yang rusak, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki. Produk rusak tersebut diperkirakan laku dijual Rp 350 per satuan. Jurnal untuk mencatat biaya produksi untuk mengolah 1.100 satuan produk A adalah sebagai berikut Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 75.000 Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung 175.000 Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 262.500 Persadiaan Bahan Baku Rp 75.000 Gaj dan Upah 175.000 Biaya Overhead yang Dibebankan 262.500 Seandainya 100 satuan produk rusak tidak rusak, maka harga pokok produk A adalzn Rp 466 per satuan (Rp 512.500 : 1.100). Harga pokok produk rusak dibebankan kepada prod. yang baik, sehingga harga pokok produk A yang baik adalah Rp 513 (yaitu Ap $12.00 : 1.00¢ Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil penjualan produk ruse dikurangkan dari biaya produksi yang seluruhnya telah dibebankan kepada produk yang ba” Jurnal untuk mencatat nilai jual produk rusak dan pengurangan biaya produksi pesanan yang bersangkutan adalah sebagai berikut: Persediaan Produk Rusk Rp 35.000 (100 x Rp 350) Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 5.100 Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung 11.925 Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 17.925 158 Bab 5 Blaya Bahan Baku Pembagian nilai jual produk rusak sebagai pengurang terhadap tiap-tiap rekening Barang Dalam Proses tersebut, didasarkan pada perbandingan tiap-tiap elemen biaya tersebut dalam harga pokok produk rusak disajkan dalam gambar 5.22. — Biaya per satuan Total es Harga pokok biaya produksi (1): 1.100 produk rusak Elemen Harga Pokok ———_ ——— Produk a 2 x 100 Biaya bahan baku * Rp _ 75.000 Rp 68 Rp 6.800 Biaya tenaga kerja langsung 175.000 159 15.900 Biaya Overhead pabrik 262.500 239 23.900 Rp 512.500 Rp 466 Rp 46.600 a Gambar 5.22 Pembagian Nilai Jual Produk Rusak Ry kok produk rusak ~ Rp 35.000 Pembagian nitai jual produk rusak adaiah sebagai berkut Barang Dalam Siaya Bahan Baku Barang Dalam Prases-Biaya Tenaga Ker ja Langsung 75% x Fig 18.900 Barang Dalam Prose - Blaya Qvarhead % x Rp 6.800 e " dumlah seharusnya Fp 25.000. Seiisih sebasar Fip 50 karena adanya pembulatan calam ce---u! Jumal pencatatan harga pokok produk jadi adalah sebagai berikut Persediaan Produk Jadi Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Rp 477.500 Rp 69.900 123.075 244.575 159 Bab 5 Blaya Bahan Baku Karena produk rusak diperkirakan masih laku dijual seharga Rp.35.000 maka biaya produksi berkurang menjadi : Rp 477.500 (Rp 512.500 - Rp 35.000), sehingga harga pokok per satuan produk A yang baik adalah sebesar Rp 478 (Rp 477.500 : 1.000). Pencatatan Produk Rusak Jika Keruglan Produk Rusak Dibebankan Kepada Seluruh Produk Contoh 8 PT Eliona Sari berproduksi atas dasar pesanan. Karena produk rusak merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengolahan produk, maka kerugian karena adanya produk ruse sudah diperhitungkan dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik pada awal tahun. Tarif biaya overhead pabrik adalah sebesar 160% dari biaya tenaga kerja langsung, - Pada bulan Januari 19X7, perusahaan menerima pesanan produk B sebanyak 2.000 kg Biaya produksi yang dikeluarkan untuk mengerjakan pesanan tersebut adalah: biaya bahan baku Rp 100.000, biaya tenaga kerja langsung Rp 250.000, dan biaya overhead pabrik Rp 400.000 (160% x Rp 250.000). Setelah pesanan ini selesai diproduksi, ternyata dari 2.300 kg produk selesai yang dihasilkan terdapat 300 kg produk rusak, yang diperkirakan masih dapat laku dijual Rp 200 per kg. Jurnal untuk mencatat biaya produksi untuk mengolah pesanan produk B tersebut adalah: Barang Dalam Proses-Blaya Bahan Baku Rp 100.000 Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung 250.000 Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrk 400.000 Persediaan Bahan Baku Fp 100.000 Gajl dan Upah 250.000 Biaya Overhead Pabrik yang Didebankan 400.000 Karena dalam tarif biaya overhead telah diperhitungkan kerugian produk rusak, maka berarti seluruh produk yang diproduksi akan dibebani dengan kerugian karena adanya produk tusak tersebut. Oleh karena itu, kerugian sesungguhnya yang timbul dari produk rusak didebitkan dalam rekening Biaya Overhead pabrik Sesungguhnya. Dalam contoh ini kerugian karena adanya produk rusak dihitung sebagai berikut: Nilai jual produk rusak 300 x Rp 200, = Rp 60.000 Harga pokok produk rusak 300 x Rp 326 = 97.800 Kerugian produk rusak Rp 37.800 160 Bab 5 Blaya Bahan Baku bd Elemen harga pokok Biaya Total Biaya per satuan Biaya bahan baku Rp 100.000 Rp 43. (Rp 100.000 :2.300) Biaya tenaga kerja langsung 250.000 109 Biaya overhead pabrik 400.000 174 Rp 750.000 Rp 326 Jurnal pencatatan produk rusak dan kerugiannya adalah sebagai berikut: Persediaan Produk Rusak Rp 60.000 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 37.800 ~Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Ro 12.900" Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung 32.700 Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 2.200 * 300 x Rp 43 Jurnal pencatatan produk jadi yang baik adalah sebagai berikut Parsediaan Produk Jai Rp 652.173 . Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 86.000 Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung 218.000 Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 348.000 “2.000 x Ap 43 Produk Cacat (Defective Goods) Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukar tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik. Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperiakukan biaya tamba"~ an untuk pengerjaan kembali (rework costs) produk cacat tersebut. Perlakuan terhadap bia pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan yang telah dibicarakan dalam produk us (spoiled goods). Jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses produksi, tet karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu, maka biaya pengerjaan kembali produk caczt dapat dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan Jika produk cacat merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan produk, ma biaya pengerjaan kembali dapat dibebankan kepada seluruh produksi dengan ca 161 Bab 5 Biaya Bahan Baku memperhitungkan biaya pengerjaan kembali tersebut ke dalam tarif biaya overhead pabrik. Biaya pengerjaan kembali produk cacat yang sesungguhnya terjadi didebitkan dalam rekening Biaya ‘Overhead Pabrik Sesungguhnya. Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat Jika Biaya Tersebut Dibebankan kepada Pesanan Tertentu Contoh 9 PT Rimendi menerima pesanan 100 satuan produk X. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk mengolah produk tersebut adalah: biaya bahan baku Rp 40.000, biaya tenaga langsung Rp 25.000 daa biaya overhead pabrik dibebankan atas dasar tarif sebesar 200% dari biaya tenaga kerja langsung. Setelah pengolahan 100 satuan produk X tersebut selesai, ternyata terdapat 10 satuan produk cacat yang secara ekonomis masih dapat diperbaiki lagi. Biaya-biay2 pengerjaan Kembali 10 satuan produk cacat tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja langsung Rp 5.000 dan biaya overhead pabrik pada taril yang biasa dipakai. Jurnal pencatatan produksi pesanan tersebut dan biaya pengerjaan kembali produk cacat tersebut adaiah sebagai berikut 14. Jurnal pencatatan biaya produksi 100 satuan produk X adaiah sebagai berikut Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 40.000 Barang Dalam Proses-Biaya Tng Kerja Langsung 25.000 Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 50.000 Persediaan Bahan Baku Rp 40.000 Gajidan Upah 25.000 Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan 50.009 2. _ Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat jika biaya tersebut dibebenkan ‘sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan adalah sebagai berikut Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp 5.000 Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 10.000 Gajidan Upah Rp 5.000 Biaya Ovethoad Pabrik yang Dibebankan 10.000 3. Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai adalah sebagai berikut: Persediaan Produk Jadi Rp 130.000 Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 40.000 Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung 30.000 Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrix 60.000 62 Bab 5 Biaya Bahan Baku Pencatatan Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat Jika Biaya Tersebut Dibebankan kepada Produksi Secara Keseluruhan. Contoh 10: Di dalam proses produksi PT Eliona selalu terjadi produk cacat, yang secara ekonomis masih dapat diperbaiki dengan cara mengeluarkan biaya pengeriaan Kembali. Oleh karena itu, pada waktu menentukan tarif biaya overhead pabrik, di dalam anggaran biaya overhead pabrik diperhitungkan di taksiran biaya pengerjaan kembali produk cacat yang akan dikeluarkan selama periode anggaran. Tarif biaya overhead pabrik di tentukan sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung, PT Eliona dalam periode anggaran tersebut menerima pesanan pembuatan 500 satuan produk Y. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk mengolah produk tersebut adalah: biaya bahan baku Rp 100.000, biaya tenaga kerja langsung Rp 124.000. Setelah pengolahan 500 satuan produk Y tersebut selesai, ternyata terdapat 50 satuan produk cacat. Biaya penger- jaan kembali 50 satuan produk cacat tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja langsung Rp 10.000 dan biaya overhead pabrik pada tarit yang dipakai. Jurnal pencatatan biaya produksi pesanan tersebut dan biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah sebagai berikut: 1, Jumal pencatatan biaya produksi 500 satuan produk adalah sebagai berikut: Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 100.000 Barang Dalam Proses-Biaya Tng Kerja Langsung 125.000 Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik 187.500 Persediaan Bahan Baku Rp 100.000 Gaji dan Upah 125.000 Biaya Overhead Pabrk yang Dibebankan 187.500 2. Jurnal pencatatan biaya pengerjaan kembali produk cacat, jika biaya tersebut dibebankan kepada produk secara keseluruhan adalah sebagai berikt Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 25.000 Gajidan Upah Rp 10.000 Biaya Overhead Pabrix yang Dibebankan 15.000 3. Jumal pencatatan harga pokok produk selesai adalah sebagai berikut: Persediaan Produk Jadi Rp 412.500 Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 100.000 i 125.000 Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrk 187.500 RANGKUMAN Menurut prinsip akuntansi yang lazim, semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkannya dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan elemen harga Bab 5 Blaya Bahan Baku pokok bahan baku yang dibeli. Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli yang tercantum dalam faktur dari penjual ditambah biaya angkutan, biaya-biaya pembelian lain serta biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah. Biaya angkutan dapat diperlakukan dengan dua cara: diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli atau diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik Biaya angkutan diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli dengan dasar perbandingan kuantitas, perbandingan harga faktur, atau dengan tarit yang ditentukan dimuka. Dalam memperhitungkan biaya-biaya unit organisasi yang terkait dalam perolehan bahan baku, perusahaan membuat tarif pembebanan biaya pembelian untuk dibebankan kepada bahan baku yang dibeli Bahan baku yang disimpan di gudang berasal dari berbagai pembelian, yang kemungkinan besar mempunyai-harga per satuan yang berbeda dari pembelian yang satu ke pembelian yang lain. Hal ini menimbulkan masalah pemilihan harga pokok per satuan bahan baku yang dipakai dalam produksi. Metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi adalah: metode identifikasi khusus, metode rata-rata bergerak, MPKP, MPKP, metode biaya standar, metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan. Pencatatan persediaan bahan baku dapat dilakukan dengan metode mutasi persediaa atau metode persediaan fisik Sisa bahan merupakan bahan baku yang rusak dalam proses produksi, sehingga dapat menjadi bagian produk jadi. vika sisa bahan tidak mempunyai nilai jual, akibat ya ditimbulkan adalah harga pokok per satuan produk jadi menjadi lebih tinggi. Jika sisa bahan masih mempunyai nilai jual, masalah yang timbul adalah bagaimana memperlakukan hasil pen- jualan sisa bahan tersebut. Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai pengur biaya bahan baku pesanan yang menghasilkan sisa bahan tersebut, sebagai pengurang biay2 overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, atau sebagai penghasilan di luar usaha Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Masalah akuntansi ya timbul dari adanya produk rusak adalah bagaimana memperlakukan kerugian yang timbul czr adanya produk rusak fersebut, Kerugian adanya produk rusak dapat dibebankan kepa pesanan yang menghasilkannya atau diperhitungkan sebagai elemen biaya overhead pabrik Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan namun dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik. Masalah akuntansi yang timbul dari adanya produk cacat adalah bagaimana memperiakukan biaya pengerjaan kemb2 produk cacat tersebut. Biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat dibebankan kepada pesanan yang menghasilkan produk cacat tersebut atau diperiakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik. SOAL LATIHAN 1. Sebutkan definisi bahan baku. Berikan contoh tiga macam bahan baku dalam perusahazn manutaktur. 164 Bab 5 Blaya Bahan Baku 2. Yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli tidak hanya terdiri da~ harga beli bahan baku yang tercantum dalam faktur pembelian saja. Sebutkan biaya-bia, 2 lain yang juga diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli 3. Ada dua perlakuan terhadap biaya angkut yang dikeluarkan dalam pembelian Sebut dan jelaskan kedua perlakuan terhadap biaya angkut bahan baku tersete (+ PT Eliona membelf 4 macam bahan baku seharga Rp 8.200.000 dengan rinci | dan harga cisajikan dalam gambar 5.23. han baku. is Bahan Harga per kg Total H. Rp 3.000 Rp A 000 8 4.000 000 c 2.000 000 D 4.000 000 2.500 Rp 000 sbar §.23 Kuantitas dan Harga Bahan Baku yang Dibeli yerg dibayar untuk keempat jenis bahan baku terse=.t adalzh Dininta: harga pokok bahan baku yang dibeli ters a pokok per kilogram tiap janis bahan baku tersebu: jika biava Gialokasikxan kepada tiap jenis bahan baku tersebut berdasar =n perban- dingan kuantitasnya. c. _ Hitunglah harga pokok per kilogram tiap jenis bahan baku tersebut, ya kutan dialokasikan kepada tiap jenis bahan baku tersebut berdasarkan ¢=-Dandin harga belinya menurut faktur pembelian. % PT Rimendi menganggarkan biaya angkutan untuk tahun anggaran 1S*2Z sebesar Rp 54.000.060. Dalam tahun anggaran tersebut diperkirakan harga faktur ¢2han beku yang akan dibeli sebesar Rp 600.000.000. Data realisasi anggaran tersebut =2'am tahun 19X2 adalah sebagai berikut: Jumiah harga faktur bahan baku yang dibeli Rp 550.000.000 Biaya angkutan yang sesungguhnya dibayar Rp 60.000.000 65 Bab 5 Blaya Bahan Baku Diminta: a. Hitunglah tarit biaya angkutan dalam tahun anggaran 19X2 yang diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku. b. Buatlah jurnal-jurnal berikut ini (1) Pembebanan biaya angkutan kepada bahan baku yang dibeli dalam tahun 192 (2) Pencatatan biaya angkutan yang sesungguhnya dibayar dalam tahun 19X2 (3) Penutupan selisih biaya angkutan yang dibebankan berdasar tarif dengan biaya angkutan sesungguhnya dalam rekening Biaya Angkutan ke rekening Harga Pokok Penjualan. 6. Sebutkan 6 metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi. 7. Sebut dan jelaskan fungsi masing-masing unit organisasi yang terk2it dalam prosedur permintaan dan pengeluaran bahan baku. 8 Sebut dan jelaskan dua metode pencatatan biaya bahan baku yeng dipakai dalam produksi. - PT Eliona merupakan perusahaan manutaktur. Data mutasi persediaan salah satu jenis bahan baku yang digunakannya adalah sebagai berikut: Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 April 19X1 terdiri dari. 700 kg @ Rp 2.000 = Rp 1.400.000 300 kg @ Rp 2.400 = Rp 720.000 Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan April 191 disajikan dalam gambar 5.24. a a Kuantitas Harga bell Tgl Transaksi kg per kg Jumian 5/4 Pemakaian 600 10/4 Pembelian 1.500 Rp 2.300 15/4 Pembelian 1.000 Rp 2.500 20/4 Pemakaian 1.200 Jumlah pembelian Gambar 5.24 Data Transaksi Pembelian Diminta: a Buatlah jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku tanggal 5 April 19X1, jika per- usahaan menggunakan metode MPKP dan metode mutasi persediaan dalam 166 Bab 5 Blaya Bahan Baku 10. W 12. 13. 14, 15. pencatatan biaya bahan baku. b. —_Hitunglah jumlah biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi dalam bulan April 19X1, jika perusahaan menggunakan metode MTKP dan maetode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan baku. c. _ Hitunglah harga pokok persediaan bahan baku pada akhir bulan, jika perusahaan menggunakan metode rata-rata tertimbang dan metode persediaan fisik dalam pencatatan biaya bahan baku. PT Rimendi menggunakan metode biaya standar dalam pencatatan biaya bahan bakunya. Harga standar bahan baku yang ditetapkan untuk tahun 19X2 adalah sebesar Rp 3.000 per kilogram. Dalam tahun 19X2, jumlah bahan baku yang dibeli adalah 4.500 kg. Harga sesungguhnya bahan baku yang dibeli dalam tahun 19X2 adalah Rp 2.750 per kg. “Diminta: a. Buatlah jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dalam produksi untuk tahun 19X2. b. _Hitung selisih harga standar dengan harga sesungguhnya bahan baku yang dibeli dalam tahun 19X2. Jelaskan sisa bahan dan perlakuan akuntansi terhadap hasil penjualan sisa bahan. Jelaskan produk rusak dan perlakuan akuntansi terhadap kerugian yang timbul dari adanya produk rusak tersebut Jelaskan produk cacat dan perlakuan akuntansi terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat tersebut. Masalah akuntansi yang timbul dari adanya sisa bahan adalah bagaimana memperlakukan kerugian akibat adanya sisa bahan tersebut. Setujukan anda dengan pernyataan tersebut ? Jelaskan jawaban anda Masalah akuntansi yang timbul dari adanya produk cacat adalah bagaimana mempertakukan hasil penjualan produk cacat tersebut. Setujukah anda dengan pemyataan tersebut ? Jelaskan jawaban anda SOAL PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang benar di antara empat pilihan jawaban yang terasedia dengan cara ‘melingkari huruf di muka pilihan jawaban yang saudara anggap benar tersebut. Manakah di antara definisi bahan baku berikut ini yang benar? ‘A. Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk. B. Bahan baku adalah semua bahan yang dimasukkan dalam produksi. C. Bahan baku adalah bahan yang menjadi bagian menyeluruh produk jadi. 67 Bab 5 Blaya Bahan Baku D. Bahan baku adalah bahan yang nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produk jadi. 2. Manakah di antara catatan persediaan bahan berikut ini yang diselenggarakan di bagian Akuntansi Persediaan ? A. Kartu Persediaan B. Kartu Gudang C. Kartu Barang D. Kartu Harga Pokok 3. Manakah di antara pernyataan berikut ini yang benar ? A. Jika dalam pembelian bahan baku, pemasok memberikan potongan tunai (cash discount), maka potongan tunai ini tidak diperlakukan sebagai pengurang harga pokok bahan baku yang dibeli, melainkan dicatat sebagai penghasilan di luar usaha B. _ Harga pokok bahan baku yang dibeli hanya terdiri dari harga yang tercantum dalam faktur dari penjual saja. C. _ Biaya angkutan bahan baku dapat diperlakukan dengan dua cara: sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli atau sebagai elemen biaya overhead pabrik D. _ Harga pokok bahan baku yang diimpor terdiri dari harga yang tercantum dalam ta¥tur dari penjual ditambah dengan asuransi laut dan biaya angkutan laut. 4. Catatan yang digunakan oleh bagian Gudang untuk mencatat mutasi persediaan bahan baku yang disimpan di gudang adalah: A. Kartu Persediaan dan faktur dari penjualan B. Kartu Gudang dan Kartu Barang. C. Buku Jurnai Pembelian dan Kartu Persediaan, D. _ Laporan Penerimaan Barang dan Surat Order Pembelian. 5. Unit organisasi dalam perusahaan berikut ini yang seringkali biayanya diperhitungkan da am harga pokok bahan baku yang dibeli, kecuali. A. Bagian Pembelian. B. _Bagian Penerimaan. ©. Bagian Gudang. D. Bagian Pemasaran. 6. Jika biaya-biaya unit organisasi yang terkait dalam pembelian bahan baku diperhitungkan ke dalam harga pokok bahan baku bedasarkan tarif, jurnal untuk mencatat pembebanan biaya pembelian ke harga pokok bahan baku yang dibeli adalah: A. Persediaan xx Biaya Bagian Pembelian yang Dibebankan xx B. _ Biaya Bagian Pembelian yang Dibebankan xx Kas xx C. _ Biaya Bagian Pembelian yang Dibebankan Xx Persediaan xx, 168 Bab 5 Blaya Bahan Baku 7 10. D. Persediaan x Kas xx Jika biaya angkutan diperlakukan tidak sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeti, melainkan sebagai elemen biaya overhead pabrik, jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya angkutan yang sesungguhnya dibayar adalah: A. Biaya Angkutan x Kas xx 8B. Baya Overhead Pabrik Sesungguhnya x Kas xx Cc. Persediaan Bahan Baku XK Kas + xx D. Persediaan Bahan Baku xx Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan x Jika biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berda- sarkan tarit yang ditentukan dimuka, jurnal untuk mencatat biaya angkutan yang sesungguhnya dibayar oleh perusahaan adalah: A. Biaya Angkutan xx Kas x 8. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx Kas xx C. Persediaan Bahan Baku xx Kas xx . Persediaan Bahan Baku x Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xx PT Eliona memperhitungkan biaya angkutan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Jika jumlah biaya angkutan sesungguhnya dalam suatu periode akuntansi lebih kecil dari jumlah biaya angkutan yang dibebankan atas dasar tari dalam periode yang sama, jurnal untuk menutup besarnya selisih tersebut ke dalam rekening Harga Pokok Penjualan adalah A. Harga Pokok Penjualan x Biaya Angkutan xx 8. Biaya Angkutan xx Harga Pokok Penjuatan x C. Baya Angkutan xx Kas x D. _ Persediaan Bahan Baku xx Biaya Angkutan x Jika bahan baku diimpor dan dikirim lewat laut dengan harga C.1 & F, maka: ‘A. Biaya asuransi laut menjadi tanggungan pembeli.

You might also like