You are on page 1of 72
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN Nomor : P. 6/PKTL/SETDIT/KUM.1/11/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGAMBARAN DAN PENYAJIAN PETA LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN, Menimbang a. bahwa berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.3/VII-IPSDH/2014 telah ditetapkan Petunjuk ‘Teknis Penggambaran dan Penyajian Peta Kehutanan; bahwa untuk menyeragamkan teknik penggambaran dan penyajian peta-peta yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perlu menyempurnakan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.3/VII-IPSDH/2014 sebagaimana dimaksud pada huruf a; bahwa berdasarkan pertimbangan _sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan kembali Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan tentang Petunjuk Teknis Penggambaran dan Penyajian Peta Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214); 10. ql. 3 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393); Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 78); Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun. 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 17); Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1 : 50,000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 28); Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 113); Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 713); Menetapkan 12. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 251/Kpts-VII/1999 tentang Pedoman Pengolahan dan Penyajian Data Digital SIG Untuk Keperluan Pembangunan Kehutanan dan Perkebunan; MEMUTUSKAN : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGAMBARAN DAN PENYAJIAN PETA LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Pasal 1 Petunjuk ‘Teknis Penggambaran dan Penyajian Peta Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. Pasal 2 Petunjuk Teknis ini sebagai acuan bagi Unit Kerja Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pusat dan Daerah dalam penggambaran dan penajian peta lingkungan hidup dan kehutanan. Pasal 3 Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka Keputusan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor P.3/VII- IPSDH/2014 tentang Petunjuk Teknis Penggambaran dan Penyajian Peta Kehutanan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 November 2017 Salinan sesuai dengan aslinya Pit, DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI Kepala Bagian Hukum KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN, dan Kerjasama Teknik, ted, ENDI SUGANDI YUYU RAHAYU NIP. 19651123 199803 1 005 NIP. 19581030198203 1 004 LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN NOMOR P.6/PKTL/SETDIT/KUM. 1/11/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGAMBARAN DAN PENYAJIAN PETA LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PETUNJUK TEKNIS PENGGAMBARAN DAN PENYAJIAN PETA LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BABI PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menjalankan tugas dan fungsinya sangat membutuhkan peta yang merupakan sumber informasi dalam pengelolaan sumber daya alam, khususnya di bidang lingkungan hidup dan kehutanan. Kompleksnya permasalahan dalam pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan menuntut ketersediaan informasi yang komprehensif, relevan, akurat, dan terkini. Informasi tersebut harus diperbaharui secara teratur agar tidak menimbulkan bias pada saat digunakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan hutan dan lingkungan. Peta tema sumber daya alam yang ada saat ini bervariasi, baik sumber data, informasi maupun skalanya. Dalam penggambaran dan penyajian petanya masih dijumpai adanya hal-hal yang belum sesuai dengan kaidah pemetaan serta ketentuan yang berlaku. Penggambaran skala peta masih ada yang belum sesuai dengan aturan penggunaan peta dasar dan skala yang tercantum pada peta tidak sesuai dengan ukuran sebenarnya. Penyajian informasinya juga masih menggunakan simbol yang berbeda-beda. Untuk itu perlu disusun pedoman penggambaran dan penyajian peta lingkungan hidup dan kehutanan yang dapat digunakan oleh semua institusi terkait. B. Maksud... B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Petunjuk Teknis adalah sebagai pedoman bagi pembuat peta lingkungan hidup dan kehutanan, sehingga informasi yang disajikan mudah dipahami, digunakan, dan diintegrasikan. Tujuan Petunjuk Teknis ini adalah untuk menyeragamkan teknik penggambaran dan penyajian peta-peta yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan beserta seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) - nya; Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi lingkungan hidup dan kehutanan; serta Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Usaha Lain yang bidang usahanya terkait dengan kegiatan bidang lingkungan hidup dan kehutanan. C. PENGERTIAN 1. Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan dan diproyeksikan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. 2. Peta dasar adalah peta yang menyajikan unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di permukaan bumi, digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala, penomoran, proyeksi dan georeferensi tertentu. 3. Peta tematik adalah peta yang menyajikan dan berisi informasi tertentu, dimana kerangka petanya menggunakan peta dasar tertentu yang telah memiliki dasar yang jelas sumbernya serta legal. 4. Peta lingkungan hidup dan kehutanan adalah peta yang bertemakan mengenai lingkungan hidup, hutan dan kehutanan. 5. Peta lingkungan hidup dan kehutanan yang berkekuatan hukum adalah peta tema lingkungan hidup, hutan dan kehutanan yang dibuat, diperiksa dan disahkan oleh pejabat yang berwenang. 6. Petunjuk... 10. 11, 123 13. 14. Petunjuk Teknis Penggambaran dan Penyajian Peta Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah pedoman dalam penggambaran dan penyajian peta lingkungan hidup dan kehutanan secara manual dan digital. Skala peta adalah angka perbandingan antara jarak dua titik di atas suatu peta dengan jarak sebenarnya di muka bumi. Format peta adalah tata letak isi peta berdasarkan pembagian geografis yang sudah dibakukan. Pada pemetaan digital format peta merupakan ukuran frame yang akan terkait dengan cakupan wilayah yang akan dipetakan. Data digital adalah data dalam bentuk atau format yang dapat dibaca komputer, yang terdiri dari data spasial dan non spasial. Data spasial adalah data suatu objek atau kejadian terkait dengan aspek keruangannya mencakup lokasi, letak dan posisinya Data non spasial (atribut) adalah data yang menerangkan data keruangan yang disertainya. Sistem proyeksi Transverse Mercator adalah sistem proyeksi yang bidang proyeksinya berbentuk silinder dengan sumbu silinder terletak pada bidang ekuator atau membentuk sudut 90 derajat dengan sumbu bumi. Koordinat adalah bilangan yang dipakai untuk menunjukkan lokasi suatu titik dalam garis, permukaan, atau ruang Sistem koordinat Universal Transverse Mercator (UTM) adalah sistem koordinat universal yang meliputi seluruh dunia kecuali daerah kutub, dan didasarkan pada 60 (enam puluh) zone, mempunyai lebar setiap zone 6° bujur dan 8° lintang, dimulai dari 80° Lintang Selatan sampai dengan 84° Lintang Utara dan dimulai dari -180° Bujur Barat sampai dengan 180° Bujur Timur (kecuali pada 72° sampai dengan 84° lintang utara lebar setiap zona 6° sampai dengan 12°). 15. Spheroid... 15. 16. 17. 18. 19, 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 4. Spheroid adalah acuan ketinggian berdasarkan pengukuran dan perhitungan geodetik. Kodifikasi adalah pemberian kode baku pada data spasial digital yang berguna untuk membaca maupun berkomunikasi antar pengguna, penyumbang maupun pengelola data spasial. Sistem referensi adalah sistem acuan atau pedoman tentang posisi suatu objek pada arah horisontal dan arah vertikal. Layer adalah representasi visual dari data geografis pada peta digital. Georeferensi adalah proses penempatan objek berupa vector/raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem koordinat dan proyeksi tertentu. Edgematching adalah proses penyatuan lembar peta yang bersebelahan. Data vector adalah data yang menampilkan pola keruangan dalam bentuk titik, garis, kurva atau poligon. Grid adalah garis sejajar lintang dan bujur (pada sistem koordinat latitude /longitude). Data raster adalah data yang menampilkan sisi ruang bumi dalam bentuk pixel (picture element) yang membentuk grid/petak dan dihasilkan dari data penginderaan jauh. Vertex adalah pasangan koordinat yang bersama-sama dengan vertex lainnya saling terhubung dan membentuk sebuah garis/poligon. ‘Topologi adalah proses penyusunan struktur data spasial dengan data atribut yang setiap karakteristik data mempunyai aturan (rule) tertentu. Geodatabase adalah sebuah database yang menyimpan, mengelola suatu data, informasi geografis dan data keruangan lainnya. Inset... 27. 28. 29. 30. 31 833 34. 35. Inset peta adalah sebuah peta tambahan yang mempunyai ukuran lebih kecil dan memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta utama. Anotasi adalah catatan yang dibuat untuk menerangkan isi peta Datum adalah acuan untuk mendefinisikan geometri ellipsoid bumi serta orientasi sumbu koordinat terhadap tubuh bumi yang diukur menggunakan metode satelit. Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. . Nomor Lembar Peta adalah nomor urut pada lembar peta berseri. 32. Citra Penginderaan Jauh adalah hasil gambar dari proses rekaman suatu objek dipermukaan bumi tanpa kontak fisik dengan menggunakan alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit dan lain-lain. Pembuat peta lingkungan hidup dan kehutanan adalah instansi lingkungan hidup dan kehutanan, instansi pemerintah terkait atau pihak lain yang karena tugas dan fungsinya perlu membuat peta lingkungan hidup dan kehutanan, Pemeriksa peta lingkungan hidup dan kehutanan adalah pejabat instansi lingkungan hidup dan kehutanan yang karena tugas dan fungsinya bertanggung jawab terhadap kebenaran teknis mengenai peta lingkungan hidup dan kehutanan beserta isi peta sesuai dengan temanya. Pengesah peta lingkungan hidup dan kehutanan adalah pejabat instansi lingkungan hidup dan kehutanan yang karena tugas dan fungsinya berwenang mengesahkan peta lingkungan hidup dan kehutanan yang telah diperiksa. D. RUJUKAN... D. RUJUKAN TEKNIS 1, SNI 6502:2010 tentang Spesifikasi penyajian peta rupa bumi (bagian 1 1:10.00, bagian 2 1:25.00, bagian 3 1:50.000, bagian 4 1:250.000) Perka BIG 29/2013 tentang Standar Pemrosesan Data Geospasial Perka BIG 2/2012 Tata Cara Pengumpulan Data Geospasial Perka BIG 15/2013 tentang Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 Perka BIG 5/2014 tentang Penyelenggaraan Informasi Geospasial ‘Tematik Perizinan Sektoral ArcGIS Simbology Library -7- BAB II GAMBARAN UMUM PENYAJIAN PETA Penggambaran peta merupakan suatu proses dalam menyajikan informasi mengenai keadaan permukaan bumi pada bahan kertas atau media lainnya termasuk media elektronik menurut kaidah kartografis. Prosesnya dimulai dari mengolah data, merancang peta yang meliputi bentuk simbol/tanda, tata letak peta, isi peta, generalisasi, dan melaksanakan penggambaran sampai dengan penggandaaan dan dokumentasinya. A. PETA DASAR Mengacu pada Undang Undang Nomor 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, pemakaian peta dasar utama yang digunakan harus bersumber pada Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), Peta Lingkungan Pantai Indonesia dan Peta Lingkungan Laut Nasional untuk semua skala peta Tabel 1. Penggunaan skala peta dasar dalam pembuatan peta lingkungan hidup dan kehutanan a Peta dasar cou ia es | Skala peta ang de 1. Provinsi di P. Sumatera 1 : 25.000, 1 : 50.000 RBI 2. Provinsi di P. Jawa 1: 25.000 RBI 3. Provinsi Bali 1: 25.000 RBI 4. Provinsi NTB 1: 25.000 RBI 5. Provinsi NTT 1: 25.000 RBI 6. Provinsi di P. Kalimantan 1: 50.000 RBI 7. Provinsi di P. Sulawesi 1: 25,000, 1 : 50.000 RBI 8. Provinsi di P. Maluku 1: 25.000, 1: 50.000 RBI 9. Provinsi di P. Papua 1: 50.000 RBI 10. Wilayah Nasional 1: 250.000 RBI 11. Wilayah yang tersedia Peta 1: 10.000 RBI Dasar (misal: Peta daerah bencana) B. SKALA PETA Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Kehutanan, penyajian peta tematik kehutanan, disesuaikan dengan tujuan penggunaan dan cakupan wilayahnya seperti tercantum pada Tabel 2. Untuk suatu hamparan wilayah dengan luasan terlalu kecil untuk digambarkan dalam skala tertentu maka hamparan wilayah tersebut dapat digambarkan dengan simbol titik yang besarnya disesuaikan dengan ukuran lembar peta dan memperhatikan estetika penyajian peta (kaidah kartografis). ‘Tabel 2. Tujuan Penggunaan dan Cakupan Wilayah [No | Tujuan Penggunaan dan skala Contoh peta 1. | Pemandangan Peta Wilayah Negara Peta Pemandangan Indonesia skala 1 : 2.500.000. Peta Kawasan Konservasi Indonesia Peta cakupan Pulau Peta Potensi Sumber Daya Hutan skala 1 : 500.000 s/d 1 Pulau Kalimantan 1.000.000 2. | Perencanaan Perencanaan Lingkup Nasional Skala 1 : 1.000.000 Peta Rencana Nasional Kehutanan Tingkat Perencanaan Lingkup Provinsi skala 1 : 250.000 Peta Penunjukkan Kawasan Hutan Peta Perkembangan Hasil Penataan Batas Perencanaan Lingkup Kabupaten skala 1 : 100.000 skala 1 : 50.000 Peta Rencana Rehabilitasi Kawasan Hutan Perencanaan ‘Tingkat_ Unit Pengelolaan Skala 1 : 50.000 - Peta Rencana Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Peta Areal Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan Skala 1: 1.000 s/d 1: 10.000 Data berdasarkan hasil lapangan - Peta izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Skala 1 : 10.000 atau 1 : 25.000 - Peta Tata Batas Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Skala 1 : 25.000 s/d 1 : 250.000 = Peta Rencana Kerja Umum (RKU) Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu | ((UPHHK) - Peta Areal Kerja Taman Nasional Gunung Gede Pangrango - Peta Areal Kerja/Working Area (WA) IUPHHK - Hutan Alam (HA)/Hutan ‘Tanaman (HT) Peta Potensi Sesuai dengan peta dasar yang tersedia ~ Peta Penutupan Lahan - Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) - Peta Neraca SDH - Peta Ekoregion Darat - Peta Sebaran Sumber ASDG Benih dan Peta Indikatif Skala 1 : 250.000 - PIPPIB - PIAPS - Peta Zona Benih - Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Indikatif Peta Situasi Skala Nasional : < 1 : 20.000.000 Skala Provinsi/Pulau 1 1.000.000 s/d_ 1 : 20.000.000 Skala Kabupaten > 13 1.000.000 | Keterangan : 1, Skala peta tematik dibuat berdasarkan peta dasar yang tersedia 2. Untuk skala peta tematik yang lebih besar dari skala peta dasar yang tersedia, dibuat dalam bentuk peta inset sesuai dengan ukuran sebenarnya di lapangan. C. UKURAN LEMBAR DAN FORMAT PETA Untuk memudahkan penggunaan dan pembacaan peta yang dibuat, maka ukuran lembar peta menjadi sangat penting untuk diperhatikan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Panjang dan lebar lembar peta yang dibuat pada kertas ukuran besar menggunakan 3 format, yaitu : a. 90 cm x 51 cm (skala < 1 : 250.000) b. 80 cm x 75 em (skala 2 1 : 50.000, untuk peta dengan tanda tangan para pihak) c. 80 cm x 60 em (skala > 1 : 50.000) 2. Sistem proyeksi peta untuk wilayah Indonesia digunakan ‘Transverse Mercator™ dengan sistem koordinat Universal Transverse Mercator (UTM). 3. Koordinat geografis pada setiap lembar peta terdiri dari koordinat bujur timur (BT) dan lintang selatan (LS)/lintang utara (LU). D. INFORMASI... -10- D. INFORMASI TEPI Informasi tepi merupakan keterangan yang dicantumkan pada setiap lembar peta agar pembaca peta dengan mudah memahami isi dan arti dari informasi yang disajikan. Informasi tepi antara lain memuat : 1. Informasi Umum yang meliputi judul peta, skala peta (skala angka dan skala bar), arah utara, catatan proyeksi, angka/nilai koordinat, legenda/keterangan, dasar pembuatan peta, sumber data, catatan, peta situasi, tanda tangan/legalitas, logo dan nama _instansi penerbit peta dan tahun pembuatan. 2. Informasi Khusus (informasi tambahan) yang meliputi nomor/tanggal surat (khusus peta yang merupakan lampiran surat), dan nomor lembar peta, (khusus peta berseri) -11- BAB IIL PENGGAMBARAN DAN PENYAJIAN PETA Penggambaran dan penyajian peta yang dilaksanakan secara digital dan manual adalah sebagai berikut : A. MERANCANG PETA Merancang peta adalah menata bentuk dan penampilan peta secara keseluruhan yang meliputi isi peta, skala peta, ukuran dan pembagian lembar, dan informasi tepi Isi peta tergantung dari unsur data dan informasi yang akan disajikan sesuai tema atau judulnya. Ukuran lembar peta dan tata letak informasi tepi dibuat dengan memperhatikan aspek keseragaman dan keseimbangan penampilan. 1. Ukuran dan Pembagian Lembar Peta Ukuran dan pembagian lembar peta harus memperhatikan bentuk dan luas wilayah yang dipetakan misalnya menggunakan koordinat geografis, batas pulau, batas provinsi dan batas lainnya. a. Ukuran Lembar Peta Panjang dan lebar sisi peta yang diukur dari tepi saling tegak lurus dengan ukuran peta pada skala sama dengan atau lebih kecil 1 : 250.000 menggunakan frame indeks RBI 250.000, pada skala sama dengan atau lebih besar 1 ; 100.000 menggunakan frame indeks RBI 50.000, atau dengan ukuran sebagaimana tabel 3, pada penggunaan ukuran kertas Al custom. Ketentuan interval grid pada skala 1 : 250.000 adalah 20 menit, skala 1 : 100.000 adalah 10 menit, skala 1 : 50.000 adalah 5 menit dan skala 1 : 25.000 adalah 2 menit 30 detik. Pengecekan... -12- Pengecekan kesesuaian jarak antar grid pada skala tertentu dapat menggunakan penggaris ukur yaitu: - Skala 1 : 250.000 dengan interval 20 menit jarak antar grid + 14,6 cm. - Skala 1 : 100.000 interval 10 menit, skala 1 : 50.000 interval 5 menit dan skala 1 : 25.000 interval 2 menit 30 detik menggunakan jarak antar grid + 18,5 cm. Apabila pembuatan layout peta dilakukan pada ukuran kertas lebih kecil dari Al custom disesuaikan secara proporsional dan harus memuat angka/nilai grid 2 - 3 pada setiap sisi (garis bujur dan garis lintang). Tabel 3. Pengaturan Format Layout Peta No. | Format Skala 1 : 250.000 Skala 1 : 50.000 1_| Ukuran Kertas 90 cm x 51cm 80 cm x 60cm t | 2 | Ukuran Isi Peta 66,65 cm x 44,49] 55,60 cm x 55,60 I cm cm 3 | Ukuran Informasi Tepi | 16,50 cm x 44,49/16,50 cm x 55,60 cm cm 4__| Jarak Antar Frame lem lem 5_| Interval antar Grid 20 menit, + 14,6 cm_| 5 menit, + 18,5 cm Khusus layout peta yang ditandatangani oleh para pihak, ukuran lebar kertas ditambah 15 cm sebagai kolom tanda tangan, b. Pembagian ... “13. b. Pembagian lembar peta Pembagian lembar peta dengan format indeks RBI yang dibuat berdasarkan pembagian geografis menurut proyeksi Transverce Mercator™ dengan sistem koordinat UTM atau ukuran sebagaimana yang sudah disebutkan di atas. Hal ini untuk memudahkan apabila peta tersebut ditumpangsusunkan dengan peta tema lainnya pada wilayah yang sama. Sistem pembagian dan penomoran lembar peta sesuai dengan format indeks RBI seperti pada Gambar 1. |__ el —s;—_} Gambar 1. Pembagian Lembar Peta Berseri Berdasarkan Indeks RBI Untuk penomoran lembar yang bukan indeks RBI dibuat dari nomor lembar terkecil sampai yang terbesar sesuai arah jarum jam, seperti pada gambar 2. Gambar 2. Pembagian Lembar Peta Bukan Indeks RBI 2. Inset Peta Inset peta dapat dilakukan apabila: 1, Hanya mengakomodir areal yang sangat jauh dan sulit jika dipetakan dalam satu lembar. 2. Ukuran lembar peta yang diinset kurang dari 30 % ukuran lembar peta normal. 3. Skala yang digunakan lebih kecil, sama, atau lebih besar (khusus penggambaran objek tematik) dengan peta induk. 4. Tersedia ruang pada isi peta induk Inset peta dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : 1, Inset yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi relative dari wilayah yang tergambar oleh peta utama. Inset ini memiliki skala lebih kecil dari pada peta utama yang menjelaskan letak atau hubungan antara wilayah pada peta utama dengan wilayah lainnya yang berada di sekeliling wilayah yang terdapat pada peta utama tersebut (contoh : peta situasi). 2. Inset... -15- 2. Inset yang berfungsi memperbesar atau memperjelas sebagian kecil wilayah yang terdapat pada peta utama. Inset seperti ini memiliki skala lebih besar daripada peta pokok atau peta utama. Penyajian inset peta yang lebih besar dari skala peta induk dapat dilakukan dengan : a. Jika menggunakan hasil pengukuran lapangan, maka peta langsung digambarkan sesuai_skala__hasil pengukuran. INSET PETA Skala 1 : 5.000 b, Jika peta dasar pada lokasi dan skala tersebut tidak tersedia, maka pembesaran dapat dilakukan dengan mencantumkan judul “indikatif” serta “pembesarannya”. Contoh peta induk skala 1 : 50.000 INSET PETA Indikatif Lokasi PT. X Pembesaran 10 kali Skala 1 : 5.000 3. Inset yang berfungsi untuk menyambung wilayah pada peta utama. Inset ini memiliki skala sama besar dengan peta utama yang disambung. Fungsi menyambung ini bertujuan untuk menggambarkan wilayah pada peta utama yang terpotong karena keterbatasan pada media kertas atau halaman dan menggambar wilayah yang terpancar. -16- Contoh layout peta Inset dapat dilihat pada gambar 3. (CONTOH TATA LETAK PETA INSET Gambar 3. Contoh Layout Peta Inset 3. Isi Peta Isi peta merupakan obyek utama yang terkait dengan maksud dan tujuan dari pembuatan peta yang ditekankan pada pembuatan peta tematik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggambaran isi peta antara lain : a. Generalisasi Generalisasi_ pada kartografi. adalah = memilih dan menyederhanakan penyajian unsur-unsur permukaan bumi di atas peta yang berhubungan dengan skala dan tujuan peta yang akan dibuat. Generalisasi... -17- Generalisasi diperlukan karena padatnya isi peta oleh reduksi skala dan terbatasnya kemampuan mata dalam melihat ukuran minimum pada peta. Pada dasarnya generalisasi dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Generalsasi geometrik, yaitu lebih pada penyederhanaan bentuk. 2. Generalisasi_ konsepsual, yaitu. lebih kepada penyederhanaan subjek yang dipetakan (dilakukan oleh orang yang mengerti tentang konsep unsur yang digambarkan). Contoh : untuk peta tanah (soil map) bila terdapat 20 macam klas tanah akan disederhanakan klas tanahnya pada peta yang lebih kecil skalanya. Misalnya menjadi 8 Klas tanah yang ada hubungannya satu sama lainnya. Hal ini tentu saja hanya seorang ahli tanah yang dapat mengerjakan. Aspek-aspek generalisasi yang dilakukan pada pembuatan peta tematik meliputi * pemilihan unsur yang akan digambarkan tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan peta tematik tersebut; * Penyederhanaan unsur yang terlalu kecil dan sulit disajikan, misalnya bangunan disajikan dalam bentuk simbol; * Penghilangan (omittance) beberapa unsur dari peta dasar tidak dilakukan secara berlebihan yang akan mengakibatkan informasi atau isi peta menjadi tidak jelas, minimal memuat informasi perairan dan namanya, jalan, dan nama kota/pulau/gunung; Eksagerasi... -18- + Eksagerasi atau pembebasan dalam penyajian suatu unsur pada peta yang dihubungkan dengan ukuran sebenarnya dalam skala tertentu, misalnya penebalan garis jalan yang tergambar terlalu kecil di peta; * Pergeseran (displacement) akibat eksagerasi perlu dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih antar unsur di peta. Pergeseran dilakukan tergantung pada penting tidaknya suatu unsur. * Menitik-beratkan (emphasizing isi peta harus direduksi sesuai dengan yang dikehendaki, setelah itu detail yang kurang penting dihilangkan dan detail penting ditonjolkan atau digambar sesuai skala + Kombinasi : mengkombinasikan beberapa unit yang berbeda ke dalam satu symbol, sehingga bentuk utama akan tetap terlihat. Misalnya kombinasi beberapa bangunan ke dalam satu simbol. * Klasifikasi : penyederhanaan beberapa tipe dari unsur alam maupun unsur buatan manusia dengan cara _membuat klasifikasi, misalnya klasifikasi jalan, klasifikasi hutan, dan sebagainya Berikut ini beberapa contoh dari hasil proses generalisasi yang dilakukan, antara lain : * Untuk Peta Daerah Aliran Sungai (DAS), unsur topografi, garis kontur dan pola aliran sungai harus digambarkan lengkap. Tetapi unsur jalan atau pemukiman_ perlu disederhanakan atau ada bagian-bagian yang dihapuskan. -19- + Dalam membuat Peta Kerapatan Penduduk, unsur topografi, garis kontur tidak perlu digambarkan, pola aliran sungai disederhanakan, pemukiman dan batas administrasi pemerintahan harus digambarkan secara jelas. b. Simbol Simbol disesuaikan dengan karakteristik unsur-unsur yang digambarkan di dalam penyajian peta. Simbol sangat terkait dengan sumber peta yang digunakan. Secara spesifik pembuatan simbol harus sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan simbol-simbol yang lain agar tidak terjadi kesamaan atau kemiripan. Hal ini untuk menghindarkan terjadinya salah tafsir dari maksud dan tujuan simbol tersebut. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan simbol : * Bentuk dan ukuran harus representatif, konsisten, sederhana dan disesuaikan dengan ruang peta. * Sebelum menetapkan suatu simbol, terlebih dahulu dibuat model/bentuk petanya dengan memperhatikan segi keindahan peta secara keseluruhan. * Gambar simbol mengikuti pola/tata letak yang teratur dan rapi. * Gambar simbol yang memotong informasi _ain, penempatannya dialihkan pada bagian yang kosong, schingga tidak saling tumpang tindih, Misalnya simbol kota yang memotong sungai, penempatannya digeser. * Dalam membuat symbol harus memperhatikan ; bentuk, ukuran, kepadatan, arah, nilai, warna dan lokasi atau posisi Contoh penggambaran simbol pada peta dapat dilihat pada gambar 4-9. +6 wep ‘g ‘2, ‘9 ‘g requien eped yey redep ueSue19y ¥e9] wIE Uep eUTEU UBJeduIOUad YoIUOD pohunsieb-aiet yeep ettep lenin “p requrep ye) uvmyeBued ueBuep joquis ederoqoq yowwoD Vi 7 (ncaa | a. & oo) eesoee if - i i aide i ry! | | a reE = 3 f SS SS! fal oe oi 3 [ a 3 | i iy ee 3 i # i a Gambar 7. Gambar 8. PENEMPATANHARGA KONTUR AGRA KETNGUN DA KA GING Gambar 9. -24- 4. Informasi Tepi Informasi tepi memuat hal-hal sebagai berikut: 1 Judul Peta Judul peta dibuat secara singkat dan jelas serta sesuai dengan tema peta. Antara isi peta dan judul harus ada hubungan yang jelas, terutama unsur-unsur yang disajikan. Panjang dan Luas Objek Panjang dan Luas Objek hanya dicantumkan untuk peta skala operasional, sedangkan untuk peta skala nasional atau provinsi cukup judulnya saja. Perhitungan luas menggunakan sistem koordinat UTM. Pencantuman angka panjang menggunakan satuan meter (m), sedangkan angka luas adalah sebagai berikut: a, Luas 2 500 hektar ditulis dalam satuan hektar (ha), tanpa angka di belakang koma, b. Luas 50 hektar s/d < 500 hektar, ditulis dalam satuan hektar (ha), dengan 2 (dua) angka di belakang koma, c. Luas < 50 hektar, dalam hektar (ha), dengan 3 (tiga) angka di belakang koma Skala Peta Pada setiap lembar peta harus mencantumkan skala numerik (dalam angka) dan skala bar (dalam bentuk garis). Khusus peta situasi hanya menggunakan skala angka. Arah Utara Arah utara dalam peta digambarkan dengan simbol yang dapat diasosiasikan secara mudah sebagai petunjuk arah utara (ujung anak panah menunjuk ke arah atas dengan huruf U di ujungnya). 5. Catatan... -25- Catatan Proyeksi Catatan proyeksi memuat informasi tentang sistem proyeksi, grid, datum, dan zona. Nomor dan Tanggal Surat Nomor dan tanggal surat merupakan nomor dan tanggal diterbitkannya surat sebagai induk dari diterbitkannya peta. Nomor Lembar Peta Nomor lembar peta merupakan penanda jumlah lembar peta yang dicetak dengan menggunakan nomor indeks RBI atau nomor lembar yang dibuat sendiri, Nomor lembar peta ini khusus untuk peta berseri. Angka/Nilai Koordinat Merupakan angka/nilai yang dicantumkan pada garis isi peta dan peta situasi dengan angka dan nilai yang menunjukkan kedudukan garis lintang (latitude) dan garis bujur (longitude). Angka/nilai ini digambar dengan interval tertentu disesuaikan dengan peta dasar yang digunakan dan keperluannya (misalnya untuk peta skala 1 : 25,000 ditetapkan interval 2’ 30”). Untuk peta tertentu dapat mencantumkan angka/nilai koordinat secara kombinasi yaitu pada garis isi peta bagian atas dan kiri dengan mencantumkan koordinat geografis sedangkan pada garis isi peta bagian bawah dan kanan mencantumkan koordinat UTM yang dinyatakan dalam satuan meter. 9. Keterangan. 9 10. 11. 12, -26- Keterangan Keterangan peta memuat simbol-simbol dalam bentuk titik, garis dan atau bidang dengan atau tanpa kombinasi warna, yang dapat menerangkan setiap unsur yang tergambar pada isi peta. Untuk beberapa simbol perlu dibuat notasi sebagai penjelasan. Simbol yang tercantum dalam isi peta diberi keterangan singkat dan jelas dengan susunan kata atau kalimat yang benar dan sesuai. Dasar Pembuatan Peta Dasar pembuatan peta mencantumkan aspek legal dari pembuatan peta seperti peraturan, ketentuan, surat keputusan dan dasar lain yang berkaitan dengan tujuan dari pembuatan peta. Sumber Data Untuk mengetahui keabsahan (validitas) dari data yang digunakan maka harus dicantumkan : - Peta dasar RBI yang digunakan; termasuk nomor lembar, skala dan waktu/tanggal pembuatan/penerbitan. - Asal data yang dipakai sebagai pengisi peta. Catatan Catatan merupakan ruang untuk menjelaskan hal-hal yang masih diperlukan terkait data yang tergambar dalam isi peta. Adapun penulisannya harus dalam kotak tersendiri. Contoh : + aplikasi tambahan yang digunakan untuk mempermudah penghitungan areal yang berada pada posisi lebih dari satu zona UT™. - Disclaimer (keterangan) batas administrasi 13. Peta... -27- 13. Peta Situasi Peta situasi digunakan untuk menunjukkan letak/lokasi areal yang digambarkan pada isi peta harus memuat atribut kota-kota yang dikenal dan mudah untuk ditemukan, batas dan nama (negara/ provinsi/kabupaten/kota/kecamatan), laut, pulau dan _jika diperlukan dapat memuat jalan utama yang menghubungkan antar kota, sungai besar termasuk namanya. Skala peta situasi menyesuaikan luas wilayah yang digambarkan dalam isi peta. 14. Tanda Tangan/Legalitas Tanda tangan/legalitas adalah nama, jabatan, tanda tangan dan stempel pihak yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap isi peta dalam hal ini adalah instansi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BUMN/BUMD/Swasta atau perorangan. Selain itu, jika bukan merupakan lampiran surat harus mencantumkan tanggal, bulan dan tahun pembuatan/penerbitan/pengesahan. Posisi tanda tangan dalam informasi tepi adalah : 1. Peta sebagai lampiran surat keputusan atau yang di tandatangani oleh satu orang pejabat, tanda tangan di posisikan setelah catatan proyeksi 2. Penandatangan peta oleh dua orang sampai dengan empat orang pejabat, tanda tangan diposisikan setelah peta situasi 3.Khusus peta yang memerlukan —_diketahui/persetujuan/ pengesahan para pihak, diposisikan di bawah isi peta dan informasi tepi dengan memperhatikan kecukupan/kebutuhan ruang untuk tanda tangan para pihak. 15, Logo... -28- 15. Logo Logo dicantumkan dengan posisi berada di atas judul peta 16. Nama Instansi Penerbit, dan Tahun Pembuatan Nama Instansi penerbit peta dan tahun pembuatan dicantumkan dengan posisi tahun pembuatan berada di bawah nama instansi penerbit, sebagai contoh: a) Instansi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan misalnya: - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan -EselonI _: Sckretariat Jenderal/Direktorat Jenderal/Badan -Eselon Il: Direktorat/Pusat/UPT (Balai Besar setingkat eselon II) dan Dinas terkait di Provinsi/ Kabupaten/Kota -Eselon Il : Unit Pelaksana Teknis, Kesatuan Pengelolaan Hutan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2017 DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN 2017 b) BUMN/BUMD/Swasta misalnya: - PT. INHUTANI II - PT. SURAVIA JAYA c) Perorangan. -29- ©) Perorangan dan lain-lain Dicantumkan identitas nama, tim atau panitia, misalnya : - Tim evaluasi Sumber Daya Hutan KLHK. - Panitia Sosialisasi Lingkungan Bersih. Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, dalam menyusun tata letak informasi tepi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: « pembuatan informasi tepi harus memperhatikan luas ruang yang tersedia, bentuk daerah yang dipetakan dan keindahannya. © Penggunaan huruf pada informasi tepi adalah Arial. Adapun pemilihan besarnya huruf dan pengaturan jarak perlu ditata dengan baik, agar penampilan peta memperlihatkan keseimbangan, keserasian serta menambah kejelasan informasi tepi yang disajikan. 5. Penulisan Anotasi Penulisan anotasi dalam bentuk huruf dan angka harus sesuai dengan unsur yang diterangkan dalam lembar peta dengan memperhatikan segi kerapihan, keteraturan dan kemudahan untuk dibaca, Aturan dalam penulisan | nama dan penempatannya adalah sebagai berikut : 1) Penulisan unsur alam seperti nama sungai, nama gunung, nama pulau, nama laut, angka titik ketinggian, angka nilai kontur dan lain-lain ditulis dengan huruf miring (italic), sesuai dengan gambar 4-9. Untuk unsur buatan seperti nama kota/pemukiman ditulis dengan huruf tegak. 2) Unsur... 6. 2) 3 4) 5) -30- Unsur permukiman seperti ibu kota negara, provinsi, kabupaten, kecamatan dan perkampungan ditulis sejajar dengan garis bawah isi peta atau sejajar dengan kerangka geometris (garis-garis koordinat paralel dan meridian). Apabila tidak memungkinkan secara paralel maka ditulis searah jarum jam. Unsur yang berbentuk linier/memanjang seperti nama sungai, nama laut, selat, dan batas administrasi, penulisannya harus mengikuti bentuk unsur tersebut dan bila cukup panjang maka diulang pada jarak-jarak tertentu. Angka ketinggian pada garis kontur ditempatkan pada garis kontur yang diputus. Penulisan angka kontur disesuaikan dengan arah pembs Peletakan anotasi harus bebas dan tidak berpotongan dengan simbol atau anotasi lainnya. Tata Letak Peta a) Pengaturan tata letak dan keterangannya dibuat standar dengan isi peta berada di sebelah kiri informasi tepi. Contoh model dari beberapa bentuk isi peta, tata letak informasi tepi dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. Gambar... -31- TATA LETAKINFORMASI PETA it oa ravragen Canoe 2 Nano Lanter Pata inva pistes) 7 Payne re yer Doan 11 Katana Pet 4 Logon (State ether) 12 Dasara Some Pet Gambar 10. Tata Letak Informasi Peta TATA LETAK INFORWASI PETA YANG DITANOATANGANI PARA PIHAK 4 Gambar 11. Tata Letak Informasi Peta yang Ditandatangani Para Pihak B. Pemetaan... -32- B. PEMETAAN SECARA MANUAL 1. Persiapan Penggambaran dan Penyajian Peralatan Beberapa peralatan yang digunakan untuk penggambaran dan penyajian peta secara manual antara lain : * Lettering set merupakan alat untuk mencetak dan membuat huruf, angka dan notasi tertentu yang terdiri dari 3 bagian yaitu scriber yang merupakan bagian utama dari alat, rapidograph (tipe isograph) dan template (semacam sablon). * Peralatan pelengkap lain seperti : Penggaris segitiga, penggaris panjang ukuran 1 m, penghapus rapido, dan milimeter block. Bahan Bahan yang digunakan dalam penggambaran peta secara manual yaitu media gambar dan tinta gambar. Dilihat dari bahan dasarnya, media gambar dibedakan sebagai berikut : + Bahan plastic Jenis dari bahan plastik bermacam-macam tergantung produk dan kwalitasnya, misalnya kodactrace, astralon, dan drafting film. Dari ketiga bahan tersebut, yang paling baik untuk penggambaran peta adalah drafting film,karena bahan ini relative paling stabil, mudah digambar, digulung dan mudah diperbaiki apabila terdapat kesalahan. -33- * Bahan kertas Kertas yang biasa digunakan adalah kalkir (Tracing paper).Bahan ini mudah digambar namun relatif kurang stabil, mudah robek dan sukar digulung, 2. Proses Penggambaran dan Penyajian Proses penggambaran peta secara manual sekaligus juga merupakan penyajian peta yang merupakan bagian akhir dari proses pemetaan. Semua data dan informasi disajikan dengan mutu gambar yang baik, benar, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Juru gambar berperan penting dalam penggambaran peta secara manual, schingga dituntut bekerja secara sisitematis, cepat, rapi dan teliti, agar data dan informasi yang tersaji pada peta betul-betul merupakan gambaran/rekaman nyata dari kondisi apa adanya di lapangan dan dapat memperkecil kesalahan. Apabila dilakukan pengecekan ke lapangan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Tahapan kegiatan penggambaran peta secara manual perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut a. Penggambaran dan penyajian isi peta * Menyiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan sebelum mulai menggambar. © Meletakkan bahan gambar di atas konsep peta/manuskrip yang sudah siap digunakan sebagai acuan. Peta dijaga agar selalu dalam posisi tegak lurus dengan menggunakan kertas millimeter/menit blad sebagai petunjuk arah. * Menggambar garis tepi peta dan menuliskan koordinat geografis peta dengan interval tertentu. * Menulis. c. -34- Menulis dan menempatkan nama-nama pemukiman/kota, gunung, angka ketinggian dan kontur, batas dan nama administrasi serta unsur lainnya yang perlu didahulukan. Ini dimaksudkan untuk = memudahkan dan_—_—smengurangi pengoreksian/penghapusan. Menggambar informasi dasar, dimulai dari sungai, garis kontur, jalan dan daerah pemukiman yang dilanjutkan dengan menulis nama sungai- Menggambar informasi pokok sesuai dengan tema peta. Menggambarkan batas-batasvegetasi_ sebelum = unsur vegetasinya, kemudian dilanjutkan dengan simbol-simbolnya. Penyajian Informasi Tepi. Membuat konsep informasi tepi yang akan disajikan pada kertas milimeter; Konsep yang sudah jadi disalin pada lembar peta (clise/Kalkir); Melakukan pengecekan hasil penyajian informasi tepi. Pewarnaan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan adalah sebagai berikut: ‘a. Beberapa jenis peta mempunyai ketentuan tentang pemakaian warna, misalnya unsur air memakai warna biru, vegetasi warna hijau dan garis kontur warna coklat. Standar warna untuk pemakaian cat gambar menggunakan warna ecoline, Blok warna digunakan untuk layer tema utama, sedangkan tema pendukung dapat menggunakan simbol dan anotasi Sebagai... -35- Sebagai contoh penampilan data polygon sebanyak empat data dapat dilakukan pemosi san data dengan susunan symbol sebagai berikut (paling atas sampai bawah) : a. Outline (warnal) b. Outline (warna2) c. Arsir d. Blok Warna/Data Citra/Gambar Untuk pewarnaan manual digunakan standard warna ecoline dicampur air dengan perbandingan yang telah ditetapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5. Tabel 4 : Daftar warna dan Komposisinya ‘Warna Kode Komposisi dan gradasi Yellow Y Y= 70% Magenta M YMCBI M=0% Cyan iG 7040 C= 40% [Black B B= 0% Tabel 5 : Daftar Warna Ecoline yang digunakan : Warna |No. Seri |Kode| Cara Penulisan Lichtrogen (hijau daun muda) 601 Th | DitulisIh a Donkergroen (hijau daun tua) 602 De | 1 5 | Lightoranje (oranye) 236 Lo Lichtgeel (kuning) 201 Tg | Artinya Karmijn (merah bit) 318 K |leclh+Sccair Vermiljoen (merah darah ) 311 Vv Siena gebrand (coklat tua ail Sg Ultra marijn donker (biru laut) 506 Ud Roodviolet (violet ungu) 545 R Zwart (hitam) 700 Zz -36- Untuk memperjelas unsur yang akan ditonjolkan misalnya trayek batas dapat menggunakan spidol atau stabillo sejajar garis batas pada bagian dalam areal. ©, PEMETAAN SECARA DIGITAL 1. Peralatan, Bahan dan Data Peralatan dan bahan yang diperlukan dalam penggambaran dan penyajian peta secara digital adalah : a. Peralatan © Perangkat keras (Hardware) Komputer atau central processing unit (CPU) baik yang statis (desktop) maupun yang portable (laptop/ notebook). Disk Drive atau peralatan sejenis. Scanner atau peralatan sejenis. Plotter dan peralatan display sejenis (printer, visual display terminal). + Perangkat lunak (software) * Perangkat lunak yang dapat digunakan antara lain Arc-info, Arc- view, Auto cad, Arc-Gis dan lain sebagainya. + Alat Tulis Kantor (ATK) b. Bahan © Kertas © Tinta. c. Data.. c. Data -37- Data dapat berupa cetakan (hardcopy) dan digital (softcopy) * Data Dasar - Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) - Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) - Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) * Data Tematik - Hasil Pengukuran Lapangan - Peta Tematik KLHK - Peta Tematik Non KLHK 2. Proses Penggambaran Peta a. Persiapan Data ‘Tahapan persiapan yang harus dikerjakan meliputi : + Pengolahan Data Analog 1) 2) 3) 4) 5) Menyiapkan sistematika penyimpanan tema/layer dalam bentuk geodatabase (*.gdb) Melakukan pemindaian (scanning) semua data analog. Melakukan pengecekan/pencermatan kenampakan unsur- unsur pada setiap lembar sumber peta secara visual. Melakukan pengecekan koordinat dan sistem koordinat yang dipakai. Melakukan pengecekan antar lembar peta yang berdampingan untuk = membantu dalam __proses edgematching. 6) Menentukan... -38- 6) Menentukan titik ikat beserta koordinatnya. 7) Melakukan georeferencing 8) Melakukan Digitasi pada layar komputer (on screen digitizing) Persiapan Data Digital 1. Menyiapkan kodefikasi unsur/keterangan pada masing- masing layer yang mengacu pada kodefikasi baku. Melakukan pengecekan topologi dan editing. 3. Melakukan Penyambungan sisi (Edgematching) 4. Melakukan Penggabungan (Merge) b. Penggambaran Peta Pemanggilan layer Data Dasar Pemanggilan layer Peta Tematik Utama Pemanggilan layer Peta Tematik Pendukung Pemberian atribut (data non spasial) Pemberian simbol (anotasi, gambar, dan warna) pada setiap layer (titik, garis, dan poligon). . Proses Penyajian Peta Tahapan dalam proses penyajian peta adalah : Menentukan areal yang akan disajikan Menentukan skala peta Menyajikan koordinat pada garis lintang dan bujur Menyajikan informasi tepi 4. Template...

You might also like