You are on page 1of 65
TARA ZAGITA — 7 ’ oo a tof fa Catut i ° Ot atutsana:s logspot.cotn — t 7 : = , Cerita int adalah fiktif, bila ada persamaan nena, tempat maupun peristiwa, tu hanyalah kebetulan belaka dan fidak bermaksud MENVINSUNY siapa pun " ‘Tara Zagita Serial Dewi Ular MISTERI POHON KEMATIAN Sinar Matahari Jakarta eo a MISTERI_POHON KEMATIAN { Oleh Tara Zagita Serlal : Dewi War Gambar sampui oieh Fan Sardy Panerbit Sinar Matahari, Jakaria ‘ Hak cipta pada Penerbit Dilarang merigcopy atau memperbanyak Sebagian atau seluruh istbuku int tanpa izin tertulis dari penerbii 1 SESOSOK mayat dimgkamkan menjclang pukul empat sore. Mercka vang hadir dalam pemakaman tersebut rata-rata berpakaian lusuh. Penampilan mereka sangat sederhana. Terkesan kumuh dan kumal. Alas kaki mereka hanya sepasang sandal. Kalau toh ada yang memakai scpatu, itu pun sepatu rombeng. Jumlah mereka tidak sebanyak pemakaman biasanya. Kali ini mereka > hanya sekitar 15 orang. Tidak satu pun yang datang ke pemakaman tersebut mengendarai mobil atau motor. Mereka berjalan kaki sebelum tiba di pemakaman. Berbaris tak beraturan mengiringi jenazah yang-digotong memakai keranda berkarat. Kain penutup keranda tak sampai menutup rapat Bahkan di salah satu tepinya tampak kain penambal warna beda. Tetapi-sebelum jenazah diturunkan ke liang kubur, ada sebuah mobil sedan mewah berhenti di depan gerbang tanah pemakaman. Mobil itu adalah BMW warna hijav bening. seperm batu giok. Derum suara mobil berhenti ° membuat scbagian besar dari, mereka yang sedang bersiap-siap menurunkan jenazah menjadi berpaling satu- persatu. Mereka menatap sedan mewah itu. Mereka terheran-heran melihat scorang gadis cantik jelita berpenampilan sangat ckslusif kcluar dari mobil. mengenakan kacamata hitam dan kerudung kepalama § dan kain sitera warna hitam pula “Siapa dia?" “Negak tahu." "Mungkin mau ziarah ke salah satu makam di sint." “Tapi kok wajahnya menghadap ke kita" "Iya. Sepertinva memandang kemari tuh." Lala, seorang pemuda berpakaian rapi juga turun dan mobil. Penampilannya memang Iebih keren dari mereka, Namun masih kalah bagus dengan penampilan gadis . cantik jelita itu S1.pemuda yang tadi keluar dari pintu sopir berjalan sedikit ke belakang si gadis cantik. Orang- orang lusuh di sekeliling liang kubur itu semakin berkerut dahi, karena ternyata kedua pemumpang mobil mewah tadi berjalan mendekati mereka. Rupanya kedua orang keren itu juga ingin ikut menghadiri upacara pemakaman Jenazah tersebut. _ "Wah. bau bunga apa ini? Kok harum sekali?!" "Ya. ampun.., begitu gadis itu mendekat kemari, langsung sckitar tempat ini jadi wangi sckali?!" "Iya Iho... padahal dia nggak membawa bunga apa- apa tub!" "Ssst...1 Mungkin gadis cantik itulah yang bersama Nona Dewi. hmmm... Kumala Dewi." “Ab, sok tahu luh. Darimana kamu tahu kalau dia Nona Kumala Dewi. paranormal kondang itu?" “Bau wangi ini!" ‘ “Maksudmu?" "Konon:.. menurut kabar yang pernah kudengar. Nona Kumala Dewi memiliki keistimewaan. Ke mana pun dia pergi sclalu ditkuti oleh wewangian yang sedap, harum % sekali, tapi tak membosankan. Dan, konon lagi... aroma Wangi itu berasal dari tubuhnya Nona Kumala." "Maksudmu, keringat gadis itu menyebarkan aroma wangi seperti sekarang ini?" “iva! Tapi ita menurut kabar yang kudengar Iho. Aku * sendiri belum pernah berterou dengan Nona Kumala Dewi itu, Apa benar vang ini orangnya, atau bukan sama sekali." "Sst...! Sudah, sudah... jangan pada brisik! Jenazahnya mau dimakamkan tuh!" Suasana di pemakaman menjadi sepi. Hening. Biar matahari memancar terang, panasnya menyengat kulit. tapi tidak ada satu pun dari mereka yang membawa payung untuk berteduh sendiri. Tak heran jika tubuh mereka mengkilap karena keringat bercucuran. Toh mereka tak peduli dengan keringat. Mereka punya ketulusan hati, mengantar kepergian sesosok raga yang sudah ditinggalkan oleh rohnya itu. Mereka punya niat memberi penghormatan terakhir kepada almarhum yang ingin pergi sclama-lamanya. Suara adzan terdengar pelan di tepi liang lahat. lramanya mengharukan sekali. Hati mereka seperti disayat sembilu Itulah sebabnya mereka menundukkan kepala. Mengikuti acara pemakaman dengan sangat khidmat. Tak satu pun vang bersuara. selain yang punva kepentingan dalam upacara pemakaman tersebut. Tak satu pun yang sengaja mencari tempat teduh untuk menghindari sengatan sinar matahan, Mereka sangat polos, lugu, apa adanva. Salah seorang pengemudi sebuah mobil vang sedang mclintas di jalanan dekat tempat pemakaman urnunvitu sempat terperanjat melihat BMW hijau cerah parkir di pemakaman tersebut. Orang yang mengemudikan opel Optima warna merah metalik rtu bertanya-tanva dalam hatinya. “"Neapain mobilnya Kumala parkar di situ?" Dan. karena tempat pemakaman umum itu memiliki pagar vang sudah rusak. banyak bagian yang rubuh atau hancur, maka suasana di dalam pemakaman itu dapat dilihat dari jalanan_ Gadis pengemudi Opel Optima merah itu semakin heran melihat Kumala dao Sandi menghadiri pemakaman jenazah yang dihadiri olch orang-orang lusuh dan kumuh itu. “Ya. ampun... dari sekian orang hadir di sana, cuma Kumala dan Sandhi yang kelihatan rapi, bersih dan keren. Siapa sih yang mau dimakamkan saat ini, sampai Kumala mensempatkan hadir dalam pemakaman terscbut? Aku kok jadi penasaran melihat Kumala berada di antara or- ang-orang kumal itu?” Si pengemudi mobil merah itu ikut-ikutan memar- kirkan mobilnya di samping BMW hijau tersebut. Gadis itu €ernyata adalah Chitana. anak scorang pejabat tinggi yang kenal baik dengan Kumala Dewi karcna pernah disclamatkan oleh Kumala dar sebuah kasus kriminal, maupun kasus gangguan gaib, (Baca serial Dewi Ular dalam cpisode: "KUPU-KUPU IBLIS”). Ketika suara adzan telah berhenti. mayat sudah diturunkan ke liang kubur, mereka pun bersiap-siap untuk menimbun liang kubur itu dengan tanah galian. di sckclilingnya. Tetapi tiba-tiba gadis cantik jelita berkacamata hitam dan mengenakan jas kantor dengan - span pasangannya itu. segera berseru dari ane dalam keadaan tetap berdin tenang, kedua tangan terlipat di dada. . Jangan dulu ditimbuni tanah!" Spontan mereka memandang heran ke arah Kumala Dewi. Gadis cantik itu menyunggingkan senyum pendek tapi terkesan lembut, ramah, serta berwibawa. Ia mau beberapa langkah, didampingi olch sopir pribadinya; San- dhi. "Saya mohon dengan hormat kepada Bapak-bapak dan semua vang hadir di sini, agar jangan menimbun liang kubur dengan tanah. Kita tunggu dulu sampai beberapa saat.” “Maksudnya apa.’ Nona?" tanya orang yang tadi menyerukan suata adzan di tepi liang kubur. ” *Nanti akan kita hat dengan jelas maksud saya ini, Pak. Tunggulah bebcrapa menit, sctelah itu kalau mau ditimbun dengan tanah, ya silakan!" : "Kami sudah kepanasan begini, masa’ disuruh menunggu sih?” "Saya tabu..." kata Kumala dengan penuh hormat dan sopan sekati kepada bapak tua yang tadi menyverukan suara adzan itu. Tapi kata-kata tersebut tidak dilanjutkan Kumala Dewt melambaikan tangan kepada juru, kunci yang ikut sibuk dalam pemakaman jenazah tersebut. Si juru kunci beruban tak rata itu menghampiri Kumala dengan sikap sopan juga. i "Nona memanggil saya?" "Pak. saya minta tolong... bisa?" "Boleh. Apa vang hanus saya baritu; Nona?" MISTER] POHON KEMATIAN 9 "Tolong ambilkan air satu gavung saja. Setengah gayung juga boleh. Bisa kan, Pak?" "Bisa sih,tapi...." yuru kinci itu heran dan ragu-ragu. Salah scorang dari mereka menyahut. "Nona, saya punya sisa air minum nih. Bisa dipakai?" . "O, ya... terima kasih." kata Kumala dengan senyum lebih bersahabat lagi. la menerima sebotol air mineral yang biasa dijual di pinggir jalan atau di lampu merah. Air itu tinggal separoh botol kurang. Kumala Dewi menyérah- kannya kepada Sandhi Penida itu menerimanya dengan bingung juga “Apa maksudmu memberikan air ini padaku?" “Tolong. siramkan air itu pada bavanganku ditanah!" Bukan hanya Sandhi yang semakin heran, tapi yang Jainnya juga bertambah heran. Saling mendckat dan memandangi bayangan gadis itu. Sandhi menyiramkan air.tersebut ke tanah yang tampak hitam karena terdapat bayangan tubuhnya Kamala. Air itu pun tertuang habis. Mereka memandang wajah Kumala dengan masih tidak mengerti apa maksud Kumala miata bayangannya disiram air. Cahaya terang dengan panas yang menyengat itu tiba- tiba surut dengan sendirinya. Seperti ada awan tebal yang memayungi mereka dan membuat suasana panas menjadi teduh. Tapi ketika mereka melihat ke langit, ohh... cerah sekali?! Tidak ada mendung sedikit pun, tidak ada awan yang menutupi matahari. Hanya saja, pancaran cahaya sinar matahari itu sekarang tampak redup. schingga tanah pemakaman itu pun menjadi teduh. Scmilir angin menyegarkan suasana vang ada. Udara tak sckering tadi. 10 Bayangan mereka yang tadi tampak jelas. sekarang kelihatan samar-samar sekali karena tidak mendapat penyinaran yang kuat. seperti sebelum bavangannya Kumala disiram air mineral. Maka, mereka pun terbengong terkagum-kagum sambil tak berkedip memandangi Kumala Dew1. Wajah- wajah yang Yadi menveringai menahan rasa panas yang menyengat kulit, sckarang mulai tampak berserirseri, lega ‘dan senang sckali mendapat keteduhan ajaib itu. Salah séorang dari mereka berkata pelan kepada temannya. "Wah, hebat sekali gadis itu?! Begitu bayangannya disiram air, alam menjadi adem. Kita nggak kepanasan kayak tadi." “Pasti dia gadis sakti. Punya ilmu yang tinggi.” Yang jain ikut berkomentar senada, Suasana bergemuruh seperti puluhan ekor lebah terbang di sekitar kuburan vang belum ditutup liangnya itu. Chitana yang datang menghampiri Kumala juga ikot menyatakan keheranannya melihat keganjilan alam di sore itu, Ja yakin. pasti semua ini ulah Kumala Dewi. Z *"Bapak-bapak.. | Mohon perhatian... mohon perhatian, Bapak-bapak!" seru Kumala untuk meredakan suara gemuruh itu. Sandhi membantu dengan memberikan tepuk tangan peringatan untuk mereka. Begitu mereka diam serentak, hening tercipta, dan Kumala segera herkata. "Toloig sekarang Bapak dan hadirin di sini menyimak baik-baik adanya suara - aah, ity suaranya. Dengar?” "Maat._.! Somaaat_.! Juum._ tolong aku ini, Jum!" Mereka sama-sama tercengang kagcet. "Hah...?! Sepertinya,.. sepertinya itu suaranva Pak 1 Karim?!" "Wah, iva..! Betul. itu suaranya Mang Karm...!" Mereka memusatkan perhatian-ke dalain liang kubur., Tampak di dalam sana jenazah yang terbalut kain kafan itu bergerak-gerak. Matanya terbuka tapi menveringai karena takut kelilipan serpihan tanah sekolilingnya. , “Gawat?! Mayatnya Pak Karim hidup lagi!” teriak salah seorang. Yany lainnva ikut berseru sambil berlari menjauhi liang kubur -"Mayatnya bangkit lagi! Awas. Dia _bangkit dari kuburnv al!" "Maaan, tolongaku, Maaanr 2" suara dari dalars liang kubur itu semakin berteriak keras lagi. Sandhi dan Chitana pon hamptr saja tkut lari tinggang langgang sepertimereka. Tetapi melihat Dewi Ularjustra emendekati liang kubur, maka mereka berdua tak jadi melarikan diri, melainkaa justru ikut-ikutanmendekati lang kubur. Mereka melihat jenazah yang tadi dibaringkan, kisi sudah berdiri sambil memegangi kain kafannya supaya tidak tersingkap lepas dari tubuhnya. "San... ulurkan tapganmu, biar Pak Kan bisa Naik dari kedalamh liang kubur ini!" * "AK... akutakut, Malt" "Neggak apa-apa! Dia memang hidup kembali dari kematiannya. Normal kok. Makaniva aku memyurubnu belok *kemari dan mengikuti upacara pemakaiman ini. sebab aku mendengar suara Pak Karim memiota tolong agar jasadnya jangan dikuburkan dulu. karena rohoya diperintahkan kembal ke bumi olch si penguasa alam kubur Dia nggak jadi mati! Maka sekarang. bantu dia naik ke atas!" ne Melihat Sandhi agak ragu dan kerepotan membantu Pak Karim naik dani liang kubur itu, maka beberapa or- ang dari mereka mulai berdatangan. Memberikan bantuan dengan cara masing-masing. Akhirnya Pak Karim pun bisa keluar dari liang kubur itu dan mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada Kumala Dewi. "Saya tadi khawatir-Non tak mau menyampaikan pesan saya kepada mereka. Kalau mereka tadi benar- benar sudah terlanjur mengubur raga saya. maka saya akan sangat tersiksa kembali masuk ke raga ini dafain keadaan tertimbun tanah sebanvak itu...!" Kini, Sandhi baru mengerti mengapa majikan cantiknya ugotot minta berhenti di'depan gerbang tanah pemakaman umum itu. Rupanva kekuatan gaib atau kesaktian si anak dewa itu'telah berkoraunikasi dengan roh Pak Karim yang melayang-layang berusaha - menyampaikan pesan kepada mereka, agar jasadnya jangan dikuburkan dulu. Untung mereka mau menuruti saran Kumala. schingga Pak Karim pun dapat hidup kembali bersama anak, menantu damcucu. "Siapa sih Pak Karim itu, Kumala?" tanya Chitana sewaktu mereka ingin masuk mobil masing-masing. "Aku sendiri belum pernah kenal. Dugaanku dia adalah scorang pemplung, dalam masyarakat serba mi- nus. tapi rohnya‘sempat tersesat karena dimdnfaatkan oleh suatu kekuatan gaib hitam. Namun karena roh Pak Karim tidak memenuhi syarat, akhirnya disuruh pulang kembali ke raganya." "Benarkah begitu?" "Analisaku selintas. memang begitu. Yang, Jelas. sore int aku memang harus menyelamatkan dia dar 13 penimbunan tanah kuburannya itu. O, va .. kamu sengaja- ziarah atau...2" “Aku penasaran saja. kebetulan ee ‘at sini dan melibatmu di antara mereka, lalu aku ingin tahu. Sor. aku harus scgera menemui Abicl. Udah telat. setengah jamnih." "Bagaimana dengan Abiel? Kekasih hatimu itu okes- okey aja?" "Very oke," jawab Chitana sckenanya. "Main ke rumah dong. Nanti malam Abiel ada acara Iho Pesta kecil-kecilan, sckedar memperingati ultah adik Bungst nya.” " "Mudah-mudahan nanti aku sempat ke sana. Salam buat dia!" Lalu, mereka pun berpisah. Di. perjalanan Sandh: sempat merenungi kejadian di makam tadi. fa bénar-benar heran melihat Kumala punya imisiatif untuk melintas di jalanan dekat makam tadi, dan temyata memang mgin singgah-di sana. la sama sekali tak menyangka majikan cantiknya ternyata punya misi khusus di pemakaman tai "Sejak kapan kamu mendapat firasat mengenat pemakaman als Karim tadi. Kumala?" "Sejak.... " Kurla tersenyum taanis. "Sema uni gara- gara bocah bandel itu.” “Maksudinu... si Ajong. bocah temuannya Rayo itu?!” Kumala Dewi mengangguk sambil tersemum gel ancmbayangkan bocah berusia sekitar 6 tahun vang sok tua itu eee 14 Rayo Pasca bukan orang asing lagi bagi Kumala Dewi maupun para simpatisannya yang pernah ditolong dari fenomena-fenomena muistik. Rayo adalah pria tampan berpenampilan tenang, eksklusif. dan charming. vang untuk seméntara ini masih menjadi penghunt relung hati Kumala. Ia tergolong pemuda cool tapi romantis dalam tatapan matanya. Rayo juga pria yang memiliki tngkat - kecerdasan cukup tinggi, schingga punya reputasi dalam karirnya sebagai staf abli bidang riset di Lembaga Pusat IPTEK swasta. Specialis bidang yang ditangani Ravo Pasea adalah penelitian unsur-unsur supranatural dari sebuah pensmuan. yang oleh para ilmuwan, setempat diberi istiJah: "X-Project. OJeh karcnanya, hari ini Rayo masih berada di sebuah pantai tak jauh dari Jakarta. Meski matahan sudah hampii terbenam selurubnya di cakrawala barat, tapi Rayo dan team work-nya masih berada di sekitar karang ajaib. Batu karang itu berada 10 meter dari batas perairan pantai. Ukuran batu karang terschut cukup besar. kira-kira seukuran badan seekor kuda nil. - Bentuknya menyerupai bentuk janin meringkuk dalam kandungan sang ibu. Batu karang itu berwarna abu-abu dengan Inbang- lubang kecil seperti rumah Iebah. Menurut ‘penduduk sekitar pantai, batu karang tersebut bélum pernah dilihat ‘ mereka sebclumnya. Batu sekitar dua minggu yang lalu seseorang mcnemukan batu anch itu, yang segera menjadi pusat perhatian masyarakat pantai. Ternyata bukan hanya bentuknya seperti janin merimgkuk saja vang membuat batu itu dianggap karang misterius, tetapi-suara vang kcluar dari bato karang itulah yang paling menarik 15 e perhatian mereka. Setiap angin pantai berhembus kencang. terutama menjelang petang sampai larut malam, batu karang itu mengeluarkan suara seperti bayi menangis. Jika didekati, suara itu hilang’walau pun angin kencang menerpanya. Tetapi jika mereka berada di kejauhart sekitar 500 meter, barulah mereka mendengar suara tangis bavi vang menggema bening, hingga setiap isak dan tarikan nafas terdengar jelas dalam tangis tersebut. Peristiwa ganjil itu sampai di telinga lembaga tempat . Raso bekerja. Lalu, beberapa stafnya ditugaskan untuk mengadakan penelitian pada batu karang tersebut. Provek penclitian itu dipimpin olch Ravo Pasea, dan sudah berjalan selama dua hari. Mereka mencari tahu, apa penycbab ttmbulnya suara bavi menangis pada karang tersebut manakala terkena hembusan angin. Mercka juga ingin mengetahui penyebab timbulnva perbedaan jarak dengar -yang secara hukum alam belum pernah dijumpai di mana- mana. Mengapa suara bayi hanya bisa didengar dari jarak 500 meter lebih, sementara dari jarak dekat ‘siapa pun tak bisa meridengar suara tangis bayi tersebut. Maka. peralatan-peralatan canggih pun diturunkan. termasuk instalasi radar sistem kompiografis yang mampu melacak sumber suara sekecil apapun di dasar laut. "Coba check dulu seberapa tinggi kelembaban udara — saat ini, lalu ulangi lagi pelacakan sistem acak seperti tadi!" perintah Rao kepada anak buahnya. Kemudian ia pindah ke seberang karang untuk memeriksa hasil analisis peralatan suprasonik-nya. e Seorang bocah berambut hendets kaku menghampin 16 Rayo ketika Rayo berada dalam jarak 500 meter dari batu karang anch itu. Pada waktu itu Rayo senpaja berada sendirian untuk menyimak suara bavi menangis yang diprediksikan scbentar lagi akan terdengar; karena angin pantai menjelang petang mulai berhombus kencang. Ravo duduk diatas batu hitam, di bawah pohon berdaun rindang. dikelilingi belukar pantai semacam tanaman bayam. Bocah berkult hitam tak terlalu keling tapi bertubub kurus ceking itu menghampiri Rayo dari arah belakang. Langkahnva yang menginjak tanaman belukar menim- bulkan suara yang membuat Rayo cepat berpaling. Mengetahui ada seorang bocah bercelana kolor abu-abu dengan kaus kutang kumal robek sedikit itu. Rayo segera tak pedulikan anak tersebut. Serenteng ikan basah ditenteng anak itu. Bagi Rayo, bukan hal aneh. Sebab anak-anak Kampung nelayan lainnya juga berpenampilan seperti itu, Mereka sering menghampiri para peneliti untuk menawarkan dagangan: makanan goreng, es plastik. kerupuk sambal, lontong atau apa saja. Dugaan Rayo benar: bocah kunis usia sckitar 6 tahun itu menawarkan ikan yang ditentengnya. Sckitar enam atau tujuh ekor ikan: yang mungkin basil tangkapan bapanya. disodorkan di depan mata Rayo sambil diangkat tinggi-tinggi. i "Ikan, Oom. Masih basah, Gurih ini, Oom, Miirah kok." Sekedar basa- Bee keramahan terhadap penduduk setempat, Rayo pun mepytnggingkan senvum sambil inengg@lengkan kepala. Bocah itn berusaha membujuk agar ikannya dibeli. MISTER] POHON KEMATIAN +7, "Dibakar saja udah enak ini, Oom. Beli dong, Oom Masih segar kok Anak baronang ini, Qom. Ya, beli ya, Oom? Murah. Oom." "Nggak, Dik Tawarkan pada teman-teman Oom yang lain deh. Tuh, yang di sana itu biasanya pada suka ikan bakar Tawarkan pada mereka. ih!" "Oom nggak suka ikan bakar?" 3 "Suka. Tapi sckarang Oom sedang nggak kepingin ikan bakar,” Rayo menjelaskan dengan sabar sekali. "“Buat nanti malam, enak juga lho, Oom. Beli deh, Oom." "Begini saja...." Rayo mengeluarkan selembar uang lima ribuan “Nih. Oom kasih kamu vang. lalu pergilah menawarkan ikanmu kepada yang lam, Jangan ganggu ketenangan Oom dulu, ya?" "Terima kasih, Oom," anak itu tersenyum girang. "Tapi... harga ikannya tujuh ribu kok, Oom. Kalau cuma lima ribu, kurang dong.” "Tapiikanmu kan aggak Oom ambil? Masih bisa kamu jual kepada yang lain. Jadi kamu nggak rugi." "Ooo... masih boleh saya jual? Dengan harga berapa, ya Oom?" "Yah. terscrah kamu. Mau dijual dengan harga berapa saja itu terserah kamu. Dik." Rayo menahan tawa geli dengan senyum manisnya. "Baiklah, kalau begitu tkan mi saya. ual dua ribu saja, ya Oom? Kira-kira bagaimana?" Akhumya tawa geli Rayo tak bisa disembunsikaa lagi Bocah itu dinilainva sebagai bocal yang pandai bicara dan sok tua dalam bicaranya Rayo jadi bersimpati 8 terladap anak itu. Semakin ditanggapi bicaranya semakin menggelikan. Polos, lugu, tapi mengandung kekonyolan yang tak disadari dan tak berharap ditertawakan. Sialnya, anak itu tidak mau segera pergi. sementara Rayo Botuh suasana tenang untuk memusatkan konsentrasinya. "Namamu siapa?" "Ajong, Oom." "Sudah sekolah?" 4 "Negak," anak itu menggeleng lugu. Matanya f memandang ke arah orang-orang di sckitar batu karang tersebut. "Bapakmu nelayan, ya?" "Belum,” ia menggeleng lagi tanpa menyadari Jawabannya kurang tepat untuk peitanyaan tadi Rayo ~geli sendiri. “Kakakmu vang ree nelayan, mungkin, iva" ‘ “Bukan." "Terus, yang menangkap ikan-ikan itu siapa?" “Saya sendiri dong. Mau beli ikan saya. Oom?” Rayo semakin terguncang badannya karena tawa geli mendengar kata-kata Ajong. "Sudah, sudah... sana pergi ke tempat orang banvak sana... Tawarkan ikanmu pada mereka.” "Mereka sudah bosan makan ikan, Oom. Apalagiikan hasil tangkapan saya ini. pasti mereka nggak mau membelinya, Oom." "Kenapa?" "Ikan tangkapan saya biasanva dianggap kurang dewasa, jadi orang-orang malas membeli ikan yang masih anak-anak begini." _ 19 on "Ah. masa’ sith?” sambil Rayo menahan tawanva “Tapi, apa betul yang menangkap ikan ini kamu sendiri, Jong?” "Betul. Oom. Tuh, Oom aja nggak percaya kan kalau yang menangkap ikan-ikan ini sava sendirt?” “Kamu kan masth kecil, mana mungkin kamu menangkap ikan-ikan ini? Di mana kamu menang- kapnya?" "Di tongah sana dong!" sambil menunjuk lautan yang mulai berombak besar 2 "Bersama siapa kamu mencani ikan di tengah lautan sana?" "Sendirian dong!" sambil terkesan membanggakan dir, . "Pakai jala apa pakai kail?" ‘ "Pakai tangan dong. Oom. Begitu dia berenang di kaki saya langsung saya tangkap. Haap...! Kena deb." “Lho, kamu ménangkap ikan di tengah-laetan menggunakan perahu kan?" "Nepaky tuh." Jawabnya polos, Innocent sckali kelihatannya. “Habis, pakai apa kamu ke tengah lautan sana?" "Jalan kaki aja. Oom. Ngapain paki perahu. ntar malah terbalik ditabrak ombak.-ith... ngeri sava, Dom.” "Yalan kaki...?!" Rayo berkerut dahi, sempat curiga. tapi segera tertawa pelan. Jelas anak itu ngibulnya terlalu berani. Tapi dasar anak-anak: mau. aa mau Rayo memakhuminya. ‘i "Oom. kalau ikan mi. "Sst..." desis Rayo mens uruh ajong berhenti bicara, 20 karena angin semakin kencang dan suara tangis bavi mulai terdengar samar-samar. Ajong tampak kecewa kata- Katanya diputus dan disuruh diam. 1a tak menunjukkan - rasa herannya. padahal suara ‘tangis bayi sudah semakin jelas. ¢ "Suara tangis bavi itu mulai terdengar. Kaniu mendengarnya juga bukan?" tanva Rayo. “Ah, itu biasa buat saya, Oom." “Biasa bagaimana?" “Suara bayi menangis itu berasal dari ari-ari iblis, Oom." “Bukannva berasal dari batu ‘Karang itu, Jong?" "Lha. iya, Batu kdrangiitu kan ari-ari iblis, Oom " "Ah, sok tabu kgmu, anit" Rayvo.mulai curiga dan | merenungi Kata-kata Ajong fadi_ ‘ "Tblis betina beranak. mengeluarkan bayi dan ari-ari. Bayinva digendong, ari-arinva cibuang. Jatuhnya pas di sinj, Bentuknva ya seperti-batu karang itu, Oom " “Darimana kamu bisa cerita begitu?” "Dari dulu. Oom." jawabnya agak cuck. "Kalau ari- ari iblis itu saya timpuk dengan salah satu ikan saya ini. pasti Suara tangis bavi hilang. Sebab, bavi itu pingsan, merasa ari-arinya digipak dan dia merasa seperti ditimpuk juga " "Maksudmu bagaimana?" Ravo bingung mencerna kata-kata Ajong. Tapi anak itu malas*mengulangi penjclasannya. la hanva menarik tangan Rayo sambil melangkah. “Avo. sava buktikan deh, Qom!" Rayo terpaksa mengikuti langkah anak itu sambil 8 21 “. oo memendam rasa heran dan ragu-ragu. Tapi ketika mereka tiba di batu karang tersebut. Ajong melolos salah satu ikan rentenganny a. [kan itu langsung dilemparkan ke batu Karang tersebut. Bukan Rayo saja, tapi beberapa teamnya ‘yang kebetulan berada di dekat batu karang itu terkeyut mendengar suara berdebam, seperti orang gemuk jatuh dari atas pohon. Buuk...! Dan, batu-karang itu bergetar sedikit "Anech sckali?! Suaranva kok begitu? Padahal bati karang itu dilempar pakai ikan sebesar telapak tangan. mestinva suaranya tidak seberat itu?!" ujar Rayo kepada asistennya: Joko. "Anak siapa dia, Ray?" "Neggak tabu?!” Rayo sentakkan pundak. Ajong menghampirinya. "Tub. diam kan? Kalau nggak percava. coba Oom dengarkan lagi dari tempat tadi. pasti sudab ngeak ada , suara bayi menangis." Dua orang yang bertugas menvimak suara dari kejauhan saat itu memberi isyarat dengan melambaikan kedua tangannya. menyilang di atas kepata. Artinya, mereka tidak mendengar suara bayi menangis. Mercka saling pandang dengan terbengong. Padahal saat itu hembusan angin lebth kuat lagi Alat mencatat gclombang suara pun tidak menunjukan grafik di lavar monitornya. "Sudah, ya Oom, Sava man dagang ikan dulu " "Hey. Jong .. tunggu sebentar!® sergah Ravo. "Oom nggak usah repot-repot dengerin suara bavi lagi deh. Anak iblis itu kalau pingsan lama, Oom. Lagi 22 * pula ari-ari iblis itu nanti akan hilang. Soalnya tadi habis sava timpuk pakat ikan* "Tapi, Jong..." "Rayo... lihat, batu karang ini menyusut. rupanya?!" “Menyusut?!" Ravo bergegas lebih dekat lagi. Ternyata memang terjadi penyusutan pada batu karang tersebut secara sedikit demi sedikit. Batu besar itu seperti mengalami pengempcsan. Makin lama semakin rendab ukurannya, semakin pendek panjangnya, Ketika matahari benar-benar telah tenggelam dan lampu-lampu sudah dipasang menyinari batu tersebut. mereka semakin terperangah melihat ukuran batu semakin kecil, sampai akhirnya menjadi seukuran genggaman tangan orang dewasa. . bh "Gila! Apa vang dikatakan bocah itu tadi meryadi kenyataan! Mana anak itu tadi, Ray?!" tanya Joke dengan tegang. Rayo juga bingung scndiri, karena Ajang, tidak ditemukan di antara kerumunan orang banyak yang terheyan-heran melihat batu karang besar sudah menjadi -sekecil itu. Bahkan beberapa saat kemudian batu tersebut tenyap tanpa. bekas, padahal sudab dipindahkan ke atas meja monitor dan diberi alas kain putih, Sisa debunya pun tak ada ‘Gi atas kain putih tersebut. * @"foong...!. Ajeooong...!" seru Ravo meneari anak kurus tadi. Yang lainnva ikut berteriak memanggil nama Ajong. tapi bocah tersebut tak SBE datang. Tidak juga ditemukan di mana-mana. “Jaigan-jangan dia sendiri anak ibis. Ray?!" kata Joke. Rayo tak bisa menjawab selain tertegun tegang, 3 23 Separoh hatinya membenarkan dugaan Joko, separoh lagi menyangkal. Mana yang benar? Stapa anak kecil itu tadi, sebenarnva?_ RR | 24 2 Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, Rayo tertinggal dari rombongannya. fa membawa mobilnya sendin: Pajero mnerah, dan memang sendirian di mobil itu, Di perjalanan mobil terscbut mogok tanpa di duga-duga. “Anch!" gumam Rayo sambil keluar dari mobil untuk memeriksa mesin. Bukan karena tertinggal tombongan yang membuat Rayo censas, karcna nieski pun tertinggal menurutnya tak perlu dicemaskan. Toh untuk mencapai Jakarta hanya membutubkan waktu sckitar dua setengah jam. Tapi kemogokan mobilnya itulah yang perlu dicemaskan, karcna-sclama ini hal itu tak pernah terjadi. Biasanya jika mobil tak pernah mogok, falu mengalami kemogokan satu kali, maka hari-hari berikutnya pasti akan mengalany kemvgokan berkali-kali, Kecuali jika penvakit mobil seyera ditemukan oleh teknisi di bengkel perawatannya. Beruutung sekali sore ity kemogokan mobil terjadi di tempat ramai. Tak jauh dari situ ada tempat peristirahatan fara pengemudi atau penumpang vang dalam perjalanan ke luar kota. Di sana ada kedai kopi, warung makan_ toilet umum. wartel dan scbagainya. Kira-kira hanya - berjarak 100 meter dart tempat mogoknya Pajero merah lersebut. Pedagang asongan menghampiri Rayo saat Rayo _MISTERIPOHON KEMATIAN 25 mengutak-atik mesin mobilnya, la menawarkan manisan buah dalam kantong Plastik. Ravo tidak tertarik. Hanya menggclengkan kepala, Lalu scorang lagi datang. menawarkan rokok, dan Rayo menolak secara baik-baik. Belum sempat pedagang rokok itu pergi. datang lagi pedagang asongan lainnya dari sisi kanan. [a menawarkan minuman mineral dengan menenteng dua botol minuman tersebut: vang satu berukuran besar, satu lagi berukuran sedang.” , Rayo menolak tanpa memperhatikan pedagang itu. Tapi si pedagang minuman dalam botol plastik itu mendesaknya dengan suara dan gaya bahasa yang menggutkan hati Rayo. "Avo dong, Oom Beli minuman dong. Murah kok. Oom. Masih segar nih. Biar nggak haus, Oom ." "Hev...?!" Rayo tertawa, menarik diri dart bawah kap mesin: , : Pedagang minubtian itu anak berusia 6 tahun, berbadan kurus dan berkulit hitam dengan rambutnya yang pendek kaku. Ajong! Rayo sama sckali tak menyangka akan bertemu dengan anak itu lagi. Padahal kemarin malam dan scharian tadi Rayo dan teamnya mencari-cari anak itu di pantai, tapi tak berhasil’ Penduduk perkampungan nelavan setempat ketika diberitahu Ciri-ciri anak itu. térnvata tidak satu pun yang merasa memiliki anak atau keluarga berciri-citi seperti itu. Karenanya. rombongan yatie mestinya kembali ke Jakarta tadi siang, akhirnya baru meninggalkan pantai sekitar pukul 3 menjclang sore. Sckarang di sini Rayo bertemu dengan Ajong. Padahal jarak pantai dengan tempat tetsebut cukup jauh jika 26 > ditempuh dengan jalan kaki. Perjalafian Ravo pun sudah memakan waktw satu, jam lebih. Rupanva anak itu semalam langsutig pergi meninggalkan pantai, mungkin ikut mobil truk pengangkut pasir atau entah menggunakan kendardan apa, yang jelas hari ini Ajong sudah berada di daerah inendekati gerbang tol menuju Jakarta, "Bagaimana kamu bisa berada di tempat ini. J ong?" “Saya mau ke Jakarta kok, Oom." 4 pi eapeiny Mau jualan minuman yang cuma dua botol v ‘ “Bukan,” Ajong menggeleng polos “Habis, niau ngapain ke Jakarta?" : *"Mau...qnau...." Ajong tampak bingung, Rayotertaia sambil mengucal-ucal rambut jabrik itu, ; "Sudah pamit orang tuamy kalau mau ke Jakarta?" "Nggak. Saya... nggak pamit orang tua, Oom." d aes kenapa? Nanti orang tuamu bingung mencarimu. ong! "Negak. Negak akan dicari kok, Oom,” “Kenapa begitu?" : “Habis, saya nggak punya orang tua sih." “Kakakmu? Paman atau bibi?" Ajong menggeleng polos. "Saya cuma punyadua botol mmuman mi, Oom. Masih dingin kok. Murah nih. Oom. Beli, ya?" Raxo geleng-geleng kepala sambil tersenyumiba, tapi juga kagum atas kebcranian anak sekccil Ajong yang punya tekad mengembara ke Jakarta Sudah pasti anak itu lerobsesi hidup di Jakarta mudah mencari tang. "Mau ikut numpang mobilku, Jong?"” 27 *Tapi saya nggak punya wang, Oom " "Hes, Nak). in bukan taksi_ ya? Bukan biskota juga! Ayolah. bantu aku dorong mobil ini, nant kamu boleh naik dengan gratis!” “Kenapa mesti didorong segala, om? “Accu-nva agak rusak. jadi perlu didorong eal Panggil teman-teman asonganmu biar bantu dorong mobil imi!” : "Negak perlu-lah, Oom. Coba dihidupkan sekali lagi, siapa tahu tokeer, Oom. "Ah, sok taht kau ini!" geruty Rayo tetap dengan wajah ceria. Tap) ia pum mengikuti saran itu untuk membuktikan pada Ajong, bahwa mobil butuh tenaga pendorong. Tapi ketika,Ravo meustarter mobil terscbut drrung...! Ternyata langsung berhasil. ‘Tidak banyak esulitan apapun. Bahkan suara micsinnya terdengar lebih bening dari scbclumnya. Maka, tcrtegun bengong Rayo scketika itu juga. Ajong cengar-cengir dengan sedikit membusungkan dada. - "Tuh, benar kan apa kata saya, Oom? Tokcer kan?" Rayo tak bisa berkomentar. Tapi ia meniermukan firasat ganjil yang sulit diterjomahkan dengan kata-kata. Yang, jelas, sore itu ia mélncur ke Jakarta bersama bocah dekil berpakaian sama seperti saat jumpa pertama di pantat kematin 5) ae "Kamu sudah pernah ke Jakarta scbolum ini..Jong?" *"Sebentar," jawabnya ‘kurang pas. Tapi anak itu tenang saja. tak merasa menjawab dengan kurang tepat. Merasa sudah betul apa yang dilontarkan dalam jawabaneva itu (ee 28 "Kapan kamu pernah ke Jakarta? Sudah lama?” » *Yaaah, lumayanlah. .." jawabnva lagi terkesan sok tua. “Neapain kanm ke Jakarta waktu itu, Jong?" “Cari pacar." kali mi jawabannya terkesani seenaknya, sengaja begitu, dan sambil cengar-cengir konyol. Rayo tertawa agak keras, karena jawaban itu saina sekali di juar dugaan *Keeil-kecil udah cari pacar kau ini bagaimana sih, Jong? Sekolah dulu yang betul, baru cari pekerjaan, kalau sudah dapar, baru cari pacar. Begitu." "Habis, npgak ada yang nyckolahin saya sih.” "Apa kamu mau kalau Oom sekolahkan di dekat rumah Oom sana?" “Mau. “Tapi nant yang menjualkan ninuman dagangan saya ini, stapa dong? Oont mau menjualkan?" “Ya, udah! Dua botol minumanmu itu Oom yang beli semua deh. Jadi kanm nggak usah jualar lagt, Sekolah saja. Mau nggak?” - “Hmmm, perlu saya pertimbangkan dulu deh, Oom." "Ubhh...! Lagalatur kayak anak dewasa saja, pakai pertimbangan segala." Rayo. mengacak-acak kepala Ajong. Rasa_geli mendengar kata-kata itu tak terlalu diumbar keras-keras. "Kalau saya masuk sckolah. saya nanti boleh cari pacar, Oom?" _ "Nggak boleh dong! Sckolah va sckolah. Harus sampai selesai. jangan mikirin pacar dulu." "Saya kcpingin kayak Oom deh Punya pacar cantik sekali.” 20 | “Husy! Kau int benar-benar sok tahu, Jong!" "Aah. saya memang tabu kek kalau Oom punya pacar cantik. Iya. kan? Pacar Oom cantiknva kavak ek kan? Mungkin memang bidadari beneran tuk, om, Rayo makin geli, tapi juga semakin terheran-heran. "Tahu dari mana kau kalau aku sudah punya pacar secantik bidadart?" paneing Rayo tak mau terang- terangan meny atakan rasa penasarannya. Ajong, térsenyum-senyum, duduknya sangat santai, Scbentar- sebentar,.melirik Rayo di samping kanannya, sesekali melirik ke kiri. lalu memandang ke depan dengan tenang. "Hey. aku tanva belum dijawab, Dari mana kau tabu kalau aku punya pacar secantik bidadari?" desak Rayo. "Dari... dari...." Ajong tampak ragu dan bingung, “Dari mana, coba jawab!" "Ya. dari kedua mata Oom sendiri dong " "Apa...?7!" Rayo agak kaget serta.semakin herab. “Maksndiea, di kedua mataku ada bidadarinya, begitu?" Ajong mengangguk polos "Kadang-kadang ada, kadang-kadang npgak ada. Kalau di kedua mata Com itu kelihatan ada bayangan wajah cantik bidadari, berarti Oom sedang mennkirkan gadis itu. Tapi kalau nggak ada bayvangan wajah ‘cantik, berart: Oom sedang memikirkan masalah lain. Sejak kemarin sore tuh, saya tahu Oom memikirkan pacar Oom. Soalnya, scbentar-sebentar mata Ocm mengeluarkan bayangan wajah cantik sih.” "Benar juga anak ini?” pikir Ravo. "Komarin ‘sore . Memang aku scmpat membayangkan Kumala. bahkan punya rencana mau memanggil dia untuk membantuky 30 meneliti batu karang itu. Wah. bocah ini makin fama kok semakin mencurigakan. yal" Rayo semakin i Uae ‘tahu lebih banyak lagi tentang anak itu. "Ciri-ciri pacarku itu scperti apa, coba sebutkan?!" Ajong seperti menerawang, menatap lurus ke depan dengan mata sedikit dikecifkan. Suaranya menjadi datar, tak jelas titik komanya. “Rambut panjang, hidung mancung cakap, matanva bening teduh, bibirnya indah warna ranum segar. kalau tersenyum ada lesung pipitnya, berkulit putih lembut sehalus kulit bayi.. hmmm, terus... badannya ramping, tinggi, bentuknva bagus sekali dan.“ dan..." Tiba-tiba anak itu memckik. "Awas. Oom...!" Weesss...! Hampir saja mobil itu nyelonong ke kiri dan nyaris menabrak truk yang sedang berhenti untuk ganti ban Untung saja Ajong berteriak seperti itu, membuat keterpakuan Rayo mendengar kata-kata yang tepat dengan kenyataannya itu menjadi buyar. Seandainva Ajong tidak berteriak, mungkin Rayo masih terbengong- bengong penuh keheranan mendengar anak itu bisa menvebutkan ciri-cirinya Kumala Dewi. Mungkin saja akibat bengongnya itu dapat mnembpat mobil itu menghantam truk di pinggir jalan. Suara handphone membuat Ajong tak jadi bicara. Rayo segera mencrima telepon tersebut. Suara. lembut dan mesra terdengas dari seberang sana. Suara itu adalah suara si cantik putri tunggal Dewa Permana dan Dewi Nagadini dari Kahyangan, yaitu Kumala Dewi alias si Dewi Ular. : 31

You might also like