TARA ZAGITA —
7
’
oo a
tof fa
Catut i ° Ot
atutsana:s logspot.cotn —t
7 : = ,
Cerita int adalah fiktif, bila ada persamaan nena, tempat
maupun peristiwa, tu hanyalah kebetulan belaka dan
fidak bermaksud MENVINSUNY siapa pun
"
‘Tara Zagita
Serial Dewi Ular
MISTERI
POHON
KEMATIAN
Sinar Matahari
Jakarta
eoa MISTERI_POHON KEMATIAN {
Oleh Tara Zagita
Serlal : Dewi War
Gambar sampui oieh Fan Sardy
Panerbit Sinar Matahari, Jakaria
‘ Hak cipta pada Penerbit
Dilarang merigcopy atau memperbanyak
Sebagian atau seluruh istbuku int
tanpa izin tertulis dari penerbii
1
SESOSOK mayat dimgkamkan menjclang pukul
empat sore. Mercka vang hadir dalam pemakaman
tersebut rata-rata berpakaian lusuh. Penampilan mereka
sangat sederhana. Terkesan kumuh dan kumal. Alas kaki
mereka hanya sepasang sandal. Kalau toh ada yang
memakai scpatu, itu pun sepatu rombeng. Jumlah mereka
tidak sebanyak pemakaman biasanya. Kali ini mereka >
hanya sekitar 15 orang. Tidak satu pun yang datang ke
pemakaman tersebut mengendarai mobil atau motor.
Mereka berjalan kaki sebelum tiba di pemakaman.
Berbaris tak beraturan mengiringi jenazah yang-digotong
memakai keranda berkarat. Kain penutup keranda tak
sampai menutup rapat Bahkan di salah satu tepinya
tampak kain penambal warna beda.
Tetapi-sebelum jenazah diturunkan ke liang kubur, ada
sebuah mobil sedan mewah berhenti di depan gerbang
tanah pemakaman. Mobil itu adalah BMW warna hijav
bening. seperm batu giok. Derum suara mobil berhenti °
membuat scbagian besar dari, mereka yang sedang
bersiap-siap menurunkan jenazah menjadi berpaling satu-
persatu. Mereka menatap sedan mewah itu. Mereka
terheran-heran melihat scorang gadis cantik jelita
berpenampilan sangat ckslusif kcluar dari mobil.
mengenakan kacamata hitam dan kerudung kepalama
§dan kain sitera warna hitam pula
“Siapa dia?"
“Negak tahu."
"Mungkin mau ziarah ke salah satu makam di sint."
“Tapi kok wajahnya menghadap ke kita"
"Iya. Sepertinva memandang kemari tuh."
Lala, seorang pemuda berpakaian rapi juga turun dan
mobil. Penampilannya memang Iebih keren dari mereka,
Namun masih kalah bagus dengan penampilan gadis .
cantik jelita itu S1.pemuda yang tadi keluar dari pintu
sopir berjalan sedikit ke belakang si gadis cantik. Orang-
orang lusuh di sekeliling liang kubur itu semakin berkerut
dahi, karena ternyata kedua pemumpang mobil mewah
tadi berjalan mendekati mereka. Rupanya kedua orang
keren itu juga ingin ikut menghadiri upacara pemakaman
Jenazah tersebut. _
"Wah. bau bunga apa ini? Kok harum sekali?!"
"Ya. ampun.., begitu gadis itu mendekat kemari,
langsung sckitar tempat ini jadi wangi sckali?!"
"Iya Iho... padahal dia nggak membawa bunga apa-
apa tub!"
"Ssst...1 Mungkin gadis cantik itulah yang bersama
Nona Dewi. hmmm... Kumala Dewi."
“Ab, sok tahu luh. Darimana kamu tahu kalau dia
Nona Kumala Dewi. paranormal kondang itu?"
“Bau wangi ini!" ‘
“Maksudmu?"
"Konon:.. menurut kabar yang pernah kudengar. Nona
Kumala Dewi memiliki keistimewaan. Ke mana pun dia
pergi sclalu ditkuti oleh wewangian yang sedap, harum
%
sekali, tapi tak membosankan. Dan, konon lagi... aroma
Wangi itu berasal dari tubuhnya Nona Kumala."
"Maksudmu, keringat gadis itu menyebarkan aroma
wangi seperti sekarang ini?"
“iva! Tapi ita menurut kabar yang kudengar Iho. Aku
* sendiri belum pernah berterou dengan Nona Kumala Dewi
itu, Apa benar vang ini orangnya, atau bukan sama sekali."
"Sst...! Sudah, sudah... jangan pada brisik! Jenazahnya
mau dimakamkan tuh!"
Suasana di pemakaman menjadi sepi. Hening. Biar
matahari memancar terang, panasnya menyengat kulit.
tapi tidak ada satu pun dari mereka yang membawa
payung untuk berteduh sendiri. Tak heran jika tubuh
mereka mengkilap karena keringat bercucuran. Toh
mereka tak peduli dengan keringat. Mereka punya
ketulusan hati, mengantar kepergian sesosok raga yang
sudah ditinggalkan oleh rohnya itu. Mereka punya niat
memberi penghormatan terakhir kepada almarhum yang
ingin pergi sclama-lamanya.
Suara adzan terdengar pelan di tepi liang lahat.
lramanya mengharukan sekali. Hati mereka seperti disayat
sembilu Itulah sebabnya mereka menundukkan kepala.
Mengikuti acara pemakaman dengan sangat khidmat. Tak
satu pun vang bersuara. selain yang punva kepentingan
dalam upacara pemakaman tersebut. Tak satu pun yang
sengaja mencari tempat teduh untuk menghindari
sengatan sinar matahan, Mereka sangat polos, lugu, apa
adanva.
Salah seorang pengemudi sebuah mobil vang sedang
mclintas di jalanan dekat tempat pemakaman urnunvitusempat terperanjat melihat BMW hijau cerah parkir di
pemakaman tersebut. Orang yang mengemudikan opel
Optima warna merah metalik rtu bertanya-tanva dalam
hatinya.
“"Neapain mobilnya Kumala parkar di situ?" Dan.
karena tempat pemakaman umum itu memiliki pagar vang
sudah rusak. banyak bagian yang rubuh atau hancur,
maka suasana di dalam pemakaman itu dapat dilihat dari
jalanan_ Gadis pengemudi Opel Optima merah itu semakin
heran melihat Kumala dao Sandi menghadiri pemakaman
jenazah yang dihadiri olch orang-orang lusuh dan kumuh
itu.
“Ya. ampun... dari sekian orang hadir di sana, cuma
Kumala dan Sandhi yang kelihatan rapi, bersih dan keren.
Siapa sih yang mau dimakamkan saat ini, sampai Kumala
mensempatkan hadir dalam pemakaman terscbut? Aku
kok jadi penasaran melihat Kumala berada di antara or-
ang-orang kumal itu?”
Si pengemudi mobil merah itu ikut-ikutan memar-
kirkan mobilnya di samping BMW hijau tersebut. Gadis
itu €ernyata adalah Chitana. anak scorang pejabat tinggi
yang kenal baik dengan Kumala Dewi karcna pernah
disclamatkan oleh Kumala dar sebuah kasus kriminal,
maupun kasus gangguan gaib, (Baca serial Dewi Ular
dalam cpisode: "KUPU-KUPU IBLIS”).
Ketika suara adzan telah berhenti. mayat sudah
diturunkan ke liang kubur, mereka pun bersiap-siap untuk
menimbun liang kubur itu dengan tanah galian. di
sckclilingnya. Tetapi tiba-tiba gadis cantik jelita
berkacamata hitam dan mengenakan jas kantor dengan
-
span pasangannya itu. segera berseru dari ane
dalam keadaan tetap berdin tenang, kedua tangan terlipat
di dada.
. Jangan dulu ditimbuni tanah!"
Spontan mereka memandang heran ke arah Kumala
Dewi. Gadis cantik itu menyunggingkan senyum pendek
tapi terkesan lembut, ramah, serta berwibawa. Ia mau
beberapa langkah, didampingi olch sopir pribadinya; San-
dhi.
"Saya mohon dengan hormat kepada Bapak-bapak
dan semua vang hadir di sini, agar jangan menimbun liang
kubur dengan tanah. Kita tunggu dulu sampai beberapa
saat.”
“Maksudnya apa.’ Nona?" tanya orang yang tadi
menyerukan suata adzan di tepi liang kubur. ”
*Nanti akan kita hat dengan jelas maksud saya ini,
Pak. Tunggulah bebcrapa menit, sctelah itu kalau mau
ditimbun dengan tanah, ya silakan!" :
"Kami sudah kepanasan begini, masa’ disuruh
menunggu sih?”
"Saya tabu..." kata Kumala dengan penuh hormat
dan sopan sekati kepada bapak tua yang tadi menyverukan
suara adzan itu. Tapi kata-kata tersebut tidak dilanjutkan
Kumala Dewt melambaikan tangan kepada juru, kunci
yang ikut sibuk dalam pemakaman jenazah tersebut. Si
juru kunci beruban tak rata itu menghampiri Kumala
dengan sikap sopan juga. i
"Nona memanggil saya?"
"Pak. saya minta tolong... bisa?"
"Boleh. Apa vang hanus saya baritu; Nona?"
MISTER] POHON KEMATIAN 9"Tolong ambilkan air satu gavung saja. Setengah
gayung juga boleh. Bisa kan, Pak?"
"Bisa sih,tapi...." yuru kinci itu heran dan ragu-ragu.
Salah scorang dari mereka menyahut. "Nona, saya
punya sisa air minum nih. Bisa dipakai?"
. "O, ya... terima kasih." kata Kumala dengan senyum
lebih bersahabat lagi. la menerima sebotol air mineral
yang biasa dijual di pinggir jalan atau di lampu merah. Air
itu tinggal separoh botol kurang. Kumala Dewi menyérah-
kannya kepada Sandhi Penida itu menerimanya dengan
bingung juga
“Apa maksudmu memberikan air ini padaku?"
“Tolong. siramkan air itu pada bavanganku ditanah!"
Bukan hanya Sandhi yang semakin heran, tapi yang
Jainnya juga bertambah heran. Saling mendckat dan
memandangi bayangan gadis itu. Sandhi menyiramkan
air.tersebut ke tanah yang tampak hitam karena terdapat
bayangan tubuhnya Kamala. Air itu pun tertuang habis.
Mereka memandang wajah Kumala dengan masih tidak
mengerti apa maksud Kumala miata bayangannya disiram
air.
Cahaya terang dengan panas yang menyengat itu tiba-
tiba surut dengan sendirinya. Seperti ada awan tebal yang
memayungi mereka dan membuat suasana panas menjadi
teduh. Tapi ketika mereka melihat ke langit, ohh... cerah
sekali?! Tidak ada mendung sedikit pun, tidak ada awan
yang menutupi matahari. Hanya saja, pancaran cahaya
sinar matahari itu sekarang tampak redup. schingga tanah
pemakaman itu pun menjadi teduh. Scmilir angin
menyegarkan suasana vang ada. Udara tak sckering tadi.
10
Bayangan mereka yang tadi tampak jelas. sekarang
kelihatan samar-samar sekali karena tidak mendapat
penyinaran yang kuat. seperti sebelum bavangannya
Kumala disiram air mineral.
Maka, mereka pun terbengong terkagum-kagum
sambil tak berkedip memandangi Kumala Dew1. Wajah-
wajah yang Yadi menveringai menahan rasa panas yang
menyengat kulit, sckarang mulai tampak berserirseri, lega
‘dan senang sckali mendapat keteduhan ajaib itu. Salah
séorang dari mereka berkata pelan kepada temannya.
"Wah, hebat sekali gadis itu?! Begitu bayangannya
disiram air, alam menjadi adem. Kita nggak kepanasan
kayak tadi."
“Pasti dia gadis sakti. Punya ilmu yang tinggi.” Yang
jain ikut berkomentar senada, Suasana bergemuruh
seperti puluhan ekor lebah terbang di sekitar kuburan vang
belum ditutup liangnya itu. Chitana yang datang
menghampiri Kumala juga ikot menyatakan keheranannya
melihat keganjilan alam di sore itu, Ja yakin. pasti semua
ini ulah Kumala Dewi. Z
*"Bapak-bapak.. | Mohon perhatian... mohon
perhatian, Bapak-bapak!" seru Kumala untuk meredakan
suara gemuruh itu. Sandhi membantu dengan memberikan
tepuk tangan peringatan untuk mereka.
Begitu mereka diam serentak, hening tercipta, dan
Kumala segera herkata. "Toloig sekarang Bapak dan
hadirin di sini menyimak baik-baik adanya suara - aah,
ity suaranya. Dengar?”
"Maat._.! Somaaat_.! Juum._ tolong aku ini, Jum!"
Mereka sama-sama tercengang kagcet.
"Hah...?! Sepertinya,.. sepertinya itu suaranva Pak
1Karim?!"
"Wah, iva..! Betul. itu suaranya Mang Karm...!"
Mereka memusatkan perhatian-ke dalain liang kubur.,
Tampak di dalam sana jenazah yang terbalut kain kafan
itu bergerak-gerak. Matanya terbuka tapi menveringai
karena takut kelilipan serpihan tanah sekolilingnya.
, “Gawat?! Mayatnya Pak Karim hidup lagi!” teriak
salah seorang. Yany lainnva ikut berseru sambil berlari
menjauhi liang kubur
-"Mayatnya bangkit lagi! Awas. Dia _bangkit dari
kuburnv al!"
"Maaan, tolongaku, Maaanr 2" suara dari dalars liang
kubur itu semakin berteriak keras lagi.
Sandhi dan Chitana pon hamptr saja tkut lari tinggang
langgang sepertimereka. Tetapi melihat Dewi Ularjustra
emendekati liang kubur, maka mereka berdua tak jadi
melarikan diri, melainkaa justru ikut-ikutanmendekati lang
kubur. Mereka melihat jenazah yang tadi dibaringkan, kisi
sudah berdiri sambil memegangi kain kafannya supaya
tidak tersingkap lepas dari tubuhnya.
"San... ulurkan tapganmu, biar Pak Kan bisa Naik
dari kedalamh liang kubur ini!"
* "AK... akutakut, Malt"
"Neggak apa-apa! Dia memang hidup kembali dari
kematiannya. Normal kok. Makaniva aku memyurubnu
belok *kemari dan mengikuti upacara pemakaiman ini.
sebab aku mendengar suara Pak Karim memiota tolong
agar jasadnya jangan dikuburkan dulu. karena rohoya
diperintahkan kembal ke bumi olch si penguasa alam
kubur Dia nggak jadi mati! Maka sekarang. bantu dia
naik ke atas!"
ne
Melihat Sandhi agak ragu dan kerepotan membantu
Pak Karim naik dani liang kubur itu, maka beberapa or-
ang dari mereka mulai berdatangan. Memberikan bantuan
dengan cara masing-masing. Akhirnya Pak Karim pun
bisa keluar dari liang kubur itu dan mengucapkan terima
kasih berkali-kali kepada Kumala Dewi.
"Saya tadi khawatir-Non tak mau menyampaikan
pesan saya kepada mereka. Kalau mereka tadi benar-
benar sudah terlanjur mengubur raga saya. maka saya
akan sangat tersiksa kembali masuk ke raga ini dafain
keadaan tertimbun tanah sebanvak itu...!"
Kini, Sandhi baru mengerti mengapa majikan
cantiknya ugotot minta berhenti di'depan gerbang tanah
pemakaman umum itu. Rupanva kekuatan gaib atau
kesaktian si anak dewa itu'telah berkoraunikasi dengan
roh Pak Karim yang melayang-layang berusaha -
menyampaikan pesan kepada mereka, agar jasadnya
jangan dikuburkan dulu. Untung mereka mau menuruti
saran Kumala. schingga Pak Karim pun dapat hidup
kembali bersama anak, menantu damcucu.
"Siapa sih Pak Karim itu, Kumala?" tanya Chitana
sewaktu mereka ingin masuk mobil masing-masing.
"Aku sendiri belum pernah kenal. Dugaanku dia
adalah scorang pemplung, dalam masyarakat serba mi-
nus. tapi rohnya‘sempat tersesat karena dimdnfaatkan
oleh suatu kekuatan gaib hitam. Namun karena roh Pak
Karim tidak memenuhi syarat, akhirnya disuruh pulang
kembali ke raganya."
"Benarkah begitu?"
"Analisaku selintas. memang begitu. Yang, Jelas. sore
int aku memang harus menyelamatkan dia dar
13penimbunan tanah kuburannya itu. O, va .. kamu sengaja-
ziarah atau...2"
“Aku penasaran saja. kebetulan ee ‘at sini dan
melibatmu di antara mereka, lalu aku ingin tahu. Sor.
aku harus scgera menemui Abicl. Udah telat. setengah
jamnih."
"Bagaimana dengan Abiel? Kekasih hatimu itu okes-
okey aja?"
"Very oke," jawab Chitana sckenanya. "Main ke
rumah dong. Nanti malam Abiel ada acara Iho Pesta
kecil-kecilan, sckedar memperingati ultah adik Bungst
nya.”
" "Mudah-mudahan nanti aku sempat ke sana. Salam
buat dia!"
Lalu, mereka pun berpisah. Di. perjalanan Sandh:
sempat merenungi kejadian di makam tadi. fa bénar-benar
heran melihat Kumala punya imisiatif untuk melintas di
jalanan dekat makam tadi, dan temyata memang mgin
singgah-di sana. la sama sekali tak menyangka majikan
cantiknya ternyata punya misi khusus di pemakaman tai
"Sejak kapan kamu mendapat firasat mengenat
pemakaman als Karim tadi. Kumala?"
"Sejak.... " Kurla tersenyum taanis. "Sema uni gara-
gara bocah bandel itu.”
“Maksudinu... si Ajong. bocah temuannya Rayo itu?!”
Kumala Dewi mengangguk sambil tersemum gel
ancmbayangkan bocah berusia sekitar 6 tahun vang sok
tua itu
eee
14
Rayo Pasca bukan orang asing lagi bagi Kumala Dewi
maupun para simpatisannya yang pernah ditolong dari
fenomena-fenomena muistik. Rayo adalah pria tampan
berpenampilan tenang, eksklusif. dan charming. vang
untuk seméntara ini masih menjadi penghunt relung hati
Kumala. Ia tergolong pemuda cool tapi romantis dalam
tatapan matanya. Rayo juga pria yang memiliki tngkat -
kecerdasan cukup tinggi, schingga punya reputasi dalam
karirnya sebagai staf abli bidang riset di Lembaga Pusat
IPTEK swasta. Specialis bidang yang ditangani Ravo
Pasea adalah penelitian unsur-unsur supranatural dari
sebuah pensmuan. yang oleh para ilmuwan, setempat
diberi istiJah: "X-Project. OJeh karcnanya, hari ini Rayo
masih berada di sebuah pantai tak jauh dari Jakarta. Meski
matahan sudah hampii terbenam selurubnya di cakrawala
barat, tapi Rayo dan team work-nya masih berada di
sekitar karang ajaib. Batu karang itu berada 10 meter
dari batas perairan pantai. Ukuran batu karang terschut
cukup besar. kira-kira seukuran badan seekor kuda nil. -
Bentuknya menyerupai bentuk janin meringkuk dalam
kandungan sang ibu.
Batu karang itu berwarna abu-abu dengan Inbang-
lubang kecil seperti rumah Iebah. Menurut ‘penduduk
sekitar pantai, batu karang tersebut bélum pernah dilihat ‘
mereka sebclumnya. Batu sekitar dua minggu yang lalu
seseorang mcnemukan batu anch itu, yang segera menjadi
pusat perhatian masyarakat pantai. Ternyata bukan hanya
bentuknya seperti janin merimgkuk saja vang membuat
batu itu dianggap karang misterius, tetapi-suara vang
kcluar dari bato karang itulah yang paling menarik
15e
perhatian mereka.
Setiap angin pantai berhembus kencang. terutama
menjelang petang sampai larut malam, batu karang itu
mengeluarkan suara seperti bayi menangis. Jika didekati,
suara itu hilang’walau pun angin kencang menerpanya.
Tetapi jika mereka berada di kejauhart sekitar 500 meter,
barulah mereka mendengar suara tangis bavi vang
menggema bening, hingga setiap isak dan tarikan nafas
terdengar jelas dalam tangis tersebut.
Peristiwa ganjil itu sampai di telinga lembaga tempat .
Raso bekerja. Lalu, beberapa stafnya ditugaskan untuk
mengadakan penelitian pada batu karang tersebut. Provek
penclitian itu dipimpin olch Ravo Pasea, dan sudah berjalan
selama dua hari. Mereka mencari tahu, apa penycbab
ttmbulnya suara bavi menangis pada karang tersebut
manakala terkena hembusan angin. Mercka juga ingin
mengetahui penyebab timbulnva perbedaan jarak dengar
-yang secara hukum alam belum pernah dijumpai di mana-
mana. Mengapa suara bayi hanya bisa didengar dari jarak
500 meter lebih, sementara dari jarak dekat ‘siapa pun
tak bisa meridengar suara tangis bayi tersebut. Maka.
peralatan-peralatan canggih pun diturunkan. termasuk
instalasi radar sistem kompiografis yang mampu melacak
sumber suara sekecil apapun di dasar laut.
"Coba check dulu seberapa tinggi kelembaban udara —
saat ini, lalu ulangi lagi pelacakan sistem acak seperti
tadi!" perintah Rao kepada anak buahnya. Kemudian ia
pindah ke seberang karang untuk memeriksa hasil analisis
peralatan suprasonik-nya. e
Seorang bocah berambut hendets kaku menghampin
16
Rayo ketika Rayo berada dalam jarak 500 meter dari
batu karang anch itu. Pada waktu itu Rayo senpaja berada
sendirian untuk menyimak suara bavi menangis yang
diprediksikan scbentar lagi akan terdengar; karena angin
pantai menjelang petang mulai berhombus kencang. Ravo
duduk diatas batu hitam, di bawah pohon berdaun rindang.
dikelilingi belukar pantai semacam tanaman bayam.
Bocah berkult hitam tak terlalu keling tapi bertubub
kurus ceking itu menghampiri Rayo dari arah belakang.
Langkahnva yang menginjak tanaman belukar menim-
bulkan suara yang membuat Rayo cepat berpaling.
Mengetahui ada seorang bocah bercelana kolor abu-abu
dengan kaus kutang kumal robek sedikit itu. Rayo segera
tak pedulikan anak tersebut. Serenteng ikan basah
ditenteng anak itu. Bagi Rayo, bukan hal aneh. Sebab
anak-anak Kampung nelayan lainnya juga berpenampilan
seperti itu, Mereka sering menghampiri para peneliti untuk
menawarkan dagangan: makanan goreng, es plastik.
kerupuk sambal, lontong atau apa saja.
Dugaan Rayo benar: bocah kunis usia sckitar 6 tahun
itu menawarkan ikan yang ditentengnya. Sckitar enam
atau tujuh ekor ikan: yang mungkin basil tangkapan
bapanya. disodorkan di depan mata Rayo sambil diangkat
tinggi-tinggi. i
"Ikan, Oom. Masih basah, Gurih ini, Oom, Miirah
kok."
Sekedar basa- Bee keramahan terhadap penduduk
setempat, Rayo pun mepytnggingkan senvum sambil
inengg@lengkan kepala. Bocah itn berusaha membujuk
agar ikannya dibeli.
MISTER] POHON KEMATIAN +7,"Dibakar saja udah enak ini, Oom. Beli dong, Oom
Masih segar kok Anak baronang ini, Qom. Ya, beli ya,
Oom? Murah. Oom."
"Nggak, Dik Tawarkan pada teman-teman Oom
yang lain deh. Tuh, yang di sana itu biasanya pada suka
ikan bakar Tawarkan pada mereka. ih!"
"Oom nggak suka ikan bakar?" 3
"Suka. Tapi sckarang Oom sedang nggak kepingin
ikan bakar,” Rayo menjelaskan dengan sabar sekali.
"“Buat nanti malam, enak juga lho, Oom. Beli deh,
Oom."
"Begini saja...." Rayo mengeluarkan selembar uang
lima ribuan “Nih. Oom kasih kamu vang. lalu pergilah
menawarkan ikanmu kepada yang lam, Jangan ganggu
ketenangan Oom dulu, ya?"
"Terima kasih, Oom," anak itu tersenyum girang.
"Tapi... harga ikannya tujuh ribu kok, Oom. Kalau cuma
lima ribu, kurang dong.”
"Tapiikanmu kan aggak Oom ambil? Masih bisa kamu
jual kepada yang lain. Jadi kamu nggak rugi."
"Ooo... masih boleh saya jual? Dengan harga berapa,
ya Oom?"
"Yah. terscrah kamu. Mau dijual dengan harga berapa
saja itu terserah kamu. Dik." Rayo menahan tawa geli
dengan senyum manisnya.
"Baiklah, kalau begitu tkan mi saya. ual dua ribu saja,
ya Oom? Kira-kira bagaimana?"
Akhumya tawa geli Rayo tak bisa disembunsikaa lagi
Bocah itu dinilainva sebagai bocal yang pandai bicara
dan sok tua dalam bicaranya Rayo jadi bersimpati
8
terladap anak itu. Semakin ditanggapi bicaranya semakin
menggelikan. Polos, lugu, tapi mengandung kekonyolan
yang tak disadari dan tak berharap ditertawakan. Sialnya,
anak itu tidak mau segera pergi. sementara Rayo Botuh
suasana tenang untuk memusatkan konsentrasinya.
"Namamu siapa?"
"Ajong, Oom."
"Sudah sekolah?" 4
"Negak," anak itu menggeleng lugu. Matanya
f memandang ke arah orang-orang di sckitar batu karang
tersebut.
"Bapakmu nelayan, ya?"
"Belum,” ia menggeleng lagi tanpa menyadari
Jawabannya kurang tepat untuk peitanyaan tadi Rayo
~geli sendiri.
“Kakakmu vang ree nelayan, mungkin, iva" ‘
“Bukan."
"Terus, yang menangkap ikan-ikan itu siapa?"
“Saya sendiri dong. Mau beli ikan saya. Oom?”
Rayo semakin terguncang badannya karena tawa geli
mendengar kata-kata Ajong.
"Sudah, sudah... sana pergi ke tempat orang banvak
sana... Tawarkan ikanmu pada mereka.”
"Mereka sudah bosan makan ikan, Oom. Apalagiikan
hasil tangkapan saya ini. pasti mereka nggak mau
membelinya, Oom."
"Kenapa?"
"Ikan tangkapan saya biasanva dianggap kurang
dewasa, jadi orang-orang malas membeli ikan yang masih
anak-anak begini." _
19on
"Ah. masa’ sith?” sambil Rayo menahan tawanva
“Tapi, apa betul yang menangkap ikan ini kamu sendiri,
Jong?”
"Betul. Oom. Tuh, Oom aja nggak percaya kan kalau
yang menangkap ikan-ikan ini sava sendirt?”
“Kamu kan masth kecil, mana mungkin kamu
menangkap ikan-ikan ini? Di mana kamu menang-
kapnya?"
"Di tongah sana dong!" sambil menunjuk lautan yang
mulai berombak besar 2
"Bersama siapa kamu mencani ikan di tengah lautan
sana?"
"Sendirian dong!" sambil terkesan membanggakan
dir, .
"Pakai jala apa pakai kail?" ‘
"Pakai tangan dong. Oom. Begitu dia berenang di
kaki saya langsung saya tangkap. Haap...! Kena deb."
“Lho, kamu ménangkap ikan di tengah-laetan
menggunakan perahu kan?"
"Nepaky tuh." Jawabnya polos, Innocent sckali
kelihatannya.
“Habis, pakai apa kamu ke tengah lautan sana?"
"Jalan kaki aja. Oom. Ngapain paki perahu. ntar
malah terbalik ditabrak ombak.-ith... ngeri sava, Dom.”
"Yalan kaki...?!" Rayo berkerut dahi, sempat curiga.
tapi segera tertawa pelan. Jelas anak itu ngibulnya terlalu
berani. Tapi dasar anak-anak: mau. aa mau Rayo
memakhuminya. ‘i
"Oom. kalau ikan mi.
"Sst..." desis Rayo mens uruh ajong berhenti bicara,
20
karena angin semakin kencang dan suara tangis bavi mulai
terdengar samar-samar. Ajong tampak kecewa kata-
Katanya diputus dan disuruh diam. 1a tak menunjukkan
- rasa herannya. padahal suara ‘tangis bayi sudah semakin
jelas. ¢
"Suara tangis bavi itu mulai terdengar. Kaniu
mendengarnya juga bukan?" tanva Rayo.
“Ah, itu biasa buat saya, Oom."
“Biasa bagaimana?"
“Suara bayi menangis itu berasal dari ari-ari iblis,
Oom."
“Bukannva berasal dari batu ‘Karang itu, Jong?"
"Lha. iya, Batu kdrangiitu kan ari-ari iblis, Oom "
"Ah, sok tabu kgmu, anit" Rayvo.mulai curiga dan |
merenungi Kata-kata Ajong fadi_ ‘
"Tblis betina beranak. mengeluarkan bayi dan ari-ari.
Bayinva digendong, ari-arinva cibuang. Jatuhnya pas di
sinj, Bentuknva ya seperti-batu karang itu, Oom "
“Darimana kamu bisa cerita begitu?”
"Dari dulu. Oom." jawabnya agak cuck. "Kalau ari-
ari iblis itu saya timpuk dengan salah satu ikan saya ini.
pasti Suara tangis bavi hilang. Sebab, bavi itu pingsan,
merasa ari-arinya digipak dan dia merasa seperti
ditimpuk juga "
"Maksudmu bagaimana?" Ravo bingung mencerna
kata-kata Ajong. Tapi anak itu malas*mengulangi
penjclasannya. la hanva menarik tangan Rayo sambil
melangkah.
“Avo. sava buktikan deh, Qom!"
Rayo terpaksa mengikuti langkah anak itu sambil
8
21
“.
oomemendam rasa heran dan ragu-ragu. Tapi ketika mereka
tiba di batu karang tersebut. Ajong melolos salah satu
ikan rentenganny a. [kan itu langsung dilemparkan ke batu
Karang tersebut. Bukan Rayo saja, tapi beberapa teamnya
‘yang kebetulan berada di dekat batu karang itu terkeyut
mendengar suara berdebam, seperti orang gemuk jatuh
dari atas pohon. Buuk...! Dan, batu-karang itu bergetar
sedikit
"Anech sckali?! Suaranva kok begitu? Padahal bati
karang itu dilempar pakai ikan sebesar telapak tangan.
mestinva suaranya tidak seberat itu?!" ujar Rayo kepada
asistennya: Joko.
"Anak siapa dia, Ray?"
"Neggak tabu?!” Rayo sentakkan pundak. Ajong
menghampirinya.
"Tub. diam kan? Kalau nggak percava. coba Oom
dengarkan lagi dari tempat tadi. pasti sudab ngeak ada ,
suara bayi menangis."
Dua orang yang bertugas menvimak suara dari
kejauhan saat itu memberi isyarat dengan melambaikan
kedua tangannya. menyilang di atas kepata. Artinya,
mereka tidak mendengar suara bayi menangis. Mercka
saling pandang dengan terbengong. Padahal saat itu
hembusan angin lebth kuat lagi Alat mencatat
gclombang suara pun tidak menunjukan grafik di lavar
monitornya.
"Sudah, ya Oom, Sava man dagang ikan dulu "
"Hey. Jong .. tunggu sebentar!® sergah Ravo.
"Oom nggak usah repot-repot dengerin suara bavi
lagi deh. Anak iblis itu kalau pingsan lama, Oom. Lagi
22
*
pula ari-ari iblis itu nanti akan hilang. Soalnya tadi habis
sava timpuk pakat ikan*
"Tapi, Jong..."
"Rayo... lihat, batu karang ini menyusut. rupanya?!"
“Menyusut?!" Ravo bergegas lebih dekat lagi.
Ternyata memang terjadi penyusutan pada batu karang
tersebut secara sedikit demi sedikit. Batu besar itu seperti
mengalami pengempcsan. Makin lama semakin rendab
ukurannya, semakin pendek panjangnya, Ketika matahari
benar-benar telah tenggelam dan lampu-lampu sudah
dipasang menyinari batu tersebut. mereka semakin
terperangah melihat ukuran batu semakin kecil, sampai
akhirnya menjadi seukuran genggaman tangan orang
dewasa. . bh
"Gila! Apa vang dikatakan bocah itu tadi meryadi
kenyataan! Mana anak itu tadi, Ray?!" tanya Joke dengan
tegang. Rayo juga bingung scndiri, karena Ajang, tidak
ditemukan di antara kerumunan orang banyak yang
terheyan-heran melihat batu karang besar sudah menjadi
-sekecil itu. Bahkan beberapa saat kemudian batu tersebut
tenyap tanpa. bekas, padahal sudab dipindahkan ke atas
meja monitor dan diberi alas kain putih, Sisa debunya
pun tak ada ‘Gi atas kain putih tersebut.
* @"foong...!. Ajeooong...!" seru Ravo meneari anak
kurus tadi. Yang lainnva ikut berteriak memanggil nama
Ajong. tapi bocah tersebut tak SBE datang. Tidak juga
ditemukan di mana-mana.
“Jaigan-jangan dia sendiri anak ibis. Ray?!" kata
Joke.
Rayo tak bisa menjawab selain tertegun tegang,
3
23Separoh hatinya membenarkan dugaan Joko, separoh lagi
menyangkal. Mana yang benar? Stapa anak kecil itu tadi,
sebenarnva?_
RR
| 24
2
Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, Rayo tertinggal
dari rombongannya. fa membawa mobilnya sendin: Pajero
mnerah, dan memang sendirian di mobil itu, Di perjalanan
mobil terscbut mogok tanpa di duga-duga.
“Anch!" gumam Rayo sambil keluar dari mobil untuk
memeriksa mesin. Bukan karena tertinggal tombongan
yang membuat Rayo censas, karcna nieski pun tertinggal
menurutnya tak perlu dicemaskan. Toh untuk mencapai
Jakarta hanya membutubkan waktu sckitar dua setengah
jam. Tapi kemogokan mobilnya itulah yang perlu
dicemaskan, karcna-sclama ini hal itu tak pernah terjadi.
Biasanya jika mobil tak pernah mogok, falu mengalami
kemogokan satu kali, maka hari-hari berikutnya pasti akan
mengalany kemvgokan berkali-kali, Kecuali jika penvakit
mobil seyera ditemukan oleh teknisi di bengkel
perawatannya.
Beruutung sekali sore ity kemogokan mobil terjadi di
tempat ramai. Tak jauh dari situ ada tempat peristirahatan
fara pengemudi atau penumpang vang dalam perjalanan
ke luar kota. Di sana ada kedai kopi, warung makan_
toilet umum. wartel dan scbagainya. Kira-kira hanya -
berjarak 100 meter dart tempat mogoknya Pajero merah
lersebut.
Pedagang asongan menghampiri Rayo saat Rayo
_MISTERIPOHON KEMATIAN 25mengutak-atik mesin mobilnya, la menawarkan manisan
buah dalam kantong Plastik. Ravo tidak tertarik. Hanya
menggclengkan kepala, Lalu scorang lagi datang.
menawarkan rokok, dan Rayo menolak secara baik-baik.
Belum sempat pedagang rokok itu pergi. datang lagi
pedagang asongan lainnya dari sisi kanan. [a menawarkan
minuman mineral dengan menenteng dua botol minuman
tersebut: vang satu berukuran besar, satu lagi berukuran
sedang.” ,
Rayo menolak tanpa memperhatikan pedagang itu.
Tapi si pedagang minuman dalam botol plastik itu
mendesaknya dengan suara dan gaya bahasa yang
menggutkan hati Rayo.
"Avo dong, Oom Beli minuman dong. Murah kok.
Oom. Masih segar nih. Biar nggak haus, Oom ."
"Hev...?!" Rayo tertawa, menarik diri dart bawah kap
mesin: , :
Pedagang minubtian itu anak berusia 6 tahun, berbadan
kurus dan berkulit hitam dengan rambutnya yang pendek
kaku. Ajong! Rayo sama sckali tak menyangka akan
bertemu dengan anak itu lagi. Padahal kemarin malam
dan scharian tadi Rayo dan teamnya mencari-cari anak
itu di pantai, tapi tak berhasil’ Penduduk perkampungan
nelavan setempat ketika diberitahu Ciri-ciri anak itu.
térnvata tidak satu pun yang merasa memiliki anak atau
keluarga berciri-citi seperti itu. Karenanya. rombongan
yatie mestinya kembali ke Jakarta tadi siang, akhirnya
baru meninggalkan pantai sekitar pukul 3 menjclang sore.
Sckarang di sini Rayo bertemu dengan Ajong. Padahal
jarak pantai dengan tempat tetsebut cukup jauh jika
26 >
ditempuh dengan jalan kaki. Perjalafian Ravo pun sudah
memakan waktw satu, jam lebih. Rupanva anak itu
semalam langsutig pergi meninggalkan pantai, mungkin
ikut mobil truk pengangkut pasir atau entah menggunakan
kendardan apa, yang jelas hari ini Ajong sudah berada di
daerah inendekati gerbang tol menuju Jakarta,
"Bagaimana kamu bisa berada di tempat ini. J ong?"
“Saya mau ke Jakarta kok, Oom."
4 pi eapeiny Mau jualan minuman yang cuma dua botol
v ‘
“Bukan,” Ajong menggeleng polos
“Habis, niau ngapain ke Jakarta?" :
*"Mau...qnau...." Ajong tampak bingung, Rayotertaia
sambil mengucal-ucal rambut jabrik itu, ;
"Sudah pamit orang tuamy kalau mau ke Jakarta?"
"Nggak. Saya... nggak pamit orang tua, Oom."
d aes kenapa? Nanti orang tuamu bingung mencarimu.
ong!
"Negak. Negak akan dicari kok, Oom,”
“Kenapa begitu?" :
“Habis, saya nggak punya orang tua sih."
“Kakakmu? Paman atau bibi?"
Ajong menggeleng polos. "Saya cuma punyadua botol
mmuman mi, Oom. Masih dingin kok. Murah nih. Oom.
Beli, ya?"
Raxo geleng-geleng kepala sambil tersenyumiba, tapi
juga kagum atas kebcranian anak sekccil Ajong yang
punya tekad mengembara ke Jakarta Sudah pasti anak
itu lerobsesi hidup di Jakarta mudah mencari tang.
"Mau ikut numpang mobilku, Jong?"”
27*Tapi saya nggak punya wang, Oom "
"Hes, Nak). in bukan taksi_ ya? Bukan biskota juga!
Ayolah. bantu aku dorong mobil ini, nant kamu boleh naik
dengan gratis!”
“Kenapa mesti didorong segala, om?
“Accu-nva agak rusak. jadi perlu didorong eal
Panggil teman-teman asonganmu biar bantu dorong mobil
imi!” :
"Negak perlu-lah, Oom. Coba dihidupkan sekali lagi,
siapa tahu tokeer, Oom.
"Ah, sok taht kau ini!" geruty Rayo tetap dengan
wajah ceria. Tap) ia pum mengikuti saran itu untuk
membuktikan pada Ajong, bahwa mobil butuh tenaga
pendorong. Tapi ketika,Ravo meustarter mobil terscbut
drrung...! Ternyata langsung berhasil. ‘Tidak banyak
esulitan apapun. Bahkan suara micsinnya terdengar lebih
bening dari scbclumnya. Maka, tcrtegun bengong Rayo
scketika itu juga. Ajong cengar-cengir dengan sedikit
membusungkan dada. -
"Tuh, benar kan apa kata saya, Oom? Tokcer kan?"
Rayo tak bisa berkomentar. Tapi ia meniermukan firasat
ganjil yang sulit diterjomahkan dengan kata-kata. Yang,
jelas, sore itu ia mélncur ke Jakarta bersama bocah dekil
berpakaian sama seperti saat jumpa pertama di pantat
kematin 5) ae
"Kamu sudah pernah ke Jakarta scbolum ini..Jong?"
*"Sebentar," jawabnya ‘kurang pas. Tapi anak itu
tenang saja. tak merasa menjawab dengan kurang tepat.
Merasa sudah betul apa yang dilontarkan dalam
jawabaneva itu (ee
28
"Kapan kamu pernah ke Jakarta? Sudah lama?” »
*Yaaah, lumayanlah. .." jawabnva lagi terkesan sok
tua.
“Neapain kanm ke Jakarta waktu itu, Jong?"
“Cari pacar." kali mi jawabannya terkesani seenaknya,
sengaja begitu, dan sambil cengar-cengir konyol. Rayo
tertawa agak keras, karena jawaban itu saina sekali di
juar dugaan
*Keeil-kecil udah cari pacar kau ini bagaimana sih,
Jong? Sekolah dulu yang betul, baru cari pekerjaan, kalau
sudah dapar, baru cari pacar. Begitu."
"Habis, npgak ada yang nyckolahin saya sih.”
"Apa kamu mau kalau Oom sekolahkan di dekat
rumah Oom sana?"
“Mau. “Tapi nant yang menjualkan ninuman dagangan
saya ini, stapa dong? Oont mau menjualkan?"
“Ya, udah! Dua botol minumanmu itu Oom yang beli
semua deh. Jadi kanm nggak usah jualar lagt, Sekolah
saja. Mau nggak?”
- “Hmmm, perlu saya pertimbangkan dulu deh, Oom."
"Ubhh...! Lagalatur kayak anak dewasa saja, pakai
pertimbangan segala." Rayo. mengacak-acak kepala
Ajong. Rasa_geli mendengar kata-kata itu tak terlalu
diumbar keras-keras.
"Kalau saya masuk sckolah. saya nanti boleh cari
pacar, Oom?"
_ "Nggak boleh dong! Sckolah va sckolah. Harus
sampai selesai. jangan mikirin pacar dulu."
"Saya kcpingin kayak Oom deh Punya pacar cantik
sekali.”
20 |“Husy! Kau int benar-benar sok tahu, Jong!"
"Aah. saya memang tabu kek kalau Oom punya
pacar cantik. Iya. kan? Pacar Oom cantiknva kavak
ek kan? Mungkin memang bidadari beneran tuk,
om,
Rayo makin geli, tapi juga semakin terheran-heran.
"Tahu dari mana kau kalau aku sudah punya pacar
secantik bidadart?" paneing Rayo tak mau terang-
terangan meny atakan rasa penasarannya. Ajong,
térsenyum-senyum, duduknya sangat santai, Scbentar-
sebentar,.melirik Rayo di samping kanannya, sesekali
melirik ke kiri. lalu memandang ke depan dengan tenang.
"Hey. aku tanva belum dijawab, Dari mana kau tabu
kalau aku punya pacar secantik bidadari?" desak Rayo.
"Dari... dari...." Ajong tampak ragu dan bingung,
“Dari mana, coba jawab!"
"Ya. dari kedua mata Oom sendiri dong "
"Apa...?7!" Rayo agak kaget serta.semakin herab.
“Maksndiea, di kedua mataku ada bidadarinya, begitu?"
Ajong mengangguk polos "Kadang-kadang ada,
kadang-kadang npgak ada. Kalau di kedua mata Com
itu kelihatan ada bayangan wajah cantik bidadari, berarti
Oom sedang mennkirkan gadis itu. Tapi kalau nggak ada
bayvangan wajah ‘cantik, berart: Oom sedang memikirkan
masalah lain. Sejak kemarin sore tuh, saya tahu Oom
memikirkan pacar Oom. Soalnya, scbentar-sebentar mata
Ocm mengeluarkan bayangan wajah cantik sih.”
"Benar juga anak ini?” pikir Ravo. "Komarin ‘sore
. Memang aku scmpat membayangkan Kumala. bahkan
punya rencana mau memanggil dia untuk membantuky
30
meneliti batu karang itu. Wah. bocah ini makin fama kok
semakin mencurigakan. yal"
Rayo semakin i Uae ‘tahu lebih banyak lagi tentang
anak itu.
"Ciri-ciri pacarku itu scperti apa, coba sebutkan?!"
Ajong seperti menerawang, menatap lurus ke depan
dengan mata sedikit dikecifkan. Suaranya menjadi datar,
tak jelas titik komanya.
“Rambut panjang, hidung mancung cakap, matanva
bening teduh, bibirnya indah warna ranum segar. kalau
tersenyum ada lesung pipitnya, berkulit putih lembut
sehalus kulit bayi.. hmmm, terus... badannya ramping,
tinggi, bentuknva bagus sekali dan.“ dan..."
Tiba-tiba anak itu memckik. "Awas. Oom...!"
Weesss...! Hampir saja mobil itu nyelonong ke kiri
dan nyaris menabrak truk yang sedang berhenti untuk
ganti ban Untung saja Ajong berteriak seperti itu,
membuat keterpakuan Rayo mendengar kata-kata yang
tepat dengan kenyataannya itu menjadi buyar. Seandainva
Ajong tidak berteriak, mungkin Rayo masih terbengong-
bengong penuh keheranan mendengar anak itu bisa
menvebutkan ciri-cirinya Kumala Dewi. Mungkin saja
akibat bengongnya itu dapat mnembpat mobil itu
menghantam truk di pinggir jalan.
Suara handphone membuat Ajong tak jadi bicara.
Rayo segera mencrima telepon tersebut. Suara. lembut
dan mesra terdengas dari seberang sana. Suara itu adalah
suara si cantik putri tunggal Dewa Permana dan Dewi
Nagadini dari Kahyangan, yaitu Kumala Dewi alias si
Dewi Ular. :
31