MENGHADIRKAN KELAS KONSTRUKTIVIS DALAM MELATIH
KEMAMPUAN BERPIKIR HISTORIS MELALUI MODEL LATIHAN
PENELITIAN
Heri Susanto
Program Studt Pendtdtkan Sejarah FKIP Universitas Lambung Mangiarat
Banjarmasin
Enuail: iniherisusanto@unlam acid
Abstrak: Pembelajaran sejarah tidak terkecuali dari pembelajaran bidang ilmu
Jain memeriukan berbagat inovasi. Kelas sejarah selayalnya menjadi Kelas
Konstruktivis yang mampu mengembangkan potensi siswa dalam kegiatan
pembelajaran, Pengembangan imi dapat dilakukan dengan aplikasi model
pembelajaran yang sesuai dengan sasaran pembelajaran sejarah Salah satu
sasaran utama pembelajaran sejarah adalah siswa memulilei kemampuan berpikir
historis
Kemampuan berpikir historis sangat erat kaitannya dengan pendekatan
Konstruktivisme dalam pembelajaran sejarah Sebagai altematif model
pembelajaran yang dapat digunakan dalam melatih kemampuan berpikir historis,
adalah model latihan penelitian Model ini merupalan penyederhanaan dani
tahapan penelitian yang sesungguhnya. Dengan melakukan berbagai penyesuaian
dan memperhatikan aspek-aspek penting dalam konstrultivisme dan keterampilan
berpikir, model latihan penelitian dapat dirancang untuk melatih kemampuan
berpikir histons siswa
Kata Inunci: konstruktivis, berpikir historis dan latihan penelitian
PENDAHULUAN
Sudah sejak lama, para pakar pendidilan sejarh sepakat bahwa
pembelajaran sejareh seharusnya disandarkan pada pilar Konstruktivisme
Meslapun demikian, pada pralstilmya temyata tidale mudah untuk melaleulan
pembelajaran sejarah sesuai dengan yang diinginkan tersebut Berbagai
permasalahan kerap kali disampailan oleh para pengajar sejarah, antara lain
terkait dengan sumber belajar, strategi pembelajaran atau lebih spesifile model
pembelajaran apa yang dapat digunalan Salah satu sasaran pembelajaran sejarah
Konstruktivis adalah melatih kemampuan berpilir historis siswa
Konstruktivisme adalah satu dari filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kata adalah Konstrulesi (bentulken) kita sendin. Pengetahuan
bukanlah suatu tiruan dani kenyataan (realitas). Pengetahuan bukenlah gambaran
dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu
Konstruksi Kognitif Kenyataan melalui kegiatan seseorang (Glasersfeld dan
Bettencourt dalam Paul Supamo, 1997: 18).
Jika Iota kaitkan dengan pembelajaran sejarah, maka melatih kemampuan
siswa untuk berpilar historis merupakan bagian dari implementasi pembelajaran
Konstruktivis. Berpikir historis sendin: sangat bercirikan pemikiran Konstruktivis,
Pendditan Sejarah untuk Nensiapan Generasi Eas Indonesia 2050 27Pembelajaran sejarah dengan tujuan melatih kemampuan siswa untuk berpikir
historis merupaken upaya untuk menjadikan pembelajaran sejarah sebagai media
pembentukan keterampilan akademis tingkat tinggi dan pembentukan sikap dan
pola perilale ilmiah.
‘Mengingat pentingnya proses pembelajaran tersebut, maka selayalmya
pembelajaran sejarah untuk melatih kemempuan berpikar historis yang merupalcan
bagian dari pembelajaran Konstruktivis perlu didukung dengan model
pembelajaran yang sesvai, Model pembelajaran akan ilut menentuken
keberhasilan tujuan pembelajaran mengingat melalui model pembelajaran inilah
guru mampu merancang aktivitas siswa dan menentukan capaian-capaian yang
diinginkan dengan menggunakan altivitas terencana dalam proses belajar
KELAS KONSTRUKTIVIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali
dikemukaken oleh Giambatista Vico tahun 1710, la adalah seorang sejarawan
Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata "Tuhan adalah pencipta
alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa
“mengetaimi” berarti “mengetalut bagarmana membuat sesuatu”. Ini berarti
bahwa seseorang bari mengetahti sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur
apa yang membangun sesuatu itu (Supamo, 1997:24)
Karli (2003-2) menyatakan Konstruktivisme adalah salah satu pandangan
tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar
(perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya
dapat diatasi melalui pengetahuan dint dan pada alchir proses belajar pengetahuan
alan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interkasi dengan
Jinglungannya
Berkut ini akan dikemukakan ciri-ciri pembelajaran yang Konstruktivis
menurut beberapa literatur yaitu - 1) Pengetahuan dibangun berdasarlan
pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya; 2) Belajar adalah
merupakan penafsiran personal tentang dunia; 3) Belajar merupakan proses yang
altif dimana mala dilembangkan berdasarlan pengalaman; 4) Pengetahuan
tumbuh Iearena adanya perundingan (negosiasi) malma melalui berbagai informasi
atau menyepakati suatu pandangan dalam bennteraksi atau bekerja sama dengan
orang lain, 5) Belajar harus disituasiken dalam latar (setting) yang realistk,
penilaian harus terintegras: dengan tugas dan buken merupakan kegiatan yang
terpisah (Yuleilawati, 2004 dalam Sutayjo Adisusilo, Tth),
‘Menurut Supamo (1997-49) secara garis besar _prinsip-prinsip
Konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa
sendiri, baik secara personal maupun secara sosial, (2) pengetahuan tidal
dipindahkan dari guna ke siswa, Kecuali dengan kealtifan siswa sendiri untule
bemalar, (3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lenghap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah, (4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan
situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus
‘Menurut Driver dan Oldham dalam Matthews (1994) menjabarkan
beberapa ciri pendekatan konstrulstivis sebagai berikut
28 Serninar Nasional1. Onientasi
Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari
suatu topik. Siswa diberi Kesempatan untukc mengadakan observasi terhadap
topik yang hendak dipelajari
2. Elisitast
Siswa dibantu untuk mengungkaplan idenya secara jelas dengan berdiskusi,
menulis, membuat poster, dan lainain, Siswa diberi kesempatan untuk
mendiskusikan apa yang diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar, ataupun
poster.
3. Restrulturisasi ide
a. Klarifikesi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau teman lewat
diskusi maupun lewat pengumpulan ide Berhadapan dengan ide-ide lain,
seseorang dapat terangsang untuk merekonsiruksi gagasannya kalau tidak
cocok atau sebalikmya, menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok
b. Membangun ide yang baru Ini teyjadi bila dalam diskust itu idenya
bertentangan
dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan teman-teman.
c. Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen Kelau dimungéinkan, ada
bailmya bila gagasan yang baru dibenfuk itu diuji dengan sesuatu percobaan
atau
persoalan baru
4, Penggunaan ide dalam banyak situasi
Ide atau pengetahuan yang telah dibentule oleh siswa periu diaplikasikan pada
bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan
muid lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam
pengecualiannya
5, Review, bagaimana ide itu berubah
Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi
schari-hani, seseorang perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan
suatu Keterangan afaupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih
lengkap.
Pendekatan Konstruktivis dalam pembelajaran sejarah dapat diarabkan
pada proses pencarian falta dan proses menyusun kembali/rekonstruksi peristiwa
sejarah, Dengan Kegiatan tersebut diharapkan siswa mampu menemulan dan
membuat Konstruksi ide dari sebuah perisiwa sejarah yang mereka pelajari
Toffler menjelaskan bahwa pendidiltan sejarah pada dasamya adalah penanaman
rasa wakdu (time sense), yang tanpanya orang akan kehilangan orientasi temporal
(1 Gde Widja, 2002). Dengan konsep ini peserta didik akan memahami bagaimana
geralc dan corakc jiwa kebangsaan pada tiap zaman dan akan menjadi lebih bijake
tuntulc melihat Keberadaannya dalam sebuah Konstruksi Kebangsean, dan
diharapkan akan menjadi generasi yang tidak mudah terpravokasi oleh janji-janji
menyesatkan
Permasalahan yang lebih sering menjadi perhatian adalah permasalahan
dalam materi pendidilan sejarah menyanglaut isu tentang ruang lingkup materi
dan isi materi Permasalahan materi ini sering dibahas dan muncul di permukaan
Pendditan Sejarah untuk Nensiapan Generasi Eas Indonesia 2050 29dibandingkan permasalahan dalam tujuan (Hamid Hasan, 2012: 25). Kenyataanya
materi dan isi materi dalam pembelajaran lebih mendapat perhatian dan seringkali
melupakan apa tujuan sebenamya dari pembelajaran sejarah yang dilalkukan
Alsbatnya, yang terjadi dalam pembelajaran sejarah adalah, materi tersampaikan
akan tetapi fujuan pembelajaran sejarah tidak tercapai
Bila pembelajaran sejarah dipahami sebagai upaya menanamkan nilai-nilai
Kehidupan, maka hasil belajar yang diharapkan adalah peserta didile mampu
‘menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hani. Seperti yang sering
dikemukakan nilai tersebut antara lain; kesadaran waktu, menghargai waktu, sikap
knitis, menghargai peninggalan sejarah dan memilild sikap nasionalisme. Lebih
praktis lagi aplikast ini misalnya ketika siswa mempelajani prinsip dasar ilmu
sejarah siswa dapat mempelajani silsilah keluarganya. Aplikasi sederhana int
selain mempemnudah proses pemahaman siswa juga berguna bagi siswa untul
mengenali identitas din dan keluarganya
Konstruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan
membangun (fo construct) pengetahuan dan pemahaman(Santrock, 2010°7),
Strategi pengajaran dengan prinsip Konstrutivisme menghendali guru untule
‘mampu merancang sebuah desain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
mendapatken, menyusun dan membangun pengetahuannya sendini dibawah
bimbingan guru, Secara holistik strategi dimulai dari perencanaan pengajaran (pra
instruksional), proses pembelajaran (instruksional) dan evaluasi pembelajaran
(Heri Susanto, 2014° 94),
Kelas konstruktivis dalam pembelajaran sejarah adalah kelas dimana siswa
memperoleh pengetahuan dengan cara menemulan pengetahuan sendini melalui
penelaahan sumber belajar Selanjutnya siswa mampu membangun pemikiran
Iknitis terhadap fakta sejarah yang mereka temulan dan memahami pola-pola yang
tersirat dari setiap penistiwa Jil tahapan ini berhasil diluasai siswa maka siswa
alan mampu melakuken interpretasi terhadap hubungan antara satu peristiwa
dengan penistiwa lain, sesuai dengan prinsipnya bahwa tidal ada peristiwa yang
berdini sendiri, Dengan cara seperti ini siswa akan mampu membangun konstruksi
pemikiran yang benar terhadap fakta sejarah,
Bagian terpenting dalam pengaturan materi pembelajaran sejarah adalah
kecenderungan untuk tidak menjejali peserta didile dengan sebanyak-banyalnya
falta, Matenharus dikemas sedemildan rupa sehingga ringan dan mudah dilvasat
oleh siswa, mate juga hendalnya dapat merangsang daya lnitis siswa, sehingga
siswa tertanik untuic melaleulsan penyelidilan dan menemukan fakta-fakta lainnya
secara mandir, Dengan cara seperti ini, siswa akan mampu melalukan
rekonstruksi pengetabuannya sendin, sehingga proses pembelajaran yang
dilalukan kaya dengan pengalaman menemukan
BERPIKIR HISTORIS DAN KONSTRUKTIVISME
‘Matthews dalam Supamo (1997) membagi Konstruktivisme dalam dua
bagian, yaitu Konstruktivisme psikologis dan Konstruktivisme sosiologis.
Konstruktivisme psilologis bertolal dari perkembangan psilologis analc dalam
membangun pengetahuannya, sedangkan konstruktivisme sosiologis lebih
bertolak dari pandangan bahwa masyarakat yang membangun pengetahuan
30 Serninar NasionalKonstruktivisme psikologis berkembang dalam dua arah, yang lebih personal,
individual, dan subyeltif seperti Piaget dan pengikutpenglaitnya: dan yang lebih
sosial seperti Vygotsky (socioculturalism). Piaget menekankan altivitas
individual dalam pembentulan pengetahuan, sedangkan Vygotsky menelankan
pentingnya masyarakat (lingkungan secara kcultural).
Implementasi perspektif di atas dalam pembelajaran sebagaimana
diungkapian Slavin (1994) adalah sebagai berileut
a Pemusatlan pethatian kepada berpikir atau proses mental anak, bulan
sekedar hasil yang diperoleh, gura harus memahami proses yang
dilakukan siswa secara mendalam sampai pada jawaban satu masalah
yang ditanyakan.
b. Mengutamaken peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan
aktif dalam Kegiatan pembelajaran, guru dituntut untuk mempersiapkan
beraneka ragam Kegiatan yang memungkinkan anak melakuken kegiatan
secara langsung
cc Memahami dan mengaloi adanya perbedaan individual, Oleh kearena itu
gum harus melakuken upaya Khusus untuk mengatur Kegiatan Kelas
dalam bentuk individual dan kelompok kecil siswa.
Konsep Slavin tersebut menekankan kemampuan berpikir Salah satu
kemampuan berpilar yang harus mendapat perhatian dalam pembelajaran sejarah
adalah Ieemampuan berpikir histonis
Berpikir historis dalam tinjauan Garvey & Krug (2015), tidak terlepas dart
aspe pemahaman sejarah. Pembelajaran sejarah yang baik menurut Garvey &
Krug (2015: 4) tidak terbatas pada pengetahuan faktual saja. Siswa juga dituntut
untule memahami perkembangan peristiwa sejarah secara imajinatif dan analitis.
Selanjutnya Kemampuan ini dapat dilihat melalui tiga hal, pertama,
ketertarikennye pada waltu dalam mengidentifikast dan menganalisis perubahan
dan perkembangan, kedua, memilild imajinasi gambar (pictorial) dan empati yang
svat, ketiga, pemahaman masa lalu secara holistike
‘Menurut Frederick & Soeri Soeroto (2005) beberapa unsur pemilciran
sejarah yang merupaken proses untuk memahami masa lampau yang pertama
adalah pengertian waktu, sebagai pangkal pemiliran sejarah waktu dapat
diurailan sebagai sesuatu yang mutiak dalam sejarah. Unsur selanjutnya adalah
kesadaran aken sifet dasar fakta, yaitu kerumitannya. Falsta harus dilihat dani
berbagai sudut, sebanyalc mungkin, serta diperlakuuken dengan hati-hati selali dan
alhimya harus diputuskan pada bagian atau dalam pengertian yang seperti apa
yang paling mendekati kebenaran Unsur ketiga ialah telanan pada sebab-
musabab, bukan saja kapan suatu kejadian itu tenadi, apa yang sesungguhnya
telah terjadi dan bagaimana tenjadinya, tetapi juga mengapa. Terakchir, mesiipun
sejarah unik akan tetapi jangkauan topilmya bisa sangat Iuas dalam artian bisa apa
saja dalam segi kehidupan manusia.
‘Sementara itu dalam kategori Centre or Study of Historical Conctuosness
meletakkan historical thinkmng pada pilar:
1. Membangun makna sejarah (establish historical significance)
2. Kecenderungan menggunakan sumber primer (use primary source evidence)
Pendditan Sejarah untuk Nensiapan Generasi Eas Indonesia 2050 BL3. Mengidentifikasi perubahan dan keberlanjutan (identify continuity and
change)
4. Menganalisis sebab dan akibat (analyze cause and consequence)
5. Menggunaian sudut pandang sejarah (talee historical perspectives)
6. Memahami dimensi etis dari interpretasi sejarah (understand the ethical
dimension of historical interpretations)
Keenam pilar tersebut menjadi satu kesatuan dalam cara berpikir sejarawan yang
dapat diilustrasiken dalam gambar,
Sumber: Centre jor Study of Historical Conctuosness (Kanada)
‘Sedangkan kategori yang dibuat oleh AP U.S. History Course berdasarkan
pada 4 kategori keterampilan berpilir historis, yaitu:
1. Mengenalisis sumber-sumber dan bulti sejarah (analyzing historical sources
and evidence)
‘Membuat hubungan/keterkaitan historis (making historical connections)
Penalaran kronologis (chronological reasoning)
Menciptakan dan mendulsung argumen sejarah (creating and supporting a
historical argument)
Berdasarkan Keempat lniteria tersebut maka dibuat deskripsi keterampilan
berpikir historis seperti pada tabel di bawah ini
‘Kategori Keterampilan Bexpikir Historis
z _ | Menuet Fenla Naeger tar
Mengamalisis umber-munberdanbok | petuganeteaitan | lnowologis anendalong
—— Instone agunensejach
Sanber Pune | Sauber Slander
‘Deslaipai Feteranpilan Bempikiy Histone
“Minganalins —Traerpretan Ferbanangan “Mamperlarakan —_irgamantat
uke it dan ensebab
coe Benikirhistosis —Bespikirstois Beni histons
aelbatian anelbatian Berpikirhistoris —melbatkan
Bepikirhitos femampuanuathk Kermnpuanuntk ——melbatkan Jeampuan
aelbatian, menlesliplan, mengdenfiflasi, kemanguanuniuk unl
Jemanguan __menganaliss,dan__menbandingkan dan mengidentiflasi, menciptakan
32 Serninar Nasional[GR ___aagediisicas maengeahet __nagenlng dan sthahgagaran—
rergganbatkan, caabebedapaa bedbga penpeltif—mengerahisi dan
rmembh dan ejwavandadlan — danpesstorasejaah Jove istsiseduhunguya
dmengevehesi mingintspsetaikan untedapetsenank ania scbabdan dengan ata
Yuktyeng mwa las Jesanpaan abet sea yng
selevan tentang Kennan ni nine.
iaalida teak Balin jugn Bent histsis
oberg nnmbanibebagamelbathn petnelbatan
chad pe jexanptan agua
beng ta endckan nda ‘Mensa
sebuah gga
Jesmpln —empertnbenglan enbandingkan dan enbedalan
ee Soe ener tina pengebad—“otahadala
Televawinga Fons pobadi —«Petlembangancejah denganbeibagasslefilan
dengenizeinn —ajarmanpada saat betbagaimacyaakat falar komplek — danamerangiat
isaahang—memiejaah gangbebedadalan yang imei uah
Peer Veibaga ones aatzaamy Patan
Jonologs dan pezstvasejah fnlang masala,
ecoenis femudian
emmian
Aral ists sebuah penegecan
sunberberfolas Mengidensifhesi Sengenst
pada inter Kontsetalcesi —perubahandan ag
Ista sunber Benikirkstnjage PAU eee
fant at Barz Bends betas buat tess
Padang, tan, Jenamguanontik malian
fajauandan Keyainan
fpmandan mexgbuoglan —Semaguanuntk hak peacan
= peoturascaah —miengerl Soa
et dexganoniels walt mengamli, da Serhan
feet, mena antempatbaik—mengevahasi Jaton das
egusaay, -
Jemma ecu linglap drama ae
pleas yerglebibiue dan dontaytes eg ange
‘etches enggobal seamhdan Guin oeh
pembalamye dati jatepatan analizis
‘bubti sejazah_ waktu ke wakta dari exbagai
sens Cetseranonan AS
on Segunda
Berpikirhistoris juga menglmbungkan — f)tg ang
‘mebbatkan pola-pola digunakan hams
Engemenk peor
cone posed
Sia Eom
Togmmedua pesodaan Me
eS ae Sepik
SESS east
yocnenaden — nelbeban
fais Raaagevens
Kooudega memcpy, EAI
Jones somah —mexgualss, dan Sept
Jamnya. smengevahiasi em
Pienemann
Sacre Sablon
membagi pe -sunbenfakta-
aes Pe fakta dengan
Ape Raber
aaa
Penden Sejarahuntut Nensipan Benerssi Eas Indonesia 2050 33Ta
exgendanghan
danuiendalang
sebuah gagasan.
‘Mengacu pada kategori berpilar historis dan aspel-aspek konstrultivisme
di atas apabila dikomparasilan maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berpikir historis berkaitan erat dengan pendekatan konstruktivisme Aspeke
orientasi misalnya, sangat delat dengan proses analisis sumber/bukti, elisitast
memilili kemiripan dengan membuat hubungarketerkaitan histor,
restrulturisasi dalam pembelajaran sejarah merupakan penalaran kronolog)s, dan
aplikasi ide dapat diterapkan dalam proses argumentasi sejarah Dengan demikian
Konstruktivisme merupakan dasar filosofis dani pengembangan keterampilan
berpikir histonis,
MODEL LATIHAN PENELITIAN UNTUK MELATIH KEMAMPUAN
BERPIKIR HISTORIS
Pembelajaran adalah dampalc dari berpikir. Retensi, pemahaman, dan
penggunaan altif pengetahuan bisa tercipta hanya dengan pengalaman
pembelajaran di mana murid berpikir tentang, dan berpikir dengan, apa yang
mereka pelajari (Perlans dalam Eggen & Kauchake, 2012: 110)
Berfilar historis mengharuskan kita mempertemukan dua pandangan yang
saling bertentangan: pertama, cara berfikir yang kita gunakan selama ini adalah
warisen yang tidak dapat disingkirlan, dan kedua, jike kita tidal berusaha
menyinglirkan warisan itu, mau tidal mau kita harus menggunakan “presentisme"
yang membvat buntu kita piliran itu, yang melihat masa lalu dengan kacamata
masa sekarang (Wineburg, 2006: 18) Dengan demikian berpilar historis
mengharuskan kita untuk dapat memahami Konteks waktu. Begitu pula Ketika kita
mengajarkan siswa untule menguasai keterampilan berpikir historis maka, kconteks
waktu menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh siswa. Untuk melatih
Kemampuan tersebut diperiuken model pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk mengesplorasi berbagai fakta, membuat perfimbangan atas fakta-fakta
tersebut dan mampu merumuskan penjelasan sistematis atas peristiwa sejarah
yang mereka pelajari. Model pembelajaran yang dapat digunalcan untule melatih
kkemampuan tersebut antara lain adalah model latihan penelitian.
‘Model ini merupakan penyederhanaan dan langkeh penelitian yang
sebenamya, tujuan utamanya adalah bagaimana siswa memahami masalah dan
memahami bagaimana mendapatken Kebenaran ilmiah Dalam pembelajaran
sejarah sebenamya model int memungsinkan untuk digunakan pada kelas
museum, akan tetapi jilca tidal memunglinkan untuk menggunakan museum,
model ini juga dapat digunaian untuk latihan penelusuran sumber dengan
melakukan kajian pustake. Model int memungkinkan untuk merancang latihan
pendlitian sesuai bidang ilmu yang dipelajan. Aplikasi dalam pembelajaran
sejarah
- Langkah 1; berhadapan dengan masalah
34 Serninar NasionalGuru menyajilan permasalaan, misalnya; mengapa Pemerintahan Orde Bara
‘berakhit?
- Langkah 2; mengumpullan data
Dalam tahap ini guna harus mengarabikan siswa untuk menemukan data dari
tema yang dipilih, guru dapat mengarahlan siswa untuk mencari tal
mengapa terjadi lrisis pada akhir masa orde baru? Guru harus memastikan
bahwa sumber data tersedia. Sumber data bisa dari koran, intemet atau bahan
pustalca
- Langkah 3; mengolah, merumuskan penjelasan
Siswa dapat mengidentifikasi data yang diperoleh berdasarkan keurun waltu
dan akibat yeng ditimbullan Sesuat langkah 2, siswa diminta untuk
mengidentifikasi dari beberapa faktor, faktor manakeh yang mempunyai
alabat fatal bagi stabilitas ekonomi dan politike pada alchir masa orde baru.
Selanjutnya mengurailannya dalam sebuah deskripsi singkat. Tahap ini juga
dapat disesuaikan dengan langkah keitik, interpretasi dan historiografi dalam
penelitian sejarah.
- Langkah 4; menganalisis proses penelitian
Siswa dibimbing untuk memahami dan mengevaluasi Kembali tahapan-
tahapan yang dilalui, apakah sudah sesuai prosedur atau belum.
Model ini memungkinkan siswa untuk mencari/meneliti fakta sejarah secara
mandiri dan mendapatkan pemahaman melalui kegiatan menemukan. Model ini
memilili susunan dan kerangka kena yang culup mudeh, dan mendorong
mekamya iktim intelektual dalam kelas (Joyce, Weil dan Calhoun, 2011: 199)
Beberapa hal penting yang harus mendapat perhatian dalam menggunalcan
‘model latihan penelitian untuic melatih kemampuan berpikir historis ini antara lain
adalah:
a. Pada saat siswa melaiukan pengumpulan data harus dipastiken bahwa
siswa mendapatken culcup sumber, sehingga berdasarkan sumber-sumber
tersebut siswa mampu membuat pertimbangan dan membuat pola hubung
eit antara satu sumber dengan sumber lain Guru hendaknya mampu
‘membenkan pemahaman kepada siswa bahwa keberagaman sumber yang
relevan dengan pembahasan merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam
latihan penelitian ini karena berhubungan erat dengan kredibelitas dan
validitas sumber.
. Pada langkah mengolah sumber, siswa harus dilatih untule memileirkan
beberapa pertanyaan penting, antara lain; relevansi sumber,
Kehandalan/kemampuan sumber untuk menjelasken keadaan yang diteliti
den hubungan antar sumber. Dengan proses ini siswa akan melatih
‘kemampuan untule membuat interpretasi berdasaran sumber yang mereka
sill
c Pada langkeh merumuskan penjelasan, hal penting yang harus
diperhatilen adalah bagaimana siswa mampu menggunalan sumber daya
yang dia milild untuk menjelaskan apa yang mereka pahami ke dalam
narasi yang benar Narasi yang dibuat oleh siswa pada dasamya
‘merupaken argumen sejarah, dengan demikian dalam proses menarasikan,
siswa harus dilatih untuk mampu merumuskan paragraf analisis dengan
Pendditan Sejarah untuk Nensiapan Generasi Eas Indonesia 2050 35‘menggunakan sumber yang mereka milli. Proses ini berbeda dengan
sekedar menyalin penjelasan dari bul teks sejarah. Dalam proses ini
siswa harus dilatih untuk merumuskan penjelasan berdasarkan
pengetahuan dan pemahaman yang mereka mili. Kelemahan-kelemahan
naratif, seperti kesalahan penggunaan bahasa hendaknya menjadi perhatian
guru, sehingga siswa terlatih untuk merumuskan argumen yang baile dan
dena.
4 Pada tahap akhir, yaitu analisis proses penelitian, siswa hendalnya
diarahkan untuk menemulan dan memahami kesalahan-kesalahan
prosedural yang mereka lalcukan Proses ini merupakan proses evaluast
Tangkah kerja yang dapat dilakukan secara Klasikal. Konsep peer
assesment dapat digunakan dalam proses ini, Titik poinnya bukan
melakculcan justifilasi atas Kesalahan siswa, akan tetapi melatih siswa
‘untuk memahami Kesalahan mereka sendiri dan selanjutnya merumuskan
cara memperbailinya
‘Mode! Jatihan penelitian ini apabila dilakukan dengan bail, selain melatih
keemampuan berpilir siswa juga dapat melatih sikap akademis siswa. Berdasarkan
beberapa tinjauan dapat diketahui tahwa kesulitan utama dalam penggunaan
model ini adalah Keterbatasan sumber berupa bulci teks sejarah yang tersedia di
sekolahan. Berbagai altematif dapat digunaken, misalnya dengan menggunakan
sumber onlime dan intemet. Jika cara int digunaken maka guru harus membent
pemahaman kepada siswa pentingnya kredibelitas dan validitas sumber. Siswa
harus dilatih untuk melalnaken proses knitik terhadap sumber intemet yang mereka
temuken
PENUTUP
Konstruktivisme menekankan pada diluasainya keterampilan siswa untule
‘menemukan dan membangun pengetahuan mereka sidiri. Kelas konstrulctivis pada
dasamya merupaken Kelas, dimana siswa mampu melalukean aktivitas belajar
dengan cara menemukan/membuat perspektif-perspektif baru dalam pemahaman
mereka tethadap penistiwa sejarah sebagai hasil dari pengolahan informasi yang
mereka lalcukan, buken keterpaksaan untuk memahami kebenaran informasi yang
diberilan oleh guru. Keterampilan yang semestinya diajarkan dengan pendekatan
Konstruktivisme adalah kemampuan berpikir histori.
Untuk melatih kemampuan berpikir historis tersebut dapat digunakan
model latihan penelitian sebagai altematif untuk mengembangkan cara belajar
siswa dalam menemulan, memproses dan menjadilan pengetahuan sebagai milile
mereka. Dengan demikian, pengetahuan yang mereka miliki bukan merupalcan
informasi bal yang disampailan oleh guru, akan tetapi pengetahuan yang diolah
sendin oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA,
Eggen, Paul & Don Kauchak 2012. Strategi dan Model Pembelajaran
Mengajarkan Konten dew Keteramptlan Berptitr. Jakarta: Penerbit Indeks
Frederick, William H. dan Soent Soeroto. 2005. Pemahaman Sejarah Indonesia:
sebeitim dev sesudah revolust. Jakarta: LP3ES
36 Serninar NasionalGarvey Brian & Mary Krug 2015. Modei-model Pembelajaran Sejarah dt
Sekolah Menengah. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Hamid Hasan 2012 Pendidikan Sejarah Indonesia Isu dalam Ide dan
Pembelajaran Bandung: Rizoi Press.
Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu Gagasan dan Strategi
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
1Gde Widja. 2002. Menujn Wajah Baru Pendidtkan Sejarah. Jakarta: Lapera
Pustaka Utama
Joyce, Weil dan Calhoun. 2011. Models of Teaching Modei-model Pengajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Karli, H. dan Yulianatiningsih, M.S. (2003) Model-Model Pembelajaran
Bandung : Bina Media Informasi
Matthews, 1994. Science Teaching. New York Routledge.
Paul Supamo. 1997. Misafat Konstrukttvisme dalam Pendidtkan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Santrock, John W. 2010. Pstkologt Pendidikan, Jakarta: Kencana Predana Media
Group
Slavin, Robert 1994. Educational Psychology’ Theortes and Practice. Fourth
Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher
Sutarjo Adisusilo. Tth. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Digital source
‘Wineburg, Sam. 2006. Berptkir Historis: Memetakan Masa Depan Mengajarkan
Masa Lalu Jakarta: Yayasan Obor
Penden Sejarahuntut Nensipan Benerssi Eas Indonesia 2050 37