You are on page 1of 97
MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1069/MENKES/SK/X1/2008 TENTANG PEDOMAN KLASIFIKAS! DAN STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Menimbang Mengingat MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Da toile bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan, pendidikan dan penelitian kedokteran, keberadaan Institusi Pendidikan Kedokteran, Kolegium llmu Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan dalam pelaksanaan program pendidikan profesi dokter dan dokter spesialis memegang peranan penting; . bahwa agar Rumah Sakit yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan program pendidikan profesi dokter dan dokter spesialis memenuhi persyaratan, perlu menetapkan pedoman Klasifikasi dan standar Rumah Sakit Pendidikan dengan Keputusan Menteri; Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301); . Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 _ tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); . Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431); . Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637); MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741); 8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik —_ Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006; 9, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/Per/ XI/ 2006 tentang Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan 10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/ MENKES/ PERAV/2007 tentang Ijin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran 11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/PER X1/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/07; Memperhatikan: Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan Nomor 544Menkes/SKB/X/81, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0430 a/U/1981 dan Menteri Dalam Negeri Nomor 324.A Tahun 1981 tentang Pembagian Tugas, Tanggung Jawab dan Penetapan Prosedur sebagai Rumah Sakit Pemerintah yang digunakan untuk Pendidikan Dokter MEMUTUSKAN : Menetapkan: Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN KLASIFIKAS] DAN STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Kedua : Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Ketiga : Pedoman dimaksud Diktum Kedua agar digunakan oleh institusi, lembaga dan organisasi profesi terkait sebagai acuan klasifikasi dan penetapan status akreditasi dalam tangka pembinaan Rumah Sakit Pendidikan. Keempat : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta ‘pada tanggal 18 November 2008 Dr. dr. SIT| FADILAH SUPARI, Sp. JP (K) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran | Keputusan Menteri Kesehatan Nomor — : 1069/Menkes/SK/X1/2008 Tanggal : 18 November 2008 KLASIFIKASI DAN STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN |. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu persyaratan Pendidikan Kedokteran adalah tersedianya RS Utama Pendidikan Kedokteran dalam jaringan lahan praktek yang kelayakannya dinilai oleh pakar pendidikan kedokteran sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Panduan Pendidikan Kedokteran (Dirjen Dikti, 2002) . Tahun 2003, dengan diberlakukannya Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, maka semua pendidikan profesi harus diselenggarakan oleh Institusi Pendidikan Pada tahun 2006, Konsil Kedokteran Indonesia telah mengesahkan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis serta Standar Kompetensi Dokter. Dalam Standar tersebut juga dikatakan bahwa Institusi Pendidikan Kedokteran harus menjamin tersedianya fasilitas pendidikan klinik bagi mahasiswa yang terdiri dari RS Pendidikan dan Sarana Kesehatan lain yang diperlukan Penetapan RS Pendidikan di Indonesia secara resmi dimulai dengan di tetapkannya pembagian tugas, tanggung jawab, dan penetapan prosedur sebagai RS pemerintah yang digunakan untuk pendidikan kedokteran, pada tahun 1981 melalui SK Bersama Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri. Dalam lampiran Surat Keputusan tersebut, ditetapkan 14 RS Umum Pemerintah sebagai tempat pendidikan calon dokter dan calon dokter spesialis.RS tersebut adalah: RSU Dr. Pirngardi, Medan RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung RSUP Dr. Karyadi, Semarang RSUP. Dr. Sardjito, Yogjakarta RSU. Dr. Sutomo, Surabaya RSU Ujung Pandang, Makasar RSUP Palembang RSU Gunung Wenang, Manado 10. | RSU Persahabatan, Jakarta 11. RSU Surakarta 12. RSU Dr.Syaiful Anwar, Malang 13. | RSUP Sanglah, Denpasar 14. RSUP Dr. M. Jamil, Padang ©PNOOPRONA 4 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Masing-masing RS Pendidikan tersebut merupakan RS Pendidikan untuk satu Institusi Pendidikan Kedokteran Negeri, kecuali untuk Institusi Pendidikan Kedokteran Universitas Indonesia, yang pada saat itu sudah mempunyai dua RS Pendidikan, yaitu RS Dr.Cipto Mangunkusumo dan RS Persahabatan. Saat ini penetapan RS Pendidikan disahkan melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan, setelah melalui proses penilaian dan memenuhi kriteria Standar RS Pendidikan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan pada bulan Mei tahun 2005. Pesatnya pertambahan Institusi Pendidikan Kedokteran baik pemerintah maupun swasta, membutuhkan peningkatan jumlah RS Pendidikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dan Universitas Gajah Mada pada tahun 2003, dilaporkan terdapat 97 RS yang berfungsi sebagai RS Pendidikan, namun dari data Asosiasi RS Pendidikan Indonesia (ARSPI), hingga tahun 2007 tercatat hanya ada 37 RS yang secara resmi mempunyai Surat Keputusan Menteri Kesehatan sebagai RS Pendidikan, pada waktu yang sama terdapat 52 Institusi Pendidikan Kedokteran. Selain itu juga terdapat 12 RS Gigi dan Mulut Pendidikan yang telah mendapat SK Menteri Kesehatan Selama ini Standar RS Pendidikan yang diterbitkan Departemen Kesehatan pada tahun 2005, merupakan dasar penetapan RS Pendidikan. Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan RS Pendidikan terutama dalam proses pembelajaran klinik bagi peserta didik Pendidikan Kedokteran terutama dalam pencapaian kompetensi peserta didik, maka perlu disusun Standar RS Pendidikan. . Landasan Hukum Peraturan perundangan yang mendasari penyusunan pedoman ini meliputi : 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431); MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741); 8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006; 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/Menkes/Per/ XI/ 2008 tentang Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan; 10,Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/ MENKES/ PER/IV/2007 tentang |jin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran 11.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/PER XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XI!/2007; Pengertian Rumah Sakit Pendidikan Dari berbagai definisi yang ada, pada prinsipnya pengertian RS Pendidikan (“Teaching Hospital") adalah RS yang juga digunakan untuk pendidikan kedokteran. Hutchkinson & Wilkipedia Encyclopedia mendefinisikan RS Pendidikan sebagai RS yang berhubungan erat dengan Pendidikan Kedokteran dan berfungsi dalam pendidikan praktik untuk mahasiswa kedokteran, “intership” dan residen atau peserta pendidikan spesialis. Hi Selain istilah RS Pendidikan, dikenal juga istilah RS Universitas (‘University Hospital’). Medline,1997 mendefinisikan RS Universitas sebagai RS yang dikelola oleh suatu universitas untuk pendidikan mahasiswa kedokteran, program pendidikan pasca sarjana dan penelitian Klinis.. Di berbagai negara maju saat ini “Academic Health Center” (AHCs) atau dikenal juga sebagai Academic Medical Center telah berkembang pesat Pada tahun 1993, di Amerika Serikat tercatat lebih dari 100 AHCs. AHCs terdiri dari satu Intitusi Pendidikan Kedokteran yang terakreditasi, satu atau lebih RS yang ber “Afiliasi”, serta satu atau lebih pendidikan yang terkait dengan kesehatan seperti, keperawatan, kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan dan kedokteran gigi. 6 MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Memperhatikan uraian tersebut diatas dan berdasarkan fungsi RS dalam proses pendidikan profesi kedokteran, dapat dirumuskan RS Pendidikan di Indonesia adalah RS yang merupakan jejaring Institusi Pendidikan Kedokteran dan digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik untuk memenuhi modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran. RS Pendidikan diharapkan memiliki kemampuan pelayanan yang lebih dari RS non Pendidikan terutama meliputi : a. Penjaminan mutu pelayanan dan keselamatan pasien serta kedokteran berbasis bukti. Penerapan Metode Penatalaksanaan Terapi terbaru. Teknologi Kedokteran yang bertepat guna. Hari rawat yang lebih pendek untuk penyakit yang sama. Hasil pengobatan dan survival rate yang lebih baik. Tersedianya konsultasi dari Staf Medis Pendidikan, selama 24 jam. ma ®P20o . Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia = nomor 512/Menkes/Per/IV/2007_ yang merupakan salah satu peraturan pelaksanaan Undang undang nomor 29 tentang Praktik Kedokteran salah satu kausulnya (pasal 6, ayat 2) menyatakan bahwa penetapan RS menjadi RS Pendidikan, standar RS Pendidikan dan standar RS atau sarana pelayanan kesehatan lainnya sebagai jejaring pendidikan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan berdasarkan standar RS sebagai RS Pendidikan. Serangkaian seminar, lokakarya dan pertemuan yang diprakarsai oleh Departemen Kesehatan, Asosiasi RS Pendidikan Indonesia (ARSPI), Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Konsil kedokteran Indonesia, Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia dan seluruh “stake holder’ pendidikan kedokteran di Indonesia, disepakati penetapan Standar dan Klasifikasi RS Pendidikan yang lebih luas meliputi RS Pendidikan Utama, RS Pendidikan Afiliasi (Eksilensi), RS Pendidikan Satelit dan yang merupakan RS jejaring pendidikan. Peningkatan RS Pendidikan Utama, maupun perluasan Jejaring Pendidikan Afiliasi (Eksilensi) dan Satelit sangat dibutuhkan sejalan semakin meningkatnya jumlah institusi pendidikan kedokteran dan jumlah peserta didik, serta keterbatasan jumlah dan variasi kasus maupun ketersediaan sarana prasarana pendidikan dan peralatan kedokteran. . Tujuan Penetapan Standar Rumah Sakit Pendidikan Tujuan penetapan Standar RS Pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya mutu pelayanan di RS Pendidikan; 7 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2. Meningkatnya mutu pendidikan sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran; 3. Meningkatnya penelitian dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran di RS Pendidikan. ll. STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Standar RS Pendidikan ini disusun mengacu pada standar pendidikan kedokteran yang ditetapkan oleh World Federation of Medical Education (WFME). Format ini juga digunakan dalam penyusunan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis. 1, Kedudukan dan Peran Rumah Sakit Pendidikan Dalam pelaksanaan program pendidikan dokter dan dokter spesialis, yang perlu diperhatikan adalah keterlibatan tiga komponen utama yang memegang peranan penting dan saling mendukung, yaitu institusi pendidikan kedokteran, kolegium ilmu kedokteran dan RS Pendidikan. Kedudukan RS Pendidikan sebagai salah komponen yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran klinik yang meliputi Pengetahuan (knowledge), kemampuan psikomotor (skill), dan perilaku (attitude) sesuai kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam modul pendidikan .berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran Seiring dengan kebutuhan pembelajaran klinik peserta didik terutama dalam rangka menjamin mutu keluaran dan hasil peserta didik yang sesuai dengan standar kompetensi, maka tidak semua RS dapat secara serta merta menjadi RS Pendidikan. RS yang telah berdiri dan operasional memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat bila akan ditambah fungsinya sebagai RS Pendidikan haruslah memenuhi kriteria sebagaimana ditentukan dalam Standar RS Pendidikan. Untuk itu dalam rangka menjamin mutu pendidikan profesi kedokteran sekaligus menjamin mutu pelayanan medik di RS Pendidikan, maka dipandang perlu dilakukan Standarisasi RS Pendidikan 2. Klasifikasi Rumah Sakit Pendidikan Peningkatan jumlah_ peserta _ didik, pengembangan _kapasitas, keterbatasan fasilitas serta keterbatasan jumlah dan variasi kasus di RS Pendidikan Utama menjadi masalah bagi Institusi Pendidikan Kedokteran dalam menghasilkan tenaga medik yang berkualitas. Konsep dasarnya adalah tiap Institusi Pendidikan Kedokteran harus memenuhi kecukupan tenaga pengajar, jumlah dan jenis variasi kasus. Oleh karena itu setiap Institusi Pendidikan Kedokteran harus mempunyai minimal satu RS Pendidikan Utama dan mempunyai beberapa RS Pendidikan Satelit sebagai jejaring. Selain itu Institusi Pendidikan Kedokteran dapat memiliki satu atau beberapa jejaring RS -Afiliasi (Eksilensi) atau RS Umum dengan unggulan tertentu sebagai wahana pembelajaran Klinik peserta didiknya. 8 ‘MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Rumah Sakit Khusus (Afiliasi/Eksilensi) dapat mempunyai Rumah Sakit Satelit berupa Rumah Sakit Khusus lainnya dan Rumah Sakit Umum yang mempunyai pelayanan unggulan tertentu sebagai jejaringnya. Berdasarkan hal tersebut maka disusun standar RS Pendidikan menjadi : 1. Standar RS Pendidikan Utama. 2. Standar RS Pendidikan Afiliasi (Eksilensi). 3. Standar RS Pendidikan Satelit. Untuk setiap jenis RS Pendidikan ditetapkan Standar dengan masing- masing kriterianya, mengacu pada World Federation of Medical Education (WFME), sebagai berikut : Standar Visi, Misi, Komitmen dan persyaratan. . Standar Manajemen dan Administrasi. Standar Sumber Daya Manusia untuk program pendidikan klinik. . Standar Penunjang pendidikan. . Standar Perancangan dan pelaksanaan program pendidikan klinis yang berkualitas. QaRONa Standar dan parameter penilaiannya ini lebih merupakan standar input, yang harus dipenuhi sebagai dasar penilaian kepatuhan institusi terhadap standar yang telah ditetapkan dalam rangka penetapan sebagai RS Pendidikan, setelah melalui persaratan akreditasi RS dari Departemen Kesehatan. Untuk akreditasi dan reakreditasi penetapan parameter penilaian sebaiknya merupakan bagian dari instrumen penilaian akreditasi pendidikan kedokteran yang disusun bersama oleh para pemangku kepentingan pendidikan profesi kedokteran. Menteri Kesehatan dapat menetapkan, membatalkan, mencabut atau menunda pemberian Surat Keputusan Status RS Pendidikan tergantung dari hasil akreditasi tersebut. Untuk pendidikan profesi dokter spesialis, RS yang akan digunakan harus masuk dalam salah satu klasifikasi RS Pendidikan dan sesuai dengan kebutuhan untuk pembelajaran Klinik dalam rangka pencapaian kompetensi berdasarkan standar pendidikan profesi dokter spesialis yang disusun oleh Kolegium Ilmu Kedokteran Spesialis. Dengan demikian RS Pendidikan’ Profesi Dokter Spesialis, dapat merupakan RS Pendidikan utama, RS Pendidikan satelit ataupun RS Pendidikan Khusus (Afiliasi/Eksilensi), dengan tambahan standar dan kriteria yang ditetapkan oleh kolegiumnya di luar Standar RS Pendidikan yang sudah ada. . Ruang lingkup Ruang lingkup Standar RS Pendidikan ini adalah untuk RS Umum dan RS Khusus yang digunakan oleh Institusi Pendidikan Kedokteran untuk sebagai wahana pendidikan kedokteran meliputi : a. Visi, Misi, Komitmen dan persyaratan ; b. Manajemen dan Administrasi ; 9 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA c. Sumber Daya Manusia untuk program pendidikan klinik ; d. Penunjang pendidikan ; e. Perancangan dan pelaksanaan program pendidikan klinik yang berkualitas. Ill. PENYELENGGARAAN DAN PENGORGANISASIAN A. Penyelenggaraan. Departemen Kesehatan RI merupakan instansi yang berwenang menetapkan standar RS yang digunakan sebagai wahana pembelajaran Pendidikan Kedokteran sebagaimana Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 512 (pasal 6 ayat (2). RS yang akan atau telah difungsikan sebagai RS Pendidikan baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, TNI/POLRI, maupun Swasta lainnya wajib memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya bertanggung jawab melaksanakan penetapan, pembinaan dan pengawasan RS Pendidikan kepada Menteri Kesehatan RI. Untuk pelaksanaan penetapan, pengawasan dan pembinaan RS Pendidikan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik dibantu Tim Akreditasi RS Pendidikan yang melibatkan pemangku kepentingan yang terkait yaitu ARSPI, AIPKI, MKKI, dan KKI. B. Pengorganisasian Penetapan RS Pendidikan, pengawasan dan pembinaan_ teknis dilaksanakan oleh Tim Akreditasi RS Pendidikan meliputi Tim Pengarah Akreditasi RS Pendidikan dan Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan. 1. Tim Pengarah. Tim Pengarah terdiri dari Penanggung Jawab, Sekretaris dan Anggota dengan susunan sebagai berikut : Penanggung : Menteri Kesehatan Jawab Ketua | : Sekretaris Jenderal Ketua II Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Sekretaris | : Kepala Biro Hukum dan Organisasi Sekretaris II Sekretaris Ditjen Bina Pelayanan Medik Anggota : 1. Direktur Bina = Pelayanan = Medik Spesialistik 2. Konsil Kedokteran Indonesia 3. Ketua ARSPI 4. Ketua AIPKI 5. Ketua MKKI 6. Ketua KKI 10 MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Tugas Tim Pengarah Akreditasi RS Pendidikan : a. Melaksanakan koordinasi lintas sektor penyelenggaraan Penilaian dan Pembinaan RS Pendidikan b. Menetapkan kebijakan strategis dalam rangka peningkatan mutu pelayanan RS Pendidikan. c. Melaporkan hasil kegiatan penetapan, pembinaan dan pengawasan RS Pendidikan kepada Menteri Kesehatan. d. Menetapkan besaran satuan biaya akreditasi, reakreditasi dan visitasi RS Pendidikan e. Memberikan dukungan pelaksanaan tugas-tugas Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan. Ketua Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik Sekretaris! : Kepala Sub Dit Bina Pelayanan Medik Spesialistik diRSU Pendidikan ' Sekretaris II Kepala Bagian Hukormas Ditjen Bina Yanmedik Anggota : 1. Kepala Sub Dit Bina Pelayanan Medik Spesialistik non Pendidikan 2. Kepala Sub Dit Bina Akreditasi RS ° 3. Kepala Sub Dit Bina Pelayanan Spesialistik di RS Khusus 4. Kepala Sub Dit Bina Penapisan Teknologi Medik Spesialistik Unsur ARSPI Unsur AIPKI Unsur MKKI Unsur KKI Kepala Seksi Standarisasi Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi Staf Sub Bag TU Direktorat Bina Yanmedik Spesialistik Staf Sub Direktorat Bina Yanmedik di RSU Pendidikan ° Sekretariat eNaenoag - Tugas Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan: a. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi Pedoman Standar dan Pelaksanaan Penilaian RS Pendidikan; b. Menyusun rencana kerja penetapan, pembinaan dan pengawasan RS Pendidikan; c. Melaksanakan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan penetapan, pembinaan dan pengawasan RS Pendidikan; 1 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA d. Melaksanakan penetapan, pembinaan dan pengawasan RS Pendidikan; e. Melaksanakan kajian pengembangan standar RS Pendidikan; f. Melaporkan pelaksanaan penetapan, pembinaan dan pengawasan RS Pendidikan kepada Menteri Kesehatan melalui Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik. IV, TATA CARA PENETAPAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN Penetapan RS Pendidikan adalah proses penilaian kelayakan RS yang akan dijadikan wahana pembelajaran klinis peserta didik Institusi Pendidikan Kedokteran guna menjamin terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas sesuai kebutuhan modul untuk mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran A. Persyaratan 1. RS telah mempunyai jijin pendirian yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau ijin operasional yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau jjin penyelenggaraan RS yang masih berlaku. 2. Surat penetapan kelas (tipe) RS yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI. 3. Pernyataan kesediaan Pemilik RS untuk menjadikan RS menjadi RS Pendidikan dan sanggup menyediakan anggaran, sarana dan Prasarana pendukung untuk penyelenggaraan fungsi pendidikan. . Surat Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi setempat. . Naskah Perjanjian Kerja Sama RS dengan Institusi Pendidikan 4. 5, Kedokteran. 6. Telah terakreditasi sesuai dengan Klasifikasi RS. 7. Profil RS 3 (tiga) tahun terakhir. B. Prosedur Pengajuan 1. Pemilik RS/Pimpinan RS mengajukan Surat Permohonan untuk ditetapkan sebagai RS Pendidikan, ditujukan kepada Menteri Kesehatan RI cq Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI dengan dilampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam huruf A. 2. Surat Permohonan sebagaimana huruf B.1, tembusannya disampaikan kepada : a. Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik b. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat c. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat 12 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA C. Penilaian Kelayakan 1. Pra Visitasi a. Berkas Surat Permohonan yang telah diterima oleh Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik diserahkan kepada Sekretariat Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan untuk diperiksa kelengkapan administrasi persyaratan administrasi. b. Berkas Surat Permohonan yang telah lengkap persyaratan administrasinya dilaporkan kepada Sekretaris Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan untuk kemudian dibuat rancangan surat balasan kepada RS. c. Surat balasan yang ditandatangani oleh Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik selaku Ketua Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan dikirimkan kepada Pemilik RS/Pimpinan RS disertai ~Borang Penilaian RS Pendidikan (Instrumen Self Assesment) RS Pendidikan sesuai dengan klasifikasi. d. Setelah menerima surat balasan Direktur RS setempat membentuk Tim Persiapan Penilaian RS Pendidikan yang terdiri dari unsur- unsur pemangku kepentingan RS dan melakukan pengisian Borang Penilaian RS Pendidikan. e. Borang Penilaian RS Pendidikan yang telah diisi oleh RS dikirimkan kembali ke Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan. f. Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan menelaah hasil Borang Penilaian RS Pendidikan yang telah diisi oleh RS. g. Hasil telaahan Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan dapat berupa "“rekomendasi layak atau belum layak visitasi" dan rekomendasi tersebut di umpan balikan kepada RS dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi setempat dan/atau Dinas Kesehatan setempat. h. Apabila umpan balik dari Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan direkomendasikan "dipertimbangkan belum layak visitasi" maka RS dapat mengajukan permohonan fasilitasi atau pembinaan kepada Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan 2. Visitasi a. Apabila hasil telaahan Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan direkomendasikan “layak visitasi" maka kepada RS dijadwalkan waktu kunjungan Tim Visitasi b. Sesuai jadwal yang ditentukan Tim Visitasi melaksanakan kunjungan ke RS c. Tim Visitasi dalam melaksanakan kunjungan ke RS melakukan pemeriksaan ulang dan pemeriksaan silang serta wawancara dengan pihak terkait atas Borang Penilaian RS Pendidikan. yang telah diisi oleh RS, selanjutnya hasil penilaian diisi ke dalam Instrumen Penilaian masing-masing Standar dan Parameter 13 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA d. Hasil penilaian masing-masing Standar, Indikator dan Parameter kemudian direkapitulasi dalam Instrumen Rekapitulasi Hasil Penilaian untuk menentukan nilai akhir penilaian e. Hasil penilaian dapat | menggambarkan hasil akhir katagori penilaian ; A, B atau C. 3. Penetapan a. Apabila dari hasil penilaian Tim Visitasi dan kesimpulan sementara masih terdapat hal-hal yang perlu disempurnakan dan/atau diperbaiki oleh pihak RS, maka pihak RS wajib menyempurnakan/ memperbaikinya dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari sejak dilakukan Visitasi. b. Hasil penilaian akhir (sementara) berikut catatan-catatan mengenai hal-hal yang perlu disempurnakan/diperbaiki disampaikan oleh Tim Visitasi kepada pihak RS dan dibuatkan Berita Acara Hasil Visitasi yang ditanda tangani oleh Tim Visitasi dan pihak RS. c. Tim Visitasi melaporkan Berita Acara Hasil Visitasi kepada Ketua Tim Pelaksana Akreditasi. d. Berdasarkan Berita Acara Hasil Visitasi dan laporan perbaikan/penyempurnaan dari RS Tim Visitasi melaporkan kepada Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan untuk kemudian dilakukan proses penetapan. e. Tim Akreditasi RS Pendidikan melaksanakan rapat penentuan kelayakan RS sebagai RS Pendidikan berdasarkan hasil visitasi. f. Ketua Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan menyampaikan rekomendasi penetapan RS Pendidikan kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik untuk selanjutnya dilakukan proses Penetapan sebagai RS Pendidikan. g. Atas nama Menteri Kesehatan RI Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik menetapkan RS pemohon sebagai RS Pendidikan. D. Sertifikat Akreditasi RS Pendidikan (Sertifikasi) 1. Sertifikat Akreditasi RS Pendidikan diterbitkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Terakreditasi A dengan masa berlaku 5 (tahun), ditanda tangani oleh Menteri Kesehatan; b. Terakreditasi B dengan masa berlaku 3 (tahun), ditanda tangani oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik atas nama Menteri Kesehatan; c. Terakreditasi C dengan masa berlaku 1 (satu) tahun, ditanda tangani oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik. % Surat Keputusan dan Sertifikat Akreditasi RS Pendidikan selanjutnya diserahkan kepada Pemilik RS/Pimpinan RS. 14 MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA V. STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UTAMA RS Pendidikan Utama adalah RS Jejaring Institusi Pendidikan Kedokteran yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran. Agar dapat berfungsi menjadi RS Pendidikan secara efektif, RS Pendidikan harus memiliki visi dan misi yang jelas, yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan profesi kedokteran. A. STANDAR VISI, MISI, KOMITMEN DAN PERSYARATAN Untuk menunjang proses pembelajaran dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan maka komitmen RS perlu ditunjukkan secara jelas (administratif dan pelaksanaan pendidikan) dan sesuai aturan perundangan yang berlaku. Kriteria: 1. Terdapat visi, misi, dan tujuan RS secara tertulis yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan profesi kedokteran. 2. Terdapat dokumen Perjanjian Kerja Sama antara Direktur RS Pendidikan dengan Rektor atau Pimpinan Instusi Pendidikan Kedokteran, meliputi aspek medikolegal, sumber daya manusia, pembiayaan, sarana prasarana, manajemen pendidikan dan daya tampung peserta didik. 3. Kesepakatan bersama tersebut harus bersifat saling mengikat dalam hal pada seluruh proses pendidikan kedokteran di RS tersebut. 4. RS kelas A atau B atau setara yang telah terakreditasi minimal 12 pelayanan. 5. RS yang telah menjalankan fungsi pendidikan dan telah memiliki SK penetapan Menteri Kesehatan sebagai RS Pendidikan. 6. RS Pendidikan utama minimal mempunyai 4 pelayanan spesialis dasar (penyakit dalam, anak, bedah, kebidanan dan kandungan) dan 7 pelayanan spesialis lainnya. B. STANDAR MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI Manajemen dan administrasi merupakan bagian dari operasionalisasi RS Pendidikan, mencakup efektifitas dan efisiensi pelaksanaan proses pendidikan yang meliputi; koordinasi, kebijakan penyelenggaraan, administrasi, pembiayaan, evaluasi dan penjaminan mutu pendidikan profesi kedokteran. 15 MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 1. Koordinasi pendidikan profesi kedokteran XN Untuk kelancaran proses manajemen dan administrasi pendidikan harus mempunyai badan koordinasi pendidikan, yang terdiri atas unsur RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran yang memiliki uraian tugas dan fungsi yang jelas. Kriteria : 1.1. Badan Koordinasi Pendidikan Kedokteran beranggotakan unsur RS dan unsur Institusi Pendidikan Kedokteran. Badan ini akan diwakili oleh suatu sekretariat bersama yang berkedudukan di RS. 2 Uraian tugas, tanggung jawab, hak, wewenang dan masa tugas ditetapkan melalui keputusan bersama antara Direktur RS Pendidikan dan Pimpinan Instusi Pendidikan Kedokteran. Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan RS Pendidikan memiliki kebijakan, peraturan dan ketetapan tertulis mengenai pendidikan sehingga dapat menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas tinggi. Kriteria : 245 Adanya kebijakan penerimaan peserta didik yang tercantum dalam Perjanjian Kerjasama antara Institusi Pendidikan Kedokteran dengan RS Pendidikan yang bersangkutan. 2.2. Adanya kebijakan mengenai daya tampung peserta didasarkan pada rasio pendidik dengan peserta didik maksimal 1: 5 yang ditetapkan bersama antara Pimpinan RS dengan Pimpinan Instusi pendidikan. 2.3. Adanya peraturan bersama antara Direktur dan Dekan tentang sistem penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pelayanan beserta berbagai unsur penunjangnya termasuk reward and punishment bagi semua pihak yang terlibat (staf medis, staf nonmedis dan peserta didik). ii 2.4, Adanya kebijakan RS yang mengatur batasan kewenangan prosedur medis yang dapat dilakukan oleh peserta didik. 2.5. Terdapat kebijakan, peraturan pelaksanaan dan peraturan teknis yang disepakati oleh semua unsur yang terlibat dalam pendidikan. 2.6. Kebijakan, pedoman dan prosedur tertulis telah disosialisasikan dengan baik kepada pelaksana yang terkait dengan pendidikan Klinik, dan menjadi acuan pokok bagi semua staf medis dalam melaksanakan tugas pelayanan, pendidikan dan penelitian. 16 MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 3. Administrasi Pendidikan RS Pendidikan memiliki pengelolaan administrasi pendidikan yang berkaitan dengan penjadualan, administrasi nilai, umpan balik dan surat menyurat. Kriteria : 3.1. 3.2. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. Adanya jadual prapelaksanaan pendidikan yang berisi tanggal masuk, nama bagian/departemen/SMF yang dituju dan jumlah peserta didik yang akan masuk. yang dikirim oleh Institusi Pendidikan kepada RS sebelum mahasiswa masuk ke RS. Adanya jadual pelaksanaan yang sifatnya tetap sesuai program di tiap bagian/departemen/SMF (nama, kegiatan, waktu, penanggung jawab ruangan) dan dilaksanakan sesuai jadual. Adanya staf sekretariat khusus (staf non edukatif) yang bertanggung jawab penuh untuk menangani kelengkapan proses pendidikan peserta didik (alat bantu belajar, ruangan, nilai, pengaturan jadual dan administrasi). Terdapat sistem, alur pencatatan serta adanya pelaporan nilai yang tepat_waktu. Terdapat sistem informasi pendidikan yang termasuk didalamnya berisi data dasar peserta didik (meliputi identitas, hasil belajar). Adanya laporan kemajuan pendidikan secara berkala setiap tahun (jumlah mengenai peserta didik, tingkat kelulusan, daftar tunggu ujian) dari pelaksana didik kepada RS dan Institusi Pendidikan Kedokteran. . Pembiayaan Pendidikan RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran mengelola sistem pembiayaan pendidikan yang mendukung efektifitas, efisiensi dan mutu pendidikan. Kriteria : 4.1. 4.2. Adanya perhitungan satuan biaya pendidikan yang disusun oleh sekretariat bersama antara RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran yang meliputi biaya pendidikan langsung, seperti biaya sumber daya manusia pendidikan, biaya bahan habis pakai, biaya administrasi dan biaya overhead operasional, serta biaya tidak langsung seperti biaya akomodatif. Besarnya satuan biaya disesuaikan dengan besarnya SPP Mahasiswa Terdapat rencana anggaran biaya (RAB) penyelenggaraan pendidikan kedokteran yang disusun setahun sekali oleh koordinator pendidikan yang diusulkan oleh masing-masing kepala bagian/departemen/SMF untuk disetujui oleh Direktur RS dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran. 17 a MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 4.3, Terdapat laporan keuangan berkala enam bulanan dan tahunan anggaran biaya yang dibuat oleh Kepala Bagian/Departemen/SMF dan disahkan oleh Direktur RS dan Pimpinan_ Institusi Pendidikan Kedokteran. Evaluasi dan Penjaminan Mutu Sistem Manajemen dan Administrasi Pendidikan Badan koordinasi pendidikan melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap semua proses manajemen dan administrasi pendidikan sesuai dengan system penjaminan mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Kriteria: 5.1 Terdapat dokumen evaluasi pelaksanaan pendidikan Klinik setiap enam bulan_ sekali yang dilakukan oleh sekretariat bersama berdasarkan indikator tim tertentu yang ditetapkan badan koordinasi pendidikan. 5.2 Terdapat data umpan balik dan dokumentasi staf pengajar dan peserta, analisis umpan balik, dan tindak lanjut. * C. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK PROGRAM PENDIDIKAN KLINIK Penyiapan tenaga pendidikan dan pelatin dan program pembelajaran Klinik sesuai dengan konteks pelayanan medis di RS menjadi tanggung jawab bersama antara RS Pendidikan dan Institusi pendidikan Kedokteran. 1. Peraturan Rekruitmen Tenaga Pendidikan dan Monitoring untuk Pembelajaran Klinik Adanya kebijakan mengenai penugasan staf medis dan/atau non medis yang diprogramkan sebagai tenaga pendidik merupakan kebijakan tentang kategori, tanggung jawab, kewenangan, hak, paruh/purna waktu dari staf medis dan/atau non medis tersebut. Kriteria: Tugas, tanggung jawab dan kewenangan staf institusi pendidikan yang ditempatkan di RS Pendidikan harus tercantum dalam ikatan kerjasama atau lampirannya. 1.1. Terdapat tata cara perekrutan dan kriteria kompetensi yang ditetapkan bersama oleh Direktur RS dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran bagi Staf Medik Fungsional yang akan diangkat sebagai Dokter Pendidik Klinik/Dosen Klinik. 18 1.5. MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Terdapat pengangkatan sebagai SK Dosen/Dosen Luar Biasa Institusi Pendidikan Kedokteran berikut jabatan akademiknya dari Rektor/Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran untuk Staf Medik Fungsional yang melaksanakan tugas pendidikan dan penelitian kedokteran. Terdapat SK Pengangkatan/Penugasan Direktur RS sebagai Staf Medik Fungsional yang melaksanakan tugas sebagai Dokter Pendidik Klinik/Dosen Klinik di RS Pendidikan untuk semua Staf Medik Fungsional yang terlibat dalam Pendidikan Kedokteran, tercakup di dalamnya kebijakan tentang kategori, tanggung jawab, kewenangan, hak dan kewajiban baik paruh/purna waktu. Terdapat staf medis fungsional yang ditetapkan Direktur RS sebagai Supervisor Klinik dan Pembimbing bagi peserta didik disertai kejelasan tugas, tanggung jawab dan kewenangannya Terdapat tim penilai/supervisor kinerja tenaga pendidik dari RS Pendidikan dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran yang bersangkutan yang berperan dalam menilai kinerja tenaga pendidik pada pembelajaran klinik dengan kriteria yang jelas yang dilakukan secara berkala minimal satu tahun sekali. 2. Sistem Monitoring dan Evaluasi Tenaga Pendidik Sistem monitoring dan evaluasi tenaga pendidikan bertujuan untuk menilai prestasi atau kinerja tenaga pendidik antara lain: kompetensi, kom itmen, disiplin dan proses pengembangan diri. Kriteria: 2.1 Terdapat presensi pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik 2.2 Terdapat data dasar pengembangan diri tenaga pendidikan di bawah koordinasi sekretaris bagian dan/atau Badan Koordinasi Pendidikan/ Sekretariat Bersama D. STANDAR PENUNJANG PENDIDIKAN RS Pendidikan harus menyediakan sarana, prasarana dan peralatan yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan modul pendidikan termasuk ketersediaan jumlah dan variasi kasus atau pasien yang berinteraksi dengan peserta didik. Kriteria : 41 Terdapat dokumen yang mencantumkan kesepakatan mengenai penyediaan sarana, prasarana dan peralatan untuk pendidikan antara Direktur RS dan Pimpinan_Instusi Pendidikan Kedokteran serta realisasinya. Sarana, prasarana dan alat yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan pendidikan, antara_ lain: = ruangan pembelajaran, ruang diskusi, perpustakaan, sistem informasi 19

You might also like