Professional Documents
Culture Documents
Case 1 - Anaphylactic Shock
Case 1 - Anaphylactic Shock
CASE 1
ANAPHYLACTIC SHOCK
(Sesi Pertama)
Mr. Ariel, a male 48 years old went to emergency unit of primary health care with main complaint unconscious.
Family History :
There is no family has the same disease as him.
Social History :
Patient is civil employment, he has BPJS insurance.
Laboratory Findings :
Blood Pressure = SV × HR × PR
Syok terjadi bila ada ketidakseimbangan demand dan supply oksigen. Syok tidak didefinisikan dengan
hipotensi, walaupun hipotensi selalu diasosiasikan dengan syok. Tekanan darah dapat normal disebabkan
respon simpatetik. Maka dari itu, manajemen syok harus dititikberatkan pada koreksi keseimbangan
oksigen dan hipoperfusi jaringan.
Klasifikasi Syok
Hipovolemik Kardiogenik
Hemoragik Miopatik (contoh : iskemia)
Non-hemoragik Mekanik (contoh : valvular)
Artimik
Distributif Obstruktif
Sepsis Emboli paru massif
Krisis adrenal Tension pneumothorax
Neurogenik (syok spinal) Tamponade cordis
Anafilkatik Perikarditis konstruktif
Secara keseluruhan, penanganan syok tetap harus diiringi dengan penanganan penyakit yang
mendasarinya. Pada syok hipovolemik tipe hemoragik, perdarahan harus dihentikan sembari
penggantian volume darah yang hilang. Pada syok distributif dengan dasar sepsis, pemberian antibiotika
sesuai pola kuman RS harus diberikan untuk menangani infeksi bakteri. Pasien dengan tamponade cordis
yang menyebabkan syok obstruktif harus segera dilakukan tindakan needle thoracostomy untuk
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
memperbaiki hemodinamik pasien. Pemberian digitalis, repair struktur jantung yang mendasari
terjadinya syok kardiogenik juga harus dipertimbangkan. Monitoring dari tindakan – tindakan yang
dilakukan harus dilakukan secara berkesinambungan. Pemeriksaan CVP (central venous pressure), berat
jenis urin, dan hematokrit sederhana dapat menjadi tolak ukur pemantauan kecukupan resusitasi cairan.
Sebagai kesimpulan, pasien – pasien syok harus dilihat dan ditangani secara holistik, karena yang
ditangani bukan pada angka–angka, namun keadaan umum pasien secara keseluruhan.
Oksigen
Dalam kasus terjadi manifestasi reaksi kardiovaskular atau pulmonal, direkomendasikan pemberian
suplai oksigen segera melalui masker oksigen dengan kantung reservoir. Administrasi oksigen 100%
aliran tinggi direkomendasikan. Masker laring atau laryngeal tube bisa membantu. Intubasi endotrakeal
oleh dokter yang berpengalaman (biasanya dokter spesialis kegawatdaruratan, spesialis anestesiologi)
hanya diperlukan dalam kasus-kasus langka.
Glukokortikosteroid
Karena onset aksinya yang lambat, glukokortikosteroid hanya sedikit berperan dalam terapi anafilaksis
fase akut. Tidak ada uji klinis sistematik mengenai indikasi ini. Akan tetapi, glukokortikosteroid efektif
dalam terapi asma dan melawan reaksi anafilaktik yang berkepanjangan atau bifasik. Efek penstabil
membran yang tidak spesifik terjadi dalam 10 – 30 menit pertama setelah pemakaian glukokortikosteroid
dosis tinggi (500 – 1000 mg).
Mr. Ariel was referred to hospital and history therapy for primary health care :
Oxygen 2 – 4 L/minute
Epinephrine 0,3 mL (SC)
Fluid infusion NaCl 0,9% loading 250 mL, continued 30 drops/minute
Methylprednisolone 125 mg (IV)
Diphenhydramine 1 amp.
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
Anaphylactic shock
(Sesi Kedua)
While in the hospital, Mr. Ariel at ICU room for treatment and further strict observation. On the second day of
treatment, Mr. Ariel’s condition is better. And the result of second day physical examination are :
General condition : GCS 4 – 5 – 6
Vital sign : blood pressure = 110/80 mmHg pulse = 88 bpm, regular
temperature = 36,8°C RR = 20x/minute
Eye : conjunctival pale (-/-) ; sclera icteric (-/-) ; pupil 2 mm
Mouth : NGT administration
Cor / pulmo : normal
Abdomen : normal
Extremity : warm (+/+)
Kontraindikasi
NGT dikontraindikasikan jika ada trauma wajah berat (disrupsi lamina cribrosa) karena kemungkinan
memasukkan tube ke intrakranial. Dalam kasus seperti ini, orogastric tube dapat digunakan.
Komplikasi
Komplikasi utama dari insersi NGT termasuk aspirasi dan trauma jaringan. Penempatan kateter dapat
memicu gagging atau muntah, oleh karena itu suction harus selalu siap digunakan untuk berjaga-jaga
apabila terjadi hal tersebut.
After five days underwent high care in the hospital, Mr. Ariel looked healthy was permitted to home care.