You are on page 1of 12

EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK

CASE 1
ANAPHYLACTIC SHOCK
(Sesi Pertama)

Judul kasus : Mr. Ariel

Mr. Ariel, a male 48 years old went to emergency unit of primary health care with main complaint unconscious.

Recent History of Illness :


(anamnesis with his wife)
Two hours ago, Mr. Ariel went to general practitioner with complaint cough, influenza, and fever. The doctor
gave him some oral medicines, one of them is antibiotic. Fifteen minutes after take medication Mr. Ariel
complained felt itching, weakness, and difficult to breathing. He took medicine together with another
medicine, because he was suffer from diabetes mellitus and hypertension. Nausea (-), vomitus (-).

Past Medical History :


He has diabetes and hypertension for three years, with routine controlled.
No history asthma and coronary disease. No history allergic event.

Family History :
There is no family has the same disease as him.

Social History :
Patient is civil employment, he has BPJS insurance.

1. Apa masalah pasien?


 Seorang pria berusia 48 tahun
 Keluhan utama : tidak sadar
 Keluhan tambahan : gatal, lemah, sesak napas, riwayat diabetes

2. Apa hipotesis kasus ini?


 Alergi obat : urtikaria / hives, anafilaktik
 Diabetic emergency : hipoglikemia
hiperglikemia : KAD (ketoasidosis diabetikum)
KHONK (koma hiperosmolar non-ketotik)
 Sepsis
 Stroke (CVA = cerebrovascular accident)
 Syok : anafilaktik, kardiogenik, sepsis
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
Informasi lebih lanjut apa yang Anda butuhkan?
Physical Examination :
He was seems large body performance. Height 165 cm and weight 80 kg.
 GCS : E2 V3 M3
 Vital sign : blood pressure = 80/50 mmHg pulse = 100 bpm, regular
temperature = 37,8°C RR = 24x/minute
 Eye : sclera icteric (-/-) ; pupil isokor (+/+)
 Lips : dry mucosal (-)
 Neck : JVP PR +0 cm H2O, lymphadenopathy (-)
 Tonsil / pharynx : T0/T0 / oedema
 Cor
Inspection : normal ictus cordis, intercostal pulsation (-), epigastrial pulsation (-)
Palpation : ictus cordis not wide, parasternal pulsation (-), epigastrial pulsation (-), sternal lift (-),
thrill (-)
Percussion : cor configuration within normal limit
Auscultation : cor pulsation 100x/min, regular, gallop (-), murmur (-)
 Pulmo
Inspection : symmetric, static, dynamic
Palpation : stem fremitus right = left
Percussion : sonor/sonor
Auscultation : vesicular ; wheezing (-), rales (-), prolonged expirium (-)
 Abdomen
Inspection : distended (-)
Auscultation : peristaltic within normal limit, bowel sound (+) normal
Percussion : liver span 10 cm, meteorismus (-)
Palpation : epigastric pain (-), McBurney's sign(-), Murphy's sign(-), spleen unpalpable, liver unpalpable
 Extremity : oedema (-/-), warm (+/+)

Laboratory Findings :

 Hb = 13,5 mg/dL ; Hct (PCV) = 40% ; Leucocyte = 5.200/𝜇L ; Thrombocyte = 250.000/𝜇L


 Urine : pH = 6,8 ; colour = yellow ; reduction (-) ; protein (-)
 ECG (electrocardiography) : within normal limit
 Blood glucose : 215 mg/dL
 SGOT : 31 IU/L
 SGPT : 33 IU/L
 Total bilirubin : 0,9 mg/dL
 Creatinine : 1,2 mg/dL
 Urine : pH = 6,8 ; colour = clear yellow ; reduction (-) ; protein (-)
Sediment = erythrocyte (0 - 1), leucocyte (2 - 3)

3. Apakah informasi ini mengubah hipotesismu?


Iya, syok anafilaktik.

4. Dapatkah kamu menjelaskan alasan memilih diagnosis tersebut?


Tekanan darah rendah.
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
5. Apa saja komponen dari tekanan darah?
Tekanan darah = cardiac output × resistensi perifer
Cardiac output = stroke volume × heart rate
Tekanan darah = stroke volume × heart rate × resistensi perifer

Blood Pressure = SV × HR × PR

6. Kapan seseorang dimasukkan dalam keadaan darurat / emergency?


Pasien dinyatakan gawat darurat :
 Gangguan jalan napas, tidak sadar, terdapat stridor, bronkospasme, tertelan benda asing
 Gangguan bernapas : frekuensi napas <10 atau >28 kali per menit, SpO2 <93%
 Gangguan sirkulasi : frekuensi jantung <50 atau >120 kali per menit
 Gangguan kesadaran : penurunan kesadaran, Glasgow Coma Scale (GCS) <12

7. Bagaimana penilaian awal dari keadaan darurat / emergency?


 Anamnesis singkat : auto atau alloanamnesis (keluarga atau pengantar), sehingga kita dapat
membedakan pasien termasuk dalam kasus trauma atau non-trauma ; bedah atau non-bedah ;
keracunan obat / toksin
 ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure)
 Pemeriksaan Fisik :
 Pemeriksaan jalan napas = jika terdapat obstruksi jalan napas karena lidah, dapat dilakukan
maneuver : mengangkat dagu (chin lift), menengadahkan kepala (head lift), dan mendorong
rahang bawah ke depan (jaw thrust)
 Pemeriksaan sirkulasi = penilaian sirkulasi dapat dilakukan dengan menilai warna kulit, suhu
akral, waktu pengisian kapiler (capillary refill time), perabaan nadi, dan pemeriksaan jantung
 Teraba a. carotis = TDs (tekanan darah sistolik) >60 mmHg
 Teraba a. femoralis = TDs >70 mmHg
 Teraba a. radialis = TDs >80 mmHg
 Penilaian neurologis = penurunan kesadaran, hipoglikemia, meningismus, kondisi pupil,
anggota gerak, dan saraf kranial
 Penilaian permukaan tubuh = kemerahan, hipotermia, hipertermia, stigmata penyakit kronis
 Pemeriksaan Lain : pulse oximetry, analisa gas darah, ventilasi, gula darah, asam basa, dan laktat
 Penatalaksanaan Awal :
 Sesuai dengan patofisiologi
 Penalataksanaan Lanjut :
 Cari etiologi
 Status hemostasis, metabolik, inflamasi dan infeksi, dll
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
8. Apa definisi syok?
Syok adalah kumpulan gejala yang menandai gangguan oksigenasi dan perfusi jaringan oleh berbagai
etiologi. Oksigenasi dan perfusi jaringan yang tidak adekuat dapat disebabkan salah satu atau kombinasi
dari mekanisme berikut :
 Penurunan absolut maupun relatif dari penghantaran oksigen sistemik (cardiac output yang
inadekuat, kandungan oksigen dalam darah rendah)
 Perfusi jaringan yang tidak efektif (maldistribusi aliran darah ke jaringan atau tekanan perfusi
inadekuat)
 Gangguan utilisasi oksigen yang telah dihantarkan (disfungsi tingkat selular atau mitokondrial)

Syok terjadi bila ada ketidakseimbangan demand dan supply oksigen. Syok tidak didefinisikan dengan
hipotensi, walaupun hipotensi selalu diasosiasikan dengan syok. Tekanan darah dapat normal disebabkan
respon simpatetik. Maka dari itu, manajemen syok harus dititikberatkan pada koreksi keseimbangan
oksigen dan hipoperfusi jaringan.

9. Apa saja tipe – tipe syok?


Tipe – tipe utama syok termasuk :
 Syok kardiogenik (karena masalah jantung)
 Syok hipovolemik (disebabkan karena volume darah terlalu sedikit)
 Syok anafilaktik (disebabkan oleh reaksi alergi)
 Syok septik (karena infeksi)
 Syok neurogenik (disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf)

Klasifikasi Syok
Hipovolemik Kardiogenik
Hemoragik Miopatik (contoh : iskemia)
Non-hemoragik Mekanik (contoh : valvular)
Artimik
Distributif Obstruktif
Sepsis Emboli paru massif
Krisis adrenal Tension pneumothorax
Neurogenik (syok spinal) Tamponade cordis
Anafilkatik Perikarditis konstruktif

10. Buatlah penjelasan singkat mengenai tipe – tipe syok!


 Syok kardiogenik (karena masalah jantung)
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah jantung sistemik pada
keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat mengakibatkan hipoksia jaringan
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
 Syok hipovolemik (disebabkan karena volume darah terlalu sedikit)
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah yang berkurang

 Syok anafilaktik (disebabkan oleh reaksi alergi)


Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaksis yang ditandai dengan
adanya hipotensi yang nyata dan kolaps sirkulasi darah

 Syok septik (karena infeksi)


Syok merupakan keadaan di mana terjadi gangguan sirkulasi yang menyebabkan perfusi jaringan
yang tidak adekuat sehingga mengganggu metabolisme jaringan. Syok ditandai dengan
penurunan tekanan darah sistolik <90 mmHg atau penurunan tekanan darah sistolik menurun
>40 mmHg dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya

 Syok neurogenik (disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf)


Syok neurogenik merujuk pada trias hemodinamik berupa hipotensi, bradikardia, dan
vasodilatasi perifer yang berasal dari disfungsi otonom berat dan terganggunya kontrol sistem
saraf simpatis pada jejas medulla spinalis akut. Hipotermia juga khas ada. Syok neurogenik perlu
dibedakan dari syok spinal dan hipovolemik. Syok hipovolemik cenderung berkaitan dengan
takikardia

11. Bagaimana penanganan umum untuk kondisi syok?


Prinsip Umum Manajemen Syok
Tujuan manajemen syok adalah untuk meningkatkan oxygen delivery atau utilisasinya untuk mencegah
cedera organ dan sel. Terapi efektif membutuhkan pengobatan etiologi yang mendasarinya, restorasi
perfusi yang adekuat, monitoring, dan terapi suportif yang komprehensif. Intervensi dalam
mengembalikan perfusi dipusatkan dalam pencapaian tekanan darah yang adekuat, peningkatan cardiac
output, dan / atau optimalisasi konten oksigen dalam darah.

Intervensi dalam Manajemen Syok


KOMPONEN INTERVENSI
Tekanan darah Cairan, agen vasopressor atau vasodilator*
Cardiac Output
 Preload Cairan , agen vasodilator*
 Kontraktilitas Agen inotropik
 Afterload Agen vasopressor atau vasodilator*
Oxygen Content
 Oksigen Transfusi darah
 Saturasi hemoglobin Oksigen supplemental, ventilasi mekanik
 Oxygen demand Ventilasi mekanik, sedasi, analgesia, antipiretik
*Agen vasodilator digunakan hanya bila tekanan darah sudah adekuat.
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
Tujuan pertama dalam mengatasi syok hipotensif adalah mencapai tekanan darah minimum (driving
pressure) untuk mempertahankan aliran darah ke jantung dan organ lain serta mengoptimalkan
komponen – komponen dari oxygen delivery. MAP ≥65 mmHg direkomendasikan, kecuali pada pasien –
pasien tertentu yang membutuhkan MAP lebih tinggi, seperti pasien dengan iskemia miokard atau
hipertensi kronis, namun peningkatan tekanan darah hanya bermanfaat bila terbukti terjadi peningkatan
perfusi.
Tujuan selanjutnya dalam manajemen syok adalah mengoptimalkan oxygen delivery, dengan cara
meningkatkan cardiac output, konsentrasi hemoglobin, dan saturasi oksihemoglobin. Terapi cairan dan
agen vasoaktif sering dibutuhkan untuk meningkatkan cardiac output. Peningkatan konsentrasi
hemoglobin dengan transfusi darah merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan oxygen
delivery pasien. Saturasi oksihemoglobin dapat ditingkatkan dengan menaikkan PaO2 melalui
supplementasi oksigen dan ventilasi mekanik. Target saturasi oksihemoglobin pada pasien syok adalah
≥95%.
Penggunaan agen vasoaktif pada manajemen syok meliputi obat – obatan vasopressor, inotropik, dan
vasodilator. Vasopressor memiliki aktivitas α1–adrenergik yang berefek pada konstriksi arteriol,
peningkatan tekanan vaskular sistemik, dan peningkatan tekanan darah. Inotropik memengaruhi
kontraktilitas jantung melalui efek β1–adrenergik. Beberapa jenis obat memiliki lebih dari satu efek
hemodinamik tersebut, dan hasilnya bervariasi pada individu dengan dosis tertentu. Tujuan resusitasi
lebih penting dari capaian spesifik agen tersebut.
Reseptor
Agen Vasoaktif
DA – R (↑ UOP) β1a (↑ HR) β2b (↓ BP) α1c (↑ BP)
Dopamine
1 – 5 𝜇g/kg/menit 6 – 10 𝜇g/kg/menit >10 𝜇g/kg/menit
1 – 20 𝜇g/kg/menit
Phenylephrine
+++
1 – 300 𝜇g/menit
Norepinephrine
+ ++++
0,01 – 0,5 𝜇g/kg/menit
Epinephrine
++++ +++ ++++
0,01 – 0,5 𝜇g/kg/menit
Dobutamine
+++ ++
1 – 20 𝜇g/kg/menit
Milrinone
+++ +++
0,125 – 0,5 𝜇g/kg/menit

Secara keseluruhan, penanganan syok tetap harus diiringi dengan penanganan penyakit yang
mendasarinya. Pada syok hipovolemik tipe hemoragik, perdarahan harus dihentikan sembari
penggantian volume darah yang hilang. Pada syok distributif dengan dasar sepsis, pemberian antibiotika
sesuai pola kuman RS harus diberikan untuk menangani infeksi bakteri. Pasien dengan tamponade cordis
yang menyebabkan syok obstruktif harus segera dilakukan tindakan needle thoracostomy untuk
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
memperbaiki hemodinamik pasien. Pemberian digitalis, repair struktur jantung yang mendasari
terjadinya syok kardiogenik juga harus dipertimbangkan. Monitoring dari tindakan – tindakan yang
dilakukan harus dilakukan secara berkesinambungan. Pemeriksaan CVP (central venous pressure), berat
jenis urin, dan hematokrit sederhana dapat menjadi tolak ukur pemantauan kecukupan resusitasi cairan.
Sebagai kesimpulan, pasien – pasien syok harus dilihat dan ditangani secara holistik, karena yang
ditangani bukan pada angka–angka, namun keadaan umum pasien secara keseluruhan.

12. Bagaimana manajemen syok anafilaktik?


Zat vasoaktif
Adrenaline. Obat terpenting dalam terapi akut anafilaksis adalah adrenaline (epinephrine). Melalui
aktivasi reseptor α- dan β-adrenergik, adrenalin secara fungsional mengantagonis semua
patomekanisme penting dari anafilaksis melalui vasokonstriksi, pengurangan permeabilitas vaskular,
bronkodilatasi, pengurangan edema, dan efek inotropik positif dalam jantung. Diadministrasikan secara
IV, adrenaline menunjukkan onset aksi tercepat dari semua obat-obatan anafilaksis.
Pada pasien yang tidak perlu resusitasi, pemberian segera adrenaline dosis 0,3 – 0,5 mg IM (BB dalam
rentang 30 – 50 kg) pada paha atas bagian luar merupakan terapi obat pilihan pertama.

Zat vasoaktif lainnya


Dopamine, noradrenaline, dan vasopressin digunakan dalam situasi mengancam nyawa oleh dokter IGD
dan dalam kondisi perawatan intensif dengan pemantauan tanda-tanda vital secara terus menerus.

Oksigen
Dalam kasus terjadi manifestasi reaksi kardiovaskular atau pulmonal, direkomendasikan pemberian
suplai oksigen segera melalui masker oksigen dengan kantung reservoir. Administrasi oksigen 100%
aliran tinggi direkomendasikan. Masker laring atau laryngeal tube bisa membantu. Intubasi endotrakeal
oleh dokter yang berpengalaman (biasanya dokter spesialis kegawatdaruratan, spesialis anestesiologi)
hanya diperlukan dalam kasus-kasus langka.

Penggantian / substitusi volume


Aspek patofisiologi dari anafilaksis yang penting adalah timbulnya hipovolemia yang diterapi dengan
penggantian cairan yang adekuat. Untuk reaksi anafilaktik yang berat, diperlukan suplai cairan jumlah
besar dalam waktu singkat. Hal ini hanya dapat dicapai menggunakan akses vena dengan kateter large-
bore.
Utamanya yang sebaiknya dipakai adalah normal saline (NaCl 0,9%) atau larutan dengan elektrolit
seimbang. Ketika larutan elektrolit diberikan dalam jumlah besar, larutan ini hanya bertahan dalam ruang
intravaskular untuk waktu yang singkat.
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
Jadi, jika gagal stabilisasi setelah penggunaan elektrolit dalam volume yang lebih besar (>1 L) pemberian
tambahan cairan koloid dapat dipertimbangkan. Cairan pengganti volume yang paling umum digunakan
dalam syok anafilaktik adalah sediaan gelatin, dextran, Hydroxyethyl starch (HES), seperti mean-
molecular weight HES (HES 6% 200/0,5).

Antihistamin antagonis reseptor H1


Peran sentral histamin sebagai mediator reaksi alergi dan efikasi antagonis H1 dalam urtikaria akut atau
rhinoconjunctivitis terbukti. Akan tetapi, efeknya pada parameter sirkulasi dan bronkokonstriksi kurang
jelas. Dibandingkan adrenaline, antihistamin menunjukkan onset aksi yang lebih lambat; tetapi,
antihistamin memiliki profil berupa manfaatnya lebih menguntungkan daripada efek sampingnya dalam
rentang indikasi yang luas. Efek histamin dalam reaksi alergi dapat diduga sehingga antihistamin harus
diberikan secara dini dalam semua reaksi anafilaktik untuk menghambat efek histamin.
Satu-satunya antihistamin H1 yang terdaftar untuk pemberian IV dalam terapi akut anafilaksis adalah
agen generasi pertama Dimetindene (0,1 mg/kg BB) dan Clemastine (0,05 mg/kg BB) yang terkenal
memiliki efek samping sedasi.

Glukokortikosteroid
Karena onset aksinya yang lambat, glukokortikosteroid hanya sedikit berperan dalam terapi anafilaksis
fase akut. Tidak ada uji klinis sistematik mengenai indikasi ini. Akan tetapi, glukokortikosteroid efektif
dalam terapi asma dan melawan reaksi anafilaktik yang berkepanjangan atau bifasik. Efek penstabil
membran yang tidak spesifik terjadi dalam 10 – 30 menit pertama setelah pemakaian glukokortikosteroid
dosis tinggi (500 – 1000 mg).

Mr. Ariel was referred to hospital and history therapy for primary health care :
 Oxygen 2 – 4 L/minute
 Epinephrine 0,3 mL (SC)
 Fluid infusion NaCl 0,9% loading 250 mL, continued 30 drops/minute
 Methylprednisolone 125 mg (IV)
 Diphenhydramine 1 amp.
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
Anaphylactic shock
(Sesi Kedua)

While in the hospital, Mr. Ariel at ICU room for treatment and further strict observation. On the second day of
treatment, Mr. Ariel’s condition is better. And the result of second day physical examination are :
 General condition : GCS 4 – 5 – 6
 Vital sign : blood pressure = 110/80 mmHg pulse = 88 bpm, regular
temperature = 36,8°C RR = 20x/minute
 Eye : conjunctival pale (-/-) ; sclera icteric (-/-) ; pupil 2 mm
 Mouth : NGT administration
 Cor / pulmo : normal
 Abdomen : normal
 Extremity : warm (+/+)

1. Apa indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi dari NGT?


Indikasi
Dengan memasukkan suatu NGT (nasogastric tube), dokter dapat memperoleh akses ke gaster dan isinya.
Hal ini memungkinkan dokter untuk menguras isi gaster, dekompresi perut, mendapat spesimen dari isi
lambung, atau membuka suatu jalan ke dalam traktus GI. Ini memungkinkan dokter untuk mengobati
imobilitas gaster dan obstruksi usus. Juga memungkinkan drainase dan / atau lavage pada kasus
overdosis obat atau keracunan. Dalam keadaan trauma, NGT dapat digunakan untuk membantu dalam
pencegahan muntah dan aspirasi, dan juga untuk menilai perdarahan GI. NGT juga dapat digunakan
untuk pemberian makan secara enteral (enteral feeding) pada tahap awal.

Kontraindikasi
NGT dikontraindikasikan jika ada trauma wajah berat (disrupsi lamina cribrosa) karena kemungkinan
memasukkan tube ke intrakranial. Dalam kasus seperti ini, orogastric tube dapat digunakan.

Komplikasi
Komplikasi utama dari insersi NGT termasuk aspirasi dan trauma jaringan. Penempatan kateter dapat
memicu gagging atau muntah, oleh karena itu suction harus selalu siap digunakan untuk berjaga-jaga
apabila terjadi hal tersebut.

2. Apa definisi anafilaksis?


Anafilaksis adalah bentuk terberat dari reaksi alergi, merupakan keadaan darurat yang dapat
mengancam jiwa.
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
3. Bagaimana epidemiologi anafilaksis?
Anafilaksis jarang terjadi namun dalam satu tahun pernah dilaporkan terdapat 500 angka kematian.
Biasanya karena pemakaian antibiotic golongan beta-laktam dan Penicillin.

4. Bagaimana gejala dan tanda anafilaksis?


Gejala dan Tanda Anafilaksis berdasarkan Organ Sasaran
Sistem Gejala dan Tanda
Umum
 Prodromal Lesu, lemah, rasa tidak enak di badan, dada dan perut
Pernapasan
 Hidung Rasa gatal di hidung dan palatum, bersin, tersumbat
 Larynx Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor
 Lidah Edema
 Bronkus Batuk sesak, mengi
Kardiovaskular Pingsan, sinkop, takikardia, palpitasi
Gastrointestinal Disfagia, muntah, kolik, diare, mual, menggigil
Kulit Urtikaria, angioedema
Mata Gatal, lakrimasi
Sistem Saraf Pusat Gelisah, kejang

5. Bagaimana diagnosis anafilaksis?


Diagnosis anafilaksis ditegakkan berdasarkan adanya gejala klinis yang sistematik yang muncul beberapa
detik atau menit setelah pasien terpapar oleh alergen dan faktor pencetusnya.
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
Anaphylactic Shock
(Sesi Ketiga)

After five days underwent high care in the hospital, Mr. Ariel looked healthy was permitted to home care.

1. Bagaimana prognosis anafilaksis?


Syok anafilaktik bisa menjadi sangat berbahaya, bahkan fatal. Kondisi ini merupakan suatu kedaruratan
medis yang harus segera ditangani. Pemulihan bergantung pada seberapa cepat bantuan diperoleh.
Jika anda berisiko mengalami anafilaksis, bekerjasamalah dengan dokter anda untuk menyusun rencana
darurat.

2. Bagaimana prevensi anafilaksis?


 Sebelum memberikan obat
 Indikasi obat
 Riwayat alergi
 Riwayat risiko tinggi
 Apa perlu tes kulit
 Adakah terapi antisipasi jika terjadi reaksi alergi

 Sewaktu minum obat


 Sebaiknya per oral
 Menghindari pemakaian intermittent
 Observasi pasca intravena
 Konseling ke pasien
 Sedia emergency kit
 Bila mungkin desensitisasi (expert)

 Sesudah minum obat


 Mengenali tanda dini reaksi alergi
 Menghentikan obat bila terjadi reaksi
 Imunisasi bila memungkinkan
 Bila terlanjur terjadi alergi, pasien dianjurkan selalu mengingat obat apa saja yang alergi
untuknya
EMERGENCY AND TRAUMATOLOGY BLOCK
3. Apa komplikasi dari anafilaksis?
Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain :
 Kerusakan otak
 Gagal ginjal
 Syok kardiogenik, suatu kondisi yang mengakibatkan jantung tidak memompa cukup darah ke seluruh
tubuh
 Aritmia, denyut jantung yang terlalu cepat atau terlalu lambat
 Serangan jantung
 Kematian

You might also like