You are on page 1of 7
JURNAL ILMU KERARMASIAN INDONESIA, April 2012, Islm. 1-7 Vol, 10, No.1 ISSN 1693-1831 Sintesis dan Uji Aktivitas Antimalaria Senyawa Turunan 2,4-Difenil-1,10-Fenantrolin (Synthesis and Testing of Antimalarial Activity of 2,4-Diphen, 1,10-Phenanthroline Compounds) RUSLIN HADANU"*, MUSTAFA?, AND NAZUDIN! ‘Department of Chemistry, FIKIP, Pattimura University, Pola, Ambon-Indanesia ‘Deparement of Pharmacology and Toxicology, Faculty of Medicine, ‘Gadjah Mada University, Sckip Utara, Yogyakarta Indonesia. Diterima 8 April 2011, Disetujul 10 November 2011 Abstraic Malaria masih merupaken magalah Kesehatan utama di nogara-negara subtropis dan tropie. ‘Ada 105 negara di dunia yang berada pada dasrah endemik malaria dan lebih dart 500 juta Keats ata lebih dari 2,7 juta kematian akibat malaria sctiap tahunnya. Beberapa obat wadisional tidak efektif lassi, dan masih banyak serangan penyakit malaria yang paling berbahayn akibat spesies F falciparum torus meningkat, sementara beberapa obat tradisional seperti chloroquine telah mengalami resistensi, Sintests tuninan 2.4-difenil-1,10-fenantrolin [5] dari baban baku benzaldehida [1], asetofenon [2], #-kalon [3], dan 8-aminokuinolin [4] melaful 3 tahap reaksi telah dilakukan. Hasit dari semua tahap teaksi terscbut tersebut diperoich senyawa [5], (1)-N-metil-7,9-difenil-1,10-fenantrolimiur sulfae [6] dan (1)-1V-etil-7,9- Gifenil-1,10-fenancrolinium suifat [7]. Hasil ji aktivitas anti antiplasmodium gecara in vilre tethadap Strain P. fafciparum PCRS yang resistan klorokuin menunjukkan balwa senyawa [7] mempunyai aktivitas antimalarial tertinggi (IC,, — 0,0620,05 iM), dibandingkan dengan aktivitas antimalarial senyawa [6] GC,, = 1,2740,97 HM) dan senyawa [5] UC,, = 1,660.70 uM), Haeil yang serupa dalam uji in vitro dengan metode yang sama pada strain F falciparum D10 yang reaisten klorokuin menunjukiean bahwa senyawa [7] memiliki aktivitas antimalaria yang lebih tinggi (IC,, ~ 0,0440,04 M) dari aktivitas senyawa [5] GC,, = 1,130.30 M) dan senyawa [6] GC, ~ 0.810,06 M). Kata kam O-fenantrolin, antimalaria, intesis, turunan 2,4-difenil-1. Abstract: Malaria is still the main health problems in subtropical and tropical countries. There are 105 countries in the world at malaria endemic and more than 500 million cases or more than 2.7 million deaths from malaria ench year. The traditional remedies are no longer effective and the incidence of malarial by P falciparum, the most dangerous species of parasite, continues to grow, while some traditional drugs ouch ao chloroquine has buon resistance, Synthesis of 2-4-diphenyi-1,10-phenantheoline [2] compounds with benzaldehyde [1], acetophenone [2], r-calcone [3], 8-aminoquinoline [4] as starting material through three steps has been carried out. The results of all steps of the reaction were obtained compounds of [3}, C)-N-methyl-7,9-ciphenyl-1,10-phenanthrolinium sulfate [6] and. (1)-A-cthyl-7,o-diphenyl-1,10~ phenanthrolinium sulfate [7]. The results of antiplasmodial activity in vitro testing of the derivatives on chloroquine-resistant P. falciparum FOR indicated that compound [7] has higher antimalarial activity AAC, = 0.0620.05 1M) than the activity of [6] compound (IC,,~ 1.2740.97 4M) and [5] compound (IC, = 1660.70 pM). Rogulls of similar in vitro testing on chidroquino-resistant 2 faleiparuim D10 strain indicated that [7] compound has higher antimalarial activity (IC, 0-0440,04 AM) than the activity OF [3] ‘compound (IC, ~ 1.1320.30 jiM) and [6] compound (IC,, — 0.81+0.06 1M), Keywords: synthesis, 2,4-dipheny!-1,10-phenanthroline derivatives, antimalarial Korespoadonai, Hp. 083228447285 rraslin_hadanagyahoo.com 2 HABANU ET AL. PENDAHULUAN MALARIA masih merupakan masalah kesehatan utara di dunia, baik di negara berkembang maupun negara maju. Usaha pembcrantasan telah lama dicanangkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sejak tahun 1959, namun hingga saat ini belum memberikan hasil yang, memuaskan. Bahkan sampai saat ini malaria masih merupaian salah sam penyakir yang mongancam Kembali (reemergency diseases) penduduk di sclurah dunia, di samping penyakit tuberculosis ©. Pada tahun 1997, WHO melaporkan bahwa sekitar 41% penduduk dunia atau 1-3 miliar orang tinggal di daerah endemis malaria dan teraneam infeksi parasit, malaria. Tiga tahun kemudian (tahun 2000) WHO juga melaporkan bahwa malaria diperkirakan menjangkiti lebih dari 100 negara, bahkan mengancam hampir 40% populasi penduduk dunia dan menginfeksi secara akut 300 juta penduduk setiap tahun. Bahkan Sach dan Malaney menyatakan bahwa sctiap 40 detik terdapat sam orang anak penduduk dunia yang meninggal akibat penyakit malaria. Lebih jauh lagi dilaporkan oleh WHO bahwa antara 300-500 juta penduduk terinfeksi malaria setiap tahun, dan diperkirakan antara 1,5-2,7 juta meninggal per tahun (setiap 12-21 detik terdapat satu orang meninggal dunia), terutama balita dan ibu hamil lebih dari 40% penduduk dunia terancam dan berisike tinggi terinfeksi malaria, dan diperkirakan bahwa lebih Kurang 3 juta orang pada setiap tahunnya meninggal dunia akibat terinfeksi parasit malaria 9, Salah sat faktor utama penyebab terjadinya kegagalan dalam pemberantasaa malaria adalah timbulnya veltor malaria (nyamuk Anopheles) yan} resisten terhadap insektisida dan parasit mal (Plasmodium) yang resisten terhadap antimalaria yang, tersedia, ulamanya antimalaria pilihan yaitu klorokuin, Resistensi parasit malaria, ulamanyn Plasmodium falciparum, pertama kali dilaporican oleh D" Alessandro ‘dan Buttiens © pada talun 1970 yang tesjadi di Afrika, diikuti oleh Kamboja dan Thailand . Kemudian resistensi ini mulai menyebar dengan cepat di kawasan negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia dan Amerika Selatan periode tahun 1960-1970-an ©. Resistensi 72 falciparum tethadap klorokuin juga tclah dilaporican terjadi di kawasan Afrika Tengah dan Barat pada akhir tahun 1970-an , Saat ini hanya beberapa daerah tertentu di dunia belum pernah dilaporkan terjadi resistensi P falciparum techadap antimalaria yaitt kawasan Amerika Tengah dan El Faiyum Mesir ‘. ‘Masalah resistensi tersebut telah menjadi masalah yang scrius karena mengalibatkan banyak kegagalan dalam pengobatan bahkan sampai menyebabkan kematian Senyawa hasil pemodelan yang mempunyai Jurnal Hime Kefarmasian Indonesie: aktivitas antimalaria yang tinggi secara teoritis/ komputasi melalui analisis monggunakan metode semiempiris PM3 adalah turanan senyawa 2,4-difenil- 1,10-fenantrolin [5]. Turunan senyawa 2,4-difenil-1,10- fonantrolin [5] yang diprediksi mempunyai akeifitas antiplasmodiai sebagai obat antimalaria baru adalah senyawa (1)-N-metil-7,9-difenil-1,10-fenantrolinium sulfiat [6] dan (1)-N-etil-7,9-difenil-1,10-fenantrolinium, sulfat [7]. Sintesis turunan senyawa2,4-difenil-1,10- fenantrolin [5] dilakukan melalui 3 tahap reals: ‘Tahap pertama adalah sintesis senyawa 2,4-difenil- 1.10-fenantrolin [5] dari senyawa @kalkon [3] dan Slaminokuinolin [4] melalui reaksi kondensasi aldol yang secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 1. Tahap Kedua, alkilasi senyawa 2.4-difenil-1,10-fenantrolin [5] menggunakan pereaksi DMS dan DES menghasilkan 2 senyawa baru lain yaitu senyawa (1)-N-metil-7,9- difenil-1,10-fenantrolinium sulfat [6] dan (1)-N-etil- 7,9-difenil-1,10-fenantrolinium sulfat (7 BAHAN DAN METODE BAHN. Aseton p.a. (Merck), 8-aminokuinolin p.a. (Merck), benzaldehida p.a. (Merck), asetofenon (Merck), KOH p.a. (Merck), H2S04 p.a. (Merck), Nal p.a. (Merck), dimetil sulfa (DMS) p.a. (Merck), dietil Dulfat pio. (Morel), kortas suring, akuades, (seri larutan NaCl 0,90%: 1,60%: 12,00%,), dekstross 0.20%: strain P falciparum FCR-3 (resisten tethadap klorokuin) dan DIO (Sensitif terhadap klorokuin) dari Laboratorium jkman Jakarta, serum manusia dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi serta Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM, medium Rosswell Park Memmorial Institute (RPMI) 1430, pewarna Giemsa dan lain-lain. Alat. lampu UV-VIS (CAMAG UV-CABINET IL; A=366-254 nm), spektrofotometer IR (Shimadzu FTIR-8201 PC), spektrofotometer H-NMR GOEL JNM MYGO), spektrofotometer Massa (Shimadzu GC-17 A,QP-3000), inkubator CO., Saringan Milipore (Millex), inleubator (NUAIRE), laminary flow cabinet (QNUALRE), culture flask (Nalge Nunc International, Denmark), microplate dengan 96 sumuran, mikroskep (Zeiss), tabung Eppendorf. METODE. Sintesis senyawa 1,3-difenilpropen— 2-en-1-on/t-Kkalkon [3]. Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan 2,12 % benzaldehida [1] (0,020 mol) dan ditambahkan 2,40 g asetofenon [2] (0,020 mol) dalam 16 mi etanel 95%. Campuran tersebut dikocok sampai Iarut sempurna, dan kemudian dimasukkan 2 mL KOH 1,5 M secara tetes demi totes hingga terbentuk endapan. Campuran dibiarkan selama 10 menit dan kemudian Ke dalam campuran dimasukkan 100 ml. air dingin. Padatan produk yang terbentuk didiamkan semalam Vol 10, 2012 untuk menyempurnakan terbentuknya endapan. disaring dan direkristalisasi dengan etanol 95% untuk menghasillean senyawa /kalkon [3] scbanyak 3,99 = (5,79%). Senyawa produk hasil sintesis dianalisis dengan GC, spektrofotometer TR, "HNMR (60 MHz, DMSO-d6, TMS) dan MS. Sintesis senyawa 2,4-difenil-1,10-fenantrolin IS]. Sebanyak 4,16 g senyawa -kalkon [3] (0,02 mol) ‘yang ditambahkan secara perlahan-lahan selama 1 jam. terhadap campuran 1,73 g 8-aminokuinolin [4] (0.01 mol) dan 0,02 g NaI (0,00012 mol) yang, dilarutkan dalam 10 mL H,SO, 70% yang dipanaskan pada suhu 110°C selama 5jam, Campuran tersebut didinginkan pada subu kamar dan ditambahkan 50 mE Na,CO, 1 (M. Campuran dickstraksi secara berturut-turut dengan CHCl, Gx @ 50 mL) dan HCI 12 MG x @ 25 mL}, dinetralkan dengan NaOH 3 M, dicuci dengan Na,CO, 1 M, dan kemudian diekstraksi dengan CH,Cl,, Campuran dikeringkan dengan Na,SO, anbidrous, Kemudian dievaporasi, Produk dimurnikan melalui kolom silika gel dengan eluen CH,CI.. Fraksi yang mompunyai warna yang mirip digabung dan dievaporasi untuk memperoleh cairan kental yang berwarna coklat, Produk yang diperoleh direkristalisasi dengan CH_CL,: p-heksana (1:9) untuk menghasilkan 2,4-difenil-1,10- fenantrolin [5] yang berwarna coklat sebanyak 12,66 & (66.836). Senyawa Produk hasil sintesis dridentiskast dengan spektrofotometer IR, HNMR (500 MHz, DMSO-4,, TMS) dan MS. Sintesis senyawa (1)-N-metil-7,9-difenil-1,10- fenantrolinium sulfat [6]. Ke dalam labu Ieher tiga yang telah dilengkapi dengan pendingin balik, pengaduke magnet, dan termometer dimasukkan seayawa 2,4-difenil-1,10-fenantrolin [5] (0,43 g: 0,001 mol), DMS (1.26 ¢. 0,01 mol) dan 20 mE aseton, Campuran disduk dan sambil dipanaskan pada subu refluks (55°C) Selama 20 jam. Setelah proses refluks berakhir, campuran didinginkan, dicuci dengan aseton dan dikeringkan di bawah lampu pengering untuk menghasilkan senyawa ()-N-metit-7,9-difenil-1,10-fenantroliniam sulfat [6] yang berwarna hijau kecoklatan sebanyak 1,31 (87.33%). Senyawa produk hasil sintesis dianalisis dengan GC, spektrofotometer IR, 'HNMR (500 MHz, DMSO-4,. TMS) dan MS. Sintesis senyawa (1)-/V-ettl-7,9-difentl-1,10- fenantrolinium sulfat [7]. Sebanyak 0,42 g senyawa 2.4-difenil-1,10-fenantrotin [5] (0,001 mol) yang ditarutkan dalam 20 mL ascton dimasukkan datam labu Ieher tiga yang telah dilengkapi dengan seperangkat alat refluks. Ke dalam campuran tersebut ditambahkan DES (1,54 g; 10 mmol) dan direfluks selama 24 jam. Endapan yang terbentk disaring dan dicuci dengan kan senyawa (1)-N-etil-7,9- urna Hine Kefarmesian Inclomasta 3 hijau sebanyak 0,20 g (49.02%). Senyawa produ ha: sintesis diidentifikasi dengan GC, spektrofotometer IR, 'HNME (500 MHz, DMSO-d,, TMS) dan MS Uji aktivitas antimalaria secara in vitro. Langkah pertama pembuatan kultur Plasmodium in vitro. Strain P. faleiparum yang resisten klorokuin (FCR3) ditumbuhkan dengan metode modifikasi berupa penyimpanan candle jar dalam inkubator CO, pada suhu 37°C. Plasmodium dipelihara secara i vitro menggunakan eritrosit golongan O* dengan kepadatan/ hematokrit 196-596 dalam medium RPMI 1640 yang mengandung 25 mM HEPES, 30M NaHCO, dan 10% serum manusia (O-). Kondisi kultur diamati tiap hari, dan pada saat akan digunakan untuk uji, Plasmodium disinkronisasi dengan sorbitol 3%. Langkah ke dua adalah uji aktivitas antiplasmedium in vitro dilakukan, dengan metode mikroskopis yang dikembangkan olch Desjardins “>. Ke dalam mikrolcultur 96 sumuran yang mengandung Kultur Plasmoditam pada fase tropozoit dengan parasitemia 2% (hematokrit 3%). ditambahkan_ senyawa uji pada berbagai peringkat kadar. Kultur yang mengandung senyawa uji selanjutnya diinkubasikan 72 jam. Pada metode mikroskopis, nilai parasitemia dihitung dari sediaan apus yang diwarnai dengan Giemsa. Nilai parasitemia ini sélanjutnya digunakan untuk menghitung persentase penghambatan pertumbuhan Plasmodium. Pada metode mikroskop's, pertumbuhan parasit dihitung berdasarkan eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dengan menggunakan mikroskop, Sebagai kontrol digunakan kultur Plasmodium tanpa senyawa uji dan dianggap mempunyai pertumbuhan 100%. Aktivitas antiplasmodium dinyatakan sebagai IC, Unhibitury Concentration 50%) yaits kadar yang, diperlukan untuk menghambat pertambuhan parasit hingga 50%. HASIL DAN PEMBAHASAN ‘Tahap awal sintesis turunan senyawa 2,4-difeniI-1,10- fenantrolin [5] adaloh sintesis senyawa @kellkon [3] scbagai senyawa antara dari senyawa benzaldebida [1] Gan asetofenon (2) melalui reaksi kondensasi aldol dan menggunakan ketalis KOH (Gambar 1). Reakst tersebut Sangat efisien, hal ini dapat dilihat dari rendemen hasil reaksi sebesar 95,79% yang direleristalisast dengan ewanol 95%. Produk reaksi kondensasi tersebut berupa padatan kuning dan mempunyai titik Iebur 49-50°C. Spektrum massa scnyawa produk di ates mendukung Keakuratan struktur senyawa hasil reaks! ‘Yang mempunyai ion molekuler sebesar m/= 208 sesuai Gengan massa molekul relatif senyawa f-kalkon (3), Schingga senyawa produk tersebut sangat berpotensi Untuk digunakan sebagai bahan baku dalam reaksi Sintesia senyawa 2,4-difenil-1,10-fenantrolin [5] 4 HADANU ET.AL, Kebenaran struktur senyawa s-Kalkon [3] dibuktikan oleh hasil analisis GC dengan kemurnian 78.70% dan titile lebur 49-50°C, hasil analisis. spektrofotometri IR (KBr) 8 (em): 3028,0 (C,H), 1651,0 (C—O), 1621.0 dan 1593,0 (C=C: aromatik); dan hasil analisis SACNMR (60 MHz, DMSO-d, TMS) 8 (ppm): §,2-7.9 (@H, m, HA), 7.8-7.1 (LOH, m, Ph); MS (ED m/z: 208 (MD, 207 QHD, 179 (207-C-0), 131 (207-.Ph), 103 (M-PhC.=0), dan 77 (103- Usaha yang mempunyai aktivitas tinggi, maka disintesis turunan senyawa 2,4-difenil-1,10-fenantrolin [5] yang mempunyai substituen fenil pada kerangla 1,10-fenantrolin. Sintesis turunan senyawa 2.4-difenil- 1,10-fenmntrolin [5] berdasarkan hasil desain molelcul HKSA. Data yang diperolch dari hasil desain molekul tersebut adalah data nilai IC,, beberapa turunan senyawa 2,4-difenil-1,10-fenantrolin [5] yang pada umumnya rendah atau rhempunyai alctivitas antimalaria yang tinggi. Pembuatan senyawa 2.4-difenil-1,10- fenantrolin [5] melalui reaksi siklisasi terhadap senyawa 8-aminokuinolin [4] dengan scnyawa s-kalkon [3] dan menggunakan Katalis H,SO, dan Naf. Sintesis senyawa 2,4-difenil-1,10-fenantrolin [5] berdasarkan metode tersebut diperoich produk yang mempunyai titik lebur 165°C-167°C. Sintesis senyawa 2,4-difenil- 1,10-fenantrolin [5] dilakukan dari bshan baku senyawa urna tims Kefarmastan Indtonester a > ‘Sintenis senvawa turanan 2.4-difenil-1.10-femantralin 181. 8-aminokuinolin [4] dan ¢kalkon [3] dengan katalis H,SO, dan Nal yang berlangsung pada suhu 110°C 1?Sec! aclama 5 jam. Produk reaksi berupa padatan berwarna coklat yang mempunyai titik lebur 165°C- 167°C dan mempunyai rendemen 39,03%. Reaksi dalam sintesis senyawa 2,4-difenil-1.10-fenantrolin [5] mempunyai rendemen yang rendah, hal tersebut cbabkan oleh efek sterik dari pereaksi kalkon [3] ‘yang memiliki 2 buah fenil. Senyawa 2,4-difenil-1,1 fenantrolin [5] mempunyai massa molekeul relatif scbesar 332 gram/mol, hal ini sesuai dengan ion molekuler yang ditampilkan oleh spektrum massa (GC-MS). Kebenaran struktur senyawa 2,4-difenil-1,10-fenantrotin [5] dibuktikan oleh hasil analisis spektrofotometti IR (KBr) (cm): 3394.5 (O-H ikatan hidrogen antar moleku. 3058,9 dan 302.0 (C.,,-F)), 2923,9 dan 2869.9 (C.,.-H 1596.9 dan 1462.8 (C=C aromatik); hasil analisis spektrofotometri TR HNMR (500 MHz, DMSO-d, TMS) 5 (ppm): 8,30-6.43 (12H, m, Ph); dan dibuktikan oleh hasil analisis spektrofotomerri massa (MS, EL) m=: 332 (M), 306 GM-C,H,), 280 (306-C,H1,), 255 (280-. Cp, 229 255-C,H,), 203 (229-C,H,), 178 (203-.C,H), 137 178-NCCCIN, 101 (127-.C,I1) dan 77 (102-4). Limpahan relatif yang tampak pada spekisum massa senyawa produk terscbut mempunyai selisih 1 dengan massa molekul relatif struktur senyawa 2,4-difenil 1,10-fenantrolin [5]. Titik lebur senyawa basil real Vol 10, 2012 torsebut sebesar 205%C-207°C, lebih tinggi jika dibandingkan dengan titik lebur senyawa /kalkon [3] maupun senyawa 8-aminokuinolin [4] yang merupakan bahan balcu dari reaksi tersebut, Berdasarkan titik lebur terscbut dan hasil analisis spektrometer terscbut di atas maka dapat dikatakan bahwa senyawa hasil reaksi yang. berupa padatan coklat merupakan senyaw 2,4-difenil= 1,10-fenantrotin [5] ‘Senyawa (1)-N-metil-7,9-difenil-1,10-fenantrotinium sulfat [6] disintesis dari senyawa 2,4-difenil-1,10- fenantrolin [5] dengan pereaksi DMS dalam pelarut ageton yang dliakukan pada suhu refluks. Reaksi metilasi berlangsung selama 22 jam yang menghasilkan senyawa (1)-N-metil-7,9-difenil-1,10-fenantrolinium, sulfat [6] berupa padatan hijau dan mempunyai rendemen 87,33%, Senyawa produk reaksi berupa padatan hijau terscbut mempunyai tik lebur 188°C- 190°C yang diukur dengan alat pengukur titik lebur elektrotermal 9100. Kebenaran struknir senyawa ()-N-metil-7,9-difonil-1,10-fenantrolinium sulfat [6] diperkuat oleh data tilik lebur senyawa tersebut yang felah berbeda secara signifikan dengan senyawa 2 4-difenil-1,10-fenantrolin [5]. Selain adanya petunjuk tersebut, untuk menguji kebenaran struktur senyawa (1)-Nemetil-7,9-difenil-1,10-fenantrotinium sulfat [6] dianalisis dengan spektrometer IR. Informasi paling berarti diperoleh dari spektrum IR adalah pita pada ¥ 1365,9 cnr berasal dari gugus -CH, yang diduleung oleh serapan pada » 2923,9 om". Dua fakta tersebut culcup dijadikan alasan bahwa sintesis senyawa (1)-N-metil- 7,9-difenil-1,10-fenantrolinium sulfat [6] telah berhasil dilakukan. Kesempurnaan reaksi metilasi terhadap senyawa (1)-N-metil-7,9-difenil-1,10-fenantrolinium, sulfat [6] terscbut diperluat oleh spektram 'H-NMR. Pada spektrum "H-NMR tersebut tampak adanya sinyal singlet pada 64.78 ppm yang berasal dari proton gugus -CH,, Senyawa (1)-N-etll-7,9-difenii-1,10-fenantrotinium sulfat [7] merupakan senyawa garam yang disintesis dari senyawa 2,4-difenil-1,10-fenantrolin [5] melalui reaksi elilasi dengan DES di dalam pelarut asetoa yang Girefluks sclama 16 jam. Kebenaran struktur senyawa (Cy A stil 7,0 difenit 1,10 fenanerolinium sulfar (7) dibuktikan Oleh hasil identiNkas! spektrum TR (KB: 0 (enr"); 3428.6 (O-H ikatan hidrogen antar molekul), 3009.1 (C,H), 2953.0, 2920,9 dan 2866.9 (C,,-FD, 1601.8 dah 1560.4 (C=C aromatiky: 1450.4 (CH), 1369.5 (CH,), hasil elusidasi struktur spektrofotomeiri “H-NMR (500 MHz, DMSO-d,. TMS) 5 (ppm): 9,41- 9.21 (1H, d, H,), 8,75-8,65 (1H, d, H,), 8.41-8.31 (1H, 1, Hy), 828-813 GH, d, H), 7,96-7,91 (1H, d, Hy), 7,787.70 (UH, d, H,), 7,68-7,66 2H, dH), 7,64-7,62 GH, s, Hp), 7,50-7,44 2H, 1, 4), 7,28-7,24 (HL, 4, Ha), 7.14-7,16 (1, &, F,), 708-7,00 QU, #, H,). 3753.31 Jurnal Hou Kefarmasian Indomesta 5 QH, nt, CH), 3,48 (H_O: ikatan hidrogen antar molekul) dan 1,10-1,07 GH, 4, CH,). Senyawa (1)-N-etil-7,9-difenil-1, 10-fenantrolinium sulfat [7] mempunyai aletivitas antimalaria teo: yang tinggi scbesar 0,002 1M. Berdasarkan nilai IC,, teoritis hasil uji IIKSA tersebut, maka senyawa G}.N-etil-7,9-difenil-1,10-fenantrolinium sulfat [7] dapat direkomendasikan untuk disintesis dan selanjutnya dilakukan uji aktivitas antiplasmodium secara cksperimen di laboratorium, Padatan senyawa (-¥-eti-7,9-difenit-1.10-fenantrotinium sulfa (7) yang berwarna hijau dan bertiuk lebur 198°C-200 Gianalisis dengan spektrofotometri IR dan 'H-NMR_ Spektrum IR tersebut menunjukkan bahwa reaksi etilasi senyawa (1)-N-etil-7,9-difenil-1,10-fenantrolinium sulfat [7] dengan senyawa DES telah berhasil dilakukan. ‘Yopi dick." telah melakukan reaksi V-metilasi terhadap senyawa 4-kloro-3-vinil-2-metil-1,10-fonantrolin dengan pereaksi CHI dalam pelarut aseton yang menghasilkan senyawa 7-kloro-8-vinil-(1)-N-,9- dimetil-1,10-fenantrolinium iodida berupa padatan yang menpunyai titik lebur 226°C-227°C dan rendemen produk 80%. Sintesis senyawa (1)-N-metil-7,9-difenil- 1,10-fenantrolinium sulfat [6] dan (1)-N-euil-7,9-difenil- 1.10-fenantrolinium sulfat [7] sesuai metode Vapi dk: «> yairu melalui reaksi alkilasi dari senyawa 2,4-

You might also like