You are on page 1of 10

Aplikasi Metode Foam-Mat Drying dalam Pembuatan Bubuk.....

Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

APLIKASI METODE FOAM-MAT DRYING DALAM PEMBUATAN BUBUK SUSU


KEDELAI INSTAN
Application of Foam-Mat Drying Method in Processing of Instant Soybean Milk Powder

- Dian Purbasari1)*
1)
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Jalan Kalimantan No. 37 Kampus Bumi Tegal Boto, Jember, Jawa Timur
*Korespondensi Penulis: dianpurbasari@unej.ac.id

ABSTRACT

As one of the products from soybean, soybean milk is widely known and appreciated by the
public because of its benefits for health. Problems are often encountered in the processing of liquid
soybean milk, such as short shelf life of it and easy to loss of quality. One alternative treatment that
can extend the shelf life is to turn it into an instant soybean milk powder by drying method. Making
instant soybean milk powder in this study used a foam-mat drying method. The purpose of this
research was to study the application of foam-mat drying method on the characteristic (quality) of
instan soybean milk powder produced. The results showed that the best treatment according to the
drying time parameters was at 10% dextrin and 1% Tween 80. Physical characteristics of instant
soybean milk powder had the highest yield values (16.10%) at a drying temperature of 60°C, the
value of lightness (L) about 84.2; value of redness (a) about 1.3; yellowish value (b) about 24,and
water absorption (DSA) of 1.68 mL/g. Chemical analysis resulted that water content of 3.05% at the
drying temperature of 70°C, while the highest protein content at the drying temperature of 60°C
amounted to 17.34% and the highest fat content about 11.36% at drying temperature of 50°C.

Keywords: foam-mat drying, instant, shelf life, soybean milk

PENDAHULUAN Pembuatan bubuk susu kedelai


Susu kedelai memiliki dua macam instan dalam industri umumnya
bentuk yaitu cair dan bubuk. Kelemahan menggunakan metode spray drying.
susu kedelai cair adalah tidak tahan lama Namun produk yang dihasilkan harganya
sehingga gizi dan cita rasa berubah. Susu mahal karena tingginya biaya yang harus
kedelai cair menjadi media pertumbuhan dikeluarkan untuk memenuhi alat
bakteri yang sempurna karena pengering spray drying, sehingga dalam
mengandung banyak gizi sehingga skala kecil kurang efisien. Oleh karena itu,
menjadi cepat basi. Salah satu pengolahan perlu dicari alternatif lain yang lebih
yang dapat memperpanjang daya simpan murah dan hasilnya sama baiknya dengan
adalah merubahnya menjadi susu kedelai hasil pengeringan menggunakan spray
bubuk melalui pengeringan. Pengeringan drying. Metode foam mat drying menjadi
dilakukan untuk menghasilkan produk salah satu alternatif yang bisa digunakan
yang dapat disimpan lebih lama, dan dikembangkan pada industri kecil dan
mempertahankan daya fisiologis bahan menengah di Indonesia.
yang dikeringkan, mendapatkan kualitas Teknik foam mat drying adalah suatu
yang lebih baik dan menghemat biaya proses pengeringan dengan pembuatan
pengangkutan. Menurut Winarno (2007), busa dari bahan cair yang ditambah
bentuk bubuk memiliki kelebihan yaitu dengan foam stabilizer dengan
lebih awet, ringan dan volumenya lebih pengeringan pada suhu 70-75°C,
kecil sehingga dapat mempermudah dalam kemudian dituangkan di atas loyang atau
pengemasan dan pengangkutan. wadah. Selanjutnya, dikeringkan dengan

52
Aplikasi Metode Foam-Mat Drying dalam Pembuatan Bubuk.....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

oven blower atau tunnel dryer sampai bubuk susu kedelai instan sesuai standar
larutan kering dan proses berikutnya SNI.
adalah penepungan untuk menghancurkan
lembaran-lembaran kering (Khotimah, METODE PENELITIAN
2006). Dalam pengolahan bubuk susu
kedelai instan diperlukan adanya bahan Alat dan Bahan
pengisi (filler) dan bahan pembusa Alat-alat yang digunakan untuk
(foaming agent). Bahan pengisi yang membuat bubuk susu kedelai instan antara
digunakan adalah dekstrin dan Tween 80 lain timbangan digital, sendok, baskom,
sebagai bahan pembusa. Dekstrin memiliki panci, termometer, wadah plastik, kain
sifat-sifat antara lain mengalami proses saring, kompor, blender, mixer, loyang,
dispersi yang cepat, memiliki daya larut pengering oven, ayakan 80 mesh, dan
yang tinggi, mampu membentuk film, plastik klip. Alat yang digunakan untuk
memiliki sifat higroskopis yang rendah, analisis antara lain timbangan analitik,
mampu membentuk body, sifat browning beaker glass, gelas ukur, erlemeyer, pipet
rendah, mampu menghambat kristalisasi ukur, pipet tetes, spatula, cawan petri,
dan memiliki daya ikat yang kuat (Hui, desikator, kertas saring, oven, labu
1992). Tween 80 berfungsi untuk kjeldahl, dekstruktor dan sentrifuse.
memperbanyak terbentuknya busa serta Bahan utama yang digunakan dalam
menurunkan tegangan permukaan antara penelitian ini adalah kacang kedelai.
dua fasa (Prasetyo dan Vincentius, 2005). Bahan pengisi yang digunakan adalah
Busa yang terbentuk tersebar sebagai dekstrin dan bahan pembusa Tween 80.
lembaran tipis dan terkena aliran udara Bahan kimia yang digunakan untuk
panas sampai dikeringkan ke tingkat analisis antara lain aquades, tablet
kelembaban yang dibutuhkan (Rajkumar, kjeldahl, larutan H2SO4 pekat, indikator
2007). PP, larutan asam borat 3%, indikator metal
Dalam pengolahan bubuk susu merah, larutan NaOH 32%, larutan HCl
kedelai dibutuhkan adanya bahan pengisi 0,1 N dan petroleum eter.
(filler) dan bahan pembusa (foaming
agent). Bahan pengisi yang digunakan Tahapan Penelitian
yaitu maltodekstrin. Sifat-sifat yang Pembuatan Susu Kedelai Bubuk Instan
dimiliki maltodekstrin antara lain Pembuatan susu kedelai mengacu
mengalami proses dispersi yang cepat, pada metode Pramitasari (2010) yang telah
memiliki daya larut yang tinggi, mampu dimodifikasi Pradana et al. (2014).
membentuk film, memiliki sifat Pembuatan bubuk susu kedelai instan
higroskopis yang rendah, mampu berdasarkan metode modifikasi Pratiwi
membentuk body, sifat browning rendah, dan Suharto (2015) dilakukan dengan
mampu menghambat kristalisasi dan memvariasi konsentrasi bahan pembusa
memiliki daya ikat yang kuat (Hui, 1992). (Tween 80; 0,5% dan 1%) dan bahan
Dalam penelitian ini bahan pengisi yang pengisi (dekstrin; 5% dan 10%) dan variasi
digunakan adalah dekstrin dan bahan suhu pengeringan (50°C, 60°C dan 70°C).
pembusa yaitu Tween 80. Tujuan Susu kedelai cair yang diperoleh pada
penelitian ini adalah untuk mempelajari tahap pertama dicampur dengan bahan
aplikasi metode foam-mat drying terhadap pembusa Tween 80 (0,5%, 1%, v/v) dan
karakteristik (kualitas) bubuk susu kedelai dihomogenisasi menggunakan mixer
yang dihasilkan. Selain itu juga selama 3 menit dan kemudian
memberikan informasi kondisi operasi ditambahkan dengan bahan pengisi
metode foam-mat drying terbaik pada dekstrin (5% dan 10%, b/v) kemudian
diaduk menggunakan mixer selama 5

53
Aplikasi Metode Foam-Mat Drying dalam Pembuatan Bubuk.....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

menit. Susu kedelai selanjutnya dituang Keterangan:


pada loyang stainless steel dengan a = berat tabung reaksi dan air (g)
ketebalan 2 mm. Loyang yang berisi susu c = berat tepung (g)
kedelai dimasukkan oven dan dikeringkan d = berat akhir tabung reaksi, tepung dan
pada variasi temperatur yang diinginkan air (g)
sampai beratnya konstan.
Analisis Warna (Hunter, 1958)
Metode Analisis Pengukuran menggunakan metode
Analisis kualitas produk meliputi hunter dengan penilaian terdiri atas 3
analisis fisik yaitu rendemen (Yuwono dan parameter warna y aitu L, a, dan b. Dengan
Susanto, 2001), daya serap air (Traina dan cara melakukan penembakan pada bubuk
Breene, 1994) dan warna. Analisis kimia susu kedelai sebanyak 5 titik sehingga
yang dilakukan yaitu kadar air (AOAC diperoleh nilai dL, da, dan db. Nilai
1995), kadar protein (AOAC 1995 ) dan standar dari Lt, at dan bt diperoleh dari
kadar lemak (AOAC 1995). penembakan awal pada kertas putih.
Kemudian dilakukan perhitungan untuk
Analisis Rendemen (Yuwono dan Susanto, mengetahui nilai L, a, dan b dengan
2001) persamaan seperti berikut:
Rendemen produk hidrolisat
merupakan hasil akhir yang dihitung L= dL + Lt
berdasarkan proses input dan output. a = da + at
Berikut rumus yang digunakan: b = db + bt
 Keterangan:
Rendemen (%) =  100 %
 L = tingkat kecerahan tepung
Keterangan: a = nilai kemerahan
A= berat hidrolisat setelah dikeringkan (g) b = nilai kekuningan
B= berat basah sampel awal setelah
perendaman (g) Kadar Protein (AOAC 1995)
Prinsip analisis kadar protein dan
Daya Serap Air (Traina dan Breene, 1994) total nitrogen adalah proses pembebasan
Pengukuran daya serap air dilakukan nitrogen dari protein dalam bahan
dengan menggunakan metode sentrifuse. menggunakan asam sulfat dengan
Sampel tepung sebanyak 1 g dicampur pemanasan. Penentuan total nitrogen dan
dengan 10 mL aquades di dalam tabung kadar protein menggunakan metode mikro
reaksi kemudian dilakukan pengocokan kjeldahl.
selama 1 menit dan didiamkan selama 30
menit pada suhu ruang 24ºC. Proses % Protein = % N x 6,25
selanjutnya yaitu disentrifugasi dengan Keterangan:
kecepatan 3500 rpm selama 30 menit. Air 14,007 = berat atom Nitrogen (N)
yang tidak terserap dibuang dan air yang 6,25 = faktor konversi protein-nitrogen
terserap merupakan nilai daya serap air.
Nilai a diperoleh dari volume 10 mL Kadar Lemak (AOAC 1995)
aquades dan tabung reaksi, nilai c Metode yang digunakan dalam
merupakan berat tepung sebanyak 1 g dan analisis lemak adalah metode ekstraksi
untuk nilai d adalah berat akhir dari tabung soxhlet. Kadar lemak ditentukan sebagai
reaksi, tepung dan air. Rumus perhitungan berikut:
DSA:
DSA ( mL/g) = (d-c-a)/c

54
Aplikasi Metode Foam-Mat Drying dalam Pembuatan Bubuk.....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

Analisis Data Wahono, 2014). Semakin tinggi


Data yang diperoleh dari variasi konsentrasi Tween 80 dapat
komposisi dekstrin dan Tween 80 memperbanyak terbentuknya busa. Busa
merupakan hasil rata-rata dari tiga yang terbentuk memudahkan penyerapan
ulangan, setelah itu ditentukan sampel air saat pengocokan dan pencampuran
yang paling cepat kering dan selanjutnya sebelum dikeringkan (Kumalaningsih,
dilakukan tahap optimasi suhu. Data dari 2006).
variasi suhu pengeringan dianalisis Kurva laju pengurangan air bahan
menggunakan ANOVA dengan taraf nyata diperoleh dengan mengukur massa air
𝞪 = 0,05 dan uji lanjut Duncan. dalam bahan atau massa bahan setiap saat
terhadap waktu (Treybal, 1981). Kurva
HASIL DAN PEMBAHASAN massa air pada setiap variasi komposisi
dekstrin dan Tween 80 disajikan pada
Pembuatan Bubuk Susu Kedelai Instan Gambar 1.
Variasi Komposisi Dekstrin dan Tween 80
Kadar air awal dengan perlakuan 180
variasi komposisi dekstrin dan Tween 80 160
ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil 140
Berat air (gram)

menunjukkan bahwa penambahan dekstrin 120


dan Tween 80 dapat menurunkan kadar air 100
susu kedelai sebelum pengeringan. 80
60
Tabel 1. Kadar air awal dengan perlakuan variasi
komposisi dekstrin dan Tween 80 40
20
Perlakuan Kadar Air Awal (% bb) 0
Non foam 93,65 ± 0,01 e 0 2 4 6 7 7,5 8
D1T1 88,97 ± 0,50 d Waktu (jam)
D1T2 88,81 ± 0,44 c
Gambar 1. Kurva massa air (gram) terhadap waktu
D2T1 85,75 ± 0,35 b (jam) pada setiap variasi komposisi
D2T2 84,62 ± 0,77 a dekstrin dan Tween 80 yaitu 5%
dekstrin 0,5% Tween 80 (D1T1,
*Notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
); 5% dekstrin 1% Tween 80,
pada taraf 5%
10% dekstrin 0,5% Tween 80 (D1T2,
Keterangan: D1T1 (5% dekstrin 0,5% Tween 80), ), (D2T1, ), 1% dekstrin
D1T2 (5% dekstrin 1% Tween 80), 1 % Tween 80 (D2T2, )
D2T1 (10% dekstrin 0,5% Tween 80),
D2T2 (10% dekstrin 1 % Tween 80)
Pada awal pengeringan (0-4 jam)
Hasil analisis ragam menunjukkan terjadi penurunan massa bahan yang cukup
bahwa konsentrasi dekstrin dan Tween 80 besar, dimana hal ini menunjukkan jumlah
yang digunakan berpengaruh nyata air yang berhasil diuapkan selama waktu
terhadap kadar air awal susu kedelai. pengeringan tersebut juga besar (Gambar
Perlakuan penambahan konsentrasi 1). Seiring dengan bertambahnya waktu,
dekstrin 10% dan Tween 80 sebesar 1% hingga mencapai waktu tertentu, massa
memiliki hasil kadar air yang terendah bahan tidak lagi mengalami perubahan.
yaitu 84,62%. Konsentrasi dekstrin yang Suatu proses pengeringan dikatakan telah
tinggi dapat menyerap lebih banyak selesai jika massa bahan tidak lagi
kandungan air dalam bahan cair karena mengalami perubahan, dikarenakan pada
dekstrin bersifat higroskopis (Siska dan kondisi tersebut air dalam bahan sudah

55
Aplikasi Metode Foam-Mat Drying dalam Pembuatan Bubuk.....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

tidak dapat diuapkan lagi (Pratiwi dan (2015), pengeringan foam-mat drying
Suharto, 2015). minuman instan kecambah kacang komak
Variasi komposisi konsentrasi pada suhu pengeringan oven 50°C
dekstrin dan Tween 80 (sampel D1T1, membutuhkan waktu selama 17 jam.
D1T2, D2T1, D2T2) tidak memiliki Kemudian, penelitian Pradana et al. (2014)
perbedaan signifikan terhadap laju menunjukkan waktu yang dibutuhkan
pengeringan. Namun untuk mencapai untuk pengeringan bubuk susu kacang
kadar air standar minimal susu bubuk hijau dengan tunnel drying selama 10 jam
(<5%), sampel D2T2 dengan komposisi pada suhu 60°C. Selanjutnya, produk
dekstrin 10% dan Tween 80 sebesar 1 % bubuk instan susu kedelai yang diperoleh
memberikan waktu pengeringan 30 menit pada berbagai variasi suhu pengeringan
lebih cepat dibanding ketiga sampel dilakukan pengujian karakteristik fisik
lainnya. Kemudian, sampel D2T2 ini yang maupun kimia.
akan digunakan untuk penelitian
selanjutnya dengan memvariasi suhu Karakteristik Bubuk Susu Kedelai
pengeringan dan hasilnya akan Instan
dibandingkan dengan standar SNI susu Karakteristik mutu bubuk susu
bubuk (SNI 01-2970-2006). kedelai instan pada penelitian ini berupa
nilai rendemen, daya serap air, warna,
Variasi Suhu Pengeringan kadar air, kadar protein dan kadar lemak.
Pada penelitian ini bahan Berdasarkan SNI 01-2970-2006,
dikeringkan dengan variasi suhu 50°C, karakteristik produk bubuk susu kedelai
60°C dan 70°C dengan komposisi sampel yang dijadikan acuan adalah nilai kadar
yang sama, yaitu dekstrin 10% dan Tween air, protein dan lemak. Karakteristik mutu
80 sebanyak 1%. Nilai rata-rata kadar air bubuk susu kedelai instan disajikan pada
sebelum pengeringan dan sesudah Tabel 3.
pengeringan dan juga lama proses
pengeringan disajikan pada Tabel 2. Kadar Air
Berdasarkan standar yang ditetapkan
Tabel 2. Kadar air dan lama pengeringan pada oleh SNI 01-2970-2006, nilai kadar air
perlakuan suhu yang berbeda untuk susu bubuk maksimal 5%. Kadar air
produk bubuk susu kedelai instan pada
Perlakuan Kadar Kadar air Lama
suhu air awal akhir (% pengeringan suhu 60°C dan 70°C yaitu 4,46% dan
(% bb) bb) (jam) 3,05% (Tabel 3) sudah sesuai dengan
50°C 84,62 5,15 12-16
syarat mutu susu bubuk SNI 01-2970-
2006. Analisis ragam menunjukkan bahwa
60°C 84,62 4,46 8-10 perbedaan suhu berpengaruh nyata
70°C 84,62 3,05 6-8 terhadap kadar air produk bubuk yang
dihasilkan. Hasil uji lanjut Duncan 5%
Pengeringan bubuk susu kedelai menunjukkan terjadi perbedaan kadar air
metode foam-mat drying pada suhu yang bubuk susu kedelai instan pada suhu
berbeda akan memberikan waktu yang pengeringan yang berbeda.
berbeda pula (Tabel 2). Semakin tinggi Suhu pengeringan yang semakin
suhu yang digunakan pada proses tinggi menghasilkan produk dengan kadar
pengeringan (suhu 70°C) memberikan air yang lebih rendah. Hal ini sejalan
waktu tercepat yaitu 6-8 jam. dengan hasil penelitian Pratiwi dan
Pengeringan suhu 50°C memberikan Suharto (2015), menyatakan bahwa suhu
waktu terlama yaitu 12-16 jam. Dari pengeringan berpengaruh terhadap kadar
penelitian yang dilakukan Kania et al. air disebabkan karena dengan semakin

56
Aplikasi Metode Foam-Mat Drying dalam Pembuatan Bubuk.....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

tingginya suhu maka semakin banyak yaitu sebesar 23,08% dan memenuhi
molekul air yang menguap dari umbi talas syarat mutu susu bubuk SNI 01-2970-
yang dikeringkan sehingga kadar air yang 2006. Nilai kadar protein pada suhu 50°C
diperoleh semakin rendah. dan 70°C tidak memenuhi standar mutu
susu bubuk yaitu dibawah 23%. Diduga
Tabel 3. Karakteristik mutu bubuk susu kedelai hal ini disebabkan kandungan protein
instan pada variasi suhu pengeringan dalam bahan terdenaturasi akibat suhu
Parameter
Hasil
SNI
pengeringan yang semakin tinggi yaitu
Penelitian suhu 70°C. Pada suhu 50°C pengeringan
Kadar Air 50°C 5.15 ± 0.28c berlangsung lebih lama yang dapat
60°C 4.47 ± 0.01b maks.5% menyebabkan penguapan air dalam bahan
70°C 3.31 ± 0.27a sangat cepat sehingga air dalam bahan
Kadar berkurang dan mempengaruhi protein
Protein 50°C 14.66 ± 0.06b dalam bahan.
60°C 23.08 ± 0.16c min.23% Sesuai dengan pendapat Yuniarti et
70°C 13.01 ± 0.30a al. (2013) dalam Lisa et al. (2015), bahwa
Kadar pemanasan dengan suhu yang tinggi akan
Lemak 50°C 11.36 ± 0.44c 1,5%<x<26% menyebabkan protein terdenaturasi.
60°C 7.89 ± 0.08a Pemanasan dapat merusak asam amino
70°C 9.67 ± 0.07b dimana ketahanan protein oleh panas
sangat terkait dengan asam amino
Rendemen 50°C 16,10 ± 0,02 c penyusun protein tersebut, sehingga hal ini
60°C 16,03 ± 0,01b - yang menyebabkan kadar protein menurun
70°C 15,69 ± 0,03 a dengan semakin meningkatnya suhu
pemanasan.
DSA 50°C 1.46 ± 0.05a Nilai kadar protein dari hasil
60°C 1.68 ± 0.04c - penelitian ini masih tinggi jika
70°C 1.58 ± 0.03b dibandingkan dengan penelitian lain.
Warna - Pramitasari (2010) menyatakan bahwa
L 50°C 83.5 ± 0.2b kadar protein bubuk susu kedelai instan
60°C 84.2 ± 0.1c
dengan metode spray drying yaitu 11-
13%, sedangkan Pradana et al. (2014)
70°C 81.8 ± 0.1a
menunjukkan kadar protein bubuk susu
A 50°C 2.1 ± 0.1b
kacang hijau dengan metode foam-mat
60°C 1.3 ± 0.0a
drying yaitu 7,8%. Selain itu, Khrisnawaty
70°C 2.5 ± 0.1c dan Moeljaningsih (2011) menyatakan
B 50°C 21.5 ± 0.1a kadar protein bubuk susu campuran jagung
60°C 24.2 ± 0.6b manis dan kacang hijau dengan metode
70°C 21.8 ± 0.3a foam-mat drying sebesar 3,75%.
Keterangan: *Notasi yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 5%
Kadar Lemak
Susu kedelai merupakan minuman
Kadar Protein yang bergizi tinggi, terutama karena
Hasil analisis sidik ragam suhu kandungan proteinnya. Selain itu, susu
pengeringan memiliki pengaruh yang kedelai juga mengandung lemak. Lemak
berbeda nyata terhadap kadar protein adalah komponen makanan yang tidak
bubuk susu kedelai instan yang dihasilkan larut air (Winarno, 2007). Hasil analisis
(Tabel 3). Kadar protein tertinggi kadar lemak bubuk susu kedelai instan
diperoleh pada pengeringan suhu 60°C (Tabel 3) yaitu 7,92%-11,36%, dimana

57
Aplikasi Metode Foam-Mat Drying dalam Pembuatan Bubuk.....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

dari ketiga variasi suhu pengeringan telah menunjukkan suhu pengeringan


memenuhi ketentuan yang ditetapkan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
dalam SNI 01-2970-2006 untuk bubuk daya serap air dari bubuk susu kedelai.
susu yaitu berkisar 1,5-26%. Selain suhu pengeringan, Endryani (2012)
Analisis sidik ragam menunjukkan menyatakan bahwa kemampuan menyerap
bahwa perbedaan suhu berbeda nyata air pada produk berhubungan dengan
terhadap kandungan lemak bubuk susu kemampuan mengikat air bahan pengikat
kedelai. Suhu pengeringan 50°C yang digunakan yaitu dekstrin dan Tween
menghasilkan kadar lemak yang tinggi 80. Nilai daya serap air tertinggi pada suhu
dibandingkan suhu 60°C dan 70°C. Hal ini 60°C yaitu sebesar 1,68 mL/g, menurut
karena pada suhu 50°C membutuhkan Purwanto et al. (2013) semakin tinggi daya
waktu pengeringan yang lebih lama untuk serap air pada tepung maka kualitas tepung
menurunkan kadar air, menyebabkan tersebut semakin baik karena tepung
peningkatan kadar lemak berbanding mampu menyerap air dengan baik seperti
terbalik dengan nilai kadar air yang olahan bubur yang memerlukan
semakin menunjukkan penurunan seiring penyerapan air yang baik. Penelitian
dengan semakin tinggi suhu yang Kumalaningsih (2006) menunjukkan nilai
digunakan selama proses pengeringan. daya serap air minuman fungsional instan
campuran sari buah terung pirus dan
Rendemen markisa berkisar antara 0,13-0,25 mL/g,
Rendemen bubuk susu kedelai sedangkan Kania et al. (2015) menyatakan
instan dihitung berdasarkan jumlah fitrat bahwa nilai daya serap minuman instan
susu kedelai sebelum pengeringan. Nilai kecambah komak antara 2,65-2,77 mL/g.
rendemen pada variasi suhu pengeringan
(Tabel 3) adalah 15,69% sampai dengan Warna
16,10%. Hasil analisis sidik ragam Nilai L (Tingkat Kecerahan)
menunjukkan bahwa perbedaan suhu Parameter L menunjukkan tingkat
pengeringan memiliki pengaruh yang kecerahan yaitu antara warna putih (100)
nyata terhadap nilai rendemen bubuk susu sampai dengan hitam (0). Penambahan
kedelai yang dihasilkan. Rendemen bubuk bahan pengisi berupa dekstrin pada metode
susu kedelai instan pada pengeringan suhu foam-mat dying menyebabkan warna
50°C dan 60°C yaitu 16,03% dan 16,10% produk makin cerah karena warna dekstrin
dan mulai menurun pada suhu 70°C yaitu adalah putih (Darniadi, 2011). Tabel 3
15,69%. Hal ini sesuai dengan pendapat menunjukkan bahwa hasil analisis sidik
Winarno (1993), yang menyatakan bahwa ragam menunjukkan bahwa suhu
proses pengeringan menyebabkan pengeringan memiliki pengaruh yang
kandungan air selama proses pengolahan nyata terhadap nilai L, yaitu berkisar
berkurang sehingga menyebabkan antara 81,9-84,2. Nilai L tertinggi yaitu
penurunan rendemen. Berdasarkan pada suhu pengeringan 60°C yang
penelitian Wijana et al. (2011) nilai menunjukkan warna bubuk susu kedelai
rendemen suatu produk akan semakin adalah kuning cerah. Sedangkan pada suhu
menurun jika suhu pengeringan semakin lebih tinggi (suhu 70°C) menghasilkan
tinggi. Hal ini juga didukung dengan nilai L yang lebih rendah yaitu 81,9.
Warna awal susu kedelai adalah
Daya Serap Air kekuningan, sehingga dengan suhu
Nilai daya serap air bubuk susu pengeringan yang lebih tinggi akan
kedelai instan pada variasi suhu menghasilkan produk yang berwarna
pengeringan (Tabel 3) berkisar dari 1,46- kuning kecoklatan. Menurut Labuza
1,68 mL/g. Analisis sidik ragam (1982), suhu memiliki pengaruh yang

58
Aplikasi Metode Foam-Mat Drying dalam Pembuatan Bubuk.....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

besar terhadap pencoklatan non-enzimatis, terendah yaitu 4,46%. Kondisi operasi


dimana setiap kenaikan suhu sebesar 10°C terbaik dan memenuhi SNI susu bubuk
kecepatan proses pencoklatan meningkat dengan metode foam-mat drying adalah
4-8 kali. pada suhu pengeringan 60°C yaitu kadar
air 4,47%, kadar protein 17,34% dan kadar
Nilai a (Tingkat Kemerahan) lemak 7,89%. Nilai rendemen tertinggi
Tingkat kemerahan bernilai (-) maka pada suhu pengeringan 60°C yaitu
tingkat warna mendekati warna hijau 16,10%, tingkat kecerahan (L) sebesar
sedangkan untuk nilai (+) mendekati 84,2; tingkat kemerahan (a) sebesar 1,3;
warna merah. Berdasarkan pengukuran tingkat kekuningan (b) sebesar 24, serta
nilai tingkat kemerahan bubuk susu daya serap air (DSA) sebesar 1,68 mL/g.
kedelai instan pada variasi suhu
pengeringan berkisar 1,3-2,2. Hasil UCAPAN TERIMA KASIH
analisis sidik ragam, variasi suhu Ucapan terimakasih ditujukan
pengeringan memberikan pengaruh yang kepada Lembaga Penelitian dan
nyata terhadap nilai tingkat kemerahan Pengabdian Masyarakat Universitas
produk. Nilai tingkat kemerahan tertinggi Jember yang telah mendukung secara
pada produk dengan suhu pengeringan finansial melalui Program Penelitian
70°C. Hal ini menunjukkan bahwa Pembinaan Universitas Jember Tahun
semakin tinggi suhu pengeringan semakin Anggaran 2016.
besar nilai a yang artinya warna produk
mendekati warna merah. DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of
Nilai b (Tingkat Kekuningan) The Association of Analytical Chemists.
Nilai b menyatakan tingkat biru- Washington D.C.
kuning, semakin mendekati (+) maka
warna cenderung berwarna kuning, Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar
Nasional Indonesia (SNI). SNI-01-
sedangkan (-) maka warna cenderung biru.
2970-2006. Susu Bubuk. Dewan
Nilai tingkat kekuningan bubuk susu Standarisasi Indonesia. Jakarta.
kedelai instan berkisar antara 21,5–24
(Tabel 3). Analisis sidik ragam Darniadi,S., Sofyan, I., Arief, D.Z. 2011.
menunjukkan bahwa suhu memiliki Karakteristik fisiko-kimia dan
organoleptik bubuk minuman instan sari
pengaruh yang nyata terhadap nilai tingkat
jambu biji merah (Psidium guajava L.)
kekuningan. Nilai tingkat kekuningan yang dibuat dengan metode foam mat
tertinggi terdapat pada produk dengan drying.(http://widyariset.pusbindiklat.lipi.
suhu pengeringan 60°C, sedangkan pada go.id/index.php/widyariset/article/viewFil
suhu 50°C dan 70°C tidak berbeda nyata. e/432/35) [Diakses pada 12 Oktober
Hal ini menunjukkan produk yang 2016].
dihasilkan dengan pengeringan suhu 60°C Endriyani, C.E. 2012. Kajian Karakteristik
memiliki warna yang mendekati warna Fisiko Kimia dan Sensori
susu kedelai murni yaitu kekuningan. Mikroenkapsulan Ekstrak Tempe Bosok
Terstandar Sebagai Food Seasoning
KESIMPULAN dengan Variasi Rasio Enkapsulan Gum
Konsentrasi dekstrin 10% dan Arab dan Maltodekstrin. Skripsi. Program
Tween 80 sebesar 1% sebagai bahan Studi Ilmu dan Teknologi Pangan.
pengisi pada pembuatan bubuk susu Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas
kedelai instan dengan metode foam-mat Maret.Surakarta.(https://eprints.uns.ac.id/
drying memberikan waktu pengeringan 7635/1/143841308201008361.pdf)
[Diakses pada 13 Oktober 2016].
paling cepat yaitu 8 jam dengan kadar air

59
Aplikasi Metode Foam-Mat Drying dalam Pembuatan Bubuk.....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

Hui, Y.H. 1992. Encyclopedia of Food Science Pramitasari, D. 2010. “Penambahan Ekstrak
and Technology. John Wiley and Sons Jahe (Zingiber officinale rosc.) Dalam
Inc. New York. Pembuatan Susu Kedelai Bubuk Instan
Dengan Metode Spray Drying:
Hunter, R. S. 1958. Photoelectric color
Komposisi Kimia, Sifat Sensori dan
difference meter. Journal of the Optical
Aktivitas Antioksidan”. Skripsi. Program
Society of America, 48 (597): 985-995.
Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Kania, W., Andriani, M.A., dan Siswanti, M. Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
2015. Pengaruh variasi rasio bahan
Prasetyo, S dan Vincentius. 2005. Pengaruh
pengikat terhadap karakteristik fisik dan
Penambaan Tween 80, Dekstrin, dan
kimia granul minuman fungsional instan
Minyak Kelapa Pada Pembuatan Kopi
kecambah kacang komak (Lablab
Instan Menggunakan Metode Pengering
purpureus (L) Sweet). Jurnal Teknosains
Busa. Jurnal Teknik Kimia Indonesia,
Pangan, 4 (3): 16-29.
4(3): 296-303.
Khotimah, K. 2006. Pembuatan susu bubuk
Pratiwi, A.D., dan Suharto, I. 2015. Pengaruh
dengan foam mat drying: Kajian
Temperatur dan Tebal Lapisan Susu
pengaruh bahan penstabil terhadap
Kedelai pada Tray dalam Pengeringan
kualitas susu bubuk. Jurnal Protein, 13
Busa terhadap Kualitas Susu Kedelai
(1): 44-51.
Bubuk. Prosiding Seminar Nasional
Khrisnawaty, S., dan Moeljaningsih. 2011. Teknik Kimia “Kejuangan”. Yogyakarta.
Pembuatan susu bubuk dari campuran
Purwanto, C.C., Ishartani, D., Rahardian, D.
susu jagung manis dan susu kacang hijau.
2013. Kajian sifat fisik dan kimia tepung
Berita Litbang Industri, IV (1): 47-55.
labu kuning (Cucurbita maxima) Dengan
Kumalaningsih. 2006. Pembuatan bubuk perlakuan blanching dan perendaman
instan campuran sari buah terung pirus natrium metabisulfit (Na2S2O5). Jurnal
(Cyphomandra betacea Cav. Sendtner) Teknosains Pangan, 2 (2): 121-130.
dan markisa (Fassflora edulis var
Rajkumar, P., Kailappan, R., Viswanathan, R.,
Falvicarva) dengan metode foam-mat
Raghavan and Ratti, C. 2007. Foam mat
drying.(http://jambi.litbang.pertanian.go.i
drying of alphonso mango pulp. Drying
d/eng/images/PDF/Markisah-
Technology, 25: 357-365.
terung%20pirus.pdf). [Diakses pada 12
Oktober 2016]. Traina, M.S. and Breene, W.M. 1994.
Composition, functionality and some
Labuza, T.P. 1982. Shelf Life Dating of Foods.
chemical and physical properties of eight
Food and Nutrition Press. Westport,
commercial full-fat soy flour. J. Food
Connecticut.
Process Press, 8: 229-252.
Lisa, Maya., Mustofa Lutfi, dan Bambang
Treybal, R.E. 1981. Mass-Transfer
Susilo. 2015. Pengaruh suhu dan lama
Operasions. 3th Edition. Mc Graw Hill,
pengeringan terhadap mutu tepung jamur
Inc. New YoRK.
tiram putih (Plaerotus ostreatus). Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Siska, Y.T., dan Wahono, H.S. 2014.
Biosistem, 3 (3): 270-279. Pengaruh lama pengeringan dan
konsentrasi maltodekstrin terhadap
Pradana, S.W., Kumalaningsih, S., Dewi, I.A.
karakteristik fisik kimia dan organoleptik
2014. Pembuatan bubuk susu kacang
minuman instan daun mengkudu
hijau (Phaseolus radiatus L.) instan
(Morinda citrifolia.L). Jurnal Pangan
menggunakan metode foam mat drying
dan Agroindustri, 3 (1): 41-52.
(Kajian konsentrasi maltodekstrin dan
tween 80).
(http://skripsitip.staff.ub.ac.id/files/2014/
02/Jurnal-Suka-Wika Pradana.pdf)
[Diakses pada 12 Oktober 2016].

60
Aplikasi Metode Foam-Mat Drying dalam Pembuatan Bubuk.....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

Wijana, S., Sucipto, dan Sari, M. L. 2011.


Pengaruh suhu dan waktu pengeringan
terhadap aktivitas antioksidan pada bubuk
kulit manggis (Garcinia mangostana L.).
(http://skripsitipftp.staff.ub.ac.id/files/201
5/05/7.-JURNAL-Lia-Meika-Sari.pdf)
[Diakses pada 16 September 2016]
Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi
dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Winarno, F.G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yuwono, S.S., dan Susanto, T. 2001.
Pengujian Fisik Pangan. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya, Malang.

61

You might also like