et
Prinsip Etika dalam Pengambilan
Keputusan
Setelah membaca bab ini, pembaca diharapkan mampu:
1, Memahami makna dan peran penting budaya organisasi dalam
membentuk dan mengarahkan tindakan-tindakan etis.
2. Mengetahui nilai-nilai utama dan instrumental yang dianut oleh individu
untuk mencapai tujuan hidup yang bermakna,
3. Mengetahui berbagai komponen penyusun budaya etis.
4,
Memahami proses kepemimpinan yang diperlukan untuk mengarahkan
tindakan-tindakan yang beretika.
AULT aa SLO eh ve rae 2 Tee
Denis Diderot, 1713-1784
BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi adalah sekumpulan asumsi, keyakinan, dan nilai yang
dikembangkan dalam tubuh organisasi tertentu untuk mengatasi berbagai
perubahan yang terjadi dalam lingkungan internal dan eksternal organisasi.
Dari sudut pandang antropologi, seperti yang dikemukakan oleh Edgar
Schein, budaya suatu kelompok mencakup keyakinan-keyakinan, nilai-nilai
yang dianut, percakapan, dan tampak luar (artifacts) dari orang-orang dalam
kelompok tersebut yang mengatur tata kehidupan mereka dan diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dua pakar manajemen, John Kotter dan James Heskett membagi budaya
menjadi dua lapisan, yaitu lapisan pertama yang disebut nilai-nilai (values)
dan lapisan kedua adalah norma-norma (norms). Pada lapisan yang
pertama, nilai-nilai yang dianut dan diyakini kebenarannya oleh kelompok
‘Bab 3, Prinsip Etika dalam Pengambilan Keputusan—
!
waktu yang panjang, tidak jarang hingg,
pergantian generasi kepemimpinan pun nilai-nilai ee banyay
berubah dibandingkan generasi pendahulu. Karenanl i telah mengakar
jauh ke dalam budaya organisasi, sering para anggota organisasi Pun tidak
menyadari bahwa mereka hidup di dalam organisasi itu dengan nil inl
yang terwariskan, Pihak di luar organisasi sulit untuk memahami nilai-njlaj
ini, mengingat nilai-nilai ini tidak terlihat nyata namun secara samar ada
dalam tindakan-tindakan anggota organisasi. Di China misalnya, beberapa
perusahaan mengawali kegiatan harian dengan melakukan senam tai chi,
setelah itu dilanjutkan dengan doa bersama dan sesembahan kepada leluhur,
Disini tampak bahwa China menganut nilai kebersamaan (collectivism) serta
kebugaran fisik (melalui senam tai chi) dan mental (doa dan sesembahan)
untuk menjalankan kehidupan di dunia. Nilai-nilai cenderung stabil,
meskipun lingkungan bisnis berubah, nilai-nilai yang dianut organisasi
belum tentu ikut berubah.
akan dipertahankan untuk jangka
Nilai-nilai juga berfungsi sebagai pemersatu tindakan dalam organisasi
dengan menyediakan terminologi dan konsep yang sama untuk dipergunakan
dalam komunikasi internal. Nilai-nilai menciptakan konsensus bersama
tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan anggota, termasuk
batasan-batasan hak dan kewajiban para anggota organisasi. Untuk
mewujudkan nilai-nilai ini, Rokeach (1973) membagi nilai-nilai tersebut ke
dalam nilai-nilai utama (terminal values), yaitu nilai-nilai yang bersentuhan
dengan tujuan utama hidup seseorang, misal: hidup bahagia, damai, dan
sebagainya, serta nilai-nilai instrumental (instrumental values) sebagai
perilaku-perilaku yang diharapkan mampu membawa seseorang mencapai
tujuan hidupnya, termasuk ambisius, berwawasan terbuka, teratur; Pn i,
dan sebagainya. Tabel 3.1. menguraikan komponen perilaku yan, te a tie
dalam nilai-nilai utama dan nilai-nilai instrumental, ee
Lapisan kedua budaya berisi norma-norma yang berfungsi sebagai ramb
rambu keperilakuan anggota organisasi dalam kehidupan seh ee 7
Pada lapisan teratas ini, budaya organisasi tampak jelas (visible) ai _
pakaian, bahasa yang digunakan, bangunan fisik (termasuk pee a
di dalamnya) dan aturan-aturan formal. Norma-norma ini tbaraeaar
rangkaian nilai-nilai yang diterjemahkan ke dalam bentuk aturay wooo
y ' . iran ii
mengikat anggota organisasi untuk mematuhi aturan tersebut, M86#Tabel 3.1. Nilai-Nilai Utama dan Instrumental dalam Perilaku Pribadi
Nilai-Nilai Utama | Nilai-Nilai Instrumental
Kenyamanan hidup ‘Ambisius
Kegembiraan hidup Berwawasan luas|
Kesadaran berprestasi Berkemampuan
Dunia yang damai Penuh kegembiraan
Dunia yang indah Bersih
Kesetaraan Berani
Keselamatan keluarga Pemaaf
Kebebasan_ Mudah menolong
Kebahagiaan Jujur
Harmoni Imajinatif
‘Kematangan cinta kasih Independen.
Keamanan negara Intelektual
Kesenangan Logis
Keselamatan diri Pencinta
Penghargaan diri sendiri Patuh
Pengakuan sosial Sopan
Persahabatan Bertanggung jawab
Kebijaksanaan Terkendali
Sumber: Milton Rokeach (1973) dalam David Fritzche (2005). Business Ethics: A Global and
Managerial Perspective. McGraw-Hill, hal. 66.
Perkembangan budaya terjadi beriringan dengan tahap terbentuknya
organisasi. Pada saat organisasi dibentukuntuk pertama kalinya, para pendiri
organisasi membentuk karakter dasar organisasi yang mencakup nilai-nilai
dan norma-norma berorganisasi. Karakter dasar ini dapat berubah secara
radikal jika seorang pemimpin baru muncul, membawa nilai-nilai baru yang
lebih baik dibandingkan pemimpin sebelumnya. Meskipun perusahaan
farmasi Johnson & Johnson didirikan pada tahun 1887, budaya organisasi
yang kuat dan unggul baru muncul ketika perusahaan dipimpin oleh Jendral
Robert Wood Johnson yang menjadi CEO pada tahun 1932.
Strategi Etika 3.1: Keputusan yang Efektif Tergantung Dari Keyakinan Diri,
Informasi, dan Pengendalian Diri
‘Dalam pengambilan “Keputusan individu, efektivitas Keputus
| diri individa tersebut. Keyakinan diri (self confidence), juga dikenal | dengan
istilah kekuatan égo (ego strength) menggambarkan keyakinan seseoranj
| kemampuan dirinya dalam penyelesaian masalah. Orang dengan keyalin
ang tinge! lebih bergantung kepada nilai-nilal dan keyakinan dirinya sendiri|
Bab 3. Prinsip Etika dalam Pengambilan KeputusanHasitu terpengarun : tis oleh keputusan organisasy
TShngga tidal git Ferpengarulh secara 8s O17 Span Tease
’ orang lain.
diperlukan dalam memperjelas suatu keadaan
ketergantungan informasi yang tinggi (high ‘et
| dependency) cenderungsangatmengedepankan, peran penting informasi, terutan
yang diperoleh dari sumber atau orang lain untuk menyelesaikan masalah ya
‘terjadi. Dalam suatu peristiwa yang dilematis, yang dalam hal ini satu alterna
solusi mengorbankan alternatif solusi yang lain, seseorang yang memiliki banya
‘informasi sangat diuntungkan dalam proses pengambilan keputusan, kareng
| informasi tersebut sangat membantu untuk menghasilkan keputusan yang lebjh
‘fektif, terlepas apakah masalah yang dihadapi bersinggungan langsung dengan
| dirinya atau tidak. Lain halnya jika informasi yang ada sangat minim, maka
keputusan yang diambil seseorang bisa jadi lebih banyak ditentukan oleh nilai-
-nilai personal orang tersebut. -
Informasi. yang lengkap
ambigu. Orang dengan
Pengendalian diri (locus of control) berkaitan dengan pemahaman seseorang,
tentang pengaruh tindakannya terhadap hasil atau akibat yang akan diterima
| dirinya. Seseorang disebut memiliki pengendalian diri secara eksternal (external
| locus of control) apabila dirinya percaya kehidupan manusia tergantung atas faktor
| nasib, keberuntungan, dan situasi luar: Artinya, jika orang tersebut merasa tidak
“sukses dalam hidupnya, maka keyakinannya menyatakan hal tersebut disebabkan
‘oleh nasib baik yang tidak berpihak kepada dirinya, atau perbuatan orang lain
yang membuat dirinya tidak sukses. Jadi kesalahan atas ketidakberhasilan dalam
kehidupan ditimpakan kepada orang lain atau nasib buruk.
Berbeda dengan pengendalian diri internal (internal locus of control). Orang
yang memiliki pengendalian diri internal sangat percaya bahwa peristiwa ata
hasil yang diperoleh dirinya bersumber dari tindakan-tindakannya, Seandainya
orang tersebut mengalami kegagalan, maka kegagalan tersebut. dipandang
Sebagal akibat dari kurangnya persiapan, kegighhan, atau kematangan emos!
pengetahuan dan metode yang minim, ketakutan untuk mencoba, rasa malas,
asa mal, kebiasaan menunda, dan faktorfaktor lain yang seluruhvon bored
menemukan serta menyelesaikan masalah-masalahn
S 7 ya bersumber dai
| pribadi serta keyakinan benar dan salah dalam membimbine
eve imbing tindakay
ri nilai-nilai
in yang lebih
Dari uraian di atas tampak bahwa seseoran;
fa g akan lebil :
ila memiliki keyakinan diri yang tinggi, dibekani denganintee ertindak i
dan memiliki pengendalian diti secara internal. Dengan demilye ene UKUP,
‘perlu lebih menekankan pada ketiga faktor penentu keetisan seca oreahisasi
menghasilkan keputusan secara efektif. rang untuk
‘Sumber: David J. Fritzche (2005).
Business Ethics: A Global and Managerial :
Edition, hal. 65-66. Dean ae eee
McGraw-Hill Internati
Etika Bisnis Modem: Pendekalan Pemangka KepentinganBUDAYA ORGANISASI BERKINERJA TINGGI
Perusahaan berkinerja tinggi (high performing corporations) memiliki
karakteristik sebagai berikut (Kotter & Heskett, 1992: 15-57);
1. Memiliki budaya korporasi yang kuat (strong corporate culture).
Prasyarat ini sangat diperlukan untuk menjaga irama kerja dan
produktivitas sumberdaya manusianya. Meskipun demikian, hal ini
tidaklah cukup mengingat cukup banyak perusahaan yang pada awalnya
memiliki budaya yang kuat pada akhirnya tidak mampu bertahan dalam
persaingan bisnis,
- Budaya korporat sesuai dengan lingkungan tempat mereka beroperasi.
Dalam lingkungan bisnis yang turbulen, cepat berubah, dan memerlukan
teknologi terbaru bagi perusahaan untuk hidup di dalamnya, budaya
korporat mutlak harus mampu mengikuti gelombang pasang dan
turun perubahan, yang memaksa perusahaan untuk berpikir strategis,
menyeluruh, radikal, serta bertindak cepat dalam mewujudkan gagasan
besar atau strategi korporasi untuk masa mendatang,
Budaya korporat membantu perusahadn untuk memandang jauh ke
depan karena adanya perubahan lingkungan dan bergerak maju seiring
dengan perubahan tersebut, Budaya ini mendorong kepemimpinan
manajer/CEO yang memampukan setiap orang untuk berubah sesuai
dengan perubahan strategi atau taktik yang dimulai oleh manajer/CEO.
Perubahan strategi atau taktik ini diperuntukkan bagi kepentingan
pelanggan, karyawan, atau pemegang saham demi menjaga kepuasan
mereka.
Untuk mendukung budaya korporasi yang berkinerja tinggi diperlukan
sistem-sistem nilai (values systems) sebagai pemicu tindakan perubahan,
antaralain kepedulian yangtuluskepada pelanggan, karyawan, dan pemegang
saham, berpikir dan bertindak jangka panjang, serta selalu menekankan
integritas dalam setiap perbuatan. Dari ketiga sistem nilai ini diharapkan
terbentuk perilaku korporat (corporate behaviour) yang mempromosikan
dan mendukung perilaku etis setiap anggota dalam korporasi tersebut.
Strategi Etika 3. indakan Meniup Peluit (Whistle Blowing)
indakan meniup peluit (whistle blowing) menurut Sonny Keraf (1998) adalah
seorang atau. beberapa orang karyawan untuk membocorkan
‘urangan yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada pihak lain,
kan ini termasuk internal jika laporan ini masih ditujukan kepada pejabat
lam perusahaan, atau eksternal jika tindakan pembocoran sudah dilakukan
ja masyarakat atau orang di luar perusahaan. Tindakan meniup -peluit|
jengan_upaya_membocorkan rahasia perusahaan karena re
Bab 3, Prinsip Elka dalam Pengambilan Keputusanbr
7 i rtutup, dan pada umumnyagy
in den| jan sesuatu yang te 4 mnyal
a at pihak lain, sedangkan tindakan meniup Peluje
oer meen jengan kecurangan yang berdampak buruk bag Perusahaan iy
ecanataoitak Jain, ‘yang apabila dibongkar oleh seseorang dapa menurunkan
‘atau merusak nama baik perusahaan.
| Apa yan jlakukan’oleh perusahaan jika menghadapi seseorang yang
A alter uppelutPenyampalantindaan ecurangan harika dengan
ati-hati agar tidak menyinggung perasaan seseorang, ae yang meniup
peluit diharuskan mencari dan mengumpulkan data atau informasi sebanyak
sungkin disertai dengan saksi-saksi yang kuat, Selain itu, yang terpenting, pihak
ynajemen terus berinisiatif untuk menghilangkan kecurangan yang terjadi serta
jemperbaiki sistem manajemennya.
Sonny Keraf (1998). tika Bisnis: Tuncu
dan Relevansinya. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, ‘ :
BUDAYA ETIS
Cara lain untuk menjelaskan prinsip etika dalam pengambilan keputusan
adalah melalui pemikiran Lawrence, Weber, dan Post (2005) tentang budaya
etis (ethical climates). Budaya etis adalah pemahaman yang tidak terucap
dari semua karyawan (pelaku bisnis) tentang perilaku yang dapat dan
tidak dapat diterima (the unspoken understanding among employees of what
is and is not acceptable behavior). Yang menentukan derajat keetisan atau
budaya etis dari suatu keputusan atau tindakan bis!
mengendalikan bisnis (the man behind the gun),
Tabel 3.2. berikut menam|
nis adalah orang yang
bukan bisnis itu sendiri.
pilkan berbagai komponen utama yang menyusun
budaya etis.
Tabel 3.2, Komponen-Komponen Penyusun Budaya Btis
Kriteria Etis Fokus
Individu Perusahaan Masyarakat
Egoism (pendekatan | Kepentingan dirt | ke i
pentingan | Bfisiensi ekonomi
yang berpusackepada | Geifintress) | SePentingan °
kepentingan diri) (company interest)
Benevolence Kepentingan |“ Kepentingan tim | Tanggungjawab
(pendekatan yang bersamaatau | (eam intorest) eeostal
berpusat kepada Persahabatan (social responsi-
kepentingan oranglain) | _" Uriendship) biligy)
Principles (pendekatan Moralitas Prosedur dan Kode etikdan |
yang berpusat kepada | pribadi (personal persidren hukum
integritas) morality) Perusahaan
Sumber: Bart Vietor dan John B. Cullen (1988).
“The Organizational Bases of Ethical Work
Climates.” Administrative Science Quart
erly, No. 33, hal. 101-125.
— IDalam budayaetis, keputusan untuk menjalankan bisnis menurutSonny Keraf
(1998) sangat dipengaruhi oleh pandangan praktis-realistis atau pandangan
idealis dari pelaku bisnis. Pelaku bisnis yang berpandangan praktis-realistis
melihat tujuan utama bisnis adalah mencari laba, sedangkan aktivitas
memproduksi dan mendistribusikan barang merupakan sarana atau alat
untuk merealisasikan laba tersebut. Asumsi yang digunakan adalah bahwa
dalam menghasilkan dan menjual barang dan jasa telah terjadi persaingan
yang sangat ketat, sehingga satu-satunya cara untuk bertahan dalam bisnis
adalah dengan menjadi pemenang dalam situasi persaingan yang sangat
ketat tersebut.
Pelaku bisnis yang berpandangan idealis memandang bisnis sebagai medium
untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa guna memenuhi
kebutuhan masyarakat, sedangkan laba yang diperoleh merupakan
konsekuensi logis dari kegiatan bisnis tersebut. Intinya, tujuan utama bisnis
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan laba adalah
akibat dari kegiatan bisnis. Pelaku usaha yang idealis tidak pernah berpikir
untuk mengalahkan pesaingnya agar dapat bertahan.hidup karena dalam
bisnis dianggap tidak ada persaingan.
Dua sudut pandang yang berbeda tentang bisnis ini mempunyai konsekuensi
yang berbeda. Pandangan praktis-realistis muncul dari individu yang
pemahaman moralitasnya didominasi oleh teori etika egoisme atau hak,
sedangkan pandangan idealisme muncul dari individu yang pemahaman
moralitasnya didominasi oleh teori deontologi, keutamaan (virtue), atau
teonom.
KEPEMIMPINAN YANG BERETIKA
Perubahan budaya adalah proses yang sulit dan memerlukan waktu lama
untuk memetik hasilnya. Selain itu, tidak ada jaminan bahwa proses yang
lama ini mampu mengubah budaya lama menjadi budaya baru yang lebih
adaptif terhadap lingkungan bisnis. Inisiatif perubahan harus berasal
dari pucuk pimpinan, dengan para manajer madya sebagai pendukung
utamanya. Dengan dukungan seperti ini, pimpinan dapat memperluas
pengaruh kepemimpinannya ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil,
divisi atau departemen untuk menegaskan perilaku positif yang diperlukan
dalam perusahaan berkinerja tinggi. Perubahan budaya selanjutnya dapat
dilaksanakan melalui konsensus bersama yang diikrarkan dan dilaksanakan
oleh seluruh bagian dalam perusahaan.
Untuk memahamilebih dalam tentang kepemimpinan yang beretika, berikut
disajikan strategi etika 3.3, yang berisi falsafah kepemimpinan Konosuke
Bab 3: Prinsip Etika dalam Pengambilan Keputusan EaMatsushita, pendiri Matsushita, Inc, produsen terkemukaalat-alateleiry,
a 5
dan teknologi canggih berkelas dunia.
ka 3.3.: Falsafah Kepemimpinan Konosuke Matsushita, Kepenig:
pinan Berbasis Manusia
Strategi
[Dalam bukunya Bukan Demi Perut Semata (1984, terjemahan), Matsushig
menjelaskan| falsafah kepemimpinannya sebagai kepemimpinan berbasis; manusia,
mencakup prinsip-prinsip:
/1, Pemimpin Merupakan Teladan Bagi Bawahannya. "Betapapun luasny,
~pengetahuan seorang manajer, betapapun pintarnya, dia tidak akan bisa
menjadi pimpinan yang lebih baik kalau dia kelihatan ragu-ragu tentang
-Pekerjaannya, Bawahannya akan melihat kepadanya sebagai teladan dan
-pemimpin yang penuh tanggung jawab. Sebuah pepatah lama mengatakan
__ ¢kor selaluu mengikuti kepala. Apabila kepala berjalan cepat, tentunya ekor juga
___harus mengikutinya dengan kecepatan yang sama. Kalau sang kepala mandek,
ekomya pun akan tertinggal. Memang ekor harus selalu mengikuti kepala
tetapi kepala juga harus membantu ekor untuk tumbuh dengan baik, dengan
jalan memberikan contoh-contoh dan mendengarkan pendapat-pendapat dari
Apabila mereka merasa bebas mengungkaphan
dengan sendirinya kreativitas pada diri mereka ak
dalam perusahaan. Hal ini berarti pemimpin t i (
etal uel PIA Sah Member! mantaat kepuee
4. Beri Kepercayaan Penuh Kepada Karyawan Un
‘Tetapi Jangan Lupa Berikan Bimbingan dan Aral
yang harus dipegang oleh manajer adalah Percayak:
han Kepadanya, “Sikap
an pekerjaan itu key ada |‘bawahannya. Tetapi bantulah dia kalau perlu. Dengan perkataan lain,
limpahkan tanggung jawab dalam menugaskan seseorang mengerjakan
_sesuatu tetapi jangan biarkan si karyawan tersebut seluruhnya bergantung
kepada kemampuan sendiri”
. Menjalin Hubungan Baik dan Manusiawi dengan Pihak-Pihak Eksternal
Perusahaan. Dalam berbagai hal terutama yang berhubungan dengan pihak
eksternal (Konsumen ataupun supplier) perusahaan, keterampilan perusahaan
dalam menjalin hubungan-hubungan kemanusiaan yang manusiawi dan baik
perlu dijaga dan ditingkatkan, karena baik secara langsung maupun tidak
Jangsung hal ini dapat berpengaruh besar bagi pihak perusahaan.
Bersikap Jujur dalam Setiap Keadaan. “Seorang manajer yang baik
seharusnya tidak boleh ‘berbohong atau menipu. Integritasnya pasti akan
‘menjadi tetap tegak selama dia mengucapkan kebenaran dalam setiap situasi,
walaupun keadaan-keadaan biasa berubah dan dia terpaksa mengatakan
sesuatu yang agak berbeda dengan apa yang dikatakannya tiga bulan yang lalu.
Kebenaran itu mempunyai kekuatan dalam dirinya dan kebenaran selalu dapat
mendorong orang untuk berbuat sesuatu. Sikap berpura-pura atau kata-kata
yang sekadar hanya untuk menghibur bisa kurang baik dan bahkan kadang-
kadang lebih buruk lagi, dapat merusak suasana. Seorang manajer yang efektif
tidak perlu mempunyai pengetahuan yang luas sekali dan tidak begitu penting
apakah dia mempunyai keterampilan teknik yang tinggi. Tetapi ada satu
hal yang harus dipunyainya yakni dia harus selalu menghormati kebenaran
dan komitmennya kepada manajemen yang didasarkan kepada kebenaran.
_ Seorang bisa sukses karena pengetahuan atau keterampilan tekniknya, namun
apabila keberhasilannya hanya didasarkan kepada unsur itu saja dia tidak
_akan pernah bisa berhasil baik sebagai seorang usahawan. Karirnya sebagai
seorang manajer akan berhenti jauh sebelum dia mencapai atau mendekati
osisi puncak”
Tanamkan pada Karyawan Tentang Visi Dan Misi Perusahaan. “Kalau
‘seorang manajer pelit dengan keterangan yang mengandung cita-cita bagi |
Karyawan, dia akan kehilangan pengabdian dan keterlibatan para karyawan
i dalam membentuk hari depan perusahaan. Mempunyai cita-cita berarti
mempunyaikepentingan, mempunyai motivasi. Orangyang dapatmenanamkan
cita-cita demikian merupakan manajer yang baik” |
kan Suatu Bentuk Manajemen Partisipasi yang Dapat Menyalurkan.
rasiParaKaryawan. "Dalamsuatuperusahaan besaryangmempekerjakan |
" beribu-ribu atau berpuluh-puluh ribu oranghal ini tidakmudah. Tidak mungki
bagi Presiden Direktur untuk mendengarkan setiap orang sendiri-sendiri
Tetapi kalau dia seorang Presiden Direktur yang baik dan betul-betul terikat |
kepada cita-cita manajemen melalui partisipasi, dia selaluakan berusaha untule
memastikan bahwa pemikiran serta pendapat dari karyawan betul-betul dapat
sampai’kepadanya melalui berbagai saluran komunikasi intra perusahaan.
| Ja harus bersikap cukup terbuka mendengarkan karyawan manapun tanpa|
Sab 3. Prinsip Etika dalam Pengambilan Keputusan ceaT jenjang kepangkatan
wan itu di dalam jenjang n perisa]
Pit dia harus menciptakan dan memelihara sya
kan mendorong terselenggaranya pertukaran Pendapay
dan juga antar karyawan manajemen»
jemandang status
“Yang paling penting a
di tempat kerja yang al
secara bebas antar para karyawan
iki Dalam Bidang Pemikiran ko,
i , Tindakan, dan Pemikiran Matsushita lees
: peaaten di http://arifperdana.wordpress.com/2007/04/04/.
Memperhatikan kepemimpinan Matsushita di atas terlihat bahwa Penerapan
etika bisnis di sebuah perusahaan dapat selalu dipastikan oleh Pemangky
kepentingan apabila ada komitmen pemimpin perusahaan terhadap
realisasinya. Dengan komitmen ini, pimpinan perusahaan akan berupaya
agar sikap dan perilaku yang diterapkan di perusahaan dalam berhubungan
mitra, relasi bisnis, pelanggan, dan masyarakat dapat terwujud melalui
prinsip-prinsip etika bisnis. Oleh karena itu apabila setiap perusahaan
mengikuti standar moral, maka tindakan atau keputusan yang diambil akan
mampu dipertanggungjawabkan karena perusahaan memiliki kewajiban
moral untuk selalu mentaati setiap peraturan formal yang terkait dengan
moralitas dalam berbisnis.
SIMPULAN
Budaya organisasi merupakan sekumpulan asumsi, keyakinan, dan nilai yang
dikembangkan dalam tubuh organisasi tertentu untuk mengatasi berbagai
perubahan yang terjadi dalam lingkungan internal dan eksternal organisasi.
Budaya terbagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan pertama yang disebut
nilai-nilai dan lapisan kedua adalah norma-norma. Nilai-nilai menciptakan
konsensus bersama tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
anggota, termasuk batasan-batasan hak dan kewajiban para anggota
organisasi, sedangkan norma-norma berfungsi sebagai rambu-rambu
keperilakuan anggota organisasi dalam kehidupan sehari-hari.
Perubahan budaya adalah proses yang sulit dan memerlukan waktu lama
untuk memetik hasilnya. Perubahan ini memerlukan komitmen pemimpin
Perusahaan terhadap realisasinya. Dengan komitmen ini, pimpinan
Perusahaan akan berupaya agar sikap dan perilaku yang diterapkan
di perusahaan dalam berhubungan mitra, relast bisnis, pelanggan dan
masyarakat dapat terwujud melalui prinsip-prinsip etika bisnis,