Professional Documents
Culture Documents
KK 5 Sesi 3
KK 5 Sesi 3
14.50 – 15.40 KK 5.3 Klp 6 KK 5.3 Klp 8 KK 5.3 Klp 3 KK 5.3 Klp 1
HV 3 Klp 2 HV 3 Klp 4 HV 3 Klp 6 HV 3 Klp 8
HV 4 Klp 5 HV 4 Klp 7 HV 4 Klp 1 HV 4 Klp 3
15.40 – 16.30 Ujian Ujian Ujian Ujian Belajar Mandiri
KK 5.2 Klp 4 KK 5.2 Klp 2 KK 5.2 Klp 8 KK 5.2 Klp 6
07.30 – 08.20
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10
Diskusi Pleno 5 Belajar Mandiri Ujian Blok Belajar Mandiri Remedial
10.10 – 11.00
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
VI 12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
13.50 – 14.40 Belajar Mandiri
14.50 – 15.40
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
15.40 – 16.30
JADWAL KEGIATAN AKADEMIK
BLOK 3.3 GANGGUAN PEDIATRI DAN GERIATRI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022 B
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Mgg
Jam
Ke 29/11/21 30/11/21 1/12/21 2/12/21 3/12/21
07.30 – 08.20
Belajar Mandiri KP 3.3.1.2 Belajar Mandiri KP 3.3.1.3 Belajar Mandiri
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10
KP 3.3.1.1 Tutorial 1 KP 3.3.1.4 Belajar Mandiri Tutorial 2
10.10 – 11.00
I 11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50 KK 5.1 Klp 8 KK 5.1 Klp 6 KK 5.1 Klp 1 KK 5.1 Klp 3
13.50 – 14.40 HV 1 Klp 1 HV 1 Klp 3 HV 1 Klp 5 HV 1 Klp 7
Belajar Mandiri
14.50 – 15.40 KK 5.1 Klp 7 KK 5.1 Klp 5 KK 5.1 Klp 2 KK 5.1 Klp 4
15.40 – 16.30 HV 1 Klp 2 HV 1 Klp 4 HV 1 Klp 6 HV 1 Klp 8 Belajar Mandiri
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Mgg
Jam
Ke 6/12/21 7/12/21 8/12/21 9/12/21 10/12/21
07.30 – 08.20
KP 3.3.2.4 KP 3.3.2.5 KP 3.3.2.7 KP 3.3.2.2 KP 3.3.2.3
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10
Diskusi Pleno 1 Tutorial 3 KP 3.3.2.1 KP 3.3.2.8 Tutorial 4
10.10 – 11.00
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50 KK 5.2 Klp 8 KK 5.2 Klp 6 KK 5.2 Klp 1 KK 5.2 Klp 3
HV 2 Klp 1 HV 2 Klp 3 HV 2 Klp 5 HV 2 Klp 7
II 13.50 – 14.40 Ujian Ujian Ujian Ujian
KK 5.1 Klp 3 KK 5.1 Klp 7 KK 5.1 Klp 8 KK 5.1 Klp 1 KP 3.3.2.6
14.50 – 15.40 KK 5.2 Klp 7
KK 5.2 Klp 5 KK 5.2 Klp 2 KK 5.2 Klp 4
HV 2 Klp 2
HV 2 Klp 4 HV 2 Klp 6 HV 2 Klp 8
Ujian
15.40 – 16.30 Ujian Ujian Ujian Belajar Mandiri
KK 5.1 Klp 5
KK 5.1 Klp 2 KK 5.1 Klp 4 KK 5.1 Klp 6
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Mgg
Jam
Ke 13/12/21 14/12/21 15/12/21 16/12/21 17/12/21
07.30 – 08.20 KP 3.3.3.5
KP 3.3.3.1 KP 3.3.3.2 Belajar Mandiri Belajar Mandiri
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10
Diskusi Pleno 2 Tutorial 5 KP 3.3.3.3 Belajar Mandiri Tutorial 6
10.10 – 11.00
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50 KK 5.3 Klp 7 KK 5.3 Klp 5 KK 5.3 Klp 2 KK 5.3 Klp 4
HV 3 Klp 1 HV 3 Klp 3 HV 3 Klp 5 HV 3 Klp 7
HV 4 Klp 4 HV 4 Klp 6 HV 4 Klp 8 HV 4 Klp 2
III 13.50 – 14.40 Ujian Ujian Ujian Ujian
KK 5.2 Klp 3 KK 5.2 Klp 1 KK 5.2 Klp 7 KK 5.2 Klp 5 KP 3.3.3.4
14.50 – 15.40 KK 5.3 Klp 6 KK 5.3 Klp 8 KK 5.3 Klp 3 KK 5.3 Klp 1
HV 3 Klp 2 HV 3 Klp 4 HV 3 Klp 6 HV 3 Klp 8
HV 4 Klp 5 HV 4 Klp 7 HV 4 Klp 1 HV 4 Klp 3
15.40 – 16.30 Ujian Ujian Ujian Ujian Belajar Mandiri
KK 5.2 Klp 4 KK 5.2 Klp 2 KK 5.2 Klp 8 KK 5.2 Klp 6
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Mgg
Jam
Ke 20/12/21 21/12/21 22/12/21 23/12/21 24/12/21
07.30 – 08.20
KP 3.3.4.2 Belajar Mandiri KP 3.3.4.1 Belajar Mandiri KP 3.3.4.3
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10 KK 5.4 Klp 3 KK 5.4 Klp 5
Diskusi Pleno 3 Tutorial 7 Ujian Ujian Tutorial 8
10.10 – 11.00 KK 5.3 Klp 2 KK 5.3 Klp 3
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50 KK 5.4 Klp 1 KK 5.4 Klp 2
Ujian
Ujian Ujian KK 5.4 Klp 6
13.50 – 14.40 KK 5.3 Klp 8
IV KK 5.3 Klp 5 KK 5.3 Klp 7 KK 5.4 Klp 8
14.50 – 15.40 Ujian Ujian
KK 5.4 Klp 4 KK 5.4 Klp 7
15.40 – 16.30 KK 5.3 Klp 6 KK 5.3 Klp 1 Belajar Mandiri
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Mgg
Jam
Ke 27/12/21 28/12/21 29/12/21 30/12/21 31/12/21
07.30 – 08.20
KP 3.3.5.2 Belajar Mandiri KP 3.3.5.1 Belajar Mandiri KP 3.3.5.3
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10 Ujian
Diskusi Pleno 4 Tutorial 9 Belajar Mandiri Tutorial 10
10.10 – 11.00 KK 5.4 Klp 7
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
V
12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50 Ujian Ujian Ujian Ujian
13.50 – 14.40 KK 5.4 Klp 1 KK 5.4 Klp 2 KK 5.4 Klp 5 KK 5.4 Klp 8 Ujian
14.50 – 15.40 Ujian Ujian KK 5.4 Klp 6
Belajar Mandiri Belajar Mandiri
15.40 – 16.30 KK 5.4 Klp 3 KK 5.4 Klp 4 Belajar Mandiri
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
Mgg
Jam
Ke 3/1/22 4/1/22 5/1/22 6/1/22 7/1/22
07.30 – 08.20
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
08.20 – 09.10
09.20 – 10.10
Diskusi Pleno 5 Belajar Mandiri Ujian Blok Belajar Mandiri Remedial
10.10 – 11.00
11.10 - 12.00 Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
VI 12.00 – 13.00 Istirahat
Istirahat
13.00 – 13.50
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
13.50 – 14.40 Belajar Mandiri
14.50 – 15.40
Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri Belajar Mandiri
15.40 – 16.30
ANAMNESIS PEDIATRIK (ALLOANAMNESIS)
PENGANTAR
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara.
Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien yang disebut sebagai
autoanamnesis atau yang dilakukan terhadap orangtua, wali, orang yang dekat
dengan pasien atau sumber lain disebut dengan aloanamnesis.
PRASYARAT
1. Pengetahuan dan keterampilan pengukuran antropometri pada anak
2. Pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan kuesioner pra skrining perkembangan (KPSP)
3. Pengetahuan dan keterampilan tentang penilaian status gizi pada anak
dengan menggunakan grafik pertumbuhan CDC 2000 dan grafik
pertumbuhan WHO 2006
PERSIAPAN ANAMNESIS PEDIATRIK
- Formulir KPSP menurut umur
- Grafik pertumbuhan CDC 2000 dan grafik pertumbuhan WHO 2006
TEORI
Teknik anamnesis
Dalam melaukan anamnesis pemeriksa harus berupaya agar tercipta suasana
yang kondusif agar orangtua, pengantar atau pasien dapat mengemukakan keadaan
pasien dengan spontan, wajar namun tidak berkepanjangan. Anak yang sudah besar
(usia sekolah-lanjut) seringkali dapat menceritakan sendiri keadaan sakitnya
sehingga membantu pembuatan anamnesis.
Anamnesis dilakukan dengan wawancara secara tatap muka. Pemeriksa
harus bersikap empatik dan menyesuaiakandiri dengan keadaan sosial, budaya,
ekonomi, pendidikan dan memperhatikan kepribadian serta keadaan emosi orang
yang diwawancara, misal: seorang ibu yang sedang dalam keadaan bingung dan
sedih karena keadaan anaknya mungkin akan memberikan informasi yang kurang
akurat. Demikian pula hambatan yang timbul karena yang diwawancara
berpendidikan rendah atau hanya mampu berbahasa daerah.Pertanyaan yang
diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif dan sedapat mungkin dihindari
pertanyaan yang jawabannya hanya'ya' atau 'tidak', berikanlah kesempatan untuk
menceritakan riwayat penyakit pasien sesuai dengan persepsinya.
Dalam melakukan anamnesis pemeriksa harus memperhatikan keadaan
pasien.Pada kasus gawat darurat, anamnesis terbatas pada keluhan utama dan hal-
hal yang sangat penting untuk mengatasi keadaan darurat.Pada kesempatan
berikutnya, setelah keadaan pasien stabil, barulah anamnesis dilengkapi.
Langkah-langkah dalam pembuatan anamnesis :
1. Identitas pasien:
- Nama
- Umur (sebaiknya didapat dari tanggal lahir)
- Jenis kelamin
- Nama orangtua
- Alamat
- Umur, pendidikan dan pekerjaan orangtua
- Agama dan suku bangsa
2. Riwayat penyakit sekarang
a. Keluhan utama
Yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.Perlu
diperhatikan bahwa keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yang pertama
disampaikan oleh orangtua pasien; hal ini terutama pada orangtua yang
pendidikannya rendah, yang kurang dapat mengemukakan esensi masalah.
b. Keluhan tambahan
Keluhan tambahan merupakan keluhan/gejala lain selain keluhan utama.
f. Riwayat kelahiran
Yang harus ditanyakan pada riwayat kelahiran mencakup:
Tanggal dan tempat kelahiran
Siapa yang menolong
Cara kelahiran (spontan, ekstraksi cunam, vakum, bedah Caesar). Pada kelahiran
dengan instrument ditanyakan indikasi dari tindakan tersebut.
Adanya kehamilan ganda
Keadaan segera setelah kelahiran/ APGAR; lebih baik bila bisa melihat catatan
medis dari rumah bersalin, puskesmas,dll. Kalau tidak ada cukup ditanyakan
apakah bayi langsung menangis atau tidak,warna kulit kemerahan/biru/merah dan
biru,gerakan aktif/tidak.
Morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir (asfiksia, trauma lahir, infeksi
intrapartum, ikterus dsb yang mungkin berhubungan dengan keadaan sekarang).
Masa kehamilan (apakah cukup bulan,kurang bulan,atau lebih bulan)
Berat dan panjang bayi (mengetahui masa gestasi dan menilai kesesuaian masa
gestasi dengan BB/PB)
g. Riwayat makanan
Pada anamnesis tentang riwayat makan diharapkan dapat diperoleh data tentang:
Makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka waktu pendek (beberapa
waktu sebelum
sakit) ataupun jangka panjang (sejakbayi).
Kualitas dan kuantitas; apakah adekuat atau tidak; yaitu memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG)
Yang dianjurkan.
Pada bayi untuk memperkirakan kuantitas dan kualitas makanan yang diterima
perlu ditanyakan:
Susu apa yang diberikan:ASI ataukah PASI(penggantiASI),atau keduanya.
Apabila diberikan ASI apakah secara eksklusif
Cara pemberian ASI/PASI
On demand atau ad libitum, ataukah dengan jadwal tertentu.
Volume pemberian ASI/PASI.
Untuk PASI tanyakan jenis dan mereknya, takaran, frekuensi, dan jumlah setiap
kali pemberian.
Pemberian makanan tambahan (MPASI): umur berapa mulai, jenis dan jumlahnya,
serta jadwal pemberian.
Pada hakekatnya anamnesis tentang ambilan (intake) makanan ini merupakan
analisis makanan secara kasar.Hasil analisis ini berperan terutama pada kasus
kelainan gizi dan gangguan tumbuh kembang, serta harus digabungkan dengan data
lain, yaitu hasil pemeriksaan fisis, laboratorium, dan antropometris, sehingga
akhirnya dapat disimpulkan status nutrisi pasien secara lebih akurat.
h. Riwayat Imunisasi
Status imunisasi pasien penting untuk ditanyakan, meliputi:
Imunisasi Dasar : BCG, polio, DPT, Campak danHepatitis-B
Imunisasi ini dikenal juga dengan Imunisasi wajib oleh pemerintah melalui
Program Pengembangan Imunisasi (PPI)
Imunisasi lain: MMR (mumps, measles, rubella), hepatitis-A, Hib (untuk mencegah
infeksi Haemophilus influenza tipe b), Influenza, Pneumokokus (PCV), HPV
(Human Papilloma Virus) danTifoid. Imunisasi ini dikenal juga sebagai Imunisasi
Non-PPI
Imunisasi ulangan/booster
Informasi tentang imunisasi diperlukan untuk mengetahui status perlindungan
pediatrik yang diperoleh, mungkin dapat membantu diagnosis pada beberapa
keadaan tertentu (misalnya penyakit polio hampir tidak pernah terjadi pada anak
yang sudah mendapat imunisasi polio secara benar).Informasi tentang imunisasi
juga dapat dipakai sebagai umpan balik tentang perlindungan pediatrik yang
diberikan.
Riwayat Perkembangan
Status perkembangan pasien perlu ditelaah secara rinci untuk mengetahui apakah
semua tahapan perkembangan dilalui dengan mulus atau terdapat penyimpangan.
PENGANTAR
Kehidupan pada masa bayi baru lahir (BBL) sangat rawan oleh karena
memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup
sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka morbiditas dan mortalitas
bayi baru lahir. Peralihan dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan
berbagai perubahan biokimia dan faali. Terpisahnya bayi dari ibu merupakan awal
proses fisiologis:
Pertukaran gas melalui plasenta digantikan oleh aktifnya fungsi paru untuk
bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida)
Saluran cerna berfungsi untuk menyerap makanan
Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh tubuh
untuk mempertahankan homeostasis kimia darah
Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekskresi bahan racun yang tidak
diperlukan.
Sistem imunologi berfungsi untuk mencegah infeksi
Sistem kardiovaskular serta endokrin bayi menyesuaikan dengan perubahan fungsi
organ tersebut diatas
PRASYARAT
1. Pengetahuan dan keterampilan yang adekuat sehingga tidak
menimbulkan risiko yang dapat membahayakan bayi
2. Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan kelahiran untuk
memahami pentingnya hasil temuan fisik bayi baru lahir
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan
2 = Dilakukan dengan banyak perbaikan
3 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan
4 = Dilakukan dengan sempurna
Referensi
Kosim, MS, dkk. Buku Ajar Neonatologi. Edisi Pertama. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta. 2014
PEMERIKSAAN REFLEKS PRIMITIF PADA BAYI
PENGANTAR
Perkembangan sistem saraf pusat pada bayi dapat dinilai dengan
pemeriksaan otomatisme infantile, biasa disebut dengan refleks primitif. Refleks-
refleks ini berkembang selama dalam kandungan, umumnya muncul setelah lahir
dan menghilang pada umur tertentu. Kelainan ada refleks-refleks ini menandakan
penyakit neurologis dan mengindikasikan investigasi lebih intensif.
Refleks primer atau primitif mencerminkan aktivitas batang otak. Refleks ini
merupakan manifestasi dari pemrograman sistem saraf pusat dengan penekanan
oleh fungsi kortikal yang lebih tinggi di kemudian hari. Jika refleks ini tidak dapat
dibangkitkan, maka hal ini menunjukkan adanya depresi susunan saraf pusat, dan
yang lebih penting adalah bahwa menetapnya refleks ini menunjukkan adanya
kerusakan pada kontrol kortikal yang lebih tinggi.
PRASYARAT
Pengetahuan dan keterampilan yang adekuat sehingga tidak menimbulkan risiko
yang dapat membahayakan bayi
TEORI
Refleks-refleks yang timbul pada bayi sebagian besar menujukkan tahap
perkembangan susunan somatomotorik, sehingga banyak informasi yang dapat
diperoleh dengan melakukan pemeriksaan tersebut.
Tabel 1. Usia mulai dan menghilangnya refleks pada bayi normal
Jenis Refleks Usia Mulai Usia Menghilang
Refleks Moro Sejak lahir 6 bulan
Refleks memegang
(Grasp) Sejak lahir 6 bulan
Palmar Sejak lahir 9-10 bulan
Plantar Sejak lahir 3 bulan
Refleks Snout Sejak lahir 5-6 bulan
Refleks Tonic Neck Sejak lahir 12 bulan
5 bulan -
Refleks Berjalan
(Stepping) 8-9 bulan Seterusnya ada
Reaksi Penempatan 3 bulan ulan
Taktil (Placing response)
Refleks Terjun
(Parachute)
Refleks Landau
Refleks Moro
Merupakan suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi atau
mengubah posisi secara tiba-tiba
Caranya : Bayi dalam posisi telentang, kemudian kepala dijatuhkan dengan cepat
beberapa sentimeter dengan hati-hati ke tangan pemeriksa
Kondisi normal: bayi akan kaget dengan lengan ekstensi, jari-jari mengembang,
kepala terlempar ke belakang, tungkai sedikit ekstensi. Kemudian lengan kembali
ke tengah dengan tangan menggenggam dan ekstremitas bawah ekstensi
Refleks Snout
Caranya : Dilakukan perkusi pada bibir atas
Refleks Snout dikatakan positif apabila didapatkan respon bibir atas dan bawah
menyengir atau kontraksi otot-otot di sekitar bibir dan dibawah hidung.
Refleks Snout yang menetap pada anak besar menunjukkan regresi SSP.
Refleks Landau
Jika bayi dipegang horizontal dengan wajahnya ke bawah, ia akan meluruskan
kedua kaki dan punggungnya akan mencoba untuk mengangkat kepala.
Cara : Pegang pasien pada bagian depan untuk menyangga thoraks. Posisi
tengkurap. Angkat kepala secara aktif atau pasif.
Reaksi positif : Jika kepala ventrofleksi/fleksi ke depan, punggung dan kedua
tungkai fleksi.
Keterangan :
1 = Tidak dilakukan
2 = Dilakukan dengan banyak perbaikan
3 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan
4 = Dilakukan dengan sempurna
Referensi
1. Lissauer T, Fanafoff A. Selayang Neonatologi. Edisi kedua. PT Indeks. Jakarta.
2013
2. Soetomenggolo TS, Ismael S. Buku Ajar Neurologi Anak. Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Jakarta
TATALAKSANA MALNUTRISI AKUT BERAT / GIZI BURUK AKUT
PENGANTAR
Malnutrisi masih merupakan masalah kesehatan utama di negara sedang
berkembang dan melatarbelakangi (underlying factor) lebih dari 50% kematian
balita. Severe acute malnutrition atau malnutrisi berat akut (MAB) atau disebut juga
gizi buruk akut adalah keadaan dimana seorang anak tampak sangat kurus, ditandai
dengan BB/PB < -3 SD dari median WHO child growth standard, atau didapatka
edema nutrisional, dan pada anak umur 5 – 59 bulan Lingkar Lengan Atas (LLA)
< 110 mm3.
Masalah besar dalam menangani penderita gizi buruk adalah belum
ditemukannya strategi yang efektif dalam skala yang luas untuk mencegah
kematian karena gizi buruk. Semula WHO menganjurkan tatalaksana penderita gizi
buruk dengan rawat inap di Rumah Sakit (RS) dalam jangka waktu setidaknya satu
bulan. Keterbatasan tatalaksana berbasis perawatan di RS ini sangat banyak. Rumah
sakit tidak mungkin merawat penderita gizi buruk dalam jumlah besar karena
keterbatasan kapasitas, sarana dan tenaga yang terampil. Perawatan di RS bersama
dengan penderita penyakit lain akan memudahkan penularan karena daya tahan
tubuh penderita gizi buruk rendah sehingga justru akan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Oleh karena itu memperkenalkan terapi nutrisi berbasis komunitas
merupakan hal penting dalam penanggulanagan masalah MAB.
PRASYARAT
1. Pengetahuan dan keterampilan pengukuran antropometri pada anak
2. Pengetahuan dan keterampilan tentang penilaian status gizi pada anak
dengan menggunakan grafik pertumbuhan CDC 2000 dan grafik
pertumbuhan WHO 2006
3. Mengetahui tanda dan gejala klinis anak gizi buruk
4. Pengetahuan tentang imunisasi dan jadwal imunisasi pada anak
TEORI
Diagnosis malnutrisi berat (MAB) berdasarkan kriteria :
Terlihat sangat kurus
Edema nutrisional
BB/TB < -3 SD
LILA < 115 mm
Marasmus dan kwashiorkor adalah hasil akhir dari tingkat keparahan penderita gizi
buruk. Marasmus ditandai dengan tubuh yang sangat kurus dengan berbagai tanda
ikutannya, sedangkan kwashiorkor ditandai dengan edema, diawali edema pada
punggung kaki yang dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Bila anak sadar dan dapat minum Bila anak tidak sadar
Bolus 50 ml larutan Glukosa 10% atau Glukosa 10% intravena (5 mg/ml), diikuti
sukrosa 10% (1 sendok teh penuh gula dengan dengan 50 ml Glukosa 10% atau sukrosa lewat
50 ml air), baik per oral maupun dengan pipa pipa NGT. Kemudian mulai pemberian F 75
nasogastric. Kemudian mulai pemberian F75 (lihat langkah 7)
(lihat langkah 7) setiap 2 jam, untuk 2 jam setiap 2 jam, untuk 2 jam pertama berikan ¼
pertama berikan ¼ dari dosis makanan setiap dari dosis makanan setiap 30 menit
30 menit Antibiotik spectrum luas (lihat langkah 5)
Antibiotik spectrum luas (lihat langkah 5) Pemberian makan per 2 jam, siang dan malam
Pemberian makan per 2 jam, siang dan malam
(lihat langkah 7)
Monitor :
Kadar gula darah : setelah 2 jam, ulangi pemeriksaan kadar gula darah
(menggunakan darah dari jari atau tumit). Bila gula darah masih rendah, ulangi
pemberian 50 ml bolus glukosa 10% atau laruan sukrosa, kemudian lanjutkan
pmberian makan F-75 setiap 2 jam hingga anak stabil
Suhu : jika turun < 35,5 C, ulang pengukuran kadar gula darah
Tingkat kesadaran : bila belum pulih, ulang pengukuran kadar gula darh sambil
mencari penyebabnya
Bila pengukuran kadar gula darah tidak dapat dilakukan, anggaplah semua anak
dengan MAB mengalami hipoglikemia dan lakukan penanganan.
Pencegahan :
Berikan makanan F-75 setiap 2 jam, mulai secara langsung (lihat langkah 7) atau
bila perlu lakukan rehidrasi terlebih dahulu
Selalu berikan makanan padamalam hari
Langkah 2. Atasi/cegah hipotermia
Jika suhu aksila< 35.5 C, lakukan pemeriksaan suhu rektal menggunakan
termometer air raksa.
Jika suhu rektal < 35.5 C :
Berikan makanan secara langsung (mulai rehidrasi bila dierlukan)
Hangatkan anak : selain memakaikan pakaian, tutupi dengan selimut hangat
hingga kepala kecuali wajah atau tempatkan di dekat penghangat atau
lampu, atau letakkan pada dada ibu (cara kanguru) lalu tutupi selimut
keduanya
Berikan antibiotik spektrum luas (lihat langkah 5)
Monitor:
Suhu tubuh : lakukan pemeriksaan suhu rektal setiap 30 menit hingga
mencapai suhu > 36.5C
Yakinkan bahwa anak telah tertutupi seluruh permukaan tubuhnya,
terutama pada malam hari
Kadar gula darah : ukur kadar gula darah ketika didapati adanya hipotermia
Pencegahan :
Berikan makanan tiap dua jam (lihat langkah 7 )
Selalu berikan makanan (F75 atau F100)
Tetap tutupi anak dan hindari paparan langsung dengan udara
Jaga anak tetap kering, segera ganti popok, pakaian dan alas tidur jika basah
Biarkan anak tidur dengan ibu/pengsuh pada malam hari agar kehangatan
tetap terjaga
Perubahan frekuensi makan dari tiap 2 jam menjadi 3 jam dan 4 jam dilakukan bila
anak mampu menghabiskan porsinya.