BAB IL
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Review Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Marwa et al, (2017) menguji penelitian pengaruh intangible asset,
profitabilitas, dan sustainability report terhadap nilai perusahaan dan menemukan
bahwa variabel sustainability report tidak bepengaruh tethadap nilai perusahaan.
Hal ini disebabkan karena belum adanya kewajiban dari regulator pasar modal
terkait pelaporan ini juga membuat para emiten merasa belum butuh untuk
menyiapkan laporan terkait, Di mana hal ini menunjukkan investor pada indeks Sri-
Kehati belum melihat elemen pada laporan tersebut sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan, Salah satu aspek dalam menentukan pengaruh antara
sustainability report dan nilai perusahaan adalah dampak dan waktunya (Singh et
al., 2017).
Perusahaan harus bersabar dan mengambil perspektif untuk melihat dampak
sustainability report terhadap peningkatan nilai perusahaan waktunya (Singh ef al.,
2017). Hal ini berarti dampak laporan keberlanjutan suatu perusahaan akan
memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan jika praktiknya diperkuat dan
dilakukan secara terus menerus. dari waktu ke waktu sehingga memiliki manfaat
terhadap nilai perusahaan, Hal ini sejalan dengan penelitian Rizki et al. (2019)
bahwa aspek dalam Sustainability Reportyaitu tanggung jawab ekonomi,
lingkungan dan sosial tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini
dikarenakan investor di Indonesia lebih tertarik saham perusahaan yang memiliki
keuntungan yang diharapkan tanpa memperhatikan pengungkapan laporan
berkelanjutan,
Praktik laporan berkelanjutan lebih banyak dilakukan oleh perusa
an yang
sadar mengenai tanggung jawab sosial, hubungan antara laporan berkelanjutan telah
diteliti oleh beberapa peneliti dalam beberapa tahun terakhir. Loh et al. (2017) turut
12 STIE Indonesia13
melakukan penelitian dengan menguji hubungan sustainability report dengan nilai
perusahaan pada perusahaan listed di Singapura dan menemukan bahwa adanya
Keterkaitan hubungan antara pengungkapan sustainability report dengan nilai
perusahaan, Artinya, semakin baik kualitas sustainability report maka semakin erat
hubungannya, Hal ini dikarenakan kualitas pengungkapan yang lebih tinggi
berkontribusi pada pengurangan asimetri informasi antara manajer dan investor, di
mana dapat meyakinkan investor pada banyak aspek operasi dan kinerja, yang pada
bagiannya, dapat membantu mengurangi biaya informasi yang dikeluarkan oleh
investor.
Transparansi informasi terdapat_laporan_berkelanjutan mampu
mempengaruhi stakeholder untuk mengambil keputusan berinvestasi pada
perusahaan tersebut, yang kemudian berdampak pada peningkatan laba perusahaan
(Puspitandari dan Septiani, 2017). Hal ini sejalan dengan Renalita dan Wahyudi
(2019), Ronald ef al, (2019) dan Kuzey dan Uyar (2016) yang mengungkapkan
bahwa pengungkapan sustainability report berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa perusahaan bukan sebagai entitas yang hanya
beroperasi demi kepentingan sendiri tetapi harus memberikan manfaat bagi
pemangku kepentingan. Jika perusahaan dapat memaksimalkan manfaat yang
diterima oleh pemangku kepentingan, kepuasan akan muncul bagi pemangku
kepentingan yang akan meningkatkan nilai perusahaan (Renalita dan Wahyudi,
2019)
Dalam penelitian Kuzey dan Uyar (2016), salah satu faktor yang menentukan
pengaruh antara sustainability report dan nilai perusahaan adalah jenis industrinya.
Dalam penelitian ini, perusahaan manufaktur di Turki lebih cenderung melakukan
pelaporan keberlanjutan yang memiliki dampak tethadap nilai perusahaan,
sustainability report dapat mengurangi kendala keuangan yang dialami oleh
perusahaan karena peningkatan penjualan, efisiensi biaya, dan berkurangnya biaya
modal, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi yang
menguntungkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan (Ronald
et al., 2019). Hal ini dikarenakan adanya konflik kepentingan antara pemangku
sT
Indonesia14
kepentingan, Selain itu, ekspektasi pemangku kepentingan yang terlalu tinggi
tethadap sustainability report membuat pengambilan keputusan mereka lebih
cenderung menggunakan rasionalisasi daripada analisis fundamental yang
menghasilkan volatilitas saham dan nilai perusahaan yang tinggi.
Indyati dan Zulakhia (2017) mengungkapkan bahwa assurance pada laporan
keberlanjutan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap nilai perusahaan
Hal ini berarti, perusahaan dengan laporan keberlanjutan yang diberikan assurance
cenderung dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Berdasarkan teori
sinyal dan teori legitimasi, peneliti menyarankan bahwa peningkatan kualitas
pelaporan keberlanjutan bertindak sebagai sinyal penting untuk mendapatkan
legitimasi ketika informasi asimetri selama proses legitimasi (Ching et al., 2017).
Proses yang memperkuat tingkat assurance yang tinggi mengurangi asimetri
informasi karena proses assurance hanya memastikan tingkat ketidakcukupan yang
moderat (Ching ef al., 2017). Jika penyedia assurance menguji rincian data
numerik, ini akan mengurangi informasi asimetri. Untuk negara-negara yang tidak
memiliki peraturan pelaporan keberlanjutan, kami memberikan bukti bahwa
pengujian analitik indikator gabungan, deskripsi kompetensi penyedia assurance
dan deskripsi langkah kerja jaminan spesifik juga berkontribusi untuk mengurangi
informasi asimetri (Fuhrmann et al., 2017).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Stakeholder Theory
Freeman dan Reed (1983) mendefinisikan teori pemangku kepentingan
sebagai “kelompok atau individu apa pun yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi”. Gray ef al. (1995) menyatakan
bahwa secara eksplisit, teori stakeholder mempertimbangkan dampak kebijakan
pengungkapan perusahaan ketika ada perbedaan kelompok stakeholder dalam
sebuah perusahaan. Freeman ef al. (2010:9) mendefinisikan teori pemangku
kepentingan sebagai “sebuah teori tentang cara kerja bisnis yang terbaik, dan
bagaimana itu bisa bekerja, Teori ini bersifat deskriptif, preskriptif, dan
STIE Indonesia15
instrumental sekaligus bersifat manajerial, Teori ini tentang penciptaan nilai dan
perdagangan dan bagaimana mengelola bisnis secara efektif. Tekanan pemangku
kepentingan memotivasi perusahaan untuk investasi dan kebijakan yang lebih baik
pada kinerja lingkungan (de Villiers ef al., 2011). Di Carlo (2020), menyatakan
bahwa teori stakeholder memposisikan perusahaan bukan sebagai entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, tetapi harus memberikan manfaat
bagi para pemangku kepentingannya (pemegang saham, kreditor, konsumen,
pemasok, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lainnya).
Teori pemangku kepentingan adalah seperangkat proposisi yang menunjukan
bahwa manajer perusahaan memiliki kewajiban kepada beberapa kelompok
pemangku kepentingan (Freeman, 2015). Teori Stakeholder biasanya disandingkan
dengan teori pemegang saham yang memiliki pandangan bahwa manajer memiliki
kewajiban fidusia untuk bertindak demi kepentingan pemegang saham. Stanford
Research Institute (SRI) mendefinisikan pemangku kepentingan secara sederhana,
yaitu kelompok-kelompok yang memberikan dukungan bagi keberadaan suatu
organisasi, tanpa dukungan kelompok ini, organisasi tidak bisa ada (Kholis, 2020).
Para peneliti SRI kemudian mengklasifikasikan pihak yang termasuk dalam
pemangku kepentingan. Pihak-pihak ini adalah pemegang saham, karyawan,
pelanggan, pemasok, pemberi pinjaman, dan masyarakat (Mehrotra & Morck, 2017,
Muda, 2017, Gong dan Luo, 2018 & Nair et al., 2020). Menurut Ulum (2017:35),
tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi
mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih
efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka.
Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari stakeholder adalah untuk menolong
manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktivitas-aktivitas
mereka dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder.
Awalnya hanya pemegang saham yang dilihat sebagai pemegang saham
tunggal perusahaan (Kholis, 2020). Pandangan ini berdasarkan argumen bahwa
tujuan ufama suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan kepentingannya
STIE Indonesia16
pemilik. Namun, seiting waktu pandangan para pemangku kepentingan mulai
berubah secara substansial (Freeman ef al., 2020).
Perusahaan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik dan kemudian
‘menjadi besar, perlu dukungan dari para pemangku kepentingannya (Kholis, 2020).
Stakeholder membutubkan berbagai informasi terkait dengan aktivitas perusahaan
yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Karena itu, perusahaan akan
berusaha menyediakan berbagai informasi yang dimiliki untuk menarik dan
mencari dukungan dari para pemangku kepentingannya, Pengungkapan informasi
dapat dibagi menjadi dua yaitu wajib dan sukarela (Kholis, 2020). Satu bentuk
pengungkapan sukarela yang berkembang pesat saat ini adalah pengungkapan
laporan keberlanjutan.
Melalui pengungkapan laporan keberlanjutan (pengungkapan sosial dan
lingkungan) perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih memadai dan
lengkap yang berkaitan dengan kegiatan dan efeknya pada kondisi_sosial
masyarakat dan lingkungan (Bukhori dan Sopian, 2017). Dengan adanya teori
stakeholder ini kita dapat memberikan landasan bahwa suatu perusahaan harus
mampu memberikan manfaat bagi stakeholder nya karena tanggung jawab sosial
perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga
terhadap para stakeholder yang terkait dan atau terkena dampak dari keberadaan
perusahaan, Manfaat tersebut dapat diberikan dengan cara menerapkan program
sustainability reporting.
Pelaporan sustainability report meningkatkan akuntabilitas perusahaan,
transparansi, dan reputasi bagi para pemangku kepentingan (Baral dan Pokharel,
2017; Perrault dan Clark, 2016 dan Masud ef al., 2018a,b). Perusahaan yang
menjalankan sustainability reporting akan memperhatikan dampak aktivitas yang
dilakukan tethadap kondisi sosial dan lingkungan dan berupaya agar memberikan
dampak positif
STIE Indonesia7
2.2.2 Teori Legitimasi
Dowling dan Pfeffer (1975) mendefinisikan legitimasi sebagai suatu kondisi
atau status yang muncul ketika si stem entitas sejalan dengan nilai sistem sosial
yang lebih besar di mana entitas merupakan bagian dari sistem sosial tersebut. Teor
legitimasi berpendapat bahwa organisasi yang memiliki visibilitas publik lebih di
bawah politik dan tekanan sosial untuk memastikan legitimasi sosial mereka
(Haider dan Nishitani, 2020). Menurut Castelo dan Rodrigue dalam buku Syairozi
(2019:8), teori legitimasi menggagaskan adanya “kontrak sosial” antara bisnis dan
masyarakat di mana masyarakat yang memungkinkan suatu perusahaan dapat
mempertahankan eksistensinya. dijelaskan bahwa teori legitimasi merupakan suatu
organis
i berkelanjutan yang memiliki banyak cara untuk memastikan apakah
operasi yang mereka lakukan telah sesuai batas dan norma yang berlaku atau tidak.
Premis yang mendasari teori legitimasi adalah bahwa organisasi_harus
mempertimbangkan tidak hanya hak publik pada umumnya, (bukan hanya hak
investor) dan dalam selain kontrak sosial, harus memberikan kepereayaan pada
nilai-nilai dan budaya masyarakat masyarakat di mana ia beroperasi. Kegagalan
untuk memenuhi harapan masyarakat dapat terjadi dalam sanksi yang dikenakan
dalam bentuk pembatasan operasi perusahaan, sumber daya dan permintaan akan
produk-produknya, dan regulasi (Heenetigala dan Armstrong, 2019),
Degaan (2014:407) mendefinisikan Teori Legitimasi sebagai teori yang
mengemukakan bahwa organisasi perlu beroperasi dalam batasan dan norma
masy
akat masing-masing. Pematuhan dengan norma-norma sosial dan harapan
diberikan status ‘legitimasi. Jika ‘legitimasi’ tidak terlihat maka manajer akan
menerima proses tersebut legalisasi, Perusahaan memerlukan legalisasi dari
masyarakat dengan memaparkan sustainability report agar diterima dengan baik
oleh masyarakat, Perusahaan melaporkan informasi tethadap operasi mereka untuk
memenuhi kesenjangan legitimasi antara harapan sosial dan operasi perusahaan
(Lambrechts ef al., 2019). Ketika sebuah perusahaan mempersiapkan laporan
keberlanjutan di perusahaannya, hal ini dianggap sebagai suatu kontrak sosial
antara organisasi, lingkungan dan masyarakat di mana ia _beroperasi
ST
Indonesia18
memberikannya legitimasi hukum untuk menggunakan sumber daya alam dan
untuk mengekploitasi sumber daya manusia, dengan mempetimbangkan hukum dan
peraturan setempat (Bashatweh, 2018)
2.2.3 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah gambaran mengenai kondisi perusahaan, Nilai
perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan
sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah
melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan
tersebut didirikan hingga sampai saat ini (Brigham dan Houston 2011:512). Nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan
dalam mengelola sumber daya yang dimiliki, tercermin dalam harga saham
perusahaan (Kamaludin dan Rini, 2018:139). Nilai perusahaan yang lebih tinggi
akan berdampak pada persepsi calon investor yang dapat memengaruhi mereka
untuk lebih percaya diti dan pereaya pada prospek perusahaan (Purwahandoko,
2017). Kekayaan pemegang saham dan perusahaan disajikan oleh harga pasar
saham, yang merupakan cerminan dari keputusan investasi_pendanaan dan
manajemen asset (Khanifah ef al., 2020).
Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan yang,
ditandai dengan tingkat kemakmuran pemegang saham perusahaan (Sugosha dan
Artini, 2020). Nilai perusahaan juga merupakan tolok ukur bagi investor untuk
menilai keberhasilan suatu perusahaan, di mana semakin tinggi harga saham
perusahaan berarti semakin tinggi tingkat pengembalian kepada investor dan ini
berarti semakin tinggi nilai perusahaan terkait dengan tujuan perusahaan itu sendiri,
yaitu untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham (Nurkhin ef al., 2017),
Weston dan Copeland (2010) menj
laskan bahwa pengukuran_nilai
perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio penilaian atau rasio pasar.
Dalam penelitian ini, untuk meneliti pengaruh sustainability report disclosure
tethadap nilai perusahaan, rasio yang digunakan adalah Tobins'Q Ratio. Melihat
literatur sebelumnya, berbagai ukuran digunakan untuk menilai nilai perusahaan,
sT
2 Indonesia19
Sebagai contoh, beberapa peneliti mengandalkan rasio pasar terhadap buku dengan,
‘membagi nilai pasar dari saham yang beredar dengan nilai buku ekuitas (Hassan et
al,, 2009; Bravo, 2017); selain itu ada juga yang digunakan sebagai kinerja
akuntansi keuangan mengukur laba atas aset (ROA) dan / atau laba atas ekuitas
(ROE) (Baron ef al,, 2011). Ada juga penelitian lain menggabungkan proksi yang
berbeda untuk nilai perusahaan seperti ROE dan Tobin's Q (Algatan ef al., 2019),
Tobin's Q, ROE, dan earning per share (EPS) (Wang ef al., 2019), rasio nilai pasar
terhadap buku, ROA dan Tobin's Q (Siagian ef al,, 2013).
Tobin's Q dianggap sebagai ukuran yang paling sesuai untuk nilai perusahaan
dan biasanya digunakan terutama dalam literatur ekonomi, akuntansi dan keuangan
(Fooladi et al., 2014; Utama et al., 2014; Wang ef al., 2019; Algatan ef al., 2019;
Enache dan Hussainey, 2019:Tanjung dan Wahyudi, 2019). Ibrahim (2020) saat
membandingkan Tobin's Q dengan tingkat pengembalian akuntansi sebagai ukuran
nilai perusahaan menyatakan bahwa dengan menggabungkan data pasar saham
dengan data akuntansi, Tobin's Q menghasilkan ukuran yang lebih akurat dari sewa
perusahaan. Tobin's Q menyediakan kerangka kerja untuk konstruksi ini.
Mengandalkan pasar modal untuk menilai sewa secara substansial menghilangkan
sebagian besar kekurangan yang melekat pada tingkat laba Akuntansi, Fooladi ef
al, (2014) pereaya bahwa Tobin's Q adalah yang paling cocok untuk mengukur
kinerja pasar daripada ROE dan EPS yang hanya mencerminkan kinerja akuntansi
I menunjukan bahwa saham dalam kondisi overvalued, artinya
manajemen berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan atau potensi
pertumbuhan investasi tinggi.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dikatakan berhasil
menciptakan nilai perusahaan jika retum of invesment > cost of invesment dan
perusahaan dikatakan gagal mencapai tujuan memaksimalkan nilai perusahaan jika
nilai tobin's Q<1
2.2.4 Sustainability Report
Perkembangan laporan keberlanjutan adalah agian dari__konsep
pembangunan berkelanjutan, Pembangunan berkelanjutan berarti_ bahwa
pembangunan saat ini dapat dipenuhi tanpa harus mengurangi kebutuhan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka (Heemskerk, 2013). Fokus pada
keberlanjutan membantu organisasi mengelola dampak sosial dan lingkungan, dan
dapat meningkatkan efisiensi operasional dan sumber daya alam (Michelon dan
Parbonetti, 2010), Clarkson ef al. (2011) mengemukakan bahwa perusahaan dengan
kecenderungan tinggi terhadap polusi sangat mendukung pelaporan keberlanjutan
dan mengungkapkan informasi yang lebih besar tentang parameter lingkungan dan
sosial. Demikian pula, sektor yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan
masyarakat menggunakan pelaporan keberlanjutan untuk visibilitas pasar modal
yang lebih tinggi (Callan dan Thomas, 2011).
Pembangunan berkelanjutan adalah konsep dialektis Tuas yang
menyeimbangkan kebutuhan untuk pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan
lingkungan dan keadilan sosial. Istilah ini pertama kali dipopulerkan pada tahun
1987, di Our Common Future, sebuah buku yang diterbitkan oleh Komisi Dunia
untuk Lingkungan dan Pembangunan (WCED). WCED menggambarkan
STIE Indonesia2
pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuban saat
ini. Generasi tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk
‘memenuhi kebutuhan mereka (UI dan Boz, 2020). Pembangunan berkelanjutan
adalah konsep yang luas karena menggabungkan ekonomi, keadilan sosial, ilmu
pengetahuan dan manajemen lingkungan dan bisnis, politik dan hukum. Ini adalah
konsep dialektika dalam hal ini, seperti keadilan, demokrasi, kejujuran, dan konsep
sosial penting lainnya.
Pelaporan keberlanjutan (SR) adalah proses refleksif kritis di mana aturan,
strategi, dan norma yang berlaku berlaku dikembangkan dan menghasilkan
kesadaran karyawan-manajer dan motivasi untuk menciptakan nilai pemangku
kepentingan jangka panjang dengan merangkul peluang dan mengelola risiko dari
perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan (Godemann dan Michelsen, 2011; GRI,
2011; Chakraborty ef al., 2019). Laporan Keberlanjutan adalah laporan yang
mengungkapkan dampak dari aktivitas organisasi, baik positif maupun negatif pada
lingkungan, masyarakat, dan ekonomi (GRI, 2013). Susanto dan Tarigan (2013)
menyatakan bahwa Laporan Keberlanjutan tidak hanya berisi keuangan informasi
inerja, tetapi juga mengandung informasi non-keuangan terditi dari kegiatan sosial
dan lingkungan yang memungkinkan perusahaan untuk terus tumbuh, Perusahaan
tidak hanya diwajibkan bisa mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin, tetapi
mereka juga diharuskan berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan
berkelanjutan, Keberadaan Laporan Keberlanjutan menunjukkan seberapa besar
komitmen perusahaan dalam membantu pelaksanaan pembangunan berkelanjutan,
Laporan Keberlanjutan memiliki konsep serupa dengan Triple Bottom Line
yang dipopulerkan oleh Elkington. Pada 1995, Elkington adalah mengembangkan
formulasi 3P, yaitu People, Planet, dan Profit (Elkington, 2018). Gagasan dibalik
Triple Bottom Line untuk mendorong organisasi untuk melacak dan mengelola nilai
apa yang ditambahkan atau dihancurkan sehubungan dengan bidang sosial,
ekonomi dan lingkungan serta untuk merangsang pemahaman yang lebih dalam
tentang biaya aktual dari kegiatan kapitalis, Gagasan TBL juga berfungsi sebagai
titik awal untuk berbagai platform / pedoman dalam area pelaporan keberlanjutan
STIE Indonesia23
(Elkington, 2018). Konsep Triple-Botlom Line menekankan pentingnya
melaporkan kegiatan non-keuangan di Indonesia Selain kegiatan keuangan
perusahaan. Ini sejalan dengan pendapat Aktas, Kayalidere, & Kargin (2013: 113)
yang menyatakan informasi keuangan memiliki kontribusi yang lebih baik dalam
pengambilan keputusan ketika didukung oleh informasi non-keuangan, Jadi jelas
laporan keberlanjutan adalah salah satu laporan yang memiliki pengaruh untuk
perusahaan, terutama yang terkait dengan pengambilan keputusan pemangku
kepentingan,
Saat ini implementasi sustainability report di Indonesia didukung oleh aturan
pemerintah seperti Undang- Undang Perseroan Terbatas (PT) nomer 40 tahun 2007
pada Bagian Kedua Pasal 66 ayat 6 dan Bab Kelima Tanggung Jawab Sosial,
peraturan No, $1/POJK.03/2017 pasal 2 ayat (1) Tentang Penerapan Keuangan
Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten dan Perusahaan Publik dan
Lingkungan Pasal 74 (ojk.go.id, 2016; ojk.go.id, 2017). Praktek pelaporan
aktivitas tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diungkapkan melalui
sustainability report membutubkan pedoman. Salah satu pedoman yang dapat
digunakan adalah Global Reporting Initiative (GRI). Di Indonesia, pedoman ini
digunakan oleh NCSR, sebagai lembaga independen yang secara berkala
memberikan penilaian pengungkapan sustainability report yang. disampaikan
perusahaan-perusahaan (nest-id.org, 2011).
Menurut Global Reporting Initiative (2013:3), manfaat dari laporan
keberlanjutan adalah sebagai berikut
1) Untuk Perusahaan
a) Membantu mengomunikasikan informasi risiko manajemen kepada investor.
b) Meningkatkan kesadaran akan risiko dan peluang.
) Menekankan hubungan antara finansial dan non-finansial kinerja,
d) Tolak ukur dan menilai kinerja keberlanjutan dengan menghormati hukum,
norma, kode, standar kinerja, dan inisiatif sukarela.
) Merampingkan proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan efisiensi
1) Mempengaruhi strategi manajemen jangka panjang dan rencana bisnis
STIE Indonesia24
2) Membandingkan kinerja secara internal dan eksternal
h) Membantu mengelola dan berkomunikasi Lingkungan, Sosial dan Kinerja tata
kelola.
i) Memungkinkan bisnis untuk berkontribusi secara langsung dalam membangun
Ekonomi Hijau.
j) Meningkatkan reputasi dan loyalitas merek.
2) Untuk Pasar dan Masyarakat
a) Mengatasi kekhawatiran pembeli dan investor tentang masalah sosial dan
kualitas lingkungan bisnis.
b) Memperkuat daya saing.
c) Mendorong investasi.
4) Mengaktifkan peneiptaan pekerjaan (dampak langsung dan tidak langsung).
e) Sumber informasi penting untuk masyarakat yang terkena dampak dan
pemangku kepentingan,
1) Mengurangi dan meningkatkan dampak perusahaan pada masyarakat, local
ekonomi dan lingkungan.
2) Memungkinkan pemangku kepentingan ekstemal untuk terlibat dan
memahami nilai sebenamya perusahaan, dan aset berwujud dan tidak
berwujud.
2.2.4.1 Prinsip-Prinsip Sustainability Report
Prinsip pelaporan berperan penting untuk mencapai transparansi dan oleh
Karenanya harus diterapkan oleh semua organisasi ketika menyusun laporan
keberlanjutan. Prinsip-prinsip tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu prinsip-
prinsip untuk menentukan konten laporan dan prinsip-prinsip untuk menentukan
kualitas laporan, Prinsip-prinsip untuk menentukan konten laporan menjelaskan
proses yang harus diterapkan untuk mengidentifikasi konten laporan apa yang harus
dibahas dengan mempertimbangkan aktivitas, dampak, dan harapan_ serta
kepentingan yang substantif dari para pemangku kepentingannya (GRI, 2016).25
Prinsip-prinsip untuk menentukan konten laporan menurut GRI-Standards
Guidelines 2016 yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative Standards (GR
101:8-12) antara lain:
1, Pelibatan Pemangku Kepentingan (Stakeholders Inclusiveness)
Menurut GRI, laporan organisasi seharusnya mengidentifikasi stakeholders dan
‘menjelaskan bagaimana perusahaan telah menanggapi harapan dan kepentingan
mereka. Stakeholders adalah badan atau perseorangan yang secara signifikan
dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan dan tindakan mereka dapat _cukup
mempengaruhi kemampuan organisasi untuk berhasil menerapkan strategi dan
‘mencapai tujuannya, Meliputi yag berada dalam organisasi seperti karyawan,
shareholder, pemasok, dan yang berada di luar organisasi seperti masyarakat.
Harapan yang wajar dan kepentingan shareholder adalah kunei referensi untuk
menyiapkan laporan seperti ruang lingkup, batasan, penerapan indikator, dan
pendekatan jaminan. Tidak semua stakeholders menggunakan laporan, maka
Japoran harus menyeimbangkan antara tuntutan yang memerlukan laporan dan
harapan akuntabilitas yang lebih luas dari semua stakeholders. Untuk laporan
menjadi assurable, proses keterlibatan stakeholder harus didokumentasikan.
Pelaporan organisasi. harus mendokumentasikan pendekatan untuk
mendefinisikan stakeholder yang mana yang terlibat, bagaimana dan kapan
keterlibatan dengan mereka, dan bagaimana keterlibatan telah mempengaruhi isi
Japoran dan kegiatan keberlanjutan organisasi.
2. Konteks Keberlanjutan (Sustainability Context)
Laporan harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks yang lebih luas dari
keberlanjutan, dan mempunyai keterkaitan yang jelas dengan strategi
perusahaan. Artinya bagaimana organisasi berkontibusi untuk masa depan untuk
peningkatan atau penurunan ekonomi, lingkungan, dan kondisi sosial,
perkembangan, dan tren di tingkat lokal, regional, maupun global dengan
berusaha untuk menyajikan kinerja dalam kaitannya dengan konsep
bisa terkait dengan peningkatan gaj
karyawan,
keberlanjutan. Hal i26
pengurangan kemiskinan, community development atau faktor yang mempunyai
pengaruh global seperti perubahan iklim.
3. Materialitas (Materiality)
Informasi dalam laporan seharusnya mencakup topik dan indikator yang
menggambarkan dampak signifikansi ekonomi, lingkungan, dan sosial
perusahaan atau secara subtantif mempengaruhi penilaian dan keputusan
stakeholders. Kombinasi dari faktor internal dan eksternal seharusnya digunakan
untuk menentukan apakah informasi tersebut material seperti misi organisasi dan
strategi kompetitif, pengaruh langsung kepada stakeholders, harapan sosial yang
lebih luas, pengaruh organisasi terhadap upstream (supply chain) atau
downstream entities (konsumen).
4, Kelengkapan (Completeness)
Cakupan topik material, indikator dan definisi batasan lapran harus cukup untuk
mencerminkan dampak ekonomi yang signifikan, lingkungan dan sosial serta
memungkin stakeholders untuk menilai kinerja organisasi dalam periode
pelaporan, Kelengkapan menghubungkan antara ruang lingkup (jangkauan topik
keberlanjutan yang tercakup dalam laporan), batasan (jangkauan pihak-pihak
yang dapat dipengaruhi perusahaan), dan waktu (merujuk bahwa periode
pelaporan adalah saat terjadinya). Untuk estimasi pengaruh di masa depan
meskipun tidak pasti harus diungkapkan dasar estimasi yang jelas dan
pengakuan akan keterbatasannya.
Prinsip-prinsip untuk menetapkan kualitas laporan memberikan arahan
berupa pilihan-pilihan untuk memastikan kualitas informasi dalam laporan
berkelanjutan, termasuk penyajian yang tep:
.. Prinsip-prinsip untuk menentukan
kualitas laporan yang tercantum dalam GR/ Standards Guidelines 2016 (GRI 101,
2016:13+16) antara lain:
1. Keseimbangan (Balanced)
Laporan hendaknya menggambarkan aspek positif dan negatif kinerja organisasi
yang memungkinkan penilaian wajar dari kinerja keseluruhan. Penyajian
keseluruhan yang tidak bias, menghindari seleksi, hilangnya informasi, atau
sT
Indonesia7
format penyajian yang mempengaruhi keputusan pembaca laporan. Laporan
seharusnya membedakan antara penyajian fakta dengan penafsiran informasi
onganisasi.
2. Komparabilitas (Comparability)
Isu dan informasi seharusnya diseleksi, dikompilasi, dan dilaporkan secara
konsisten dengan metode perhitungan data, layout laporan, penjelasan metode
dan asumsi, sehingga memungkinkan stakeholders menganalisa perubahan
kinerja organisasi dari waktu ke waktu atau dengan organisasi yang lain. Prinsip
ini sangat penting untuk mengevaluasi kinerja.
3. Akurasi (Accuracy)
Informasi yang dilaporkan seharusnya cukup akurat dan detail bagi stakeholder
untuk menilai kinerja laporan organisasi. Karakteristik akurasi bervariasi
tergantung hakikat dan pengguna informasi. Untuk informasi kualitatif
keakuratannya tergantung pada tingkat, kejelasan, detail, dan keseimbangan
penyajian dalam batasan laporan yang tepat, sedangkan keakuratan data
kuantitatif tergantung pada metode khusus untuk —mengumpulkan,
mengkompilasi, dan menganalisa data.
4, Ketepatan Waktu (Timeliness)
Laporan dibuat secara teratur dan informasi tersedia saat stakeholders membuat
keputusan, Pengunaan informasi terkait erat dengan apakah waktu pengungkapan
sikan
kepada stakeholders memungkinkan mereka untuk secara efektif megintegr
dalam pembuatan keputusan, Organisasi harus menyeimbangkan keperluan
menyediakan informasi yang tepat waktu dan memastikan bahwa informasi andal
5. Kejelasan (Clarity)
Informasi seharunya tersedia dalam bentuk yang bisa dipahami, dapat di akses
dan dapat digunakan oleh berbagai stakeholders. Misalnya, dengan grafik dan
tabel data konsolidasi.
6, Keandalan (Reliability)
Informasi_ dan proses yang digunakan dalam penyiapan laporan_ harus
dikumpulkan, direkam, disusun, dianalisis, dan diungkapkan dengan cara yang
sT
Indonesia28
bisa menjadi subyek pegujian yang menetapkan kualitas dan materlitas dari
informasi. Stakeholders harusnya mempunyai keyakinan bahwa laporan akan di
cek untuk menetapkan kebenaran isinya dan sejauh mana secara tepat
menerapkan prinsip-prinsip pelaporan. Informasi dan data seharusnya didukung
oleh pengendalian internal atau dokumentasi di review oleh sesorang yang bukan
pihak yang menyiapkan laporan.
2.2.4.2 Standar Pengungkapan Sustainability Report
Standar yang saat ini digunakan oleh Pusat Nasional untuk laporan
keberlanjutan (NCSR) untuk melatih perusahaan dalam mempersiapkan laporan
keberlanjutan berasal dari organisasi nirlaba bemama Global Reporting Initiative
(GRD), Standar GRI untuk keberlanjutan pelaporan juga banyak digunakan oleh
perusahaan di seluruh dunia dan dapat membantu pemangku kepentingan dalam
‘membuat keputusan (Honggowati ef al,, 2017). Standar yang dikembangkan GRT
tentang konten, gaya, dan bentuk laporan keberlanjutan mulai diterima secara
umum (Chersan, 2016), Sementara laporan kegiatan dari perusahaan yang mereka
keluarkan setiap tahun secara wajib berfokus pada perincian keuangan, sedangkan
pada laporan keberlanjutan yang mereka keluarkan sesuai dengan pri
GRI dan diterbitkan se
p pelaporan
ra sukarela yang berfokus pada masalah lingkungan dan
sosial (Sierra-Garcia ef al., 2015).
GRI telah menunjukkan pengabdian yang kuat terhadap isu-isu lingkungan
sejak berdirinya (Del Mar Alonso-Almeida ef al., 2014). Menurut Pedoman Global
Reporting Initiative (2013) dan Pedoman Global Reporting Initiative (2016),
pengungkapan dalam GRI memiliki 2 jenis pengungkapan standar yaitu standar
umum dan standar khusus. Pengungkapan standar umum memiliki 7 bagian (GRI
Part 1, 2013:24-41) untuk GRI dengan pedoman G4 dan 6 bagian (GRI 102, 2016:7-
41) untuk GRI dengan pedoman standard sebagai berikut
1, Strategi dan Analisis dan/atau Strategi: memberikan gambaran strategis umum
keberlanjutan organisasi, untuk memberikan konteks pada bagian laporan
sclanjutnya yang lebih detail dibandingkan bagian-bagian dalam pedoman.
STIE Indonesia29
2, Profil Organisasi : gambaran keseluruban mengenai karakteristik organisasi
untuk memberikan konteks bagi rincian-rincian dalam laporan dibandingkan
dengan bagian-bagian yang ada dalam pedoman.
Aspek Material dan Boundary Terindentifikasi (Hanya berlaku untuk GRI-G4) :
memberikan gambaran keseluruhan tentang proses yang telah diikuti oleh
organisasi untuk menentukan konten laporan, Aspek Material dan Boundary
Terindentifikas
serta penyataan ulang.
4, Hubungan dengan Pemangku Kepentingan : gambaran keseluruhan tentang
hubungan dengan pemangku kepentingan organisasi selama periode pelaporan.
5. Profil Pelaporan dan/atau Praktik Pelaporan : menyajikan gambaran keseluruhan,
informasi dasar mengenai laporan indeks Konten GRI dan pendekatan untuk
memperoleh assurance eksternal,
6. Tata Kelola : memberikan gambaran keseluruhan tentang struktur kelola dan
Komposisinya, peran badan tata kelola tertinggi dalam menetapkan tujuan, nilai
dan strategi organisasi, peran badan tata kelola tertinggi dalam mengevaluasi
kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial, remunerasi dan insentif.
7. Etika dan Integritas : memberikan gambaran keseluruhan tentang nilai , prinsip,
strandar dan norma organisasi, mekanisme intemal dan eksternal untuk
memproleh masukan dan melaporkan permasalahan tentang perilaku yang tidak
ctis atau melanggar hukum serta masalah integritas.
Pegungkapan standar khusus memiliki 3 kategori yaitu lingkungan, sosial
dan ekonomi (GRI Part 1, 2013:48-64;GRI 101, 2016:4). Berikut ini yang
‘merupakan pengungkapan standar khusus =
1, Lingkungan : menyangkut semua dampak atas aktivitas operasional perusahaan
pada sistem alam yang hidup dan tak hidup, termasuk tanah, air, udara dan
cekosistem, Termasuk juga keanekaragaman hayati, transportasi dan dampak
yang terkait dengan produk dan jasa serta kepatuhan dan biaya lingkungan.
2. Sosial : menyangkut semua dampak atas aktivitas operasional perusahaan yang,
berhubungan dengan praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan_ bekerja,
masyarakat, hak asasi manusia dan tanggung jawab atas produk.30
3. Ekonomi : menyangkut semua dampak atas aktivitas operasional perusahaan
tethadap kondisi ekonomi dari pemangku kepentingan dan sistem ekonomi di
tingkat lokal, nasional maupun global.
Global Reporting Initiative (GRI) membvat perusahaan untuk menerbitkan
laporan berdasarkan standar GRI untuk menjelaskan pemberitahuan standar umum
dalam laporan mereka, pemberitahuan standar khusus tergantung pada preferensi
perusahaan (Gumrah ef al., 2019). Ketika dipertimbangkan babwa laporan dati
perusahaan yang diambil dalam ruang lingkup penelitian dicapai melalui database
GRI, sementara perusahaan memberikan penjelasan tentang masalah wajib dalam
laporan mereka, mereka juga membuat penjelasan yang memadai sesuai tindakan
mereka tentang masalah diserahkan kepada pilihan mereka. Pengungkapan pada
pendekatan manajemen dan indikator yang berkaitan dengan aspek-aspek bisnis
yang relevan (Matuszczyk dan Rymkiewicz, 2018). Pendekatan manajemen
‘mencakup informasi tentang bagaimana mengelola organisasi dan hubungan antara
dampak ekonomi, sosial dan lingkungan pada aspek-aspek penting bisnis.
Dalam pedoman G4 dan GRI Standards terdapat tiga kategori pengungkapan
standar khusus, yakni Kategori ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dalam GRI G4
terdapat 91 item terkait pengungkapan khusus, yang terdiri dari: (a) 9 item
pengungkapan Khusus aspek ekonomi; (b) 34 item pengungkapan Khusus aspek
lingkungan; dan, (c) 48 item pengungkapan khusus aspek sosial (GRI, 2013). Pada
GRI Standards tahun 2016, terdapat yang terdiri dari: (a) 13 item pengungkapan
Khusus aspek ekonomi;(b) 30 item pengungkapan khusus aspek lingkungan; dan,
(¢) 34 item pengungkapan khusus aspek sosial (GRI, 2016).
Tabel 2.1. Indeks Pengungkapan Sustainability Report Berdasarkan GRI
Indikator G4
Indikator ‘Aspek
Kinerja
Ekonomi Aspek: Kinerja Ekonomi
ECI : Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan
didistribusikan , meliputi pendapatan, biaya operasional, Upah
STIE Indonesia31
Lingkungan
dan tunjangan Karyawan, pembayaran kepada pemodal,
Pembayaran kepada pemerintah, investasi masyarakat
EC2 : Implikasi finansial dan risiko serta peluang lainnya
kepada kegiatan organisasi karena perubahan iklim.
°3 : Cakupan kewajiban organisasi atas program
pasti.
EC4: Bantuan finansial yang diterima dari pemerintah
Aspek : Keberadaan di Pasar
°5 : Rentang upah standar pegawai pemula (entry level)
menurut gender dibandingkan dengan upah minimum regional
di lokasi-lokasi operasional yang signifikan.
EC6 : Perbandingkan manajemen senior yang dipekerjakan dari
masyarakat dari masyarakat lokal di lokasi operasi_ yang
ifikan
Aspek : Dampak Ekonomi Tidak Langsung
EC7: Pembangunan dan dampak dari investasi infrastuktur dan
jasa yang diberikan.
EC8 : Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan,
termasuk besamnya dampak
‘Aspek : Praktik Pengadaan
EC9 : Perbandingan pembelian dari pemasok lokal di lokasi
operasional yang signifikan
Aspek : Bahan
ENT : Bahan yang digunakan berdasarkan berat atau volume.
EN2: Persentase bahan yang digunakan merupakan bahan input
daur lang
‘Aspek: Energi
EN3 : Konsumsi energi dalam organisasi
EN4 : Konsumsi energi di luar organisasi
ENS : Intensitas Energi
ENG : pengurangan konsumsi energi
ENT: Pengurangan kebutuhan energi pada produk dan jasa
Aspek :
ENS : Total pengambilan air berdasarkan sumber
EN9 ; Sumber air yang secara signifikan dipengaruhi oleh
pengambilan
ENIO : Persentase dan total volume air yang di daur ulang dan
digunakan Kembali
‘Aspek : Keanekaragaman Hayati
ENI1 : Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki, disewa,
dikelola di dalam, atau yang berdekatan dengan kawasan
indung dengan kawasan nilai keanekaragaman hayati yang
tinggi di luar kawasan lindung
STIE Indonesia32
ENI2 : Uraian dampak signifikan kegiatan, produk, dan jasa
tethadap keanekaragaman hayati di kawasan lindung dengan
nilai keanekaragaman hayati yang tinggi di luar kawasan
Jindun;
ENI3 : Habitat yang dilindungi dan dipulihkan
EN14 :Jumlah total spesies dalam iuen red list dan spesies
dalam daftar spesies yang dilindungi nasional dengan habitat
ditempat yang dipengaruhi operasional berdasarkan tingkat
risiko kepunahan
Aspek : Emisi
ENIS : Emisi gas rumah kaca (GRK) langsung (Cakupanl)
ENI6 : Emisi gas rumah kaca (GRK) Energi Tidak langsung
‘Cakupan?)
ENI7 : Emisi gas rumah kaca (GRK) Tidak Langsung Lainnya
(Cakupan3)
EN18 : Intensitas emisi gas rumah kaca (GRK)
ENI9 : Pengurangan emisi gas rumah kaca
EN20 : Emisi bahan perusak ozon (BPO)
EN21 : Nox, SOx, dan emisi udara signifikan lainnya
Aspek : Efluen dan Limbah
'EN22: Total air yang dibuang berdasarkan kualitas dan tujuan
EN23 : Bobot total limbah berdasarkan jenis dan metode
pembuangan
EN24 : Jumlah dan volume total tumpah signifikan
EN25 : Bobot limbah yang dianggap berbahaya menurut
ketentuan konvensi lampiran I, Il, Il, dan VII yang diangkut,
diimpor, diekspor, atau diolah, dan persentase yang limbah
diangkut untuk pengiriman internasional
EN26 : Identitas, ukuran, status Tindung, dan nilai
keanekaragaman hayati dari badan air dan habitat terkait yang
secara signifikan terkena dampak dari ait buangan dan limpasan
Aspek : Produk dan Jasa
EN27 : Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak lingkungan
produk dan jasa
EN28 : Persentase produk yang terjual dan kemasannya dan
direklamasi menurut kategori.
‘Aspek: Kepatuhan
EN29: Nilai moneter denda signifikan dan jumlah total sanksi
non-moneter karena ketidakpatuhan terhadap undang-undang,
dan peraturan lingkungan
Aspek : Transportasi
N30: Dampak lingkungan signifikan dari pengangkutan
produk dan barang lain serta bahan untuk operasional organisasi
dan pengangkutan tenaga kerja
STIE Indonesia33,
‘Aspek : Lain-lain
EN31 : Total pengeluaran dan investasi perlindungan
Jingkungan berdasarkan jenis
Aspek : Asesmen Pemasok Atas Lingkungan
EN32 : Persentase penapisan pemasok baru menggunakan
kriteria lingkungan
EN33 : Dampak lingkungan negatif signifikan aktual dan
potensi dalam rantai pasokan dan tindakan yang diambil
Aspek : Mekanisme Pengaduan Masalah Lingkungan
EN34 : Jumlah pengaduan tentang dampak lingkungan yang
diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme
pengaduan resmi
Sosit
Sub-Kategori : Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan
Bekerja
‘Aspek: Kepegawaian
LAL : Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan baru dan
tumover karyawan menurut kelompok, umur, gender, dan
wilayah
LA2 : Tunjangan yang diberikan bagi purnawaktu yang tidak
diberikan bagi karyawan sementara atau paruh waktu
berdasarkan lokasi operasional yang signifikan
LA3 : Tingkat kembali bekerja dan tingkat retensi setelah cuti
melahirkan menurut gender
Aspek: Hubungan Industrial
LA4 : Jangka waktu minimum pemberitahuan mengenal
peubahan operasional termasuk apakah hal tersebut tercantum,
dalam perjanjian Bersama
‘Aspek : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
LAS : Persentase total tenaga kerja yang diwakili dalam komite
bersama formal manajemenepekerja_ yang membantu
memberikan saran program kesehatan dan
LAG: Jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat kerja, hari
hilang, dan kemangkiran, serta jumlah total kematian akibat
kerja menurut daerah dan gender
LAT: Pekerja yang sering terkena atau beresiko tinggi terkena
yang terkait dengan pekerjaan mereka
TA8: Total kesehatan dan keselamatan yang tercakup dalam
perjanjian formal dengan serikat pekerja
Aspek: Pelatihan dan Pendidikan
LA9 : Jam latihan rata-rata per tahun per karyawan menurut
gender dan menurut kategori karyawan34
TAIO : Program untuk manajemen keterampilan dan
pembelajaran seumur hidup yang mendukung keberlanjutan
kerja karyawan dan membantu mereka mengelola purna bakti
LAI : Persentase karyawan yang menerima review kinerja dan
pengembangkan karier rutin secara reguler menurut gender dan
kategori karyawan.
‘Aspek: Keberagaman dan Kesetaraan Peluang
LA13: Rasio gaji pokok dan remunerasi terhadap perempuan
terhadap laki-laki kategori karyawan berdasarkan lokasi
operasional yang signifikan
Aspek : Asesmen Pemasok atas Praktik Ketenagakerjaan
LAI4 : Persentase penapisan pemasok baru menggunakan
kriteria praktik ketenagakerjaan
LAIS : Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan
tethadap praktik ketenagakerjaan dalam rantai pasokan dan
tindakan yang diambil
‘Aspek : Mekanisme Pengaduan Masalah Ketenagakerjaan
LAI6 : Jumlah pengaduan tentang praktik ketenagakerjaan
yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme
pengaduan resmi
‘Sub-Kategori : Hak Asasi Manusia
Aspek : Investasi
TIRT ; Jumlah total dan persentase perjanjian dan Kontrak
investasi yang signifikan yang menyertakan klausul terkait hak
asasi manusia atau penapisan berdasarkan hak asasi manusia
HR2 : Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang kebijakan atau
prosedur hak asasi manusia terkait dengan aspek HAM yang
relevan dengan operasi termasuk persentase karyawan yang
dilatih
Aspek : Non-diskriminasi
HIR3 : Jumlah total insiden diskriminasi dan tindakan perbaikan
yang diambil
‘Aspek : Kebebasan Berserikat dan Perjanjian Kerja
Bersama
HIR4: Operasi dan pemasok teridentifikasi yang mungkin
melanggar atau berisiko tinggi melanggar hak untuk
melaksanakan kebebasan berserikat dan perjanjian kerja
Bersama
Aspek: Pekerja Anak
HRS : Operasi dan pemasok terindentifikasi berisiko tinggi
melakukan ekploitasi pekerja anak dan tindakan yang diambil
untuk berkontribusi dalam penghapusan pekerja anak yang
efektif35,
‘Aspek: Pekerja Paksa atau Wajib Kerja
HIR6 : Operasi dan pemasok terindentifikasi berisiko tinggi
melakukan pekerja paksa atau wajib kerja dan tindakan untuk
berkontribusi dalam penghapusan segala bentuk pekerja paksa
atau wajib kerja
‘Aspek: Praktik Pengamanan
HIR7 : Persentase petugas keamanan yang dilatih dalam
kebijakan atau prosedur hak asasi manusia di organisasi yang
relevan dengan operasi
Aspek : Hak Adat
HR8 : Jumlah total insiden pelanggaran yang melibatkan hak-
hak masyarakat adat dan tindakan yang diambil
‘Aspek : Asesmen
HRS: Jumlah total dan persentase operasi yang telah melakukan
review atau asesmen dampak hak asasi manusia
Aspek : Asesmen Pemasok Atas Hak Asasi Manusia dalam
rantai pasokan dan tindakan yang telah diambil
RIO: Persentase penapisan pemasok baru menggunakan
kriteria hak asasi manusia
HRI; Dampak negatif signifikan aktual dan_potensial
terhadap hak asasi manusia
‘Aspek : Mekanisme Pengaduan Masalah Hak Asasi
Manusia_
HR12 : Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap hak asa:
manusia yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui
mekanisme pengaduan formal
Sub-Kategori : Masyarakat
Aspek: Masyarakat
S01 :Persentase operasi dengan pelibatan masyarakat lokal,
asesmen dampak, dan program pengembangan yang diterapkan
Lokal SO2 : Operasi dengan dampak negatif aktual dan
potensial yang signifikan tethadap masyarakat lokal
Aspek : Anti-korupsi
S03 : Jumlah total dan persentase operasi yang dinilai terhadap
risiko terkait dengan korupsi dan risiko signifikan yang
teridentifikasi
S04: Komunikasi dan pelatihan mengenai kebijakan dan
prosedur anti korupsi
SOS ; Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil
‘Aspek: Kebijakan Publik
S06 : Nilai total kontribusi politik berdasarkan negara dan
penerima/penerima manfaat
Aspek : Anti Persaingan
STIE Indonesia36
S07: Jumiah total dan tindakan hukum terkait antipersaingan,
anti-trust, serta praktik monopoli dan hasilnya
‘Aspek : Kepatuhan
S08 : Nilai moneter denda yang signifikan dan jumlah total
sanksi non-moneter tas _—_ketidakpatuhan —_terhadap
undangundang dan peraturan
Aspek : Asesmen Pemasok Atas Dampak Pada Masyarakat
9 : Persentase penapisan pemasok baru menggunakan
kriteria dampak terhadap masyarakat
$010: Dampak negatif aktual dan potensial yang signifikan
tethadap masyarakat dalam rantai pasokan dan tindakan yang
diambil
‘Aspek : Mekanisme Pengaduan Dampak Terhadap
Masyarakat
SO11: Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap masyarakat
yang diajukan, ditangani, dan diselesaikan melalui mekanisme
pengaduan resmi
Sub-Kategori : Tanggung Jawab atas Produk
Aspek: Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan
PRI: Persentase Kategori produk dan jasa yang signifikan
dampaknya terhadap keschatan dan keselamatan dinilai untuk
yeningkatan
PR2 : Total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan
dan koda sukarela terkait dampak kesehatan dan keselamatan
dari produk dan jasa sepanjang daur hidup menurut jenis hasil
‘Aspek: Pelabelan Produk dan Jasa
PR3 : Jenis informasi produk dan jasa yang diharuskan oleh
prosedur organisasi terkait dengan informasi dan pelabelan
produk dan jasa, serta persentase kategori produk dan jasa yang
signifikan harus mengikuti persyaratan informasi sejenis
PR4 : Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan
dan koda sukarela terkait dengan informasi pelabelan produk
dan jasa menurut jenis hasil
PRS ; Hasil survei untuk mengukur kepuasan pelanggan
‘Aspek : Komunikasi Pemasaran
PR6: Penjualan produk yang dilarang atau disengketakan
PR7: Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan
dan koda sukarela tentang komunikasi pemasaran, termasuk
iklan, promosi, dan sponsor menurut jenis hasil
Aspek : Privasi Pelanggan
PR8& : Jumlah total keluhan yang terbukti terkait dengan
pelanggaran privasi pelanggan dan hilangnya data pelanggan
‘Aspek : Kepatuhan
i
STIE Indonesia7
PRO : Nilai moneter denda yang signifikan atas ketidakpatuhan
tethadap undang-undang dan peraturan terkait penyediaan dan
penggunaan produk dan jasa
Tabel 2.2. Indeks Pengungkapan Sustainability Report Berdasarkan GRT
Indikator Standards
Indikator ‘Aspek
Kinerja
Ekonomi ‘Aspek: Kinerja__ | 201-1 | Nilai ekonomi langsung yang
Ekonomi
dihasilkan dan didistribusikan
201-2 | Implikasi finansial serta risiko
dan peluang lain akibat dari
perubahan iklim
201-3 | Kewajiban program pension
‘manfaat pasti dan program
pensiun lainnya
201-4 | Bantuan finansial yang
diterima dari pemerintah
“Aspek :
Keberadaan di
Pasar
202-1 | Rasio standar upah karyawan
entry-level berdasarkan jenis
kelamin terhadap upah
minimum regional
202-2 _| Proporsi manajemen senior
yang berasal dari masyarakat
lokal
‘Aspek : Dampak
Ekonomi Tidak
Langsung
203-1 Investasi infrastruktur dan
dukungan layanan
203-2 | Dampak ekonomi tidak
langsung yang signifikan
STIE Indonesia38
‘Aspek : Praktik
Pengadaan
204-1
Proporsi pengeluaran untuk
pemasok lokal
‘Aspek : Anti-
korupsi
205-1
205-3
Operasi-operasi yang dinilai
memiliki risiko terkait korupsi
Komunikasi dan pelatihan
tentang kebijakan dan
prosedur anti-korupsi
Tnsiden korupsi yang terbukti
dan tindakan yang diambil
‘Aspek : Anti-
persaingan
206-1
Langkah-langkah hukum
untuk perilaku anti-
persaingan, praktik anti-trust
dan monopoli
‘Aspek : Pajak
(2019)
207-1
Pendekatan terhadap pajak
207-2,
Tata kelola, pengendalian, dan
‘manajemen risiko pajak
207-3
207-4
Keterlibatan pemangku
kepentingan dan pengelolaan
keprihatinan yang berkaitan
dengan pajak
Laporan per negara
‘Lingkungan
‘Aspek : Bahan
301-1
301-2
‘Material yang digunakan
berdasarkan berat atau volume
‘Material input dari daur ulang
yang digunakan
gs
Produk reclaimed dan
material kemasannya
‘Aspek: Energi
302-1
Konsumsi energi dalam
organisasi
STIE Indonesia39
302-2] Konsumsi energi di luar
organisasi
302-3 _| Intensitas energi
302-4 | Pengurangan konsumsi energi
302-5__| Pengurangan pada energi
yang dibutuhkan untuk
produk dan jasa
‘Aspek: Air dan | 303-1 _| Interaksi dengan air sebagai
Air limbah (2018) sumber daya bersama
303-2 | Manajemen dampak yang
berkaitan dengan pembuangan
air
303-3 _| Pengambilan air
303-4 | Pembuangan air
303-5 | Konsumsi air
‘Aspek: Air (2016) [303-1 | Pengambilan air berdasarkan
sumber
303-2_| Sumber air yang secara
303-3
signifikan dipengaruhi oleh
pengambilan air
Daur ulang dan penggunaan
air Kembali
“Aspek :
Keanekaragaman
Hayati
304-1
Lokasi operasional yang
dimiliki, disewa, dikelola,
atau berdekatan dengan
kawasan lindung dan kawasan
dengan nilai keanekaragaman
hayati tinggi di luar kawasan
lindung
STIE Indonesia40
304-2,
Dampak signifikan dari
kegiatan, produk, dan jasa
pada keanekaragaman hayati
304-3
304-4
Habitat yang dilindungi atau
direstorasi
Spesies Daftar Merah IUCN
dan spesies daftar konservasi
nasional dengan habitat dalam
wilayah yang terkena efek
operasi
“Aspek : Emisi
305-1
305-2,
Emisi gas rumah kaca (GRK)
langsung (Cakupan!)
‘misi gas rumah kaca (GRK)
Energi Tidak langsung
(Cakupan2)
305-3
Emisi gas rumah kaca (GRK)
Tidak Langsung Lainnya
(Cakupan3)
305-4
Tntensitas emisi gas rumah
kaca (GRK)
305-5
Pengurangan emisi gas rumah
kaca
305-6
Emisi bahan perusak ozon
(BPO)
305-7
Nox, SOx, dan emisi udara
signifikan lainnya
Aspek : Efluen
dan Limbah
306-1
Pelepasan air berdasarkan
kualitas dan tuju
306-2
Limbah berdasarkan jenis dan
metode pembuangan
STIE Indonesiaat
306-3
306:
306-5
Aspek : 307-1
Kepatuhan
Lingkungan
‘Aspek : Penilaian | 308-1
Lingkungan
Pemasok
308-2
Seleksi pemasok baru dengan
Tumpahan yang signifikan
Pengangkutan limbah
berbahaya
Badan air yang dipengaruhi
oleh pelepasan dan/atau
limpahan air
Ketidakpatuhan terhadap
undang-undang dan peraturan
tentang lingkungan hidup
‘menggunakan kriteria
lingkungan
Dampak lingkungan negatif
dalam rantai pasokan dan
tindakan yang telah diambil
“Aspek: 401-1
Kepegawaian
401-2
pergantian karyawan
Perekrutan karyawan baru dan
Tunjangan yang diberikan
kepada karyawan purna waktu
yang tidak diberikan kepada
Karyawan sementara atau
paruh waktu
401-3
Cuti melahirkan
‘Aspek: Hubungan | 402-1
Periode pemberitahuan
‘Tenaga minimum terkait perubahan
Kerja/Manajemen operasional
Aspek: 403-1 Sistem manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
keselamatan dan kesehatan
kerja.
(2018) RD
Identifikasi bahaya, penilaian
risiko, dan investigasi insiden
STIE Indonesia42
‘Aspek:
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(2016)
403-3 | Layanan kesehatan kerja
403:
Partisipasi, konsultasi, dan
komunikasi pekerja tentang
keselamatan dan kesehatan
kerja
403-5 | Pelatihan bagi pekerja
mengenai ke:
kesehatan kerja
403-6 | Peningkatan kualitas
Kesehatan pel
403-7 | pencegahan dan mitigasi
ymatan dan
dampak dari keselamatan dan
kesehatan kerja yang secara
Jangsung terkait hubungan
bisnis
403-8 | Pekerja yang tercakup dalam
sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan
kerja
403-9 | Kecelakaan kerja
403-10 | penyakit akibat kerja
403-1 | Perwakilan pekerja dalam
komite resmi gabungan
manajemen-pekerja untuk
keschatan dan keselamatan
403-2 | Jenis kecelakaan kerja dan
tingkat kecelakaan kerja,
penyakit akibat pekerjaan, hari
kerja yang hilang, dan
ketidakhadiran, serta jumlah
kematian terkait pekerjaan
403-3 | Para pekerja dengan risiko
kecelakaan atau penyakit
STIE Indonesia43
berbahaya tinggi terkait
dengan pekerjaan mereka
403-4 | Topik kesehatan dan
keselamatan tercakup dalam
perjanjian resmi dengan
serikat buruh
‘Aspek: Pelatihan
dan Pendidikan
404-1 | Rata-rata jam pelatihan per
tahun per karyawan
404-2_| Program untuk meningkatkan
keterampilan karyawan dan
program bantuan peralihan
404-3 _| Persentase karyawan yang
menerima tinjauan rutin
terhadap kinerja dan
pengembangan karier
“Aspek:
Keanekaragaman
dan Kesempatan
Setara
405-1 | Keanekaragaman badan tata
kelola dan karyawan
405-2 | Rasio gaji pokok dan
remunerasi perempuan
dibandingkan laki-laki
‘Aspek : Non- 406-1 | Insiden diskriminasi dan
diskriminasi tindakan perbaikan yang
dilakukan
“Aspek : 407-1 | Operasi dan pemasok di mana
Kebebasan hak atas kebebasan berserikat
Berserikat dan dan perundingan kolektif
Perundingan mungkin berisiko
Kolektif
“Aspek : Pekerja
anak
408-1 | Operasi dan pemasok yang
berisiko signifikan terhadap
insiden pekerja anak
‘Aspek: Pekerja
Paksa atau Wajib
Kerja
409-1 | Operasi dan pemasok yang
berisiko signifikan terhadap
STIE Indonesia44
‘Aspek: Praktik
Pengamanan
insiden kerja paksa atau wajib
kerja
410-1 | Petugas keamanan yang
dilatih mengenai kebijakan
atau prosedur hak asasi
manusia
‘Aspek : Hak-Hak
Masyarakat Adat
411-1 Tnsiden pelanggaran yang
melibatkan hak-hak
masyarakat adat
‘Aspek: Penilaian
Hak Asasi
Manusia
412-1 | Operasi-operasi yang telah
melewati tinjauan hak asa:
manusia atau penilaian
damp:
Al Pelatihan karyawan mengenai
kebijakan atau prosedur hak
asasi manusia
412-3 | Perjanjian dan kontrak
investasi signifikan yang
memasukkan klausul-klausul
hak asasi manusia atau yang
telah melalui penyaringan hak
asasi manusia
‘Aspek:
Masyarakat
Lokal
413-1 | Operasi dengan keterlibatan
masyarakat lokal, penilaian
dampak, dan program
pengembangan
413-2 | Operasi yang secara aktual
dan yang berpotensi memiliki
dampak negatif signifikan
tethadap masyarakat lokal
414-1 | Seleksi pemasok baru dengan
menggunakan kriteria sosial45
Aspek: Penilaian | 414-2 Dampak sosial negatif dalam
Sosial Pemasok rantai pasokan dan tindakan
ang telah diambil
Aspek: Kebijakan | 415-I_| Kontribusi politik
Publik
Aspek: Kesehatan | 416-1 Penilaian dampak kesehatan
dan Keselamatan dan keselamatan dari berbagai
Pelanggan kategori produk dan jasa
416-2 | Insiden ketidakpatuhan
sehubungan dengan dampak
keschatan dan keselamatan
dari produk dan jasa
Aspek: 417-1 | Persyaratan untuk pelabelan
Pemasaran dan dan informasi produk dan jasa
Pelabelan 417-2 | Insiden ketidakpatuhan terkait
pelabelan dan informasi
produk dan jasa
417-3. | Insiden ketidakpatuhan terkait
| Komunikasi pemasaran
Aspek: Privasi 418-1 | Pengaduan yang berdasar
Pelanggan mengenai pelanggaran
terhadap privasi pelanggan
dan hilangnya data pelanggan
Aspek: 419-1 | Ketidakpatuhan terhadap
Kepatuhan Sosial undang-undang dan peraturan
Ekonomi
di bidang sosial dan ekonomi
STIE Indonesia46
2.3 Hubungan antar Variabel Penelitian
23.1 Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report terhadap Nilai
perusahaan
Perkembangan laporan keberlanjutan adalah agian dari_-konsep
pembangunan berkelanjutan, Pembangunan berkelanjutan berarti bahwa
pembangunan saat ini dapat dipenuhi tanpa harus mengurangi kebutuhan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka (Heemskerk, 2013). Fokus pada
keberlanjutan membantu organisasi mengelola dampak sosial dan lingkungan, dan
dapat meningkatkan efisiensi operasional dan sumber daya alam (Michelon
Parbonetti, 2010). Pelaporan keberlanjutan (SR) adalah proses refleksif kritis di
mana aturan, strategi, dan norma yang berlaku berlaku dikembangkan dan
menghasilkan kesadaran karyawan-manajer dan motivasi untuk meneiptakan nilai
pemangku kepentingan jangka panjang dengan merangkul peluang dan mengelola
risiko dari perspektif ekonomi, sosial dan lingkungan (Godemann dan Michelsen,
2011; GRI, 2011; Chakraborty ef al., 2019).
Laporan Keberlanjutan adalah laporan yang mengungkapkan dampak dari
aktivitas organisasi, baik positif maupun negatif pada lingkungan, masyarakat, dan
ekonomi (GRI, 2013: 3). Susanto & Tarigan (2013) menyatakan bahwa laporan
keberlanjutan tidak hanya berisi keuangan informasi kinerja, tetapi juga
mengandung informasi non-keuangan terdiri dari kegiatan sosial dan lingkungan
yang memungkinkan perusahaan untuk terus tumbuh, Pelaporan_ laporan
keberlanjutan mampu meningkatkan akuntabilitas perusahaan, transparansi, dan
reputasi bagi para pemangku kepentingan (Baral dan Pokharel, 2017; Perrault dan
Clark, 2016 dan Masud et al., 2018).
Di satu sisi, penelitian sebelumnya telah mengisyaratkan laporan
Keberlanjutan dapat digunakan sebagai alat strategis untuk meningkat nilai
perusahaan, Penelitian Loh, Thomas dan Wang (2017) menyatakan bahwa laporan
keberlanjutan memiliki pengaruh positif signifikan pada perusahaan dan semakin
baik kualitas laporan keberlanjutan, semakin kuat keterkaitannya. Hasil penelitian
STIE Indonesiaa7
ini sejalan dengan penelitian Singh et al, (2017) bahwa sustainability report atau
CSR memiliki hubungan positif terhadap nilai perusahaan di China dan Hongkong,
Sedangkan hasil penelitian dari Kuzey dan Uyar (2016), Tanjung dan Wahyudi
(2019), Ronald et al. (2019), dan Puspitandari dan Septiani (2017) juga
membuktikan bahwa pengungkapan sustainability report berpengaruh terhadap
nilai perusaha:
Puspitandari dan Septiani (2017) melakukan penelitian terhadap 13
perusahaan perbankan yang menerbitkan sustainable report yang menyebutkan
terdapat pengaruh antara pengungkapan sustainability report dengan kinerja
perusahaan perbankan, Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Marwa et al. (2017)
yang menyebutkan bahwa laporan berkelanjutan tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, Hal ini disebabkan karena belum adanya kewajiban dari regulator pasar
‘modal terkait pelaporan ini juga membuat para emiten merasa belum butuh untuk
menyiapkan laporan terkait.
Disisi lain, ada beberapa penelitian yang mengungkapkan dampak assurance
sustainability report terhadap nilai perusahaan. Penelitian Indiyati dan Zulakhia
(2017) mengungkapkan bahwa assurance pada laporan keberlanjutan memiliki
pengaruh yang sangat signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti,
perusahaan dengan laporan keberlanjutan yang diberikan assurance cenderung
dapat meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Hal ini sejalan dengan
penelitian Gerab ef a, (2017) dan Fuhrmann ef al, (2017). Hal ini berarti tingkat
assurance yang tinggi mengurangi asimetri informasi karena proses assurance
hanya memastikan tingkat ketidakcukupan yang moderat, Jika penyedia assurance
‘menguji rincian data numerik, ini akan mengurangi informasi asimet.
Berdasarkan teori yang dibahas dan penelitian sebelumnya yang melibatkan
Japoran berkelanjutan dan nilai perusahaan. Maka dapat disimpulkan, ketika sebuah,
perusahaan terlibat dalam perilaku yang terpuji secara sosial, persepsi orang tentang
perusahaan akan jauh lebih menguntungkan, sehingga perusahaan tersebut dihargai
di pasar modal. Artinya, Semakin tinggi indeks laporan keberlanjutan, semakin48
‘tinggi nilai perusahaan. Atas pembahasan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian
ini disusun sebagai berikut.
Hi: Pengungkapan Sustainability Report berpengaruh terhadap Nilai
perusahaan
2.4 Kerangka Konseptual Penelitian
Sustainability Report Nilei Perusahaan (X)
Disclosure (X)
STIE Indonesia