You are on page 1of 17

VOLUME 4 No.

2, 22 Juni 2015 Halaman 101-198

MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA


KEGIATAN PENGECORAN LOGAM TRADISIONAL STUDI KASUS
DI KAWASAN INDUSTRI BATUR KLATEN- JAWA TENGAH
Latifah Hanum Damanik
STIKES Surya Global Yogyakarta
Email: tipahanum@gmail.com

Adi Heru Husodo


Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Totok Gunawan dan Pramono Hadi


Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT
Research conducted at PT. Bonjor Klaten the distribution of the metal dust in a casting chamber having an effect
on the health of the workforce. Diseases caused by exposure to chemicals are dominant in the production process of
metal casting in the PT.Bonjor Jaya Klaten is silica and manganese. This substance is thought to impact diseases
such as silicosis, which silicosis is pneumoconiosis caused sucked (inhaled) dust silica free (SiO2) and suspected
disease caused liveliest chemicals silica, the disease is becoming an important issue for workers at factories has
been running for twenty years. The method used in the study with the path analisys. Based on the results obtained
that the activity in the kitchen cupola foundry chemicals produce particles coming from the chimney and output
channels cupola kitchen spread the longer the exposure, the disease can affect the lungs and skin. Model of labor
control in PT . Bonjor in the form of research findings include: digital simulation on the distribution pattern of
the direction and the fall of the particle chemical substances silicon and manganese are dispersed in space foundry,
planning SOP activity raw material preparation, filling and operation of the kitchen cupola based hazard in the
workplace environment, in an effort metal dust pollution control by using personal protective equipment and
supervision of the workplace environment, and the application of legislation occupational safety and health related
licensing and application SMK3 company in PT. Bonjor in efforts to control health workers traditionally casting.

Keywords: Health control model; Labor in activities; Traditionally foundry

ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan di PT. Bonjor Klaten bertujuan mengetahui sebaran debu logam di dalam ruang
pengecoran yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja. Penyakit akibat pemaparan terhadap zat
kimia yang dominan dalam proses produksi pengecoran logam yang ada di PT. Bonjor Jaya Klaten adalah
silika dan mangan. Zat ini diduga memberikan dampak penyakit berupa Silikosis, yang mana silicosis
adalah pneumokoniosis yang disebabkan mengisap (inhalasi) debu silica bebas (SiO2) dan di duga terkena
penyakit yang disebabkan terhidup zat kimia silica, penyakit ini menjadi persoalan penting bagi para
tenaga kerja pada pabrik yang sudah berjalan selama dua puluh tahun. Metode yang digunakan dalam
penelitian dengan path analisys. Berdasarkan hasil didapat bahwa dalam kegiatan dapur kupola di ruang
pengecoran menghasilkan partikel zat kimia yang berasal dari cerobong asap dan saluran keluaran dapur
kupola yang tersebar semakin lama terpapar maka dapat memberikan dampak timbulnya penyakit paru-
paru dan kulit. Model pengendalian tenaga kerja yang ada di PT. Bonjor berupa temuan penelitian antara
lain: simulasi digital mengenai sebaran pola arah dan jatuhnya partikel zat kimia silikon dan mangan yang
tersebar di dalam ruang pengecoran logam, perencanaan SOP kegiatan persiapan bahan baku, pengisian
dan pengoperasian dapur kupola berdasarkan hazard dalam lingkungan tempat kerja, dalam upaya
pengendalian pencemaran debu logam dengan menggunakan alat pelindung diri dan pengawasan terhadap

155
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171

lingkungan tempat kerja, dan penerapan peraturan suhu panas yang tinggi yang berbeda setiap
perundang-undangan keselamatan dan kesehatan jenis produk, di mana bahan baku yang
kerja yang berkaitan perizinan perusahaan dan digunakan pada dasarnya sama, tetapi yang
penerapan SMK3 di dalam perusahaan PT. Bonjor
dalam upaya pengendalian kesehatan tenaga kerja
berbeda adalah bahan baku pembantu (bahan
pengecoran secara tradisional. paduanya yang berbeda untuk setiap jenis
produk logam), setiap bahan baku dan bahan
Kata Kunci: Model pengendalian kesehatan; bakar yang digunakan untuk proses peleburan
Tenaga kerja pada kegiatan; Pengecoran logam logam masing-masing mengandung unsur
secara tradisional
kimia. Berdasarkan hasil survei penggunaaan
dapur kupola lebih dominan digunakan di
PENGANTAR pabrik pengecoran logam yang ada di Desa
Industri mempunyai peranan yang Batur. Walaupun kenyataan pada proses
sangat besar dalam menunjang pembangun­ peleburan logam dengan menggunakan
an yang sedang berjalan saat ini di Indonesia. dapur tungkik lebih berbahaya dibanding
Pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen dapur kupola lebih banyak memberi kontibusi
Perindustrian mulai melaksanakan program keberadaan pencemaran unsur zat kimia di
pembangunan di bidang ekonomi dan dalam ruang pengecoran logam. Pencemaran
titik berat peningkatan pembangunan di debu logam yang terjadi di dalam ruang
sektor industri. Di Indonesia banyak in­ pengecoran logam disebabkan oleh dua
dustri-industri kecil dan menengah yang di hal sebagai berikut: Pertama, Dikarenakan
antaranya tumbuh adalah industri logam. pada proses peleburan logam dapur kupola
Industri-industri kecil dan menengah menggunakan suhu yang relatif tinggi dan
dibidang logam cukup banyak jumlahnya, bahan bakar yang digunakan berupa kokas
tetapi cara pengelolaan industri ini pada yang memiliki kadar karbon cukup tinggi
umumnya masih dikerjakan secara tradi­ lebih kurang 86%. Kedua, keberadaan bahan
sional dengan keterbatasan kemampuan di baku yang digunakan untuk proses cor logam
bidang teknik pengecoran logam. Kondisi ini berupa: besi kasar (pig iron), besi bekas, baja
akan menyebabkan bahan pencemar logam bekas (stell scrap), bahan paduan (ferro silikon
yang antara lain dibuang ke udara sebagai dan ferro mangan), begitu juga dengan kegiatan
hasil kegiatan industri keluar dari cerobong pencetakan cor dengan menggunakan pasir
asap pabrik maupun udara yang dihirup sebagai yang mengandung silikon (SiO2), di
langsung oleh para pekerja pengecoran mana kegiatan peleburan didukung dengan
logam itu sendiri. Peran industri sangat besar temperatur yang tinggi tergantung jenis coran
di dalam kontribusi terjadi pencemaran yang akan dibuat berkisar antara 650 -16000C
udara logam, seperti halnya di kawasan (Idris, 1988). Dengan gambaran kondisi
industri pengecoran logam yang ada di Desa ruangan pengecoran yang dipenuhi dengan
Batur, Ceper, Klaten keberadaan unsur zat kimia akibat proses
Pencemaran debu logam yang dihasilkan peleburan logam, tentunya akan berdampak
dari kegiatan pengecoran logam yang yang terhadap menyebabkan timbulnya berbagai
ditandai dengan proses peleburan logam jenis penyakit akibat kerja (Anies, 2005), jenis
dan dari kegiatan pencetakan menggunakan pekerjaan atau beban kerja dengan berbagai
pasir. Umumnya kegiatan peleburan logam lingkungan kerja dapat merupakan faktor
yang dilakukan oleh industri logam yang ada resiko terjadinya gangguan kesehatan, seperti
di Desa Batur, Ceper menggunakan dapur timbulnya penyakit: (1) dermatitis/ kulit dan (2)
pemanas peleburan logam dengan tiga jenis, penyakit paru.
yaitu dapur kupola, tungkik dan dapur induksi Berdasarkan hasil uraian di atas,
listrik, ketiga dapur dengan menggunakan mendorong peneliti untuk melakukan

156
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...

penelitian mengenai model pengendalian peraturan perundang-undangan keselamatan


kesehatan di pengecoran logam di kawasan kerja di PT. Bonjor Jaya, Klaten. Penelitian
industri pengecoran logam, guna mendeteksi terhadap kesehatan operator yang bekerja
keberadaan tingkat pencemaran debu di ruang pengecoran logam khususnya
sehingga dapat memberikan tindakan dalam pada penyakit kulit dan paru-paru, dengan
mengurangi dispersi debu pada ruangan melakukan pemeriksaan kesehatan kepada
sehingga dapat mengetahui seberapa para tenaga kerja yang bekerja di ruang
besar kontaminasi yang ditimbulkan pengecoran logam, baik tenaga kerja yang
oleh dampak pencemaran debu di dalam melakukan kegiatan pengisian bahan
ruangan pengecoran logam yang berakibat baku, pengoperasian dapur kupola, dan
terhadap kesehatan para pekerja dengan yang melakukan pencetakan. Pemeriksaan
bantuan perangkat lunak komputer CFD kesehatan dilakukan oleh dokter yang
(Computational Fluid Dynamics). berkaitan dengan keluhan para tenaga kerja
Model pengendalian kesehatan tenaga yang ada yaitu keluhan penyakit kulit dan
kerja yang bekerja pada peleburan logam di paru-paru.
dapur kupola dengan perancangan temuan Model analisis yang akan digunakan
penelitian dengan desain simulasi digital 3 dalam penelitian ini adalah model kesehatan
dimensi, perencanaan SOP pada kegiatan tenaga kerja dengan menggunakan path
pembakaran dapur kupola (perencanaan SOP analysis. Analisis ini dipilih karena cara ini
dibuat dimulai dari kegiatan pengangkatan dapat digunakan untuk menelaah hubungan
bahan baku dari truk ke tempat penumpukan antara variabel bebas dengan variabel
bahan baku di sekitar dapur kupola, kegiatan tergantung yang terdapat dalam seperangkat
pengisian bahan baku, dan pengeoperasian variabel dalam model.
dapur kupola) dan perencanaan penerapan

Sumber pencemaran dari


Lingk Pabrik Sumber pencemaran dari
dalam ruang produksi
Pengecoran Logam luar ruang produksi

Dep Produksi
Dampak pencemaran
lingkungan
Aliran udara dalam
ruang produksi

Partikel: NO2, Kerusakan Penyakit


SO2, CO, O3, tanaman akibat
Pencemaran R. Permesinan R. Pengecoran (B ) kebisingan
Debu logam NH3, H2S,
(C)
Kebisingan
(A) )

Model transfer panas Pencemaran debu Pencetakan


dapur kupola
Dapur Kupola logam

Keputusan
Rancangan ruang Temuan Dampak Gubernur No. 8
pengecoran logam Penelitian pencemaran Thn 2001
dengan CFD

Penerapan Debu Logam Mikroorganisme Perilaku


Perencanaan peraturan dalam ruang (B ) Pekerja
SOP perundang- pengecoran (C)
Aplikasi undangan (A )
komputer atan
Timbul penyakit
JSA Penggunaan
APD
Prototyping Perizinan/
AMDAL
Penggunaan Status
APD Gizi

Penerapan Pengawasan
Simulasi Lingkungan
digital K3
Tempat Kerja Penyakit
(desain) kulit

Penyakit paru-
paru
Penambahan MODEL
ventilasi PENGENDALIAN
KESEHATAN
TENAGA KERJA Penerapan
SMK3

Gambar 1
Model Pengendalian Kesehatan Tenaga Kerja

157
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171

HASIL DAN PEMBAHASAN pada tahap selanjutnya dilihat apakah ada


Analisis Model Kesehatan Tenaga Kerja hubungan antara keluhan subjektif saluran
Analisis mengenai kondisi kesehatan pernapasan yang dirasakan tenaga kerja
para tenaga kerja di PT. Bonjor Jaya., di­ dengan gangguan ventilasi paru (berdasarkan
lakukan pengukuran terhadap 30 responden. nilai spirometer) dan keluhan penyakit kulit
Penelitian ini menggunakan analisis jalur. akibat kerja dengan uji statistik path analysis
Analisis ini bertujuan untuk melihat dengan tingkat kemaknaan P < 0,05. Untuk
hubungan variabel bebas dengan masing- menghitung kemungkinan risiko, yaitu
masing variabel terikat serta variabel lain berapa kali peningkatan atau penurunan
yang turut dikontrol dengan variabel terikat, risiko pada populasi dapat dilihat pada tabel
berdasarkan distribusi sel-sel yang ada. berikut ini.
Tabel 1
Variabel Terikat dan Variabel Bebas dalam Penelitian
Variable Name Storage Type Display Format Value Label VARIABEL
X1 double %10.0g X1 Umur
X2 double %10.0g X2 Masa kerja
X3 double %10.0g X3 Kebiasaan merokok
X4 double %10.0g X4 Status gizi
X5 double %10.0g X5 Alat pelindung diri
Y1 double %10.0g Y1 Penyakit kulit akibat kerja
Y2 double %10.0g Y2 Penyakit paru akibat kerja

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa kulit akibat kerja yang meliputi: umur, masa
(variabel X1 sampai X5) merupakan variabel kerja, kebiasaan merokok, status gizi, alat
kontrol, sedangkan variabel terikatnya pelindung diri, yang menyatakan hubungan
meliputi Y1 adalah penyakit kulit akibat untuk semua variabel kontrol di analisis
kerja dan Y2 adalah Penyakit paru akibat dengan menggunakan analisis regresi seperti
kerja. Berdasarkan hasil analisis dengan hasil analisis varian pada tabel 2. berikut:
variable kontrol penyakit paru-paru dan
Tabel 2
Hasil Analisis Varian
OIM
Standardized Coef. z P>|Z| [95% Conf. Interval]
Std. Err.
Structural
Y1 <-
X1 .2937683 .1007445 2.92 0.004 .0963128 .4912238
X2 .4026174 .0966743 4.16 0.000 .2131394 .5920955
X3 .2974358 .0899877 3.31 0.001 .1210632 .4738084
X4 -.2968884 .0922504 -3.70 0.000 -.5217101 -.1600951
X5 -.2968884 .0907221 -3.27 0.001 -.4747004 -.1190764
_cons 1.463901 .6362895 1.95 0.021 .2167962 2.711005
Y1 <-
X1 .3880844 .0919862 4.22 0.000 .2077947 .5683741
X2 .2845393 .0949773 3.00 0.003 .0983872 .4706914
X3 .3596004 .0827298 4.35 0.000 .197453 .5217478
X4 -.3201598 .0876787 -3.65 0.000 -.4920068 -.1483128
X5 -.2967216 .085544 -3.47 0.001 -.4643847 -.1290585
_cons 1.153938 .5919316 1.95 0.051 -.006227 2.314102
var(e.Y1) .262949 .065504 .1613713 .4284663
var(e.Y2) .2334384 .0586083 .1427135 .3818382

Hasil analisis perhitungan dengan memiliki hubungan yang signifikan terhadap


menggunakan metode path analysis didapat gangguan ventilasi paru-paru dan keluhan
hasil keseluruhan bahwa variabel kontrol kulit tenaga kerja yang bekerja di bagian

158
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...

bagian pengecoran, hal itu dinyatakan bahwa rancangan bangunan dan peralatan industri
semua variabel kontrol mempunyai nilai tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti.
probabilitasnya yang lebih kecil dari 5%. Untuk mengungkap hubungan antara
Berdasarkan hasil analisis dengan tata ruang peralatan bangunan industri
menggunakan path analysis disimpulkan pengecoran logam dengan aspek lingkungan
bahwa terdapat dua variabel kontrol (status manusia (kesehatan pekerja) perlu dilakukan
gizi dan alat pelindung diri) yang sangat pengukuran lapangan. Ini akan melibatkan
berpengaruh terhadap timbulnya penyakit tiga elemen yaitu manusia pekerja industri,
akibat kerja yang terpapar debu logam di bangunan industri (bentuk, peralatan, dimensi,
dalam ruang produksi. Status gizi sangat emisi) dan lingkungan (iklim, topografi).
berpengaruh terhadap risiko penurunan
kesehatan, berdasarkan hasil pengukuran Lingkup simulasi
model dengan menggunakan path analysis Simulasi dilakukan sesuai faktor yang
di dapat nilai koefisien (-0,320) bernilai mempengaruhi kesehatan pekerja industry,
negatif, hal ini menandakan semakin tinggi yaitu pada sebaran partikel logam mangan
tingkat pengaruhnya terhadap timbulnya dan silikon akibat pembakaran besi cor dan
penyakit kulit dan paru-paru. Penggunaan pergerakan angin yang terjadi di dalam
alat pelindung diri juga menunjukkan risiko bangunan pengecoran sehubungan dengan
terhadap penurunan kesehatan, dari hasil keadaan iklim mikro di luar bangunan. Tiga
perhitungan dengan path analysis di dapat lingkup model simulasi akan dilakukan
nilai koefisien (-0,296) juga bernilai negatif, yaitu simulasi partikel, termal, dan simulasi
menandakan semakin tinggi tingkat nilai aerodinamik. Studi kasus ditetapkan untuk
pengaruhnya terhadap timbulnya penyakit pengecoran dengan alat kopula saja.
kulit dan paru-paru. Simulasi ditentukan dengan empat
skenario, yaitu pertama, Simulasi persebaran
Simulasi Digital Perilaku Sebaran partikel debu logam silikon dari kotak kopula
Partikel Logam di dalam Ruang bagian samping dalam ruang selama 10 menit
Kegiatan Pengecoran Logam (Desain dengan animasi transient 10 frame persecond.
Bangunan Tempat Kerja) Kedua, Simulasi persebaran partikel debu
Perancangan bangunan dan peralatan logam mangan dari kotak kopula bagian
industri pengecoran logam yang tumbuh samping dalam ruang selama 10 menit
berkembang secara bertahap di suatu tempat dengan animasi transient 10 frame per second.
sering ditekankan pada aspek ekonomis Ketiga, Simulasi persebaran partikel debu
dan efisiensinya saja. Aspek lingkungan dan logam silikon dan mangan dari kotak kopula
manusiasepertikesejahteraan,keselamatan,dan bagian samping dalam ruang selama 10 menit
kesehatan pekerja yang semestinya merupakan dengan animasi transient 10 frame persecond.
hal yang sangat penting sering kali diabaikan. Keempat, Simulasi persebaran partikel debu
Penyesuaian kesehatan pada bangunan pada logam silikon dan mangan dari atas cerobong
proses produksi sering dilakukan dengan kopula dalam ruang selama 10 menit dengan
cara coba-coba (trial and error) dan tanpa animasi transient 10 frame persecond.
perhitungan kuantitatif (quantitative calculation) Metode yang dipakai dalam eksperimen
yang menjadi prosedur standar ilmu bangunan perilaku partikel, termal dan aerodinamik
modern (formal). Ketiadaan dokumen tertulis adalah simulasi digital. Itu berarti
yang menjelaskan pertimbangan kualitatif eksperimen memakai metode matematis
dan perhitungan kuantitatif menyebabkan (dilakukan oleh perangkat lunak) dan iterasi
konsep-konsep tanggap lingkungan di balik (pengulangan hingga diperoleh temuan yang

159
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171

konsisten). Pada keempat skenario (silikon, Kondisi Eksisting


mangan, silikon dan mangan samping Lingkungan bangunan pengecoran
kopula, dan silikon dan mangan atas kopula) diwarnai oleh karakter iklim tropis lembab
menggunakan aturan orientasi terhadap arah pada umumnya. Bukaan angin hanya
mata angin dan kondisi bangunan, peralatan terdapat pada lubang roster atas setinggi 5,5
serta lingkungan yang sama. meter dan bukaan perbedaan ketinggian atap.
Batasan yang dipakai dalam eksperimen Dari sudut pandang ventilasi, model bukaan
ini sebagai berikut: pertama, Penyederhanaan ini mengindikasikan sebagai berikut: pertama,
model dilakukan dengan cara meng­ dikarenakan bukaan berada pada posisi lebih
hilangkan detail-detail yang dianggap tidak tinggi, maka ruangan lebih terpajan (exposed)
berpengaruh atau berpengaruh tetapi dapat pada aliran angin. Kedua, Sukar terjadi aliran
diabaikan. Kedua, Data properti bahan diambil angin di kolong yang dapat membantu
dari rujukan yang tersedia dan pengukuran pemerataan aliran angin karena lantai tidak
laboratoris yang telah dilakukan. bercelah. Ketiga, Akumulasi udara lembab
Perangkat lunak yang dipakai dalam dan partikel debu di dalam ruangan akan
simulasi digital adalah ESI CFD-ACE+ terus menerus terjadi karena udara lembab
v2004, dengan simulasi akan dilakukan dan partikel logam (pada umumnya lebih
sesuai prosedur standar, yaitu pertama, berat dan dingin) sukar mengalir ke luar.
Mengumpulkan data fisik bangunan
pengecoran meliputi bentuk, peralatan-
proses-hasil pembakaran besi cor dan ukuran;
Kedua, Memahami secara teoritik hubungan
antara bentuk, peralatan, proses hasil
pembakaran dan ukuran ruang pengecoran
dengan panas dan angin yang terjadi di
dalam ruang; Ketiga, Membuat model digital
ruang pengecoran dengan penyederhanaan
bangunan yang dipecah menjadi dua sama Gambar 2
besar dan dikaji bagian yang terdapat alat Kondisi Eksisting Ruang Pengecoran Dapur Kopula
pembakaran (kopula). Model disiapkan Sumber : PT. Bonjor Jaya, Klaten
untuk simulasi termal, partikel dan
aerodinamik; Keempat, Melakukan simulasi; Kondisi eksisting ruang pengecoran
Kelima, Menganalisis dan mengevaluasi dapur kupola di PT. Bonjor Jaya, Klaten
hasil; Keenam, Melakukan penyesuaian seperti yang terillustrasikan pada gambar 2,
atau simulasi ulang jika terpantau adanya sedangkan model ruang pengecoran dapur
penyimpangan pada simulasi; Ketujuh, kupola, gambaran desain ruangnya dapat
Melakukan penyimpulan pada temuan. dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3
Properti Bahan Ruangan Pengecoran Logam
Elemen Bahan Konduktivitas (W/mK) Panas Jenis (J/kgK) Emisivitas
Atap Seng gelombang (2mm) 110 380 0,3
Dinding Dinding bata (15 cm) 0,84 800 0,9
Lantai Beton 1,35 1000 0,9

160
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...

Gambar 3
Model Ruang Simulasi CFD

Properti fisik partikel debu logam yang disimulasikan di sekitar tempat kerja dapur
kupola adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Properti Fisik Partikel Logam
Partikel Diameter (micron) Berat Jenis (Kg/m3) Konduktivitas (W/ Panas Jenis Laju Massa
mK) (J/kgK) (Kg/s)
Silikon 5&1 2329 174 702 0.009375
Mangan 20 & 10 7440 8 448 0.001042

Seluruh partikel disemburkan keluar Simulasi skenario Pertama


kopula dengan suhu 400 oC dengan kecepatan Simulasi sebaran silikon yang terlihat pada
acak (random) antara 5 - 10 m/s. tabel 5 menunjukkan bahwa partikel silikon
sangat ringan sehingga mampu mencapai
seluruh sudut ruang dalam waktu 10 menit.
Tabel 5
Hasil Simulasi Skenario Pertama
Sebaran Saat 150 Detik Sebaran Saat 600 Detik

161
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171

Simulasi Skenario Kedua 10 menit. Jumlah partikel mangan terlihat


Simulasi sebaran mangan yang terlihat lebih sedikit dikarenakan laju massa yang
pada tabel 6 menunjukkan bahwa partikel lebih kecil dibanding silicon. Lebih jelasnya
mangan lebih berat sehingga tidak mampu lagi dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
mencapai seluruh sudut ruang dalam waktu
Tabel 6
Hasil Simulasi Skenario Kedua
Sebaran Saat 150 Detik Sebaran Saat 600 Detik

Simulasi Skenario Ketiga yang berwarna merah berada di bagian


Simulasi gabungan silikon dan mangan bawah ruangan dan partikel ringan silikon
yang terlihat pada tabel 7 memperlihatkan yang berwarna hijau berada di seluruh
perbedaan yang nyata mengenai jangkauan bagian ruangan dapat dilihat pada tabel 7
sebaran dalam ruang. Partikel berat mangan berikut.
Tabel 7
Hasil Simulasi Skenario Ketiga
Sebaran Saat 150 Detik Sebaran Saat 600 Detik

Simulasi Scenario Keempat sedangkan kebalikannya partikel silikon


Berdasarkan simulasi yang terlihat pada sangat sedikit yang kembali jatuh kedalam
tabel 8 terdapat perbedaan cukup mencolok ruangan. Sebagian besar partikel silikon
antara jumlah butiran partikel mangan dan terbang keluar ruangan terhisap angin dari
silikon. Partikel mangan mendominasi lubang atap kopula. Untuk lebih jelasnya lagi
jumlahnya karena sebagian besar dari ujung dapat dilihat pada tabel 8 berikut.
atas kopula jatuh kembali ke ruangan,

162
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...

Tabel 8
Hasil Simulasi Skenario Keempat
Sebaran Saat 150 Detik Sebaran Saat 600 Detik

HASIL DAN PEMBAHASAN terjadinya peristiwa ini. Sedangkan butiran


Hasil temuan simulasi digital ke silikon lebih mudah ditarik dan dibuang
keempat skenario menunjukkan terdapat keatas keluar ruangan karena perbedaan
perbedaan jangkauan sebaran partikel tekanan dan suhu oleh angin dari luar yang
debu logam silikon dengan mangan yang menyapu atap.
disebabkan oleh sifat fisik mangan yang
lebih berat. Jumlah laju massa silikon yang Rancangan SOP (Standar Operasional
lebih banyak juga memperkuat kemampuan Prosedur) Tenaga Kerja di Tempat
partikel silikon menjangkau seluruh bagian Kerja pada Dapur Kupola
ruang pengecoran. Adapun pola alur sebaran Kegiatan pengecoran logam secara
kedua partikel bisa dikatakan sama, bergerak konvensional dengan menggunakan dapur
ke tengah ruangan untuk mengumpulkan kupola memiliki resiko tinggi di lingkuingan
momentum terlebih dahulu sebelum ditiup tempat kerja yaitu risiko timbulnya
oleh angin yang datang dari belakang sebesar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
1,1 m/s sehingga membentuk pusaran yang Assesmen bahaya merupakan hasil penafsiran
menuju ke sisi jauhnya. Sedangkan pada (penilaian) ancaman yang terdapat pada
semburan vertikal dari ujung atas cerobong industri pengecoran logam selama proses
memperkuat hipotesis bahwa dengan posisi produksi. Penafsiran tersebut terdapat
awal yang sama, partikel mangan lebih bahaya seperti cairan logam panas, asap,
banyak yang bocor terjatuh kedalam ruangan debu, ledakan yang akan mengakibatkan
dibandingkan dengan partikel silikon. Berat penyakit. Adapun health risk assessment pada
jenis dan diameter butiran mangan yang lebih kegiatan pengecoran secara konvensional
besar memiliki pengaruh signifikan akan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 9
Health Risk Assessment pada Kegiatan Pengecoran Konvensional
No. Ancaman 0 Risiko Dampak
1. Suhu yang sangat tinggi (1600 C) Heat stress Kekurangan cairan
2. Radiasi sinar inframerah atau ultra violet Merusak penglihatan Merusak penglihatan
3. Zat kimia dari tungku kupola dan debu pasir cetak Pneumokoniosis Paru-paru kronis
4. Ledakan-ledakan kecil Kebakaran Merusak telinga
5. Lontaran bunga api penuangan Terbakarnya kulit Cacat pada kulit
6. Bising dan getaran dari tungku kupola Merusak telinga Mudah lelah
Sumber : Data Primer

163
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171

Melihat risiko kecelakaan dan timbulnya dari truk menuju ke dapur kupola. Kedua,
penyakit akibat kerja, maka keberadaan Tenaga kerja yang melakukan pengisian
tenaga kerja yang bekerja pada kegiatan bahan baku untuk pembakaran di dapur
pengecoran dapur kupola yang melakukan kupola. Ketiga,Tenaga kerja yang melakukan
kegiatan dari mulai persiapan pengadaan kegiatan proses pengecoran logam.
bahan baku sampai pada proses kegiatan Rancangan SOP dilakukan sesuai faktor
pengecoran berlangsung pada dapur kupola yang mempengaruhi kesehatan pekerja yang
merupakan kegiatan yang paling berisiko bekerja di ruang pengecoran yang terpapar
untuk terpapar partikel yang mengandung partikel logam mangan dan silikon akibat
zat kimia dan kecelakaan kerja dan upaya pembakaran di dapur kupola. Lingkup
mengatasi masalah kesehatan akibat kerja kerja yang dipakai dalam rancangan SOP ini
maka peran Standar Operasional Prosedur sebagai berikut: pertama, Mengidentifikasi
(SOP) sangat penting. Adapun pengertian sumber-sumber bahaya di tempat kerja.
dari SOP merupakan tata cara atau tahapan Kedua, Pengendalian resiko kerja dengan cara
yang dibakukan dan yang harus dilalui menghilangkan resiko terjadinya kecelakaan
untuk menyelesaikan suatu proses kerja kerja di tempat kerja. Ketiga, Pengendalian
tertentu. Tujuan dari pembuatan SOP untuk lingkungan tempat kerja untuk menurunkan
memudahkan dan menjelaskan proses suatu tingkat faktor bahaya lingkungan tempat
kegiatan oleh semua pihak.  Rancangan SOP kerja dari faktor bahaya zat kimia
pada tenaga kerja di ruang pengecoran dapur Penentuan SOP tenaga kerja yang bekerja
kupola bertujuan untuk dapat mengetahui di dapur kupola dibuat berdasarkan JSA (Job
bahaya kerja dan resiko kerja yang dilakukan, Safety Analysis). JSA adalah suatu pendekatan
sehingga mampu memberikan solusi dalam struktural untuk meng­identifikasi potensi
mengatasi masalah kesehatan kerja yang bahaya dalam suatu pekerjaan dan memberikan
berkaitan dengan pencegahan timbulnya langkah-langkah perbaikan. JSA dibuat dengan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. cara membagi pekerjaan dalam langkah-
langkah pekerjaan, selanjutnya menganalisis
Lingkup Rancangan SOP bahaya yang ada pada tiap langkah kerja
Rancangan SOP di fokuskan pada untuk tersebut, memberikan langlah perbaikan, hingga
tenaga kerja yang terlibat langsung dalam akhirnya di dapati suatu urutan pekerjaan yang
kegiatan dapur kupola antara lain pada selamat. Hasil rancangan SOP pada kegiatan
kegiatan sebagai berikut: pertama, Tenaga tenaga kerja pada dapur kupola dapat dilihat
kerja yang yang membawa bahan baku pada Tabel berikut ini.

Tabel 10
Rancangan SOP (Standar Operasional Prosedur) Tenaga Kerja di Tempat Kerja pada Dapur Kupola
No. Nama Kegiatan SOP Kegiatan Alat Pelindung Diri yang
digunakan
1. Pengangkatan 1. Penyiapan penurunan bahan baku (kokas, 1. Pelindung kepala
bahan baku batu gamping, besi bekas) dari truck ke lantai 2. Pelindung mulut
dapur kupola 2. Pengambilan karung isi bahan baku dari truck 3. Pelindung kaki
dari truk ke 3. Pengakatan karung bahan baku ke tempat 4. Pelindung tangan
dapur kupola dapur kupola dengan meletakkan karung di
bahu
4. Meletakkan karung bahan baku ditempat
penumpukan bahan baku
5. Menyusun karung bahan baku

164
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...

No. Nama Kegiatan SOP Kegiatan Alat Pelindung Diri yang


digunakan
2. Pengisian bahan 1. Penyiapan peralatan timbang bahan baku 1. Pelindung mulut
baku ke dapur 2. Penimbangan bahan baku 2. Pelindung kaki
kupola 3. Pencatatan bahan baku 3. Pelindung tangan
4. Pengaturan komposisi bahan baku 4. Pelindung diri badan
5. Peletakan bahan baku ke wadah angkut
6. Proses pengangkutan bahan baku ke tempat
pengisian dapur kupola
3. Proses peleburan 1. Menghidupkan dapur kupola 1. Kaca mata
dapur kupola 2. Pengaturan suhu dapur kupola 2. Pelindung kepala
3. Penyiapan ladel 3. Sarung tangan
4. Menampung cairan logam ke ladel 4. Pakaian pelindung diri badan
5. Pengangkatan ladel ke cetakan 5. Sepatu pelindung kaki
6. Penuangan cairan logam ke cetakan
Sumber : Data diolah sendiri

Rancangan SOP untuk tenaga kerja Penerapan Peraturan Perundang-


yang melakukan kegiatan pengangkatan Undangan Keselamatan Kerja
bahan baku dari truk, pengisian bahan baku Sejarah berdirinya PT. Bonjor Jaya
ke dapur kupola, dan proses pengoperasian adalah perusahaan industri pengecoran
dapur kupola adalah tenaga kerja yang paling logam dan permesinan Bonjor Jaya di Kurung
berisiko terhadap timbulnya kecelakaan kerja Baru, Ceper Klaten merupakan perusahaan
di tempat kerja, selain terpapar zat kimia yang perseorangan yang bergerak dalam bidang
dapat menggangu kesehatan tenaga kerja. industri dan alat-alat berat. Perusahaan ini
Pola rancangan SOP dari ketiga kegiatan didirikan oleh Bapak Warno Sudomo pada
dianalisis berdasarkan sumber bahaya yang tahun 1985 dengan ijin Bupati Kepala Daerah
ada dan upaya pengendalian resiko bahaya Tingkat II Klaten Nomor 503 / 1062 / 00 /
di tempat kerja memiliki risiko kecelakaan 1993. Perizinan usaha PT. Bonjor Jaya yang
kerja di tempat kerja, tetapi pada SOP merupakan perusahaan industri pengecoran
kegiatan pengisian bahan baku dan proses logam, PT. Bonjor Jaya Klaten di dalam proses
pembakaran di dapur kupola merupakan produksi pengecoran logamnya memberikan
kegiatan yang mengandung hazard. Proses dampak pencemaran berupa debu logam
pembakaran yang ada di dapur memberikan yang mengandung zat kimia yang dilepas
dampak radiasi partikel silikon dan mangan. di udara melalui cerobong asap dan yang
Temuan penelitian ini memberikan berasal dari saluran keluaran dapur kupola.
gambaran apabila SOP sudah ditentukan, Kondisi ini barang tentu akan memberikan
dapat diketahui sumber-sumber bahaya dampak pencemararn udara terhadap
kerja sehingga dapat dilakukan upaya permukiman masyarakat yang ada di dalam
pengendalian lingkungan tempat kerja kawasan industri logam Ceper, Klaten dan
dengan cara menggunakan alat pelindung pencemaran di dalam ruangan pengecoran
diri sesuai dengan tingkat risiko kerja logam itu sendiri.
yang ada dengan melakukan pengawasan Berdasarkan informasi dari pihak
terhadap lingkungan tempat kerja, sehingga manajemen PT. Bonjor Jaya Klaten dalam
rancangan SOP ini dapat digunakan untuk perizinan usahanya belum pernah melakukan
menyelesaian masalah penyakit akibat kegiatan analisis mengenai dampak
kerja dan kecelakaan kerja dalam upaya lingkungan. Bila merujuk pada Undang-
pengendalian keselamatan kerja di PT. Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun
Bonjor Jaya Klaten. 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, sesuai pasal 22 mengenai

165
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171

AMDAL. Berdasarkan kriteria pada pasal meliputi: pertama, Melihat adanya bahaya
22 ini, PT. Bonjor Jaya dalam perizinannya kerja dan pencemaran yang di akibatkan
wajib melakukan kegiatan AMDAL, hal ini kegiatan pengecoran logam dengan dapur
juga diperkuat dengan adanya Peraturan kupola, maka dalam proses prizinan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik perusahaan di wajibkan melaksanakan
Indonesia No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis kegiatan mengenai dampak lingkungan/
Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan yang kegiatan pengelolaan lingkungan yang
Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak sesuai dengan Undang-Undang RI No. 32
Lingkungan Hidup, menjelaskan pada tahun 2009 dan Peraturan Menteri Negara
pasal 1 ayat 2 mengenai usaha dan/ atau Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.
kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang 5 Tahun 2012. Kedua, Kondisi tempat kerja
dapat menimbulkan perubahan terhadap di mana dilakukan pekerjaan pengecoran
rona lingkungan hidup serta menyebabkan logam secara manual dengan menggunakan
dampak terhadap lingkungan hidup. dapur kupola yang memberikan pencemaran
Kondisi lingkungan tempat kerja dapur udara kepada lingkungan permukiman yang
kupola yang bersuhu panas dan pada proses ada di dalam kawasan industri Ceper Klaten
pembakarannya memberikan pencemaran melalui cerobong asap yang di keluarkan
debu logam berupa paparan zat kimia berupa dari dapur kupola dan pencemaran zat
zat mangan dan silikon memenuhi semua sisi kimia yang terpapar di semua sisi ruangan
ruangan pengecoran logam. Melihat kondisi pengecoran logam yang mana paparan
paparan zat kimia yang memenuhi semua zat kimia tersebut memberikan dampak
sisi yang ada di dalam ruangan pengecoran kesehatan kepada tenaga kerja yang bekerja
logam, maka bila merujuk kepada Peraturan yang terlibat dalam kegiatan pengecoran
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 yang logam kerja secara manual, wajib melakukan
menyatakan bahwa semua perusahaan SMK3, guna upaya pengendalian kesehatan
wajib melaksanakan SMK3, terutama bagi tenaga kerja.
perusahaan yang memperkerjakan minimal
100 tenaga kerja atau perusahaan yang SIMPULAN
memiliki tingkat potensi kecelakaan kerja Berdasarkan uraian yang telah
yang lebih tinggi akibat karakteristik proses. disampaikan di atas, maka dapat diambil
Jadi dapat di simpulkan bahwa PT. Bonjor kesimpulan sebagai berikut: tata letak dapur
Jaya dalam menjalankan proses produksinya kupola memberikan dampak paparan debu
memiliki tingkat rIsiko kecelakaan kerja yang logam yang keluarkan melalui cerobong
lebih tinggi dan tingkat terpapar zat kimia asap yang terakumulasi di udara sehingga
akibat proses produksi berada pada tingkat berdampak terhadap penurunan kualitas
yang tinggi maka PT. Bonjor di wajibkan udara di dalam kawasan industri pengecoran
melakukan SMK3. logam Ceper Klaten berupa berupa NO2, SO2,
Berdasarkan kegiatan proses produksi CO, O3, NH3, H2S, dan kebisingan, sedangkan
pengecoran logam secara konvensional yang keberadaan tata letak dapur kupola di dalam
ada di PT. Bonjor Jaya Klaten maka dapat ruangan pengecoran memberikan sebaran
disimpulkan temuan penelitian mengenenai debu logam yang mengandung silikon dan
Perencanaan penerapan Perundang- mangan, tata letak dapur kupola berpengaruh
Undangan Keselamatan Kerja yang di terhadap paparan partikel zat kimia berupa
usulkan untuk pihak PT. Bonjor Jaya Klaten sebaran Silika (Si) dan Mangan (Mn) yang
melihat dari 2 unsur yang harus dipenuhi terhirup oleh tenaga kerja sesuai terlihat jelas
secara kumulatif terhadap tempat kerja terpapar bagi tenaga kerja yang bekerja di

166
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...

dalam ruangan pengecoran logam. Secara tinggi tingkat nilai pengaruhnya terhadap
umum dapat terlihat bahwa zat kimia yang timbulnya penyakit kulit dan rancangan
dominan dalam proses produksi pengecoran model pengendalian kesehatan tenaga kerja
logam yang ada adalah silika. Zat ini akan yang bekerja di ruang pengecoran logam
diduga memberikan dampak penyakit yang informasikan secara tiga dimensi dapat
berupa silikosis, yang mana silicosis adalah terlihat persebaran debu logam (Mn dan Si)
pneumokoniosis yang disebabkan mengisap yang terpapar di dalam ruang pengecoran
(inhalasi) debu silica bebas (SiO2). Keberadaan logam merupakan solusi dalam upaya
Mn bila dihirup secara terus menerus mengatasi dampak pencemaran debu logam
maka diduga akan menimbulkan penyakit pada kegiatan pengecoran logam secara
akibat Mn, Hasil analisis tingkat kesehatan tradisional.
operator di bagian produksi berdasarkan
karakteristik responden menunjukkan semua DAFTAR PUSTAKA
karakteristik responden memiliki hubungan Aditama, T.Y, 1997, Pengaruh Debu Besi
yang signifikan terhadap keluhan paru- Terhadap Kesehatan Paru Pekerja
paru dan kulit hal ini terbukti keseluruhan Pabrik Besi Baja PT.Krakatau Steel ,
nilai koefisien dari variable kontrol berada Jakarta, Journal Respiratory Indonesia,
dibawah dari P < 0,05. 17 (1) : 16 – 24.
Hasil analisis dari menggunakan path Aditama, T.Y, 1999, Penyakit Paru Akibat Kerja,
analysis terhadap dua keluhan, yaitu keluhan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan,
paru-paru dan keluhan terhadap penyakit Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta
kulit, maka dapat disimpulkan tenaga kerja Adji, N.C., 2003, Gambaran Kelainan Paru
yang bekerja pada dapur kupola terhadap dua Akibat Terpapar Debu Asbes dan
variabel kontrol yang sangat berpengaruh Semen Pada PT. Samiaji Yogyakarta,
terhadap timbulnya penyakit kerja akibat Tesis, Universitas Gadjah Mada
terpapar debu logam yang ada di dalam Yogyakarta.
ruang produksi, yaitu variabel status gizi Agung, Dadang. W., 2007, Faktor-faktor
dengan nilai koefisien (- 0,340) menandakan Lingkungan yang Mempengaruhi
bahwa semakin kecil nilai koefisiennya, maka Pengelolaan Sampah di RSUD
semakin tinggi tingkat nilai pengaruhnya Panembahan Senopati Bantul,
terhadap timbulnya penyakit paru yang Tesis, Universitas Gadjah Mada,
diderita para pekerja, demikian juga dengan Yogyakarta.
nilai terhadap keluhan penyakit yang nilai Amir, 1997, Penelitian Pembuatan Flange
koefisien (-0,320) menandakan semakin (Bahan Baja) Dengan Dapur Induksi,
tinggi tingkat pengaruhnya terhadap Skripsi, Universitas Gadjah Mada,
timbulnya penyakit kulit dan variabel Yogyakarta.
alat pelindung diri berdampak pengaruh Anies, 2005, Penyakit Akibat Kerja, PT.
terhadap timbulnya dua penyakit akibat Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
kerja yang terpapar debu logam, hal ini Anonim, 2006, Kabupaten Klaten Dalam
terlihat nilai koefisien (-0,296), menandakan Angka Tahun 2006, Bapeda
bahwa semakin kecil nilai koefisiennya Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
maka semakin tinggi tingkat pengaruhnya
Arikunto, S., 1991,Prosedur Penelitian Suatu
terhadap timbulnya penyakit paru yang
Pendekatan Praktis, Rineka Cipta,
diderita para pekerja, demikian juga dengan Jakarta
nilai terhadap keluhan penyakit yang nilai
koefisien (-0,296) menandakan semakin Atmanto, I, S., 2011, Behavioral Determinats
Workers The Use of Pipe Based

167
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171

on Hazard Assesment in Foundry Harninto, 1986, Pengaruh Cuaca Kerja Di


Company Ceper Klaten , Prosiding Pabrik Ubin Dan Genteng Semen
Seminar Nasional Sains dan Yang Beratap Seng Dan Pabrik Ubin
Teknologi ke 2, 2011 Yang Beratap Genteng Tanah Di
Asep, I.., 2003, Hubungan Paparan Debu Yogyakarta Terhadap Terjadinya
Kayu dengan Keluhan Subjektif Dermatitis Kontak Dilingkungan
Saluran Pernafasan dan Gangguan Debu Semen, Tesis, Universitas
Ventilasi Paru pada Tenaga Kerja Gadjah Mada, Yogyakarta
PT. Perwita Karya Divisi Mebel Heiman, H., 1961, Air Population : Effects of
Kabupaten Sleman Yogyakarta, Air Polution on Human Health, World
Tesis, Universitas Gadjah Mada, Health Organization, Geneva.
Yogyakarta. Hersusanto, R. dan Suyatno, B.,1981, Makalah
Atmatsier, S., 2002, Prinsip Dasar Ilmu Study Pendahuluan Pengaruh Debu
Gizo, PT. Gramedia Pustaka Utama, Kapur Terhadap Kesehatan Karyawan,
Yakarta Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Bhohadana, A.B., 2000, Symptom Airway Univesitas Surakarta, Surakarta
Responsiveness and Expossure Hidayat, N., 2002, Hubungan Tingkat
to Dust in Beech and Oak Word Pencahayaan dan Posisi Kerja dengan
Workers, Occup Environ Med, 57: Ketajaman Penglihatan Pengrajin
268-273 Perak di Kotagede Yogyakarta,
Bidan Desa Tegal Rejo, 2007, Data Penderita Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Penyakit (2002-2007) Di Sekitar Yogyakarta
Kawasan Industri Pengecoran Idris, I., 1988, Kupola dan Tungkik,
Ceper, Klaten, Jawa Tengah Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Chaudhary, B. D., Singh, R. K., 1981, Yogyakarta.
Biometrical Methods In Quantitative Idrus, M., 2007, Metodologi Penelitian Ilmu-
Genetic Analysis, New Delhi : Ilmu Sosial, UII Press, Yogyakarta
Kalyani Publishers Kerlinger, F.N. 2003. Asas-Asas Penelitian
Clayton, G. D., 1991, Patty’s Industrial Hygiene Behavioural Edisi Ketiga. Yogyakarta:
and Toxicology Fourth Edition, Jhon Gadjah Mada University Press
Wiley and Sons, Inc, New York Kristanto. P., 2002, Ekologi Industri, Andi
Damanik, H.L.,2005, Dampak Pencemaran Offset, Yogyakarta
Debu Terhadap Kesehatan Tenaga Leidel, N. A., 1997, Occupational Exposure,
Kerja Pada Bagian Produksi Sampling Strategy Manual, U. S
Pengecoran Logam Studi Kasus Di Departemen of Helath, Education
PT. Bonjor, Klaten, Tesis, Universitas and Welfore, Ohio
Gadjah Mada, Yogyakarta
Lestari, K., 2000, Pengaruh Paparan Debu
Freman, S., 1990, Diagnosis and Differential Terhadap Fungsi Ventilasi Paru Tenaga
and Differential Diagnosis dalam Kerja di Perusahaan Playwood, Majalah
Adam’s Occupational Skin Disease, Hiperkes dan Keselamatan Kerja,
Edisi Ke 2 WB Saunders Co, Jakarta
Philadelphia
Lubis, I., 1991, Pengaruh Lingkungan Terhadap
Habsari, N.D., 2003, Penggunaan Alat Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Pelindung Diri Bagi Tenaga Kerja, Akut (ISPA), Cermin Dunia
Bunga Rampai Hiperkes dan Kedokteran, Jakarta
Keselamatan Kerja, Jakarta

168
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...

Mantra, I.B., 2004, Filsafat Penelitian dan Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Metode Penelitian Sosial, Pustaka Yogyakarta.
Pelajar, Jakarta Nurzaida, Yulianti, 2004, Pencemaran Udara
Marzuki, 1997, Metodologi Riset, BPFE-UII, Oleh Debu Terbang Di Wilayah PLTU
Yogyakarta Paiton Dan Sekitarnya Di Propinsi
Master, G. M., 1991, Introduction to Jawa Timur dan Pemanfaatan
Enviromental Engineering and Science, Limbah Abu Terbang Sebagai Filter
Prentice – Hall International, London Pengganti Campuran Beton Aspal,
Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Mathias, C.G., 1989, Contact Dermatitis Yogyakarta
and Workes Compensation Criteria
for Establishing Occupational Pacco, E., 1972, The Cupola Standard Work
Cousation and Aggravation J. Am. Method Melting, MIDC Expert,
Acad Dermatol, Year Book Medical Bandung
Publisher Inc, Chicago, USA Peate, W. F., 2000, Occupational Skin Disease,
Mark, J. G and De Leo, V. A., 1992, Contact America Family Physician Vol.66
and Occupational Dermatology, Arizona, USA
Mosby Year Book, St Louis, USA Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Mifbakhuddin, K. S. Y., 2007, Setyaningsih, Transmigrasi Nomor. Per 13/
Y., Karsiti, Mifbakhuddin, 2007, Men/X/2011 tentang Nilai Ambang
Perbedaan Tekanan Panas, Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia
Karakteristik Pekerja Dan Jumlah di Tempat Kerja, Jakarta
Konsumsi Air Minum Terhadap Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Kejadian Kristal Urin Pada Pekerja Transmigrasi No. 08/VII/2010
Pengecoran Besi Baja Di PT. Putra tentang Alat Pelindung Diri.
Ceper Klaten, Prosiding Seminar Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Nasional Ergonomi dan K3, Semarang, Hidup Republik Indonesia No. 5
F11: (1-7) Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Mukono, 2003, Pencemaran Udara dan Usaha dan/ atau Kegiatan yang
Pengaruhnya Terhadap Gangguan Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Saluran Pernafasan, Airlangga Dampak Lingkungan Hidup
University Press, Surabaya Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012
Murti, B., 2006, Desain Dan Ukuran Sampel tentang wajib melaksanakan SMK3
Untuk Penelitian Kuantitatif Dan Perkins. H. C., 1974, Air Pollution, Mc Graw
Kualitatif Di Bidang Kesehatan, Gadjah Hill Book Company, New York
Mada University Press, Yogyakarta
Phoon, W. O, dan Chen, P. C., 1986, Text
Mustafa, M., 1986, Pengaruh Pemaparan Gas Book of Community Medicine in South
Karbonmonoksida Sebagai Hasil East Asia, Jhon Willey and Sons Ltd,
Samping Proses Industri Pengecoran Singapore
Logam “Batur Jaya” Mengakibatkan
Kenaikan Frekuensi Denyut Jantung Phoon. W.O., 1988, Practical Occupational
Pada Tenaga Kerja, Tesis, Universitas Health, PG. Publishing, Singapore
Gadjah Mada, Yogyakarta Prayudi, T., 2001, Kualitas Debu dalam
Nuryanto, M. K., 2007, Iklim Kerja, ,Masa Udara sebagai Dampak Industri
Kerja, Faktor Risiko Hipertensi Pada Pengecoran Logam Ceper, Jurnal
Pekerja Bagian Produksi Di PT. GE. Teknologi Lingkungan Vol 2 No. 2,
Lighting Indonesia Yogyakarta, Mei 2001

169
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171

Pudjiastuti, L.,Rendra. S., Santosa. R. H., Soetjiharsa, D. I., 1986, Pengaruh Panas
1998, Kualitas Udara Dalam Ruang, Lingkungan Tempat Kerja Terhadap
Direktorat Jenderal Pendidikan Kemampuan Kerja Fisik Tenaga
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kerja Sebuah Pengkajian Di Ruang
Kebudayaan, Jakarta Binatu Hotel Ambarukmo Palace,
Purdon ,W., 1971, Environmental Health, N.Y. Tesis, Univeritas Gadjah Mada,
Academic Press, New York Yogyakarta
Puskesmas Kecamatan Ceper, 2007, Data Sugiyono, 1991, Statistik untuk Penelitian, CV.
Kematian Penderita Penyakit di Alfabeta, Bandung.
Desa Ceper, Klaten, Puskesmas Suhartanto, 1990, Sifat-Sifat Fisik dan
Ceper, Klaten Mekanik Pasir Cetak Ceper, Klaten,
Notoatmodjo, S., 1997, Ilmu Kesehatan Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Masyarakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Yogyakarta.
Raharjo, W., 1996, Cuaca Lingkungan Suma’mur, P.K., 1983, Kesehatan Kerja
Kerja Dan Kalium Plasma Darah dan Pencegahan Kecelakaan, PT.
Pada Tenaga Kerja Di Pabrik Gunung Agung, Jakarta
Gula Madukismo Yogyakarta, Suma’mur, 1987, Hiperkes Keselamatan Kerja
Tesis, Universitas Gadjah Mada, dan Ergonomi, Dharma Bakti Muara
Yogyakarta. Agung, Jakarta
Ruliati, L. P., 2006. Hubungan Stress Kerja, Suma’mur, P.K., 1980, Higiene Perusahaan
Suhu Di Ruang Kerja Dan Kadar dan Kesehatan Kerja, Gunung Agung,
Hb Terhadap Kelelahan Kerja Jakarta.
Pegawai Di Instalasi Binatu Rumah Suria, T dan Chijiiwa. K., 2006, Teknik
Sakit DR. Sardjito Yogyakarta, Pengecoran Logam, PT. Pradnya
Tesis, Universitas Gadjah Mada, Paramita, Jakarta
Yogyakarta.
Sutomo, Adi Heru, 2001. Pengaruh Kualitas
Ryadi, S., 1978, Pencemaran Udara Dasar- Fisik Pekerja, Kualitas Lingkungan
dasar dan Pokok-pokok Penanggulangan Kerja, dan Kualitas Transportasi
Pencemaran Lingkungan, Jawa Timur. Terhadap Produktivitas Kerja.
Rycroft, R. J. G., 1992, Occupational (Kajian Tentang Faktor di Dalam dan
Dermatosis In Rook Text Book of di Luar Pabrik yang Mempengaruhi
Dermat, 5 th Ed, Vol 1, Blackwell Produktivitas Kerja Pelinting Rokok
Scient Pub, London di PT Gudang Garam, Kediri, Jawa
Santoso, Singgih, 2003. SPSS Versi 10: Mengolah Timur). Disertasi. Surabaya: Fakultas
Data Statistik Secara Profesional, PT Pascasarjana UNAIR, Surabaya
Elex Media Komputindo, Jakarta Suryati. I., 2005, Analisis Penerapan Sistem
Stasiun Meteorologi Kabupaten Klaten, 2008, Manajemen Lingkungan ISO
Data-data Klimatologi (1996 -2008), 14001 Di PT. Semen Padang dan
Jawa Tengah Pengaruhnya Terhadap Kualitas
Udara Ambien, Tesis, Univeritas
Sayuti, M., 1991, Alat Pelindung Diri, Balai Gadjah Mada, Yogyakarta
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja (HIPERKES), Surabaya _______, 1986, Pengaruh Lingkungan Pekerjaan
Terhadap Kesehatan,Jakarta, Majalah
Seinfeld. J. H., 1986, Atmospheric Chemistry Kesehatan Masyarakat Indonesia,
and Physics of Air Pollution, Jhon Jakarta
Willey & Sons, New York

170
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...

Sutermeister and Robert. A., 1969, People and Produksi Industri Pengecoran
Productivity, Mc Graw-Hill Book Logam Dan Permesinan PT. Bonjot
Company, Toronto Jaya Klaten, Tesis, Universitas
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor : Gadjah Mada, Yogyakarta
SE – 01 / MEN / 1997, Tentang Nilai Wardhana. A. W., 1995, Dampak Pencemaran
Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan, Andi Offset, Yogyakarta
Lingkungan Kerja, Departemen Wark. W., 1981, Air Pollution , Its Origin and
Tenaga Kerja, Badan Perencanaan Control, Harper and Row Publisher,
dan Pengembangan Tenaga Kerja, New York
Pusat HIPERKES dan Keselamatan
Kerja, Proyek Pengembangan Weiss, E.B dan Segal, 1976, Bronchial
Hygiene dan Kesehatan Kerja Tahun Asthma Mechanism and Therapeutics,
Anggaran 1997/ 1998, Jakarta. Little,Brown and Company, Boston.

Sutopo, 1986, Pengaruh Pemberian Minum Wignyosoebroto, S. 2000, Tata Letak Pabrik
Air Dan Natrium Klorida Terhadap dan Pemindahan Bahan, Penerbit
Tenaga Kerja Yang Terpapar Pada GunaWidya Jakarta.
Industri Pengecoran Logam PT. Inti Yunus,F., 1997, Dampak Debu Industri pada
General Jaya Steel Di Semarang, Paru dan Pengendaliannya, Jakarta,
Tesis , Universitas Gadjah Mada, Journal Respiratory Indonesia, 17 (1) :
Yogyakarta. 4 – 7.
Talini, D.M., 1998, Asthma Like Symptoms, _______, 1999, Faal Paru dan Prestasi Olah
Atopy and Bronchial Responsiveness Raga, Jakarta, Majalah Kesehatan
In Furniture Workers, Boston, Indonesia, 39 (8) : 459 – 463..
Occupational Enviromental Medicine, Undang-Undang Republik Indonesia No.
55 : 786 -791 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan
Taufiq, M. L., 2006, Analisis Kondisi Keselamatan Kerja
Lingkungan Dan Pengaruhnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 32
Terhadap Produktivitas Tenaga Tahun 2009 tentang Pengendalian
Kerja (Kasus Pada Departemen dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

171

You might also like