Professional Documents
Culture Documents
7970 14147 1 SM
7970 14147 1 SM
ABSTRACT
Research conducted at PT. Bonjor Klaten the distribution of the metal dust in a casting chamber having an effect
on the health of the workforce. Diseases caused by exposure to chemicals are dominant in the production process of
metal casting in the PT.Bonjor Jaya Klaten is silica and manganese. This substance is thought to impact diseases
such as silicosis, which silicosis is pneumoconiosis caused sucked (inhaled) dust silica free (SiO2) and suspected
disease caused liveliest chemicals silica, the disease is becoming an important issue for workers at factories has
been running for twenty years. The method used in the study with the path analisys. Based on the results obtained
that the activity in the kitchen cupola foundry chemicals produce particles coming from the chimney and output
channels cupola kitchen spread the longer the exposure, the disease can affect the lungs and skin. Model of labor
control in PT . Bonjor in the form of research findings include: digital simulation on the distribution pattern of
the direction and the fall of the particle chemical substances silicon and manganese are dispersed in space foundry,
planning SOP activity raw material preparation, filling and operation of the kitchen cupola based hazard in the
workplace environment, in an effort metal dust pollution control by using personal protective equipment and
supervision of the workplace environment, and the application of legislation occupational safety and health related
licensing and application SMK3 company in PT. Bonjor in efforts to control health workers traditionally casting.
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan di PT. Bonjor Klaten bertujuan mengetahui sebaran debu logam di dalam ruang
pengecoran yang berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja. Penyakit akibat pemaparan terhadap zat
kimia yang dominan dalam proses produksi pengecoran logam yang ada di PT. Bonjor Jaya Klaten adalah
silika dan mangan. Zat ini diduga memberikan dampak penyakit berupa Silikosis, yang mana silicosis
adalah pneumokoniosis yang disebabkan mengisap (inhalasi) debu silica bebas (SiO2) dan di duga terkena
penyakit yang disebabkan terhidup zat kimia silica, penyakit ini menjadi persoalan penting bagi para
tenaga kerja pada pabrik yang sudah berjalan selama dua puluh tahun. Metode yang digunakan dalam
penelitian dengan path analisys. Berdasarkan hasil didapat bahwa dalam kegiatan dapur kupola di ruang
pengecoran menghasilkan partikel zat kimia yang berasal dari cerobong asap dan saluran keluaran dapur
kupola yang tersebar semakin lama terpapar maka dapat memberikan dampak timbulnya penyakit paru-
paru dan kulit. Model pengendalian tenaga kerja yang ada di PT. Bonjor berupa temuan penelitian antara
lain: simulasi digital mengenai sebaran pola arah dan jatuhnya partikel zat kimia silikon dan mangan yang
tersebar di dalam ruang pengecoran logam, perencanaan SOP kegiatan persiapan bahan baku, pengisian
dan pengoperasian dapur kupola berdasarkan hazard dalam lingkungan tempat kerja, dalam upaya
pengendalian pencemaran debu logam dengan menggunakan alat pelindung diri dan pengawasan terhadap
155
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171
lingkungan tempat kerja, dan penerapan peraturan suhu panas yang tinggi yang berbeda setiap
perundang-undangan keselamatan dan kesehatan jenis produk, di mana bahan baku yang
kerja yang berkaitan perizinan perusahaan dan digunakan pada dasarnya sama, tetapi yang
penerapan SMK3 di dalam perusahaan PT. Bonjor
dalam upaya pengendalian kesehatan tenaga kerja
berbeda adalah bahan baku pembantu (bahan
pengecoran secara tradisional. paduanya yang berbeda untuk setiap jenis
produk logam), setiap bahan baku dan bahan
Kata Kunci: Model pengendalian kesehatan; bakar yang digunakan untuk proses peleburan
Tenaga kerja pada kegiatan; Pengecoran logam logam masing-masing mengandung unsur
secara tradisional
kimia. Berdasarkan hasil survei penggunaaan
dapur kupola lebih dominan digunakan di
PENGANTAR pabrik pengecoran logam yang ada di Desa
Industri mempunyai peranan yang Batur. Walaupun kenyataan pada proses
sangat besar dalam menunjang pembangun peleburan logam dengan menggunakan
an yang sedang berjalan saat ini di Indonesia. dapur tungkik lebih berbahaya dibanding
Pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen dapur kupola lebih banyak memberi kontibusi
Perindustrian mulai melaksanakan program keberadaan pencemaran unsur zat kimia di
pembangunan di bidang ekonomi dan dalam ruang pengecoran logam. Pencemaran
titik berat peningkatan pembangunan di debu logam yang terjadi di dalam ruang
sektor industri. Di Indonesia banyak in pengecoran logam disebabkan oleh dua
dustri-industri kecil dan menengah yang di hal sebagai berikut: Pertama, Dikarenakan
antaranya tumbuh adalah industri logam. pada proses peleburan logam dapur kupola
Industri-industri kecil dan menengah menggunakan suhu yang relatif tinggi dan
dibidang logam cukup banyak jumlahnya, bahan bakar yang digunakan berupa kokas
tetapi cara pengelolaan industri ini pada yang memiliki kadar karbon cukup tinggi
umumnya masih dikerjakan secara tradi lebih kurang 86%. Kedua, keberadaan bahan
sional dengan keterbatasan kemampuan di baku yang digunakan untuk proses cor logam
bidang teknik pengecoran logam. Kondisi ini berupa: besi kasar (pig iron), besi bekas, baja
akan menyebabkan bahan pencemar logam bekas (stell scrap), bahan paduan (ferro silikon
yang antara lain dibuang ke udara sebagai dan ferro mangan), begitu juga dengan kegiatan
hasil kegiatan industri keluar dari cerobong pencetakan cor dengan menggunakan pasir
asap pabrik maupun udara yang dihirup sebagai yang mengandung silikon (SiO2), di
langsung oleh para pekerja pengecoran mana kegiatan peleburan didukung dengan
logam itu sendiri. Peran industri sangat besar temperatur yang tinggi tergantung jenis coran
di dalam kontribusi terjadi pencemaran yang akan dibuat berkisar antara 650 -16000C
udara logam, seperti halnya di kawasan (Idris, 1988). Dengan gambaran kondisi
industri pengecoran logam yang ada di Desa ruangan pengecoran yang dipenuhi dengan
Batur, Ceper, Klaten keberadaan unsur zat kimia akibat proses
Pencemaran debu logam yang dihasilkan peleburan logam, tentunya akan berdampak
dari kegiatan pengecoran logam yang yang terhadap menyebabkan timbulnya berbagai
ditandai dengan proses peleburan logam jenis penyakit akibat kerja (Anies, 2005), jenis
dan dari kegiatan pencetakan menggunakan pekerjaan atau beban kerja dengan berbagai
pasir. Umumnya kegiatan peleburan logam lingkungan kerja dapat merupakan faktor
yang dilakukan oleh industri logam yang ada resiko terjadinya gangguan kesehatan, seperti
di Desa Batur, Ceper menggunakan dapur timbulnya penyakit: (1) dermatitis/ kulit dan (2)
pemanas peleburan logam dengan tiga jenis, penyakit paru.
yaitu dapur kupola, tungkik dan dapur induksi Berdasarkan hasil uraian di atas,
listrik, ketiga dapur dengan menggunakan mendorong peneliti untuk melakukan
156
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...
Dep Produksi
Dampak pencemaran
lingkungan
Aliran udara dalam
ruang produksi
Keputusan
Rancangan ruang Temuan Dampak Gubernur No. 8
pengecoran logam Penelitian pencemaran Thn 2001
dengan CFD
Penerapan Pengawasan
Simulasi Lingkungan
digital K3
Tempat Kerja Penyakit
(desain) kulit
Penyakit paru-
paru
Penambahan MODEL
ventilasi PENGENDALIAN
KESEHATAN
TENAGA KERJA Penerapan
SMK3
Gambar 1
Model Pengendalian Kesehatan Tenaga Kerja
157
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa kulit akibat kerja yang meliputi: umur, masa
(variabel X1 sampai X5) merupakan variabel kerja, kebiasaan merokok, status gizi, alat
kontrol, sedangkan variabel terikatnya pelindung diri, yang menyatakan hubungan
meliputi Y1 adalah penyakit kulit akibat untuk semua variabel kontrol di analisis
kerja dan Y2 adalah Penyakit paru akibat dengan menggunakan analisis regresi seperti
kerja. Berdasarkan hasil analisis dengan hasil analisis varian pada tabel 2. berikut:
variable kontrol penyakit paru-paru dan
Tabel 2
Hasil Analisis Varian
OIM
Standardized Coef. z P>|Z| [95% Conf. Interval]
Std. Err.
Structural
Y1 <-
X1 .2937683 .1007445 2.92 0.004 .0963128 .4912238
X2 .4026174 .0966743 4.16 0.000 .2131394 .5920955
X3 .2974358 .0899877 3.31 0.001 .1210632 .4738084
X4 -.2968884 .0922504 -3.70 0.000 -.5217101 -.1600951
X5 -.2968884 .0907221 -3.27 0.001 -.4747004 -.1190764
_cons 1.463901 .6362895 1.95 0.021 .2167962 2.711005
Y1 <-
X1 .3880844 .0919862 4.22 0.000 .2077947 .5683741
X2 .2845393 .0949773 3.00 0.003 .0983872 .4706914
X3 .3596004 .0827298 4.35 0.000 .197453 .5217478
X4 -.3201598 .0876787 -3.65 0.000 -.4920068 -.1483128
X5 -.2967216 .085544 -3.47 0.001 -.4643847 -.1290585
_cons 1.153938 .5919316 1.95 0.051 -.006227 2.314102
var(e.Y1) .262949 .065504 .1613713 .4284663
var(e.Y2) .2334384 .0586083 .1427135 .3818382
158
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...
bagian pengecoran, hal itu dinyatakan bahwa rancangan bangunan dan peralatan industri
semua variabel kontrol mempunyai nilai tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti.
probabilitasnya yang lebih kecil dari 5%. Untuk mengungkap hubungan antara
Berdasarkan hasil analisis dengan tata ruang peralatan bangunan industri
menggunakan path analysis disimpulkan pengecoran logam dengan aspek lingkungan
bahwa terdapat dua variabel kontrol (status manusia (kesehatan pekerja) perlu dilakukan
gizi dan alat pelindung diri) yang sangat pengukuran lapangan. Ini akan melibatkan
berpengaruh terhadap timbulnya penyakit tiga elemen yaitu manusia pekerja industri,
akibat kerja yang terpapar debu logam di bangunan industri (bentuk, peralatan, dimensi,
dalam ruang produksi. Status gizi sangat emisi) dan lingkungan (iklim, topografi).
berpengaruh terhadap risiko penurunan
kesehatan, berdasarkan hasil pengukuran Lingkup simulasi
model dengan menggunakan path analysis Simulasi dilakukan sesuai faktor yang
di dapat nilai koefisien (-0,320) bernilai mempengaruhi kesehatan pekerja industry,
negatif, hal ini menandakan semakin tinggi yaitu pada sebaran partikel logam mangan
tingkat pengaruhnya terhadap timbulnya dan silikon akibat pembakaran besi cor dan
penyakit kulit dan paru-paru. Penggunaan pergerakan angin yang terjadi di dalam
alat pelindung diri juga menunjukkan risiko bangunan pengecoran sehubungan dengan
terhadap penurunan kesehatan, dari hasil keadaan iklim mikro di luar bangunan. Tiga
perhitungan dengan path analysis di dapat lingkup model simulasi akan dilakukan
nilai koefisien (-0,296) juga bernilai negatif, yaitu simulasi partikel, termal, dan simulasi
menandakan semakin tinggi tingkat nilai aerodinamik. Studi kasus ditetapkan untuk
pengaruhnya terhadap timbulnya penyakit pengecoran dengan alat kopula saja.
kulit dan paru-paru. Simulasi ditentukan dengan empat
skenario, yaitu pertama, Simulasi persebaran
Simulasi Digital Perilaku Sebaran partikel debu logam silikon dari kotak kopula
Partikel Logam di dalam Ruang bagian samping dalam ruang selama 10 menit
Kegiatan Pengecoran Logam (Desain dengan animasi transient 10 frame persecond.
Bangunan Tempat Kerja) Kedua, Simulasi persebaran partikel debu
Perancangan bangunan dan peralatan logam mangan dari kotak kopula bagian
industri pengecoran logam yang tumbuh samping dalam ruang selama 10 menit
berkembang secara bertahap di suatu tempat dengan animasi transient 10 frame per second.
sering ditekankan pada aspek ekonomis Ketiga, Simulasi persebaran partikel debu
dan efisiensinya saja. Aspek lingkungan dan logam silikon dan mangan dari kotak kopula
manusiasepertikesejahteraan,keselamatan,dan bagian samping dalam ruang selama 10 menit
kesehatan pekerja yang semestinya merupakan dengan animasi transient 10 frame persecond.
hal yang sangat penting sering kali diabaikan. Keempat, Simulasi persebaran partikel debu
Penyesuaian kesehatan pada bangunan pada logam silikon dan mangan dari atas cerobong
proses produksi sering dilakukan dengan kopula dalam ruang selama 10 menit dengan
cara coba-coba (trial and error) dan tanpa animasi transient 10 frame persecond.
perhitungan kuantitatif (quantitative calculation) Metode yang dipakai dalam eksperimen
yang menjadi prosedur standar ilmu bangunan perilaku partikel, termal dan aerodinamik
modern (formal). Ketiadaan dokumen tertulis adalah simulasi digital. Itu berarti
yang menjelaskan pertimbangan kualitatif eksperimen memakai metode matematis
dan perhitungan kuantitatif menyebabkan (dilakukan oleh perangkat lunak) dan iterasi
konsep-konsep tanggap lingkungan di balik (pengulangan hingga diperoleh temuan yang
159
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171
Tabel 3
Properti Bahan Ruangan Pengecoran Logam
Elemen Bahan Konduktivitas (W/mK) Panas Jenis (J/kgK) Emisivitas
Atap Seng gelombang (2mm) 110 380 0,3
Dinding Dinding bata (15 cm) 0,84 800 0,9
Lantai Beton 1,35 1000 0,9
160
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...
Gambar 3
Model Ruang Simulasi CFD
Properti fisik partikel debu logam yang disimulasikan di sekitar tempat kerja dapur
kupola adalah sebagai berikut:
Tabel 4
Properti Fisik Partikel Logam
Partikel Diameter (micron) Berat Jenis (Kg/m3) Konduktivitas (W/ Panas Jenis Laju Massa
mK) (J/kgK) (Kg/s)
Silikon 5&1 2329 174 702 0.009375
Mangan 20 & 10 7440 8 448 0.001042
161
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171
162
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...
Tabel 8
Hasil Simulasi Skenario Keempat
Sebaran Saat 150 Detik Sebaran Saat 600 Detik
163
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171
Melihat risiko kecelakaan dan timbulnya dari truk menuju ke dapur kupola. Kedua,
penyakit akibat kerja, maka keberadaan Tenaga kerja yang melakukan pengisian
tenaga kerja yang bekerja pada kegiatan bahan baku untuk pembakaran di dapur
pengecoran dapur kupola yang melakukan kupola. Ketiga,Tenaga kerja yang melakukan
kegiatan dari mulai persiapan pengadaan kegiatan proses pengecoran logam.
bahan baku sampai pada proses kegiatan Rancangan SOP dilakukan sesuai faktor
pengecoran berlangsung pada dapur kupola yang mempengaruhi kesehatan pekerja yang
merupakan kegiatan yang paling berisiko bekerja di ruang pengecoran yang terpapar
untuk terpapar partikel yang mengandung partikel logam mangan dan silikon akibat
zat kimia dan kecelakaan kerja dan upaya pembakaran di dapur kupola. Lingkup
mengatasi masalah kesehatan akibat kerja kerja yang dipakai dalam rancangan SOP ini
maka peran Standar Operasional Prosedur sebagai berikut: pertama, Mengidentifikasi
(SOP) sangat penting. Adapun pengertian sumber-sumber bahaya di tempat kerja.
dari SOP merupakan tata cara atau tahapan Kedua, Pengendalian resiko kerja dengan cara
yang dibakukan dan yang harus dilalui menghilangkan resiko terjadinya kecelakaan
untuk menyelesaikan suatu proses kerja kerja di tempat kerja. Ketiga, Pengendalian
tertentu. Tujuan dari pembuatan SOP untuk lingkungan tempat kerja untuk menurunkan
memudahkan dan menjelaskan proses suatu tingkat faktor bahaya lingkungan tempat
kegiatan oleh semua pihak. Rancangan SOP kerja dari faktor bahaya zat kimia
pada tenaga kerja di ruang pengecoran dapur Penentuan SOP tenaga kerja yang bekerja
kupola bertujuan untuk dapat mengetahui di dapur kupola dibuat berdasarkan JSA (Job
bahaya kerja dan resiko kerja yang dilakukan, Safety Analysis). JSA adalah suatu pendekatan
sehingga mampu memberikan solusi dalam struktural untuk mengidentifikasi potensi
mengatasi masalah kesehatan kerja yang bahaya dalam suatu pekerjaan dan memberikan
berkaitan dengan pencegahan timbulnya langkah-langkah perbaikan. JSA dibuat dengan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. cara membagi pekerjaan dalam langkah-
langkah pekerjaan, selanjutnya menganalisis
Lingkup Rancangan SOP bahaya yang ada pada tiap langkah kerja
Rancangan SOP di fokuskan pada untuk tersebut, memberikan langlah perbaikan, hingga
tenaga kerja yang terlibat langsung dalam akhirnya di dapati suatu urutan pekerjaan yang
kegiatan dapur kupola antara lain pada selamat. Hasil rancangan SOP pada kegiatan
kegiatan sebagai berikut: pertama, Tenaga tenaga kerja pada dapur kupola dapat dilihat
kerja yang yang membawa bahan baku pada Tabel berikut ini.
Tabel 10
Rancangan SOP (Standar Operasional Prosedur) Tenaga Kerja di Tempat Kerja pada Dapur Kupola
No. Nama Kegiatan SOP Kegiatan Alat Pelindung Diri yang
digunakan
1. Pengangkatan 1. Penyiapan penurunan bahan baku (kokas, 1. Pelindung kepala
bahan baku batu gamping, besi bekas) dari truck ke lantai 2. Pelindung mulut
dapur kupola 2. Pengambilan karung isi bahan baku dari truck 3. Pelindung kaki
dari truk ke 3. Pengakatan karung bahan baku ke tempat 4. Pelindung tangan
dapur kupola dapur kupola dengan meletakkan karung di
bahu
4. Meletakkan karung bahan baku ditempat
penumpukan bahan baku
5. Menyusun karung bahan baku
164
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...
165
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171
AMDAL. Berdasarkan kriteria pada pasal meliputi: pertama, Melihat adanya bahaya
22 ini, PT. Bonjor Jaya dalam perizinannya kerja dan pencemaran yang di akibatkan
wajib melakukan kegiatan AMDAL, hal ini kegiatan pengecoran logam dengan dapur
juga diperkuat dengan adanya Peraturan kupola, maka dalam proses prizinan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik perusahaan di wajibkan melaksanakan
Indonesia No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis kegiatan mengenai dampak lingkungan/
Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan yang kegiatan pengelolaan lingkungan yang
Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak sesuai dengan Undang-Undang RI No. 32
Lingkungan Hidup, menjelaskan pada tahun 2009 dan Peraturan Menteri Negara
pasal 1 ayat 2 mengenai usaha dan/ atau Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.
kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang 5 Tahun 2012. Kedua, Kondisi tempat kerja
dapat menimbulkan perubahan terhadap di mana dilakukan pekerjaan pengecoran
rona lingkungan hidup serta menyebabkan logam secara manual dengan menggunakan
dampak terhadap lingkungan hidup. dapur kupola yang memberikan pencemaran
Kondisi lingkungan tempat kerja dapur udara kepada lingkungan permukiman yang
kupola yang bersuhu panas dan pada proses ada di dalam kawasan industri Ceper Klaten
pembakarannya memberikan pencemaran melalui cerobong asap yang di keluarkan
debu logam berupa paparan zat kimia berupa dari dapur kupola dan pencemaran zat
zat mangan dan silikon memenuhi semua sisi kimia yang terpapar di semua sisi ruangan
ruangan pengecoran logam. Melihat kondisi pengecoran logam yang mana paparan
paparan zat kimia yang memenuhi semua zat kimia tersebut memberikan dampak
sisi yang ada di dalam ruangan pengecoran kesehatan kepada tenaga kerja yang bekerja
logam, maka bila merujuk kepada Peraturan yang terlibat dalam kegiatan pengecoran
Pemerintah No. 50 Tahun 2012 yang logam kerja secara manual, wajib melakukan
menyatakan bahwa semua perusahaan SMK3, guna upaya pengendalian kesehatan
wajib melaksanakan SMK3, terutama bagi tenaga kerja.
perusahaan yang memperkerjakan minimal
100 tenaga kerja atau perusahaan yang SIMPULAN
memiliki tingkat potensi kecelakaan kerja Berdasarkan uraian yang telah
yang lebih tinggi akibat karakteristik proses. disampaikan di atas, maka dapat diambil
Jadi dapat di simpulkan bahwa PT. Bonjor kesimpulan sebagai berikut: tata letak dapur
Jaya dalam menjalankan proses produksinya kupola memberikan dampak paparan debu
memiliki tingkat rIsiko kecelakaan kerja yang logam yang keluarkan melalui cerobong
lebih tinggi dan tingkat terpapar zat kimia asap yang terakumulasi di udara sehingga
akibat proses produksi berada pada tingkat berdampak terhadap penurunan kualitas
yang tinggi maka PT. Bonjor di wajibkan udara di dalam kawasan industri pengecoran
melakukan SMK3. logam Ceper Klaten berupa berupa NO2, SO2,
Berdasarkan kegiatan proses produksi CO, O3, NH3, H2S, dan kebisingan, sedangkan
pengecoran logam secara konvensional yang keberadaan tata letak dapur kupola di dalam
ada di PT. Bonjor Jaya Klaten maka dapat ruangan pengecoran memberikan sebaran
disimpulkan temuan penelitian mengenenai debu logam yang mengandung silikon dan
Perencanaan penerapan Perundang- mangan, tata letak dapur kupola berpengaruh
Undangan Keselamatan Kerja yang di terhadap paparan partikel zat kimia berupa
usulkan untuk pihak PT. Bonjor Jaya Klaten sebaran Silika (Si) dan Mangan (Mn) yang
melihat dari 2 unsur yang harus dipenuhi terhirup oleh tenaga kerja sesuai terlihat jelas
secara kumulatif terhadap tempat kerja terpapar bagi tenaga kerja yang bekerja di
166
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...
dalam ruangan pengecoran logam. Secara tinggi tingkat nilai pengaruhnya terhadap
umum dapat terlihat bahwa zat kimia yang timbulnya penyakit kulit dan rancangan
dominan dalam proses produksi pengecoran model pengendalian kesehatan tenaga kerja
logam yang ada adalah silika. Zat ini akan yang bekerja di ruang pengecoran logam
diduga memberikan dampak penyakit yang informasikan secara tiga dimensi dapat
berupa silikosis, yang mana silicosis adalah terlihat persebaran debu logam (Mn dan Si)
pneumokoniosis yang disebabkan mengisap yang terpapar di dalam ruang pengecoran
(inhalasi) debu silica bebas (SiO2). Keberadaan logam merupakan solusi dalam upaya
Mn bila dihirup secara terus menerus mengatasi dampak pencemaran debu logam
maka diduga akan menimbulkan penyakit pada kegiatan pengecoran logam secara
akibat Mn, Hasil analisis tingkat kesehatan tradisional.
operator di bagian produksi berdasarkan
karakteristik responden menunjukkan semua DAFTAR PUSTAKA
karakteristik responden memiliki hubungan Aditama, T.Y, 1997, Pengaruh Debu Besi
yang signifikan terhadap keluhan paru- Terhadap Kesehatan Paru Pekerja
paru dan kulit hal ini terbukti keseluruhan Pabrik Besi Baja PT.Krakatau Steel ,
nilai koefisien dari variable kontrol berada Jakarta, Journal Respiratory Indonesia,
dibawah dari P < 0,05. 17 (1) : 16 – 24.
Hasil analisis dari menggunakan path Aditama, T.Y, 1999, Penyakit Paru Akibat Kerja,
analysis terhadap dua keluhan, yaitu keluhan Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan,
paru-paru dan keluhan terhadap penyakit Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta
kulit, maka dapat disimpulkan tenaga kerja Adji, N.C., 2003, Gambaran Kelainan Paru
yang bekerja pada dapur kupola terhadap dua Akibat Terpapar Debu Asbes dan
variabel kontrol yang sangat berpengaruh Semen Pada PT. Samiaji Yogyakarta,
terhadap timbulnya penyakit kerja akibat Tesis, Universitas Gadjah Mada
terpapar debu logam yang ada di dalam Yogyakarta.
ruang produksi, yaitu variabel status gizi Agung, Dadang. W., 2007, Faktor-faktor
dengan nilai koefisien (- 0,340) menandakan Lingkungan yang Mempengaruhi
bahwa semakin kecil nilai koefisiennya, maka Pengelolaan Sampah di RSUD
semakin tinggi tingkat nilai pengaruhnya Panembahan Senopati Bantul,
terhadap timbulnya penyakit paru yang Tesis, Universitas Gadjah Mada,
diderita para pekerja, demikian juga dengan Yogyakarta.
nilai terhadap keluhan penyakit yang nilai Amir, 1997, Penelitian Pembuatan Flange
koefisien (-0,320) menandakan semakin (Bahan Baja) Dengan Dapur Induksi,
tinggi tingkat pengaruhnya terhadap Skripsi, Universitas Gadjah Mada,
timbulnya penyakit kulit dan variabel Yogyakarta.
alat pelindung diri berdampak pengaruh Anies, 2005, Penyakit Akibat Kerja, PT.
terhadap timbulnya dua penyakit akibat Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
kerja yang terpapar debu logam, hal ini Anonim, 2006, Kabupaten Klaten Dalam
terlihat nilai koefisien (-0,296), menandakan Angka Tahun 2006, Bapeda
bahwa semakin kecil nilai koefisiennya Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
maka semakin tinggi tingkat pengaruhnya
Arikunto, S., 1991,Prosedur Penelitian Suatu
terhadap timbulnya penyakit paru yang
Pendekatan Praktis, Rineka Cipta,
diderita para pekerja, demikian juga dengan Jakarta
nilai terhadap keluhan penyakit yang nilai
koefisien (-0,296) menandakan semakin Atmanto, I, S., 2011, Behavioral Determinats
Workers The Use of Pipe Based
167
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171
168
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...
Mantra, I.B., 2004, Filsafat Penelitian dan Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Metode Penelitian Sosial, Pustaka Yogyakarta.
Pelajar, Jakarta Nurzaida, Yulianti, 2004, Pencemaran Udara
Marzuki, 1997, Metodologi Riset, BPFE-UII, Oleh Debu Terbang Di Wilayah PLTU
Yogyakarta Paiton Dan Sekitarnya Di Propinsi
Master, G. M., 1991, Introduction to Jawa Timur dan Pemanfaatan
Enviromental Engineering and Science, Limbah Abu Terbang Sebagai Filter
Prentice – Hall International, London Pengganti Campuran Beton Aspal,
Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Mathias, C.G., 1989, Contact Dermatitis Yogyakarta
and Workes Compensation Criteria
for Establishing Occupational Pacco, E., 1972, The Cupola Standard Work
Cousation and Aggravation J. Am. Method Melting, MIDC Expert,
Acad Dermatol, Year Book Medical Bandung
Publisher Inc, Chicago, USA Peate, W. F., 2000, Occupational Skin Disease,
Mark, J. G and De Leo, V. A., 1992, Contact America Family Physician Vol.66
and Occupational Dermatology, Arizona, USA
Mosby Year Book, St Louis, USA Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Mifbakhuddin, K. S. Y., 2007, Setyaningsih, Transmigrasi Nomor. Per 13/
Y., Karsiti, Mifbakhuddin, 2007, Men/X/2011 tentang Nilai Ambang
Perbedaan Tekanan Panas, Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia
Karakteristik Pekerja Dan Jumlah di Tempat Kerja, Jakarta
Konsumsi Air Minum Terhadap Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Kejadian Kristal Urin Pada Pekerja Transmigrasi No. 08/VII/2010
Pengecoran Besi Baja Di PT. Putra tentang Alat Pelindung Diri.
Ceper Klaten, Prosiding Seminar Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Nasional Ergonomi dan K3, Semarang, Hidup Republik Indonesia No. 5
F11: (1-7) Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Mukono, 2003, Pencemaran Udara dan Usaha dan/ atau Kegiatan yang
Pengaruhnya Terhadap Gangguan Wajib Memiliki Analisis Mengenai
Saluran Pernafasan, Airlangga Dampak Lingkungan Hidup
University Press, Surabaya Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012
Murti, B., 2006, Desain Dan Ukuran Sampel tentang wajib melaksanakan SMK3
Untuk Penelitian Kuantitatif Dan Perkins. H. C., 1974, Air Pollution, Mc Graw
Kualitatif Di Bidang Kesehatan, Gadjah Hill Book Company, New York
Mada University Press, Yogyakarta
Phoon, W. O, dan Chen, P. C., 1986, Text
Mustafa, M., 1986, Pengaruh Pemaparan Gas Book of Community Medicine in South
Karbonmonoksida Sebagai Hasil East Asia, Jhon Willey and Sons Ltd,
Samping Proses Industri Pengecoran Singapore
Logam “Batur Jaya” Mengakibatkan
Kenaikan Frekuensi Denyut Jantung Phoon. W.O., 1988, Practical Occupational
Pada Tenaga Kerja, Tesis, Universitas Health, PG. Publishing, Singapore
Gadjah Mada, Yogyakarta Prayudi, T., 2001, Kualitas Debu dalam
Nuryanto, M. K., 2007, Iklim Kerja, ,Masa Udara sebagai Dampak Industri
Kerja, Faktor Risiko Hipertensi Pada Pengecoran Logam Ceper, Jurnal
Pekerja Bagian Produksi Di PT. GE. Teknologi Lingkungan Vol 2 No. 2,
Lighting Indonesia Yogyakarta, Mei 2001
169
| VOL 4, NO. 2, JUNI 2015; 155-171
Pudjiastuti, L.,Rendra. S., Santosa. R. H., Soetjiharsa, D. I., 1986, Pengaruh Panas
1998, Kualitas Udara Dalam Ruang, Lingkungan Tempat Kerja Terhadap
Direktorat Jenderal Pendidikan Kemampuan Kerja Fisik Tenaga
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kerja Sebuah Pengkajian Di Ruang
Kebudayaan, Jakarta Binatu Hotel Ambarukmo Palace,
Purdon ,W., 1971, Environmental Health, N.Y. Tesis, Univeritas Gadjah Mada,
Academic Press, New York Yogyakarta
Puskesmas Kecamatan Ceper, 2007, Data Sugiyono, 1991, Statistik untuk Penelitian, CV.
Kematian Penderita Penyakit di Alfabeta, Bandung.
Desa Ceper, Klaten, Puskesmas Suhartanto, 1990, Sifat-Sifat Fisik dan
Ceper, Klaten Mekanik Pasir Cetak Ceper, Klaten,
Notoatmodjo, S., 1997, Ilmu Kesehatan Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Masyarakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Yogyakarta.
Raharjo, W., 1996, Cuaca Lingkungan Suma’mur, P.K., 1983, Kesehatan Kerja
Kerja Dan Kalium Plasma Darah dan Pencegahan Kecelakaan, PT.
Pada Tenaga Kerja Di Pabrik Gunung Agung, Jakarta
Gula Madukismo Yogyakarta, Suma’mur, 1987, Hiperkes Keselamatan Kerja
Tesis, Universitas Gadjah Mada, dan Ergonomi, Dharma Bakti Muara
Yogyakarta. Agung, Jakarta
Ruliati, L. P., 2006. Hubungan Stress Kerja, Suma’mur, P.K., 1980, Higiene Perusahaan
Suhu Di Ruang Kerja Dan Kadar dan Kesehatan Kerja, Gunung Agung,
Hb Terhadap Kelelahan Kerja Jakarta.
Pegawai Di Instalasi Binatu Rumah Suria, T dan Chijiiwa. K., 2006, Teknik
Sakit DR. Sardjito Yogyakarta, Pengecoran Logam, PT. Pradnya
Tesis, Universitas Gadjah Mada, Paramita, Jakarta
Yogyakarta.
Sutomo, Adi Heru, 2001. Pengaruh Kualitas
Ryadi, S., 1978, Pencemaran Udara Dasar- Fisik Pekerja, Kualitas Lingkungan
dasar dan Pokok-pokok Penanggulangan Kerja, dan Kualitas Transportasi
Pencemaran Lingkungan, Jawa Timur. Terhadap Produktivitas Kerja.
Rycroft, R. J. G., 1992, Occupational (Kajian Tentang Faktor di Dalam dan
Dermatosis In Rook Text Book of di Luar Pabrik yang Mempengaruhi
Dermat, 5 th Ed, Vol 1, Blackwell Produktivitas Kerja Pelinting Rokok
Scient Pub, London di PT Gudang Garam, Kediri, Jawa
Santoso, Singgih, 2003. SPSS Versi 10: Mengolah Timur). Disertasi. Surabaya: Fakultas
Data Statistik Secara Profesional, PT Pascasarjana UNAIR, Surabaya
Elex Media Komputindo, Jakarta Suryati. I., 2005, Analisis Penerapan Sistem
Stasiun Meteorologi Kabupaten Klaten, 2008, Manajemen Lingkungan ISO
Data-data Klimatologi (1996 -2008), 14001 Di PT. Semen Padang dan
Jawa Tengah Pengaruhnya Terhadap Kualitas
Udara Ambien, Tesis, Univeritas
Sayuti, M., 1991, Alat Pelindung Diri, Balai Gadjah Mada, Yogyakarta
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan
Kerja (HIPERKES), Surabaya _______, 1986, Pengaruh Lingkungan Pekerjaan
Terhadap Kesehatan,Jakarta, Majalah
Seinfeld. J. H., 1986, Atmospheric Chemistry Kesehatan Masyarakat Indonesia,
and Physics of Air Pollution, Jhon Jakarta
Willey & Sons, New York
170
LATIFAH HANUM DAMANIK, ADI HERU HUSODO, TOTOK GUNAWAN, DAN PRAMONO HADI e
MODEL PENGENDALIAN KESEHATAN TENAGA KERJA PADA KEGIATAN PENGECORAN ...
Sutermeister and Robert. A., 1969, People and Produksi Industri Pengecoran
Productivity, Mc Graw-Hill Book Logam Dan Permesinan PT. Bonjot
Company, Toronto Jaya Klaten, Tesis, Universitas
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor : Gadjah Mada, Yogyakarta
SE – 01 / MEN / 1997, Tentang Nilai Wardhana. A. W., 1995, Dampak Pencemaran
Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan, Andi Offset, Yogyakarta
Lingkungan Kerja, Departemen Wark. W., 1981, Air Pollution , Its Origin and
Tenaga Kerja, Badan Perencanaan Control, Harper and Row Publisher,
dan Pengembangan Tenaga Kerja, New York
Pusat HIPERKES dan Keselamatan
Kerja, Proyek Pengembangan Weiss, E.B dan Segal, 1976, Bronchial
Hygiene dan Kesehatan Kerja Tahun Asthma Mechanism and Therapeutics,
Anggaran 1997/ 1998, Jakarta. Little,Brown and Company, Boston.
Sutopo, 1986, Pengaruh Pemberian Minum Wignyosoebroto, S. 2000, Tata Letak Pabrik
Air Dan Natrium Klorida Terhadap dan Pemindahan Bahan, Penerbit
Tenaga Kerja Yang Terpapar Pada GunaWidya Jakarta.
Industri Pengecoran Logam PT. Inti Yunus,F., 1997, Dampak Debu Industri pada
General Jaya Steel Di Semarang, Paru dan Pengendaliannya, Jakarta,
Tesis , Universitas Gadjah Mada, Journal Respiratory Indonesia, 17 (1) :
Yogyakarta. 4 – 7.
Talini, D.M., 1998, Asthma Like Symptoms, _______, 1999, Faal Paru dan Prestasi Olah
Atopy and Bronchial Responsiveness Raga, Jakarta, Majalah Kesehatan
In Furniture Workers, Boston, Indonesia, 39 (8) : 459 – 463..
Occupational Enviromental Medicine, Undang-Undang Republik Indonesia No.
55 : 786 -791 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan
Taufiq, M. L., 2006, Analisis Kondisi Keselamatan Kerja
Lingkungan Dan Pengaruhnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 32
Terhadap Produktivitas Tenaga Tahun 2009 tentang Pengendalian
Kerja (Kasus Pada Departemen dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
171