You are on page 1of 8
@ 4.4 Faktor-faktor dalam Pembangkitan 44.1 Faktor Beban FFakior beban adalah perbandingon antara besarnya beban rata-rata untuk suatu selang waktu (misalnya satt hari atau satu balan) tethadap beban puncak tertinggi dalam selang waktu yang sama. Sedangkan beban ratar rata untuk suatu selang waktu adalah jumlah produksi kWh dalam selang waktu tersebut dibagi dengan jumlah jam dari selang waktu tersebut. ari uraian di atas didapat: a rata-rata ay ‘Beban Puncak Bagi penyedia tenaga listrik, faktor beban sistem diinginkan setingei mungkin, Karena faktor beban yang ‘makin tinggi berarti makin rata beban sistem sehingga tingkat pemanizatan ulat-alat yang ada dalam sistem dapat diusahakan setinggi mungkin, Dalam praktik, faktor beban tahunan sistem berkisar antara 60-80%, Faktor Behan 4.4.2 Faktor Kapasitas Faktor kapasitas sebuah unit pembangkit atau pusat listrik menggambarkan seberapa besar sebuah unit pembangkit atau pusat listrik dimanfaatkan, Fakior kapasitas tabunan (8760 jam) didefinisikan sebagai: aes oe Kurve Beban | ‘alan | “tie =f | Botan oO no Sam (PukuD Gambar 4.3. Bebon puncak dan bebur rata-rana sistem Faktor Kapasitas = Produk! Satu Tahun aa Daya Terpasang ¥ 8,760 2) Dalam praktk,faktor kapasias tabunan PLTU hanya dapat mencapai angka antara 60-80% Karena adanya ‘masa pemcliharaan dan adanya gangguan atau kerusakan yang dialami oleh PLTU ter ar 1 us ing dial sebut ‘Untuk PLA, faktor kapasitas tahunannya berkisar antara 30-50%. Ini berkaitan dengan ketersedia nye air 4.4.3 Faktor Utilisasi (Penggunaan) Faktor utlisasi sesungeuhnya serupa dengan faktar kapesitas, tetapi éi sini menyan, pki les cena Ps i 1yangkut daya. Faktor Utilisasi Fakior Utils = Beban Alat yong Te Kemampuan Alat 43) Cora finvatakan dalam ampere atou Mega Watt (MW) tergantung alat yang diukur faktor utlisasinya Wik saan, umunnya dinyatakan dalam ampere, teapi unk unit pembanghit dalam MW. Faktor utilis Perlu diamati dari keperluan pemanfaatan slat dan juga untuk mencegah pembebanan-lebih suatu ala 44.4 Forced Outage Rate Forced outage rate adalah sebuah faktor yang menggembarkan sering tidaknya sebuah unit pembangkit mmengalami gangguan. Gambar 44 menggambackan hal, hal yang dialami oleh sebvah unit pembanekit dalam satu tahun (8.760 jam), Forced Outage Rate (FOR) didefinisikan sebagai: FOR = Jumlah Jam Gangguan Unit ay Jomlah Jam Operasi Unit + Jumluh Jam Ganggean Unit FOR tahunan unit PLTA sekitar 0,01, Sedangkan FOR tahunan untuk unit pembangkit termis sekitar 0,5 sampai 0.10. Makin andal sebuah unit pembangkit (jarang mengolami gangguan), makin kecil nisi FOR-nya, Makin tidak handal sebus unit pembangkit(sering mengalami gangguan), makin besarnilai FOR-nya, Besar sila FOR atau turunnya keandalan unit pembangkit umumaya disebabkan olen Kurang baiknya pemelibarasn, @ 45 Neraca Energi Neruca energi seperti dtunjukkan oleh Tabel 4.2 perlu dibuat Karena neraca energi ini merupakan dasar untuk menyusun anggaran biaya bahan bakar yang merupakan unsur biaya terbesar dari biaya operas! sistem tenaga listik Neraca energi umummya disusun untuk periode | bulan; misalnya untuk bulan Maret diperlukan data dan informasi sebagai berikut LC EZ Unit beropecsi Unit menjtaniperetiarsan Unit mengalami gangguan a Z a Unit sap operat teap tidak diopeasiken (stant) Gambar 44, Hat-hal yang dialumi unit pembangkit dalam satu tahun (8760 jam). a. Faktor Beban Bulan Maret Faktor beban didapat berdasarkan statistik bulanan nilai faktor beban. Misalkan faktor beban bulan Maret satu tahun yang lalu = 0.74. Tetapi pengamatan statistik 12 bulan terakhir menunjukkan bahwa faktor beban sistem cenderung naik, maka diperkirakan faktor beban bulan Maret yang akan datang = 0,75 schingga perkiraan produksi untuk bulan Maret adalah (libat neraca daya/Tabel 4,1): Beban Puncak x Faktor Beban x Jumlah Jam = 1,930 MW x 0,75 x 31 x 24 = 1.076.940 MWh b. Perkiraan Produksi PLYA Bulan Maret Peskiraan Produksi PLTA dibuat atas dasar perkiraan air yang tersedia untuk PLTA bersangkutan, Statistik dam ramalan cuaca, perhitungan unit pembangkit PLTA yang siap beroperasi seperti terlihat pada Tabel 4.1 (Neruca Daya). Misalkan dari perkiraan air yang akan masuk ke PLTA dalam bulan Maret dapat diproduiksi tenaga listrik sebanyak 180,000 MWh. Hal ini peclu dicek apakah unit pembangkit PLTA yang telah siap operasi dalam bulan Maret, (yaitu 350 MW menurut Tabel 4.1) bisa membangkitkan 180.000 MWh. Pengecekan ini melalui perkiraan jam operasi yang juga sering disebut sehagai jam nyala unit, yaitu = Produksi: Daya Tersedia = 180.000 MWh ; 350 MW = 514,28 jam, Karena dalam bulan Maret tersedia waktu sebanyak 31 > 24 = 744 jam, maka jam nyala unit selamia 514,28 jam dapat dianggap sebagai bisa dilaksanakan, setelah mempertimbangkan kemungkinan terjadinya gangguan Yang menyebabkan unit tersebut keluar dari operasi serta Kemungkinan terpaksa mengurangi kapasitas unit derating) karena adanya gangguan. ©. Biaya Bahan Bakar Unit Pembangkit Terms, Biaya bahan bakar unit-unit pembangkit termis periu diketabui untuk membagi beban dimulai dati tnit-unit ‘Termis dengan urutan termurah lebih cahulu, kemudian diikuti dengan yang lebih mahal, yang dalam bahasa Inggris disebut Merit Loading. Berdasarkan pengamatan operasi, misalkan didapat Biaya Bahan Bakar per kWh untuk: PLTU Batubara Rp100,00 per kWh PLTGU yang memakai Gas Rp150,00 per kWh PLIG yang memakai behan bakar minyak 600,00 per kWh Berdasarkan angka-angka biaya bahan bakar pada butir c dan mengacu pada Tabel 4.1 di mana uunit-unit termis pada contoh ini hanya PLTU dan PLTG saja, maka alokasi pembebanan unit termis setelah dikurangi Produkst PLTA terlebif: dahulv, dimulai dengan alokasi produksi untuk PLTU, yaitu Produksi Total ~ Produksi PLTA = 1.076.940 MWh ~ 180.000 MWh = 896.940 MWh. Dengan roduksi 896.940 MWh, maka jam operasi (nyala) dalam bulat Maret akan mencapai = 896.940 MWh Daya tersedia oleh PLTU pada bulan Maret = 896.940 MWh : 1.600 MW = $60,59 jam, hal ini masih mungkin dicapai oleh PLTU tersebut dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya gangguan dan derating, Dengan demikian, neraca energi untuk bulan Maret adalah sebagai berikut: Tabel 42° Neraca Energi Sistem Pusat Lisi Produksi am Nya PLTA, 180.000 MWh 514.28 jam PLTU 890.940 MWh 560,59 jam PLIG: 0 0 Sistem 1.076.940 MW, Biaya bahan bakar bulan Maret diperkirakan sebesar (bagi PLTU saja): 896.940 1,000 x Rp100,00 = Rp89.694.000.000,00 @ 4.6 kurva Lama Beban ‘tka seksrang disusun neraca energi untak bulen Januari dengan mengacu pada Tabel 4.1 (neraca daye dengan perkiraan, perkiraan sebagai berikut: 4% Faktor bebsn bulan Januari = 0,70, lebih rendah deripada faktor beban bulan Maret, karena pengart fiburan akhir tahun dan permulaan tahun >. Produksi PITA sebesar 250.000 MWh, lebih tinggi datipads untuk bulan Maret karena air yang masu PLTA pada bulan Januari diperkirakan lebih besar daripada untuk bulan Maret (berkaitan denga ‘musim hyjan). Berdasurkan perkiraan ini didapat: Produksi yang diperlukan untuk bulan Januari = Beben Puncak x Faktor Beban x 31 x 24 1.910 MW x 0,30 x 31 x 24 jam 994.728 MWh Kepertuan produksi ini dialokasikan sebagai berikut : (Iihat Tabel 4.1) + PLTA Jam nyala PLTA = MWh yang diproduksi PLTA : Daya Terpasang PLTA 250.000 MWh : S00 MW = 500 h Gam) + PLTU MWAH yang diproduksi PLTU = Produksi yaug diperlukan bulan Januari ~ MWh yang diproduksi PLEA (994.728 — 250,000) MWh = 744.728 MWh Jam nyala = MWh yang diproduksi PLTU : Daya tersedia PLTU 744,728 MWh : 1.100 MW = 677,03 h Gam) Dalim bulan Januari, jam nyala PLT sebesar $00 jam dan jam nyala PLTU sebesar 677,03 jam dapat dicapai dari segi neraca enetwi. ‘Tetapi jika memperhatikan neraca daya, Tabel 4.1, pada bulan Januari, beban puncak sebesar 1.910 MW. {tidak mungkin dapat dipenubi oleh PLTA dan PLTU saja, karena dayia yang tersedia dari PLTA dan PLTU dalam balan Januari hanyslah = 500 MW + 1.100) MW = 1,600 MW. Kekurangannya di waklu beban puncak sebesar Gn Lo MW ~ 1.600 MW = 310 MW harus diisi oleh PLTG walaupn biaya bahan bakarnya mahal, yaitu Rp. 600, Bet KWh. Berapa lama PLT terscbut harus dioperaskan tergantong pada berapa lama beban berlangsung Gi atas 1.600 MW, yaitu di atas kemampuan penyediaan daya olch PLTA dan PLTU. Dengan demikian, norace energi juga harus menunjukkan adanya produksi kWh oleh PLTG. Untuk merudahkan analsis mengenai alokasi energi ini digunskan kurva lama beban sistem seperti Gitonjokkan oleh Gambar 4.5. Kurva lama beban ini meniggambarkan lamanya suatu beban berlangsung dalam Selemmya. Laas permakaan di bawah kurva lama beban menggambarkan kebutuhan enorgi sistem bersangkutan, Sumnbu datar menggambarkan Tamanya beban berlangsung dalam sata periode tertenty. Dalam Cambar 45, diambil periode satu bulan 744 jam (31 hari) atau 720 jam (30 havi). Sumbu tegak menggambarkan daya dari bboban sictem. Alokasi energi bagi setiap pusat listrik dapat dilakukan dengan membagi-bagi permukaan di bawah kurva Jama beban menjadi segmen-segmen yang dialokasikan pada seta pusat listrk, sepecti ditunjukkun olch Gamber 4, Setiap pusat listik, kecuali PLTG, mendapat segmen beban dasar yang konstan besaraya dan segmen bebe varlabel yang besarnya berubah-ubah serta berlangsung kurang dari satu bulan, Alokast energi PLIG hanya berupa segmen variabel. Hal ini discbabkan PLTG hanya dibutuhkan sewaktu beban puncak saja (sewaktu beban lebih besar dari 1,600 MW), yatu sewakta beban melebii kemampuan penyediaan daya oleh PLTU dan PLTA. Dalam menyusun segmen PLITA, harus diingat perkiraan tersedianya si selain tersedianya daya PLTA. Hal Beban (MW) ts PLTG BBM PLTGU Gas pee PLTA PLTU Batubara > Lamanya dani) ‘Keterangan: Korsumsi Spesifik Bahan Bakar; cefWh untuk Bahan Bekar Cain ke/kWh untuk Bahan Bakar Padat. MMSCFWh untuk Bahan Baker Gas. Gambar 43. Alokusi enerei untk satw bulan (744 jam) melalui segmentasi kurva lama beban i disebabkan oleh banyaknya air yang tersedia, terkait dengan Iuasnya segmen yang dialokasikan kepada PLTA, Sctclah dilakukan alokasi energi dengan juga memasukkan Merit Loading, selanjutnya dapat diperkirakan kebutuhan Biaya Bahan Bakar yang termurah.® @ 4.7 _Keandalan Pembangkit Dalam Subbab 4.44, disebutkan bahwa Fareed Outage Rate (FOR) adalah suatu faktor yang menggambarkan keandalan unit pembangkit. Dalam sistem interkoneksi yang terdiri dari banyak unit pembangkit, maka keandalan unit-unit pembangkit yang beroperasi dibandingkan dengan beban yang harus dilayani maenggambarkan keandalin sistem tersebut, Ada angka yang menggambarkan berapa besar probabilitas unit-unit pembangkit yang beroperasi tidak ‘mampa melayani beban, Angka probabilitas ini dalam bahasa Inggris disebut foss of load probability atau bias disingkat LOLP, Gambar 4.6 menggambarkon secara kualitatif besarya LOLP untuk suatu sistem, yaitu: LOLP = p x7 as) «di mana: p menggambarkan probabilitas sistem dapat menyediakan daya sebesar b, 4 menggambarkan lamanya garis tersedianya daya sebesar b memotong kurva lama bebsn daci sistem, Nila LOLP biasanya dinyatakan dalam havi yer lun, Makin kecil nilai LOLP, makin tinggi keandalan sistem, Scbaliknya, makin besar nilai LOLP, makin rendah keandalan sistem, karena hal ini berarti probabilitas sistem tidak dapat melayani beban yang makin besar. Nilai LOLP dapat diperkecil dengan menambah daya terpasang atau menurunkan nilai FOR unit pembanigkit ‘arena dua langkah ini dapat memperkeeil probabilitas daya tersedia b pada Gambar 4.6 menjadi terlala rendah sehingga memotong kurva lama beban dengan nilai t yang lebih lama, Beban (MW) t 1 Tersedia daya b Protubilitasnya =p 365 —= Lamanya ¢Hariy Gambar 4.6. Penggambaran LOLP = p x+ dalam hari per tahun pada Kurva Lama Beban. Pefentian besaraya nilai LOLP dari suatu sistem harus mempertimbangkan besarnya peran penyediaan tenaga Tistrik pada sistem tersebut atau dengan kata lin berapa hesar keragian yang dislam) pemakai tenaga jserik (konsumen) apabila terjadi interupsi (gangguan) penyediaan tonaga listik. Misalnyia daliey sistem yang berupa sebuali PLID dengan beberapa unit pembangkit yang memasok tenagalistrik ke sebuah pabrik, LOLE ari sistem ini ditentukan dengan mempertinbangkan berapa kerugian yang timbul apabils pabrik mengalami samgguan pasokan tenags lisuik yang dinyatakan dalam Rupiah per kWh terputus. Fada sistem yang besar seperti sistem PLN, penentuan nilei LOLP haruslah memperiimbengkan harga {Rupiah per kWh tesputus secara nasional Hal ini disebabkan terputusnya pasokan kWh PLN berati menimbullen erugian nasional. Standar PLN mengenai LOLP adalah 3 bari per whun untuk sistem interkonoks Tawa don 5 lima bari per tabun untuk sistem di luar Jawa ® @ 4.8 kurva Input-Output urva Input-Output seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.7, menggambarkan besarnya input yang haris dlibertkum pada unit pembangkit sebagai fungsi dari ootputnya, Kurva ini didapat melalui porcobwan. Unga anit pembangkit terms, inpuimya adalat hahan bakar vang dinyatakan dalam Rupiah per jam dengan output day ‘yang dibsngkitkan dinyatakan dalam Mega Watt (MW), Sedangkan untuk unit pembangkit hidro, inputnya adalah jumlah air yang masuk dinyatakan dalam m?/ detik, sedangkan outputnya alslah daya yang dibangkitkan dalam MW. or Tapel-Output ini juga dapat dinyatakan dengan fungsi polinomil. Bentukuys hampi lnier schingga Fein Ainvatakan dengan fungsi potinomial, suku dengan pangkat 2 ke atas adalah keci. Rurva Input-Output Usa melalui Gk nol Karena adanya rugi-ugi pada beban (output) nol. Rugi-rugi beban nol disehablan adanya Secarm matematis, beyitu pula untuk subsistem termis yang terri dari banyak unit p. sebuah unit pembangkit termis, biaya bahan bakaraya pada suatu seat dengan output (beban) scbesar Pr adalah FR). ks Subsistem termis tert dai sejumlah n unit pembangkit termis dan biaya bahan bekar unit pembangkit Xe adalah F, (Py), maka jumiah biaya bahan bakar pada saat t dari subsistem termis yang tendii dari n ont adalah: Baye Bahan Bakar F Debit ie g (pla) (ow der ! ' Re) iP) — Bae, Behan Py “ww ‘sayy Gambar 4.74. Kurva input-output dari unit pembangkit — Gambar 4.7R. Kurva inten dar it embark hidro, tennis LAF) a6) A i mana j adalah indeks jumlah unit ju i ul fiode waktu fertentu, misalnys Jika diinginkan, jumlah biaya bohan bakar subsistem termis untuk suatu peri 74 jam (Giasumsikan beban dan biaya bahan bakar selama I jam adalah konstan) maka biaya bahan bakar selama 24 jam adalah: we EE 5) a ama BR di mana At slang waktu yang dmb sin 1 Inds slang wala Jka wal shar (24 jm) dog tas seperempat jam (At = 0,2 am) dan selama sepermpat far beban langgap Konstan, maka dan shar (96 x 025 am bia ban ar alah Y Satya (47m) RK 1 jam, stan (biaya Makin kocil selang waitu t yang diambil di mana pada selang wakn in bean dangeap kon v bbahan bakar juga konstan), makin teliti perhitungan biaya bahan bakar yang dis A vane optimum Kurva Input-Output unit pembangkit termis juga digunakan untuk mencari pembagi eheiee yng 4i ana unit pembaneAt toms une mencepl bisa Caan bak Sang tim eng antara unit i ic load dispatch. | sm unit commitment dan program economic load oe a an Fa progr wr conta pin su wt Pentangle ah ena capai bia bakar semurah mungkin, Program unit commit ara top Ostps di nt a eaanges ung Depa Gar Ce ans ar hee ce Pa urva Input-Output dari unit-uni recursive dynamic programming. ae "77S at yelag i coma nok opel maki ep ea stapes is yang beropers dapat disk dalam ‘operasi real time (wakt yang ere Fat pe stay 5 meat enon sat progian erate nh mencaplHeaatt nonce seng an atan SE pada Korea Input-Output mnt Cost adi Keni Baya Yatan taka per Kemikanboban ata SE Pala keadsan incremental cost yang sama, dicapai biaya bahan bakar dant nt ae inl seting disebut economic load dispatch dan prograns dari unit pembangkit vermis yong akan diikutkan ke dalam program ini.” Dalam sistem interkoneksi di mana terdopat unit hideo dee berbagai unit termi sistem clperlakan untuk melakukan lengksh operas! yang penting, yaitu: &Optimasi hidro-termis b. Pengoperasian PLIA pompa ©. Expor-impor energi=* » kurva incremental cost @ 49 Cadanzan Berputar dan Pele asan Beban Apabila sebuah unit pembangkit mempunyai kapasitas 100 MIW tetapi hanya dibebani 60 MW, maka selisih pac nabasits 100 MW dengan beban 60 MW, yaitu sebesar 40 MW. merupakan cadangan berputar yang ada adit unit pembangkit tersebut, Cadangan berputar, baile dalam sistem solated),diperlukau untuk pengaturan freku. daya MW setigp saat. Pengsturan frckuensi seperti divraikan dalam Bab 2, dilakukan oleh intetkoneksi maypun dalam sistom yang berdin sensi (Tesolin ‘ens Hal ini disebsbkan pengaturan frekuensi memeclukan tersedianya governor. Governor turbin ait akan bah air penggerak turbin apebila frekuensi turun, egit juga pada turbin uap, goveror akan menambah pemberian “wp Penggerak turbin apabila terjadi penurunan ‘rekuens. Hal ini semua memeriukan adanya eadangan berputar pada PLTA atau PLTU, Pada Unit Pembangkit PTLD dan PLTG, gonemor akan langsung menainbsh bafan bakar melalui pengaturan Kawup bahan bakar untuk menambah MW dan mencceah Penurunan frekuensi, Dalam hal ini iyea diperlaan &Beriambahnya beban dalam sistem Tesadinya gangguan unit pembangkit sehingga Keluar dari operas ‘Bovir a harus dianisipasi dengan membuat perkirsan heban sistem yong sel, Kem pesenganvaan pemungkitan Yang tepa, temasuk perencansar, etangas, bexpatarhya ‘bunt baits teadinya gangguan vit pembangkit, merepakan sesuaty yang tide dapat dibindarkan svalanpun tidsk dikehendaki, Untuk tw, periy ada pedoman operas: dalarn mengetasi gangeuan, apabia samp tesjadi gangzuan. Gtheyun seperti tercbut dalam butr b menyebabkan fkwensiturun, govemor dar unit yang Wi rergangau yang musih beropersi skan menygnnakst.cadangan berpotar yang mash ada untak mentpetahaikah Faereey dak beruba, Cadangan berputar ini bien teres tsron dan bist habs. Apabila cadangan berputae telah this tetapi frekuensi masih fers turun, sistem bersangktcan dapat mengalami gangguan otal dalam rt semust init pembangkit akhimya trip (keluar dari operas) Karena semoanya mengslami pembebanan [ein ‘atuk mencegah trjadinya gangguan total, peri dlaaban pelepasan Deban sewakt frekuensi yang ters turun, Pelepacan bebaa ini dlakukan dengan menegunakan tet fckuensi rendah (Unde.frequercy relay), Belt Treknensi wendah. isalnya disetl dengaa wax tap. yaita 49.50; 49.00; dan 48,50 Hertz dan ditasane. gaa penyilang distibue ont tahap t de aap 2, sedamghan unk tahap 3 dpasang pads salaran vans aukuti dengan Perkembangan terakhir dalam teknik pelepasan beban, juga menggunakan relai yang mendetcksi keeepatan tanya eons AE, Pn gangguan an lies, eum eben sem es Bes dan a aP akan beer

You might also like