You are on page 1of 26

Tugas Individu

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi


Dosen : Nur Kherayani, SE., M.Si

TUGAS RINGKASAN
TEORI PERILAKU KONSUMEN
BIAYA PRODUKSI
PERSAINGAN DAN MONOPOLI

O l e h :

M. NUR ALAM
0931 201016

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN


YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
TAHUN 2009 / 2010
BAB 1
TEORI PELAKU KONSUMEN

A. Pola Perilaku Konsumen dalam Konsumsi


Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain,
perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai
tujuan tertentu. Motivasi orang-orang tergantung pada kekuatan-kekuatan motif-
motif mereka. Pada dasarnya, motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan merupakan
alasan-alasan yang melandasi perilaku.
Kebutuhan ataupun keinginan setiap orang begitu banyak. Apabila
dihitung tidak akan habis-habisnya. Oleh karena itu, dalam hidup kita selalu
dihadapkan dengan berbagai alternatif pilihan dan kita harus selalu melakukan
pilihan sehubungan dengan sumber daya yang tersedia terbatas. Konsep pilihan
merupakan perilaku konsumen yang mendasar. Konsep dasar perilaku konsumen
menyatakan bahwa pada umumnya konsumen selalu berusaha untuk mencapai
utilitas yang maksimal dari pemakaian benda. Yang dimaksud utilitas adalah
derajat seberapa besar sebuah barang atau jasa dapat memuaskan kebutuhan
seorang atau ukuran kepuasan yang diterima dari penggunaan barang atau jasa.
Karena berkaitan dengan ukuran kepuasan dari penggunaan barang dan jasa,
utilitas sering disebut sebagai nilai guna. Setiap konsumen mempunyai tingkat
kepuasan yang berbeda-beda, namun setiap orang akan berusaha mencapai
kepuasan yang maksimal.
Konsumen adalah individu yang mengkonsumsi barang dan jasa. Dalam
melakukan kegiatan konsumsi konsumen berperilaku macam-macam. Namun,
pada intinya konsumen ingin memaksimalkan kepuasan dengan sejumlah
pendapatan yang dimilikinya.
Untuk menerangkan perilaku konsumen dalam memaksimalkan kepuasan
dikenal dua pendekatan, yaitu : pendekatan nilai guna atau pendekatan cardinal
dan pendekatan kurva indiferen atau pendekatan ordinal.
1. Pendekatan Nilai Guna (Pendekatan Kardinal)
Dalam pendekatan ini, konsumen dianggap mengkonsumsi kombinasi
barang untuk mendapatkan kepuasan yang maksimal dan tambahan kepuasan
yang diperoleh dari tambahan konsumsi suatu barang secara terus menerus
akan semakin berkurang.
Dalam pendekatan cardinal dikenal istilah nilai guna total dan nilai
guna marginal. Nilai guna total adalah kepuasan total yang dinikmati oleh
konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa tertentu,
sedangkan nilai guna marginal adalah tambahan kepuasan yang dinikmati
konsumen dari setiap tambahan barang atau jasa yang dikonsumsinya.
Bila diperhatikan lebih baik, ternyata konsumen akan memperoleh
kepuasan maksimal jika tambahan kepuasan terhadap pakaian dibagi dengan
harga pemakaian sama dengan tambahan kepuasan terhadap makanan dibagi
dengan harga makanan. Artinya, kepuasan maksimal konsumen tercapai saat
setiap satuan rupiah yang terakhir memberikan tambahan kepuasan yang sama
dari masing-masing barang. Hal ini dapat dinotasikan sebagai berikut :
MU Pakaian MU Makanan
=
PPakaian PMakanan
35/1 35/1
Hal inilah yang disebut keseimbangan konsumen, yaitu tambahan nilai
guna untuk rupiah terakhir konsumen untuk masing-masing kombinasi barang
sama.

2. Pendekatan Kurva Indiferen (Pendekatan Ordinal)


a. Pengertian Kurva Indiferen
Kurva indiferen adalah kurva yang menerangkan tempat
kedudukan titik-titik yang menunjukkan kombinasi barang-barang yang
dikonsumsi konsumen yang memberikan kepuasan yang sama. Dalam
menggambarkan kurva indiferen perlu diperhatikan beberapa asumsi
berikut ini.
1) Rasionalitas, artinya konsumen diasumsikan rasional
dan berusaha memaksimalkan kepuasan.
2) Selera konsumen tercermin dalam kurva indiferen
yang terdiri dari banyak kurva indiferen yang tidak saling berpotongan
satu sama lain.
3) Kurva indiferen yang letaknya lebih jauh dari titik
original menggambarkan kepuasan konsumen yang lebih tinggi.
b. Garis Anggaran Konsumen (Budget Constraint)
Dalam memaksimalkan kepuasannya, konsumen dihadapkan
kepada budget constraint (kendala anggaran) yang dimiliki oleh
konsumen. Konsumen diasumsikan selalu memaksimalkan kepuasannya,
dengan kata lain konsumen ingin berada di kurva indiferen yang paling
jauh dari titik origin. Namun, untuk mencapai kurva indiferen ini,
konsumen tidak bisa bebas karena dibatasi oleh kendala anggaran yang
tersedia. Selain itu, harga barang juga turut mempengaruhi konsumen
sehingga konsumen tidak bebas untuk mencapai tingkat keputusan yang
maksimal.
Budget constraint memiliki beberapa ciri yang penting, yaitu :
1) Pendapatan dan harga barang dapat dilihat dari budget constraint
tersebut.
2) Letak budget constraint ditentukan oleh tingginya pendapatan
konsumen dan harga barang.
c. Keseimbangan Konsumen
Konsumen akan memperoleh kepuasan maksimal apabila
menghabiskan semua pendapatannya untuk membeli dan mengkonsumsi
kombinasi barang di mana garis anggaran tepat bersinggungan dengan
kurva indiferen. Keadaan ini disebut keseimbangan konsumen.
Keseimbangan konsumen ini terjadi saat marginal utility (nilai guna
marginal) makanan dibagi dengan harga makanan. Secara notasi dapat
dinyatakan sebagai berikut :
MU Pakaian MU Makanan
=
PPakaian PMakanan
Kondisi keseimbangan konsumen dapat digambarkan dengan
menggunakan kurva indiferen dengan garis anggaran. Dengan cara ini
akan terlihat salah satu kurva indiferen tersebut akan menyinggung garis
anggaran. Saat persinggungan kurva indiferen dengan garis anggaran
inilah terjadi keseimbangan konsumen.

B. Produksi
1. Pengertian Produksi
Produksi dapat kita lihat dimana saja. Produksi yang sederhana adalah
petani yang menanam padi pada sebidang tanah. Dalam waktu 3 atau 4 bulan
ia sudah bisa memanennya. Setiap hari kita memerlukan banyak peralatan,
seperti pensil, penggaris, karet penghapus, dan lain-lain. Pernahkah kita
berfikir bagaimana barang-barang itu ada? Proses apakah yang dilaluinya
sehingga bisa memenuhi kebutuhan kita ?
Kegiatan membuat barang-barang tersebut dinamakan produksi.
Produksi sangat berkaitan dengan nilai guna suatu barang. Orang hanya akan
membuat barang-barang yang berguna. Maka produksi dapat juga disebut
kegiatan menambah nilai guna suatu barang. Secara keseluruhan produksi
diartikan sebagai kegiatan membuat atau menambah nilai guna suatu barang.

2. Tujuan Produksi
Sejalan dengan adanya globalisasi ekonomi, maka kegiatan produksi
juga ditujukan untuk memenuhi pasar internasional. Perkembangan
masyarakat antara lain dapat diukur dari tingkat kemakmuran yang tercermin
dari banyaknya produksi barang dan jasa. Karena itu kegiatan produksi tidak
hanya ditujukan untuk menghasilkan barang dan jasa, tetapi juga untuk
meningkatkan kemakmuran masyarakat.
Tujuan kegiatan produksi adalah sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga keluarga maupun
rumah tangga produksi.
b. Untuk mengganti barang yang rusak (aus) atau barang yang
habis
c. Untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan
zaman dan kemajuan teknologi serta penduduk yang semakin meningkat.
d. Untuk memenuhi pasar internasional
e. Untuk mendapatkan keuntungan
f. Untuk meningkatkan kemakmuran.

3. Faktor Produksi
Untuk melakukan kegiatan produksi diperlukan bahan-bahan yang
memungkinkan dilakukannya produksi, yaitu tanah atau sumber daya alam,
tenaga manusia, modal dalam segala bentuknya serta kecakapan atau
keterampilan. Semua unsur-unsur tersebut dinamakan faktor-faktor produksi.
Jadi, faktor produksi adalah semua unsur yang menopang usaha penciptaan
nilai atau usaha memperbesar nilai barang / jasa.
Di dalam ilmu ekonomi faktor produksi terdiri dari 4 (empat) macam,
yaitu :
a. Tanah atau sumber daya alam (natural resources)
b. Tenaga kerja (labor)
c. Modal (capital), dan
d. Skill kewirausahaan (entrepreneurship)

4. Pola Perilaku Produsen


a. Produksi Jangka Pendek
Dalam membahas teori produksi kita perlu membedakan
pengertian jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek dan jangka
panjang tidak terkait dengan lamanya waktu yang digunakan dalam proses
produksi suatu barang, tetapi lebih kepada sifat faktor produksi yang
digunakan. Produksi dalam jangka pendek berarti terdapat satu faktor
produksi yang bersifat tetap, sedangkan faktor produksi lainnya bersifat
variabel (berubah-ubah). Produksi dalam jangka panjang berarti semua
faktor produksi yang digunakan bersifat variabel (berubah-ubah).
b. Jangka Panjang
Sebagaimana telah dijelaskan, produksi dalam jangka panjang
tidak terkait dengan jangka waktu proses produksi, tetapi lebih kepada
sifat faktor produksi yang digunakan. Dalam jangka panjang semua faktor
produksi yang digunakan bersifat variabel atau berubah-ubah. Untuk
menerangkan teori produksi dalam jangka panjang, kita akan mempelajari
kurva isoquant, isocost, dan jumlah produksi optimal.
PASAR MONOPOLI

A. Deskripsi dan Ciri Pasar Monopoli


Sesuai dengan namanya monopoli adalah struktur pasar dimana hanya
terdapat satu penjual atau produsen yang melayani sedemikian banyak pembeli
atau konsumen. Monopoli merupakan bentuk ekstrim dari struktur pasar selain
bentuk persaingan sempurna. Namun, jika persaingan sempurna sulit untuk
ditemukan, monopoli lebih mudah dan cukup banyak pelakunya di Indonesia.
Misalnya jasa angkutan kereta api hanya dilayani oleh PT. KAI, jasa sambungan
listrik hanya dilayani oleh PT. PLN, dan air bersih hanya dilayani oleh PDAM.
Untuk menerangkan struktur pasar monopoli kita perlu mengetahui sebab
atau sumber-sumber terjadinya monopoli tersebut. Sumber terjadinya monopoli
adalah sebagai berikut :
1. Monopoli Sumber Daya
Monopoli sumber daya adalah cara termudah untuk menjadi pelaku monopoli.
Monopoli sumber daya ditandai oleh sebuah perusahaan yang menguasai
sumber daya penting secara tunggal.
2. Monopoli Ciptaan Pemerintah
Monopoli ciptaan pemerintah terjadi jika pemerintah memberikan hak cipta
atas suatu produk kepada sebuah perusahaan tunggal tertentu. Biasanya hal ini
merupakan penghargaan pemerintah atas prestasi perusahaan tertentu dalam
menemukan suatu teknologi atau produk baru yang inovatif.
3. Monopoli Alamiah
Monopoli alamiah terjadi jika sebuah perusahaan tunggal mampu melayani
keseluruhan pasar dengan biaya atau harga lebih murah dibandingkan jika
disektor tersebut terdapat dua atau lebih perusahaan. Monopoli alamiah sering
kita temukan pada pelayanan air minum di daerah atau perusahaan daerah air
minum. Biasanya hanya terdapat satu saja PDAM di setiap daerah karena
dengan hanya satu perusahaan kebutuhan masyarakat dapat dilayani dengan
harga satu perusahaan kebutuhan masyarakat dapat dilayani dengan harga
yang lebih murah.

B. Kebaikan Pasar Monopoli


Monopoli memiliki beberapa kebaikan sebagai berikut :
1. Efisiensi Produksi
Dalam kasus monopoli alamiah akan lebih efisien jika hanya satu perusahaan
memproduksi barang atau jasa tertentu. Seperti diuraikan di atas, dengan
adanya perusahaan tunggal biaya produksi untuk mendistribusikan air lebih
murah dibandingkan jika dua atau lebih perusahaan. Hal ini tentu saja
menguntungkan konsumen yang bisa membayar lebih murah.
2. Mendorong Terjadinya Inovasi
Pemberian paten dan hak cipta bisa mendorong terjadinya inovasi. Banyak
perusahaan menganggarkan dana untuk kegiatan riset dan penelitian terhadap
teknik dan cara baru dalam berproduksi. Dengan adanya paten dan hak cipta,
perusahaan makin terinovasi untuk melakukan hal tersebut karena usaha
mereka dihargai oleh pemerintah dan tidak khawatir produk mereka ditiru
oleh pesaing karena dilindungi oleh hak cipta.
3. Mengurangi Persaingan yang tidak Bermanfaat
Dalam pasar tertentu persaingan bisa meningkatkan biaya sehingga konsumen
dirugikan karena membayar lebih mahal. Jadi, dengan adanya monopoli
konsumen lebih untuk daripada banyak perusahaan yang beroperasi di pasar
tersebut.

C. Keburukan Monopoli
1. Penyalahgunaan Kekuatan Pasar
Monopoli cenderung menyalahgunakan kekuatan pasar yang dimilikinya
untuk bisa mencapai laba maksimal dengan cara menetapkan harga yang
tinggi padahal biaya marginal yang ditanggung sangat kecil.
2. Tingkat Produksi yang Lebih Rendah
Pelaku monopoli memproduksi lebih rendah dibandingkan dari jumlah
seharusnya. Hal ini tentu saja membuat konsumen sangat tergantung kepada
monooplis dan monopolis bisa menetapkan harga yang tinggi bagi produknya
sehingga merugikan konsumen.
3. Mengurangi Kesejahteraan Konsumen
Harga tinggi yang ditetapkan monopolis akan mengurangi kesejahteraan
konsumen. Setiap kali konsumen membayar lebih kepada monopolis,
kesejahteraan konsumen berkurang sebesar pembayaran lebih itu. Namun,
kondisi sebaliknya terjadi pada monopolis. Kesejahteraan konsumen yang
berkurang, membuat monopolis makin sejahtera. Surplus konsumen yang
biasanya dinikmati konsumen, sekarang berpindah kepada monopolis.
4. Ketidakadilan
Hal yang paling mendasar dari sisi negatif monopoli adalah ketidakadilan. Hal
ini terwujud dalam bentuk harga yang tinggi dan jumlah produk yang tidak
maksimal diproduksi. Dengan demikian, laba yang diperoleh monopolis
sangat tinggi. Monopolis sejahtera di atas penderitaan konsumen yang
membayar lebih mahal daripada seharusnya.

D. Pasar Persaingan Monopolistik (Monopolistic


Competition)
1. Deskripsi dan Ciri Pasar Persaingan
Monopolistik
Pasar persaingan monopolistik adalah suatu struktur pasar dimana
terdapat banyak produsen yang menjual produk yang kurang lebih sama,
tetapi dengan berbagai macam variasi. Pasar persaingan monopolistik
memiliki ciri sebagai berikut :
a. Terdapat banyak penjual. Ciri ini
mendekatkan pasar persaingan monopolistik ke ciri pasar persaingan
sempurna, tetapi jumlah penjual tetap lebih sedikit dibandingkan dengan
pasar persaingan sempurna. Penjual yang banyak ini memperebutkan
sejumlah konsumen yang sama.
b. Terdapat diferensiasi produk. Dalam
pasar persaingan monopolistik produk-produk yang dijual memiliki
perbedaan dengan produk lain meskipun fungsi produk tersebut tetap
sama.
c. Terdapat kebebasan untuk keluar-masuk
pasar. Tidak seperti pasar oligopoli dan monopoli yang memiliki
hambatan untuk masuk, pasar persaingan monopolistik dapat senantiasa
dimasuki atau ditinggalkan. Hal ini terkait dengan laba ekonomis. Pada
saat perusahaan masih sedikit di pasar, laba ekonomis cukup tinggi
sehingga menarik perusahaan lain untuk memasuki pasar ini. Namun,
dengan makin banyaknya perusahaan dalam pasar, laba ekonomis akan
terdorong menjadi nol sehingga pasar menjadi tidak menarik lagi dan
perusahaan bisa memutuskan untuk meninggalkan pasar.

2. Kebaikan Pasar Persaingan Monopolistik


Pasar persaingan monopolistik memiliki kebaikan sebagai berikut :
a. Dengan banyaknya penjual, konsumen
memiliki pilihan sehingga dari sisi konsumen menguntungkan karena
produsen akan berupaya melayani konsumen sebaik mungkin. Kecuali itu,
produk yang dihasilkan pun harus dengan kualitas terbaik karena jika
konsumen memperoleh produk yang cacat, ia akan berpindah ke produsen
lain.
b. Kebebasan keluar-masuk pasar akan
mendorong produsen untuk berkompetisi dengan sehat sehingga
mendorong untuk selalu inovatif dalam menghasilkan produknya.
c. Diferensiasi produk mendorong
konsumen untuk selektif dalam menentukan produk yang diinginkannya
dan terkadang konsumen bisa yang loyal terhadap produk yang dihasilkan
produsen karena telah mengenal dengan baik produk yang dihasilkan
produsen tersebut.
d. Pasar persaingan monopolistik
merupakan pasar yang mudah dijumpai. Pasar persaingan monopolistik
merupakan pasar yang sering dijumpai oleh konsumen karena sebagian
besar produk yang dibutuhkan berada dalam pasar ini.

3. Keburukan Pasar Persaingan Monopolistik


Pasar persaingan monopolistik memiliki keburukan sebagai berikut :
a. Pasar ini memiliki tingkat persaingan
yang sangat tinggi, baik dari segi harga, kualitas produk maupun
pelayanan. Jadi, jika produsen tidak memiliki modal dan pengalaman yang
cukup akan cepat keluar dari pasar atau gulung tikar.
b. Meskipun terdapat kebebasan untuk
keluar-masuk, untuk memasuki pasar tetap dibutuhkan modal yang besar
karena para pemain di dalam pasar telah memiliki skala ekonomis yang
cukup tinggi.
c. Pasar ini mendorong produsen untuk
mengadakan inovasi produk sehingga meningkatkan biaya perusahaan
yang pada akhirnya berimbas kepada harga produk yang dibayar
konsumen.

4. Pendapatan Perusahaan dalam Pasar


Persaingan Monopolistik
a. Jangka Pendek
Dalam jangka pendek perusahaan dalam pasar persaingan
monopolistik mirip dengan perusahaan dalam pasar monopoli. Hal ini
disebabkan oleh produk yang berbeda dengan pesaing dan adanya
kekuatan untuk menentukan harga jual (price maker).
b. Jangka Panjang
Dalam jangka panjang akan muncul perusahaan-perusahaan baru
yang tertarik untuk masuk karena melihat adanya laba ekonomi yang
cukup tinggi dalam pasar. Dengan adanya pemain baru ini, laba ekonomis
yang diperoleh menjadi kecil. Dengan kata lain, masuknya pemain baru ke
pasar akan mendorong kurva permintaan ke kiri yang menandakan
berkurangnya permintaan atas produk perusahaan, dengan berkurangnya
permintaan, laba pun akan berkurang.
BAB 2
BIAYA PRODUKSI

A. Pengertian
Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk
dapat menghasilkan output. Sudah dijelaskan di depan-pada bagian satu-bahwa
produksi dapat dilaksanakan apabila tersedia faktor-faktor produksi. Seorang
pengusaha (entrepreneu) yang ingin melakukan produksi tentu harus terlebih
dahulu menyediakan faktor-faktor produksi itu.
Sudah barang tentu pula bahwa semua faktor produksi itu tidak dapat
diperoleh dengan cuma-cuma, melainkan harus dibeli karena tidak ada satu faktor
produksi pun yang merupakan barang bebas; semuanya adalah barang ekonomi
yang jumlah atau tersedianya langka (searce) sehingga untuk mendapatkannya
tentu harus dilakukan pengorbanan. Adapun bentuk pengorbanan ini, yang paling
jelas adalah pembelian. Dengan demikian, biaya produksi tidak lebih dan tidak
kurang daripada penjumlahan harga-harga faktor produksi atau imput itu.
Sekalipun besarnya biaya produksi untuk setiap output tidak semata-mata hanya
tergantung pada harga pembelian imput ini, itulah pengertian bagi ‘biaya
produksi’ itu. Jelasnya, biaya produksi adalah nilai semua faktor produksi yang
dipergunakan untuk menghasilkan (memproduksi) output.
Oleh karena itu, biaya produksi setiap output tersebut tergantung
sepenuhnya pada dua hal, yaitu sebagai berikut :
1. Berapa besar biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan imput; yakni : harga imput. Hal ini sudah kita bicarakan di atas.
2. Efisiensi perusahaan yang bersangkutan dalam mempergunakan imputnya.
Dan perusahaan yang memiliki imput yang persis sama, tetapi yang satu
bekerja dengan lebih efisien (dengan efisiensi yang lebih besar) dari yang lain,
maka sudah barang tentu bahwa perusahaan yang bekerja dengan lebih efisien
itulah yang dapat lebih menekan biaya produksinya.
B. Klasifikasi Biaya
Pengetahuan tentang fixed resources dan variable resources seperti yang
baru saja disebutkan di atas itu memungkinkan kita untuk membuat klasifikasi
ongkos-ongkosnya, atau klasifikasi biaya-biayanya, yakni biaya tetap (fixed cost)
dan biaya variabel (variable cost). Fixed cost (FC) adalah biaya untuk fixed
resources, sedangkan variable cost (VC) adalah biaya untuk variable resources.
Untuk lebih jelasnya, marilah klasifikasi biaya-biaya ini kita bicarakan sau demi
satu.
1. Biaya-Biaya Total
Karena fixed cost yang harus ditanggung oleh sesuatu perusahaan
tertentu itu (dan demikian pun halnya dengan variabel cost) bukan hanya
berkenaan dengan satu jenis ongkos atau biaya saja –– tetapi terdiri dari
beberapa jenis biaya –– penyebutan istilah fixed cost itu maksudnya adalah
Total Fixed Cost (TFC), dan penyebutan istilah variabel cost itu maksudnya
adalah Total Variabel Cost (TVC). Oleh karena itu, apabila dibelakang nanti
disebutkan perkataan fixed cost, yang dimaksud adalah total fixed cost,
sedangkan jika disebutkan perkataan variable cost, yang dimaksudkan adalah
total variable cost.
Direct cost = separable cost = prime cost

Cost
Fixed overhead cost
Indirect Cost =
Unseparable cost =
Overhead cost =
Variable overhead cost

Gambar : Klasifikasi Biaya


Biaya Produksi terdiri dari biaya langsung dan tak langsung. Biaya tak
langsung ada yang bersifat tetap (fixed) dan ada pula yang bersifat variabel
(variable)

Biaya langsung adalah biaya yang langsung berhubungan dengan


proses produksi, seperti biaya bahan mentah, bahan pembantu, bahan bakar
(jika proses produksi menggunakan bahan bakar) dan sebagainya. Biaya
langsung juga disebut biaya prima (prime cost) dan biaya yang dapat
dipisahkan (separable cost). Biaya tak langsung sesuai dengan namanya
adalah biaya yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Biaya
tak langsung ini juga disebut biaya yang tak dapat dipisahkan (unseparable
cost) dan biaya overhead. Biaya jenis yang kedua ini terbagi menjadi dua,
yakni biaya overhead tetap (fixed overhead cost) dan biaya overhead variabel
(variable overhead cost). Biaya overhead tetap adalah biaya yang tak
langsung berhubungan dengan proses produksi serta jumlahnya pun
senantiasa tetap. Contohnya adalah biaya penyusutan, gaji dan sebagainya.
Biaya overhead variabel adalah biaya yang tak langsung berhubungan dengan
proses produksi, namun jumlahnya berubah seiring dengan berubahnya
jumlah output, seperti biaya listrik, pajak, dan sebagainya.
Pengertian biaya tetap (fixed cost atau FC) adalah biaya overhead
tetap, sedangkan yang dimaksud dengan biaya variabel (variable cost atau
VC) adalah biaya langsung ditambah dengan biaya overhead variabel.

2. Matematika Biaya
Ketiga jenis biaya yang tersebut di atas, yakni biaya tetap FC, biaya
variabel VC) dan biaya total TC, dapat dinyatakan sebagai fungsi-fungsi
matematis. Biaya tetap, karena nilainya selalu tetap saja, secara matematis
dinyatakan :
FC = a. Dengan a menunjukkan nilai FC.
Berikutnya biaya variabel VC = bQ – cQ2 + dQ3, dengan b, c dan d
adalah nilai-nilai konstanta.
Terakhir biaya total TC adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya
variabel, yakni : TC = a + bQ – cQ2 + dQ3.
3. Biaya Rata-Rata
Ketiga konsepsi biaya yang telah diuraikan di atas adalah biaya yang
berlaku untuk seluruh output yang dihasilkan.
a. Average Fixed Cost (Biaya Tetap Rata-Rata)
FC
AFC = Q

Dimana : AFC adalah biaya tetap rata-rata, FC adalah biaya tetap, dan Q
adalah jumlah output yang dihasilkan.
b. Average Variable Cost (Biaya Variable Rata-Rata)
VC
AVC = Q

Dimana : AVC adalah average variable cost (biaya variabel rata-rata), VC


adalah variable cost (biaya variabel), dan Q adalah jumlah output yang
dihasilkan.
c. Average Cost (Biaya Rata-Rata)
Pada hakekatnya, biaya rata-rata adalah besarnya biaya total persatuan
output atau AC itu dapat diamati dari persamaan (I).
TC = FC + VC (1)
Jika kedua sisi persamaan tersebut dibagi dengan output atau Q, maka :
TC FC VC
= +
Q Q Q

Dengan AC adalah average cost (biaya rata-rata), TC adalah total cost


(biaya total), dan Q adalah jumlah output yang dihasilkan, sehingga :
AC = AFC + AVC (7)
Melihat persamaan (7) ini, maka dengan segera dapat dimengerti bahwa
average cost (AC) itu sebenarnya adalah average total cost (ATC).
Dengan memperhatikan semua keterangan itu, dapatlah dirumuskan
bahwa :
TC
AC = Q

Yakni biaya rata-rata AC, adalah sebesar biaya total TC, dibagi jumlah
output, Q.
d. Marginal Cost (Biaya Marginal)
Jika output yang dihasilkan oleh suatu perusahaan bertambah,
niscaya bertambah pulalah biaya produksinya. Bertambahnya biaya total
untuk setiap pertambahan satu satuan output itu disebut biaya marginal
atau marginal cost. Demikianlah, biaya marginal atau marginal cost
adalah tambahan biaya total (TC) untuk setiap tambahan satu satuan
output. Dengan memperhatikan pengertian tersebut, marginal cost itu
dapat dikemukakan dengan rumus :
∆TC
MC = ∆Q (9)
Atau
TC 2 − TC 1
MC =
Q 2 − Q1

Dengan MC adalah biaya marginal atau marginal cost, TC adalah biaya


total atau total cost dan Q adalah jumlah output.

4. Matematika Biaya Rata-Rata


Dari persamaan (2) kita ketahui : FC = a, karena sesuai dengan persamaan (5)
biaya tetap sama dengan FC/Q, berdasarkan persamaan (2) itu dapatlah kita
tuliskan :
a
AFC = Q (11)
BAB 3
PERSAINGAN DAN MONOPOLIS

A. Fungsi-Fungsi Pasar
Adapun pasar itu sendiri mengandung sekurang-kurangnya tiga fungsi.
Setiap fungsi itu mencerminkan sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh
setiap sistem perekonomian.
Pertama, pasar berfungsi sebagai penentu nilai. Dimaksud dari perkataan
nilai disini adalah nilai produk yang diperdagangkan. Didalam sebuah
perekonomian pasar (market economy), harga merupakan pengukur nilai. Jadi
dengan pengertian ini, di pasar itulah harga produk ditetapkan untuk saling
disepakati, baik oleh produsen, maupun oleh konsumen.
Peranan pasar dalam menentukan harga ini telah kita pahami bahwa harga
terbentuk dari kesamaan antara permintaan dan penawaran, atau secara teknis
ketika terjadi perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran.
Kedua, pasar mengorganisasikan produksi. Pasar “berbuat” ini menurut
pengertian biaya-biaya produksi. di dalam teori harga –– teori yang mendasari
seluruh Bagian Tiga buku ini –– diasumsikan bahwa metode produksi yang
dipergunakan adalah metode (atau metode-metode) produksi yang paling efisien.
Sudah barang tentu bahwa penilaian mengenai apakah produktivitas itu tinggi
atau tidak, hanya dapat dilakukan (atau : harus dilakukan) berdasarkan uang.
Persoalan ini tidak lain daripada cermin pertanyaan kedua : how shell goods be
produced?
Ketiga, pasar mendistribusikan produk. Mereka yang menghasilkan paling
banyak tentu akan mendapat paling banyak pula. Dengan mengabaikan segala
bentuk transfer payments, dapat kita saksikan bahwa semua faktor produksi
menerima pembayaran berdasarkan kemampuannya menghasilkan. Dengan
demikian, orang (baik yang memiliki faktor produksi tenaga kerja saja maupun
yang memiliki ketiga faktor produksi lainnya) yang memiliki faktor produksi
yang paling produktif tentu akan menerima bagian pembayaran yang paling
banyak pula.
Pasar mengorganisasikan produksi, artinya pasar menentukan produk apa
yang harus diproduksi dan kemana produk itu akan dijual atau dipasarkan. Produk
harus dihasilkan, tergantung pada kemampuan setiap produsen dalam
mendapatkan dan mengelola input. Berdasarkan harga dan fungsi masing-masing
input, mereka akan saling berlomba untuk mendapatkan yang terbaik sehingga
akhirnya setiap produsen menempati tempatnya sendiri-sendiri di dalam
perekonomian. Selanjutnya, mengenai kemana produk akan dijual atau
dipasarkan, itu tergantung pada perpotongan antara penawaran dan permintaan di
setiap daerah. Produk pasti akan mengalir ke daerah yang perpotongan antara
permintaan dan penawarannya membentuk harga yang tinggi. Buah durian yang
ditanam orang di desa, misalnya pasti akan mengalir ke daerah perkotaan karena
di kota harganya lebih tinggi.

B. Tipe-Tipe Keadaan Pasar


Para ahli ekonomi sampai dengan dewasa ini telah membedakan dua
bentuk pasar yang ekstrim, yakni pasar dengan persaingan sempurna (perfect
competition) dan pasar dengan monopoli (monopoly). Segala kondisi yang
melingkupi kedua jenis pasar itu adalah sedemikian jauhnya berbeda sehingga
kedua telah diletakkan dalam dua kutub pengkategorian yang terpisah satu sama
lain dengan perpisahan yang jauh.
Persaingan murni (pure competition) sering kali disebut dengan
persaingan sempurna (perfect competition). Beberapa penulis menyatakan bahwa
antara kedua istilah itu ada terdapat perbedaan-perbedaan, sementara penulis-
penulis lain menganggap bahwa antara persaingan sempurna dan persaingan
murni itu berbeda, tidak ada seorang ahli ekonomi pun yang berselisih paham
bahwa sebenarnya antara keduanya itu tidak terdapat perbedaan yang esensial.
Dengan perkataan lain, baik persaingan sempurna, maupun persaingan murni,
memiliki esensi yang sama. Oleh karena itulah di dalam buku ini kedua istilah itu
akan dianggap sama, dan untuk selanjutnya keduanya akan dipakai secara
bergantian bahwa istilah manapun yang akan dipakai didalam buku ini –– istilah
persaingan murnikah atau istilah persaingan sempurna –– memiliki maksud yang
sama.
Ciri khas pasar atau industri persaingan tidak sempurna semacam ini
adalah bahwa didalamnya terdapat banyak sekali firm yang menghasilkan barang-
barang yang serupa, namun terbedakan satu sama lain dengan perbedaan-
perbedaan tertentu. Kadang-kadang perbedaan antara produk-produk yang
dihasilkan oleh masing-masing firm itu tidaklah banyak, dan bahkan kadang-
kadang bahkan tidak berarti, tetapi betapa pun juga toh ada perbedaan.
Produk yang terbedakan (differentiated) ini sejak semula telah menjadi
ciri pokok bagi pasar atau industri persaingan monopolistik seperti ini. Setiap
produsen senantiasa akan membuat produk yang dihasilkannya berbeda dengan
produk yang dihasilkan oleh setiap produsen yang lain. Mereka akan memberikan
ciri khas buat produk mereka sendiri, sedemikian rupa untuk menjadikan produk
mereka itu jadi memiliki keunikan tersendiri, sekalipun setiap produsen itu juga
meyakini bahwa produk mereka itu tetap saja memiliki hubungan substitusi
dengan produk-produk lain dalam industri yang bersangkutan. Demikianlah, kita
disetiap saat dapat menyaksikan adanya product differentiation seperti ini dalam
industri rokok, mobil, mebel, kemeja pita kaset, film-film berwarna, obat-obatan
influenza, sabun, majalah, hotel dan seribu satu macam produk yang lain.
1. Industri
Kalau kita berbicara soal industri persaingan sempurna maupun
industri monopolitik maka kita tidak akan mendapati kesukaran apapun, baik
kesukaran dalam membayangkannya maupun kesukaran dalam
menerangkannya. Di dalam persaingan sempurna, yang dikatakan sebagai
industri itu sudahlah amat jelas karena semua firm yang ada menghasilkan
output atau produk yang satu sama lain memiliki hubungan homogen
sempurna (atau, produk yang satu merupakan pengganti atau substitusi yang
sempurna bagi yang lainnya). Ambil saja garam sebagai contoh (garam dapur;
bukan garam alkali). Semua orang tentu mengetahui eksistensi industri garam
sebab garam yang dihasilkan oleh produsen yang manapun adalah persis sama
dengan garam yang dihasilkan oleh produsen lain.
Jika keadaan industri di dalam persaingan sempurna atau persaingan
murni telah dengan mudah dapat dipahami seperti itu, lebih-lebih lagilah
keadaan di dalam industri monopoli. Karena jumlah firm di dalam monopoli
hanya sebuah saja sehingga firm itu sendiri merupakan industri, satu-satunya
jenis output yang dihasilkan oleh firm itu, sejumlah seluruh yang
dihasilkannya, tentu saja juga merupakan output industri. Dengan demikian,
kalau misalnya firm itu –– katakanlah –– menghasilkan barang x, apa yang
dimaksud dengan industri barang x itu pun sudahlah dengan sendirinya jelas,
yakni seluruh jumlah barang x yang dihasilkan oleh satu-satunya firm itu.
Pengertian-pengertian mengenai industri yang dengan mudah dapat
dipahami seperti yang baru saja diterangkan di atas itu, menjadi agak sulit
untuk diterangkan, jika yang dibicarakan adalah industri persaingan
monopolistik (atau persaingan tidak sempurna) dan oligopoli. Sekalipun di
dalam persaingan sempurna terdapat banyak sekali firm, keadaan output-nya
serupa saja dengan apa yang ada di dalam monopoli karena baik di dalam
industri persaingan sempurna, maupun di dalam industri monopoli, jenis
output itu satu jualah adanya. Bedanya hanyalah bahwa di dalam persaingan
sempurna atau persaingan murni, output yang sejenis itu dihasilkan oleh
banyak sekali firm, sedangkan di dalam monopoli, output yang juga hanya
sejenis itu dihasilkan oleh sebuah firm saja.
Di dalam industri yang firm-firm didalamnya bersaingan secara tidak
sempurna (imperfectly competitive) ataupun yang bersaingan secara
monopolistik (monopolistically competitive) serta oligopoli, ceritanya jadi
lain.
2. Konsentrasi Pasar
Konsentrasi pasar adalah sebuah ukuran yang menyatakan berapa
banyaknya output yang berada di tangan sedikit produsen. Semakin sedikit
jumlah produsen yang menguasai pemasaran suatu output, semakin
terkonsentrasilah pasar itu. Istilah sedikit ini tidak ada defenisinya, melainkan,
ya, hanya asal sedikit, begitu saja. Jadi, apa maksudnya? Akan kita ketahui
maksudnya sesudah kita ketahui cara menghitung konsentrasi pasar.
Konsentrasi pasar dihitung dengan mengurutkan persentase pangsa
pasar (market share) semua produsen secara kumulatif, diurutkan dari yang
terbesar hingga yang terkecil.
Dengan melihat persentase (sumbu tegak) terlebih dahulu, hal yang
sama juga dapat dilakukan. Ambillah sebuah angka persentase tertentu, dan
bandingkan antara keduanya; yang jumlah produsennya lebih kecil itulah yang
lebih terkonsentrasi. Misalkan kita ambil angka 75%. Ternyata, pangsa pasar
sebanyak itu dikuasai oleh 0A buah firm di industri bedak kosmetika dan oleh
0B buah firm di industri rokok kretek. Karena 0A < 0B, maka dapat
disimpulkan bahwa industri bedak kosmetika lebih terkonsentrasi
dibandingkan dengan industri rokok kretek.
Berkaitan dengan hal itu, jumlah firm yang banyak belum tentu
menyatakan bahwa pasar yang bersangkutan adalah persaingan murni ataupun
persaingan monopolistik. Masih harus dilihat peranan yang dimainkan oleh
sedikit firm terbesar. Untuk itu, diperlukan pengukuran dengan menggunakan
concentration ratio atau rasio konsentrasi.
Kesimpulan dari keterangan di atas itu adalah bahwa tidak ada satu
pun di antara pendapat Silk di satu pihak dengan pendapat Stonier dan Hague
di lain pihak yang tidak mengandung kebenaran. Kedua-duanya benar.
Dengan demikian kedua-duanya boleh dipakai. Hal yang jelas adalah tipe
keadaan pasar itu terbagi menjadi empat macam, yaitu : persaingan sempurna,
persaingan tidak sempurna, oligopoli dan monopoli.
DAFTAR PUSTAKA

Suherman Rosydi. 1996. Pengantar Teori Ekonomi : Pendekatan Kepada Teori


Ekonomi Mikro dan Makro. Penerbit : PT. Rajagrafindo Teori Ekonomi.
Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Hj. Sukwiaty, dkk. 2006. Ekonomi. Penerbit Yudhistira. Cet. Pertama. Bandung.

You might also like