You are on page 1of 6

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Scientific Journals of Bogor Agricultural University

Tersedia online : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan ISSN 1978-1059 EISSN 2407-0920


Terakreditasi SK Menristek Dikti 12/M/Kp/II/2015 J. Gizi Pangan, November 2016, 11 (3):169-174

KARAKTERISASI DAN INDEKS GLIKEMIK BERAS ANALOG BERBAHAN


DASAR TEPUNG JAGUNG

(Characteritation and glycemic index of rice analog form corn flour )


Maya Kurniawati1, Slamet Budijanto2*, Nancy Dewi Yuliana2
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Palembang, Palembang 30000
1
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680

ABSTRACT
The aim of this study was to obtain the most optimum rice analogue formulation made from corn, sago,
soybean, and rice brans. DX7 Mixture Design program was used to achieve the purpose. Antioxidant
and lightness were used as the analysis response. The rice was then characterized for physical and
chemical properties, antioxidant activity, and glycemic index. The most optimum rice analogue formu-
lation based on the value of antioxidant and brightness parameters consisted of 32.17% corn flour,
16.67% sagoo flour, 13.3% soybean flour, rice brans 3.16%, and 1.33% GMS (the water added was
50% of the amount of the dough). The formulation showed that the rice analogue was potential to be
developed into a functional food that supplies fiber 13.30% (> 6.00%), had low glycemic index (54±18)
with 28.02%. amylose , contained bioactive components that acts as antioxidants, such as α-tocopherols
1.00% and ϒ-oryzanol, 48.70%.

Keywords: antioxidant, glicemic index, oryzanol, rice analog, tocopherol

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi optimum dari beras analog berbahan
jagung, sagu, tepung kedelai dan bekatul. Karakterisasi beras analog optimum dianalisis secara kimia,
fisika, aktivitas antioksidan, dan indeks glikemik. Formulasi menggunakan progam Mixture Design
DX7 untuk mendapatkan formula optimum. Antioksidan dan kecerahan menjadi respon dalam analisis.
Formulasi beras analog menunjukkan beras analog berpotensi untuk dikembangkan menjadi pangan
fungsional karena tingginya serat 13,3% (> 6%), mengandung komponen bioaktif yang berfungsi sebagai
antioksidan seperti α-tokoferol 1,00% dan ϒ-oryzanol 48,70%, amilosa 28,02%, dan indeks glikemik
rendah 54±18 (<55). Formula optimal beras analog berdasarkan respon antioksidan dan kecerahan
adalah tepung jagung 32,17%, tepung sagu 16,67%, tepung kedelai 13,30%, bekatul 3,16%, dan GMS
1,33% (air 50% dari jumlah adonan).

Kata kunci: antioksidan, beras analog, indeks glikemik, oryzanol, tokoferol


PENDAHULUAN Budijanto dan Yulianti (2012) mengem-
bangkan beras analog berbahan dasar tepung
Beras analog adalah produk olahan yang jagung, sorgum, dan sagu dengan menggunakan
dibuat dari sebagian atau seluruhnya bahan non- bahan pengikat gliserol monostearat (GMS) 2%
beras yang memiliki bentuk seperti butiran be- dan menghasilkan beras analog menyerupai be-
ras padi (Mishra et al. 2012). Keanekaragaman ras aslinya. GMS akan berikatan dengan amilosa
sumber karbohidrat lokal yang ada di Indonesia membentuk struktur helik (Putseys et al. 2010;
memungkinkan berbagai macam kombinasi te- Alsaffar 2011).
pung yang digunakan untuk menghasilkan be- Pengolahan beras berbahan dasar jagung
ras analog. Beras analog diproses menggunakan menggunakan teknologi ekstruksi dilakukan
teknologi ekstrusi dalam proses pengolahannya. pada penelitian ini. Proses ekstrusi adalah suatu
Penggunaan ekstruder merupakan teknologi yang proses yang menyebabkan bahan mengalami
memudahkan dalam pengolahan beras analog. proses pencampuran sekaligus pemanasan de-
Pencampuran dengan berbagai macam komposisi ngan suhu tinggi (Mishra et al. 2012). Proses ini
dimungkinkan dengan teknologi ini (Budijanto & dilanjutkan dengan pemotongan dengan cetakan
Yulianti 2012). yang dirancang untuk membentuk hasil ekstruksi
*
Korespondensi: Telp: +62811116912, Surel: slamet.budijanto@gmail.com

J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 3, November 2016 169


Kurniawati dkk.

(Budijanto & Yulianti 2012). Suhu yang digu- nisasi, oryzanol, tokoferol, serat pangan, analisis
nakan antara 60-120°C dan waktu tinggal 10-90 sensori, antioksidan, dan indeks glikemik.
detik dengan tahap pengeringan hingga kadar air
di bawah 15% (Steiger 2011). METODE
Tepung jagung, sagu, tepung kedelai, dan
bekatul digunakan sebagai bahan penyusun pada Desain, tempat, dan waktu
penelitian ini. Tepung jagung dan sagu telah cu- Penelitian ini memiliki beberapa tahapan
kup dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai yaitu formulasi beras analog dengan mengguna-
makanan pokok. Selain itu tepung jagung dan kan progam Mixture Design (DX7) dan karakteri-
sagu memiliki kelebihan karena kandungan se- sasi beras analog dengan analisis fisik (kecerahan
rat pangannya lebih tinggi dibandingkan dengan dan derajat gelatinisasi), kimia (proksimat, total
terigu. Bahan penyusun beras analog lainnya fenol, dan serat pangan, oryzanol, dan tokoferol),
adalah tepung kedelai. Kelebihan tepung kede- aktivitas antioksidan, dan indeks glikemik. Pene-
lai diantaranya adalah mengandung protein yang litian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan
cukup tinggi, indeks glikemik (IG) rendah, anti- Teknologi Pangan dan Gedung F-Technopark di
oksidan, serta dapat memperbaiki tekstur produk Institut Pertanian Bogor dari bulan Agustus 2012
(Alsaffar 2011). Menurut Powell et al. (2002), sampai dengan Juni 2013.
kedelai merupakan pangan yang memiliki indeks
glikemik rendah yaitu 18±3. Bahan dan alat
Bahan penyusun beras analog yang lain Bahan untuk pengolahan beras analog
adalah bekatul. Bekatul memiliki potensi besar adalah jagung, sagu Riau, bekatul padi Ciherang,
sebagai bahan pangan fungsional tetapi hingga kedelai Cianjur, dan Gliseril Monostearat (GMS).
saat ini pemanfaatannya untuk manusia masih Penelitian ini juga menggunakan Beras Cerdas
terbatas. Bekatul merupakan sumber serat tinggi. Mocaf Merk X sebagai pembanding. Bahan yang
Menurut Liu et al. (2011) serat pangan pada digunakan untuk analisis antara lain heksana,
bekatul adalah 33,12%. Bekatul juga memi- isopropanol PA (Merck, Jerman), metanol, ase-
liki indeks glikemik yang rendah, mengan- tonitril, dan diklorometan HPLC grade (Merck,
dung vitamin B dari golongan tiamin, riboflavin, Jerman), standar tokoferol (Sigma, Jepang) dan
niasin (asam nikotinat) dan piridoxin serta dalam oryzanol (Wako Chemical Industries Co. Ltd,
bekatul juga ditemukan komponen bioaktif se- Jepang) dan bahan untuk analisis kimia lainnya.
perti tokoferol dan oryzanol (Chen & Bergman Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
2005). Selain itu menurut Wirawati dan Nirma- adalah twin screw extruder, disc mill, mixer, tray
gustina (2009), penambahan tepung bekatul pada oven, dan saringan 100 mesh. Peralatan analisis
produk sereal diujikan pada tikus dapat menu- meliputi penangas air, oven, neraca analitik, hot
runkan kolesterol dan meningkatkan HDL darah. plate, vorteks, spektrometer UV-Vis (Shimadzu,
Keberadaan serat pada beras analog dapat mem- Jepang), HPLC (Agilent, Amerika), inkubator,
bentuk matriks di sekeliling granula pati serta dan kromameter (Minolta, Amerika).
mengikat air dalam produk sehingga daya cerna
pati berkurang pula (Alsaffar 2011). Tahapan penelitian
Berdasarkan sifat fungsional dari bahan Formulasi beras analog. Pada tahap
baku yang ditambahkan maka dilakukan analisis formulasi, faktor yang dipakai sebagai varia-
IG pada produk beras analog untuk mengetahui bel adalah tepung jagung, tepung kedelai, dan
potensinya sebagai produk pangan fungsional. bekatul. Respon yang dipakai adalah antioksi-
Nilai indeks glikemik merupakan cara memilih dan dan kecerahan. Hasil olahan progam Mixture
pangan yang tepat bagi penderita diabetes melli- Design dengan tiga variabel akan menghasil-
tus. Indeks glikemik merupakan pendekatan yang kan 16 Formula. Formula-formula tersebut yang
dikembangkan Jenkins et al. (1981). Karbohidrat akan dianalisis responnya terhadap antioksidan
yang dicerna dengan cepat akan menghasilkan IG dan kecerahannya untuk menentukan formula
tinggi sebaliknya karbohidrat yang dicerna de- optimum beras analog. Tahap pengolahan beras
ngan lambat akan menghasilkan IG rendah. analog yaitu bahan-bahan kering seperti tepung
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapat- jagung, tepung kedelai, sagu, bekatul, dan GMS
kan formulasi optimum menggunakan progam ditimbang sesuai formulasi dan dicampur hingga
Mixture Design DX7 dari beras analog berbahan merata. Setelah itu, adonan kering ditambah air
jagung, sagu, tepung kedelai dan bekatul serta 50% dari adonan dan dicampur selama 10 menit
mengarakterisasi produk beras analog optimum (Budijanto & Yulianti 2012). Adonan diekstrusi
dengan analisis proksimat, warna, derajat gelati- dengan menggunakan twin screw extruder yang

170 J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 3, November 2016


Karakteristik beras analog berbahan dasar tepung jagung

dilengkapi die dan pisau pemotong di bagian standar (50 g glukosa murni) dilakukan pada hari
outlet sehingga membentuk beras analog. Be- berbeda dengan rentang minimal tiga hari.
ras analog yang terbentuk lalu dikeringkan de- Jenis dan cara pengumpulan data. Data
ngan oven 60°C selama empat jam hingga kadar yang diperoleh ditebar pada grafik dengan kadar
air dibawah 15% (Budijanto & Yulianti 2012; glukosa darah pada sumbu y dan waktu (menit)
Steiger 2011). Formula optimum yang telah di- pada sumbu x. Kurva lalu dibuat untuk masing-
dapatkan divalidasi sebanyak lima kali ulangan masing relawan dan dihitung luas area di bawah
berdasarkan rekomendasi progam Mixture De- kurva. Hasil yang diperoleh dari beberapa subjek
sign DX7 tersebut. Validasi dilakukan terhadap dihitung rata-rata dan standar deviasinya untuk
respon antioksidan dan warna. Karakterisasi ter- mendapatkan hasil indeks glikemik nasi dari be-
hadap formula beras analog optimum dilakukan ras analog yang diujikan.
setelah diketahui hasil validasi memenuhi model
dari progam. Pengolahan dan analisis data
Analisis fisika kimia beras analog opti- Data yang diperoleh didapatkan dari hasil
mum. Karakterisasi beras analog formula opti- analisis dengan dua kali pengulangan. Pengola-
mum yaitu dengan melakukan analisis fisik me- han data menggunakan analisis ANOVA. Jika ha-
liputi analisis kecerahan dengan menggunakan sil berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan
kromameter dan derajat gelatinisasi (Wootton et pada taraf kepercayaan 95%. Pengolahan data
al. 1971), analisis kimia meliputi uji kadar air, untuk analisis IG merupakan rataan dari nilai IG
abu, protein, lemak, karbohidrat (AOAC 1995) 10 orang relawan dan dihitung dengan menggu-
dan amilosa (IRRI 1978), analisis tokoferol de- nakan rumus perhitungan IG.
ngan High Performance Liquid Chromatography
(HPLC) (AOAC 971.30), analisis ϒ-oryzanol HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan HPLC (Xu & Godber 2000), aktivi-
tas antioksidan dengan metode DPPH (Kubo Beras analog formulasi optimum
et al. 2002), total fenol metode Folin-Ciocalteu Beras analog yang diformulasi menggu-
(Slinkard & Singelton 1977), dan uji serat pa- nakan bahan-bahan kering seperti tepung jagung,
ngan (AOAC 985.29). tepung kedelai, sagu, bekatul, dan GMS. Kemu-
Indeks glikemik (Miller et al. 1997). Be- dian ditambahkan air untuk membuat adonan.
ras analog sebelumnya dimasak terlebih dahulu Pengolahan beras analog dengan bahan dasar ja-
dengan perbandingan beras dan air 1:1 selama gung pada penelitian ini menggunakan ekstruksi.
delapan menit. Setelah itu dilakukan analisis Berdasarkan hasil olahan formulasi dari progam
proksimat terhadap nasi dari beras analog untuk Mixture Design DX7 menghasilkan 16 formula.
menentukan jumlah sampel yang harus dikon- Formula-formula tersebut diukur respon kadar
sumsi oleh relawan. antioksidan dan kecerahannya. Respon kecerah-
Jumlah dan cara pengambilan subjek. an dipilih karena berpengaruh dalam penerimaan
Jumlah sampel ditentukan mengandung 50 g produk secara sensori dan kadar antioksidan di-
karbohidrat. Penentuan indeks glikemik meng- pilih karena untuk mengetahui efek penambahan
gunakan subjek manusia dengan Persetujuan Etik bahan baku tepung jagung, tepung kedelai, dan
dari Kementrian Kesehatan RI No. LB.02.01/5.2/ bekatul terhadap kandungan antioksidan pada be-
KE.209/2013. Subjek diseleksi yang memiliki ras analog. Hasil olahan progam Mixture Design
kadar gula darah puasa normal (70-120 mg/dl). didapatkan formula beras analog yaitu tepung
Seleksi dilakukan saat pengujian sampel yang jagung 32,17%, tepung sagu 16,67%, tepung ke-
pertama dan terpilih 10 orang subjek. Sampel delai 13,30%, bekatul 3,16%, GMS 1,33%, (air
berikutnya dan pangan acuan diberikan pada sub- 50% dari adonan kering). Gambar beras dan nasi
jek pada hari yang berlainan dengan interval tiga analog formula optimum dapat dilihat pada Gam-
hari. Relawan diminta melakukan puasa selama bar 1.
10 jam pada malam hari kecuali air putih. Pagi
harinya sebanyak ±5 µl darah relawan diambil Karakterisasi beras analog optimum
melalui ujung jari untuk diukur kadar glukosa Karakterisasi fisik. Karakteristik fisik yang
darahnya dengan menggunakan GlucocardTM dilakukan adalah analisis kecerahan. Kecerahan
Test Strip. Relawan kemudian diminta memakan (nilai L) dinyatakan dengan nilai 0 (gelap/hitam)
nasi dari beras analog yang telah disiapkan dan hingga 100 (terang/putih). Berdasarkan hasil
kadar gulanya darahnya kembali diukur pada me- pengukuran didapatkan bahwa warna pada beras
nit 30, 60, dan 120 menit setelah makan. Pengu- analog memiliki kecerahan lebih rendah diban-
kuran respon kadar glukosa darah untuk pangan dingkan beras sosoh. Nilai kecerahan pada beras

J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 3, November 2016 171


Kurniawati dkk.

a b
.

Gambar 1. Formulasi optimum dari (a) Beras analog; (b) Nasi analog

analog, beras Cerdas, dan beras sosoh berturut- ras analog yang didapat lebih rendah dari beras
turut adalah 59,41, 59,33, dan 64,21. Kecerahan sosoh (64,21%) maupun beras Cerdas (62,01%).
yang rendah pada beras analog disebabkan oleh Derajat gelatinisasi yang lebih rendah pada be-
adanya penambahan tepung kedelai dan bekatul. ras analog terjadi karena kandungan serat pangan
Penambahan tepung kedelai dapat menyebabkan dan protein beras analog yang lebih tinggi dari
reaksi Maillard bila dilakukan pemanasan suhu beras Cerdas ataupun beras sosoh. Serat pangan
tinggi (Widaningrum et al. 2005). Protein (asam dan protein menurut Alsaffar (2011) dapat mem-
amino) dan pati (gula pereduksi) berikatan dalam bentuk matriks di sekitar granula pati sehingga
membentuk melanoidin yang bewarna coklat. dapat menghambat hidrolisis amilosa karena ma-
Selain itu juga kecerahan berkurang karena ada- suknya air ke dalam granula pati terhambat dan
nya penambahan bekatul yang memang secara derajat gelatinisasi menjadi lebih rendah.
alami bewarna coklat. Tabel 1. Karakteristik fisik dan kimia pada be-
Karakterisasi kimia. Karakteristik kimia ras analog, beras Cerdas, dan beras sosoh
berupa analisis proksimat juga dilakukan pada
Beras Beras Beras
beras analog. Analisis proksimat meliputi anali- Karakteristik
analoga Cerdasd sosoh
sis kadar air, kadar lemak, dan kadar protein. Ka-
dar air dari beras analog diperoleh 4,22%. Kadar Kadar air (%) 4,22 13,44 11,22b
air tersebut dalam batas aman untuk penyimpan- Kadar abu (%bk) 2,07 0,68 0,56 b
an beras analog. Steiger (2011) menyatakan ka- Kadar lemak (%bk) 5,36 0,75 1,37c
dar air beras analog <15% agar aman dalam pe- Kadar protein (%bk) 11,40 4,14 8,66 c
nyimpanan dan mencegah pertumbuhan kapang. Serat pangan (%) 13,30 5,44 0,80 c
Kadar protein pada beras analog lebih tinggi Total fenol (%) 0,05 0,04 -
daripada beras sosoh maupun beras Cerdas yaitu α-tokoferol
1,00 - -
11,40%. Hal tersebut terjadi karena pada beras (mg/100 g)
analog diberikan tambahan tepung kedelai. Te- ϒ-oryzanol (mg/g) 48,70 - -
pung kedelai digunakan untuk menghasilkan Derajat gelatinisasi
produk tinggi protein. Selain analisis proksimat, 59,41 62,01 64,21c
(%)
juga dilakukan analisis serat pangan dan derajat Kecerahan/
48,90 59,33 60,31a
gelatinisasi. Analisis serat pangan dan derajat ge- Lightness
latinisasi dan penting dilakukan karena menentu- Amilosa (%) 28,02 21,60 23,22
kan tekstur produk (Alsaffar 2011).
a
Hasil analisis peneliti, bOhtsubo (2005), cLiu et al.
Serat pangan pada beras analog cukup (2011), dBeras Cerdas Mocaf
tinggi (13,30%) dibandingkan beras biasa yang Aktivitas antioksidan. Analisis antioksi-
hanya 0,80% dan beras Cerdas 5,50%. Produk dan dilakukan terhadap beras analog. Berdasar-
pangan sudah dikatakan tinggi serat apabila me- kan hasil analisis, nilai kapasitas antioksidan dari
ngandung serat pangan 3-6% (Widaningrum et beras analog adalah 7,51 mg CEQ/mg sampel se-
al. 2005). dangkan pada beras Cerdas tidak terdeteksi ada-
Hasil analisis derajat gelatinisasi pada be- nya kapasitas antioksidan. Hal tersebut terjadi
ras analog adalah 59,41% (Tabel 1). Derajat ge- kemungkinan karena beras analog menggunakan
latinisasi tersebut termasuk derajat gelatinisasi bahan tepung jagung kuning, tepung kedelai, dan
optimum pada beras analog. Derajat gelatinisasi bekatul yang mengandung antioksidan. Kapasi-
yang optimum sehingga tekstur beras tetap kom- tas antioksidan tepung jagung, tepung kedelai,
pak dan baik saat dimasak menurut Koide et al. dan bekatul berturut-turut adalah 21,35, 21,56,
(1999) adalah 50-95%. Derajat gelatinisasi be- dan 21,90 ug CEQ/mg sampel. Selain analisis
172 J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 3, November 2016
Karakteristik beras analog berbahan dasar tepung jagung

kapasitas antioksidan, dilakukan juga analisis dah (39 dan 31) dibanding cookies dan donat
total fenol pada beras analog dan beras Cerdas. tanpa penambahan bekatul. Keberadaan serat
Berdasarkan analisis didapatkan total fenol pada pada bahan pangan dapat memperlambat pencer-
beras analog dan beras Cerdas masing-masing naan karbohidrat (Noviasari et al. 2015). Serat
0,05% dan 0,04%. Total fenol pada beras analog membentuk matriks di luar granula pati sehingga
lebih tinggi daripada beras Cerdas kemungkinan dapat menghambat pencernaan dari karbohidrat
karena adanya kandungan tepung kedelai dan (Alsaffar 2011).
tepung bekatul pada beras analog. Tepung kede- Kadar protein beras analog yang tinggi
lai mengandung isoflavon yang memiliki akti- yakni sebesar 11,40% juga memengaruhi in-
vitas antioksidan. Menurut Indranupakorn et al. deks glikemik dari beras analog. Hal tersebut
(2010), daidzein dan genistein merupakan isofla- terjadi karena adanya penambahan tepung ke-
von dari ekstrak kedelai yang memiliki aktivitas delai saat formulasi beras analog. Protein juga
antioksidan dengan nilai IC50 0,41 dan 0,39 mg/ dapat membentuk matriks pangan di luar granula
ml lebih tinggi dari aktivitas antioksidan standar pati. Keberadaan matriks pangan tersebut dapat
trolox 0,28 mg/ml. menghalangi gelatinisasi pati sehingga memper-
Menurut Yawadio et al. (2007), bekatul lambat pencernaan pati (Alsaffar 2011). Faktor
mengandung komponen fenol yang terkandung lain yang memengaruhi indeks glikemik adalah
dalam beras pecah kulit. Kapasitas antioksidan kandungan amilosa pada suatu bahan pangan.
dan total fenol pada beras analog juga terlihat Kandungan amilosa pada beras analog tergolong
dengan adanya kandungan komponen bioaktif tinggi (>25%). Kadar amilosa juga memengaruhi
(α-tokoferol dan ϒ-oryzanol) dari beras analog. daya cerna karbohidrat (Hu et al. 2004) karena
Kandungan α-tokoferol pada beras analog adalah keberadaan struktur liniearnya yang kompak se-
1 mg/100 g. Kandungan ϒ-oryzanol pada beras hingga sulit dicerna oleh enzim (Ek et al. 2011).
analog adalah 48,70 mg/g sampel. ϒ-oryzanol
pada beras analog berasal dari bekatul yang di- KESIMPULAN
tambahkan pada beras analog (6,50%). Kan-
dungan ϒ-oryzanol pada bekatul adalah 1871,35 Karakterisasi beras analog formulasi op-
mg/g sampel bekatul. Menurut Azrina et al. timum secara fisik, kimia, serta analisis anti-
(2008), ϒ-oryzanol merupakan komponen bio- oksidan dan indeks glikemik memberikan hasil
aktif yang baru ditemukan di dalam bekatul. dimana beras analog tersebut mengandung serat
Indeks glikemik beras analog optimum. tinggi, komponen bioaktif (tokoferol dan oryza-
Berdasarkan pengujian didapatkan bahwa indeks nol), serta memiliki indeks glikemik rendah. Ha-
glikemik nasi dari beras analog formula optimum sil tersebut menunjukkan beras analog berpotensi
adalah 54. Nilai tersebut lebih rendah dari nasi dikembangkan sebagai produk pangan fungsio-
beras sosoh dengan IG 69 (Powell et al. 2002). nal berbasis sumber daya lokal Indonesia.
Indeks glikemik pada suatu produk pangan di-
pengaruhi oleh bahan penyusunnya, kandungan DAFTAR PUSTAKA
protein, jumlah serat, dan kandungan amilosa
(Hallfrisch & Behall 2000). Pada beras analog Alsaffar AA. 2011. Effect of food processing on
formula optimum dapat dilihat bahwa bahan pe- the resistant starch content of cereals and
nyusun beras analog tergolong bahan berindeks cereal products-a review. Int J Food Sci
glikemik rendah. Tepung jagung memiliki IG 42 Technol 46:455-462.
(Helmy & El-Mehiry 2012), bekatul dengan IG [AOAC] Association of Official Analytical
21 (Miller et al. 1992), dan kacang kedelai de- Chemists. 1995. Official Methods of
ngan IG 51 (Marsono et al. 2002). Analysis of AOAC International. Virginia:
Jumlah serat juga memengaruhi indeks AOAC International.
glikemik beras analog. Kandungan serat beras Astawan M, Wresdiyati T, Widowati S, Saputra I.
analog tinggi yaitu 13,30%. Serat yang tinggi ter- 2013. Aplikasi tepung bekatul fungsional
jadi karena adanya penambahan tepung jagung, pada pembuatan cookies dan donat yang
tepung kedelai, dan bekatul yang merupakan bernilai indeks glikemik rendah. J Pangan
bahan penyusun beras analog yang tinggi serat 22 (4): 385-394.
(>6%). Penambahan bekatul dapat meningkatkan Azrina A, Maznah I, dan Azizah AH. 2008. Ex-
serat pangan dan menurunkan IG sejalan dengan traction and determination of oryzanol
penelitian Astawan et al. (2013) yang membuat in rice bran of mixed herbarium UKMB;
produk donat dan cookies berbahan bekatul yang AZ 6807: MR 185, AZ 6808: MR 211,
merupakan sumber serat yang memiliki IG ren- AZ6809: MR 29. ASEAN Food J 15 (1):
89-96.
J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 3, November 2016 173
Kurniawati dkk.

Budijanto S, Yulianti. 2012. Studi persiapan te- Stoughton. Australia: Hodder Headline
pung sorgum (sorghum bicolor l. moench) Australia Pte. Limited.
dan aplikasinya pada pembuatan beras Miller JB, Pang E, Brasmall L. 1992. Rice: a high
analog. J Teknol Pert (3):177-186. or low glycemic index foods. Am J Clin
Chen MH, Bergman CJ. 2005. A Rapid proce- Nutr 56:1034-6.
dure for analysing rice bran tocopherol, Mishra A, Mishra HN, Rao PS. 2012. Prepara-
tocotrienol and gamma-oryzanol contents. tion of rice analogues using extrusion tech-
J Comp Anal 18:139-151. nology. Int J Food Sci Tech(9):1789-1797.
Ek KL, Copeland L, Miller JB. 2011. Glycemic Doi:10.1111/j.1365-2621.2012.03035.x.
effect of potatoes. J Food Chem 113:1230- Noviasari S, F. Kusnandar, A. Setiyono, S. Budi-
1240. janto. 2015. Beras analog sebagai pangan
Hallfrisch J, Behall KM. 2000. Mechanisms of fungsional dengan indeks glikemik ren-
the effects of grains on insulin and glucose dah. J. Gizi Pangan, 10(3): 225-232.
responses. J Am Coll Nutr 19(3):320S- Ohtsubo K, Suzuki K, Yasui Y, Kasumi T. 2005.
325S. Bio-functional components in the pro-
Helmy H, El-Mehiry H. 2012. Effect of egyptian cessed pre-germinated brown rice by a
bread prepared by different types of flour twin-screw extruder. J Food Compos Anal
on diabetic rats and its glycemic index in 18:303-316.
diabetic patients. J Life Sci 9(3):2264- Powell KF, Holt SHA, Miller JCB. 2002. Inter-
2272. national table of glycemic index and glyce-
Hu PS, Zhao H, Duan ZY, Zhang LL, Wu DX. mic load values. Am J Clin Nutr 76:5-56.
2004. Starch digesbility and the estimated Putseys JA, Lamberts L, Delcour JA. 2010. Amy-
glycemic score of different types of rice lose-lipid inclusion complexes: Formation,
differing in amylose contents. J Cereal Sci identity and physicochemical properties. J
40(3):231-237. Cereal Sci 51:238-247
Indranupakorn R, Sobharaksha P, Luangtana-an- Slinkard K, Singelton VL. 1977. Total phenol
an M. 2010. Antioxidant activities of the analysis: automation and comparison
soybean extracts obtained by classical ex- with manual methods. Am J Enol Viticult
traction. Int J Pharm Sci 6(3):113-121. 28:49-55.
[IRRI] International Rice Research Institution. Steiger G. 2011. Reconstitued rice kernels and
1978. Standard Evaluation System for processes for their preparation. US Patent
Rice. Los Banos: IRRI. 0206826.
Jenkins DJ, Wolever T, Taylor RH, Barker, Field- Widaningrum, Widowati S, Soekarto ST. 2005.
en H. 1981. Glycemix index of foods: A Pengayaan tepung kedelai pada pembu-
physiological basis for carbohydrate ex- tan mie basah dengan bahan baku tepung
change. Am J Clin Nutr 34(3):362-366. terigu yang disubstitusi tepung garut. J
Koide K, Fukushima T, Tomita T, Kuwata T. Pasca Panen 2(1):41-48.
1999. Fabricated rice. US Patent 5932271. Wirawati CU, Nirmagustina DE. 2009. Studi in
Kubo I, Masuoka N, Xiao P, Haraguchi H. 2002. vivo produk sereal dari tepung bekatul
Antioxidant activity of dodecyl gallate. J dan tepung ubi jalar sebagai pangan fung-
Agr Food Chem 50:3533-3539. sional. J. Tek. Ind dan Hasil Pertanian 14
Liu C, Zhang Y, Liu W, Wan J, Wang W, Wu W, (2):142-147.
Zuo N, Zhou Y, Yin Z. 2011. Preapara- Wootton M, Weeden D, Munk N. 1971. A rapid
tion, physicochemical and texture proper- method for the estimation of starch gelati-
ties of texturized rice produce by improved nization in processed foods. J Food Tech-
ekstrusion cooking technology. J Cereal nol Aust 12:612–615.
Sci 54:473-480. Xu Z, Godber JS. 2000. Comparison of supercrit-
Marsono Y, Wiyono P, Noor Z. 2002. Indeks ical fluid and solvent extraction methods in
glisemik kacang-kacangan. J Teknol In- extracting γ-oryzanol from rice bran. J Am
dust Pangan 8(3):211-216. Oil Chem Soc 77(5):547-551
Meilgaard MC, Civille VC, Car BT. 1999. Sen- Yawadio R, Tanimori S, Morita N. 2007. Iden-
sory Evaluation Technique. 3rded. Boca tification of phenolic compounds isolated
Raton:CRC press. from pigmented rices and their aldose re-
Miller JB, Powell KF, Colagiuri S. 1997. The ductase inhibitory activities. J Food Chem
GI Factor: The GI solution. Hodder and 101: 1616-1625.

174 J. Gizi Pangan, Volume 11, Nomor 3, November 2016

You might also like